ayeshadasilva
ayeshadasilva
Vaa
90 posts
Segala dari-Nya adalah yang terbaik. Kita yang butuh belajar untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang baik. Terus belajar, terus membenahi diri, dan mengambil hikmah pada setiap perjalanan
Don't wanna be here? Send us removal request.
ayeshadasilva · 4 months ago
Text
Tak mudah, namun Bismillah
2 notes · View notes
ayeshadasilva · 5 months ago
Text
Jika bukan karenaMu, aku sudah rapuh
Menjalani rumah tangga ternyata tidak mudah ya hehehe Harus banyak sabarnya, harus banyak ridha, dan melapangkan hati untuk menerima segalanya. sebenarnya menjalani kehidupan yang luas ini juga seperti itu. Perlu sabar, perlu ridha, dan hati yang lapang juga. Jika bukan karena Allah yang menguatkan, duh sudah rapuh sekali aku. Ya Allah aku bersyukur Engkau selalu memberiku petunjuk untuk segala hal terjadi yang tak ku ketahui sebelumnya. Atas Kuasa Mu, Engkau memberi tahu ku lewat tanda-tanda, lewat rasa kecenderungan, dan Engkau gerakkan tubuh ini dalam berbuat sesuatu. Ya, itu semua Engkau yang memberiku petunjuk ya Rabb. Sebab pengetahuanku yang terbatas. Dibalik petunjuk yang Engkau berikan, Engkau menyediakan pula kekuatan untukku mengetahuinya. Engkau pula yang membuat diri ini menerimanya dan ridha. MasyaAllah... hal itu adalah nikmat bagiku ya Rabb Di kala rasa sakit dan kecewa hadir, Engkau beri kelapangan hati ini. Engkau mampukan aku untuk menghadapinya. Alhamdulillah masyaAllah tabarakallah, itu nikmat yang luar biasa ya Rabb.. Ya Allah kehidupanku ini adalah hak dan milikMu. Aku tak berkuasa atas ketentuanMu. Terus bimbing aku, terus beriku petunjuk, terus beriku rasa ridha dan kelapangan hati. sebab, jika bukan karenaMu aku sudah rapuh
1 note · View note
ayeshadasilva · 5 months ago
Text
Masih gagal menjadi anak ibu
Berdebat dan konflik dengan ibu selalu menjadi hal yang sangat menyesakkan untukku Bu. Lancang sekali lisan ini untuk menjawab setiap celotehan ibu. Mudah sekal pikiran ini buruk terhadap ibu. Padahal begitu sayangnya Ibu terhadap diriku. Ibu, padahal kita sama sama saling merindu, namun gengsi yang selalu kita jadikan nomor satu. Ibu, padahal kita saling peduli, namun kita pura pura menjadi tuli Ibu, sebenarnya kita butuh saling mendengarkan, bukan saling menudingkan. Ibu.. aku rindu pelukan Ibu, bukan pe-labelanmu bu Bu.. aku rindu belaian tanganmu di rambutku, bukan amarahmu bu Aku rindu ibu
Tumblr media
2 notes · View notes
ayeshadasilva · 9 months ago
Text
Membaca Pertanda
Ya Allah, jika kebaikan itu benar-benar akan datang, mudahkanlah kami untuk memiliki kepekaan dalam membaca pertandanya. Pertanda yang benar pertanda, bukan yang samar dan meragukan namun kami mengiranya sebagai pertanda. Sebab, sudah berulang kali kami keliru membaca pertanda, menanti-nanti kebaikan sambil membuka pintu yang sangat lebar, tapi ternyata ia belum kunjung datang.
Ya Allah, jika kebaikan itu benar-benar sedang Engkau perjalankan menuju kami, mudahkanlah kami untuk untuk memiliki kelembutan hati dalam membaca pertandanya. Sehingga kami menunggunya dengan tenang, bukan dengan gusar dan penuh keresahan. Sebab, sudah berulang kali kami lelah dengan diri kami sendiri, yang semakin tergilas oleh rasa tidak sabar yang perlahan menghancurkan diri kami dari dalam.
