Tumgik
#16Doa
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Selalu Mengampuni Semua Dosa Kita (Semua Umat Rosululloh). Alloh Selalu Merahmati Kita, Dan Menjauhkan Kita Dari Segala Kerugian #Dakwah #Islam
Tumblr media
Doa Nabi Adam setelah terusir dari Surga: Robbana dholamna anfusana Ada satu kesalahan besar yang dilakukan Adam dan Hawa, yaitu melanggar larangan Allah SWT untuk memakan buah. Atas kesalahan tersebut, Nabi Adam pun membaca doa mohon ampun kepada Allah SWT. Alhamdulillah Alloh Selalu Mengampuni Semua Dosa Kita (Semua Umat Rosululloh). Alloh Selalu Merahmati Kita, Dan Menjauhkan Kita Dari Segala Kerugian Berikut doa Nabi Adam untuk memohon ampun kepada Allah SWT: رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ Robbana dholamna Anfusana wa inlm taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin. “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” Imam at-Thabari dalam Tafsir-nya menyebutkan bahwa doa ini dipanjatkan oleh Nabi Adam AS sebagai bentuk pertaubatan atas kesalahan Adam dan Hawa. Maksud “menzalimi diri kami sendiri” dalam doa tersebut adalah merupakan kalimat penyesalan dari Adam dan Hawa karena telah melakukan keburukan yang justru dapat merugikan diri mereka sendiri. Dalam Tafsir at-Thabari disebutkan: يا ربنا، فعلنا بأنفسنا من الإساءة إليها بمعصيتك وخلاف أمرك Ya Tuhan Kami, kami telah melakukan keburukan untuk diri kami sendiri dengan bermaksiat kepadamu dan menyalahi aturanmu. Hal ini menunjukkan bahwa saat kita melakukan keburukan, sejatinya kita telah merugikan diri kita sendiri. Bukan merugikan Allah karena kita menolak atau menyalahi aturannya, melainkan justru kesalahan tersebut dapat merugikan diri kita sendiri karena kita akan mendapat hukuman dari Allah SWT. Dalam doa tersebut pula keduanya meminta untuk diterima taubat mereka. Hal ini dicerminkan dari “wa tarhamna lanakunanna minal khasirin.” Yakni, jika Nabi Adam AS dan Hawa tidak diampuni, maka mereka akan menjadi hamba yang merugi. Jika Adam dan Hawa meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT, maka berbeda dengan setan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Qatadah yang dinukil dalam Tafsir at-Thabari. عن قتادة قال: قال آدم عليه السلام: يا رب, أرأيتَ إن تبتُ واستغفرتك؟ قال: إذًا أدخلك الجنة . وأما إبليس فلم يسأله التوبة, وسأل النَّظِرة, فأعطى كلَّ واحد منهما ما سأل. Dari Qatadah berkata: Adam AS berkata, “Ya Tuhanku, apakah Engkau menyaksikan, jika aku bertaubat dan memohon ampun kepada-Mu? Maka Allah berfirman: “Maka aku akan masukkan engkau ke surga.” Sedangkan Iblis tidak meminta taubat, malah meminta untuk dikekalkan hingga hari kiamat. Maka masing-masing mereka diberikan sesuai permintaan mereka. Doa Nabi Adam AS tersebut bisa kita amalkan jika kita merasa telah melakukan kesalahan dan berdosa kepada Allah SWT. Sebaik hamba adalah yang meminta ampun setelah melakukan keburukan. (AN) Wallahu a’lam. sumber : https://islami.co/robbana-dholamna-anfusana-doa-mohon-ampun-nabi-adam-as/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Selalu Mengampuni Semua Dosa Kita (Semua Umat Rosululloh). Alloh Selalu Merahmati Kita, Dan Menjauhkan Kita Dari Segala Kerugian
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Baik Ke Ortu Kita Mengampuni Semua Dosanya, Merahmati, Menyayangi, Mencintainya, Melembutkan Hati Lisan Akhlaqnya, Menenangkan Jiwa Fikirannya, Menyehatkan Usia Panjangnya, Memudahkan Kebaikan Ibadah, Taubat Taqwa Dan Bersyukurnya, Menjauhkan Dari Kemusyrikan Baik Dampak Dan Akadnya. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Sebagai anak yang berbakti, tentu kita tak mau bila bakti tersebut terhenti apabila salah satu atau kedua orangtua telah meninggal. Dalam hal ini Rasulullah mengajarkan beberapa amalan yang dapat seorang anak untuk kedua orangtua yang telah meninggal. Alhamdulillah Alloh Maha Baik Ke Ortu Kita Mengampuni Semua Dosanya, Merahmati, Menyayangi, Mencintainya, Melembutkan Hati Lisan Akhlaqnya, Menenangkan Jiwa Fikirannya, Menyehatkan Usia Panjangnya, Memudahkan Kebaikan Ibadah, Taubat Taqwa Dan Bersyukurnya, Menjauhkan Dari Kemusyrikan Baik Dampak Dan Akadnya. Dari Malik bin Rabi’ah as-Sa’idi Radhiyyalhu‘anhu, beliau menceritakan, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara bagiku untuk berbakti kepada kedua orangtuaku setelah mereka meninggal?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, menshalatkan mereka, memohon ampunan untuk mereka, memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan rekan mereka, dan menyambung silaturahmi yang terjalin sebab keberadaan mereka.’” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah). Bagi si mayit sendiri, doa yang dikhususkan untuk mereka adalah sebuah keberkahan terlebih tidak ada lagi yang dapat diperbuat oleh mereka di dalam kubur. Sementara doa dari sang anak di dunia merupakan suatu amal bagi mereka. Dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu, Rasulullah bersabda, “Apabila seorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim, Nasai, dan lainnya). Bagi anak yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya, makai katan iman antara keduanya akan Allah jaga hingga hari kiamat. Kelak, mereka akan dipertemukan lagi di akhirat. “Orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.” (HR. at-Thur: 21). Berikut beberapa doa yang dapat dipanjatkan untuk kedua orangtua yang telah meninggal: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā. Artinya: "Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil." Dapat juga membaca doa berikut untuk orang-orang yang telah meninggal khususnya orangtua, guru dan orang-orang telah berbuat baik. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْاَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا Allāhummaghfir lil muslimīna wal muslimāt, wal mukminīna wal mukmināt, al-ahyā’i minhum wal amwāt, min masyāriqil ardhi ilā maghāribihā, barrihā wa bahrihā, khushūshan ilā ābā’inā, wa ummahātinā, wa ajdādinā, wa jaddārinā, wa asātidzatinā, wa mu‘allimīnā, wa li man ahsana ilainā, wa li ashhābil huquqi ‘alaynā. Artinya: “Ya Allah, ampunilah mukminin, mukminat, muslimin, muslimat, yang masih hidup, yang telah wafat, yang tersebar dari timur hingga barat, di darat dan di laut, khususnya bapak, ibu, kakek, nenek, ustadz, guru, mereka yang telah berbuat baik terhadap kami, dan mereka yang masih memiliki hak terhadap kami.” Kemudian dapat diteruskan dengan doa berikut dan diakhiri membaca Al Fatihah. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سًبْحَانَ رَبَّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَةْ … Rabbanā ātina fid duniā hasanah, wa fil ākhirati
hasanah, wa qinā ‘adzāban nār. Subhāna rabbika rabbil ‘izzati ‘an mā yashifūna, wa salāmun ‘alal mursalīna, wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muhammadin, wa ‘alā ālihī, wa shahbihī, wa sallama, wal hamdulillāhi rabbil ‘alamīn. Al-Fatihah. Artinya: “Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungi kami dari siksa api neraka. Maha suci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan, dari segala yang mereka gambarkan. Semoga kesejahteraan melimpah untuk para rasul. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. (baca Surat Al-Fatihah).” Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi Rahmat Allah sehingga dapat berkumpul kembali dengan keluarga di akhirat kelak, Wallahu’alam. sumber : https://muslimahdaily.com/khazanah/doa-islam/item/3471-agar-pahala-terus-mengalir,-berikut-doa-untuk-orang-tua-yang-sudah-meninggal.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Baik Ke Ortu Kita Mengampuni Semua Dosanya, Merahmati, Menyayangi, Mencintainya, Melembutkan Hati Lisan Akhlaqnya, Menenangkan Jiwa Fikirannya, Menyehatkan Usia Panjangnya, Memudahkan Kebaikan Ibadah, Taubat Taqwa Dan Bersyukurnya, Menjauhkan Dari Kemusyrikan Baik Dampak Dan Akadnya.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Jodohkanku Dengan Bidadari Dunia Akhirat Yang Selalu Lemah Lembut, Penuh Cinta Kasih Sayang, Wafa’, Setia, Selalu Khusnudzon & Belain Aku, Tidak Pernah Syu’udhon, Selalu Membuatku Senang Tenang Nyaman Bahagia, Alloh Jadikan Ikatan Kami Sakinah Mawaddah Rohmah Penuh Berkah & Maslahah Abadi. