Text
At times, We want so bad, We try so hard, to be like everyone, afraid of being no one. Starting from today onward, I fervently hope, that we can liberate our minds from the muddle up images that blur our own thoughts and voice. I sincerely pray, that we can free ourself from the shackles of unrealistic expectations that hold ourself back. From this day forward, I hope that we no longer have to camouflage ourself. The path to finding oneself could be a lifetime journey, and although we may not always know which one is the best of us, let's at least understand which one is not.
5 notes
·
View notes
Text
Resiko Anak Rantau (1)
Beberapa hari lalu dapat kabar kalau mertua teman deket berpulang, padahal setau aku suaminya pun kondisinya sedang kurang sehat. Waktu dengar berita itu langsung pikiran kemana-mana. Kayak, Ya Allah gimana rasanya dapet kabar duka gitu ketika sedang sakit dan lagi ribuan mil jauhnya dari rumah? Beli tiket pesawat kalau udah mepet harus siap sekitar 2500 Gbp atau 50 juta buat PP. Itupun perjalanannya 24 jam lebih. Bener-bener ngga kebayang dan cuma bisa doain yang terbaik buat keluarga mereka.
Besoknya pun, saat berkunjung ke rumahnya sempet bingung harus gimana menghiburnya. Pada akhirnya topik tersebut pun terangkat juga, dan justru aku yang merasa dapat pelajaran dari obrolan sore itu. Singkat cerita, almarhum memang sudah sakit dan sempat dirawat sebelumnya. Temanku dan suaminya tampaknya sudah sadar akan kemungkinan ini dari awal berangkat. "Ya mau gimana lagi ya, emang itu salah satu resikonya," begitu kurang lebih katanya. Wajahnya pun menyiratkan keikhlasan.
Aku ingat, dulu sempat dengar kekhawatiran ini dari teman yang sedang kerja di LN. Alhamdulillah, atas karunia Allah, kedua orang tua kami dalam kondisi sehat saat kami berangkat, kekhawatiran tersebut pun agak terlupakan oleh kami. Tapi dengan berita ini, kami kembali diingatkan. Diingatkan untuk selalu berdoa atas kesehatan orang tua, that sometimes we take for granted. Untuk selalu berdoa agar orang tua selalu dilindungi, agar Allah menjaga mereka saat kita tidak bisa menjaganya dari dekat. Dan rasanya tanpa sadar hati ini berdoa agar bisa menemani orang tua di ujung usianya nanti, atau kalau sedang jauhpun semoga bisa dicukupkan dan dimudahkan untuk bisa pulang. Aamiiin.
Leeds, 5 Agustus 2023
4 notes
·
View notes
Text
Reminder agar saat khawatir pun lebih mindful dan ingat kepadaNya.
Tulisan: Menata Usia
Ada beberapa orang, yang semakin bertambahnya usia maka semakin bertambah banyak pula kegelisahannya. Semisal perihal jodoh yang belum juga datang, atau rezeki yang sepertinya tidak bertambah. Seakan ia sedang berpacu dan dikejar oleh pencapaian dan usianya. Jika ada, coba tata kembali untuk apa hidupnya hari ini?
Tidak semua yang kita khawatirkan harus soal dunia, cobalah sejenak menenangkan diri dan bercermin pada kekhawatiran mengapa amal ibadah dan kebaikan kita tidak bertambah? Soal salat yang sampai hari ini masih tergesa-gesa? Perihal dzikir selepas salat yang tidak lagi kita rutinkan? Atau mungkin semakin jarangnya kita membuka lembaran Al-Quran padahal usia kita semakin menua.
Barangkali, kegelisahan kita itu semu, bias, sedikit yang mengkhawatirkan akhiratnya. Dan barangkali itu adalah aku sendiri, sang penulis nasihat ini.
Mari mulai menata usia, kembali bertanya untuk siapa hidup kita ini? Apa yang sebenarnya sedang kita perjuangkan? Kemana akhir dari perjuangan hidup ini?
Benar, menata usia. Agar tidak mubadzir usia kita, agar lebih terarah waktu yang akan kita gunakan yang ia pun akan terus berputar. Sampai masanya jatah waktu kita habis.
Menata waktu dan usia.