Ya Allah, jika kebaikan itu benar-benar Engkau izinkan untuk bisa kami terima di dunia, mudahkanlah kami untuk mengilmui apa-apa yang menjadi sebab baiknya penerimaan kami terhadap kedatangannya. Sebab, kami tidak ingin hanya terdorong oleh keinginan yang besar akan datangnya kebaikan itu padahal ilmu kami nol besar. Titipkan dan karuniakanlah kepada kami pemahaman dan pemaknaan yang lurus, agar kebahagiaan yang datang menyertai kebaikan itu tidak lantas membuat kami tersesat dalam riuhnya kesementaraan perasaan kami.
Ya Allah, jika kebaikan itu benar-benar akan menjadi takdir baik sekaligus penyejuk bagi hati kami, mudahkanlah kami untuk mampu mengenali tanda-tandanya pada diri kami. Izinkanlah kebaikan itu hadir dalam bentuk, rupa, dan kondisi yang paling prima, yang karena kedatangannya kami dapat berbahagia namun kebahagiaan itu mewujud dalam bentuk lainnya: ketenangan, ketaatan, dan kesediaan untuk tetap mau berserah diri kepada-Mu sekalipun kami tengah berbahagia.
271 notes · View notes
ayeshadasilva · 10 months ago
Text
Dewasa ini aku belajar untuk menerima yang mungkin beberapa pasang mata memandangnya adalah sesuatu hal yang tak diinginkan. Aku belajar bersahabat dengan itu. Meskipun tak jarang komentar, pertanyaan, dan kritik selalu menyertai. hal tersbeut aku juga belajar untuk menerimanya. Semua itu juga atas pertolongan Allah SWT
1 note · View note
ayeshadasilva · 10 months ago
Text
Kita melihat laut memang sangat indah ketika kita melihat dari permukaannya. Namun ketika kita menyelami lautan ternyata banyak tantangan dan banyak tekanan yang akan dihadapi. Butuh sabar dan syukur untuk menyelami, butuh hati yang luas untuk mengarungi. Terkadang bisa tersandung batu karang hingga berdarah, terkena sengatan, hingga terbawa arus ombak. menahan, bertahan, berjuang ~
4 notes · View notes
ayeshadasilva · 1 year ago
Text
ya Allah terima kasih sudah memberikan ku kesempatan untuk hidup, menghirup udara di alam semesta ini. ya Allah terima kasih Engkau telah menakdirkanku bertemu dengan orang-orang yang ku temui di masa lalu, kini, dan masa akan datang. ya Allah, maafkan aku yang belum menjadi hamba-Mu yang baik, belum menajdi seorang anak yang baik, belum menjadi seorang adik yang baik. Ridhailah aku ya Rabb, terimalah amalku ya Rabb, terimalah diriku ya Rabb
0 notes
ayeshadasilva · 1 year ago
Text
Amor fati
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Buku yang di beli pada september 2022.
Tahun dimana segala hal dalam hidup menemui titik balik (krisisnya), ternyata sedang diajarkan oleh kehidupan untuk merombak ulang definisi berharga dan bermanfaat.
Kini, beberapa perspektif telah berubah karena begulat dengan rasa kegagalan berulang kali. Kini, sekecil apapun peran di muka bumi selama itu perbuatan dan hal baik, harapannya semoga Allah senantiasa meridhai.
Di usia ini, meski menyikapi kegagalan masih saja uring-uringan sembari masih terus belajar meluaskan ruang kelapangan hati untuk tetap berbaik sangka dan menunggu dengan yakin bahwa setiap badai yang datang pasti akan berlalu dan memiliki jalan keluar dengan ikhtiar dan pertolongan Allah.
Teruntuk teman-teman yang mungkin saat ini hidupnya terasa suntuk, bingung memaknai soal dewasa dan merasa dilanda kegagalan berkali-kali hingga hidup yang awalnya cerah menjadi terasa muram dan ingin menyerah. Maka buku ini insyaAllah cocok untuk kamu baca✨
Bacaan ringan, yang insyaAllah memberi manfaat kebaikan. 💐🫶🏻
Bila kita berpikir semua ini adalah kesalahan orang lain, tumpukan salju di atas payung pun akan terasa berat. Sebaliknya bila kita berpikir bahwa ini adalah takdir kita, besi yang dipikul pun akan terasa ringan.