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Hadits #1467 وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:اللَّهُمَّ آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “ALLOHUMMA AATINAA FID DUN-YAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR. (Artinya: Ya Allah, karuniakan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, 8:187-188; Muslim, no. 2690] Alhamdulillah Alloh Jodohkanku Dengan Bidadari Dunia Akhirat Yang Selalu Lemah Lembut, Penuh Cinta Kasih Sayang, Wafa’, Setia, Selalu Khusnudzon & Belain Aku, Tidak Pernah Syu’udhon, Selalu Membuatku Senang Tenang Nyaman Bahagia, Alloh Jadikan Ikatan Kami Sakinah Mawaddah Rohmah Penuh Berkah & Maslahah Abadi. Doa di atas sama dengan doa dalam ayat, رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ROBBANAA AATINAA FID DUN-YAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR. Artinya: Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka. (QS. Al-Baqarah: 201) Penjelasan Hadits Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya, “Jika Anas radhiyallahu ‘anhu hendak berdoa, ia pasti berdoa dengan doa tersebut. Jika ia hendak berdoa dengan doa yang lain, ia pun menyisipkan doa tersebut di dalamnya.” (HR. Muslim, no. 2690) Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan, “Tidaklah seorang nabi maupun orang saleh berdoa melainkan mereka menggunakan doa ini.” (Fath Al-Bari, 2:322) Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan, “Doa sapu jagad ini berisi permintaan kebaikan di dunia seluruhnya dan dihindarkan dari seluruh kejelekan. Yang dimaksud kebaikan dunia adalah nikmat kesehatan, rumah yang lapang, istri yang penuh dengan kebaikan, rezeki yang luas, ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kendaraan yang menyenangkan, pujian yang baik, serta kebaikan-kebaikan lainnya dengan berbagai ungkapan dari pakar tafsir. Apa yang disebutkan oleh para ulama pakar tafsir semuanya tidaklah saling bertentangan. Karena seluruh kebaikan dunia tercakup dalam doa tersebut. Adapun kebaikan di akhirat yang diminta dalam doa ini tentu saja lebih tinggi dari kebaikan di dunia yaitu dimasukkannya ke dalam surga, dibebaskan dari rasa khawatir (takut), diberi kemudahan dalam hisab (perhitungan amalan) di akhirat, serta berbagai kebaikan akhirat lainnya. Adapun permintaan diselamatkan dari siksa neraka mengandung permintaan agar kita dibebaskan dari berbagai sebab yang menjerumuskan ke dalam neraka yaitu dengan dijauhkan dari berbagai perbuatan yang haram dan dosa, dan diberi petunjuk untuk meninggalkan hal-hal syubhat (yang masih samar/abu-abu) dan hal-hal yang haram.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2:122) Imam Nawawi rahimahullah berkata mengenai pengertian doa tersebut, “Pendapat yang lebih tepat mengenai tafsiran ‘kebaikan di dunia’ adalah ibadah dan ‘afiyah (kesehatan). Adapun ‘kebaikan di akhirat’ adalah surga dan ampunan Allah. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa kebaikan di situ bersifat umum untuk seluruh kebaikan di dunia dan akhirat.” (Syarh Shahih Muslim, 17:13) Faedah Hadits Dianjurkan memperbanyak doa ini karena doanya yang singkat dengan lafazh yang sedikit, namun sudah berisi permintaan kebaikan dunia dan akhirat. Doa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kebanyakannya memakai doa ini dan ini diambil dari ayat, doa ini kandungannya padat mencakup doa seluruhnya, yaitu di dalamnya terdapat permintaan nikmat dunia, nikmat akhirat, dan diselamatkan dari siksa neraka. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum semangat menjaga sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menerapkannya. Refer
ensi: Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Cetakan Pertama. Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari. Cetakan Keempat. Tahun 1432 H. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Penerbit Dar Thiybah. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim.Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Sumber https://rumaysho.com/19550-doa-sapu-jagat-paling-sering-dibaca-nabi.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Jodohkanku Dengan Bidadari Dunia Akhirat Yang Selalu Lemah Lembut, Penuh Cinta Kasih Sayang, Wafa’, Setia, Selalu Khusnudzon & Belain Aku, Tidak Pernah Syu’udhon, Selalu Membuatku Senang Tenang Nyaman Bahagia, Alloh Jadikan Ikatan Kami Sakinah Mawaddah Rohmah Penuh Berkah & Maslahah Abadi.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Mengampuni Semua Dosa Kesalahan Kita (Semua Umat Nabi Muhammad). Alloh Hapus Semua Aib Kita Di Dunia & Akhirat. Alloh Merahmati Kita Dengan Kelembutan & Kasih Sayang #Dakwah #Islam
Tumblr media
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ Artinya, “Dan doakanlah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.” (QS. At-Taubah [9] ayat 104). Alhamdulillah Alloh Maha Mengampuni Semua Dosa Kesalahan Kita (Semua Umat Nabi Muhammad). Alloh Hapus Semua Aib Kita Di Dunia & Akhirat. Alloh Merahmati Kita Dengan Kelembutan & Kasih Sayang #Dakwah #Islam Di ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ Artinya, “Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad [47] ayat 19). Salah satu sisi keindahan Islam dan penganutnya dapat dilihat dari budaya ketulusannya dalam saling mendoakan. Ketulusan itu terwujud bukan hanya sebatas saling tukar kata ketika bersua, tapi juga terwujud sampai ke hati ketika saling tidak berhadapan. Simaklah kisah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Shofwan bin Abdillah bin Shofwan. Shofwan tiba di negeri Syam. Kemudian ia bertemu dengan Ummud Darda, ibu mertuanya di rumah. Namun, Shofwan tidak bertemu dengan Abud Darda, bapak mertuanya. Ibu mertuanya lalu bertanya, “Apakah engkau ingin berhaji tahun ini?” Shofwan menjawab, “Iya.” Ummu Darda mengatakan, “Kalau begitu doakanlah kebaikan padaku, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, ‘Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi’.” Shofwan kemudian bertemu dengan mertua lelakinya di pasar. Ternyata Abu Darda mengatakan sebagaimana perkataan istrinya tadi. Abu Darda mengatakan bahwa dia menukilnya dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seiring perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan alat komunikasi di era digital ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala ternyata semakin memudahkan umat Islam saling berkirim doa dan mendoakan. Tidak hanya pada saat berjauhan lokasi hingga pada situasi tidak saling mengenal wajah dan karakter, tetapi apabila “judulnya” adalah Muslim, begitu mudahnya saling mendoakan dan berbagi doa dengan alat komunikasi di tangan. Terlebih dari Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “إن دعوة الأخ في الله تستجاب” Artinya, “Sesungguhnya doa seseorang kepada saudaranya karena Allah adalah doa yang mustajab (terkabulkan).“ (Sahih secara sanad). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahkan menganjurkan untuk memperluas doa kepada sesama saudara seiman dan seakidah. Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa seseorang pernah berdoa, اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِمُحَمَّدٍ وَحْدَنَا Artinya, “Ya Allah ampunilah aku dan Muhammad saja!” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian bersabda, لَقَدْ حَجَبْتَهَا عَنْ نَاسٍ كَثِيرٍ “Sungguh engkau telah menyempitkan doamu tadi dari doa kepada orang banyak.” (Sahih) Sedemikian beruntungnya umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sehingga Yahudi yang mengetahui keutamaan tersebut merasa hasad di dalam diri mereka. عَنْ عَائِشَةَ, عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,  قَالَ:  مَا حَسَدَتْكُمُ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ,  مَا حَسَدَتْكُمْ عَلَى السَّلَامِ وَالتَّأْمِينِ Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bersabda, “Tidaklah Yahudi hasad terhadap kalian tentang sesuatu, seperti hasadnya terhadap kalian dalam permasalahan salam dan ucapan aamiin”. (HR. Ibnu Majah 856 dan Ibnu Khuzaimah). Yahudi yang merupakan musuh terbesar umat Islam, mengetahui keutamaan salam sehingga mereka hasad kepada kaum muslimin atas anugerah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu. Lalu bagaimana
bisa jika kaum muslimin melupakan keutamaan ini? Lihatlah keutamaan salam dalam Islam yang berisi kalimat doa kepada sesama Muslim. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا مَرَّ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي مَجْلِسٍ فقَالَ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ” فقَالَ عَشْرُ حَسَنَاتٍ ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرَ فقَالَ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فقَالَ عِشْرُونَ حَسَنَةً فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرَ فقَالَ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فقَالَ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً …الخ  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, seorang pemuda melewati Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang sedang dalam keadaan duduk di sebuah majelis. Maka pemuda ini mengucapkan, “Assalamu’alaikum.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “Bagi dia 10 kebaikan.” Lalu lewat pemuda yang lain dan mengatakan, “Assalamu’alaikum wa rahmatullah.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “Bagi dia 20 kebaikan.” Kemudian lewat lagi pemuda yang lainnya mengatakan, “Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, ”Bagi dia 30 kebaikkan.” (HR. Ibnu Hibban 493, Abu Daud 5195, Tirmidzi 2689 dan ini adalah lafaz Ibnu Hibban). (A/RI-1/P1) sumber : https://minanews.net/keindahan-saling-mendoakan/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Mengampuni Semua Dosa Kesalahan Kita (Semua Umat Nabi Muhammad). Alloh Hapus Semua Aib Kita Di Dunia & Akhirat. Alloh Merahmati Kita Dengan Kelembutan & Kasih Sayang #Dakwah #Islam
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Setiap Umat Nabi Muhammad Dengan Cinta Kasih Sayang, Taufiq & Hidayah, Berkah & Rezeki Melimpah, Sehat Jasmani Rohani, Kuat Fisik Mental, Solusi Maslahah Yang Mudah Indah, Tiada Susah & Masalah, Selalu Sakinah Mawadah Wa Rohmah Dunia & Akhirat #Dakwah #Islam
Tumblr media
Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang istimewa, karena Allah memberi banyak keistimewaan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Keistimewaan itu diantaranya adalah: Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Setiap Umat Nabi Muhammad Dengan Cinta Kasih Sayang, Taufiq & Hidayah, Berkah & Rezeki Melimpah, Sehat Jasmani Rohani, Kuat Fisik Mental, Solusi Maslahah Yang Mudah Indah, Tiada Susah & Masalah, Selalu Sakinah Mawadah Wa Rohmah Dunia & Akhirat Yang Pertama, umat Nabi Muhammad SAW adalah umat terbaik. Sebagaimana terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 110, Allah Berfirman: “Kuntum khaira ummatin ukhrijat li-nnaasi ta’muruuna bil ma’ruufi watanhauna ‘anil munkari watu’minuuna billahi walau aamana ahlul kitaabi lakaana khairan lahum minhumul mu’minuuna wa-aktsaruhumul faasiquun.” Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Yang Kedua, umat Nabi Muhammad SAW adalah umat pertama yang masuk Surga. Dalam Hadits Riwayat Muslim disebutkan bahwa, Rasulullah SAW bersabda: “Kita (Muhammad SAW dan umatnya) adalah umat yang terakhir, dan yang paling pertama pada hari kiamat, kami adalah orang yang pertama masuk surga.” Yang Ketiga, umat Nabi Muhammad SAW merupakan umat yang tidak sepakat dalam kesesatan. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku (umat nabi Muhammad) atas kesesatan.” (HR. Tirmidzi) Yang Keempat, Allah memaafkan umat Nabi Muhammad SAW dikala lupa, dsb. Dalam Hadits Riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku, apa yang terbersit di dalam hati, selama belum diucapkan maupun dilakukan.” Kemudian dari hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: “Dimaafkan untuk umatku akibat, tersalah (tak sengaja), terlupa dan terpaksa.” (HR. Al Baihaqi) Yang Kelima, Allah memberi umat Nabi Muhammad SAW pahala dua kali lipat. “Sesungguhnya perumpamaan kalian dibandingkan orang-orang Yahudi dan Nashrani seperti seseorang yang memperkerjakan para pekerja yang dia berkata; “Siapa yang mau bekerja untukku hingga pertengahan siang dengan upah satu qirath, maka orang-orang Yahudi melaksanakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Lalu orang-orang Nashrani mengerjakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Kemudian kalian mengerjakan mulai dari shalat Ashar hingga terbenamnya matahari dengan upah dua qirath per dua qirath. Maka orang-orang Yahudi dan Nashrani marah seraya berkata: “Kami yang lebih banyak amal namun lebih sedikit upah!” Lalu orang itu berkata; “Apakah ada yang aku zalimi dari hak kalian?” Mereka menjawab; “Tidak ada”. Orang itu berkata; “Itulah karunia dari-Ku yang Aku memberikannya kepada siapa yang aku kehendaki.” (HR. Bukhari & Muslim) Yang Keenam, Nabi Muhammad SAW memiliki syafa’at besar untuk umatnya. Dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah Nomor 4301 disebutkan bahwa, Rasulullah SAW bersabda: “Saya disuruh memilih antara setengah umatku akan di masukkan ke surga dengan di beri syafa’at, maka saya memilih syafa’at, karena sesungguhnya syafa’at lebih mencakup dan lebih mencukupi, bagaimana pendapat kalian, apakah ia hanya di berikan kepada orang-orang yang bertakwa saja? Tidak, akan tetapi ia di berikan juga terhadap orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang banyak kesalahan.” Yang Ketujuh, umat Nabi Muhammad SAW dapat memberi syafa’at kepada orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah : “Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka; “keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah di makan neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lutu
tnya. Kemudian mereka berkata; “Wahai Rabb kami tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada kami.” (HR. Muslim) Yang Kedelapan, umat Nabi Muhammad SAW akan masuk surga dengan wajah bersinar. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri karena bekas air wudhu.” (HR. Bukhari) Yang Kesembilan, umat Nabi Muhammad SAW tidak mendapat siksa pada hari kiamat. Dari Abu Musa Al Asy’ari Ra. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Umatku ini umat yang disayangi, ia tidak disiksa pada hari kiamat. Siksaannya ada di dunia berupa fitnah, gempa dan pembunuhan.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim) Yang Kesepuluh, dari umat Nabi Muhammad SAW akan diutus para pembaharu. “Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini dalam awal setiap seratus tahun orang yang akan memperbaharui agama mereka.” (HR. Abu dawud) sumber : https://www.alirsyad.or.id/10-keistimewaan-umat-nabi-muhammad-saw/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Setiap Umat Nabi Muhammad Dengan Cinta Kasih Sayang, Taufiq & Hidayah, Berkah & Rezeki Melimpah, Sehat Jasmani Rohani, Kuat Fisik Mental, Solusi Maslahah Yang Mudah Indah, Tiada Susah & Masalah, Selalu Sakinah Mawadah Wa Rohmah Dunia & Akhirat
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Kita Dengan Anak Yang Sholeh Sholehah, Hafidz Hafidzah, Da’i Daiyah, Syahid Syahidah, Sehat & Afiyat. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Setiap orang yang telah berumah tangga atau akan, pasti menginginkan si buah hati. Mungkin ada yang telah menanti bertahun-tahun, namun belum juga dikaruniai buah hati. Juga ada yang menginginkan agar anaknya menjadi sholeh. Maka perbanyaklah do’a akan hal tersebut. Banyak do’a yang telah dicontohkan dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Di antaranya ada do’a yang berasal dari para Nabi ‘alaihimush sholaatu was salaam. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Kita Dengan Anak Yang Sholeh Sholehah, Hafidz Hafidzah, Da’i Daiyah, Syahid Syahidah, Sehat & Afiyat. Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam berkata, رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ “Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100). Ini adalah do’a yang bisa dipanjatkan untuk meminta keturunan, terutama keturunan yang sholeh. Dalam Zaadul Masiir (7/71), dijelaskan maksud ayat tersebut oleh Ibnul Jauzi rahimahullah, “Ya Rabbku, anugerahkanlah padaku anak yang sholeh yang nanti termasuk jajaran orang-orang yang sholeh.” Asy Syaukani rahimahullah mengatakan apa yang dikatakan oleh para pakar tafsir, “Ya Rabb, anugerahkanlah padaku anak yang sholeh yang termasuk jajaran orang-orang yang sholeh, yang bisa semakin menolongku taat pada-Mu”. Jadi yang namanya keturunan terutama yang sholeh bisa membantu seseorang semakin taat pada Allah. Nabi Dzakariya ‘alaihis salaam berdo’a, رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ “Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron: 38). Maksud do’a ini kata Ibnu Katsir rahimahullah, “Ya Rabb anugerahkanlah padaku dari sisi-Mu keturunan yang thoyyib yaitu anak yang sholeh. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3/54) Seseorang yang telah dewasa dan menginjak usia 40 tahun memohon pada Allah, رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ “Robbi awzi’nii an asy-kuro ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa ‘ala walidayya wa an a’mala shoolihan tardhooh, wa ash-lihlii fii dzurriyatii, inni tubtu ilaika wa inni minal muslimiin” [Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri] (QS. Al Ahqof: 15). Do’a ini juga berisi permintaan kebaikan pada anak dan keturunan. ‘Ibadurrahman (hamba Allah Yang Maha Pengasih) berdo’a, رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا “Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al Furqon: 74) Al Qurtubhi rahimahullah berkata, ليس شيء أقر لعين المؤمن من أن يرى زوجته وأولاده مطيعين لله عز وجل. “Tidak ada sesuatu yang lebih menyejukkan mata seorang mukmin selain melihat istri dan keturunannya taat pada Allah ‘azza wa jalla.” Perkataan semacam ini juga dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10/333) Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendo’akan anak Ummu Sulaim, yaitu Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma dengan do’a, اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ “Ya Allah, perbanyaklah harta dan
anaknya, serta berkahilah apa yang engkau karuniakan padanya.” (HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480). Dari sini seseorang bisa berdo’a untuk meminta banyak keturunan yang sholeh pada Allah, اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي “Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii“ (Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri).” Moga dengan lima do’a di atas, Allah menganugerahkan pada kita sekalian keturunan bagi yang belum dianugerahi dan dikaruniai anak-anak yang sholeh nan sholehah. Aamiin Yaa Samii’ud Du’aa’. Panggang-GK, 18 Jumadats Tsaniyyah 1432 H (21/05/2011) www.rumaysho.com Referensi: Fathul Qodir, Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir. Fiqhud Du’aa’, Musthofa bin Al ‘Adawi, Maktabah Makkah, cetakan pertama, 1422 H. Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah (Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni), Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqoddam, soft file (.doc) Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ismail Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah. Zaadul Masiir fi ‘Ilmi Tafsir, Ibnul Jauzi, terbitan Al Maktab Al Islami. Sumber https://rumaysho.com/1752-doa-meminta-anak-yang-sholeh.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Kita Dengan Anak Yang Sholeh Sholehah, Hafidz Hafidzah, Da’i Daiyah, Syahid Syahidah, Sehat & Afiyat.