@jndmmsyhd
571 notes
·
View notes
Text
D-Journey: The first three meeting
Lesson Learned so far:
Look at the questionnaire first and examine the design. If you have the questionnaire for the data that you’re going to analyse, read and examine it carefully first before jumping straight into exploring the data. Identify whether there are flaws in the questionnaire design, whether it is prone for careless / mischievous responding, inconsistencies, or missing data.
The importance of understanding overall data structure. How are multiple-response questions stored? What can be the primary key or any other identifier? How are the options ordered, does it match with the questionnaire?
The urgency of assessing data quality. How complete, accurate, and consistent the data are? Inconsistent, messy, and noisy data won’t provide accurate result. Hence, the important of identifying any possible data issue that might arise (point 1). Point 2 will help to plan the necessary data transformation for efficient data cleaning later on.
These first three meetings take me back to the Data Science module I had in Term 1, and even further to the experience I had during working. The 80/20 rule that also applies for data analysis. You could spend up to 80% of your time cleaning and preparing a ready-to-use data before actually doing a proper data analysis and reporting. We are often tempted to dive into analysis straight away to discover result. But the thing is, primary data collected from survey could be really messy and noisy. And analysis conducted on such data would only give incorrect and misleading result. So yeah, gotta work on the cleaning first.
Despite the progress is not as fast, thankfully still manage to uncover some intriguing findings that I can put on my report. I also really love that I could learn a lot about social issue and phenomena in here that I wouldn’t get had I got another topic or supervisor. Thanking myself for the willingness to comb through the data carefully. Let’s do better for the coding and visualisation later on! Let’s be more discipline!
Hopefully can remain grateful, motivated, and determined throughout this journey.
---
Leeds, 15 June 2023
1 note
·
View note
Text
The End, The Beginning
Akhir akhir ini semakin sering menghitung hari, dan semakin dihitung semakin cepat rasanya waktu berlalu. Sadar ngga sadar, 2 term sudah berlalu. Masa perkuliahan, assignment, dan exam udah selesai, tinggal nunggu nilai yang semoga memuaskan (Aamiiin).
Apakah mudah? Alhamdulillah merasa banyak diberi kemudahan, tapi ngga smooth sailing banget juga. Kalau lagi selow ya sempet jalan-jalan, sempet join SJSM dan Votes, sempet coba berbagai resep baru. Kalau lagi mau exam atau ada banyak deadline, ya banyak begadang dan fast food. Semoga nanti sempat menuliskan apa apa yang berkesan, buat apresiasi diri kalau udah berjuang dan buat pengingat apa yang bisa diperbaiki kedepannya. Begitu pun, untuk perjalanan yang akan dimulai ini.
So, now that teaching and exam period ended, what’s next? The dreaded yet awaited slash anticipated dissertation journey. The dreaded karena jujur dulu pas mau kuliah lagi dan ambil jurusan ini paling ‘takut’ sama tesisnya (*Dissertation in UK = Thesis in Indo). Inget banget dulu S1 paling stress dan pusing ya pas ngoding buat skripsi. Tapi excited juga karena emang biasanya paling banyak belajar hal baru ya pas ngerjain final project ini.
Dan akhirnya, setelah pilih topik di bulan Maret, pengumuman topik dan supervisor di awal Mei, exam dan final assignment week di akhir Mei, perjalanan ini akan resmi dimulai. Beberapa minggu lalu pertama kali ketemu supervisor(s) dan temen sebimbingan. Kita perkenalan singkat trus di-briefing terkait project-nya dan ngobrolin topik terkait. Kesan pertama seru dan menyenangkan, baik supervisorsnya maupun project dan topiknya. Semoga kedepannya pun demikian. Bismillah, let’s do this! Semoga selalu dimudahkan dan dilancarkan.
--- Leeds, 11 Juni 2023
3 notes
·
View notes
Text
8 months since the beginning of this journey, 5 months since the day I stated I am planning to start sharing. Keyword on plans. Turns out the plan fell through.
Why? There are times when I am too occupied with actual life, I just couldn't bother to write. There are happy times when I am too elated and joyful that I just outwardly express my happiness and gratitude. And there are times, unfortunate and not so bright, when I am either too overwhelmed with negative emotions or feel nothing that I couldn't find it in me to spell my feelings into words.
