Tumgik
iam-arsito · 3 years
Text
Aku kepada diriku :
Kamu tau ketika awal cerita ini kamu buat, semua resiko itu pasti kamu yang menanggungnya
Rasa sakit, kecewa, kesepian, kesendirian dalam kehampaan, semuanya sudah pasti akan terjadi.
Tapi kenapa kamu tak mau mengindahkan itu?
Hanya untuk kesenangan hati sesaat kamu harus menanggung semua ini dengan waktu yang entah kapan akan pulih kembali.
Cukup, cukup sudah dengan kesedihan ini, meratapi Dia dengan semua kenangan hanya kan memperdalam rasa sakit dan kepedihan itu.
Ingin ku tanyakan ke Dia, "Apa Arti Kesedihan yang sering Kau ucapkan?"
Dia telah bahagia, terlihat jelas dengan senyum kebahagiaan yang nampak diwajahnya.
Akupun harusnya bahagia, dan sadar akan kapasitas diri ini.
Selamat Tinggal.
1 note · View note
iam-arsito · 3 years
Text
"Apa alasan yang Maha Kuasa Mempertemukan Kita?"
7 Juta Kali pertanyaan Muncul di pikiranku, tak tau apa jawabannya.
Aku sadar, siapa diri ini, tak pantas bertahan karena semua memiliki "Standar" yang harus dilalui.
Ketika kau pamit merupakan kesedihan yang paling berat yang pernah aku temui, Nyaman saja tak cukup untuk mempertahankan dirimu.
"I was self-conscious"
0 notes
iam-arsito · 3 years
Text
Terlalu Egois, ingin bermain api tapi tak mau tersengat panasnya.
0 notes
iam-arsito · 3 years
Text
Janji?
Kita tak pernah berjanji apa-apa,
Seharusnya tak sesedih ini kan?
0 notes
iam-arsito · 3 years
Text
Perlahan tpi pasti
Perpisahan tak akan bisa terelakkan, karena akhir dri pertemuan adalah perpisahan
Ketika perpisahan itu tiba, kau bukan lagi yg ku kenal dlu
Kau bukan kau dan aku bukan aku
Terkadang perjalan hidup sejahat itu, membuat sebuah cerita yg akhirnya hrus ditentukan dengan takdir yg tak sejalan.
0 notes
iam-arsito · 3 years
Text
Memang benar,
Lebih mudah menuliskan hal yg sedang dirasakan, seakan semua mngalir bak air sungai di musim hujan.
Kata perkata dan kalimat perkalimat, tiba-tiba tertuliskan tanpa harus banyak berpikir.
Sama halnya dengan perasaan kepada seseorang, tanpa banyak alasan, tiba-tiba aku menyayangimu.
0 notes
iam-arsito · 3 years
Text
Semakin hari, Ego mulai meninggi.
Tak tau mana yg benar dan salah, milikku dan bukan milikku.
Ingin melepas tpi hati seakan berteriak jgn pergi.
Ingin mempertahnkan tpi tau bukan takdirku.
Semua yg datang memang bukan untuk dimiliki, belajar menghadapi semua tanpa ada rasa dendam dengan masa lalu.
1 note · View note
iam-arsito · 3 years
Text
Awalnya biasa saja, saling sapa, bercengkrama, tak ada perasaan yang lain.
Namun seiring berjalannya waktu, rasa yang tak semestinya itu muncul secara tiba-tiba, membuat seakan hidup terlahir kembali.
Tanpa sadar perasaan itu menguasai, saling memperhatikan, dan saling mengingatkan seakan semua pada jalurnya.
Tapi kita lupa akan satu hal, bahwa semakin dalam perasaan itu maka semakin sulit kita akan kembali ke permukaan.
Harus ada perasaan yang hilang, sulit memikirkannya, bertanya dalam diri "apabisa kita seperti awal saat pertama kita bertemu?"
Membiarkan perasaan itu semakin larut, walau tau akhirnya tak akan bersama, merupakan patah hati yang disengajakan.
Tanggung resiko itu,
Pergi Hilang dan Lupakan.
0 notes
iam-arsito · 5 years
Text
Tak Harus menunggu jadi SuperHero
Kerja di hari sabtu, seperti biasa kerja dalam dunia pelayanan seperti ini harus siap.
Sampai di Tempat kerja, semangat harus tetap terjaga, menyalakan dispenser, eh lampu mati, ternyata gak mampu listriknya, untung saja airnya sudah panas.
