Tumgik
#ridha
anokibuu · 4 months
Text
Tumblr media
The oh so lovely, so so devious god of Discord himself. ;}
Ridha is mine
70 notes · View notes
arohaleth · 1 year
Text
Do you ever get overly invested in a ship from a book that is not even particularly well known AND the characters are side characters AND die before they can end up together. And then there is no fanfiction about them either. I will not write the fanfiction. Or maybe I will. Who knows
31 notes · View notes
fawazsidiqi · 9 months
Text
Karomah Sesungguhnya
Gus Baha' seringkali menegaskan pentingnya menerima takdir (yang memang termasuk rukun iman), entah takdir itu dirasa baik ataupun buruk. Sebagaimana akan banyak kebaikan yang hadir dari penerimaan terhadap takdir, kita juga melihat secara nyata bahwa mengingkari takdir menjadi sebab lain kesengsaraan hidup.
Sikap hasad (iri/dengki) misalnya menjadi representasi dari ketidakmampuan dalam memahami dan menerima takdir. Orang yang hasad merasa tidak senang ketika orang lain mendapatkan nikmat, bahkan sampai menginginkan nikmat itu hilang dari orang tersebut. Lalu, ia pun akhirnya tersiksa oleh sikap hasadnya sendiri.
Gus Baha pernah mencontohkan bahwa sekalipun bodoh itu tidaklah baik, tetapi menerima takdir sebagai orang bodoh tetaplah baik.
Salah satu hikmahnya adalah tidak hasad, tidak malu untuk belajar, dan tidak berusaha agar terlihat pintar.
Penerimaan terhadap apa yang mewujud dalam hidup, disertai kesadaran bahwa semua itu adalah kehendak Allah Ta'ala menjadi jalan menuju kemuliaan, sebagaimana ditegaskan Syeikh Yusri Al-Hasani bahwa "keridhaan dengan apa yang sudah ditakdirkan adalah karomah sesungguhnya".
Wallahua'lam
12 notes · View notes
Text
Blade Breaker Review (Spoilers!!!)
I recently finished reading Blade Breaker, it was good, great even, where the story starts to take form, nearly a satisfactory pay-off to the first book’s setup. This book gripped me to my seat for the majority of my read, from the clear chaos of each battle scene to the small conversations between the characters, it had my attention to the very end. I was starting to love this series and this new world Aveyard created.
However, there are flaws in this book, some are minor, like the pacing, the numerous names, and locations that at some point started to meld together in my memory (Though I would blame this flaw on myself, as I am not good with names nor geography). All of these shortcomings I could let slide, but one.
One character’s story and how they were handled in this series, did not sit well with me and that was Ridha.
Ridha’s arc felt off from the start.
In every story, there is an A plot, where we follow the main cast of characters from the protagonist to the antagonist. In Ridha’s case, her's fell in the B plot, where she is not part of the main plot but had an important role that would aid the series’ protagonist on their journey. Which made me expect that Aveyard would give her more things to do in the 2nd book.
Which she did. Off-screen.
With how few her scenes were, and how brief her interaction with the main characters was, her arc felt like a C plot. With her barely in the first book and in the 2nd book showing up at the beginning, disappearing for the majority of the book, then reappearing at the end just to be killed.
Did her death surprise me? No.
When Aveyard announced that a POV character was going to die. I already know it was Ridha. Because of how much she mattered to Dom, and how her death could push Isibel to protect the realm (as she was not able to do, with her own daughter) and how easily she could be removed from the story. Plus the fact that Realm Breaker’s main criticism was how long it was (it was indeed very long).
It made sense to remove Ridha from a writer’s point of view. Like trimming off the fat and getting a gut-wrenching death with it (similar to Shade in Glass Sword), killing two birds with one stone.
However. It failed. Hard.