1 note · View note
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Setiap Umat Nabi Muhammad Lebih Dari Rahmat Pada Nabi Sulaiman Dengan Penuh Syukur #Dakwah #Islam
Tumblr media
Nafsu manusia memang tidak pernah puas terhadap apa yang telah dimilikinya, berapa pun besarnya nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Sifat manusia yang tidak mensyukuri nikmat tersebut seringkali menjadikannya terjerumus ke dalam jurang kesalahan. Banyak manusia yang mengalami depresi karena terus merasa kekurangan. Banyak pula yang syok dan darah tinggi sebab kecewa karena keinginannya tidak terpenuhi. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Setiap Umat Nabi Muhammad Lebih Dari Rahmat Pada Nabi Sulaiman Dengan Penuh Syukur #Dakwah #Islam Hal yang sangat jauh dari seorang mukmin yang mempunyai Allah sebagai sandaran. Padahal Allah sendiri telah berjanji dalam surah Ibrahim ayat 7 bahwa Allah akan menambah nikmat seorang hamba apabila ia bersyukur, dan akan mengadzab hamba-Nya yang tidak bersyukur. Islam menuntun kita untuk selalu menjadi hamba yang bersyukur. Dalam Al-Quran kita bisa meneladani Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman adalah salah satu nabi yang pandai bersyukur. Beliau dianugerahi Allah kerajaan dan kekayaan luar biasa, namun tidak pernah terbesit kufur nikmat sedikitpun dalam hatinya. Beliau gunakan seluruh nikmat yang tersebut sebagai sarana ibadah, karena beliau sadar bahwa pada hakikatnya semua itu milik-Nya, atas pemberian-Nya, dan akan kembali kepada-Nya. Sebagai seorang muslim, spirit Nabi Sulaiman ini perlu kita tiru, dan doa beliau bisa kita contoh. Meniru spirit Nabi Sulaiman Dalam Tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan, Nabi Sulaiman adalah seorang pewaris kerajaan dari ayahnya, Nabi Daud. Kerajaan yang dikuasainya tidak hanya meliputi manusia saja, melainkan dari golongan hewan dan juga golongan jin. Tidak ada seorang manusia sesudah beliau yang mampu menyamai besarnya kerajaaan yang beliau miliki. Hal ini seperti pinta beliau yang terekam dalam surah Shad ayat 35: قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّا��ُ “Ya Tuhanku, ampunilah segala apa yang telah aku lakukan dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi lagi banyak karunia-Nya” Kerajaan yang Nabi Sulaiman dapatkan berkenaan dengan pembuatan Masjid Baitul Maqdis. Menurut penjelasan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran al-‘Adzim, berdasarkan hadis riwayat Imam Ibnu Majah dan Imam Nasai, ketika Nabi Sulaiman telah menyelesikan pembuatan Baitullah tersebut, Allah memberikan hadiah kepada Nabi Sulaiman berupa permintaan yang akan dikabulkan-Nya. Nabi Sulaiman pun akhirnya meminta tiga perkara. Permintaan pertama yaitu meminta ilmu kebijaksanaan yang sesuai dengan kebijaksanaan Allah. Permintaan kedua adalah meminta kerajaaan yang tidak dimiliki seseorang sesudahnya. Dan yang ketiga adalah meminta seseorang yang datang ke masjid tersebut dengan niat untuk shalat di dalamnya, maka bersihlah dosa-dosanya sebagaimana ketika ia dilahirkan ibunya. Sebagai umat Islam, spirit Nabi Sulaiman tersebut dapat kita teladani. Nabi Sulaiman tidak lantas mendapatkan nikmat secara instan. Tetapi, terlebih dahulu ia menunaikan tugas dari Allah dengan perasaan gembira. Dan ketika diberi hadiah Allah berupa permintaan, yang beliau minta tidaklah hanya berupa materi kerajaan semata. Namun juga ilmu kebijaksanaan dan yang paling penting adalah nilai spiritual agar manusia selalu beribadah kepada Allah. Berdoa agar dijadikan hamba yang senantiasa bersyukur Meskipun dianugerahi kenikmatan melimpah dan kerajaan yang tidak ada yang menandingi, Nabi Sulaiman tidak merasa sombong dan congkak. Beliau justru meminta agar Allah menjadikannya seorang hamba yang selalu bersyukur. Berikut doa beliau yang perlu kita contoh dan amalkan dalam Surat An-Naml ayat 19: رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ “Ya Tuha
nku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang (ibu dan ayahku) dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” Sifat hewani manusia memang tidak pernah puas terhadap apapun yang dimilikinya. Seperti yang telah disabdakan Rasulullah SAW “andaikan manusia diberi dua lembah yang penuh harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi perut manusia hanyalah tanah” (HR. Bukhari). Namun, sifat hewani tersebut dapat dihindari dengan meminta perlindungan kepada Allah melalui doa dan ikhtiar. Karena seorang manusia juga mempunyai sifat-sifat ilahiyah dan akan hadir tatkala ia membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Sifat mengeluh dan tamak akibat kurang syukur pun bisa dibuang jika manusia mau. Tentunya, diri kita akan merasa bahagia jika kita senantiasa merasa syukur dan cukup dengan segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Wallahu a’lam[] sumber : https://tafsiralquran.id/mencontoh-spirit-dan-doa-nabi-sulaiman-dalam-mensyukuri-nikmat/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Setiap Umat Nabi Muhammad Lebih Dari Rahmat Pada Nabi Sulaiman Dengan Penuh Syukur #Dakwah #Islam
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Melapangkan Dada Setiap Umat Rosululloh. Ia Mudahkan Semua Ucapan & Urusan Kita KarnaNya #Dakwah #Islam
Tumblr media
Do’a ini adalah do’a yang amat manfaat. Do’a ini berisi hal meminta kemudahan pada Allah dan agar dimudahkan dalam ucapan serta dimudahkan untuk memahamkan orang lain ketika ingin berdakwah. Alhamdulillah Alloh Maha Melapangkan Dada Setiap Umat Rosululloh. Ia Mudahkan Semua Ucapan & Urusan Kita KarnaNya Do’a ini dari Nabi Musa ‘alaihis salam. Namun do’a ini bisa diamalkan pula oleh kita sebagaimana ditunjukkan oleh para ulama dalam berbagai kitab do’a kumpulan mereka[1]. Do’a ini terdapat pada firman Allah Ta’ala, قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي  وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي “Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’ [Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28) Kisah Musa dengan Do’a Di Atas Tatkala Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa ‘alaihis salam, memberikan  kabar padanya serta menunjukkan bukti-bukti yang nyata, kemudian Musa diutus kepada Fir’aun (Raja Mesir), Allah Ta’ala berfirman, اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى “Pergilah kepada Fir’aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas“. (QS. Thaha: 24). Fir’aun sungguh telah melampaui batas dalam kekafiran, berbuat kerusakan, ia benar-benar telah menunjukkan kesombongan yang nyata di muka bumi, dan ia pun menindas orang-orang yang lemah. Sampai-sampai ia mengklaim rububiyah ilahiyah (bahwa dirinya adalah Rabb dan pantas untuk disembah) –semoga Allah menjelakkannya-. Sungguh ia benar-benar melampaui batas, inilah sebab kebinasaannya. Namun karena rahmat, hikmah dan keadilan Allah, Dia tidak mengadzab Fir’aun melainkan setelah diberikan hujjah dengan diutusnya para Rasul. Maka dari sinilah Musa tahu bahwa beliau diutus dengan membawa tugas yang berat. Musa diutus kepada seorang pembangkang, yang tidak ada satu orang Mesir pun yang dapat menentangnya. Musa ‘alaihis salam sendiri mengalami rintangan sebagaimana yang lainnya ketika ingin mendakwahi Fir’aun, yaitu hendak dibunuh. Musa tetap menjalankan misi yang dititahkan untuknya dari Rabbnya. Ia tetap menjalani misi dari Rabbnya dengan penuh lapang dada. Musa senantiasa memohon pertolongan Allah dan meminta dimudahkan berbagai macam sebab. Beliau pun mengucapkan do’a di atas.[2] Maksud Do’a Di Atas Berikut kami sarikan penjelasan Syaikh As Sa’di rahimahullah dalam kitab tafsirnya ketika menafsirkan ayat di atas. Pertama: رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku” Maksudnya adalah lapangkanlah, janganlah perkataan dan perbuatanku ini menyakiti dan janganlah hatiku ini terkotori dengan yang demikian, dan jangan pula hatiku ini dipersempit. Karena jika hati telah sempit, maka orang yang memiliki hati tersebut sulit memberikan hidayah (petunjuk ilmu) pada orang yang didakwahi. Allah Ta’ala telah berkata pada Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159). Semoga saja seseorang yang didakwahi dapat menerima dakwah dengan sikap lemah lembut dan lapangnya jiwa. Kedua: وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي “dan mudahkanlah untukku urusanku” Maksudnya adalah mudahkanlah setiap urusan dan setiap jalan yang ditempuh untuk mengharap ridho-Mu, mudahkanlah segala kesulitan yang ada di hadapanku. Di antara dimudahkan suatu urusan yaitu seseorang yang memohon diberikan berbagai kemudahan dari berbagai pintu, ia dimudahkan untuk berbicara dengan setiap orang dengan tepat, dan ia mendakwahi seseorang melalui jalan yang membuat orang lain mudah