Ambil gelas, buat kopi, sambil lanjut pembuatan dokumen. Saat sibuk buat dokumen, di seberang jalan, maklumlah tempat kerja di pinggir jalan.
Ada seorang kakek atau biasa disebut Opa duduk di teras pelataran kantor, sambil membawa botol air minum, dan sebuah plastik yang berisikan obat. Sepertinya opa tersebut sakit dan telah selesai mendapat pengobatan.
Duduk sendiri sambil menunggu kendaraan yg mau lewat, untuk menumpang pergi kerumahnya, iya, disini tak ada angkutan umum, adapun itu hanya di jalan-jalan besar, itupun tak tau kapan waktu lewatnya.
Masih mellnatap opa itu, cukup lama beliau menunggu, duduk disana, seketika teringat orang tua di rumah, kakek nenek di kampung, dan yang paling selalu teringat, diri ini saat Tua nanti.
Singkat cerita, aku antarkan walau tak tau rumahnya dimana bahkan tak kita tak saling mengenal, hanya senyuman yg mengawali pembicaran,
Bukan berharap pujian, pamrih atau ingin menunjukan bahwa diri ini terbaik, tapi sadar dunia ini berputar, dan tak tahu pasti apa yang terjadi kedepannya.
Jalannya sudah aspal tapi sekitarnya masih hutan, penuh tanjakan dan turunan, membayangkan bagaimana mobilitas masyarakat dari desa ke pasar.
Sesampainya di depan rumahnya, kuturunkan beliau, dan beliau seakan ingin memberi uang, tapi aku tolak, bukan maksud menolak rezeki tapi ini hanya suatu bentuk pelayanan dan sadar diri ini masih kuat secara fisik, berpikir tak banyak hal yang bermanfaat dari diri yang muda ini yang bisa dilakukan.
Yang paling membahagiakan saat opa tersebut tersenyum lebar dan berucap "kase neh dek, Tuhan Memberkati"
Diluar sana banyak yg merasa diri paling tak berguna, tak ada manfaat, dan merasa hidup ini sia-sia.
Sekali lagi ini
bukan ingin menunjukan diri ini terbaik, hanya sebagai pengingat, menjadi bermanfaat tak harus kaya, punya jabatan, punya kekuasaan.
Menjadi bermanfaat dilakukan dari hal kecil, diawali dengan Senyum dan diakhiri dengan Saling Mendoakan.
1 note · View note
iam-arsito · 6 years
Photo
Tumblr media
Hari dimana seseorang meninggalkan rumah, pasti memberi perasaan yang berat. Seakan hati tak mau berpindah, tapi kaki mengharuskan pergi. Waktu yang di nanti-nanti akan segera tiba, menjadi seseorang yang seutuhnya, penuh dengan tanggung jawab diri sendiri, menentukan pilihan sendiri, membaur dengan Lingkungan baru, pastinya dengan hal-hal yang belum pernah ditemui sebelumnya. Semua telah diatur, dan sudah ada garis finish nya, berusaha jadi yang bemanfaat, walaupun hanya seorang pembantu. . . #book #bookaholic #page #book #booklover #imagine #literature #pages #climax #paper #bookstore #plot #booknerd #booknow #reader #bookstagram #kindle #instagood #library #reading #photooftheday #read #story #prilaga #instaread #bookshelf #bookme #bookporn #instabook #midlifecrisis (di Madagascar) https://www.instagram.com/p/Bun5Pc3BapO/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=clf5vmgeylzb
0 notes
iam-arsito · 6 years
Text
undefined
instagram
Ep. 2 - Salah Jurusan dan Kerja Gak Sesuai Jurusan, Bagaimana Menyikapinya?
Bercerita tentang pengalaman Salah Jurusan, Menyikapinya sehingga bisa sampai ke tahap ini.
Use your free time as best you can!
0 notes
iam-arsito · 6 years
Text
Tumblr media
Kebersamaan dalam Perbedaan.
Terharu nonton Highlight pertandingan Timnas U-22 di Final Piala AFF U-22. Karena gak sempat nonton bisanya nonton di YouTube.
Seketika mata berkaca-kaca melihat perjuangan pemuda-pemuda bangsa Indonesia melakukan selebrasi sesusai mencetak gol dilapangan.
Ada keunikan, dimana para pemain memanjatkan syukur kepada sang Maha Kuasa dengan berbeda-beda.