As a reader, this felt more like watching someone gather quality ingredients, cooking it halfway (where it starts to look interesting but I’m still waiting for it to be good), then seeing it get thrown in the bin, just to get any emotion out of me. It did, it made me feel empty. I questioned how Aveyard did not wonder if she was being too obvious, careless, or even heavy-handed at wanting to hit us with a “tragic character death”. Not considering if she had written them well enough, if the readers cared for them enough, just as much as the surviving characters had, not even realizing that she already made a great sequel to this series.
I don’t know where I’m going with this. I just felt confused, because I truly loved this book and what it could have been. But I question Aveyard as to why would she pull a cheap trick like this.
29 notes · View notes
shaulatravelerlight · 10 months
Text
Kehidupan
pasti ada fase di mana kita penuh semangat, banyak ide dan full energi. Namun suatu saat kita akan menemukan kondisi sebaliknya; lelah, stuck, dan hilang arah.
Di saat itulah, kita perlu menepi sejenak. Melirik kembali goal hidup
mengeja lagi mimpi-mimpi;
melihat pelan hal yang kita tinggalkan;
membuka buku;
berdiskusi dengan orang terdekat;
menikmati hidup;
Hal terpenting yang tidak boleh kita lakukan saat merasa ‘tidak berguna’, ‘gak ada manfaatnya’, adalah tidak berhenti melakukan apa yang kamu cintai dan Allah ridha akan hal itu.
(repost from haruntsaqif and modification)
Bumi Nusantara, 9 Juli 2023
for me
5 notes · View notes
lenterapenamu · 2 years
Text
Ketika hati mudah sekali kecewa, itu pertanda bahwa harap kita kepada Allah masih ala kadarnya. Kita lebih disibukkan dengan pandangan dunia hingga kita lupa bahwa ada Ridha Allah yang harusnya kita jaga.
3 notes · View notes
ridhaoftheoldworld · 2 years
Text
----- Master Post -----
#bregans
#woodsfolk
#empire
edelberg
fergunja
#halidom
#almadrasah
#laban
#dheghom
dhanǰá
#demons
#ridha
#jenna
#morgan
#lorelei
#abeba
#zahra
#fareedah
#woodlandking
#agnes
#domestic
#food
#inspo
#art ref
1 note · View note
resimlerin-dili · 9 months
Text
Tumblr media
85 notes · View notes
derangedrhythms · 2 years
Text
the snakes sing like / sirens
Ridha Zili, Centres of Cataclysm: Celebrating Fifty Years of Modern Poetry in Translation; from ‘Ifrikya the centre of my being’, tr. Paol Keineg & Candace Slater
408 notes · View notes
skyhawkstragedy · 9 months
Text
live footage of the tag during the Scaryverse bit when kaysar showed up out of nowhere
9 notes · View notes
cjcdeeezy · 2 years
Text
The way Asian men representation has been top tier for 3 years. They made us trust men in reality tv, again.
Tumblr media Tumblr media
84 notes · View notes
anokibuu · 6 months
Text
Tumblr media
Ridha and his first mortal love, Idol.
Ridha is mine
Idol is Necro's
116 notes · View notes
a9saga · 9 months
Text
i love how kaysar on bb25 is not an overly fun or charismatic host throughout the pressure cooker challenge but every time someone drops out and his face shows up throughout i'm just like 😍😍😍😍
11 notes · View notes
jehanprouvaire · 2 months
Text
nah i didnt get 'top surgery' I was just the supple wet clay the doctor moulded while practising the art of sculpted rebirth in the small puddle of creation he gets to play with
2 notes · View notes
Text
Ridha in Chapter 32: *Dying*
Me: Oh no!
Also Me, 2 seconds later:
Tumblr media
8 notes · View notes
abidahsy · 8 months
Text
Tertipu - Bagian 1
Sepekan lalu, aku mendapatkan sebuah kabar buruk tentang startup edukasi tempatku kurus data analytics yang terpaksa tutup dan angkat kaki dari negeri ini. Karena tidak berhasil mendapatkan investasi seri berikutnya, mereka melakukan pemecatan karyawan secara sepihak, dan membuat ribuan siswa terbengkalai.
