dialognanna
dialognanna
Dialog Nanna
38 posts
Ini adalah ruang tutur aku tentang apa saja.
Don't wanna be here? Send us removal request.
dialognanna · 3 days ago
Text
Dear My 2nd Son
Tumblr media
"Selamat yaa Bang, udah lulus SMP, perjalanan Abang masih panjang!" pesan tertulis Bunda kepadamu. Hari ini adalah perayaan wisuda kelulusan angkatan 31 di sekolahmu. Menjadi acara spesial dan kebanggaan setiap angkatan. Gema suara sambutan dari pemandu acara disertai musik pengiring sedikit menyita konsentrasi. Bunda mencoba adaptasi dengan suasana riuh yang ada. Ruang aula telah terhias dengan kilatan cahaya yang berasal dari luminer. Panggung megah dilengkapi dengan videotron yang cukup lebar menambah kemegahan acara.
Sambutan demi sambutan berjalan. Masing-masing pemberi sambutan menyampaikan pesan penting dan harapan bagi anak-anak maupun orang tua. Tayangan demi tayangan terus berlanjut. Hingga pada momen penayangan video kilas balik dengan backsong yang memaksa mata ini berkaca-kaca. Terharu karena menyadari bahwa abang sudah besar. Rasanya baru kemarin mengantarmu ke sekolah taman kanak-kanak. Akh waktu berputar tanpa terasa. Bunda tiba-tiba merasa takut dan menyesal. Apakah momen-momen selama ini terutama tentang perlakuan Bunda pada Abang, akankah menjadi kenangan baik? Ataukah sebaliknya menjadi luka dalam yang Bunda tidak sadari?
Mata ini makin berembun. Sebentar lagi menjadi titik-titik air yang tumpah bila tak dikendalikan. Aaakhh sesak di dada, ingin memutar kembali waktu. Ingin kembali saat Abang masih kanak-kanak yang selalu riang, kadang usil. Dulu, setiap yang melihat Abang kecil mengatakan wajah Abang mirip Bunda. Abang kecil, banyak yang suka towel pipimu karena setiap yang melihat pasti gemes.
Saat duduk di bangku TK, semua teman di kelas senang berkawan dengan Abang. Begitu pun ketika duduk di bangku SD. Bunda terheran, merasa tidak pernah mengenalkan ke orang tua murid (otm) siapa pun, eeh mereka kenal Abang. Terutama otm yang menjadi pengurus komite di kelas. Hal ini menjadi bahan observasi Bunda tentang Abang. Ternyata hasil assesment awal saat masuk SD yang menyatakan salah satu kecerdasan dominan Abang _interpersonal_ terbukti benar.
Abang sedari dulu mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Beberapa kali kita pindah domisli termasuk sekolah, Abang tidak kesulitan menyesuaikan diri. Setiap hari pertama di sekolah baru, Abang langsung dapat teman. Bunda, Ayah cukup lega dengan kemampuan yang Abang miliki ini.
Sekarang Abang sudah remaja. Bukan lagi anak kecil yang menggemaskan, yang mau diminta foto sambil bergaya. Aaakh momen ini bikin Bunda kangen. Namun, Bunda menyadari, Abang sudah ingin memiliki pendirian dan kepentingan sendiri. Apa yang ideal bagi Abang tidak selalu sama dengan apa yang ada di pikiran Bunda. Perbedaan ini tak jarang membuat kita berdebat. Terkadang mungkin, Abang merasa Bunda memaksakan pendapat, sehingga Abang merasa kesal lalu melontarkan isi pikiran Abang dengan nada kurang nyaman.
Ketika sudah terjebak dalam kondisi demikian, kemungkinan diantara kita ada rasa yang terluka, terlebih lagi jika perdebatan itu berlanjut. Menarik diri, tenang, baca istighfar adalah cara paling ampuh. Beberapa jam kemudian, Abang yang berkarakter perasa, mudah iba mendatangi Bunda. Abang tidak sungkan meminta maaf disertai air mata penyesalan. Bunda akhirnya ikut menangis dan memeluk Abang. Setelah reda, bukan Bunda namanya kalau belum menuntaskan nasihat-nasihat andalannya. Seperti biasa menjadikan peristiwa barusan sebagai pembelajaran dan Abang mampu melakukan refleksi agar tidak perlu mengulang perilaku yang kurang tepat.
Abang sebagai anak tengah. Mungkin saja yah, middle kid shyndrome itu benar. Katanya anak tengah itu biasanya unik. Sifatnya berbeda dari saudara lainnya. Eh bukannya tiap anak unik? masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Mungkin pada bagian kekurangan yang paling memusingkan bagi orang tua inilah menjadi sebab mendapat perhatian khusus. Akhirnya orang memberi label unik dalam tanda kutip. Bunda yakin setiap orang tua memberikan perhatian sepenuhnya kepada setiap anaknya tanpa memandang urutannya.
Kita sama-sama berjuang yah Bang! Bunda bukan ibu yang sempurna. Tetapi Bunda berusaha menjadi baik. Bunda minta maaf pada Abang, apabila selama mengasuhmu terdapat banyak torehan luka karena perkataan dan perilaku Bunda yang keliru. Mungkin itu tujuannya baik, tapi Bunda memilih cara yang mungkin kamu tidak suka. Maaf yaaah Nak! Ayoo kita terus lanjutkan perjalanan ini, menjadi keluarga yang bertumbuh walau tidak sempurna. Bismillah!
0 notes
dialognanna · 28 days ago
Text
Saat Anak Bertanya Hal Sulit
Tumblr media
Sumber Pic.: SIGAP
"Bunda......kesini! Lihat kedua kucing itu kenapa berantem? Kucing abu-abu di atas kucing putih." Salah satu dari sekian peristiwa dalam dunia pengasuhan. Apa yang Bunda katakan ketika si kecil menanyakan hal seperti di atas? Apakah memberikan jawaban jujur atau sebaliknya jika Bunda sudah mengetahui bahwa kucing tersebut sedang kawin. Pilihan jawaban saat itu tentu berdampak rasa ingin tahu anak-anak selanjutnya. Terkadang orang tua memilih "tidak jujur" karena ingin menghindari pertanyaan kompleks dari anak-anak. Namun, memberi jawaban jujur justru momen tersebut menjadi ruang bertumbuh bagi Bunda dan anak. Bunda akan terdorong berpikir bagaimana memberi informasi yang tepat dan sesuai usia anak saat itu. Bagi anak, ia mendapat informasi baru dan mendorong rasa ingin tahunya berkembang yang kelak menjadi bekal baginya menjadi seorang pembelajar yang kreatif, inovatif dan seterusnya.
Untuk pertanyaan ananda di atas, Bunda mungkin berpikir jika memberi jawaban jujur,si kecil akan mencerca pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Obrolan pasti makin panjang, sementara Bunda ingin mengerjakan hal lain, misalnya.
Apa sebaiknya yang Bunda perlu lakukan?
Bila urusan lain belum mendesak, maka meladeni pertanyaan anak dengan penuh perhatian adalah pilihan tepat. Bunda dapat memberikan jawaban terkait pertaanyaan tadi dengan tenang seperti : "Adik....kucing itu bukan berantem, tetapi kucingnya lagi kawin." Berhenti sampai di sini sambil menunggu responnya. Jika si kecil tidak ada pertanyaan lagi, tidak perlu menambahkan informasi lainnya. Jika si kecil bertanya lagi "Kawin, itu apa yah bun?" Pada situasi ini Bunda perlu bersikap tenang dan pikirkan kalimat yang tepat, sederhana, tapi tetap ilmiah sebagai jawaban. Contoh "Kawin adalah salah satu kegiatan binatang "jantan" dan "betina seperti kucing tadi, supaya punya anak". Mungkin saja si kecil semakin penasaran lalu menanyakan "Anak kucingnya dimana? Kapan lahir? Bagaimana kucing melahirkan?"
"Waah pertanyaan cerdas!" Respon seperti ini membuat si kecil makin semangat. Apabila Bunda benar-benar sudah harus melakukan hal lain, maka menunda membahas pertanyaan si kecil dengan mengatakan "Bunda senang adik sangat penasaran tentang kucing tadi. Bagaimana kalau kita cari tahu tentang ini dari buku atau internet, tapi setelah Bunda masak dan kita makan siang yah!" Pastikan Bunda benar-benar melakukan hal itu setelah makan siang. Pilih sumber informasi buku atau pun internet yang kontennya sesuai dengan usia anak. Setelahnya baru membahas bersama si kecil.
Sebuah pertanyaan sulit ternyata menjadi ruang belajar banyak hal bukan hanya bagi si kecil, tapi bagi orang tua juga.
0 notes
dialognanna · 1 month ago
Text
Emosi Ibu, Cermin Ketenangan Anak
Tumblr media
Sumber Pic.: https://www.albata.id
Senin pagi.....
Terdengar suara Arya, si sulung mencari sesuatu "Bu....dimana dasi abu-abu aku?". Arya bertanya ke art (asisten rumah tangga) yang sedang beres-beres. "Ibu udah simpan kok di lemari abang!". Ny. Hanif_dipanggil bunda_datang menghampiri Arya "Makanya kalau malam disiapin, jangan mau berangkat sekolah baru pusing nyari! Hayo cari lagi yang benar!" Arya melangkah kek kamarnya kembali sambil ngedumel "Bukannya ngebantu, malah ngomel!". Ia bongkar isi lemari dengan sembarangan. Mungkin karena ingin cepat ketemu, malah semakin tidak terlihat dasi yang dicari. Tiba-tiba terdengar bunda berseru dengan nada tinggi "Yaaa ampuun abang, apa gak bisa nyarinya baik-baik? Rapihkan lagi pakaian-pakaian ini kedalam lemari kamu! Pokoknya bunda gak mau tau pakaian ini harus beres!" Tidak mau kalah, Arya menjawab bunda dengan nada yang sama "Mana mungkin...ini sudah mau masuk kelas!" Lalu ia keluar rumah sambil banting pintu. Ia sudah ditunggu supir yang akan mengantar ke sekolah sejak setengah jam lalu.
"Sebel lihat tingkah anak ini!" bunda membatin. Benar-benar hari yang kacau. Bunda, anak semua bicara dengan nada tinggi. Entah mengapa untuk hal seperti ini yang biasanya bunda bisa hadapi dengan tenang, tapi hari ini berbeda. Akhirnya suasana rumah dan hati tidak nyaman. Belum selesai sampai di sini, bunda masih juga uring-uringan. Kesalahan kecil apa saja langsung terpancing ingin marah. Belum lagi saat Al si bungsu rewel tidak jelas, membuat suasana hati bunda semakin tidak karuan. Alih-alih menenangkannya, bunda malah membentak menyuruh Al diam. Apa yang terjadi? Al justru semakin kencang nangis. Bunda terduduk diam, hanya memandang si kecil yang terus menangis. "Kalau aku bentak lagit, Al pasti makin tidak mau diam." batin bunda. Akhirnya bunda memilih menunggu Al tenang. Diraihnya Al yang sedang duduk tersedu, kemudian ia gendong. "Adek marah?" tanya bunda. "Iya Al marah, bunda jangan gitu ke Al!" jawab Al dengan suara serak sambil tersedu. "Bunda minta maaf ya!" sambil salamin tangan Al. Bunda peluk Al sambil mengusap kepala hingga ke punggungnya.