Ada yang bersujud syukur, Lipat tangan Mata tertutup, tangan diangkat menunjuk keatas Dan setelahnya berpelukkan bersama.
Indahnya pemandangan ini, menunjukkan keberagaman Indonesia. Lepas dari hiruk pikuk tahun Demokrasi.
Terimakasih Garuda Muda. Tetaplah terbang setinggi-tingginya Dan jangan cepat berpuas diri.
0 notes
iam-arsito · 6 years
Text
Just Be Yourself.
Just be yourself adalah saran yang sangat buruk.
Bayangkan seorang anak kuliah yang awkward dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Dia setiap hari kupu-kupu (kuliah pulang). Tidak pernah aktif organisasi.
Dia tidak suka berinteraksi dengan orang. Dia senang menyendiri. Di kelas dia selalu memakai headset. Di kantin dia makan sendiri. Ketika kerja kelompok dia juga diam-diam saja menunggu arahan. Presentasi tidak pernah mau.
Di rumah, dia menghabiskan semua waktunya di kamar. Main game, nonton YouTube, baca buku. Semuanya dia lakukan di kamar. Orangtuanya tidak pernah dia ajak ngobrol. Kakak dan adiknya juga dia diamkan setiap hari.
Suatu hari, dia sedang memikirkan tentang kekurangan yang dia miliki. Apakah awkward dan tidak bisa bersosialisasi itu wajar? Apakah tidak memiliki hasrat untuk bertemu dan mengobrol dengan orang itu wajar?
Di feeds Instagram dia melihat seorang wanita cantik dengan caption:
“Just be yourself! Life is too short to be someone else!”
Dia lalu berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja. Setidaknya dia tidak fake. Setidaknya dia tidak berpura-pura sok gaul. Setidaknya dia mengakui kekurangan dirinya. Orang sukses juga banyak yang introvert gak sih, pikirnya.
Dia lanjut scrolling lalu melihat foto ini:
Tumblr media
Wah itu persis banget seperti aku, pikirnya. Memang ya bersosialisasi itu gak penting banget. Ngapain ya orang-orang nongkrong di café berjam-jam cuma untuk membicarakan hal-hal tidak jelas. Mendingan aku yang menerima diriku apa adanya.
Dia akhirnya menerima dengan lapang dada kalau dia memang seorang introvert yang tidak akan pernah bisa bersosialisasi dengan orang.
The End.
Mengerti kan kenapa “just be yourself” adalah saran yang sangat buruk? Begitu buruknya sampai-sampai bisa merusak hidup orang.
Kalau kamu seorang pemalas, pembohong, pencuri, pemfitnah, pemberontak, dan pelakor, then please don’t be yourself.
Be a better person.
Dear special snowflakes generation called millenials, I’m sorry if I hurt your weak ass but being introvert is nothing to be proud about.
Dunia ini keras. Dunia ini butuh orang-orang yang berani mempersembahkan idenya. Dan dengan baik! Ide sebaik apa pun kalau dijelaskan dengan buruk sama saja dengan ide yang biasa-biasa saja.
Pekerjaan apa pun yang kamu pilih, and I mean EVERYTHING, semuanya mengharuskan kamu untuk bekerja sama dengan orang lain. Tidak mungkin bisa sendiri.
Semakin baik kamu berkomunikasi (dan dalam beberapa kasus, memanipulasi orang lain), semakin besar peluangmu untuk sukses di dunia yang kejamnya tidak pandang bulu ini.
“Be yourself” adalah saran yang sangat buruk.
Apalagi saat ini, dimana generasi anak-anak muda sedang lemah-lemahnya. Lemah mental, lemah disiplin, lemah skill, lemah fisik.
Apa-apa ngeluh. Setiap hari protes. Macet dikit kesel, marah, emosi. Di kritik dikit triggered. Dimarahin bukannya introspeksi malah ngambek. Apa-apa nyalahin pemerintah. Susah dapet kerja nyalahin perusahaan, nyalahin ekonomi, bukannya naikin skill.
Kalau kita terus-terusan diberi saran “be yourself” selamanya kita akan begitu-begitu saja. Tidak ada perkembangannya. Tidak ada peningkatan.
Kalau mau, ini ada saran yang lebih baik:
Figure out who you truly are. Figure out your weaknesses and fix them.
If you can’t, then figure out what you love, what you’re good at, and what other people need (because you need to get paid).
