puspadwin
puspadwin
Fadelisana
318 posts
Bismillahirrahmanirrahiim.
Don't wanna be here? Send us removal request.
puspadwin · 6 months ago
Text
Menutup Husnudzon
Lagi-lagi aku lupa dengan apa yang kutulis sendiri.. tentang iman dan dua kepak sayapnya.
Tumblr media
"Kamu bisa kan, ga asal nuduh orang kayak gitu?!"
Pertanyaan itu pernah kulontarkan dulu, saat mengenal seorang teman baru. Adakah perasaan selain jengkel dan tak nyaman jika di-su'udzon-i oleh orang lain? Dalam duniaku, apa yang diucapkan lisan, lahir dari petikan dalam pikiran. Jika yang diucapkan saja hal buruk, bukankah itu menjadi cermin atas buah yang busuk?
(Naudzubillaah, tsumma naudzubillaahi mindzalik)
Dari situ pun aku diantarkan pada sebuah rasa, yang menguatkan untuk selalu berhusnudzon pada Yang Maha Cinta. Karena betapa durhakanya kita, jika membuang buah busuk pikiran pada yang Maha Baik dan Sempurna kasihNya. Betapa tak tau dirinya kita, bila mengira bahwa yang Maha Sempurna NikmatNya, menyalahi takdir kita. Karena bahkan setitik pun tulisanNya, hanya kebaikan yang akan terbaca.
Lantas, di penghujung hitungan manusia ini, aku terdiam cukup lama, rodaku berhenti berputar. Pikiranku sedikit runyam karena ada yang alfa.
Kilatan dalam jaring mahakarya tampak gemerlap, Apa beda ekspektasi dengan husnudzon? Aku tak boleh berekspektasi, ia akan mengecewakan. Namun, aku harus berhusnudzon, agar kudapati tenang. Bukankah keduanya sama maknanya tentang berangan untuk masa depan?
"Yaa Allaah, apa bedanya?"
Dan saat aku merasa payah mengupaya husnudzon, aku seolah lupa bahwa pintu ketenangan, memiliki kunci lain yang bernama Syukur, penerimaan. Yang bahkan akan membuka lagi ribuan pintu keberkahan. Menghamparkan damai, sejuk, dan keajaiban.
Pada masa depan yang melelahkan, walau hanya sekadar dipandang. Ada masa lalu yang panjangnya butuh keikhlasan. Terlukis jejak nikmat yang masih terserak. Ada guliran waktu yang menyatu dengan laku. Ya, aku bisa memilah kisah demi memilih syukurku.
Iman yang menenangkan, sayapnya syukur dan sabar. Saling menggenapkan, menutup yang kurang. Melengkapi kepingan demi kepingan.
Lalu, aku teringat, tentang batas berangan-angan. Pada luas semesta yang tak akan pernah tergenggam, tergambar garis cakrawala yang membentang, iya, ia bernama Sabar.
Pada masa lalu, kita terima penuh syukur. Pada masa depan, kita rangkai dengan sabar.
Terima kasih yaa Allaah, atas nikmat pemahaman yang insyaAllaah akan selalu kupegang.
2 notes · View notes
puspadwin · 6 months ago
Text
26
Sudah seharusnya setiap tanggal ini berulang, aku merangkum apa yang perlu kusimpan, agar kelak jalan ini kian panjang berjalan.
Tumblr media
Teringat tulisan tadabbur Quran oleh Quranreview, tentang salah satu solusi atas kesedihan yang Quran tawarkan pada hati manusia, penawar atas segala gundah, cemas, dan lara yang merundung, ternyata obat itu telah berabad lamanya Allaah sampaikan, tentang mengkilas balik waktu untuk bersyukur. "Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu" (35:3)
Setelah sampai di titik ini, Allaah lagi-lagi menyadarkanku, bahwa tiap tahun memiliki judulnya masing-masing. Setiap tahun selalu ada hal baru yang Allaah tulis untuk menguatkanku.
Dan ternyata, aku selalu diselamatkan Allaah berulang kali.
Atas tahun-tahun yang telah berlalu, yang pernah kucoba keras hapus dari ingatanku, yang pernah menjadikanku hilang arah juga kendali, atas tahun-tahun yang telah mengajarkanku makna 'rela', Allaah simpan gemerlap harta karun yang tak mampu kuhitung.
Rasa-rasanya aku baru diajarkan, betapa Allaah Maha Pengasih, Maha Mendengar, Maha Melihat, saat aku bisa melalui yang saat ini dengan ringan. Padahal, pemahaman yang patut aku tuliskan seringkas bahwa,
Allaah Maha Menyaksikan.
Allaah dengan cintaNya yang sempurna, selalu menyaksikan kita, berada di dekat kita. Allaah yang jadi saksi atas hati yang pernah remuk berkeping, Allaah yang jadi saksi atas jiwa yang pernah meredup, Allaah yang jadi saksi atas mata yang hanya melihat gelap, Allaah juga yang jadi saksi atas lisan yang lelah berharap.
Allaah selalu menyaksikan kita semua.