Potret kejadian di atas mungkin banyak di alami oleh keluarga. Terkadang kondisi mental seorang ibu tidak selalu stabil. Berbagai hal dapat menjadi pemicu, antara lain : sedang PMS (Pre Menstrual Shyndrome), lelah, stress dengan pekerjaan, sedang sakit atau mungkin karena kurangnya kerjasama dengan pasangan sehingga beban pengasuhan terpusat ke ibu semua. Mungkin semua ibu menghadapi masalah yang sama. Keadaan tidak selalu ideal. Namun, cerita peristiwa di atas adalah ladang perjuangan bagi ibu agar tidak terjebak dalam emosi negatif.
Sebagai panduan, berikut adalah hasil penelitian siswa psikologi terhadap anak-anak di sebuah lembaga PAUD, menyimpulkan bahwa:
1. Ibu yang Tenang Melahirkan Anak yang Tenang
Ketenangan ibu dalam menghadapi stres sehari-hari membantu anak belajar bahwa dunia adalah tempat yang aman. Ini memperkuat kemampuan self-regulation anak dalam jangka panjang.
2. Dampak Emosi Negatif yang Kronis
Ibu yang mengalami stres berkepanjangan, depresi, atau mudah marah cenderung memiliki anak dengan tingkat kecemasan dan perilaku bermasalah yang lebih tinggi. Ini sering kali dikaitkan dengan respons emosional yang tidak stabil dan inmengupaukonsisten.
3. Pola Komunikasi Emosional
Ibu yang membuka ruang diskusi tentang perasaan, menggunakan kata-kata yang menggambarkan emosi (“kamu sedih, ya?”), membantu anak mengembangkan kecerdasan emosional lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa pentingnya bagi kita_ibu_mengupayakan menjaga kestabilan emosi. Kenyamanan, kebahagiaan dan ketentraman dalam rumah sangat bergantung pada kondisi emosional seorang ibu. Tentu hal ini dapat tercapai dan terjaga dengan dukungan pasangan. Ketika ibu merasa keadaan mentalnya sedang tidak sehat, mungkin disebabkan oleh salah satu atau lebih pemicu di atas, maka terbukalah dengan pasangan. Sampaikan apa yang sedang dirasakan. Jangan ragu meminta bantuannya. Ibu tidak akan dikatakan lemah hanya karena melakukan hal ini. Justru menjadi langkah strategis dan menjadi contoh baik bagi anak-anak melihat kedua orang tuanya saling dukung.
Semangat bagi kita para orang tua, tantangan pengasuhan adalah ladang bertumbuh bagi semua anggota keluarga.
0 notes
dialognanna · 1 month ago
Text
Konflik Antar Saudara
Tumblr media
Sumber Pic.: Willow Baby Shop
Sejenak kembali pada kenangan sepuluh tahun lalu. Ketiga anak kami saat itu berusia masing-masing: tujuh, lima dan tiga tahun. Saya mencoba menggali memori tentang mereka apakah pernah terjadi pertengkaran hebat. Namun tak satu pun peristiwa yang menjadi kenangan traumatis dalam hal ini.
Masa kanak-kanak mereka lebih banyak diisi dengan bermain. Rumah jadi ramai dengan suara riuhnya. Bermain kejar-kejaran, kadang sambil naik di kursi lalu melompat disertai suara heboh saking senangnya. Sebenarnya suara heboh seperti ini jadi siksaan bagi saya karena membangkitkan perasaan seperti kacau. Tak jarang saya melarang anak-anak bersuara kencang saat bermain. Selain agar tidak terlalu berisik, untuk menjaga ketenangan tetangga juga.
Pertengkaran diantara mereka sebenarnya jarang terjadi. Kalaupun terjadi lebih disebabkan karena ada yang bermain berlebihan sehingga tanpa sengaja menyenggol saudara lainnya hingga terjatuh. Atau sedang bermain fighting ala-ala super hero, malah kebablasan. Ketika hal ini terjadi, pastinya ada yang menangis. Apa yang saya lakukan? berhubung saya tidak menyaksikan langsung kejadian, maka hal pertama yang saya lakukan adalah menanyakan masing-masing anak apa yang terjadi. Ketika masing-masing anak ngotot merasa benar, hingga tidak ingin saling memaafkan maka saya menganjurkan agar bermain sendiri-sendiri dulu sambil memikirkan insiden tadi agar tidak terulang. Tanpa menunggu waktu lama mereka sudah terlihat bermain bersama kembali. Itu artinya mereka sudah saling memaafkan. Yang menarik adalah pada momen berikutnya anak-anak terlihat lebih hati-hati karena berusaha menghindari kejadian serupa.
Kami sebagai orang tua menyadari bahwa salah satu sumber pertengkaran juga adalah saling memperebutkan mainan. Sedapat mungkin saat membeli mainan terutama mainan yang harganya terjangkau, masing-masing anak punya kesempatan yang sama memilih satu mainan. Lebih baik lagi kalau membuat mainan bersama dari barang-barang bekas yang ada. Kegiatan seperti ini sering kami lakukan. Anak-anak dapat memiliki banyak pilihan dan paham bahwa mainan tidak selalu harus yang dibeli. Jika mainan yang harganya lumayan mahal atau yang bisa dipakai bersama cukup beli satu saja, seperti: mobil tamia, kolam renang mini dengan perosotannya, ular tangga, dst. Melalui media mainan seperti ini kami melatih mereka agar mau antri menggunakannya. Tidak menyerobot giliran yang lain. Mereka paham untuk saling menghargai hak satu sama lain. Momen ketika berada di tempat makan dapat menjadi media belajar juga. Kami meminta kakak yang sudah lebih besar ikut di barisan antrian. Adik-adiknya belajar dari melihat sang kakak melakukan hal tersebut. Yaah mulai dari hal-hal kecil dapat menjadi media pembelajaran bagi anak-anak sehingga memiliki kesadaran agar taat aturan dan saling menghargai.
Konflik atau pertengkaran antar saudara sesungguhnya bukanlah tanda kegagalan kita sebagai orang tua dalam pengasuhan, tetapi peluang untuk membentuk keterampilan sosial dan emosional anak. Dengan penangan yang tepat, kita dapat membantu anak membangun hubungan saudara yang sehat, saling menghormati, dan bertahan hingga dewasa.
Alhamdulillah apa yang kami lakukan sewaktu mereka masih kecil, berdampak baik sampai saat ini. Sekarang mereka sudah remaja yang paham akan kepemilikan masing-masing. Kami membiasakan ketika ingin menggunakan barang milik saudara harus dengan seijinnya. Membangkitkan rasa empati melalui makanan, harus cukup bagi semua anggota keluarga termasuk bagi mbak art kami.
Anak-anak sudah remaja, mungkin saja terbersit persepsi dari mereka rasa ketidakadilan. Kami membuka ruang ngobrol bahkan protes agar anak-anak bebas mengungkapkan perasaannya. Perasaan seperti ini paling sering muncul dari anak kami yang berkarakter feeling. Ketika ia protes tentang suatu hal dan membandingkannya dengan saudara lainnya, kami menjadikannya kesempatan menyampaikan bahwa adil itu bukan berarti fifty fifty. Memberi fasilitas masing-masing anak berdasarkan kebutuhan. Kebutuhan anak yang sudah duduk di SMA tentu berbeda dengan yang masih duduk di SMP dan seterusnya. Ruang ngobrol yang kami bangun cukup efektif meskipun nantinya tetap ada kemungkinan muncul hal yang mereka rasa tidak adil. Tidak apa, kita tidak perlu menghindari atau membungkamnya. Justru ini adalah kesempatan memperbanyak ruang ngobrol dan membuat mereka terbuka dan percaya kepada kita.
Berdasarkan beberapa sumber bacaan digital, berikut penyebab konflik antar saudara:
Persaingan perhatian – Anak-anak mungkin merasa harus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari orang tua.
Perbedaan usia dan tahap perkembangan – Anak yang lebih tua mungkin merasa terganggu oleh adik yang lebih kecil, sementara yang lebih muda bisa merasa ditindas.
Perbedaan kepribadian – Setiap anak unik; perbedaan gaya bermain, minat, atau temperamen bisa menimbulkan gesekan.
Rasa tidak adil – Jika anak merasa perlakuan orang tua tidak adil, ini bisa menimbulkan kecemburuan dan pertengkaran.
Sebagai orang tua, kita tidak bisa sepenuhnya mencegah konflik, tetapi kita bisa melatih cara anak menyelesaikannya. Berikut beberapa pendekatan:
Tidak langsung memihak – Dengarkan cerita dari kedua pihak sebelum mengambil keputusan. Hindari memberi label seperti “si pintar” atau “si nakal” karena ini bisa memperburuk kecemburuan.
Ajarkan keterampilan menyelesaikan masalah – Ajak anak-anak berdiskusi, dengarkan satu sama lain, dan cari solusi bersama. Ini membangun empati dan komunikasi.
Fokus pada emosi, bukan hanya perilaku – Bantu anak mengenali dan mengelola emosinya. Misalnya, “Kamu marah karena mainannya diambil, ya?”.
Beri waktu khusus untuk masing-masing anak – Luangkan waktu satu-satu agar setiap anak merasa dihargai secara individu.
Semangaaat yah para orang tua, meskipun konflik terasa negatif, ini sebenarnya bisa menjadi momen belajar dan bertumbuh. Anak-anak belajar bagaimana bernegosiasi, memahami perasaan orang lain, dan menemukan solusi damai. Dengan bimbingan kita, orang tua yang sabar dan konsisten, konflik antar saudara bisa menjadi batu loncatan menuju kedewasaan emosional.
0 notes
dialognanna · 2 months ago
Text
Menjadi Ibu Dari Balita Hingga Remaja
Tumblr media
Sumber Pic.: Tiktok
Waktu subuh, sekitar pukul 04.50 WIB. Saya duduk antri menggunakan toilet untuk ambil air wudhu. Secara bergantian suami, abang-abang lebih duluan. Sambil duduk tiba-tiba terpikir ingin menggunakan tespek (alat tes kehamilan). Bukan tanpa alasan, beberapa hari ini badan terasa berbeda dari biasanya. Sebenarnya jadwal menstruasi belum telat banget, hanya penasaran saja. Kala itu masih pandemi covid sehingga shalat berjamaah kami lakukan bersama.
Tiba giliran saya menggunakan toilet. Mereka siap-siap sambil menunggu saya untuk shalat berjamaah. Di dalam toilet, saya gunakan tespek seperti biasanya. Perasaan campur aduk saat mencelupkan strip tespek kedalam wadah urin. Sesuai petunjuk, mencelupkannya cukup 30 detik, lalu angkat dan meletakkannya dalam posisi datar. Saya menunggu 1-3 menit dengan perasaan campur aduk. Terlihat jelas perubahan warna pada strip yang semakin lama memperlihatkan ada garis berwarna merah muda. Pada awalnya tampak satu garis merah jelas, beberapa saat kemuadian garis kedua mulai terlihat meskipun warnanya lebih pudar. Yaaah saya paham itu tandanya apa. Tes kali ini bukan untuk pertama kali, tapi setelah anak ke empat.
Antara mengucap Alhamdulillah dalam hati tapi berat. Beratnya karena membayangkan hari-hari yang akan dihadapi dengan kehamilan ini dimana sedang pandemi covid masih berlangsung. Selesai wudhu, saya keluar dari toilet dan duduk di sofa tamu untuk menenangkan diri. Saya tunjukkan ke suami strip tersebut. Ia terdiam sejenak lalu mengucapkan Alhamdulillah, "yuk shalat dulu bund!".