And then do that for the rest of your life.
semua dari sini ya
714 notes · View notes
iam-arsito · 6 years
Link
Pengalaman bagaimana hal yang penting tapi tak disiapkan sebaik mungkin dalam dunia setelah perkuliahan.
0 notes
iam-arsito · 6 years
Text
Salah Jurusan? Bukan Masalah!
Mungkin kamu pernah mengalami ini atau ada teman kamu yang mengalami hal serupa. Kuliah sesuai kemauan orang tua, ikut teman, prospek kedepannya atau malahan yang penting kuliah saja.
Untuk anak seumuran jagung seperti aku, memilih sebuah jurusan atau langkah selanjutnya dalam hidup sangat membuat bingung terlebih khusus di daerah yang kurang terpapar oleh informasi tentang perguruan tinggi.
Ada yang memilih untuk tak lanjut sekolah, entah karna alasan ekonomi atau memang sudah lelah dengan belajar duduk dibelakang meja dan langsung terjun kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada yang memilih untuk lanjut sekolah karena tuntutan social bahwa kuliah merupakan bagian dari gaya hidup social di lingkungan masyarakat.
Adapun yang memilih jalan kuliah memang untuk belajar memenuhi nafsu dahaga akan hausnya ilmu pengetahuan.
Alasan paling sering aku temui yaitu untuk mencari kerja, mempermudah mencari kerja dengan jalan kuliah.
Untuk anak SMA yang baru lulus, akupun memilih alasan terakhir untuk tahap selanjutnya, yaitu kuliah untuk mencari kerja, karena orang tua aku yang hanya lulusan SMA dan berlatar belakang pekerjaan penjual kelontong di pasar menyarankan aku untuk kuliah, karena katanya dengan kuliah aku bisa mendapat pekerjaan dengan sedikit lebih mudah ketimbang hanya lulusan di bawahnya.
Tumblr media
Pilihan pertama kedoteran UNSRAT, karena pekerjaan seorang dokter merupkan hal yang sangat diinginkan orang tua ku saat itu, andaikan mereka tua dan aku seorang dokter patilah lebih mudah untuk mengobati mereka, dan secara penghasilan seorang dokter dapat dikatan lebih dari cukup, itu yang ada di pikiran org tua ku saat itu.
Pilihan kedua farmasi UNSRAT, karena masih dalam bidang kesehatan, jurusan farmasi dinilai bisa menjadi seorang apoteker yang lebih memahami obat - obatan dan dapat membuka toko obat sendiri, maka dari itu aku pilih jurusan farmasi dipilihan kedua.
Pilihan ketiga Kesehatan masyarakat UNSRAT, dari namanya saja aku baru dengar saat itu yang katanya nanti lulus, aku bisa menjadi kepala Puskesmas, tak ada ketertarikan dari ku untuk memilih kesehatan masyarakat tapi karena pilihan ada tiga maka aku memilih Kesmas dipilihan terakhir.
Pernah sempat berpikir untuk kuliah di salah satu kampus swasta di bidan teknologi informatika karena bisa dibilang aku memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang teknologi khususnya yang berkutat tentang hardware dan software computer.
Tapi, karena keuangan ku masih di tanggung orang tua dan ingin menyenangkan orang tua, anak mana yang gak mau orang tuanya bangga dan bisa menyenangkan, akhirnya aku memilih ketiga pilihan tadi. dan alhamdulilah tidak ada yang lulus. ha..ha..ha..
SNMPTN dan SBMPTN taka ada yang lulus, putus asa menghampiri, ketakutan untuk tak diterima kuliah di salah satu universitas ternama di Sulawesi Utara itu menambah depresi, karena tak tau setelah lulua SMA mau kemana, kerja dimana juga tak tau karena semua aku ikut orang tua ku.
Dibukalah tes masuk mandiri universitas dan akhirnya aku di terima dipilihan ketiga karena pilihan satu dan dua sudah tidak dibuka. Kuliah di salah satu kampus yang baru aku dengar membuat aku tak lantas senang. tapi karena proses kuliah semakin dekat aku niatkan untuk kuliah disana. Alhamdulillah sekarang aku bisa lulus. untuk selanjutnya aku kerja dimana mungkin nanti aku ceritakan kapan – kapan.
Next, dari kisah aku tadi bisa dikatakan aku salah jurusan, jujur keinginanku untuk kuliah lebih suka dibidang teknologi tapi karena influence orang tua aku tetap berusaha enjoy kuliah disana demi orang tua ku.