menerima. Ketiga: وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي “dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” Dahulu Nabi Musa ‘alaihis salam memiliki kekurangan, yaitu rasa kaku dalam lisannya. Hal ini membuat orang lain sulit memahami yang beliau ucapkan, demikianlah dikatakan oleh para pakar tafsir. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا “Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku” (QS. Al Qashshash: 34). Oleh karena itu, Nabi Musa meminta pada Allah agar dilepaskan dari kekakuan lidahnya sehingga orang bisa memahami apa yang diucapkan oleh Musa. Akhirnya tercapailah maksud yang beliau minta.[3] Amalkanlah! Intinya, do’a ini amat bermanfaat sekali agar kita dimudahkan dalam segala urusan. Itu yang pertama. Kemudian agar hati ini selalu lapang dan tidak sempit sehingga mudah menyampaikan dakwah pada orang lain dan mudah memahamkan orang lain. Lalu do’a ini juga mengandung makna agar segala kekakuan lisan kita ini bisa dilepaskan dengan pertolongan Allah. Kepada Allah-lah seharusnya kita meminta. Kepada Allah-lah satu-satunya kita mohon pertolongan. Ketika ada kesulitan, kesedihan dan kesempitan, adukanlah pada Allah. Allah sungguh Maha Mendengar. Allah Maha Mendengar do’a-do’a hamba-Nya. Setiap do’a yang kita panjatkan pasti bermanfaat. Tidak mungkin sama sekali tangan yang kita tengadahkan ke atas, kembali begitu saja dalam keadaan hampa. Ketika sulit saat menghadapi ujian, mohonlah segala jalan keluar pada Allah. Ketika objek dakwah sulit menerima dakwah kita, mintalah kemudahan dari Allah karena Allahlah yang membuka hati hidayah setiap hamba sedangkan kita hanya berbicara dan menyampaikan. Ingatlah hadits ini, إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا “Sesunguhnya Rabb kalian tabaroka wa ta’ala Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut menengadahkan tangan kepada-Nya , lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan hampa.”[4] Do’a yang amat mudah untuk diamalkan jangan sampai dilupakan, رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي  وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي “Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii” [Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku] Semoga sajian ini bermanfaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Prepared for one hour, in Riyadh, KSA, on 24th Dzulhijjah 1431 H (30/11/2010) By: Muhammad Abduh Tuasikal www.rumaysho.com [1] Lihat kita Ad Du’aa (wa yaliihi al ‘ilaaj bir ruqo), Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni, hal. 23. [2] Disadur dari penjelasan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Al Karimir Rahman, pada surat Thoha, hal. 504, penerbit Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H. [3] Disarikan dari Taisir Al Karimir Rahman, hal. 504. [4] HR. Abu Daud no. 1488 dan At Tirmidzi no. 3556. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini shohih. Sumber https://rumaysho.com/1425-doa-nabi-musa-minta-dimudahkan-urusan-dan-ucapan.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Melapangkan Dada Setiap Umat Rosululloh. Ia Mudahkan Semua
Ucapan & Urusan Kita KarnaNya
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Semua Umat Rosulullah Dengan Cara Mudah Indah #Dakwah #Islam
Tumblr media
Pernahkah kamu mengalami kesulitan saat mengerjakan suatu pekerjaan? Tentu yang akan kamu lakukan adalah mengeluh. Mengeluh merupakan hal yang lazim dilakukan oleh banyak orang. Tapi, tahukah kamu mengeluh bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan suatu masalah. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Semua Umat Rosulullah Dengan Cara Mudah Indah Ingat! Allah tidak akan membani suatu kaum diluar kemampuan dirinya. Nah, dibanding kamu terus-menerus mengeluh saat dilanda kesulitan, alangkah baiknya berdoa dan meminta kepada Allah agar diberikan kemudahan. Inilah lima doa agar diberikan kemudahan. 1.Doa agar diberi kemudahan اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً Artinya:  “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah” 2.Doa dimudahkan segala urusan رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي Artinya:  “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” 3.Doa Memohon Pertolongan ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِين Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. 4.Doa Memohon Rahmat dan Disempurnakan Petunjuknya رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا Artinya: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. 5.Doa Memohon Kebaikan أَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لِىْ دِيْنِىَ الَّذِىْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِىْ وَ أَصْلِحْ لِىْ دُنْيَاىَ الَّتِىْ فِيْهَا مَعَاشِىْ وَ أَصْلِحْ لِىْ آخِرَتِىَ الَّتِىْ فِيْهَا مَعَادِىْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَهً لِّىْ فِىْ كُلِّ خَيْرٍ وَّ اجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِّىْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ Artinya: “Ya Allah mohon kebaikan pada urusan agamaku karena itu adalah penjaga semua urusanku. Aku mohon kebaikan pada urusan duniaku karena itu tempat hidupku. Aku mohon kebaikan pada urusan akhiratku karena itu tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini tambahan kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematianku waktu istirahat bagiku dari segala keburukan” sumber : https://muslimahdaily.com/khazanah/doa-islam/item/2529-dilanda-kesulitan-yuk-baca-5-doa-ini-agar-diberi-kemudahan.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Merahmati Semua Umat Rosulullah Dengan Cara Mudah Indah
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Menghidupkan Umat Rosululloh Seperti Para Ulama’ Dan Mewafatkannya Seperti Para Syuhada’ #Dakwah #Islam
Tumblr media
Sungguh menggiurkan pahala yang ditawarkan untuk orang yang mati syahid. Enam keutamaan telah siap menantinya. Pertama, dosanya akan diampuni segera setelah kematiannya. Kedua, segera diperlihatkan tempat tinggalnya di surga. Ketiga, dijaga dan dihindarkan dari siksa neraka, tetap dijaga dalam keadaan aman dan terhindar dari rasa takut ketika dibangkitkan dari kubur. Keempat, diberi mahkota kemuliaan yang luar biasa indahnya. Kelima, dinikahkan dengan 72 bidadari. Dan keenam, diberi hak untuk memberi syafaat yang bisa mengeluarkan dari neraka dan memasukkan ke surga terhadap 70 orang anggota keluarganya. Hal ini secara jelas dikemukakan Nabi dalam Hadits berikut: Alhamdulillah Alloh Maha Menghidupkan Umat Rosululloh Seperti Para Ulama’ Dan Mewafatkannya Seperti Para Syuhada’ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ (رواه الترمذي وابن ماجه) “Rasulullah Saw bersabda: Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan; dosanya akan diampuni sejak awal kematiannya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah) Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya, no. 2796 dengan sanad shahih; At-Tirmidzi dalam Al-Jami’ as-Shahih no. 1629 dengan sanad shahih. Nashiruddin Al-Albani juga menilai Hadits ini shahih sebagaimana dalam karya-karyanya: Ahkam al-Jana’iz, no. 230; Shahih al-Jami’ no. 5182; Shahih Ibni Majah no. 2849 dan Misykat al-Mashabih no. 3834. Konon Hadits ini sering digunakan oleh orang-orang tertentu ketika akan merekrut anggota baru untuk dimasukkan dalam jaringan radikal yang membolehkan melakukan teror, menghalalkan darah orang lain yang dipandang kafir, bahkan melakukan bom bunuh diri. Hadits tersebut memang sangat menggiurkan bukan hanya untuk mereka yang termarjinalkan dalam kehidupan nyata di dunia, bahkan untuk orang mapan yang memiliki semangat keberagamaan yang tinggi pun akan sangat tertarik dengan janji-janji yang ada dalam Hadits ini. Namun, apa itu mati syahid dan siapa yang dikategorikan sebagai mati syahid itu?. Syahid berasal dari akar kata “syahida” yang berarti hadir serta menyaksikan, baik dengan mata lahir ataupun mata batin. Sedangkan syahid berarti saksi atau orang yang menyaksikan sesuatu. Mereka bersaksi dengan hati atas apa yang mereka dengar. Menurut Ar-Raghib Al-Ashfahani, orang yang syahid adalah orang yang ketika hendak mati atau sakaratul maut: Ia menyaksikan para malaikat turun kepada mereka dan mengatakan, “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu” (QS. Fushshilat, 41:30). Ia menyaksikan berbagai macam kenikmatan akhirat yang telah dijanjikan Allah kepada mereka (QS. Al-Hadid, 57:19). Ia menyaksikan ruh mereka tetap hidup dan berada di sisi Allah (QS. Ali ‘Imran, 3: 169). Dengan demikian orang yang mati syahid adalah orang yang sebelum meninggal dunia bersaksi dan beriman bahwa tiada tuhan selain Allah, dan setelah mati dia menyaksikan bahwa semua janji Allah adalah benar. Siapakah orang yang dikategorikan sebagai mati syahid itu? Apakah hanya mereka yang mati dalam perang saja yang dapat disebut dengan orang yang mati syahid?. Nampaknya tidak. Masih ada 7 golongan lagi yang dapat dikategorikan sebagai orang y