Kita tak pernah tau, akan sampai mana sabar kita diterima Allaah, akan sampai mana rasa syukur kita dicukupkan Allaah, Maka pada apa yang didapat saat ini, Semoga Allaah akan selalu membersamai. Karena setiap cerita di dunia, Allaah telah izinkan terjadi, namun belum tentu semua Allaah ridhoi.
Yaa Rabb, pendek akalku yang pernah menyangka ini hanyalah transaksi layaknya jual beli, seolah aku menjual kesedihan dan kau beri imbal rasa bahagia, telah mengkerdilkan jiwaku sendiri.
Bukankah rasa sakit yang melahirkan sabar dan rasa bahagia yang mengeja syukur, bentuk niscaya untuk setiap insan? Bukankah sabar dan syukur telah menjadi sayap iman untuk terbang menuju keabadian? Karena entah dengan sabar atau pun syukur, Bukankah keduanya bentuk kasih sayangNya Allaah pada kita?
Jika pepatah dunia mengatakan bahwa sedih hanya sementara dan senang tak akan bertahan lama, sabar dan syukur semestinya menjadi bahasa cinta akhirat, yang tiada alfa, tiada jeda, tiada sementara.
Pada berbagai-bagai keadaan, kita selalu bisa menjadi tenang dan bahagia, asal sabar dan syukur yang kita genggam pada dua telapak tangan, dan hati yang tak pernah menjauh dari Allaah Maha Penyayang.
Puspa, selamat menjalani hari-hari baru ke-depan. Tentu akan kau jumpai banyak rintang menghalang, Tentu akan kau jumpai pula sinar gegap gemintang, Apapun itu, kau sudah punya bekal. Allaah telah ajarkan syukur dan sabar. Dijaga yaa, jangan sampai hilang atau tertinggal..
Tumblr media
2 notes · View notes
puspadwin · 7 months ago
Text
Mengalirlah..
Tumblr media
Hei Puspaa..
Ingat, kau memulai dan melaluinya dengan sebuah doa terindah yang baru kau hafal dalam seperempat abad kau hidup di duniaNya. Jadi percayalah, kerikil ini hanya ujian, untukmu yang saat ini, sedang terlalu runyam dengan perasaan.
Bismillaah Pus, ucaplah bismillaah..
3 notes · View notes
puspadwin · 7 months ago
Text
.. Pengasih Terhadapmu ..
Potongan salah satu terjemahan ayat dalam Quran Surah Maryam, yang sudah lebih dari satu tahun, Allaah selalu menyadarkanku dengannya.
Tumblr media
Kisah yang akan selalu tersanding dengan air mata, tergugu memohon penjagaan paling mulia dariNya. Tentang pemeliharaan paling sempurna, hingga berbagai kisah indah yang tertulis menyertainya.
Indahnya Allaah merangkai kisah dan menuliskannya. Indahnya iman bunda Maryam dalam menghadapi berbagai ujian. Namanya abadi hingga kelak di surga.
Potongan ayat yang akhirnya kupilih menjadi pengingat kala lalai, justru seringkali mendapatiku menangis capai. Payahnya aku, ternyata tak semudah itu mengucap dzikir, untuk benar sampai ke dalam hati.
Dan Allaah selalu mengingatkan, tanpa henti..
Rumus Al-Quran sebagai seduhan paling hangat, selalu Allaah beri tanpa antri, tanpa tapi.. Berkali-kali diri ini jatuh dalam palung gelap episode hidupnya, berkali-kali itu pulalah, Allaah suguhkan kisah bunda Maryam.
"Hei Puspa, bukankah ini peganganmu? Apa kau lupa? Ini Al-Quran tak pernah kemana-mana lhoo, kamu aja yang kemana-dimana."
Bukankah aku ini hamba yang mendamba ridho dan surgaNya? Lantas mengapa aku tak meneladani kisah perempuan-perempuan yang dirindu surga? Yang namanya sudah harum mewangi di sana sejak lama, hanya menunggu waktu untuk mempersilakannya menikmati tiap jengkal indah Surga.
Lantas mengapa aku tak selalu memegang teguh hikmahnya? Apa dunia begitu merasuk dalam hati hingga menggerus cita-cita abadi?
Ya Rabbi, aku sadar, ujianku tak seberat bunda Maryam, tapi aku mohon, kuatkan aku sekuat bunda Maryam yaa Rabb..
2 notes · View notes
puspadwin · 7 months ago
Text
dan Al-Quran adalah sebaik-baik hikmah, sebaik-baik penawar atas segala rasa sakit, sebaik-baik pelarian untuk dituju, dan sebaik-baik sahabat perjalanan. Indah namanya, Asy-Syifa.
