Quote
Salahkah? Aku berprinsip, tentang masa lalu, yang meskipun ia indah, ia hanya cukup untuk kenanganmu. Tutuplah. Sebab ketika ia terbuka, masa depanmu bisa terluka.
@heroandika
0 notes
Quote
Jika kamu menemukan akun tumblr ini, maka kamu akan tau; apa yang kamu baca adalah segala yang tidak bisa kuungkapkan padamu 😊
@kunamaibintangitunamamu (via senjadikotatua)
:)))))))))
286 notes
·
View notes
Text
Tentang Luka
Bercerita..
Ialah hati yang sedang
berkeping-keping
luluh lantah
Pecahannya berserakan
Menyatu dalam darah
Mengalir..
Menembus urat nadi
Sakit..
Muncul keluar dari kulit
Pecahan yang tajam
Ia sebab kesedihan.
Tangerang, 4 Agustus 2017
1 note
·
View note
Text
Dahulu Kala
Kamu dulu,
pemalu yang setiap hari mengharap kedatanganku sekedar menemani hari meski bergumul lelahmu
Kamu dulu, tak sempat tak seacuh ini tak acuh seangkuh aku dulu
Kamu dulu, seakan detikmu hanyalah untuk memandangiku melihat raut wajah dari jauh tempatmu
Kamu dulu, Aku rindu
0 notes
Quote
Sedang ingin menulis syair. Tentang hati yang sedang khawatir
0 notes
Quote
Aku tetap selalu berjuang, namun tanpa niat berjuang. Sejak perjuangan pernah hanya kesia-siaan.
0 notes
Photo

How lucky we are to find each other? :)
Indri Pertiwi :*
Pulau Panjang, August 16th, 2015.
0 notes
Text
Kepadamu
Isyarat sebenar-benarnya bahagia Nampak mata indah, Kekasih Dekat melebihi urat nadi Rekat bayang angan kita Impian kekal nan abadi
Padamu selalu kegembiraan Engkaulah satu-satunya, Kekasih Rindu yang tak pernah renggang Tawa yang tak ingin kulewatkan Ingatan yang tak mungkin terlupakan Warnai kehidupanku, selalu Inginku hanya kamu, bersamamu.
0 notes
Text
Kutemukan Bahagia Lagi
Indah gemercik hujan malam ini Nyanyikan syahdu rindumu Detak jantung sampai hati Riuh ramah menyapa sepi Itukah bahagiamu, Permata?
Permata, kaulah sebenarnya bahagia Elok senyummu menyirnakan duka Rona senyummu mengaburkan luka Teruslah tersenyum, Permata Ini malam awal cerita Waktu akan mengiringi Indahnya malam ini, kutemukan bahagia lagi.
Karangjati, 15 Mei 2015.
0 notes
Text
Beban
Beban. Ternyata benar, kala kita bisa melepaskan hal-hal yang membebani dalam hidup, yang tertinggal hanyalah hidup yang ringan tanpa beban. Ya iyalah, teori apaan. Meski aku sendiri belum paham benar, apakah beban itu nyata adanya, atau halusinasi belaka. Namun ada yang bilang, halusinasi lebih realistis dari kehidupan ini.
Entah elok apa tidak membicarakan beban. Tetapi beban dan masalah bisa jadi kawan karib, dan sejauh aku berpikir, belum pernah aku bersahabat dengan masalah. Sebagai pribadi yang sulit untuk bijak, kupikir sah-sah saja menjadikan kawan musuhku sebagai hal yang perlu diwaspadai. Ya, beban memang perlu diwaspadai. Meski mewaspadakan beban akhirnya membebani.
Menghadapi beban memang membutuhkan pemahaman yang lebih. Terkadang beban sangat tergantung pada pokok permasalahan. Masalahnya, pokok permasalahan itu apa? Adakah?
Segala sesuatu yang ada, ada dalam dirinya atau ada dalam sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu yang lain harus dipahami melalui dirinya sendiri. Setidaknya itu menurut aksioma-aksioma Spinoza. Entah nyambung atau tidak. Tapi intinya adalah sesuai aksioma yang ketujuh, bila sesuatu dapat dipahami sebagai tidak ada maka esensinya tidak ada.
Persepsi. Kalau esensi beban sebenarnya tidak ada, atau setidaknya ditiadakan, tak perlu diacuhkan, apakah beban itu sendiri bisa membebani? Aku kira tidak. Yang perlu diperjelas dan yang perlu ditiadakan adalah hanya anggapan bahwa itu beban, sedang pokok permasalahan mau tak mau harus tetap kita selesaikan. Dan mempersepsikan ketiadaan beban, kukira tak akan sesulit membalikkan telapak tangan. Telapak tangan macan.
Kembali pada beban. Terkadang, eh bukan ini sering, tak ada yang bisa diharapkan dari orang-orang disekitar. Mereka justru menambah beban. Bisa jadi ini hanya pengalaman saya pribadi, sebagai orang yang cukup beruntung, berada pada lingkungan yang sungguh membuat aduuuhhh tulungi au boskuuhh.
Tapi tak apa. Inilah hidup. Dan mungkin dalam hidup kita butuh prinsip, serta kunci.