Saat kuliah di bidang kesehatan preventifdan promotif aku berusaha untuk tetap melek dengan teknologi dan social media, tapi karena lingkungan pengetahuan tentang hal ini bisa dikatakan tak mendukung. Untuk install- install software, bongkar pasang hardwre lumayanlah aku bisa sedikit bisa.
Kembali ke kampus aku, disana ada salah seorang dosen di kuliah perdana, pada saat itu mengatakan “Kalian disini ini bukan karena pilihan kalian, kalian disini karena kehendak Tuhan, Tuhan menempatkan kalian di kampus ini” sekejap aku berpikir benar juga, mungkin kedepannya aku akan sukses disini atau minimal mendapat sebuah pengalaman dalam proses belajarnya nanti.
Masuk ke tahun kedua, aku di Tanya lagi apakah mau pindah jurusan tapi karena otak pragmatis aku, aku memilih untuk tetap stay di kesmas, karena slogan mahasiswa kesmas “Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati”. dan juga biaya untuk kuliah kedokteran sangat tinggi.
Dalam mengarungi tahun demi tahun masa kuliah terjadi proses pendewasaan untuk menerima dan menyadari tujuan aku kuliah itu apa. Pasti beberapa dari kamu pernah merasa seperti ini, “apa sih yang aku cari sehingga aku lama-lama kuliah”.
Jadi buat kamu yang salah jurusan, banyak kok orang – orang sukses yang salah jurusan, bahkan bisa mendirikan startup startup yang bisa membantu org lain, aku gak akan bahas kisah mereka tapi kamu bisa belajar bagaimana mereka menemukan proses pendewasaan untuk dapat berpikir bahwa salah jurusan gak akan mematikan apa yang kamu inginkan, karena bisa dibilang kamu kuliah ujung-ujungnya untuk kerja, kerja untuk dapat uang, setelah dapat uang kamu mau cari apa lagi?
Misalnya suatu ketika kamu punya tujuan ke pantai tapi kamu kesasar ke hutan, dari pada kamu balik dengan tangan kosong gak dapat apa – apa lebih baik kamu explore hutan itu, kamu nikmati pemandangan di hutan, ambil buah – buahan yang ada di hutan, setelah balik kamu malah kenyang gak kelaparan, jadi  kamu bisa manfaatkan apa yang ada saat di hutan tadi.
Kalau aku sendiri lebih berpikir demikian, dan cara untuk dapat menemukan proses pendewasaan di posisi seperti ini, amu bisa mencoba menemukan hal – hal ini dalam dunni perkuliahan.
Tumblr media
Pertama adalah Komunitas atau Organisasi, kamu harus gabung komunitas, gak harus komunitas yang selinear dengan jurusan kamu tapi kamu juga bisa gabung dengan komunitas misalnya seni, untuk belajar menemukan bakat seni kamu atau komunitas Reksa dana yang dimana kamu bisa belajar banyak hal – hal keuangan yang tidak kamu pelajari di jurusan kamu dan masih banyak lagi komunitas – komunitas lainnya.
Kedua yaitu Problem, bukan yang dimaksud cari masalah tapi lewat problem yang kamu hadapi di komunitas atau hambatan dalam perkuliahan kamu bisa menghadapinya dan belajar dari problem – problem tersebut, ingat masa muda hanya sekali carilah pengalaman sebanyak – banyaknya untuk bekal setelah lulus nanti.
Ketiga yaitu Hidup Bukan tentang kebahagiaan Uang, memang uang tidak dapat membeli kebahagiaan tapi kebahagiaan bisa kamu capai apabila memiliki uang. punya gaji besar, mobil dan rumah banyak tapi pada akhirnya setelah semua itu kamu dapatkan, terus apa yang kamu cari lagi? toh semua sudah kamu dapatkan, pasti ada saat kamu gak akan butuh semua uang itu.
Jangan pernah berpikir demikian karena itu dapat menghambat proses pendewasaan kamu. jangan sampai salah jurusan itu membuang – buang waktu, setelah kamu capai, dapat uang kamu cari yang lain yang ternyata itu bukan tentang hal semata, mending sedini mungkin utuk berpikir bahwa kebahagiaan uang itu hanya semu.
Itu Pengalaman aku tentang Salah Jurusan dan mungkin kamu juga pernah mengalami atau saat ini tengah mengalami hal demikian. Percaya dan yakin akhir cerita kamu telah ditentukan, tak ada kata terlambat selama otak kamu masih terus berkerja.
3 notes · View notes