Itulah cerita awal hadirnya anak kami yang kelima. Anak pertama qadarullah telah berpulang saat usianya masih bayi. Anak kedua, laki-laki yang jadi sulung usianya 17 tahun saat ini. Anak ketiga, laki-laki usianya 15 tahun. Anak keempat, perempuan usianya 13 tahun. Terakhir anak kelima, laki-laki usianya 4 tahun. Yaah lengkap, di rumah kami ramai oleh riuhnya anak remaja sampai balita.
Banyak yang bilang ke saya "kamu kuat yaah punya anak empat!". Saya jawab "yaah, dikuat-kuatin, pilihannya hanya itu hehe". Perlu disadari bahwa merencanakan punya anak itu perlu. Banyak hal yang perlu disiapkan. Bukan hanya materi, non materi seperti kesiapan mental, pola pengasuhan adalah penting. Alasannya pasti semua sudah tahu, apalagi yang sudah menjadi orang tua. Menjalankan pengasuhan tidak sesederhana yang dituliskan di buku-buku parenting. Saya dan suami sedang dalam perjuangan ini bagaimana menjalankan roda keluarga, menegakkan pola pengasuhan yang pada kenyataannya tidak selalu ideal sesuai harapan. Perasaan tidak ideal menjadi sumber ketakutan tersendiri bagi kami, terutama saya. Hal ini mungkin dipicu oleh banyaknya informasi, referensi, konten yang menunjukkan bahwa standar ideal orang tua itu seperti bla bla bla.
Pengalaman paling strugle menjadi ibu, bagi saya adalah ketika berjuang berdamai dengan peristiwa kehilangan anak karena sakit. Kami sadar,ini pasti sudah kehendak Allah. Namun, rasa takut kehilangan lagi selalu datang menghantui. Traumatik ini berpengaruh pada perilaku kami memperlakukan anak-anak ketika kecil, terutama anak kedua. Mereka kami lindungi seketat mungkin, terutama dari hal-hal yang kami anggap jorok. Dari hal-hal yang berpotensi menimbulkan penyakit dan sejenisnya. Tanpa sadar kami menjelma sebagai orang tua protektif, apa-apa melarang anak lakukan. Sebisa mungkin kami hindarkan mereka dari kuman maupun bahaya agar mereka tidak sakit atau menderita. Kami tidak siap menyaksikan anak sakit. Yaa ampun sebegitu traumanya. Bekas traumatik ini berlangsung hingga ketiga anak kami masing-masing masuk Taman Kanak-Kanak (TK), bahkan ada yang sampai masuk Sekolah Dasar (SD) karena kondisi fisiknya.
Saya menyadari, energi terbesar yang saya kerahkan saat mereka usia 1 - 3 tahun adalah menjaga kesehatannya. Pada fase tersebut,saya juga masih dalam tahap belajar menjadi orang tua. Istilah tumbuh kembang anak yang saya pahami hanya seputar pertumbuhan tinggi, berat badan, kemampuan bicara dan bermain. Untuk urusan ini saja, setiap malam sudah ngos-ngosan karena kehabisan tenaga. Pada malam hari kami sudah tertidur lalu esoknya bangun melakukan keriuhan yang sama kembali. Saya pikir itulah yang ideal sebagai ibu dalam mendampingi anak-anak.
Pada satu titik saya bosan menjalaninya. Aaaaakh aktifitas ibu kok begini-begini saja ternyata, kurang berwarna. Pada momen seperti ini kenangan saat masih kerja kembali membayang. Ada kemerdekaan, keseruan bersama rekan kerja, gelak tawa di kala menjalankan aktifitas bersama memancing rindu ingin kembali ke dunia kantoran. Hmmm apakah saya tidak menikmati kehidupan yang sekarang? atau ada hal lain yang sebenarnya belum saya temukan?
Hari terus bergulir disertai dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan seperti itu di kepala. Makin kesini mulai mempertanyakan kepada diri, bagaimana dan apa yang harus saya lakukan agar rutinitas sebagai ibu lebih menyenangkan? Bukan menjalaninya hanya sekedar menggugurkan peran karena sudah kadung memilih? Saya ingin menjadi ibu dan bangga dengan peran itu.
Suatu hari, mungkin ini adalah jawaban sekaligus petunjuk awal dari Allah. Sebuah broadcast bbm__saat itu blackberry messenger masih populer, isi pesan dari broadcast tentang konsep perenting "Strong From Home" ala Ayah Edy. Beberapa kalimat pengantar yang berisi apa dan mengapa penting mengetahui konsep Strong From Home (SFH). Pada bagian akhir, pesan berisi menawarkan materi-materi audio tentang SFH berbentuk CD. Saya penasaran dan memang sedang membutuhkan referensi pengasuhan. Tanpa pikir panjang saya memesan beberapa buah CD untuk dibagikan ke keluarga sekalian.
Singkat cerita, konsep SFH ini sangat bagus, bukan sekadar slogan, melainkan panggilan kepada kita orang tua agar kembali ke peran utamanya: mendidik generasi yang kuat secara fisik, psikis, spiritual dan intelektual dimulai dari rumah. Secara garis besar konsep SFH menekankan pada :
Keluarga sebagai sekolah pertama dan utama
Pengasuhan berdasarkan kecerdasan majemuk
Rumah sebagai tempat yang aman dan nyaman
Peran Ayah dan Ibu seimbang
Menjadi orang tua pembelajar
Menemukan konsep SFH menjadi titik awal saya melakukan perubahan. Memulainya dari mindset tentang peran ibu yang sangat penting. Perlahan menerapkan apa yang disampaikan oleh Ayah Edi. Pasti tidak sempurna dalam menjalankannya, yang terpenting berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Saya semakin haus akan ilmu-ilmu pengasuhan. Problematika yang saya alami dalam menghadapi anak-anak menjadi motivasi agar terus belajar. Sekarang ketiga anak kami sudah remaja dan si bungsu masih balita. Hal ini memberikan warna dan kebutuhan pengelolaan yang berbeda lagi dibanding pada saat semua anak-anak masih kecil. Menjadi ibu tidak akan pernah selesai tugasnya. Seiring bertambahnya usia anak, bertambah pula tantangannya. Mereka bertumbuh, maka kita orang tua juga ikut bertumbuh.
Dulu saat anak-anak masih kecil, masih berlaku I know, let I teach you. Kemudian anak-anak menjadi remaja, situasinya menjadi I know, you know, let discuss, bahkan dengan kemajuan teknologi dan mereka adalah generasi native digital mengalami perkembangan pesat dalam berbagai hal, kondisinya pun menjadi You know better, let me hear you.
Terlihat mudah mengeja tahapan-tahapan tersebut. Pada faktanya, tidak mudah menjadi orang tua yang benar-benar merdeka dan memerdekakan anak-anak. Memerdekakan atas pilihan-pilihannya selama mampu bertanggung jawab. Orang tua kesulitan melakukan itu bukan karena tidak berusaha, tapi karena sulitnya keluar dari standar yang tercipta oleh lingkungan, sistem dan seterusnya. Apa yang bisa kita lakukan?
Saya sebagai ibu dari anak yang beragam usia, berkomitmen: apapun permasalahan atau tantangan yang timbul dalam mendampingi anak menjadi kesempatan bagi saya untuk belajar. Bila kenyataan tidak sesuai harapan, maka itu menjadi proses belajar lagi bagaimana menerima. Apa yang para ibu sudah usahakan baik dengan cara ideal maupun belum_demi kebaikan anak, suatu saat nanti menjadi kenangan baik bagi mereka. Saya berharap anak-anak lebih banyak mengenang hal baik yang telah saya lakukan, aamiin. Semangat wahai para ibu di manapun. Tugas mulia ini bukanlah beban, tapi panggilan hati yang tidak menantikan panggung ataupun piala, Semangaaaat...ikhlas...Lillahita'ala!!!
0 notes
dialognanna · 2 months ago
Text
Setiap Anak Unik
Tumblr media
Sumber Pic.: Kompas.com
Setiap anak berbeda, meskipun mereka terlahir dari rahim yang sama. Di keluarga kami terdiri tiga anak remaja dan satu toddler. Sejak kecil kami memperhatikan perkembangan dan perbedaan mencolok diantara mereka. Bukan untuk membanding-bandingkan, tetapi menjadi referensi bagi kami menemukan cara bagaimana memperlakukannya yang sesuai kepribadian masing-masing. Kami sering berpindah domisili karena mengikuti tempat kerja suami setiap mendapat SK (surat keputusan) mutasi. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi perkembangan anak-anak.
Si sulung, sebutlah namanya Arya (nama samaran). Sejak kecil pembawaannya sedikit tertutup. Ia memerlukan cukup waktu untuk memiliki teman di kelas. Menurut penilaian gurunya saat SD, Arya cenderung pasif dan pendiam. Pembawaannya ini berlangsung hingga kelas tujuh SMP. Begitu naik kelas delapan, seiring kami pindah domisili, pembawaan Arya perlahan berubah lebih terbuka. Kami menilai bahwa ini adalah perubahan baik. Harapannya Arya jauh lebih adaptif dan aktif dibanding keadaan sebelumnya. Sebagai orang tua menghadapi anak dengan pembawaan seperti ini adalah lebih sering mengajaknya ngobrol. Dari segi gaya belajar, Arya lebih senang belajar secara auditori, meskipun demikian gaya belajar lainnya tetap diperlukan. Pembelajaran di sekolah yang menggunakan metode ceramah masih efektif baginya, tapi tetap perlu melibatkannya dalam diskuai atau dialog dua arah.
Di balik perubahannya ada hal menarik yang menjadi bahan pikiran kami. Kami menduga bahwa stimulasi lingkungan baru ketika Arya SMP mendorongnya menjadi lebih terbuka. Secara akademik Arya memiliki kemampuan untuk berpikir dalam bentuk gambar, membayangkan sesuatu dalam ruang, dan memahami hubungan antara bentuk dan ruang. Kemampuan ini disebut kecerdasan visual-spasial. Kami selalu mengandalkan dirinya untuk membaca peta atau mencari alamat ketika bepergian.
Pada pengamatan sementara pola kerja, Arya memiliki motivasi ketika ada instruksi atau ada tekanan dari luar. Kelebihan dengan pola ini, ia tidak gegabah mengambil keputusan atau stabil. Hanya saja pada situasi darurat, misalnya terjadi perubahan mendadak Arya akan kesulitan beradaptasi, mudah kewalahan sehingga sulit melakukan inovasi. Cara mengatasi kekurangannya ini tentu Arya membutuhkan ruang berlatih bagaimana menghadapi dan mengatasi masalah seperti terlibat dalam keorganisasian di sekolah, mempercayakan sejumlah tanggung jawab baik untuk kepentingan personal maupun kelompok.
Selanjutnya pengamatan terhadap anak kedua, sebut namanya Bobi. Sejak kecil Bobi terlihat aktif bergerak. Ia tidak betah pada satu jenis kegiatan atau hanya berdiam di tempat. Pembawaan ini masih konsisten sampai sekarang. Bobi menyalurkan kesenangannya bergerak dengan ikut kegiatan ekstra olahraga di sekolah. Dalam bersosialisasi Bobi tidak mengalami kendala, meskipun kami sering pindah domisili. Pada hari pertama di setiap sekolah baru, ia langsung memiliki teman. Kemampuan Bobi mengelola diri juga terbilang cukup baik seusai usianya saat ini. Ketika duduk di kelas tujuh-delapan SMP, ia memutuskan menjadi pengurus OSIS. Keterlibatannya sebagai panitia acara, menyusun proposal dan menemui pihak donatur melatih kemampuan komunikasinya semakin meningkat.