Kita menjadi dewasa manakala mampu memikul beban hidup kita dengan berat yang paling tepat. Dengan kata lain, ketika kita merasa terlalu tua untuk berpura-pura tidak tahu dan menyibukkan diri dengan hal lain, tetapi terlalu muda untuk menertawakan dan berusaha melewatinya seraya berkata bahwa beginilah hidup.
"Aku belum bisa bangkit. Aku hanya bertahan sampai cobaan itu berlalu. Aku tidak sekuat itu hingga bangkit dari masalah. Satu hal yang bisa ku katakan adalah bahwa aku tidak terpuruk! Aku hanya bisa bersabar. Dan akhirnya semua berlalu, baik penderitaan maumpun kesenangan."
Kalimat "cintai takdirmu" bukan mengajak untuk pasrah dan menyerahbsama sekali, melainkan berisi pengharapan agar seseorang mengerti bahwa setelah ia menerima sepenuhnya takdir itu sebagai bagian dari hidupnya, barulah akan muncul kekuatan untuk bertahan.
Takdir itu seperti roda yang berputar. Rasa cinta terhadap takdir diri sendiri adalah energi yang bisa mengubah kesulitan menjadi semangat hidup. Bagaimanapun, hidup kita sangat berharga dan kitalah satu-satunya orang yang akan menjalani hidup itu. (P63-79)
---
kegagalan akan menjadi indah di kemudian hari. Semakin dalam sebuah krisis, semakin terasa titik baliknya. (P106)
Manusia selalu berkata bahwa impian mereka musnah dengan adanya kegagalan. Namun, impian tidak pernah pergi. Diri kitalah yang selalu melarikan diri. Bukan kegagalan yang menjadi masalah, melainkan apa yang bisa dipelajari dari kegagalan itu. Sebuah kegagalan memang membawa rasa sakit, tetapi dari rasa sakit itu kita bisa berkembang. Lalu, perkembangan diri itu membawa kita lebih dekat kepada mimpi kita. Kita bisa pergi kemana saja selama masih ada tekad. Oleh karena itu, jangan takut jatuh, takutlah kehilangan keberanian untuk bangkit kembali. (P111)
Hidup bukanlah persoalan menang-kalah antara kesuksesan dan kegagalan, melainkan catatan usaha terus menerus untuk selalu menjaga diri sendiri dalam situasi apapun. (P118)
Hidup kadang memerlukan kelonggaran, bahwa tidak masalah sedikit bermurah hati pada diri sendiri. (P158)
Orang-orang yang seharusnya kita perlakukan paling baik adalah orang-orang yang paling kita cintai, orang-orang yang paling lama menghabiskan waktunya dengan kita, orang yang memiliki hubungan tidak akan putus dengan kita. Bagaimana dengan pasangan suami istri? Kita begitu mudah mengumbar perasaan ketika masih sama-sama lajang. Lalu suatu ketika, kita tidak lagi berpikir untuk "menjaga perasaan". Padahal, pikiran untuk menjaga perasaan itulah yang menciptakan percakapan sehari-hari. (P241)
Lawan kata dari bicara bukanlah mendengar, melainkan menunggu sampai lawan bicara selesai, menatap orang yang sedang berbicara, dan menganggukkan kepala sebagai pertanda setuju. Prinsip ini seringkali tidak diperhatikan, terutama antara keluarga dan pasangan suami istri. (P242)
Kenapa kita justru bersikap paling kasar kepada orang-orang yang menghabiskan waktunya paling lama dengan kita dalam hidup? Hal itu disebabkan oleh fantasi bahwa kita paling dekat dan nyaman dengan keluarga. Ketentraman itulah yang justru memperburuk hubungan. Hanya karena merasa paling dekat, bukan berarti kita bisa bertingkah sesuka hati. Ungkapan-ungkapan sederhana diperlukan untuk sedikit menghargai keluarga kita. Semakin kita yakin bahwa kita dekat dan semakin lama kita menghabiskan waktu bersama, semakin kita harus memperhatikan perasaan orang tersebut. (P242-243)
Selamat mencintai takdirmu🍻
Sore yang teduh, 1 Februari 2024 15.28 wita
110 notes · View notes
ayeshadasilva · 1 year ago
Text
Inisiatif dan Effort Pasangan Kita
Dalam rumah tangga, kebahagiaan pasangan itu datang dari tiga hal ini:
Kamu punya inisiatif dan effort untuk membahagiakan pasanganmu
Inisiatif dan effortmu itu sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pasanganmu
Penghargaanmu atas inisiatif dan effort yang sudah dilakukan pasanganmu
Jika kamu gagal di point ke-dua, maka pasanganmu masih bisa bahagia karena melihatmu berusaha meski ada sedikit kecewa. Akan tetapi, jika kamu gagal di point ke-satu, maka dari sinilah datangnya rasa putus asa.