ang mati syahid. حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ (رواه مسلم) “Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah saw bersabda: Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian? Para sahabat menjawab, Wahai Rasulullah, orang yang mati terbunuh karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati syahid. Beliau bersabda: Kalau begitu, sedikit sekali jumlah ummatku yang mati syahid. Para sahabat berkata, Lantas siapakah mereka wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Barangsiapa terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena suatu wabah penyakit juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid. Ibnu Miqsam berkata, Saya bersaksi atas bapakmu mengenai Hadits ini, bahwa beliau juga berkata, orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid” (HR. Muslim) Hadits di atas diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, kitab al-Imarah, no. 3631; Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 3244; Ibnu Majah dalam Sunan-nya, no. 2801 dengan kualitas shahih dan At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 1019 dengan kualitas shahih. Lewat pertanyaan retoris dalam Hadits ini, Rasulullah menyangkal bahwa orang yang mati syahid hanyalah orang yang terbunuh di jalan Allah. “Kalau begitu, sedikit sekali jumlah ummatku yang mati syahid”, sabda Nabi. Siapa yang mati di jalan Allah, ia syahid. Siapa yang mati karena wabah penyakit, ia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, ia syahid. Dan siapa yang meninggal karena tenggelam, ia syahid. Begitulah orang-orang yang mati syahid menurut penjelasan Nabi. Tipelogi orang-orang yang diklasifikasikan ke dalam orang yang mati syahid sebagaimana Hadits Nabi sebelumnya yaitu: Pertama, orang yang terbunuh di jalan Allah Sebagian besar sahabat Nabi yang mati syahid adalah mereka yang terbunuh dalam berbagai peperangan. Memang perang pada masa Nabi adalah termasuk jalan Allah (sabilillah). Akan tetapi, yang termasuk dalam sabilillah bukan hanya perang. Bahkan perang pada zaman ini perlu syarat dan kriteria yang sangat ketat untuk bisa dikategorikan sebagai perang fi sabilillah. Suatu perang yang bisa dikategorikan sebagai sabilillah akan diuraikan pada kesempatan lain. Menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah, sabilillah adalah: سبيل الله هو الطريق الموصل إلى ما يرضاه الله من كل عمل اذن الله به لإعلاء كلمته و تنفيذ احكامه Sabilillah ialah jalan yang menyampaikan kepada keridhaan Allah, berupa segala amalan yang diizinkan Allah untuk memuliakan kalimat (agama)-Nya dan melaksanakan hukum-hukum-Nya (Himpunan Putusan Tarjih) Dalam definisi Majelis Tarjih Muhammadiyah ini, pengertian sabilillah sangat luas sekali. Semua amalan yang tidak dilarang yang memiliki tujuan untuk memuliakan agama dan melaksanakan hukum Allah adalah sabilillah. Sehingga termasuk dalam makna sabilillah adalah orang yang melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar, orang yang belajar menuntut ilmu, orang yang mengajarkan ilmu, orang yang menegakkan keadilan, orang yang mengusahakan terciptanya kesejahteraan, orang yang menegakkan kebenaran dan membasmi kejahatan, orang yang membantu dan meringankan beban orang lain. Semuanya ini termasuk dalam kandungan makna fi sabilillah (di jalan Allah). Contoh sabilillah yang secara jelas disebut oleh Nabi adalah menuntut ilmu. عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُو
لُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ (رواه الترمذي) Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali.” Abu Isa (At-Tirmidzi) berkata; ‘Hadits ini hasan gharib” )HR. Tirmidzi) Kedua, orang yang mati di jalan Allah Berbeda dengan yang pertama, orang yang mati di jalan Allah terutama untuk sabilillah non perang, seperti mati karena sakit ketika menuntut ilmu, meninggal karena kecelakaan di perjalanan dakwah, wafat ketika sedang ceramah agama, mati mendadak ketika sedang rapat dakwah / Muhammadiyah, tewas ketika sedang tugas memberantas kemaksiatan dan kemunkaran untuk aparat penegak hukum. Ketiga, orang yang senantiasa berdoa agar mati di jalan Allah عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ مِنْ قَلْبِهِ صَادِقًا بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ (رواه مسلم) Dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur dari dalam hatinya, maka Allah akan memberinya pahala syuhada meskipun ia meninggal di atas kasur” (HR. Muslim) Tidak semua syahid itu meninggalnya ketika sedang menjalankan tugas fi sabilillah. Hadits ini menjelaskan bahwa orang yang mati di atas tempat tidurpun bisa memiliki pahala syahid, yaitu orang yang sungguh-sungguh berjuang di jalan Allah semasa hidupnya dan senantiasa berdoa agar diambil nyawanya ketika sedang menjalankan tugas. Penulis teringat almarhum ustadz Muhammad Muqoddas Allahu yarham, salah satu ketua PP Muhammadiyah beberapa periode. Semasa hidupnya beliau mendedikasikan waktunya dan mewakafkan hidupnya untuk berjuang di jalan dakwah melalui persyarikatan Muhammadiyah. Berulang kali beliau menyampaikan kepada penulis akan keinginannya untuk meninggal ketika sedang melaksanakan tugas Muhammadiyah. Akan tetapi takdirnya ternyata lain, beliau wafat tidak ketika melaksanakan tugas dakwah tetapi wafat di rumah sakit setelah beberapa saat menderita sakit. Menyimak Hadits di atas, penulis yakin, dan senantiasa mendoakan beliau, bahwa beliau mendapatkan pahala sebagai syahid. Keempat, orang yang meninggal karena wabah penyakit  وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ (رواه مسلم) “Siapa yang mati karena suatu wabah penyakit, juga syahid” (HR. Muslim) Tha’un menurut kamus al-Munawwir diartikan sebagai pes, sampar atau wabah. Nabi Muhammad melarang seseorang untuk masuk ke suatu daerah yang sedang terjadi wabah penyakit di daerah tersebut. Begitu juga saat wabah itu menyerang, sedangkan ia berada di dalam daerah yang terkena wabah itu, maka ia tidak boleh keluar dari daerah itu. عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ آيَةُ الرِّجْزِ ابْتَلَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ نَاسًا مِنْ عِبَادِهِ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَفِرُّوا مِنْهُ (رواه البخاري) Dari Usamah bin Zaid dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Tha’un (penyakit menular/wabah kolera) adalah suatu peringatan dari Allah yang Maha Perkasa untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR. Bukhari) Hal ini adalah salah satu cara Rasulullah dalam menanggulangi suatu wabah agar penyakit itu tidak menular ke daerah lainnya. Masuk ke daerah yang sedang dijangkiti wabah penyakit berarti menyongsong datangnya penyakit ke dalam tubuh. Menghindarkan diri dari memasuki daerah tersebut adalah upaya awal untuk mencegah diri dari terkena penyakit. Adapun orang yang berada di daerah wabah, tidak diperkenankan keluar dari
daerah tersebut karena dikhawatirkan akan membawa wabah penyakit tersebut keluar daerah. Daerah yang terkena wabah penyakit haruslah diisolasi dari pergaulan dengan daerah lain. Sebagai kompensasi bagi orang yang tinggal di daerah terkena wabah penyakit tersebut yang dilarang meninggalkan daerahnya, Nabi memberikan harapan dan berita gembira sebagai ganti kecemasan mereka sewaktu waktu mati terpapar wabah penyakit tersebut, yaitu dengan pahala mati syahid. Orang yang meninggal karena wabah suatu penyakit akan mendapatkan pahala mati syahid bila ia bersaksi akan keimanan kepada Allah ketika hidup, juga sabar dan tawakal akan datangnya wabah tersebut.  عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ (رواه البخاري)  Dari ‘Aisyah ra., istri Nabi Saw. berkata; “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang masalah tha’un lalu beliau mengabarkan, bahwa tha’un (penyakit sampar, pes, lepra) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha’un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid” (HR. Al-Bukhari) Kelima, orang yang mati karena penyakit dalam perutnya مَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ (رواه مسلم) “Barang siapa yang mati karena (ada penyakit) dalam perut maka ia syahid” (HR. Muslim) Menurut Imam An-Nawawi, orang yang meninggal karena penyakit di perutnya, karena tenggelam, dan karena melahirkan, diganjar dengan pahala syahid menunjukkan akan kemuliaan dan kemurahan Allah sebagai balasan atas ketakutan dan rasa sakit yang amat sangat yang dirasakannya. Keenam, orang yang mati tenggelam maka ia syahid. Ketujuh, orang yang mati tertimpa benda keras Orang yang mati karena tertimpa benda keras, baik karena tertimpa pohon yang roboh, tertimpa batu yang longsor, tertimpa rumah karena gempa, tertimpa material dari gedung yang tinggi karena kecelakaan kerja, dan sebagainya, mereka akan mendapatkan pahala sebagai orang yang mati syahid. Hal ini sesuai Hadits berikut:  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَيْهِ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ قَالُوا الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْهَدَمِ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْحَرَقِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدَةٌ (رواه ابي داود)  Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan pahala kepadanya sesuai dengan niatnya. Apa yang kalian ketahui tentang mati Syahid?!” Mereka berkata, “Berperang di jalan Allah Maha Perkasa” Rasulullah Saw bersabda: “Mati syahid ada tujuh macam selain berperang di jalan Allah Maha Perkasa: Orang yang mati karena wabah pes adalah syahid, orang yang mati karena sakit (dalam) perut (nya) adalah syahid, orang yang mati tenggelam adalah syahid, orang yang mati tertimpa benda keras adalah syahid, orang yang mati karena penyakit lepra adalah syahid, orang yang mati terbakar adalah syahid dan seorang wanita yang mati karena hamil adalah syahidah” (HR. Abu Dawud) Kedelapan, orang yang mati terbakar Selanjutnya kedelapan, orang yang mati terbakar ad