2 notes · View notes
puspadwin · 7 months ago
Text
Lentik
Menulis dengan berbicara jelaslah berbeda. Ada proses lebih dalam pada menulis, ada pengolahan rasa yang panjang, juga pemikiran yang kadang runtut sendiri saat dituliskan. Menulis menjadi perjalanan untuk diriku menemukan penyelesaian atas rumitnya solusi yang kadang hanya sekadar kelapangan hati. Menulis seperti menerima seluruh rasa yang hinggap, mengaduknya perlahan, merasakannya, memilih dan memilahnya, tempat mana yang sekiranya tepat untuk meletakkannya. Mengistirahatkan rasa dan karsa yang nyatanya berbeda tempat. Aku akan selalu ingat pesan seorang yang sangat aku sayangi, semoga Allaah selalu merahmati dan melindungi beliau. Tentang privilege menulis. Layaknya tiap ujung jari yang dapat menjadi pembeda tiap manusia, kemampuan lentik jemari untuk lincah menari di atas mesin tik, atau meliuk indah dengan pena, tak semua kita sama.
Jika telah dianugerahkan hal demikian oleh Yang Maha Lembut, betapa durhakanya jika kita tak mau memupuk hadiah tersebut. Pesan yang masih kuingat jelas, "Teruslah menulis dik, tidak semua kita bisa menulis dari hati."
Walaupun aku masih berupaya agar mampu, sepenuhnya menulis demi menyebar kebaikanNya, aku tak akan berhenti menulis, untuk diriku sendiri terlebih dulu, agar terus mengeja syukur padaNya, meluruhkan segala rasa yang sejatinya hanya singgah sebentar, dan memberi jalan agar ketenangan yang telah dijanjikan, ikut hadir dalam tiap tulisan.
Yaa Rabb, alhamdulillaah, alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimmush sholihaat
3 notes · View notes
puspadwin · 8 months ago
Text
Sesakmu, Sesakku..
Event Quranreview kali ini, feel-nya kayak ber-ittiba' kepada Rasulullaaah SAW dengan tadabbur QS. Al-Insyirah.
Tumblr media
Surat yg biasa kita baca, udah hafal di luar kepala, tentang janji Allaah pada tiap masa sulit, pasti ada nikmat kemudahan yg membersamai.
Namun, tentang apa surat ini sebenarnya? Bagaimana memang kesulitan yg dihadapi Rasulullaah?
Acara ini ngebahas makna per kata dari empat ayat ter-atas, Maha Agung Allaah pada tiap diksi indah yang Allaah firmankan.
Baru awal udah mbrebes mili pas bagian, bahwa kelapangan hati yg Allaah khusus berikan kepada Rasulullaah (dan kpd kita, insyaAllaah) ternyata mukjizat Allaah yang "lebih nikmat" dibanding dengan mukijzat pada nabi-nabi lain sebelumnya.
Beraaattttt sekali bebannya Rasul, beraaaaatttttt banget, bahkan untuk sekadar bayangin aja kok kayaknya kita nda sampee 🥺 Dilukiskan seperti bebannya seorang ibu yg mengandung dan melahirkan, ditambah dengan beban di punggung seberat gunung yang hampir-hampir mematahkan badan sebagai penopang.
Itu semua diksi yang Allaah pilih lhoo, bukan syair buatan manusia 😭 Kebayang ndaa beratnya beban Rasulullaah? Beban yg intinya hanya "keselamatan umatnya" 🥺
Tapi plot twistnya, Rasul tak pernah sekalipun menganggap kita ini beban, justru Rasul amat mencintai kita, yg nyusahin ini 🥺 Daannnnn, ternyata kado paling indah dari Allaah untuk kita di dunia ini tuhh yaa dengan hadirnya Rasulullaah buat kita 😭
Allaahumma sholli ala Muhammad.. Allaahumma sholli ala Muhammad.. Allaahumma sholli ala Muhammad.. Yaa Rabb, kami ingin bertemu nabi di surgaMu kelak yaa Rabb 😭
Tumblr media
Bukan, kajian ini bukan ingin mengatakan, "Tuh liat, beban Rasul aja segitu beratnya tapi beliau masih mencintai "bebannya" dan semakin mendekat sama Allaah, lha kamu? Baru juga diuji a b c d, udah ingin berputus asa."
Bukan, bukan hal itu yang semata ingin disampaikan, bukan dengan mengkerdilkan beban kita, Al-Quran menasihati kita, Melainkan...
Beban kita berat juga kok dan beban kita tak salah memilih pundak, kita semua punya sesak masing-masing, tapi kita sudah lebih paham kini,
bahwa Allaah telah melapangkan hati kita dan itu se-nikmat-nikmat pertolongan untuk tiap permasalahan.
Juga Allaah telah berjanji, bahwa kita mampu menghadapi masalah kita masing-masing, ada kemudahan yang mungkin perlu kita sibak sendiri, ada Rasulullaah yang senantiasa berjuang untuk melihat kita bahagia, dunia dan akhiratnya 😭
Sesak yang ada dalam dada ini, mungkin karena kita masih menempatkan dunia di dalamnya, padahal fitrahnya hati, bersih dari dunia, penuh dengan dzikir mengingatNya.. yaa Allaahhhh, faghfirli yaa Rabbi 😭😭😭
((beneran se-nangis itu yaa Allaah))
Belum lagi sesi sharing cerita Quranku, diingatkan lagi tentang kekuatan doa-doa yang indah, "Allahumastakhdimna, wa laa tastabdilna" Yaa Allaah sungguh, jika Engkau masih memberiku waktu untuk hidup esok hari, jadikanlah hidupku untuk kebaikan. Gunakan aku untuk kebaikan yaa Rabb, gunakan kami untuk mengabdikan diri kami hanya padaMu 😭
Lalu ditutup dengan quotes yang sangat menggetarkan hati, bahwa tak pantas kita berputus asa pada kekuatan Al-Quran dan rahmat Allah Rabbul Alamin.
