mubari-blog
mubari-blog
Mubari
4 posts
Find Out
Don't wanna be here? Send us removal request.
mubari-blog · 6 years ago
Text
Prasangka jadi tindakan dan kesalahan
“Bro, nanti berhenti kalau ada toilet. Terserah mau di SPBU atau masjid. Aku sudah kebelet ini, sudah di ujung,” bilangku pada Toni yang memboncengkanku.
Kami pun berbelok, berhenti di SPBU, rombongan kawanan touring pun ikut berhenti.
Aku turun, masuk kamar mandi, demi menuntaskan kewajiban. Kewajiban melaksanakan hukum alam sekaligus menjaga kesehatan.
Aku keluar. Dan tak seorang pun ada, tak semotorpun ada. Aku berdeduksi bahwa aku telah ditinggal pulang.
Aku melangkah menuju kontrakan dengan menggerutu. Meski jaraknya dari SPBU tadi hanya sekitar 1 km. Namun ini bukan soal jarak yang dekat, ini soal yang melatar belakanginya, ini soal kenapa aku harus melangkahkan kaki dari SPBU, kenapa mereka meninggalkanku di sana.
Aku berspekulasi, barangkali, karena minggu kemarin-kemarin aku tidak ikut kerja bakti bersama warga lantaran tidur. Aku berpikir demikian, sebab minggu kemarin, Toni bilang, “Minggu kemarin waktu kerja bakti ada yang kerjanya jaga bantal. Lha ini dia orangnya. Wkwkw…,” tunjuknya padaku.
Kesalahan yang lama ternyata tetap ada dan dibahas serta dipermasalahkan. Namun aku tetap menggerutu tak terima, berdalih, itu bukan apa-apa, mereka tak tahu apa-apa. Itu bukanlah alasan yang tepat untuk meninggalkanku.
Aku pun di kontrakan dengan muka masam. Tak seorang pun aku ajak bicara. Touring, main ke pantai yang awalnya demi kesenangan sekarang malah jadi penyebab tersulutnya kebencian.
Esoknya hari Minggu, Toni ke kamarku, mengajakku ikut jogging bersama teman-teman kontrakan. Aku tetap membisu seperti kemarin. Lantaran masih ada bekas luka yang belum sembuhkan dengan kata maaf. Walau ajakan jogging ini dalam rangka keakraban, mungkin dalam rangka itu pula, aku tidak peduli. Aku ingat ketidakpedulian mereka kemarin.
“Ayo, Bar, kalau gak ada kamu, gak seru,” bujuk Toni.
“Seru? Mungkin seru buat kamu, bukan buat aku. Seru sekali meninggalkan aku di SPBU, iya kan?” balasku, “Aku tahu, itu karena ketidakikutsertaanku pada kerja bakti minggu lalu kan?”
“Kamu tidak tahu aku,” lanjutku, “Jangan merasa tahu hanya dengar dari teman kontrakan, teman dekatku. Kalau kamu ingin tahu aku, tanyai aku, temui aku, berbicaralah denganku, sumber utama yang ingin kau ketahui. Kamu pikir itu cukup jadi alasan kuatmu untuk mengerjaiku.”
Toni hanya mendengarkan.
“Kamu tidak tahu alasanku kenapa tetap tidur dan tidak ikut kerja bakti. Tapi aku juga tak perlu, tak butuh menceritakan alasanku, memamerkan permasalahanku, permasalahan finansialku, kuliahku, keluargaku. Namun kamu yang butuh alasanku, kamu butuh sumber alasan yang kuat dariku sebelum mulai mengerjaiku.”
Toni menghilang tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
Hening…
“Sebetulnya itu juga salahku,” batinku, “semua permasalahan yang melibatkanku juga tanggung jawabku walau datangnya bukan dariku. Seharusnya aku bisa mengira apa yang akan terjadi, memberi pengertian, antisipasi atau apalah agar tidak seperti ini.”
“Permasalahan ini akan selesai dengan sendirinya dalam beberapa menit mungkin detik. Namun semakin panjang waktunya seketika, lantaran aku meluapkan itu semua, aku ikut campur mekanisme alam menyelesaikan masalah.”
Aku merebahkan tubuh di kasur, menghela napas, “aku paham.”
0 notes
mubari-blog · 6 years ago
Quote
Tetap selalu di tengah dalam segalanya
Buddha
0 notes
mubari-blog · 6 years ago
Text
Tidak ada
Tak ada kata-kata yang perlu dipaksakan keluar. Aku tak tahu mau bilang apa. Betul, aku tak perlu mengada-ngada. Hanya diam.
-Mubari
0 notes
mubari-blog · 6 years ago
Quote
Push yourself to courage work whatever is
Mubari
1 note · View note