But here is an attempt. These months have been wonderful with lots of new and interesting experience, knowledge, and friends. Yet, there is also some moments that I couldn't proudly share, not without filter. And unfortunately, it's mostly due to my shortcomings.
Nevertheless, I want to stay hopeful, positive, and optimistic. Subtly perhaps, for my own sake at least. Here's to the nearing end of two terms and upcoming last exam and final project.
2 notes
·
View notes
Text
Light Upon Light: Facing Reality
Alhamdulillah, last month I managed to attend this live in Leeds and meet amazing speakers that I usually only see in Youtube i.e. Mufti Menk and Imam Oemar Sulaiman. Got a lot reminders and enlightenment from this almost five hours event which hopefully I can apply while “Facing Reality”, just like the title suggest. Here is the link to the officially recorded video of that day and here are…
View On WordPress
5 notes
·
View notes
Quote
Kupikir aku tidak akan melakukan kesalahan jika aku tidak melakukan apapun. Aku lupa, bahwa tidak melakukan apa-apa juga adalah sebuah kesalahan.
I thought that I could do no wrong if I do nothing. I forgot, that doing nothing itself is wrong.
0 notes
Text
Hi, how are you?
Hi, it’s been so long isn’t it?
How are you? You barely share anything with me again. I know, perhaps some of it is my fault. I haven’t been a perfectly good friend.
Perhaps there are times when I deny your feelings, when I discourage you and taint your optimism, when I unintentionally become so full of critics and make you lose confidence, when I make you couldn’t confide even to me, your supposedly closest one.
Also, perhaps there are times when I ‘spoil’ you too much. Telling you it’s fine, it’s okay, you are doing good, and everything when it’s not. Let you rest (laze) too much and let you forget about your goals and dreams. I join you to procrastinate when we should have reminded each other.
But hey, there are times when we are good together right? When we achieve great things, realise some of our dreams. And we can go back to that time, right? Write to me again, share with me, I will try to be a better friend. Let’s grow up together! :)
1 note
·
View note
Text
Shades of "Idul Fitri"
Shades of “Idul Fitri”
Tanpa terasa tahun ini Insyaa Allah akan merayakan Idul Fitri yang ke 26. Iya, tanpa terasa sudah sekitar seperempat abad menjalani hidup ini, sudah 25 kali diberi kesempatan merayakan kemeriahan dan kebahagiaan Idul Fitri. Dari 25 Idul Fitri tersebut, 8 tahun terakhir selalu diwarnai dengan tradisi mudik, kecuali tahun kemarin. Sayangnya tahun ini pun tampaknya belum bisa mudik lagi, demi…
View On WordPress
0 notes
Photo

Penawar Hati . Tanpa terasa Ramadan kali ini sudah Ramadan ke-9 di Ibukota, 700 km dari rumah di kampung halaman, jauh dari orang tua dan saudara. Dari 9 tahun itu, Alhamdulillah bersyukur sekali masih diberi Allah kesempatan untuk melewati Ramadan dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani, baik kesehatan fisik maupun mental. Tidak terbayang jika haurs diuji dengan sakit di bulan Ramadan, selain tidak bisa maksimal ibadah, juga khawatir akan merepotkan teman ataupun saudara. Jadi, sedih sekali rasanya ketika Ramadan tahun ini dan tahun lalu cukup banyak kabar duka tentang mereka yang sakit, yang semoga sakitnya menjadi penggugur dosa dan bisa segera mendapat kesembuhan, hingga bahkan meninggal, yang semoga Allah mengampuni dosa mereka dan memberi mereka tempat terbaik, di tengah pandemi ini. Sungguh menjadi pengingat bagi diri yang sering lalai ini, bahwa terlepas segala keterbatasan yang ada karena pandemi, terlepas segala tradisi Ramadan yang selalu membuat hati rindu tapi harus ditunda dahulu, fakta bahwa masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadan dan masih dikaruniai kesehatan untuk melaluinya seharusnya sudah jauh lebih dari cukup untuk membuat bersyukur. Selain nikmat kesehatan langsung, hal lain yang selama ini juga sering lupa untuk disyukuri adalah keberadaan mereka, salah satu penawar hati yang turut membantu menjaga kesehatan dan kewarasan. Bersyukur sekali, walau jauh dari keluarga, Allah menghadiahkan teman dan rekan kerja rasa saudara, mbak dan mas yang menawarkan tempat untuk menginap ataupun mengirimkan makanan karena khawatir aku sebagai anak kos kesulitan makan di masa pandemi, teman yang seringkali membangunkan sahur dan terkadang menemani buka hingga sholat tarawih berjemaaah walau hanya di kos, juga teman-teman lain yang seringkali mengingatkan agar tidak terlalu sibuk dengan urusan dunia, agar tidak lupa untuk mengejar berkah Ramadan, baik ditengah obrolan santai maupun diakhir rapat. -bersambung di kolom komentar- #RamadhanMenulis1442H #AlArqamBPS @masjid.alarqam.bps https://www.instagram.com/p/COVwfX9ho7T/?igshid=1d3z4o1p9kce
1 note
·
View note
Text
Refleksi Ramadan Day #17
Kamu bilang kamu takut saat waktu terus berjalan sementara kamu tetap tertahan, diam di tempat dam akhirnya tertinggal.