"Kalau Al-Quran saja bisa ngubah peradaban, pasti Al-Quran juga bisa dengan mudah ngubah hidupku.." 🤧🤧🤧
4 notes · View notes
puspadwin · 8 months ago
Text
Bertahan dalam yakin
Tumblr media
Untuk yang diam-diam geram melihat kemungkaran, untuk yang diam-diam tersentak meyaksikan kezaliman, untuk yang diam-diam sesak mendengar rintihan..
Untuk kita yang diam-diam bergumam lirih saat ikut merasa pedih, untuk kita yang diam-diam mengirim rupiah sebagai hadiah, untuk kita yang diam-diam melibas waktu dengan ilmu juga buku, untuk kita yang diam-diam menahan ingin demi usaha kecil "boycotting".
Untuk kita yang diam-diam mengajak yang terdekat untuk sekadar sadar, untuk kita yang diam-diam membagikan fakta pada satu dua kolega, untuk kita yang diam-diam memutar akal dengan diskusi panjang, untuk kita yang diam-diam mencari celah dalam berjuang.
Juga untuk kita yang selama ini diam, untuk kita yang hampir padam..
Terima kasih, terima kasih untuk segala ragu, tak tau, dan malu yang akhirnya tersapu. Terima kasih untuk segala hal kecil yang terus tak berhenti. Terima kasih telah mengambil peran dengan hati juga nurani.
Seperti semut nabi Ibrahim. Mereka terus menyiram air ke arah api tanpa banyak tapi, padahal Allaah telah mendinginkan api itu demi sang nabi. Yang semut tau, ia hanya melalukan apa yang ia mampu.
Sebisa-bisanya, sepatah doa pastilah kita mampu. Sebisa-bisanya, doa berjamaah kita yakin akan kabul.
1 note · View note
puspadwin · 10 months ago
Text
Bulan ke-9, bulan ke-11
Tumblr media
Memasuki bulan September, menghitung hari demi hari di dalamnya dengan penuh harap cemas, bilamana hari ini akan berhenti, tak perlu berlanjut, usai di sini.
Seakan hari berlalu begitu saja, seakan usaha rasanya sia-sia semua. Segala gerakan masih hangat merambat, untaian doa dan uluran tangan juga kian memanjang, namun mengapa detik masih terus berjalan?
Aku malu, teman. Selama ini menjadi saksi bisu, atas genosida yang terang-terangan di depan mata, terus menerus tanpa mengenal jeda. Aku malu, teman. Doa bersama, boikot, segala bantuan yang terus menggema, dilalui begitu saja, bahkan mulai terbiasa kembali pada semula. Aku malu, kawan. Yang tak sampai hati saat harus memberi tanda ♡ pada tiap gambar, menyayat hatiku agar postingan itu tetap menyala, menyebar kemana-mana termasuk lini masamu. Aku malu, kawan. Berharap tidak akan mengakhiri bulan ini, karena tak sampai hati menyambut satu tahun, genosida yang "dibiarkan" terjadi. Kawan, aku malu..
Namun, tidak dengan mereka. Memasuki bulan ke-11 atas perjuangan yang membuka mata dunia, walau sebenarnya telah berpuluh tahun mereka gigih terus berupaya. Tak ada satu pun bukti pada mereka, yang menyatakan lelah, kalah, lemah, apalagi menyerah. Tak ada satu pun tangis mereka yang merutuki takdir, justru mereka gemar tak henti-hentinya bertakbir.
yaa Allaah.. Maafkan hamba yang payah ini. Kuatkan hamba, se-kuat mereka. Tolong kami yaa Rabb, tolonglah kami. tolong kami yaa Rabbi..
Kuatkan kami hingga kemenangan itu mendekat tepat di depan mata kami, yaa Rabb. Gembirakan kami dengan sejuk kabar kemenangan yang akan segera tiba. Menangkan kami yaa Rabb, sumgguh kami percaya pada janjiMu.
Allaahumma harrir masjidil aqsha.. 🇵🇸🍉✨️
5 notes · View notes
puspadwin · 10 months ago
Text
Sudahkah disyukuri?
Makan siang itu, aku sengaja pulang ke rumah sebentar, sebelum berpindah ke lumbung lain, melanjutkan perjalanan.
Ternyata bapak juga baru hendak makan, dan makanlah kami berdua dalam satu meja. Obrolan kami sebenarnya sederhana seperti biasanya, namun ada tanya yang berbeda dari bapak.
