Don't wanna be here? Send us removal request.
Text

Aku baru menyadari, bahwa orang tuaku juga menderita di masa muda mereka. Dan aku juga menyadari, mereka telah mengatasi rasa sakit dan penderitaan untuk menjadi orang tuaku.
- 반짝이는 워터멜론
210 notes
·
View notes
Text
Maaf aku kerap ragu
Maaf atas angkuhnya aku sebagai manusia, seakan segalanya bisa diatasi oleh aku seorang
Maaf karena takut pada lapar, tapi terang-terangan berani melubangi diri dengan produksi dosa yang menerus
Maaf karena was was akan hari esok, bagaimana jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana
Maaf karena takut gagal dan hina dimata manusia, bagaimana jika mereka mencemooh karena tidak menjadi apa-apa
Maaf karena gemetaran pada takdir buruk, yang semestinya terlalui
Maaf karena sering tercekat memepertanyakan kapan saatnya aku?
Maaf karena bertingkah seolah-olah.
Sebenar-benarnya aku tidak berdaya dan hanya punya Engkau
Kalau rahmat-Mu memang tertunda karena ribuan hal yang amat perlu meminta maaf, sekali lagi maaf
0 notes
Text
Berhenti tapi Koma
Aku berhenti menjejalkan pemahaman untuk telinga yang sengaja kamu bebalkan
Aku berhenti terlalu peduli pada kompleksitas apa-apamu yang riskan
Aku berhenti menaruh ekspektasi tinggi pada watakmu yang mengerak kasar dan sulit
Aku berhenti berlaku terlalu padamu, aku memperlakukanmu lebih dari orang lain tetapi kurang dari intim
Aku berhenti mengumpat padamu karena ketidak etisan berlaku lebih kasar daripada si kasar
Aku sayang sekaligus ingin berjarak.
1 note
·
View note
Text
Marah yang Senyap
Porak poranda yang kamu sisakan setelah badai itu, menerkam aku seluruhnya.
Badai yang kamu ciptakan itu menekan pusat urat syaraf sedemikian hebat
Tekanan nyeri yang kamu pusatkan tepat pada titik pusaranya rasa membuat seluruh organku kesemutan
Kesemutan merambat pelan dan berlangsung menerus mendesak kantong air mata
Air mata yang menembus selaput tipis netra yang tidak bisa dianalogikan dalam kata mengalir, ia tumpah seperti bah
Tumpah ruah dalam sunyi, meneriakan duka dalam diam
Diam-diam aku mengutukmu lebih hina dari pembangkang dalam cerita
Semoga kamu lebih merasakan lara daripada aku!
Semoga kamu menangis sampai kelopak matamu membusung menutup cahaya!
Semoga hidupmu lebih merana tanpa aku!
Semoga di hidupmu yang akunya kau nihilkan, kamu bersusah payah!
Aku yang memohon sambil beraduh-aduh, pulas dalam nuansa tidak puas.
Semogaku yang penuh cacian itu biar jadi bagian kesukaran yang akan kuhadapi terang-terangan.
Setelahnya akan kulanjutkan hidup seperti biasa
0 notes
Text
The Time We Walk Together #review
The Time We Walk Together - Lee Kyu Young 5/5 ⭐
Komedi romantis di dunia nyata itu ada. Tidak sekedar genre yang dibuat-buat agar kita sementara senang.
Menceritakan pertemuan penulis dengan istrinya. Graphics book yang hangat menyentuh dan konteksnya benar-benar menggambarkan kalau CINTA ITU EKSIS. Pasangan yang saling merayakan. Ilustrasi hidup bersama yang masuk akal, unik.
Kalau dalam lingkungan Jawa, orang tua selalu berpesan cari partner yang "gemati" "ngemong" yang artinya penuh kasih sayang dan bisa membimbing. Di buku ini kita bisa melihat tutorial menjadi pria idaman mertua Jawa.
Favorite part ✨
#Satu-satunya pendukungku di dunia
......di pelukanmu aku bisa menangis tanpa perlu ditahan lagi. Sekarang aku akan ceritakan dengan berani
#Rembulan
Tentang pertengkaran dan meminta maaf "...Maafkan aku ya karena kurang memahamimu"
#Lapisan Pelindung
Tidak apa-apa kamu kadang goyah atau terjatuh, aku akan memegangmu erat-erat
Mungkin ini terlalu personal dan suka tidak suka bisa juga karena terpengaruh suasana. Intinya selamat membaca, semoga kamu suka💗.
0 notes
Text
Memberhentikan obsesi pada X(Twitter)!