Berdasarkan pengamatan tersebut Bobi memiliki beberapa kecerdasan dalam hal : kinestetik, linguistik (verbal), intrapersonal, interpersonal. Sementara dalam hal berkegiatan (bekerja), Bobi cenderung memilih bekerja secara tim atau disebut pola kolaboboratif. Ia senang membangun sinergi dan empati terhadap setiap masukan. Hanya saja pada kondisi tertentu seperti terjadi beragam pendapat dalam tim, Bobi akan kesulitan mengambil keputusan sendiri. Untuk mengatasi kelemahan ini, Bobi perlu berlatih menggunakan metode berpikir bagaimana mengambil keputusan. Ruang berlatih dapat ia peroleh melalui menjadi ketua tim atau ketua proyek sekolah atau kelas.
Berikutnya pengamatan pada anak ketiga, sebut namanya Naya, perempuan. Beberapa stimulasi yang kami lakukan kepadanya sedikit berbeda dibanding kakak-kakaknya. Contoh saat mengenalkan huruf dan mengajar baca. Yang kami lakukan sebelumnya pada kakak menggunakan metode klasik, yah mengenalkan huruf dan belajar baca melalui buku dan flash card. Pada Naya kami membuat stik huruf yang bisa ditancapkan di styrofoam. Stik huruf-huruf ini kami jadikan alat bantu belajar huruf dan baca. Saat Naya sedang makan sesuatu misalnya makan donat, kesempatan itu kami perlihatkan rangkaian huruf yang membentuk kata "do nat". Stik huruf yang membentuk kata donat ditancapkan di styrofoam. Naya sangat senang dengan metode ini dan tanpa merasa sedang belajar melainkan bermain huruf.
Naya mengalami perkembangan yang cukup baik dalam berbagai hal. Ia memiliki kemampuan bahasa yang sangat baik termasuk bahasa asing (Inggris). Dalam bersosialisasi Naya mampu berinteraksi dengan temannya, tak jarang ia ditunjuk menjadi ketua kelompok. Dalam hal akademik, kemampuan numerik matematik juga berkembang. Konsep-konsep perhitungan dasar dapat ia pahami dengan mudah. Kemampuan mengelola diri dalam menjaga motivasi belajar cukup kuat (intrapersonal).
Pada penilaian pola kerja, Naya terbilang memiliki motivasi kerja proaktif, perfeksionis. Ia berani memilih peran dalam sebuah kegiatan kelompok, namun terkadang ia kewalahan sendiri karena mengambil begitu banyak peran yang mungkin disebabkan oleh anggota tim lainnya tidak aktif. Keinginannya bahwa pekerjaan harus selesai dan sempurna membuatnya memilih menangani pekerjaan yang seharusnya bukan jadi tanggung jawabnya. Untuk mengatasi kekurangan ini Naya perlu berlatih berani mengatakan "Tidak" pada hal yang bukan tanggung jawabnya. Apabila sebuah proyek adalah pekerjaan tim dan Naya menjadi ketuanya, ini adalah kesempatan baginya menyusun perencanaan agar pekerjaan terdelegasi ke setiap anggota serta memiliki lini waktu sesuai kemampuan masing-masing anggota agar tujuan proyek tercapai tanpa Naya harus menangani sendiri.
Inilah cerita pengamatan pada ketiga anak kami. Anak keempat masih toddler. Inilah masa memperkaya stimulasi kepadanya yang perlu kami lakukan dengan menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan jaman saat ini.
Anak-anak terus bertumbuh dan berkembang. Kehadiran kita sebagai orang tua adalah menjadi fasilitatornya saja. Mereka yang menjalani dan masalah-masalah yang ditemuinya menjadi ruang berpikir bagaimana menyelesaikannya sehingga menjadi pengalaman berharga untuk perjalanan kehidupan mereka selanjutnya.
0 notes
dialognanna · 2 months ago
Text
Mengasuh Anak Di Era Digital
Tumblr media
Sumber Pic. : Kompas.id
"Abang, adek.....siapkan komputernya, bentar lagi pelajaran dimulai!", teriakku ke anak-anak sambil ngemong bayi yang baru beberapa pekan lahir. Saat itu masih pandemi Covid, sehingga anak-anak belajar secara daring dari rumah. Instruksi pagi seperti ini kerap aku lontarkan tanpa mengecek terlebih dahulu. Mungkin saja mereka sudah siap sedari tadi. Di rumah aku mengasuh empat anak : anak pertama laki-laki duduk di bangku SMP kelas 7, kedua anak laki-laki duduk di kelas 5 SD, ketiga anak perempuan duduk di kelas 3 SD, terakhir bayi laki-laki berumur kurang dari satu bulan. Kedua abang belajar di kamar yang sama, sementara adek perempuan belajar di ruang tengah.
Aku tidak rutin melakukan inspeksi ke kamar abang karena masih fokus meladeni sang bayi yang setiap saat terbangun dari tidur dan ingin menyusu. Melakukan pengawasan saat itu cukup berat terlebih karena suami baru saja pindah kerja ke kantor pusat di kota yang berbeda. Akhirnya kami hidup terpisah untuk sementara waktu. Keadaan bertambah sulit karena beberapa hari setelah kepindahan suami, asisten rumah tangga (art) yang bekerja di rumah, mengalami kecelakaan fatal. Bersyukur mbak segera mendapat pertolongan dan pengobatan yang memadai dari rumah sakit terdekat.
Selama pembelajaran lewat daring, terlihat perbedaan mencolok antara abang-abang dan nak gadis. Si abang terlihat betah dengan perangkat belajarnya meskipun sudah jam istirahat, sementara sang adik memilih bermain sepeda di sekitar komplek selama tidak mengantuk. Sepulang bersepeda ia terlihat lebih semangat untuk kembali bergabung belajar dengan menggunakan platform zoom meeting. Perhatianku pada abang-abang ini. Bikin penasaran, apa yang mereka lakukan dengan perangkatnya sehingga betah berlama-lama di kamar. Kekhawatiranku adalah jangan sampai abang-abang mengakses konten-konten dewasa. Jauh hari aku sudah mengingatkan tentang hal ini kepada anak-anak, termasuk tidak sembarang klik atau install aplikasi karena dapat berpotensi membawa virus digital.
Kuputuskan harus lebih sering mengecek aktifitas anak-anak dengan perangkatnya. Belakangan saya jadi paham, ternyata mereka lagi seru-serunya menikmati mainan baru yang tidak pernah dilakukan saat sekolah offline. Apakah itu? main game online bareng teman. Huffffttt tiba-tiba aku jadi musuhan dengan yang namanya GAME. Pernah mereka kedapatan bermain, padahla pelajaran sedang berlangsung. Bukan main emosinya aku kala itu. Saat ditanya mengapa melakukannya, mereka jawab mengantuk dan pelajarannya tidak menarik. Kata mereka lagi guru gak asik ngajarnya.
Huwaaaahh akibat peristiwa ini, saya jadi patroli setiap saat ke kamar abang. Pintu kamar saya larang ditutup selama belajar agar aktifitas mereka lebih terpantau terutama yang berkenaan dengan internet. Tidak berniat untuk tak mempercayai anak-anak, melainkan memahamkan mereka bahwa apa pun itu penggunaanya tetap dalam batasan. Game, sosmed dan sajian hiburan lainnya di internet memang sangat mudah membuat pengguna terlena bahkan jadi adiktif.
Seberapa kuat aku dapat melakukan pengontrolan seperti ini? Tak jarang aku dan abang-abang terlibat perdebatan karena masalah game. Tak ingin menghabiskan tenaga karena persoalan ini. Kucoba pahami keadaan, bahwa anak-anak butuh berinteraksi sementara situasi tidak memungkinkan karena pandemi. Akhirnya dengan bermain online bersama mereka menemukan kegembiraan. Hal yang aku cemaskan adalah permainan ini membuat mereka adiksi yang berakibat mengurangi konsentrasi dalam belajar. Perhatian terhadap materi belajar jadi berkurang.
Sebagai langkah solusi kami buat kesepakatan bahwa pada jam istirahat, waktunya benar-benar digunakan beristirahat atau aktifitas selain dengan layar. Bermain game tetap diperbolehkan pada waktu dan durasi tertentu. Bagi yang melanggar kesepakatan tidak mendapat kesempatan main game selama waktu tertentu.
Pada saat wabah covid mulai terkendali, anak-anak di komplek sudah dapat beraktifitas bareng dengan tetap menggunakan masker serta menjaga kebersihan diri. Walaupun demikian sekolah masih berjalan secara daring.
Suatu hari, aku iseng memancing pendapat mereka saat kumpul dengan teman sekomplek di rumah. "Ayooo kalian bisa jualan sesuatu lewat online!". Ada yang nyeletuk "Jual apa yah tante bagusnya?". Ada yang timpali "Jual kripik!". Waah anak-anak ini mulai kepancing, yess! kataku membatin. "Kalau saat sekarang, sepertinya belum pas jual makanan. Coba barang lain saja yang kemungkinan dibeli, termasuk ibu-ibu komplek!" saranku kepada mereka. Tiba-tiba ada yang berseru "Bagaimana kalau jual parfum roll itu, harganya juga murah trus semua bisa pakai!". Kutimpali dengan jawaban "Nah....setuju, coba saja cari suplier, di online banyak biasanya!".
Keesokan harinya, mereka berlima sibuk mencari pemasok parfum terdekat lewat online. Mereka mengumpulkan modal dari tabungan masing-masing. Abang sulung kebagian tugas sebagai bendahara, yang lainnya bagian pemesan dan pemasaran. Melihat kesibukan mereka seperti itu jadi senang. Perangkat internet mereka gunakan tidak hanya untuk bermain game.
Pesanan parfum mereka pun tiba. Kebiasaan ibu-ibu komplek pada waktu tertentu kumpul bareng sambil menikmati makanan yang dibawa dari rumah masing-masing. Ngumpulnya di halaman rumah salah seorang ibu. Pada momen itulah anak-anak mendatangi kami lalu menawarkan dagangan parfumnya. Hari itu juga parfumnya terjual habis. Mereka memang memesan tidak banyak. Katanya menguji pasar dulu dan menyesuaikan modal.
Sukses dengan percobaan pertama, mendorong mereka ingin lanjutkan kegiatan bisnisnya. Kali ini saya tidak banyak intervensi lagi. Beberapa kali mereka lakukan rapat di rumah yang kadang diselingi main game bareng, haha gak jauh-jauh degh ngeGame. Mereka sudah putuskan bahwa produk yang akan dijual adalah T-Shirt. Memulai pencarian supplier baju kaos polos lewat online. Selanjutnya membuat disain motif sederhana menyesuaikan aktifitas warga yang sedang populer yakni gowes. Begitu baju kaos polos tiba, mereka langsung membawanya ke tempat sablon. Modal yang mereka gunakan berasal dari tabungan masing-masing. Pembayaran melalui transfer saja yang kami bantu, mereka ganti dengan uang tunai.
Hanya memakan waktu sehari, pengerjaan sablon sudah selesai. Baju kaos sudah di tangan, mereka mengambil foto produk bersama. Menjadi model t-shirt secara bergantian. Ada juga foto produk tanpa model. Pengambilan foto mereka lakukan di luar ruang (outdoor), pertimbangannya agar pencahayaan cukup tanpa memakai lampu tambahan. Foto-foto produk tersebut mereka jadikan konten iklan di instagram akun toko online yang mereka buat. Proses ini mereka sudah ketahui tentu dari melihat contoh di internet.