"Nduk, memori masa kecil yang bisa kamu ingat, mentok di umur berapa?" tanya bapak saat kami sama-sama hampir selesai menyantap santapan terakhir.
Aku terdiam beberapa saat, hingga bapak selesai makan. Pikiranku menerawang jauh ke dalam putaran arusnya. Kepingan peristiwa seolah dipilih-pilah dalam kepalaku, sejauh yang aku ingat,
"Sekitar usia 4 atau 5 taun deh kayaknya, waktu main sama mbah Kakung. Kenapa pak?"
Namun jawaban bapak bukan hal yang akan aku tuliskan di sini. Aku masih dalam haru mengingat kepingan-kepingan memori kala aku masih lucu.
Ternyata, masa kecilku begitu mengesankan, memorinya masih menyenangkan. Banyak hal yang seharusnya disyukuri. Banyak hal istimewa yang kini justru jarang kutemui.
Jadi, kalau dewasa kini, kamu merasa sedang di masa kritis dan sulit bersyukur Pus, coba kita putar memori indah itu. Jika kamu belum bisa bersyukur dengan hal yang kamu hadapi saat ini, bersyukurlah untuk masa kecilmu yang boleh jadi, saat itu belum disyukuri, atau bahkan hingga saat ini.
Bersyukur yaa Pus, bersyukur untuk apapun, kapanpun, dan bagaimanapun itu.
2 notes · View notes
puspadwin · 10 months ago
Text
Berkenalan dengan Inner Child
Iyaa, ternyata aku baru tau, bahwa perasaan ini lahir dari hari-hari di mana aku tumbuh beranjak remaja hingga dewasa. Perasaan aneh seperti campuran segala rasa yang tidak menenangkan. Perasaan yang bernama inner child.
Aku asal saja menyebutnya sebagai perasaan. Karena nyatanya ia tak terlihat, namun terjadi di dalam dan dapat dirasa.
Inner child, perasaan yang meronta-ronta ketika memori lamanya berputar, berpacu dengan keadaan yang sekarang. Mungkin kurang lebih isinya tentang perbandingan, luka mana yang paling sakit, perih mana yang tak kunjung pergi.
Inner child, perasaan yang sama sekali tak tampak, namun ternyata berlaku dalam tiap gerak. Ia seperti bayang-bayang yang mengikuti tiap jejak.
Inner child, perasaan yang bahkan tak pernah kurasa, aku hiraukan begitu saja, 'ini bukan dendam, kan?' tanyaku ketakutkan. Sebab, aku masih mengingatnya.
Inner child, perasaan yang mengikutiku tumbuh, dan sekarang mengancam masa depanku. Ia diam-diam telah lama diam karena kudiamkan.
Tapi untungnya aku telah diajaknya berkenalan, masih belum terlambat, aku bisa mengejar.
Inner child, mungkin kau perasaan penuh luka, yang sakitnya telah lama kucoba matikan begitu saja. Tak kuhirau sekadar karena tak nyaman dalam mata.
Inner child, kamu telah terlampau kuat selama ini. Aku saja yang lemah, gentar saat akan menghadapimu. Namun, kau bisa lihat kini, aku berusaha untuk berdamai denganmu.
Menerimamu selayaknya catatan indah untuk bekalku melangkah, kau menyimpan ribuan gores pena yang sebelumnya tak bisa kubaca, kini aku telah belajar mengejanya. Satu-satu, pelan-pelan yaa..
Dan aku janji, tak akan mengusirmu kemana-mana. Tetaplah di sana, menyaksikanku sebagai pelukismu, untuk inner child satu dua yang di dalamnya akan ada aku.
Inner child-ku, terima kasih yaa..
1 note · View note
puspadwin · 11 months ago
Text
Begini saja..
Ada pesan yang masih kutulis dengan rahasia, untaian doa yang akan dilangitkan bersama. Cukup dengan bahagia yang aku rasa, bahagia dengan rasa cukup yang aku terima. Begini saja yaa Rabb, begini saja ternyata sudah tuai bahagia.
8 notes · View notes
puspadwin · 11 months ago
Text
Tazkiyah
Kacamata itu kadang berembun, kadangkala buram. Kadang tergurat entah apa hingga tergaris gurat goresan. Kacamata itu.. perlu dilepas dulu sebentar.
Tumblr media
Sejauh aku memakai kacamata, empu pekerjanya selalu menyisipkan pembersih berbilang dua, satu cairan dalam botol mungil, satu lainnya berupa lap kecil. Semua pembeli kulihat diberinya percuma. Maka, ini lah salah satu alasan yang kutangkap, mengapa tak semua kita yang bermata empat, memandang hal yang sama namun hasilnya berbeda.
Mungkin hampir sama dengan hati kita, semuanya sudah dibekali Allaah dengan kalamNya, agung penuh hikmah yang indah, Quran yang sejatinya akan memberi kita hujjah, juga teladan terbaik dari manusia terbaik, Rasulullaah, semua sabdanya melegenda, hanya saja kita sering alfa. Keduanya menjadi bekal untuk hati kita, dalam laku hidupnya memandang dunia. Melihat ke mana arah hidup kita sesungguhnya.