Pun juga di sisi yang lain, belajarlah untuk menghargai inisiatif dan effort pasanganmu sekalipun jika yang ia lakukan tidak sesuai dengan keinginanmu. Sebab, inisiatif yang tidak dihargai, diremehkan, atau bahkan direndahkan, akan membunuh inisiatif-inisiatif lain di masa depan.
Kongkritnya, kamu boleh kecewa, tapi jangan membabi buta mengungkapkannya. Pelan-pelan dan baik-baik saja mengungkapkannya. Kekecewaan tidak harus selalu diungkapkan dengan kemarahan, bukan?
Ingat, ada inisiatif dan effort yang perlu kamu apresiasi juga. Respon burukmu dapat menyebabkan trauma yang akan membuat pasanganmu takut berbuat inisiatif lain di masa depan.
Pintar-pintar berumah tangga ya!
487 notes · View notes
ayeshadasilva · 1 year ago
Text
Tumblr media
Pict by @uroko
Ada luka di hati ibu yang tidak kita pahami. Ada luka di hati ayah yang tidak kita ketahui. Lalu, luka-luka itu diturunkan kepada kita tanpa mereka sadari.
Lalu kita pun menerima luka-luka itu sebagai bentuk perjalanan bertumbuh menjadi dewasa yang tidak mudah. Luka yang tumbuh dalam diri kita mungkin telah membentuk beberapa persepsi yang keliru akan beberapa hal sehingga kita menjadi takut mencoba banyak hal baru, tidak percaya diri untuk menjadi diri sendiri dan berbagai ragam bentuk kerapuhan diri yang selama ini susah payah kita sembunyikan.
Luka itu pun bisa jadi ikut andil mempengaruhi cara kita dalam mengambil keputusan dan juga menyikapi banyak kejadian dalam hidup. Luka yang mungkin menanamkan ketakutan di alam bawah sadar kita dan menjadikan diri kita hari ini, membawa luka pengasuhan.
Tetapi dilain sisi, seiring tumbuh besar dan menyaksikan berbagai dinamika kehidupan sebagai orang dewasa, kita mulai menyadari; menjadi orang tua itu sulit dan tak mudah, mengasuh itu penuh lelah, membesarkan itu penuh pengorbanan dan mendidik itu penuh tantangan. Menjadi yang sempurna tanpa cela bagi anak rasanya mustahil.
Ruang hati kita pun, mulai melapang menyakiskan kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam dunia orang dewasa. Pemakluman dan rasa maaf menghadirkan perasaan untuk menerima dan berdamai dengan apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Seandainya orang tua kita tahu bahwa mereka membawa luka pengasuhan dan memiliki cara untuk menyembuhkan diri mereka di masa lalu agar rantai luka itu terputus dan tidak menjangkau kita, mereka pasti akan melakukan segala cara. Sayangnya, tidak semua orang tua menyadari bahwa luka itu ada dalam diri mereka dan menemukan cara untuk memutus rantainya.