alah syahid, baik ketika rumahnya kebakaran, mobilnya terbakar, kompor meledak, kendaraannya terbakar, atau kebakaran karena kecelakaan kerja, ia mati dengan mendapatkan pahala syahid. Kesembilan, wanita yang meninggal karena kehamilannya Seorang wanita yang meninggal karena kehamilannya atau proses persalinannya adalah syahid sebagaimana riwayat Muslim di atas. Kesepuluh, orang yang meninggal karena membela atau mempertahankan hartanya Kepemilikan seseorang akan harta benda diakui dalam Islam. Seseorang diperintahkan untuk mencari harta dengan cara halal. Kepemilikan harta bisa diperoleh melalui hasil kerja, hibah ataupun warisan. Mempertahankan hak milik adalah kewajiban setiap individu yang memilikinya. Upaya untuk mempertahankan hak miliknya tersebut harus dilakukan dengan berbagai macam cara dari segala upaya untuk mengambil hartanya dengan cara yang tidak benar. Upaya pencurian, pembegalan, perampasan, perampokan, penipuan harus dicegah dan digagalkan. Apabila seseorang dalam mempertahankan harta miliknya berakibat meregangnya nyawa, maka ia akan diganjar dengan pahala mati syahid. Sebagaimana Hadits di bawah ini: عنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ (رواه البخاري) Dari Abdullah bin Amru ra. berkata, aku mendengar Nabi Saw. bersabda: “Siapa yang terbunuh karena membela hartanya maka dia syahid” (HR. Al-Bukhari) Kesebelas, orang yang mati terbunuh karena membela agama Kesebelas, orang yang mati terbunuh karena membela agama, darah dan anggota keluarganya sebagaimana Hadits berikut:  عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ (رواه الترمذي) ”Dari Sa’id bin Zaid ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela agamanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya (jiwanya) maka ia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena membela keluarganya maka ia syahid” (HR. At-Tirmidzi) Bagi orang yang mati syahid, semua dosanya akan diampuni. Akan tetapi ada satu hal yang tidak bisa diselesaikan oleh kematiannya walaupun ia mati syahid, yaitu hutang. Sebab hutang adalah kewajiban yang harus ditunaikan dan tidak akan diampuni oleh Allah kecuali setelah ditunaikan atau setelah mendapat kerelaan dari yang memberi piutang, hal itu sesuai dengan Hadits: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ (رواه مسلم) Dari Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang yang mati syahid akan diampuni segala dosa-dosanya, kecuali hutang” (HR. Muslim). Dr. Agung Danarto, M.Ag, Dosen Prodi Ilmu Hadits UIN Sunan Kalijaga dan Sekretaris PP Muhammadiyah Sumber: Majalah SM No 14-16 Tahun 2018 sumber : https://www.suaramuhammadiyah.id/2021/02/03/hadits-terkait-mati-syahid/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Menghidupkan Umat Rosululloh Seperti Para Ulama’ Dan Mewafatkannya Seperti Para Syuhada’
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Pemilik & Pemberi Ilmu, Pemahaman Serta Hikmah Ke Umat Rosululloh. Ayat Qouliyah & Kauniyah. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Apa maksud do’a rabbi zidnii ‘ilmaa? Sebagaimana disebutkan dalam ayat, وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا “Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaaha: 114) Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, Alhamdulillah Alloh Maha Pemilik & Pemberi Ilmu, Pemahaman Serta Hikmah Ke Umat Rosululloh. Ayat Qouliyah & Kauniyah. “Firman Allah Ta’ala (yang artinya), ’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i (ilmu agama). Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang muslim yang terbebani syari’at mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan.”  (Fath Al-Bari, 1: 141) Adapun tambahan ilmu yang dimaksud ada tiga pendapat ulama dalam hal ini. Tambahkanlah ilmu tentang Al-Qur’an. Tambahkanlah kepahaman. Tambahkanlah hafalan. Pendapat pertama di atas dari Maqatil. Sedangkan pendapat kedua dari Ats-Tsa’labiy. Demikian disebutkan dalam Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi rahimahullah. Semoga bermanfaat. Ya Allah, tambahkanlah kami ilmu. * Diambil dari buku “Mahasantri” karya M. Abduh Tuasikal dan M. Saifudin Hakim, yang sebentar lagi akan diterbitkan oleh Pustaka Muslim. Sumber https://rumaysho.com/13158-maksud-doa-rabbi-zidni-ilma-tambahkan-aku-ilmu.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Maha Pemilik & Pemberi Ilmu, Pemahaman Serta Hikmah Ke Umat Rosululloh. Ayat Qouliyah & Kauniyah.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Setiap Kita Serahkan Semua Urusan Kepada Alloh, Kita Selalu Untung Karna Alloh Maha Baik Dengan Cara Baik. #Dakwah #Islam
Tumblr media
”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq [65] : 2-3). Alhamdulillah Setiap Kita Serahkan Semua Urusan Kepada Alloh, Kita Selalu Untung Karna Alloh Maha Baik Dengan Cara Baik. Sebagian orang menganggap bahwa tawakkal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Contohnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan melaksanakan ujian. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan,”Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban.” Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakkal?! Semoga pembahasan kali ini dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakkal yang sebenarnya dan apa saja faedah dari tawakkal tersebut. Tawakkal yang Sebenarnya Ibnu Rojab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, ”Tawakkal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘Azza wa Jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata’.” Tawakkal Bukan Hanya Pasrah Perlu diketahui bahwa tawakkal bukanlah hanya sikap bersandarnya hati kepada Allah semata, namun juga disertai dengan melakukan usaha. Ibnu Rojab mengatakan bahwa menjalankan tawakkal tidaklah berarti seseorang harus meninggalkan sebab atau sunnatullah yang telah ditetapkan dan ditakdirkan. Karena Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha sekaligus juga memerintahkan kita untuk bertawakkal. Oleh karena itu, usaha dengan anggota badan untuk meraih sebab termasuk ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakkal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya),”Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4] : 71). Allah juga berfirman (yang artinya),”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal [8] : 60). Juga firman-Nya (yang artinya),“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah [62] : 10). Dalam ayat-ayat ini terlihat bahwa kita juga diperintahkan untuk melakukan usaha. Sahl At Tusturi mengatakan,”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan, pen). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah, pen) maka dia telah meninggalkan keimanan. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam) Burung Saja Melakukan Usaha untuk Bisa Kenyang Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310) Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid. Pria itu  mengatakan,”Aku tidak mengerjakan apa-apa sehingga rizkiku datang kepadaku.” Lalu Imam Ahmad mengatakan,”Orang ini tidak tahu ilmu (bodoh). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Allah menjadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku.” Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda (sebagaimana hadits Umar di atas). Disebutkan dalam hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu
pagi dan kembali pada waktu sore dalam rangka mencari rizki. (Lihat Umdatul Qori Syarh Shohih Al Bukhari, 23/68-69, Maktabah Syamilah) Al Munawi juga mengatakan,”Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rizki, yang memberi rizki adalah Allah Ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakkal tidak harus meninggalkan sebab, akan tetapi dengan melakukan berbagai sebab yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rizki dengan usaha sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rizki. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami’ At Tirmidzi, 7/7-8, Maktabah Syamilah) Tawakkal yang Termasuk Syirik Setelah kita mengetahui pentingnya melakukan usaha, hendaknya setiap hamba tidak bergantung pada sebab yang telah dilakukan. Karena yang dapat mendatangkan rizki, mendatangkan manfaat dan menolak bahaya bukanlah sebab tersebut tetapi Allah Ta’ala semata. Imam Ahmad mengatakan bahwa tawakkal adalah amalan hati yaitu ibadah hati semata (Madarijus Salikin, Ibnul Qoyyim, 2/96). Sedangkan setiap ibadah wajib ditujukan kepada Allah semata. Barangsiapa yang menujukan satu ibadah saja kepada selain Allah maka berarti dia telah terjatuh dalam kesyirikan. Begitu juga apabila seseorang bertawakkal dengan menyandarkan hati kepada selain Allah -yaitu sebab yang dilakukan-, maka hal ini juga termasuk kesyirikan. Tawakkal semacam ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam), apabila dia bertawakkal (bersandar) pada makhluk pada suatu perkara yang tidak mampu untuk melakukannya kecuali Allah Ta’ala. Seperti bersandar pada makhluk agar dosa-dosanya diampuni, atau untuk memperoleh kebaikan di akhirat, atau untuk segera memperoleh anak sebagaimana yang dilakukan oleh para penyembah kubur dan wali. Mereka menyandarkan hal semacam ini dengan hati mereka, padahal tidak ada satu makhluk pun yang mampu mengabulkan hajat mereka kecuali Allah Ta’ala. Apa yang mereka lakukan termasuk tawakkal kepada selain Allah dalam hal yang tidak ada seorang makhluk pun memenuhinya. Perbuatan semacam ini termasuk syirik akbar. Na’udzu billah min dzalik. Sedangkan apabila seseorang bersandar pada sebab yang sudah ditakdirkan (ditentukan) oleh Allah, namun dia menganggap bahwa sebab itu bukan hanya sekedar sebab (lebih dari sebab semata), seperti seseorang yang sangat bergantung pada majikannya dalam keberlangsungan hidupnya atau masalah rizkinya, semacam ini termasuk syirik ashgor (syirik kecil) karena kuatnya rasa ketergantungan pada sebab tersebut. Tetapi apabila dia bersandar pada sebab dan dia meyakini bahwa itu hanyalah sebab semata sedangkan Allah-lah yang menakdirkan dan menentukan hasilnya, hal ini tidaklah mengapa. (Lihat At Tamhiid lisyarhi Kitabit Tauhid, 375-376; Syarh Tsalatsatil Ushul, 38; Al Qoulul Mufid, 2/29) Penutup Ingatlah bahwa tawakkal bukan hanya untuk meraih kepentingan dunia saja. Tawakkal bukan hanya untuk meraih manfaat duniawi atau menolak bahaya dalam urusan dunia. Namun hendaknya seseorang juga bertawakkal dalam urusan akhiratnya, untuk meraih apa yang Allah ridhoi dan cintai. Maka hendaknya seseorang juga bertawakkal agar bagaimana bisa teguh dalam keimanan, dalam dakwah, dan jihad fii sabilillah. Ibnul Qayyim dalam Al Fawa’id mengatakan bahwa tawakkal yang paling agung adalah tawakkal untuk mendapatkan hidayah, tetap teguh di atas tauhid dan tetap teguh dalam mencontoh/mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berjihad melawan ahli bathil (pejuang kebatilan). Dan beliau rahimahullah mengatakan bahwa inilah tawakkal para rasul dan pengikut rasul yang utama. Kami tutup pembahasan kali ini dengan menyampaikan salah satu faedah tawakkal. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala (yang artinya),”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disang
ka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq [65] : 2-3). Al Qurtubi dalam Al Jami’ Liahkamil Qur’an mengatakan,”Barangsiapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat ini kepada Abu Dzar. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya,”Seandainya semua manusia mengambil nasehat ini, sungguh hal ini akan mencukupi mereka.” Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakkal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam, penjelasan hadits no. 49). Hanya Allah-lah yang mencukupi segala urusan kami, tidak ada ilah yang berhak disembah dengan hak kecuali Dia. Kepada Allah-lah kami bertawakkal dan Dia-lah Rabb ‘Arsy yang agung. Sumber https://rumaysho.com/68-tawakkal-yang-sebenarnya.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Setiap Kita Serahkan Semua Urusan Kepada Alloh, Kita Selalu Untung Karna Alloh Maha Baik Dengan Cara Baik.
0 notes
blogalloh · 1 year
Text
Ajak Banyak Umat Untuk Bersyukur Dengan Apa Saja Yang Telah Alloh Beri. Alloh Akan Lipatgandakan Nikmat Alloh Tanpa Batas. Ganti Dosamu Di Masa Lalu Dengan Amal Baik, Gunakan Nikmat (Apapun) Yang Alloh Beri. Alloh Akan Ganti Semua Dosamu Dengan Kebaikan & Pahala Tanpa Batas. Ada Nikmat Bawaan lahir & Nikmat Tumbuh Kembang. Ada Nikmat Dhohir & Batin. #Dakwah #Islam
Tumblr media
Apa manfaat bersyukur? Dalam ayat ke-12 dari surah Luqman disebutkan, ‎وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ “Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang bersyukur, maka manfaat dan pahalanya akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, Ajak Banyak Umat Untuk Bersyukur Dengan Apa Saja Yang Telah Alloh Beri. Alloh Akan Lipatgandakan Nikmat Alloh Tanpa Batas. Ganti Dosamu Di Masa Lalu Dengan Amal Baik, Gunakan Nikmat (Apapun) Yang Alloh Beri. Alloh Akan Ganti Semua Dosamu Dengan Kebaikan & Pahala Tanpa Batas. Ada Nikmat Bawaan lahir & Nikmat Tumbuh Kembang. Ada Nikmat Dhohir & Batin. ‎وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ “Dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar-Ruum: 44). (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:114). Sebaliknya barangsiapa yang mengingkari nikmat atau enggan bersyukur, ‎وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ “dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman: 12). Allah itu Maha Kaya (Al-Ghaniy), tidak butuh pada hamba. Jika hamba tidak bersyukur, itu pun tidak membuat Allah tersakiti. Jika seluruh penduduk di muka bumi kufur, Allah tidak bergantung pada yang lainnya. Laa ilaha illallah, tidak ada yang berhak disembah selain Allah (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:114). Yahya bin Salam berkata, “Allah itu Maha Kaya (Al-Ghaniy), tidak butuh pada selain Dia. Allah pun Maha Terpuji (Al-Hamid) dalam segala perbuatan-Nya.” (Fath Al-Qadir, 4:312). Dalam hadits qudsi ditunjukkan bahwa Allah tidak butuh pada rasa syukur seorang hamba dan jika mereka tidak bersyukur, itu pun tidaklah mengurangi kekuasaan Allah. Hadits qudsi tersebut menyebutkan, ‎يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا “Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim, no. 2577). Ayat dari surah Luqman di atas mengajarkan kepada kita untuk bersyukur atas berbagai macam nikmat, lebih-lebih lagi dengan nikmat yang begitu besar yang Allah anugerahkan. Kepahaman terhadap agama adalah suatu nikmat yang besar dan begitu berharga. Kepahaman terhadap agama Islam pun termasuk hikmah. Jika kita diberikan anugerah ilmu oleh Allah, rajin-rajinlah untuk selalu bersyukur kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman, ‎وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7). Mengenai surah Ibrahim ayat ketujuh, Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Siapa yang bersyukur atas nikmat Allah, Allah akan menjadikannya semakin taat.” Ar-Rabi’ berkata, “Siapa yang bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan menambahkan karunia.” Muqatil berkata, “Siapa yang bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan menambahkan baginya kebaikan di dunia.” (Lihat Zaad Al-Masiir, 4:347). Begitu pula terhadap nikmat yang terlihat keci
l dan sepele, syukurilah. Jika nikmat kecil saja tidak bisa disyukuri, bagaimana lagi dengan nikmat yang besar. Dalam hadits disebutkan, ‎مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ “Barang siapa yang tidak mensyukuri sesuatu yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4:278. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 667, 2:272) Kesimpulannya, bersyukur memiliki manfaat kembali kepada diri orang yang bersyukur dan akan membuat nikmatnya akan terus ditambah oleh Allah. Syukur tentu saja dengan taat kepada Allah. Semoga kita menjadi hamba yang bersyukur. Referensi: Fath Al-Qadir Al-Jam’u bayna Fanni Ar-Riwayah wa Ad-Dirayah min ‘Ilmi At-Tafsir. Cetakan kedua, Tahun 1426 H. Muhammad bin ‘Ali Asy-Syaukani. Tahqiq: Dr. ‘Abdurrahman ‘Umairah. Penerbit Darul Wafa’. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Cetakan Tahun 1415 H. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Alhani. Penerbit Maktabah Al-Ma’arif. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Zaad Al-Masiir. Cetakan keempat, Tahun 1407 H. Ibnul Jauzi (Abul Farah Jamaluddin ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi Al-Qurasyi Al-Baghdadiy. Penerbit Al-Maktab Al-Islami. Sumber https://rumaysho.com/25932-manfaat-bersyukur-kembali-pada-yang-bersyukur.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ajak Banyak Umat Untuk Bersyukur Dengan Apa Saja Yang Telah Alloh Beri. Alloh Akan Lipatgandakan Nikmat Alloh Tanpa Batas. Ganti Dosamu Di Masa Lalu Dengan Amal Baik, Gunakan Nikmat (Apapun) Yang Alloh Beri. Alloh Akan Ganti Semua Dosamu Dengan Kebaikan & Pahala Tanpa Batas. Ada Nikmat Bawaan lahir & Nikmat Tumbuh Kembang. Ada Nikmat Dhohir & Batin.
0 notes