Dan bagai kacamata yang kotor dan usang, yang kadang lupa atau bahkan jarang kita bersihkan, akan jelas menjadi pengeruh untuk mata melihat dunia. Bumi yang melandai biru penuh hijau raya, bisa saja menjadi buram, keruh, bahkan berubah warna. Tapi bagi mereka yang senantiasa sadar untuk memoles lensanya, jernihnya pandangan akan melahirkan banyak kebaikan, bahkan juga keberkahan dalam tingkat tertingginya.
Jadi, bukan dunia luar yang selalu buruk, jahat, dan kotor. Namun kacamata kita lah yang beningnya perlu dikontrol. Ruh dalam jiwa kita lah yang semestinya disucikan berkala, rutin, dan seterusnya. Bukan langsung serta merta ganti kacamata, menyalahkan semesta. Apalagi mengkhianati jiwa. Coba rehat dulu sejenak, meredakan gemuruh, menata ulang yang rapuh.
Guratan luka memang bisa tetiba menerjang hati kita, bahkan sekadar air hujan pun kadang ikut menorehkannya, ketahanan kita diuji dan tak jarang justru kita hanyut dalam ragu tanda tanya.
Namun, justru hal itu bisa menjadi pengikat kuat, menjadi pengingat pada diri kita, bahwa kita akan selalu butuh dua bekal suci dariNya. Apapun yang kita terima, melewati batas suka dan tidak suka, pasti yang terbaik dariNya. Untuk yang kita rasa baik, mari kita pupuk, kita jaga. Untuk yang kita rasa tak nyaman, mari kita sering-sering memurnikan kembali hati juga jiwa. Mari kita gunakan dua bekal yang telah dihadirkanNya sejak awal kita lahir di dunia.
1 note · View note
puspadwin · 11 months ago
Text
Di-doa-kan Ustadz
Beberapa waktu terakhir selama mengikuti kelas atau pun kajian, salah satu bagian yang sangat aku nanti-nanti ialah sesi tanya jawab. Selalu dan selalu menyempatkan dan memberanikan diri untuk bertanya pada pemateri, mulai dari keluh kesah, beberapa butir pertanyaan, juga mohon untuk didoakan.
Alhamdulillaah, alhamdulillaah, alhamdulillaahiladzi bini'matihi tattimusholihaat. Dari beberapa pertanyaan, hampir seluruhnya Allaah izinkan untuk mendapat jawaban dari para asatidz. Namun malam itu berbeda.. Kelas kala itu merupakan kelas yang sudah kunanti sejak lama, materi yang mengundang mata dan ustadz favorit sesuai bidangnya. Walaupun terlambat, aku pastikan lembarku tak kosong begitu saja. Apapun ilmu kucoba ikat seadanya, walau tak banyak, aku tetap menyediakan ruang kosong. "Masih ada sesi tanya jawab", gumamku dalam hati.
Dan benar saja, cerita terakhir yang beliau sampaikan, menjadi cerita penutup penuh air mata. Walau sebetulnya sudah pernah menyimak dan menangis tersedu, tetap saja, cerita favorit beliau itu juga menjadi cerita favorit diri ini.
Dan sesi tanya jawab pun dibuka. Dengan cepat, jemariku kukerahkan untuk mengetik pertanyaan yang sesuai dengan cerita beliau. Kemudiab diikuti beberapa pertanyaan dari peserta lain yang mengekor. "Bismillaah, semoga dibacakan."
Dan yaak, "Baik, pertanyaan pertama dari mba Puspa yaa ustadz, …" Lega sekali rasanya, terharu malah :") Dan saat jemariku berkutat sekuat tenaga, mencatat kata demi kata yang ustadz jadikan jawaban, air mataku membuncah. Ustadz tak hanya menjawab pertanyaanku, namun juga mendoakan.
Yaa Rabbii… Allaahu akbar, hingga saat menulis ini pun, rasanya masih sama getarnya. Air mata selalu memenuhi kelopak, berontak hendak menitik-nitik ke pipi. Yaa Rabb, Alhamdulillaah. Sungguh karunia tak terduga, walau virtual melalui layar dioda, namun benar-benar tepat menyentuh hati juga jiwa.
Tumblr media
Bismillaah, Allaah karuniakan nikmat yang berlipat
Ustadz, jazakallaah khayran katsiiran atas doanya, tak tercatat utuh sempurna semuanya, namun yang tertulis sudah cukup buatku menangis. Barakallaah, barakallaah ustadz Hidayat Arifianto :")
2 notes · View notes
puspadwin · 11 months ago
Text
Lelah berpura-pura 🐢
Siapa pula yang minta kau untuk berpura-pura, Pus? Hei, kamu bukan berpura-pura, kamu hanya sedang berupaya, sekuat tenaga. Lelah yaa? Wajar, namanya juga "ber-usaha".