Produk kedua yang mereka pasarkan agak pricy dibanding produk sebelumnya. Jadi tidak akan sama kecepatan penjualannya. Hal penting yang dapat kita pelajari, bahwa keberadaan teknologi digital sesungguhnya dapat menjadi sumber belajar bagi anak-anak. Poin penting yang perlu disampaikan adalah :
Pahami Dunia Digital:
Internet bukan hanya tempat bermain, tapi juga tempat belajar dan berkarya.
Mengetahui bagaimana teknologi bekerja agar tidak mudah tertipu.
Jejak Digital itu Nyata:
Segala aktivitas online meninggalkan jejak yang bisa dilacak.
Pikirkan sebelum membagikan sesuatu, karena bisa berdampak jangka panjang.
Bijak Menggunakan Media Sosial:
Gunakan untuk hal positif, seperti berbagi informasi bermanfaat atau karya.
Hindari perundungan (cyberbullying), hoaks, dan komentar negatif.
Kritis terhadap Informasi:
Tidak semua yang dilihat di internet itu benar.
Cek sumber informasi dan jangan mudah menyebarkan berita sebelum memverifikasi.
Jaga Privasi Diri:
Jangan membagikan informasi pribadi seperti alamat rumah, nomor telepon, atau sekolah secara sembarangan.
Gunakan pengaturan privasi di aplikasi dengan bijak.
Etika Digital:
Berlaku sopan dan hormat saat berkomunikasi online, sama seperti di dunia nyata.
Hormati karya orang lain dan hindari plagiarisme.
Waktu Layar yang Sehat:
Atur waktu penggunaan gadget agar tidak mengganggu belajar, tidur, dan aktivitas fisik.
Beristirahat secara berkala dari layar (screen time).
Keamanan Digital:
Gunakan password yang kuat dan jangan dibagikan ke siapa pun.
Hati-hati terhadap phishing, scam, atau penipuan online.
Keberadaan teknologi digital atau internet membawa dua dampak, tergantung pada penggunanya. Sikap mental yang paling penting dibangun pada anak-anak adalah memiliki kendali diri terutama bagaimana tidak mudah ter_DISTRAKSI akibat kenyamanan yang disajikan oleh internet. Dengan kuatnya self regulaai yang dimiliki anak-anak, perubahan apa pun kedepannya nanti, mereka akan mampu adaptasi dan menjadi pengguna yang bijak. Selamat berjuang para pendidik untuk membangun karakter ini, SEMANGAT!
0 notes
dialognanna · 2 months ago
Text
6 Langkah "Problem Solving Model" (Contoh Penerapannya Dalam Pengasuhan)
Tumblr media
Metode "Problem Solving Model" ditemukan oleh John Dewey, seorang ahli didik berkebangsaan Amerika. Pada asalnya metode ini bertujuan melatih kemampuan berpikir anak, sehingga terhindar mengambil kesimpulan secara tergesa-gesa. Anak-anak terlatih menimbang berbagai kemungkinan pemecahan, dan menunda pengambilan keputusan. Metode ini dilandasi oleh filsafat konstruktivisme, yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
Model problem solving juga dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam pengasuhan. Model ini sangat membantu orang tua untuk mengatasi berbagai tantangan dalam mendidik anak. Keenam langkah "Problem Solving Model" adalah sebagai berikut:
Identifikasi Masalah
Pada tahap ini orang tua dapat melakukan belanja masalah. Sekumpulan masalah ini dipilih mana yang perlu diselesaikan.
2. Menyelami Akar Masalah
Selami masalah yang terpilih ingin diselesaikan. Masalah yang dihadapi kebanyakan hanyalah fenomena dari sejumlah akar masalah sesungguhnya. Untuk mengetahui akar masalah dapat menggunakan metode 5 Why's. Pada ilustrasi berikut :
Tumblr media
3. Mengumpulkan Alternatif Solusi (divergen thinking)
Mengembangkan beberapa solusi. Analisa masing-masing solusi yang paling relate dengan gejala dan akar masalah. Putuskan pilihan solusi atau gabungkan beberapa solusi terbaik yang paling relate dengan gejala atau akar masalah.
4. Memilih Solusi Terbaik (convergen thinking)
Memilih solusi terbaik dengan cara analisa solusi yang paling memiliki kemungkinan dapat berjalan dan berhasil. Aspek kemungkinan (feasibility) yang dapat dinilai antara lain:
Kelayakan dan kepraktisan
Tingkat resiko minim
Efisiensi tinggi
Waktu pelaksanaan (efektif)
Sesuai sumber daya
5. Menerapkan Solusi Yang Terpilih
Melakukan tindakan nyata sesuai solusi yang dipilih secara konsisten. Memastikan semua anggota keluarga yang terlibat paham peran dan tujuannya.
6. Monitoring dan Evaluasi Hasil Serta Apa Tindak Lanjut
Membuat indikator kesuksesan secara SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, Timebond). Menyiapkan mekanisme feedback system. Setelah menjalankan solusi dalam periode tertentu, lakukan evaluasi apakah hasilnya sesuai indikator atau sebaliknya. Melakukan tindak lanjut sesuai mekanisme feedback system yang telah dibuat. Contoh jika berhasil maka problem solved, jika gagal apa alternatif solusi berikutnya.
Silahkan perhatikan contoh penerapan sederhana pada infografis di atas.
Model problem solving ini membantu orangtua:
Bersikap objektif
Melibatkan anak dalam proses penyelesaian
Membangun komunikasi yang terbuka dan positif
Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri pada anak.
0 notes
dialognanna · 2 months ago
Text
Melatih Diri Berpikir Kritis (Sebagai Orang Tua)
Tumblr media
Sumber Pic. : Pngtree
Berpikir kritis "Critical Thinking" adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi dan menginterpretasi suatu situasi atau informasi secara objektif dan rasional tanpa terpengaruh oleh asumsi, opini atau bias yang belum teruji.
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan penting dalam kehidupan modern yang penuh dengan informasi dan kompleksitas. Kemampuan ini memungkinkan seseorang kita sebagai orang tua mampu mengambil keputusan secara bijak dan rasional. Dalam dunia pengasuhan, berpikir kritis menjadi landasan penting agar pengasuhan dijalankan secara sadar, objektif, dan berorientasi pada perkembangan jangka panjang anak.
Dalam dunia pengasuhan orang tua akan menghadapi kompleksitas dinamika perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun emosional. Kompleksitas ini menuntut kita untuk mengerahkan daya nalar atau berpikir logis agar tidak sedikit-sedikit menyelsaikan problem pengasuhan secara emosional dalam konteks negatif seperti mudah marah, menghakimi anak, dan seterusnya.
Dalam pengasuhan, orang tua atau pengasuh sering dihadapkan pada berbagai situasi kompleks: menghadapi tantrum anak, memilih metode pendidikan yang tepat, atau memfilter informasi parenting dari berbagai sumber. Tanpa berpikir kritis, pengasuhan bisa menjadi reaktif, impulsif, atau bahkan mengikuti mitos-mitos yang tak berdasar.
Orang tua yang berpikir kritis tidak mudah bertindak reaktif ketika menghadapi situasi atau mendapati perilaku anak tidak sesuai harapan. Karena memiliki kemampuan dan bersedia untuk memikirkan alasan dibalik munculnya tindakan anak tersebut untuk dipahami terlebih dahulu sebelum bertindak.
Komponen penting dalam berpikir kritis antara lain:
Observasi: Melakukan pengamatan terhadap sekumpulan informasi atau keadaan menjadi data.
Analisis: Mengurai informasi, keadaan sebagai data menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk dipahami.
Evaluasi: Menilai kualitas atau validitas informasi, argumen dan situasi.
Interpretasi: Memahami makna dari data atau situasi.
Refleksi: Merenungkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
Penyimpulan: Menarik kesimpulan dari data, informasi dan situasi yang tersedia/terjadi secara logis.
Berpikir kritis membantu orang tua untuk:
Mengambil keputusan berdasarkan data dan pengalaman, bukan semata-mata emosi.
Tidak mudah terbawa tren parenting yang belum terbukti.
Lebih memahami kebutuhan unik anak, bukan sekadar mengikuti pola umum.
Menghindari penghakiman terhadap diri sendiri atau orang lain secara instan.
Membina komunikasi yang sehat dan empatik dengan anak.
Cara Melatih Berpikir Kritis bagi Orang Tua
Membiasakan Bertanya "Mengapa?"
Setiap kali menghadapi situasi dalam pengasuhan, tanyakan: Mengapa anak saya berperilaku seperti ini? Apa yang melatarbelakangi? Apa solusi jangka panjangnya?
Pertanyaan ini menghindarkan kita dari respons otomatis seperti marah atau menghukum.
Mencari Informasi dari Sumber Terpercaya
Banyak informasi tentang parenting tersebar di media sosial. Namun, penting untuk memverifikasi validitasnya. Bacalah dari jurnal ilmiah, buku parenting yang terpercaya, atau konsultasikan pada ahli.
Refleksi Diri
Luangkan waktu untuk merenung: Apakah nilai-nilai yang saya pegang sesuai dengan kebutuhan anak saya? Apakah cara saya membesarkan anak didasarkan pada pengalaman masa kecil saya yang belum saya olah secara sadar?
Diskusi Terbuka
Berdiskusi dengan pasangan atau komunitas parenting dengan sikap terbuka terhadap perspektif lain dapat memperluas cara pandang dan memperdalam analisis.
Latihan Menunda Reaksi
Saat anak berperilaku menyulitkan, ambillah jeda untuk berpikir. Ini memberi ruang bagi otak untuk memproses secara rasional daripada reaktif emosional.
Penerapan Berpikir Kritis dalam Situasi Nyata Pengasuhan
1. Menghadapi Anak yang Menolak Belajar
Daripada langsung menyimpulkan bahwa anak malas, orang tua yang berpikir kritis akan bertanya: Apakah anak sedang lelah? Apakah materi sulit dipahami? Apakah ada tekanan emosional yang membuatnya menolak belajar? Dari sini, pendekatannya bisa berubah menjadi lebih suportif dibanding menghukum.
2. Menentukan Batasan Layar untuk Anak
Alih-alih mengikuti tren atau tekanan sosial, orang tua bisa mencari informasi ilmiah tentang dampak screen time dan menyesuaikan aturan sesuai usia dan kondisi anak. Diskusi dengan anak tentang alasan aturan tersebut juga bisa menjadi pembelajaran bersama.
3. Menghadapi Nasihat Konvensional dari Orang Tua Sendiri
Berpikir kritis membantu memilah nasihat mana yang masih relevan, dan mana yang sudah tidak sesuai konteks zaman. Bukan untuk menolak mentah-mentah, tapi untuk menyesuaikan dengan kondisi anak masa kini.
4. Membentuk Nilai Keluarga
Orang tua yang berpikir kritis akan mempertanyakan: Nilai apa yang ingin kami tanamkan dalam keluarga ini? Mengapa itu penting? Bagaimana cara menanamkannya? Nilai yang dibangun secara sadar akan menjadi fondasi kuat dalam pengasuhan jangka panjang.
Check list berpikir kritis untuk orang tua
Tumblr media
Berpikir kritis bukan berarti menjadi orang tua yang selalu benar atau tidak pernah bingung. Justru sebaliknya, berpikir kritis membuka ruang untuk keraguan yang sehat, refleksi yang dalam, dan keputusan yang bijaksana. Dalam dunia pengasuhan yang kompleks dan penuh tantangan, berpikir kritis adalah kompas yang membantu kita tetap tenang, terarah, dan penuh kasih dalam membesarkan manusia kecil yang kita cintai.