Terobsesi pada suatu hal hingga mendewakan memang bener-bener gak baik. Ini sikapku sejak memulai punya X(Twitter) dan menganggap itu sebagai safe zone tempat dimana aku bisa mengekspresikan diri dengan bebas. Di saat semua platform terasa tidak lagi aman untuk kerentananku terhadap realitas, aku selalu berlari-lari ke X(Twitter). Disitu aku bisa mengatakan apa saja tanpa takut dihakimi karena terasa terjebak dalam sangkar senasib.
Mengapa kata "terjebak" pantas menggambarkan situasi itu? Karena dunia X(Twitter) itu fana yang dinyatakan, orang-orangnya hidup dalam gelembung mereka sendiri. Tapi sepertinya memang begitulah media sosial beroperasi. Kinerjanya membuat candu, berlomba-lomba membuat algorithm segala jenis kemungkinan hal-hal yang membuat kita lupa kenyataan.
Sejenak itu terasa nyaman dan indah, mengabaikan akar masalah karena terlena pada asik atau bisa juga sarana validasi rasa yang masih abu-abu menjadi terang. Terang yang teduh atau menyilaukan tergantung mata setiap kelopak. Konsekuensi setelah menjadi terang menciptakan kebergantungan untuk mencari lebih, padahal puas tidak pernah memberikan titik.
Ini bisa jadi cerita subjektif karena penerimaan setiap orang terhadap gejolak baru dihidupnya berbeda-beda. Bagiku kecanduan untuk bergantung mengeluarkan rasa tanpa batas di X(Twitter) tidak lagi terasa aman. Ada berbagai kemungkinan yang terpikirkan:
Aku mulai belajar batas dan platform itu terasa sangat oversharing
Aku belum bisa menghadapi emosiku sendiri ketika macam-macam username secara random dan berdesakan memuntahkan cerita dengan seluruh embel-embel emosi yang menyertai
Aku tidak merasa aman terhadap orang-orang dalam lingkup mutual (bisa disebut sebagai usaha menarik diri)
Aku yang bukan belajar menghadapi malah memilih lari dari tanggung jawab mengolah mindset.
Diriuhnya kebingungan itu timbangan terasa berat pada ujung keputusan berhenti. Aku tinggalkan satu ruang maya ini untuk memaksimalkan ikhtiar dalam belajar mengolah diri. Mengenali emosi bisa dilakukan di dunia nyata, dengan orang yang hadirnya dapat dirasakan, dengan alat yang menyehatkan. Mengusir penat bisa dilakukan tanpa oversharing impulsif. Personal branding untuk berbagi ilmu bisa dikembangkan di sisi lain yang lebih profesional tanpa melibatkan ke-akuan pada saat itu dengan tetap menjunjung privasi.
Terkadang meninggalkan sesuatu sejenak membuka mata dibelakang kepala kita untuk melihat sisi lain. Banjir informasi bisa sangat menyesakkan apalagi yang pentingnya setengah-setengah sedangkan opini publiknya membludak. Ketidaktahuan terkadang baik. Merasa bodoh yang berangkat dari tidak tahu apa-apa bisa merawat penasaran untuk mencari kebenaran menyeluruh.
Pilihanku untuk menyerah dari keramaian X(Twitter) murni dilatar belakangi perspektif baruku terhadap privasi. Ini juga bukan kampanye untuk meninggalkan/boycott. Yang jelas ini pov lainya dihidupku yang bisa dibagikan. Entah ini tindakan yang benar atau pelarian kita lihat besok setelah beberapa waktu.
~teman tumbuhmu
0 notes
Text
Mengakhiri Tahun dengan Sebuah Awal
Hello Tumblr, cukup telat aku tahu platform ini. Tetapi banyak yang bilang dan kuyakini kalau terlambat selalu jadi ukuran manusia, untuk ukuran Kuasa pengatur waktu ini kesempatan lainya. Jadi keterlambatanku buat nulis kali ini bisa jadi kesempatan, kesempatan untuk menuangkan isi kepala yang penuh bisa jadi tujuanya therapeutic bisa jadi memang mau menerangkan hobi, entahlah. Tidak mau mematok diri untuk jadi mahakarya tulisan kreatif yang baku dan benar. Mau mulai saja dulu.
Aku jatuh bangun buat konsisten nulis. Dari sekedar corat coret di buku diary lalu merasa indah tapi belum tau harus mulai dari mana. Kenal Facebook di SMP tentu saja untuk membuat status alay berprosa ditujukan kepada kekasih hahaha. Kemudian berkembangnya ke blog gratisan saat SMA cuma buat syarat penilaian berakhir terbengkelai. Kuliah mulai lagi karena ikut-ikutan teman dan sudah menelurkan beberapa tapi tidak percaya diri dan deactivate.
Sampai juga di titik mau coba lagi tapi dengan 0 ekspektasi, memulai sebagai perspektif orang asing. Di penghujung 2023 yang mendung dan banyak hujanya aku mengawali kesenangan ini dan semoga konsisten.
1 note
·
View note