Kuncinya ada pada suatu sifat yang orang-orang menyebutnya, cuek. Menurut pendapat orang yang tak pernah jelas juntrungannya, yakni saya sendiri, cuek adalah senjata yang cukup ampuh untuk menghalau pelbagai macam hal-hal, termasuk beban juga orang-orang di sekitar yang tak pernah jelas juntrungannya. Tapi memang perlu kehati-hatian yang sangat hati-hati ketika menggunakan senjata yang satu ini. Bisa jadi bukan beban yang terhalau, melainkan cinta, dan juga bahagia. Saya sudah pernah membuktikannya. Sebagai catatan, ini bukanlah suatu kabar gembira maupun kebanggaan. Tapi, aku nuh cuek.
Kabar gembiranya adalah, setelah berminggu-minggu dipusingkan beban yang berwujud kerjaan. Kemarin saya terlepas dari beban yang wis pokmen beban. Pencapaian yang sungguh nganu.
Spesial kredit untuk seseorang yang hampir setiap hari mau di dolani, mau menemani, mau diajak bercanda sehingga berhasil meningkatkan kadar cuek saya terhadap segala beban. Ternyata masih ada yang peduli. Terima kasih ya, Bahagia :)
1 note
·
View note
Quote
Penjarakan doa pada selembar kertas. Hanyutkan ke laut. Dengan harapan doa yang akan jauh lebih luas melebihi penjara rindu yang tak kunjung memaut.
0 notes
Text
Bahagia Itu Teman
Akhirnya tiba, saat-saat yang entah sejak kapan aku ingin rasakan. Aneh memang, ketika semua manusia bercita-cita meraih bahagia. Sedang aku, setiap hariku, kulalui bersamanya. Bagiku bahagia bukanlah tujuan. Bahagia itu teman.
Belum lama ini aku berkawan bahagia. Kala itu sebulan aku bekerja di perusahaan baru, tak ada satupun kawan. Di suatu rehat siang, tiba-tiba seraut wajah ramah penuh senyum nan elok menyapa. Dengan rambut panjang terurai dia menghampiri ,menawarkan sebuah donat. Aku terpesona saat itu juga.
Singkat cerita, hingga beberapa bulan, bahagia menemani dalam segala suasana. Meski hanya sekedar makan, pergi kerumah kawannya, bahagia ku antarkan. Bahkan meski tak kemana-mana, senyumku senang berkawan bahagia.
Bercanda bersama, tertawa bersama, kebersamaanku dan bahagia. Ketika kami bersama,terasa angin tak berarah tujuan, tiba- tiba langit tampak mendung, seakan mereka cemburu melihat bahagia tertawa bersamaku.
Aku ini tipe orang tak pernah mengacuhkan apapun yang orang lain pikir dan katakan. Bahagia pernah bercerita, beberapa orang bilang kepadanya, mereka kata aku ini manusia sombong yang paling menjengkelkan. Aku takjub, karena bahagia masih saja mau berteman denganku, setelah apa yang orang-orang katakan, dan bahkan setelah aku iyakan apa kata orang-orang.
Dan tiba saat aku merusak semuanya, aku kalap, aku merasa diinginkan. Aku pikir bahagia tak akan kemana-mana walau aku menjengkelkan. Aku salah kira. Di suatu malam minggu, aku dan bahagia tak bisa bertemu. Kami saling berkirim pesan. Entah mengapa saat dia bercerita tentang masa lalunya, seperti kehilangan akal, balasanku (mungkin ) sangat menjengkelkan. Hingga keluar pesan terakhirnya , “Tak perlu kau balas pesan ini. Tak usah kirim pesan lagi, untuk seterusnya.”
Akhirnya tiba, saat-saat yang entah ingin aku rasakan atau tidak, penyesalan dan kebingungan melanda. Bingung apakah aku harus menyesal punya watak yang menjengkelkan ini, atau aku harus menyesal berteman dengan bahagia yang (mungkin) nyatanya dia mudah marah sekaligus tak mudah memaafkan.
Aku memikirkan bahagia setiap hari. Apalagi daftar main sering memutarkan The Scientist milik Coldplay, serasa ingin berbisik lirih di telinga bahagia, “Take me back to the start”. Mustahil, mana mungkin bahagia mau mendengarkan dan mengacuhkan aku lagi.
Tapi semua yang terjadi tak akan membuat congkakku luntur. Aku akan tetap keras kepala. Ini bukan salahku maupun salah bahagia, melainkan hal ketiga, waktu. Waktu yang mempertemukan kami. Meski pertemuan membuat waktu lekas berlalu, tapi waktu juga yang membuat pertemuan lekas berlalu. Dan karena salah waktu, bahagia akan selalu kuanggap teman. Hatiku akan tetap terbuka untuk bahagia, sampai kapanpun. Sampai akhirnya aku sadar .
Ternyata bahagia hanya khayalan. Atau sejatinya aku tak paham, sebenarnya bahagia itu, apaan.
1 note
·
View note
Quote
Cinta membuat waktu lekas berlalu. Dan waktu juga yang membuat cinta lekas berlalu.
0 notes