1 note · View note
dialognanna · 2 months ago
Text
SCAMPER Metode Melatih Berpikir Kreatif
Tumblr media
Sumber Pic.: Kompasiana.com
SCAMPER adalah metode atau alat untuk berpikir kreatif untuk mengembangkan suatu ide atau menyelesaikan suatu masalah yang sangat fleksibel. Metode ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang : pendidikan, desain, bisnis, proses belajar juga berbagai kebutuhan atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini dikembangkan oleh Bob Eberie (penulis dan pengembang kreatifitas) berdasarkan teori Alex Osbon, pencetus brainstorming.
SCAMPER singkatan (akronim) dari tujuh kata kerja dalam bahasa Inggris, yang setiap kata mewakilkan proses berpikir kreatif. Akronim dari SCAMPER beserta penjelasannya sebagai berikut :
S - Substitute (Ganti)
Mengganti cara atau bagian dari sebuah produk, proses atau ide dengan sesuatu/hal yang berbeda.
C - Combine (Gabungkan)
Menggabungkan dua atau lebih ide, bagian, proses, cara atau produk untuk menyelesaikan hal atau mendapatakan hasil yang baru.
A - Adapt (Adaptasi)
Mengadaptasi ide, proses atau cara dari konteks lain untuk menyelsaikan masalah atau meningkatkan produk saat ini.
M - Modify (Mengubah)
Mengubah bentuk, tampilan, fitur atau proses untuk mengembangkan ide atau produk yang sudah ada.
P - Put in another use (Gunakan untuk tujuan lain)
Menggunakan ide untuk menambahkan fungsi atau kegunaan yang berbeda dari tujuan awal menjadi beberapa fungsi/kegunaan pada sebuah produk.
E - Eliminate (Hilangkan)
Menghilangkan bagian, elemen, proses atau cara yang mengganggu atau tidak berguna dari sebuah produk atau proses.
R - Rearrange/Reverse (Susun ulang/Balikkan)
Menyusun ulang urutan atau membalikkan ide, proses atau cara untuk mendapatkan atu melihat perspektif baru.
Metode SCAMPER sangat memungkinkan digunakan oleh siapa saja. Berikut beberapa manfaat penggunaannya :
Mendorong munculnya ide atau pemikiran"di luar kebiasaan"
Memberikan beberapa opsi pengembangan dan alternatif solusi
Cocok digunakan secara individu maupun berkelompok
Mendorong peningkatan inovasi dalam berbagai bidang bahkan untuk proses pengasuhan sekalipun.
Contoh penerapan SCAMPER dalam pengasuhan
Misal kita ingin meningkatkan produktifitas anak.
Substitute
Apa yang bisa kita ganti atau ubah
Ubah pola komunikasi
Mindset perlakuan pada anak
2. Combine
Apa yang bisa digabungkan?
Melakukan hobi yang sama-sama disukai
Saling memberi perhatian sesuai bahasa cinta masing-masing
3. Adapt
Apa yang bisa diadaptasi atau ditiru dari cara orang lain?
Adaptasi cara orang tua lain yang relevan dengan value keluarga
Adaptasi beberapa referensi yang memang dibutuhkan
4. Modify
Apa yang bisa diubah?
Perbanyak forum keluarga (ngobrol santai bareng) dari sebelumnya
Mengubah pola pikir dan gaya pengasuhan yang lebih mendorong keingintahuan anak
5. Put in another use
Bisa punya perspektif apa lagi yang positif
Anak-anak tidak seragam, fokus menjadi fasilitator yang melihat kelebihan mereka
Menjadikan kekurangan anak sebagai peluang baginya mampu bekerjasama dengan pihak lain
6. Eliminate
Bagian mana yang harus/bisa dihilangkan
Kebiasaan mendikte serta membatasi ruang gerak yang tidak relevan
Fokus pada kekurangan atau kesalahan anak
7. Rearrange/Reverse
Apa yang perlu diatur ulang
Kebiasaan makan bersama yang sudah jarang digairahkan kembali
Perbanyak bermain bareng dengan media apa saja
Ternyata SCAMPER ini dapat menjadi guidance yang cukup simpel dan mengakomodir berbagai sudut pandang ketika ingin menyelesaikan suatu masalah atau ingin menghasilkan suatu produk. Silahkan dicoba !
0 notes
dialognanna · 3 months ago
Text
Melatih Nabung Sejak Dini (apakah menjamin jadi habit ketika usia kerja?)
Tumblr media
Tulisan ini berdasarkan refleksi dari sebuah podcast youtube chanel "Suara Berkelas" membahas tentang keuangan, pengasuhan dan motivasi kerja keras dengan narasumber mb Annisa Stefiani seorang Certified Financial Planner dan Content Creator. Tips sama dari semua konsultan keuangan hanya berbeda kalimat tapi maknanya sama :
Jangan besar pasak dari tiang
Hiduplah dibawah penghasilan
Jangan belanja di atas penghasilan
Pengeluaran tidak boleh di atas penghasilan
Menerapkan tips di atas tentu beragam sesuai pemahaman, jumlah penghasilan serta besar tanggungan tiap orang atau tiap keluarga. Terkadang pada kondisi yang tidak ideal, seseorang benar-benar sudah berusaha belanja dibawah penghasilan namun beban biaya jauh lebih besar. Dengan kata lain penghasilan masih lebih sedikit dari beban biaya dasar yang seharusnya. Pada kondisi ini, penasihat keuangan memberikan solusi "satu-satunya jalan adalah menambah penghasilan dengan bekerja. Jangan sampai memenuhi kekurangan dengan cara berutang. Hal ini sama dengan hidup dengan milik orang lain."
Kemajuan teknologi saat ini dapat memudahkan segalanya. Termasuk mudah dalam mendapatkan tambahan penghasilan selama ingin berusaha. Namun sayangnya kemudahan mendapatkan pinjaman juga tersedia. Godaan pinjaman online (pinjol) sungguh menggiurkan terutama bagi yang self controlnya lemah. Mb Annisa menyampaikan lebih baik bersakit-sakit bekerja untuk mendapatkan penghasilan, daripada bermudah-mudah mengambil jalan pintas dengan cara berutang. Apalagi jika utang tersebut tujuannya bukan karena kebutuhan mendesak tapi untuk gaya hidup.
Fakta lain disebutkan oleh mb Annisa bahwa anak yang terlatih menabung sejak kecil tidak menjamin saat ia besar (bekerja) memiliki habit menabung. Bukan soal uangnya, tetapi bagaimana anak-anak terlatih memiliki kontrol diri termasuk dalam menggunakan uangnya. Disampaikan lagi bahwa cara melatih anak memiliki pengendalian diri adalah melalui belanja. Anak-anak diberi pemahaman ruang pengalaman bagaimana memanfaatkan uang secara tepat. Mereka dilatih mengambil keputusan sendiri untuk membelanjakan uang miliknya sehingga merasakan konsekuensi apa yang terjadi ketika berperilaku boros. Anak juga dilatih bagaimana merencanakan pengeluaran dari uang yang dimilikinya.
Orang tua sebagai pendamping perlu menghindari terlalu intervensi jenis belanja anak. Apa yang menjadi penting bagi masing-masing orang itu berbeda. Yang paling penting ditekankan adalah belanja selalu dibawah dari penghasilan (uang saku). Mengenalkan dan mencontohkan bagaimana merencanakan pengeluaran serta punya kesadaran bahwa sebagian harta (uang) yang dimilika terdapat hak bagi yang memerlukan melalui sedekah.
Saya sebagai ibu sangat konsen mengenai pendidikan pengelolaan keuangan bagi anak-anak, karena salah satu sumber bencana kehidupan adalah ketika tidak mampu mengelola keuangan secara tepat. Sumber daya, dana dan tenaga itu terbatas. Bekerja pasti juga ada batasnya maka penghasilan juga ada batasnya. Segala hal yang terbatas perlu pengelolaan sehingga pada kondisi sesorang sudah saatnya istirahat dari hiruk pikuk bekerja sisa menikmati simpanannya yang sudah terkelola secara terukur pada masa sebelumnya.
Anak-anak sejak SD kami percayakan sejumlah uang untuk mereka kelola sendiri. Mereka dibekali kartu kontrol untuk mencatat penggunaan uangnya dengan beberapa alokasi : Jajan, Infaq dan Tabungan. Mengenai besar masing-masing alokasi mereka sendiri yang tentukan.
Saat anak-anak sudah SMP tidak menggunakan lagi kartu kontrol. Penggunaan uangnya menjadi tanggung jawab mereka sepenuhnya. Saat ingin belanja yang lebih besar saja mereka kadang meminta pendapat kami. Mudah-mudahan dengan cara ini anak-anak menjadi pribadi yang mampu mengelola keuangannya dan menjadi pekerja keras untuk kebermanfaatan bagi diri dan yang lainnya, aamiin.
0 notes
dialognanna · 3 months ago
Text
Kesulitan Yang Dirancang (Dalam Konteks Pengasuhan Positif)
Tumblr media
Sumber Pic.: Khitanan.id
Dalam dunia pengasuhan, mungkin belum semua lapisan masyarakat mengenal konsep "Kesulitan Yang Dirancang". Boleh jadi sudah ada yang menerapkan tanpa menyadari bahwa cara itu termasuk dalam konsep yang dimaksud. "Kesulitan Yang Dirancang" adalah tantangan-tantangan terukur yang sengaja dibuat yang diperuntukkan bagi anak untuk tujuan positif.
Kesulitan yang diciptakan bukan untuk membuat anak jadi sengsara, melainkan menciptakan tantangan-tantangan yang terukur sesuai kapasitas, usia dan mentalitas anak yang bertujuan untuk melatih ketangguhan, tanggung jawab, dan kemandirian.
Kesulitan dalam hal ini bersal dari rancangan orang tua atau pendamping, bukan berasal dari dunia luar yang tidak terkendali. Kesulitan yang ada tetap dalam konteks penuh kasih, aman dan terkendali. Beberapa contoh tantangan seperti ini sebagai berikut:
Melakukan pembagian tugas rumah tangga kepada tiap anak sesuai kapasitasnya meskipun mereka mengeluh.
Membiarkan anak menyelesaikan PR sendiri, bahkan jika mereka frustrasi.
Tidak langsung menyelamatkan anak dari kegagalan kecil (misalnya lupa membawa bekal).
Memberi tanggung jawab harian yang sesuai usia.
Langkah-langkah seperti contoh di atas perlu diterapkan untuk pembentukan karakter anak sejak dini. Berikut beberapa manfaat sehingga konsep ini menjadi penting, antara lain:
Membangun Mental Tangguh (Resilience): Anak-anak yang terlalu dilindungi dari kesulitan cenderung tumbuh menjadi pribadi yang rapuh, mudah menyerah, dan tidak siap menghadapi kenyataan hidup.
Melatih Problem Solving dan Kemandirian: Ketika anak dihadapkan pada masalah kecil yang harus mereka pecahkan sendiri, mereka belajar berpikir kritis, berinisiatif, dan menjadi lebih percaya diri.
Menanamkan Nilai dan Etos Kerja: Dengan menyelesaikan tugas dan menghadapi konsekuensi alami, anak belajar bahwa segala hal berharga membutuhkan usaha.
Ada hal yang perlu diperhatikan agar ketika menerapkan konsep ini tetap dalam konteks yang benar dan konstruktif. Bukan sebaliknya yang justru membuat orang tua tanpa menyadari memberikan tekanan berlebihan bahkan kekerasan. Tantangan yang didesain bukan bukan hukuman atau bentuk kekerasan emosional/fisik. Ini bukan tentang membiarkan anak menderita tanpa arah. Indikator yang menjadi perbedaan antara keduanya adalah terletak pada:
Niat: Tujuan dari kesulitan yang didesain adalah pembentukan karakter, bukan pelampiasan emosi.
