Text
Perfumes in BBC Sherlock
We know that Sherlock has an acute sense of smell and has written an analyis of perfumes for his blog but it is still curious how often they are mentioned in the show.
THoB
SHERLOCK: Mmm: ‘Kasbah Nights.’ Pretty racy for first thing on a Monday morning, wouldn’t you agree? I’ve written a little blog on the identification of perfumes. It’s on the website – you should look it up.
Sherlock in a bad mood, craving cigarettes (and maybe other things), using his excellent sense of smell and knowledge of perfumes to deduce Mrs Hudson’s romantic adventures in a less than nice way. There is no real perfume of this name. However, there is a 1992 Avon scent called “Casbah” and a 2012 Robert Piguet fragrance of the same name. Side note: there are casbahs in Morocco, the place Mary escapes to in TST.
TSoT
JOHN: I’ve smelled eighteen different perfumes …
No idea if it is usual to smell so many perfumes for a wedding but I wonder if Mary chose Clair de la Lune here or something different. And if the perfume testing was Sherlock’s idea like everything else about the wedding planning.
SHERLOCK: Perfume. GAIL: Chanel. CHARLOTTE: Chanel. TESSA: Chanel. ROBYN: Chanel. VICKY: Estée Lauder.
This is Sherlock in his MP council chamber aka the I dated a ghost chatroom, trying to find a common denominator for all women concerned. Here we get real perfume brands.
So far we have learnt that Sherlock uses perfumes for deduction purposes. Nothing dramatic until we get to
HLV
In this episode perfumes take on a highly symbolic meaning, driving the narrative and characterisation forwards.
MAGNUSSEN: Claire de la Lune? A bit young for you, isn’t it?
This is an interesting callback to Mrs Hudson’s Kasbah Nights. Sure, Magnussen is far more cruel and disparaging than Sherlock but there is still a parallel between these men who seem to have an excellent sense of smell and use it as a weapon towards women.
Later in the car Lady Smallwood uses it an instant before thinking of Sherlock as the only person to help her and sending the driver to Baker Street. So there is, again, a clear association between Sherlock and female perfumes.
And then of course there is the decisive moment in CAM tower, Sherlock making his fatal error:
SHERLOCK: Perfume – not Janine’s. Prada Dior Claire-de-la-lune SHERLOCK: Why do I know it? JOHN: Mary wears it. SHERLOCK: No, not Mary. Somebody else.
It is interesting that he instantly associates Lady Smallwood with the scent. Of course she is his client, but Sherlock has probably met her only once whereas Mary has been around him for nearly a year. Of course this is necessary for the plot twist but still this is one of many moments in which Sherlock fails because of his inability to see Mary for what she is. He has difficulty deducing her - in HLV, in TAB, and in TST.
TAB
HOLMES: All of this is, of course, perfectly evident from your perfume. WATSON: Her perfume? HOLMES: Yes, her perfume, which brings insight to me and disaster to you.
This time Sherlock draws the correct conclusions - this is Mary Watson and she is furious because John left her behind and now does not even recognise her scent. Interesting how his mind turns a fatal failure into a triumph of deduction. In TAB he tells himself a better story.
86 notes
·
View notes
Text
people are so mean and full of hate, that's why i hate everyone.
0 notes
Photo

kalo aku pasang caption "penyemangat kuliahku", geli gak? (at Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
0 notes
Conversation
#2
A: What is so special in me? She is better than me, hotter, smarter. Why do you still look at me?
B: Oh, you have something that she doesn't!
A: What is it?
B: All my heart
1 note
·
View note
Conversation
#1
A: There's something I really love about this city.
B: What is that lucky thing? Me?
A: Nope
B: I'm just kidding. What is it?
A: The fact that you always keep in your mind that I always love you. Your confidence to say that you are the thing I really love about this city is a proof that you know that I love you.
0 notes
Text
Jauh
Semua quote yang kau baca tentang indahnya, omong kosong. Memangnya siapa yang senang menunggu, cemas, mengharap sebaris pesan tak bermakna tapi sanggup membuat kedua bibir melengkung ke atas? Siapa yang sudi mengubur, membuang, melenyapkan keegoisan rindu yang nakal? Siapa yang mau berjalan, berkembang, dan berubah sendirian?
Katakan, tapi maaf, itu bukan saya.
Saya mungkin bukan orang yang mengedepankan hati, karena terbiasa disakiti. Mungkin, apa yang kita lakukan hanya basa-basi pertemanan meskipun kita lebih dari itu. Tapi saya remaja biasa yang terjebak huru-hara perkuliahan. Hati saya yang sayangnya hanya ada satu, terlampau lelah menampung semua hal yang terjadi. Apa dosanya, hingga harus jatuh pada seseorang yang bahkan tak sanggup saya lihat wujudnya? Mungkin hanya Tuhan yang berhak mendapat demikian.
Kamu, malaikat saja bukan.