Tapi, siapa, atau apa sebenarnya yang menahanmu? Jika kamu begitu takut untuk ditinggalkan tidak bisakah kamu melawan dan membebaskan diri dari belenggu apa atau siapapun yang menahanmu? Kamu tahu kan, waktu tidak mungkin berhenti untuk menunggumu, tidak bisa dan tidak akan.
Kamu bilang kamu menyesal atas kesalahan di masa lalumu. Kamu bilang kamu merasa bersalah atas berbagai kesempatan yang kamu biarkan lewat begitu saja karena kelalaianmu.
Lantas, kenapa tidak berbuat apa-apa sekarang? Kamu tahu kan, waktu tidak akan mengasihanimu lantas berputar balik hanya untuk menjemputmu yang sudah tertinggal? Kamu juga harus tahu, terus berdiam dan merutuki diri seperti itu hanya akan membuatmu terperosok semakin dalam ke dalam lubang penyesalan, tertinggal semakin jauh oleh waktu.
Jadi kamu, tolong segera bangkit dan larilah. Perbaikilah apa-apa yang salah dan jangan lalai lagi saat bertemu dengan kesempatan.
Kamu, maukah mengusahakan hari esok yang lebih baik? Karena sungguh, jawabannya ada di kamu, penentu akhirnya adalah kamu.
2 notes
·
View notes
Text
Refleksi Ramadan Day #15
"You always knew how much money you have, but you never knew how much time you have."
Pada dasarnya kita tidak pernah tahu berapa jatah waktu yang kita miliki, berapa yang sudah digunakan, dan berapa yang tersisa. Kita pun tahu bahwa kita tidak tahu.
Tapi, kenapa seringkali bertingkah seolah kita tahu?
Kenapa sering sekali berkata nanti seolah kita masih punya jatah untuk hidup hingga nanti?
Kenapa otak seolah masih terprogram untuk berfikir dan percaya bahwa kita bisa mencapai usia harapan hidup ideal layaknya sebagian besar orang?
Bukankah sudah cukup banyak kita mendengar berita sedih tentang mereka yang meninggal di usia belia? Tentang berita mengejutkan meninggalnya mereka yang terasa begitu tiba-tiba dan tak terduga?
Tidakkah kunjungan beberapa kali ke rumah sakit dan frekuensi berita duka hingga 3x sehari cukup untuk melembutkan hati dan menyadarkan pikiran?
Harus dengar berapa kabar sedih dan tidak terduga lagi sampai bisa benar-benar menyadari dan menginternalisasi hal ini, Ta?
Harus bagaimana lagi sampai kamu bisa berubah?
Kamu tahu kan begitu sudah waktunya pergi tidak akan ada kesempatan kembali untuk memperbaiki?
Kenapa masih bersikap seperti orang yang tidak tahu?
1 note
·
View note
Text
Refleksi Ramadan Day #11
Kembali diingatkan, bahwa mereka yang sukses, mereka yang berhasil, bukan selalu mereka yang memiliki priviledge materiil. Mereka yang pada akhirnya menang adalah mereka yang punya kemauan dan tekad kuat, mereka yang mau bekerja keras, mereka yang tidak kenal lelah. Mereka yang memiliki priviledge tidak terlihat, EQ dan SQ, yang mereka bangun dan latih sendiri.