Kadar: Tantangan disesuaikan dengan usia, kapasitas, dan emosi anak.
Dukungan: Anak tetap merasa dicintai, didampingi, dan mendapat dukungan emosional.
Tumblr media
Tantangan bagi kita orang tua adalah sulit untuk TEGA ketika anak-anak mengalami kesulitan. Rasa kasih sayang mendorong ingin segera membantu anak terlepas dari kesulitannya. Padahal kesulitan adalah hadiah terbaik investasi karakter__pondasi pengalaman yang akan menopang ananda ketika harus menghadapi badai kehidupan sesungguhnya. Kita perlu belajar menahan diri untuk tidak langsung mengintervensi kesulitan anak. Memberikan mereka ruang untuk berpikir dan belajar menemukan cara penyelesaiannya. Pada akhirnya ananda menjadi terbiasa menghadapi kesulitan dan berfokus pada solusi. Inilah hasil yang tidak akan didapatkan dalam waktu singkat, melainkan melalui pengalaman berulang dengan pendampingan orang tua secara tepat.
0 notes
dialognanna · 3 months ago
Text
Caregiver Lansia Demensia
Tumblr media
Sumber Pic.: Haibunda
Caregiver lansia adalah seseorang yang memberikan perawatan, bantuan, dan dukungan kepada individu lanjut usia (lansia) yang mengalami keterbatasan fisik, kognitif, atau emosional. Caregiver bisa berasal dari keluarga sendiri (informal) atau tenaga profesional (formal) yang telah terlatih di bidang keperawatan atau pendampingan lansia.
Di masyarakat Indonesia caregiver secara umum banyak bersal dari keluarga sendiri. Selain karena alasan moral juga faktor biaya. Lembaga yang menyediakan tenaga caregiver memasang tarif yang tidak murah karena sebanding dengan tanggung jawab yang harus dikerjakan.
Angka harapan hidup semakin bertambah. Hal ini memabawa konsekuensi pada jumlah individu lanjut usia juga bertambah. Yang menjadi persoalan ketika individu lanjut usia ini mengalami tingkat kesehatan yang buruk atau demensia. Caregiver yang mendampingi individu lanjut usia dengan kondisi seperti ini bukanlah sistuasi yang sederhana.
Beberapa tantangan yang dialami dan dihadapi caregiver lansia antara lain:
1. Kelelahan Fisik dan Emosional
Caregiver rentan mengalami stres, kelelahan, bahkan depresi akibat tekanan fisik dan mental yang tinggi, terutama jika merawat lansia dengan penyakit kronis atau demensia.
2. Kurangnya Dukungan
Banyak caregiver informal merasa kurang mendapat dukungan dari keluarga lain atau lingkungan sekitar. Kurangnya pelatihan juga dapat membuat mereka kesulitan menjalankan tugas secara efektif. Kesadaran untuk saling mendukung diantara keluarga yang seharusnya dapat bergantian menjadi caregiver masih kurang, bahkan saling lempar tanggung jawab. Keadaan ini semakin menambah tekanan bagi seorang yang menjadi tumpuan tunggal menjalani peran sebagai caregiver.
3. Masalah Keuangan
Menjadi caregiver penuh waktu bisa berdampak pada penghasilan, terutama bagi mereka yang harus meninggalkan pekerjaan utama untuk merawat anggota keluarga. Pada kondisi ini anggota keluarga dapat berbagi peran dalam hal keuangan, sehingga masing-masing dapat fokus pada perannya dan kebutuhan keuangan masih terpenuhi.
Keberadaan caregiver lansia sangat diperlukan. Harapannya para orangtua kita meskipun mencapai lanjut usia namun kondisi mental dan fisiknya masih memungkinkan dirinya hidup mandiri untuk kegiatan dasar seperti mandi, makan, jalan-jalan di sekitar dan seterusnya.
Beberapa tugas mulia dari caregiverv lansia diantaranya:
1. Perawatan Fisik
Membantu aktivitas harian seperti mandi, berpakaian, makan, dan berpindah tempat.
Mengelola pengobatan, mengingatkan jadwal minum obat, atau membantu administrasi medis.
Menjaga kebersihan tubuh, pakaian, dan tempat tinggal lansia.
2. Pendampingan Sosial dan Emosional
Menjadi teman bicara dan pendengar yang baik.
Mengurangi rasa kesepian dan depresi yang kerap dialami lansia.
Menstimulasi aktivitas sosial atau hobi yang sesuai kondisi fisik lansia.
3. Pemantauan Kesehatan
Memantau kondisi fisik dan mental secara rutin.
Membawa lansia ke fasilitas kesehatan jika diperlukan.
Mencatat gejala atau perubahan perilaku yang harus dilaporkan ke tenaga medis.
4. Manajemen Keuangan dan Administrasi
Mengelola kebutuhan belanja dan keuangan harian lansia.
Mengurus dokumen penting dan keperluan administratif (BPJS, asuransi, dll).
Tips Menjalani Peran Caregiver dengan Lebih Baik
Mengetahui kondisi medis lansia yang dirawat agar bisa memberikan bantuan yang sesuai.
Menyadari dan menjaga kesehatan pribadi, dengan istirahat cukup, makan sehat, dan rutin berolahraga.
Menggunakan bantuan profesional bila diperlukan atau tenaga tambahan terutama untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan fisik yang tidak terpegang lagi seperti art.
Bergabung di komunitas caregiver, baik online maupun offline, untuk berbagi pengalaman dan mendapat dukungan emosional.
Menyempatkan diri ambil waktu istirahat (respite care) secara berkala untuk menghindari burnout.
Komunikasi yang terbuka dengan keluarga lain agar beban tidak hanya ditanggung sendiri.
Apabila pada kondisi yang tidak dapat dihindari, sehingga secara terpaksa harus menjadi caregiver maka hal pertama yang dapat dilakukan adalah menerima keadaan tersebut. Selanjutnya fokus kepada langkah solusi dari permasalahan yang dihadapi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga melalui komunikasi terbuka. Percayalah bahwa tugas sebagai caregiver adalah pekerjaan mulia. Tindakan ini menjadi salah satu pembelajaran juga bagi anak-anak bagaimana tetap memiliki karakter empati terhadap orang tua lanjut usia. Mereka mendapatkan role model bagaimana memperlakukan orang tua lansia secara tepat sehingga tidak perlu mengalami tekanan hebat karena penanganan yang dilakukan juga tepat.
0 notes
dialognanna · 3 months ago
Text
Menikah, Membuat Perempuan Jadi Bodoh? (Seharusnya TIDAK)
Tumblr media
Sumber Pic.: detikcom
Banyak pandangan kaum muda terhadap menikah adalah sesuatu yang menakutkan saat ini. Mereka memiliki kesimpulan tentang ha tersebut mungkin karena melihat langsung peristiwa yang tidak sehat dari sebuah pasangan atau karena banyaknya berita tragis yang berasal dari pasangan menikah yang beredar di media sosial. Ketakutan yang dirasakan oleh anak muda tidak sepenuhnya salah namun mereka perlu juga memperhatikan dari sekian pasangan menikah, hubungan yang sehat jumlahnya masih jauh lebih banyak.
Tidak dipungkiri bahwa menikah memiliki dampak yang tidak seragam bagi perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor:
Kondisi Sosial
Budaya yang berlaku
Kondisi Ekonomi
Pribadi dari perempuan itu sendiri
Menikah adalah salah satu fase penting dalam kehidupan manusia. Pada umumnya masyarakat menilai bahwa pernikahan adalah simbol kedewasaan, kestabilan dan komitmen jangka panjang. Tiap kepercayaan juga menganjurkan untuk melangsungkan pernikahan daripada menjalin hubungan yang tidak sah karena berpotensi menimbulkan situasi tak menentu.
Beberapa dampak baik dari menikah bagi perempuan sebagai berikut:
Emosi menjadi lebih stabil dan mendapat dukungan psikologis
Menikah dengan pasangan yang tepat dapat menjalin komunikasi secara sehat sehingga tercipta ketenangan pada diri perempuan. Ia juga mendapat dukungan psikis dari pasangan sehingga menjalani hidup dengan rasa aman dan bahagia.
2. Mencapai keamanan keuangan
Pernikahan dapat memberikan perlindungan ekonomi. Kestabilan ekonomi dapat diraih melalui kesepakatan bersama pasangan bagaimana menjalankan keuangan bersama, pembagian tanggung jawab ekonomi sehingga pembiayaan menjadi lebih ringan.
3. Peluang untuk tumbuh bersama
Dalam pernikahan yang sehat, pasangan saling mendorong untuk berkembang sesuai minatnya. Meskipun dalam komdisi dan kesepakatan bersama perempuan memilih fokus menjadi ibu rumah tangga, ia tetap mampu mengembangkan potensi dirinya. Apalagi kemajuan teknologi digital sekarang ini sudah memungkinkan belajar dan melakukan banyak hal produktif dari rumah sambil menjalankan peran sebagai ibu.
4. Sarana menyalurkan fitrah keibuan
Pada dasarnya perempuan diciptakan dan dilengkapi dengan organ untuk menjadi ibu. Bagi yang menginginkan keturunan maka pernikahan adalah salah satu sarana yang mulia.
5. Status sosial
Di berbagai daerah di Indonesia, budaya masih memegang kepercayaan bahwa perempuan yang menikah dianggap lebih tinggi dibanding perempuan lajang. Meskipun hal ini adalah stigma yang tidak tepat yang disasarkan kepada perempuan. Namun demikian dengan menikah, perempuan mendapatkan akses lebih mudah ke lingkungan sosial tertentu serta mengurangi tekanan sosial.
Pernikahan bukanlah jaminan kebahagiaan atau penderitaan. Beberapa dampak kurang baik dari pernikahan yang dirasakan oleh perempuan dapat juga terjadi seperti:
Ketimpangan peran gender
Secara fakta, budaya patriarki masih kental di beberapa daerah di Indonesia. Perempuan masih dibebani dengan ekspektasi tradisional seperti mengurus rumah, anak dan suami sepenuhnya tanpa pembagian peran kerja domestik atau menyediakan support sistem untuk pekerjaan yang masih bisa didelegasikan. Hal ini yang menyebabkan perempuan memiliki ruang dan waktu terbatas untuk melakukan pengembangan diri.
2. Potensi kekerasan dalam rumah tangga
Pasangan yang minim pendidikan ditambah lemah secara ekonomi berpotensi mengalami pernikahan yang tidak sehat. Pihak yang paling merasakan dampaknya adalah perempuan seperti mengalami kekerasan fisik, emosional atau ekonomi dari pasangannya.
3. Ketergantungan finansial
Perempuan yang tidak memiliki kemandirian ekonomi sebelum atau selama pernikahan ditambah ia juga tidak membekali diri dengan pengetahuan finansial, akan menjadi sandra bagi pasangannya. Dalam kondisi ini perempuan sulit terlepas ketika menjalani hubungan yang tidak sehat. Pada akhirnya perempuan menjalani kehidupan yang tidak aman dan nyaman.
4. Pengorbanan karir atau pendidikan
Tanpa komunikasi dan kesepakatan sebelum menikah tentang karir dan pendidikan, pada situasi tertentu perempuan akan merasa telah mengorbankan impian profesional atau pendidikan demi tanggung jawab keluarga. Ini dapat berdampak pada kepuasan pribadi dan pengembangan diri jangka panjang.