Tapi kau perlu ingat yaa, Pus. Kalau pura-pura dan berupaya memang sangat tipis bedanya, ia bahkan kadang tak terlihat, karena tempatnya bersembunyi di dalam hati. Yaa, bedanya hanya sekecil "ikhlas". Ikhlas menerima apa yang dirasa membuatmu tak mampu merasa bahagia.
Seperti saat ini, Pus.. Bagaimana kita tetap memilih untuk meminta ditemani Allaah Yang Maha Segala, walau badainya masih berkecamuk dan belum mereda. Karena berlari menghambur ke Allaah bukan hanya saat lapang, saat badainya datang atau saat badainya berlalu tenang. Selalu kembali ke Allaah bagaimana pun rasa yang meletup dalam jiwa, menjadi hal yang kita sadari bersama untuk terus diupaya, kan Puspa?
Ikhlas terima badainya dulu yaa Pus, ikhlas menerima bahwa di jalan yang panjang ini, kau harus "ber-pura-pura" untuk terlihat kuat oleh mereka. Namun kau bersungguh-sungguh dihadapanNya, dengan merendah dan melemah, mengemis kuat dalam payah. Tak apa, Puspa.. Allaah yang menyimpan berjuta tangis dan doamu, Allaah yang akan membayar segala barang berharga yang badai ambil tanpa permisi. Allaah yang akan ganti, dengan ikhlas yang kau jamin. Dan satu hal yang harus selalu kita ingat, sebelum meminta untuk dibersamai apalagi dikuatkan Allaah, selalu pantaskan diri agar Allaah mau membersamai yaa Pus, selalu pantaskan diri untuk ditolong Allaah, selalulah pantaskan diri untuk menyambut jawaban-jawaban agung dari Allaah.
Bertahan yaa Pus, bertahan dalam jalan ini. Dengan tetap "pura-pura" 🐢, dengan tetap berupaya. Allaah lebih mengetahui, sedang kita hanyalah alfa. Wakafa billaahi syahida. Bismillaahi Allaahuakbar 🚀
1 note · View note
puspadwin · 1 year ago
Text
little privilege
dan kata-kata mas sore itu berhasil menghiburku lepas sekaligus menenangkan.
Tumblr media
Sedari kecil, menjadi adik dari seorang kakak laki-laki memang selalu "menyenangkan", kadang dibuat terbahak, kadang dibuat tantrum tak karuan. Namun, privilege memiliki kakak laki-laki akan selalu menjadi hal yang akan aku syukuri.
Ketika adik perempuannya ini rewel menceritakan banyak hal yang bersembunyi di balik kata khawatir, mas dengan mudah menangkap basah maksud di dalamnya dan tenang menanggapi hingga akhir. Kadang ia juga ikut banyak bicara, kadang menyela menjengkelkan, namun lebih banyak diam mendengarkan. Momen berbincang hanya berdua yang telah sekian lama tak tercipta itu, dimanfaatkan penuh olehku, terlebih celengan rindu selalu dengan sendirinya cepat tumbuh dan berkembang.
Hingga kendaraan kami sudah memasuki kampung halaman, aku menutup cerita dengan mengaku payah, adik perempuannya sedang kalut, tak baik-baik saja.
Teduh air muka mas yang awalnya khidmat seketika berubah jadi jenaka, melempar nasihat "sekenanya" yang membuat sang adik berpikir sejenak lantas tertawa, dalam akal pendek yang aku tangkap, mas tak mau adik perempuannya terlampau cemas pada hal yang memang bukan waktunya duduk dalam kepala saat ini. Kata-katanya yang singkat, ternyata mampu melesat jauh menuju persembunyian gemuruh dalam jiwa.
Gurauan mas tak hanya menguatkan dan menenangkan, namun juga membekas lekat dalam hati juga ingatan. Terima kasih ya mas, sudah tetap menjadi masku yang nomor satu, yang selalu bangga dengan adik-adikmu, yang selalu ada tiap waktu, walau kau sudah lama memiliki rumah baru 🤍
35 notes · View notes
puspadwin · 1 year ago
Text
A to be A+
Salah satu alasan datang ke kajian malam ini, untuk memantik tangan biar nulis lagi. Dan benar, jauh sekali tulisanku membawa diriku kembali. Kali ini, bukan untuk rindu. Melainkan untuk terus menerus menebar syukur.
Tumblr media
Sebenarnya, dari judul kajian saja, aku merasa sedang tidak dalam fase itu. Justru sebaliknya, sedang diliputi bahagia kecil-kecilan yang membuat haru. Namun, rintik-rintik sendu ini tentu tak terlahir instan, ia lahir dari tempaan langsung Yang Maha Cinta, ketika hidup lagi capek-capeknya.