Ilmu pengasuhan tidak berkembang sepesat zaman sekarang. Sehingga mereka pun membawa luka itu dengan berat dan susah payah. Sehingga di masa kini, aku telah tiba pada titik kesimpulan yang selalu berusaha ku ingat dan pahami bahwa; tak ada orang tua yang sempurna tapi setiap orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Semoga tak ada satupun sikap dan perbuatan yang akan kita sesali di masa yang akan datang perihal bagaimana kita menjalani hari-hari bersama orang tua kita di masa kini. Berikan yang terbaik, selagi mereka masih ada disisi.💐
Mendung, 19 Desember 2023 13.12 wita
451 notes · View notes
ayeshadasilva · 2 years ago
Text
Tumblr media
Terbangkanlah segala resah 
Terbangkanlah segala amarah
Terbangkanlah segala hal yang membuatnya patah
Bukan hanya senja, langit biru pun membuatku candu
Diikuti layang-layang yang saling berpacu
Memandang langit biru yang luas, melukis senyum yang lepas
Oh Tuhaan, semesta-Mu begitu luas
Langit-Mu indah menenteramkan meleburkan segala was-was, 
Siapapun yang memandang, menjadi enggan untuk lekas bergegas
Langit biru,
Terima kasih telah melenyapkan segala hal yang sendu
4 notes · View notes
ayeshadasilva · 2 years ago
Text
Tumblr media
Layang-layang saling menari turut menghiasi langit senja
Aksinya menghibur setiap jiwa 
Angin kini menjadi komando dari setiap pergolekannya
Diiringi tuan-tuan yang menarik ulur benang, yang juga turut serta 
Langit tersenyum, menebarkan rasa tenang di jiwa
Semilir angin memeluk, mencurahkan segala damai di dada
Es potong rasa cokelat turut menjadi pelengkap dari secarik cerita, 
Tentang layang-layang di ujung senja 
4 notes · View notes
ayeshadasilva · 2 years ago
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
116 notes · View notes
ayeshadasilva · 2 years ago
Text
Dia yang mencintai atas segala kekuranganku
Pikiranku yang berisik selalu ia dengar Segala sakitku selalu ia beri penawar Saat jatuhku ia selalu mengulurkan tangannya, agar aku bisa kembali bangkit
Segala rapuhku ia topang dengan semangat Tangisanku selalu ia redakan dengan pelukan hangat Tak sedikitpun harapanku ia patahkan, Justru ia sambut dengan penuh hangat.
Rumah menjadi tempatku pulang, atas segala penat yang terjadi di luar Rumah menjadi tempatku untuk bebas, atas apa yang bisa aku lakukan Rumah menjadi tempat yang nyaman, untukku berlindung dari segala ancaman
Entah sejak kapan ia menjadi rumah untukku. Yang menerima segala keterbatasan dan kekurangan atas diriku Menerima atas ketidakwarasan mentalku Menerima atas segala jerit tangisku yang bungkam
Aku ini lemah, pantaskah aku orang asing menjadikannya rumah untukku? Apakah sebuah rumah itu rela dihuni oleh orang sperti diriku?
.🤍.
2 notes · View notes
ayeshadasilva · 2 years ago
Text
Aku memang lemah Tapi aku punya Tuhan yang Maha Kuat Aku memang tak sempurna Tapi aku punya Tuhan Yang Maha Sempurna Aku memang sering bersedih, sampai sampai menangis suatu hal yang sangat ku nikmati. Tuhan Maha Baik menciptakan air mata sebagai ungkapan atas segala rasa yang tak terungkapkan. Diam-diam bergetar Diam-diam menangis
Terkadang tak semua hal bisa kita ungkapkan, sebab tak semua yang mendengar bisa mengerti
Lelah yang paling lelah adalah ketika kita tak sanggup untuk bicara, namun hanya bisa meneteskan air mata.
0 notes
ayeshadasilva · 2 years ago
Text
Pada sayap yang patah Ke mana akan mengarah Pada jeritan yang membungkam Telinga mana yang mampu mendengar
0 notes
ayeshadasilva · 2 years ago
Text
Ku dapati terang dibalik gelap, Tenang dibalik gundah Kau berikan cahaya terbaik-Mu, sebagai penerang jalanku
Meski sekali-kali terseok kaki melangkah Harapan yang sempat patah Dan mata yang selalu basah Namun do'a tetap menjadi senjata, berharap dilimpahkan berkah
Tangguhkanlah segala yang rapuh Lapangkanlah segala yang sempit Tuntunlah pada tuju yang benar
Izinkan raga ini hadir membersamai semesta, Izinkan jiwa ini ada, penuh dengan kesadaran juga kebersyukuran.
_
1 note · View note