5. Tekanan sosial dan keluarga
"Istri ideal" yang jadi standar dalam masyarakat sering menjadi tekanan bagi perempuan. Harus mengurus rumah tangga dengan sempurna, harus memiliki anak dan bertumbuh dengan sehat-sukses. Ekspektasi-ekspektasi ini selalu dilimpahkan menjadi tanggung jawab perempuan sebagai ibu. Tekanan ini bisa menimbulkan stres dan beban mental bagi perempuan.
Membaca kedua dampak di atas dari menikah, yang penting disadari adalah pernikahan bukanlah jaminan kebahagiaan atau penderitaan. Tentu perempuan (pasangan) ingin merasakan dampak pernikahan itu adalah yang membahagiakan, yang membawa kebaikan bagi kedua pihak. Sebelum menikah perempuan perlu memiliki pendidikan yang cukup, keterampilan yang memadai untuk menjalani kehidupan berumah tangga serta selektif dalam memilih pasangan. Meniatkan bersama pasangan, tujuan menikah adalah untuk kebermanfaatan dan melahirkan generasi-generasi yang terdidik dan beradab., Aamiin.
0 notes
dialognanna · 3 months ago
Text
Idul Fitri 1446H
Tumblr media
Allahu akbar kabiran, walhamdulillahi katsiran, laailahaillalahu Allahu akbar. Allahu akbar walillaah ilham.
Berkumandang takbir sejak diputuskannya 1 Syawal 1446 H melalui sidang isbat oleh pemerintah yakni 31 Maret 2025. Pertama kali lebaran di tanah Pasundan, Bandung. Sudah kesekian kali lebaran di kampung halaman orang karena tugas negara. Pak suami harus standby demi menjaga keandalan sistem kelistrikan untuk wilayah Jawa Bagian Tengah bersama pegawai lainnya. Menjadi keberuntungan bagi pegawai yang kampung halamannya sudah berada dalam wilayah kerja sehingga menjalankan tugas dapat dilakukannya dari rumah masing-masing. Berbeda dengan kami yang berasal dari luar Jawa, tidak pulang kampung sudah menjadi hal yang harus dijalani.
Tempat baru, kebiasaan baru. Tiap wilayah kerja punya kebiasaan tersendiri. Pada tempat kerja sebelumnya momen lebaran menjadi special terutama bagi pegawai yang merantau seperti kami, karena menjadi alasan untuk kumpul bersama. Pegawai dan keluarga biasanya berkumpul di rumah dinas yang kami tempati menikmati sajian lebaran bersama (open house). Yang datang bukan hanya dari kantor, dari kalangan sejawat yang berbeda kantor juga turut hadir. Momen ini yang membuat hari lebara menjadi berkesan meskipun belum dapat mudik berkumpul dengan keluarga besar.
Sekarang lebarannya di Bandung. Pegawai fokus dengan acara keluarga masing-masing, yang merantau mungkin satu dua orang saja, sehingga momen open house tidak pernah diadakan sejak pimpinan sebelum-sebelumnya. Kami menikmati sajian lebaran hanya bersama keluarga inti, satu orang cleaning service dan satu orang petugas sekuriti. Biasanya saya sudah sibuk menyiapkan berbagai keperluan untuk agenda open house, kali ini benar-benar santai dan sedikit membosankan. Yaah suasana berbeda yang harus disyukuri dan dinikmati. Mungkin dengan kondisi begini menjadi kesempatan bagi kami untuk mencari destinasi wisata yang memungkinkan.
Pada H+1 kami lakukan perjalanan ke tempat wisata Lembang. Akses ke sana masih sedikit lengang. Kurang dari satu jam kami sudah tiba di lokasi. Pemandangan pegunungan dan hutan ditambah sebagian area dibuat bangunan semi dan permanen menambah variasi spot pemandangan yang menyenangkan. Belum lama memasuki glamping tempat inap nantinya, hujan pun turun. Tadinya berniat ekspor area-area untuk berfoto sekaligus offroad dengan ATV terpaksa ditunda. Kami kembali ke glamping sembari menanti hujan reda. Udaranya membuat mata terasa sangat berat. Sulit menghindari nikmatnya tidur. Anak-anak pun tanpa memakan waktu lama sudah terlelap dalam tidurnya diiringi suara hujan yang menerpa atap glamping. Tampak toddler yang masih asik ingin bermain. Sepanjang perjalanan tadi sudah mengambil jatah istirahatnya dengan tidur pulas. Akhirnya ia masih aktif bermain meskipun yang lain sudah terlelap. Saya dan suami tetap terjaga sembari menemaninya bermain serta menanti hujan reda.
Kurang lebih setengah jam menjelang waktu magrib, hujan sudah reda. Anak-anak masih nyenyak dalam tidurnya. Saya, pak suami dan si toddler keluar glamping menghirup udara segar sambil mencari spot foto menarik. Tak lama kami sudah harus kembali ke glamping karena adzan magrib sudah berkumandang. Eksplor tempat-tempat lainnya bersama anak-anak besok saja dilakukan. Mudah-mudahan cuaca cerah. Sampai jumpa pada cerita selanjutnya.
0 notes
dialognanna · 3 months ago
Text
Siapa idolaku? IBU
Tumblr media
Kesekian kali lebaran Idul Fitri di kampung orang demi tugas negara. Nikmatnya kumpul keluarga saat lebaran harus ditangguhkan. Sudah jadi konsekuensi petugas pelayanan publik "kerja demi kebahagiaan orang banyak". Saat mereka bubar reunian baru kita yang mudik, itu kalau tidak ada pekerjaan yang darurat.
Seperti biasa momen lebaran setiap tahun pasti mengais ingatan masa lalu. Masa ketika masih kecil dan tinggal bersama orang tua. Kali ini saya menuliskan khusus tentang ibu, memanggilnya mama atau mak. Seiring perkembangan pada diri, akhir-akhir ini tersadar bahwa perubahan itu banyak dipengaruhi oleh aktivitas mama yang produktif yang saya lihat saat masih bersamanya.
Mama adalah sosok pembelajar. Ia cukup aktif dalam kegiatan PIKK desa, kegiatan kewargaan, kegiatan majelis taklim dan banyak lagi. Beliau juga salah satu problem solver dalam keluarga untuk menangani masalah ekonomi termasuk membantu biaya pendidikan adik-adiknya. Yang paling teringat, mama sering menjadi ketua kelompok saat ada kegiatan di PIKK. Beliau menjadi sosok yang diperhitungkan keberadaannya di kampung. Dulu sebelum dunia fashion berkembang mama menerima jahitan pakaian wanita. Kami anak perempuannya lebih sering dibuatkan baju dijahit sendiri oleh mama.
Mama juga tipe yang tidak suka kumpul-kumpul dengan tetangga bila tanpa tujuan yang jelas. Ketika keadaan ekonomi mulai terasa sulit karena penghasilan Ayah sudah tidak mencukupi untuk semua kebutuhan pendidikan kami semua, mama berinisiatif memanfaatkan pinjaman lunak bantuan desa untuk buka usaha. Dengan bantuan itu mama buka toko kelontong kecil yang masih berjalan hingga saat ini. Tokonya memang tetap kecil karena mama mengakui bahwa aktivitas menjual yang dijalankan hanyalah sebagai hobi. Ada pun laba yang didapatkan itu adalah bonus. Akhirnya toko yang dijalankan tetap seperti warung-warung kecil agar kesehariannya tetap produktif.
Saat kebutuhan biaya pendidikan sedang besar-besarnya, disitulah mama sedikit memaksakan diri membuat aneka jajanan pangan untuk dijual. Mama dikenal di kampung sebagai pembuat kue, sehingga tak jarang banyak yang melakukan pemesanan kepadanya. Pada momen ini, saya mengingat bagaimana beliau mengelola tenaga, pikiran, sumber daya serta penghasilan yang didapatkannya agar mencukupi kekurangan dari gaji Ayah.
Saya sangat bangga terlahir dari mama dengan karakter kuat seperti itu. Mungkin dalam mengasuh kami, bekal ilmu pengasuhannya hanya berdasarkan pengalaman dari orang tuanya. Tapi saya melihatnya adalah sosok mama yang ideal pada jamannya. Tanpa sadar, karakter baik yang dicontohkan mama ada yang melekat pada diri saya, seperti bagaimana menjadi Problem Solver. Sesungguhnya karakter inilah yang diperlukan setiap anak untuk bertahan hidup dan bermanfaat di kemudian hari. Mulai saat ini, saya bermohon kepada Allah agar dimampukan menjadi role model yang baik bagi anak-anak kami. Kalau bisa melebihi dari apa yang mama lakukan. Harapan kami Allah senantiasa berikan kesehatan kepada orangtua kami, terutama mama yang selalu menjadi penggerak utama dalam keluarga besar kami. Bismillah, Allahumma aamiin.
0 notes
dialognanna · 3 months ago
Text
Belajar Endurance Dari Khadimat (art)
Tumblr media
Sumber Pic.: https://www.gokampus.com
Tulisan ini saya buat bertepatan mudiknya asisten rumah tangga (art) kami sudah tiga hari. Beliau sudah menjadi salah satu support system di rumah yang sangat membantu kelangsungan rutinitas keluarga. Hari ketiga tanpa kehadirannya di rumah membuat ritme yang berbeda ditambah hidup LDM (long distance marriage) dengan pak suami. Perbedaan yang kami rasakan terutama bertambahnya aktifitas harian untuk pekerjaan housekeeping. Saya terpaksa merelakan sebagian waktu yang biasanya digunakan untuk tilawah, baca buku atau menulis untuk mengerjakan tugas art yang tidak terpegang oleh anak-anak.
Di sisi lain ketidakberadaan art menjadi momen bagi kami untuk gotong royong. Menyepakati berbagi tugas pada pekerjaan domestik. Bersyukur anak-anak secara sadar mau terlibat, padahal selama ini ketika art sedang ada mereka cenderung kurang peduli pada rutinitas tersebut selain mengurus kamarnya masing-masing.
Hari ketiga tanpa art menyadarkan saya bahwa selama ini beliau (khadimat) sudah menjalankan tugas sesuai kapasitas dirinya (usia tidak muda lagi). Pekerjaan domestik yang rutin harus dikerjakan rawan menimbulkan rasa bosan dan ingin meninggalkannya. Tapi yang saya perhatikan beliau memiliki komitmen dan konsistensi menyelesaikannya. Ia resah jika melakukan penundaan pada salah satu atau dua pekerjaan karena terpaksa, seperti harus menjaga si toddler karena saya ada kegiatan di luar rumah atau sedang ada kelas online.
Hari ketiga tanpa art sudah mulai menguji endurance saya agar tetap konsisten menyelesaikan apa yang sudah sering ia kerjakan. Ternyata sangat mudah tergoda menjadi inkonsisten. Ternyata belum tentu bisa sesurvive dengan art. Akh ini pasti karena saya sudah terlanjur bergantung pada keberadaannya. Sudah coba mencari art sementara sebagai pengganti, tapi pada umumnya pulang ke kampung. Tak ada pilihan selain memaksa diri agar tetap menghadapi dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan ini. Ketergantungan pada salah satu sumber daya memang berdampak kurang nyaman ketika sumber daya tersebut tiada.
Hari ketiga tanpa art adalah momen melatih endurance seperti yang sudah dilakukan oleh art. Bagi saya menguatkan tekad ini harus lebih besar lagi karena sambil merawat seorang toddler. Sudah pasti membutuhkan energi tidak sedikit, tapi kerja sama dengan anak-anak yang sudah besar membuat masalah ini dapat teratasi.
0 notes