Sekitar enam tahun yang lalu, diri ini berada tepat di posisi teman-teman yang menjadi sasaran kajian malam ini. Teman-teman yang sedang berusaha berdamai dengan kegagalan. Aku masih mengingatnya samar, saat dunia seakan tak memiliki masa depan. Wajar sekali jika perasaan marah memegang kendali dan penyangkalan sana sini. I feel it, I've been there. Bahkan, aku memutuskan untuk tak mau bermimpi lagi. Karena memang Allah selalu "menggagalkan" citaku. Semua yang kutulis, dicoretNya paksa. Bahkan grand-design hidupku, Allah hapus percuma. Aku berkali-kali gagal. Berkali-kali teman, bukan satu dua kali. Bahkan seluruh rangkaian mimpi sampai saat itu, semuanya tak ada yang pernah tercapai. Lantas, untuk apa pula aku bermimpi dan berusaha? Masa depan saja rasanya aku tak punya.
Namun, Maha Baik Allah. Yang membuat rasa sakit menjadi obatku bertumbuh. Yang membuat angkuh menjadi alasanku jatuh. Yang mengajarkanku syukur walau tak lagi utuh.
Selama enam tahun lamanya, selama itu lah waktu yang Allah rancang, "hanya" untuk mengajarkan seorang Puspa belajar apa itu syukur dan sabar. Enam tahun lamanya, Puspa diajarkan Allah dua kunci iman yang ternyata selama ini tak pernah benar-benar dipegang.
Empat tahun pertama, pertanyaan mulanya muncul, "bekerja dan belajar untuk bersyukur? kok bisa sih? emang siapa pula yang minta belajar ini?!" Aduh, yaa Allaah, ampuni hamba yaa dulu berpikir begitu :")
Lalu, dua taun setelahnya, berganti lagi tanyanya, "Sebenarnya sabar tuh gimana sih? Ada batasnya yaa? Apa iya harus ngalah terus?" Aahh, ternyata masih ingat yaa 🥹
Dan ini lucunya. Sampai saat ini pun, aku masih selalu memohon dimampukan untuk lulus perihal syukur dan sabar. Lagi-lagu, Maha Baik Allaah, yang sudah menyiapkan jawaban indah atas perjalanan "melelahkan" enam tahun lamanya.
Tumblr media
Bukan sama sekali untuk membanggakan diri sendiri. Apalah Puspa yang masih terseok-seok ilmunya lagi tertatih-tatih skill-nya.
Ini semua jawaban dari Allaah. Ini semua hasil dari mimpi yang Allah coret secara paksa. Ini semua pemberian Allah atas lembaran kertas yang kubuang. Ini semua jalan yang Allah sudah siapkan.
Dulu, dalam daftar cita-cita itu, aku tulis ingin menjadi manusia bermanfaat, yang naasnya, harus dengan profesi tertentu, "kalau bukan itu, yaa gimana memberi manfaatnya(?)" aduuhh, kolot sekali kan pikiranku dulu? 🤧 Lalu berontak ketika tak sesuai dengan yang kumau kala itu.
Lantas berada dalam titik pasrah, bahkan pesimis, "Ndatau lah besok bisa kerja apa enda." "Kayaknya aku nda kerja aja deh." "Bisa nda yaa aku kerja, apa alih profesi aja yaa." "Kayaknya aku nda bisa deh." "Bukan aku banget ini mah, apaan ini."
Allah seolah mempertanyakan tujuanku, "Puspa ingin profesinya atau ingin ke-ber-manfaat-an-nya?" Allah seolah ingin meyakinkanku dengan tujuan yang lebih benar, "Menjadi bermanfaat untuk umat." Allaah menyadarkanku.
Asalkan kita masih mau "diatur" sama Allaah, masih mau "ikut" di jalanNya, Allah akan memberi kita hal yang bahkan mustahil menurut kacamata kita. Benar kata ammah Lilis, ketika kita minta A kepada Allaah, yakinlah bahwa Allaah akan memberi A+ kepada kita. Allaah telah menebusnya tunai, bahkan berbunga-bunga 🥹🥰
Jadi, kalau esok, Puspa bertemu dengan kegagalan kembali, "it's okay, helo my little friend. come to see me again?" I'm ready ❤‍🔥
Karena ternyata, kegagalan adalah bentuk re-direksi Allah untuk mimpi-mimpi indah kita. Yaa Rabbi, if my direction is wrong, please re-direct me. Mari selalu kita ingat 2:216, Boleh jadi, apa yang kita suka, belum tentu baik untuk kita. Boleh jadi, apa yang tak kita suka, justru baik untuk kita.
Keep husnudzon yaa, Puspa. Apapun "tanya" dan "hantaman" yang masih tersembunyi di depan sana, ingat-ingatlah terus tulisanmu ini, kamu udah ditempa Allah enam tahun lamanya, walaupun kadang masih ngulang, tapi setidaknya kamu sudah punya bekal. Jangan ketinggalan yaah 🫶🏻
Remember what Abu Hurairah said in Shahih Bukhari, When Allah said, "I test only those I love." so I took the pain like it was an honour. ✨
oiyaa, A+ malem ini, bisa qtime sama ibuk, mulai dari buka puasa, kajian bareng, ngeteh bareng teh favoritku, dan night-ride bareng, kapan lagi yaa kan 🤣
Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, Alhamdulillaahiladzi bini'matihi tatimushsholihat 🤍✨
3 notes · View notes