Beberapa langkah sudah diambil, termasuk mengupayakan sebaik mungkin fasilitas pembelajaran yang sempat terhenti agar tetap berjalan. Meskipun dengan berbagai keterbatasan, perlu aku akui bahwa kekuatan sosial berupa komunitas dari para siswa, mentor, dan ex-karyawan cukup kuat dan memegang peranan penting di kondisi yang bisa dibilang chaos ini.
"Pada akhirnya, yang kita butuhkan adalah menyelesaikan kursus dan dapat pekerjaan kan?" begitu kata salah satu siswa yang mengakomodasi pergerakan ribuan siswa.
Ya, kembali ke tujuan awal adalah cara paling mudah nan ampuh untuk menjaga semangat dalam menjalani sebuah proses. Sebesar apapun hambatannya, seberat apapun masalahnya.
Tapi, yang namanya ditipu, tetap saja tidak menyenangkan. Setelah pertemuan yang dihadiri ratusan siswa, mentor, dan ex-karyawan malam itu, aku lanjut berpikir hingga dini hari.
Dulu, bagaimana ya aku memulainya?
Sebenarnya selain startup edukasi ini, aku juga melakukan perbandingan dengan startup lain sejenis. Karena tau harganya lebih mahal, aku dengan serta merta memilih yang ini karena lebih terjangkau. Padahal sudah ada tanda-tanda halus yang menunjukkan bahwa startup edukasi ini patut dicurigai.
Pertama, mulai dari harga kursus yang turun secara drastis, dari yang awalnya 57 juta, ada diskon jadi 22 juta, lalu ada diskon lagi karena aku ikut webinarnya menjadi 19 juta. Pun saat mengajukan cicilan ke lembaga, karena ditolak, aku dapat potongan lagi jadi di angka 13 juta, final dan cash.
Kedua, ada satu artikel yang muncul dan menyatakan bahwa startup edukasi ini terlibat penipuan. Tapi aku abaikan karena bisa saja itu hanya persaingan bisnis. Ketiga, meskipun tidak begitu jelas, aku tetap bisa menangkap adanya keraguan dari tim marketing saat menawarkan produk kursus ini. Bukannya menahan diri dan mempertimbangkan ulang, aku malah cenderung tergesa-gesa.
Nyatanya, selain belajar kursus data analytics aku juga belajar tentang kehidupan. Merasakan langsung rasanya ditipu dan kehilangan uang belasan juta begitu saja. Kalimat pamungkas tentang kembali pada tujuan awal akhirnya membuatku berefleksi.
Sebenarnya apa tujuanku mengambil kursus ini?
Soal pekerjaan, alhamdulillah, terlepas dari kursus yang sudah kuselesaikan atau belum, aku sudah mendapatkan dua tawaran pekerjaan baru. Saat ini pun aku tidak sempurna menganggur karena masih aktif menulis dan mengajar di sebuah kampus negeri. Jadi, apa sebenarnya tujuanku mengambil kursus ini?
Tujuan paling ultimate yang seharusnya ada dalam setiap kondisi dalam hidup adalah mencari ridha Allah. Bukankah dengan menuntut ilmu yang bermanfaat, kemudian mengamalkannya, lantas berguna dan berdampak luas adalah hal yang mau dicapai? Agar Allah ridha dalam setiap proses hingga tujuan tercapai.
Lalu, sebenarnya apa yang hilang dari diriku?
Selama segala hal masih bisa diperjuangkan, sebenarnya tidak ada yang benar-benar bermasalah. Jangan sampai kabar buruk ini malah mengambil waktu dan fokusku. Aku mungkin sudah tertipu, tetapi, akankah aku membiarkan diriku kembali tertipu pada hawa nafsu (secara emosional merespon kondisi ini) atau fokus saja pada apa yang benar-benar aku butuhkan, apa yang bisa aku lakukan.
Jadi, apa makna tertipu yang sesungguhnya? Mari kita lihat apa yang tertulis di dalam Al Qur'an.
Lanjut ke Tertipu - Bagian 2 ya, insha Allah.
4 notes · View notes