Mereka yang di Ramadan ini berhasil mengkhatamkan Al Quran berkali-kali, tidak hanya mereka yang memiliki banyak waktu luang, tetapi juga mereka yang hampir tidak memiliki waktu luang namun memilih meluangkan waktunya untuk tilawah. Mereka yang rela mengesampingkan rasa lelahnya, kantuknya, dan mengorbankan tidurnya. Lantas, jika mereka yang memiliki begitu banyak tanggung jawab, mereka yang harus menyiapkan dan memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya tetap bisa melakukannya, apa alasanmu, Ta?
1 note
·
View note
Text
Refleksi Ramadan Day #4
Nasihat "Kegagalan adalah sukses yang tertunda" mungkin terdengar klise.
Tapi ini memang benar adanya. Saat kita gagal, mungkin kita terlihat harus mulai dari nol, tapi sebenarnya tidak.
Karena semestinya kita bisa belajar banyak hal dari kegagalan, pelajaran yang menambah bekal ilmu dan kapasitas kita.
Jadi, pun saat kita masih gagal, kita tidak pernah benar-benar kembali ke titik nol. Kita sudah beberapa langkah lebalih maju dari titik nol itu.
Karena dari kegagalan justru banyak hikmah tak ternilai yang bisa didapat, walau mungkin tidak kasat mata.
Tapi bukankah memang begitu kebanyakan hal yang berharga, seringkali tidak terukur dan terlupakan?
Dari kegagalan, hati kita diajari untuk kembali kepada Allah dan tidak menuhankan usaha.
Mental kita ditempa agar semakin tahan banting dan pantang menyerah.
Otak kita dilatih untuk menganalisis alasan logis dibaliknya dan solusi realistis untuk mengatasinya.
Sehingga semoga, kita bisa melangkah lebih jauh dan berlari lebih cepat setelahnya.
---
1 note
·
View note
Text
Ramadan Day #3
“Ramadan is about breaking bad habits, not putting them on pause.”
Sayangnya, ketika terlanjur melaju terlalu kencang seringkali butuh energi lebih untuk bisa menginjak rem dan berpindah haluan, apalagi berputar arah.
Sayangnya, ketika sudah terlanjur nyaman dengan kebiasaan kurang baik sulit sekali untuk menyadarkan diri betapa itu tidak baik. Betapa itu perlu dihentikan dan diganti, bukan sekedar dijeda.
Mungkin ini kenapa seringkali kita diingatkan, bahwa untuk benar-benar berubah itu butuh waktu. Walaupun when there is a will, there is a way, jalan menuju perubahan itu tidak lantas muncul begitu saja. Big change doesn't happen overnight.
Mungkin ini alasan kita diingatkan untuk mempersiapkan Ramadan dari Sya'ban bahkan Rajab. Mempersiapkan menjemput Lailatul Qadr pun dianjurkan mulai dari sekarang. Agar saat waktunya tiba, kita bisa benar-benar optimal.
Semoga setelah ini kita tidak terlambat lagi mempersiapkan, semoga bisa mulai menginjak rem dari sekarang, meninggalkan jalur yang salah dan berpindah haluan menuju ke jalan yang lurus, menuju tujuan kita yang sesungguhnya. Selagi masih ada waktu.
1 note
·
View note
Text
Ramadan Day #2
Ramadannya sama.
Sama-sama membawa keberkahan yang berlipat ganda, sama-sama penuh ampunan dan kemuliaan.
Kondisinya yang mungkin berbeda, mungkin juga kitanya.
Kita, yang imannya kadang kuat, kadang lemah, yang semangatnya kadang naik-turun terpengaruh situasi dan kondisi.
Tapi dengan tawaran pahala yang tetap sama melimpahnya, bahkan mungkin lebih banyak karena ada ujian tertentu, apa tidak sayang jika perbedaannya justru lebih buruk dan bukan lebih baik dari sebelumnya?
Ramadannya kembali datang, kita pun kembali dipertemukan. Walau mungkin beberapa orang terdekat kita tidak.
Di kesempatan yang berharga ini, yang sayangnya tidak diperoleh mereka yang mendahului kita, apa tidak sayang jika dibiarkan berlalu begitu saja? Apa tidak ingin mengusahakan yang terbaik, bukan hanya untuk kita, tapi juga mereka?
0 notes