Tapi kamu bertanggung jawab atas rasa percaya saya yang kamu bawa. Lalu, bagaimana kah saya harus bersikap? Saya butuh kamu, dihadapan saya. Tapi bahkan seolah kamu lebih suka berkasih dengan line, instagram, atau whatsappmu. Bukan salah kamu, semua memang salah saya. Yang dengan angkuhnya seakan sanggup membalas perasaanmu, padahal membalas pesanmu saja ragu.
0 notes
Photo

rabu besok kosong, ready? (at @ gedung jurusan PWK - ITS)
0 notes
Photo
BIG FAT TUMMY GIRL: Siti
1 note
·
View note
Text
HIGH SCHOOL: WHERE THE NIGHTMARE BEGIN
Banyak orang bilang, masa SMA adalah masa paling indah. Aku nggak bisa setuju seratus persen, dan nggak bisa juga disagree seratus persen. Banyak hal yang terjadi di SMA, tapi dalam hidupku, tujuh puluh persennya adalah air mata. Lebay? Yap, i never ask you to read, jadi tahan mual saja kalau masih mau baca.
Here the story begin. Jadi, aku masuk ke SMA favorit di kota aku, tanpa tes. Istilahnya jalur prestasi. Bangga? Pasti dong. Tapi ternyata nggak sepadan sama harga yang harus aku bayar. Waktu SMP, aku juga masuk sekolah favorit, tapi persaingannya masih bisa aku kejar. Aku males-malesan pun, paling jelek tetep ranking 10 di kelas. Tapi ketika masuk SMA, semua berubah. Tugas makin banyak dan makin susah, belajar pun tetep bego. Ya dijalani aja, mau gimana lagi. Everything was okay, awalnya. Waktu kelas satu, aku suka sama temen sekelas. Bukan suka seperti lovey dovey sih, tapi lebih ke aku ngefans sama dia because he’s so cute and seems like he can handle everything. Tapi akhirnya, aku malah pacaran sama anak dari kelas lain, yang kukenal dari ekskul (dan sampai sekarang, kita masih berteman baik kok! Thanks to ekskul yang membuang aku). Singkat cerita, cewek yang cukup dekat denganku di kelas, juga suka sama cowok yang aku kaguni tadi. Dia mulai ngejauhin aku, dan ngehasut temen-temennya buat ngejauhin aku juga. Aku masih inget banget dia BBM temennya dengan kalimat “gampang wes, gampang dibujuki” (udah gampang, gampang dibohongi). First Nightmare. Heran juga sih dia bisa ngomong kayak gitu, toh aku juga sudah punya pacar. Kenapa juga harus sembunyi-sembunyi dari aku untuk suka sama cowok cute tadi? I don’t care for God’s sake. Ternyata cowok cute itu suka sama cewek lain di kelas, yang akhirnya jadi sahabatku. Ehhh dia merepet lagi sama aku, karena aku deket sama cewek yang ditaksir si Cowok Cute. Licik? Ya. So I decided to stay away from her. Biarin lah dijudge sana-sini. Katanya, cewe yang ditaksir sama si Cowok Cute, which is my best friend, didn’t deserve him. Well, who are you to judge, ya kan?
Akhirnya aku jadi punya sahabat baru di SMA, masih awet sampai sekarang, dia udah jadi mahasiswa psikologi. Dia selalu baik, selalu moody (which is selalu aku cuekin juga saking kebalnya), selalu nggak jelas, dan selalu bikin kangen juga.
PS: Sekarang kita semua sudah baikan kok. It’s okay. Nothing to be worried about. Kalau yang bersangkutan baca, i love you all from my deepest heart. Nggak bohong.
1 note
·
View note
Quote
Pernah nggak sih kalian nangis sampai air mata membasahi seluruh wajah kalian, terus kering, dan kalian nangis lagi, sampai mata sakit dan kepala pusing? Kalau memang tangis meredakan pilu, namun mengapa justru membuatnya terasa semakin perih?
backpackkosong
0 notes
Text
Halo! Tidak usah kau jawab sapaanku jika itu terlalu menjengkelkan bagimu. Lagipula, aku juga tidak akan berpura-pura tahu bagaimana perasaanmu, karena aku mengerti kepura-puraan pahit itu hanya akan menambah kesenduanmu. Tidak apa-apa, bersedih adalah hal yang wajar, bukan? Sudah banyak manusia yang mengatakan hal ini hingga engkau bosan; tetapi memang benar. Jadi, silahkan bersedih! Menangislah. Merataplah. Keluarkan saja.
1 note
·
View note
Quote
Banyak orang mengatakan, ketika kita memberi kesempatan kedua pada sebuah hubungan, itu berarti sama seperti kita membaca buku yang sama: akhirnya pun akan sama pula. Padahal hubungan itu menulis buku, bukan membaca buku. Kita sendirilah yang menentukan bagaimana akhirnya.
backpackkosong
0 notes
Quote
Urip gak segampang cocote dewe pas bijak
Galih Wardiana
1 note
·
View note
Quote
Jika kau adalah hujan menjelang senja, maka aku adalah gadis kecil yang rela meninggalkan tidur siangnya dan bermain di luar rumah, basah bersamamu.
backpackkosong
13 notes
·
View notes