Tumgik
#Adaptasi Kebiasaan Baru
sarasastra · 3 days
Text
Nasehat bagi Diri(ku)
Dulu, saat masih single, viewers story WA saya menyentuh angka puluhan orang bahkan bisa 100-an. Ini karena saya menyimpan banyak kontak di hape, berhubung begitu banyak saya terlibat diberbagai organisasi dan kebutuhan untuk berelasi dengan orang-orang.
Begitu pun dengan viewers story IG saya maupun engagement dari konten postingan saya bisa dibilang cukup bagus. Karena dulu saya masih aktif banget bikin-bikin sesuatu. Nulis, gambar terlebih stok foto saya banyak; kamera DSLR saya masih berfungsi.
Namun ketika saya sudah menikah, apa yang terjadi?
- Saya berganti hape 2x, saya kehilangan banyak kontak. Namun ternyata yang tersimpan di kartu SIM dan email itu berisi orang-orang yang masih related dengan situasi saat itu. Alhasil, setiap saya bikin story WA, paling banter dibawah 30 saja yang melihat.
- Algoritma IG berubah-ubah, saya juga jadi tidak sekonsisten dulu untuk memposting sesuatu. Karena urusan real-life jauh lebih penting daripada aktif di sosmed bukan? Segera setelah 3 bulan menikah, saya mengandung. Lalu melahirkan, mengurus newborn, dan berlanjut ketika kini anak sudah 2,5 tahun.
Alhasil, tiap saya posting sesuatu sesekali, entah sebulan sekali—tapi kalau story hampir tiap hari sih, engagement saya rendah. Kadang tinggi tapi sudah lebih sering tidak sebaik dulu.
Mulanya, saya sedih banget dengan kondisi kehidupan dunia maya saya wkwkwk. Rasanya kayak “masa berjaya” saya hilang. Tapi disisi lain, saya juga jadi berpikir, kenapa kok hal kayak gini bikin sedih? Apa sih yang dicari? Mau jadi orang terkenal? Mau banyak dikenal orang? Mau cari approval dari luar apa gimana.
Kehidupan saya setelah menikah sebetulnya cukup drastis. Banyak sekali perubahan besar yang terjadi. Termasuk, hubungan sosial saya selaku manusia cukup drop. Jadi soliter banget, jarang bertemu teman-teman lama maupun baru. Heran juga saya kok bisa bertahan dan mau cepat adaptasi dari waktu ke waktu.
Walau kepayahan, walau secara hubungan dengan diri sendiri agak amburadul, tapi hubungan saya dengan pasangan, keluarga besar (yang inti) dan anak alhamdulillaahnya baik-baik saja.
Saya sempat melabeli diri saya dengan “bintang redup”. Entah ini saya narsis apa gimana bisa-bisanya menyebut diri sendiri sebagai bintang wkwk. Gapapalah ya.
Memang momen-momen kehilangan diri (selaku pribadi) bagi perempuan ketika ia sudah menikah terlebih sudah menjadi ibu itu wajar terjadi. Tidak hanya saya saja kok, banyak perempuan lain mengalaminya. Karena fokusnya, perhatiannya dan prioritasnya bergeser menjadi ‘lebih mengutamakan orang lain’ daripada dirinya sendiri.
Perempuan memang sekuat dan sehebat itu, seberdedikasi itu untuk keluarga, sesemangat itu untuk ibadah sesuai dengan perannya. Tapi seringkali perlu juga diingatkan dan dibantu untuk bisa “mengurus dirinya sendiri”. Ngga bisa sendirian memang, perlu dukungan dan dorongan dari orang terdekatnya, dalam hal ini ya pasangannya.
Ok, balik lagi ke urusan perdunia mayaan.
Dengan berubahnya kondisi persosmedan saya yang sempet bikin saya down, malas berkarya karena minim apresiasi, terasa berat karena terlihat banyak saingan buat jadi konten kreator, dlsb, jadinya bikin saya merenung dan berpikir untuk UBAH HALUAN.
Saya ngga bisa terus berpikir kayak gini. Ngga produktif. Dan lagian, sosial media itu cuma alat. Dia bukan segala-galanya. Kenapa saya harus menyandarkan ‘kesenangan atau kebahagiaan’ saya dari sana?
Mungkin saya kurang sibuk yang produktif. Saya hanya mengerjakan apa yang perlu dikerjakan (rutinitas) tapi tidak ada pekerjaan untuk mengurusi mimpi saya sendiri. Sehingga membuka sosmed menjadi suatu kebiasaan.
Kebiasaan yang membuat candu. Karena jadinya saya over-consumption, membuat saya makin cemas, rentan membanding-bandingkan kehidupan orang-orang yang saya lihat di timeline dengan kehidupan pribadi, ngga bagus untuk kesehatan mental saya dengan kondisi yang lagi ‘berantakan’.
Saya perlu menata kembali, bebenah diri dengan segala sampah-sampah pikiran yang lama mengendap. Buang jauh-jauh keinginan untuk “pleasing everybody” dan mengejar ‘ketenaran’ (kalau mau menyebutnya begitu) yang banyak orang-orang cari saat ini.
Fokus saja dengan kehidupan pribadi. Dengan mimpi sendiri. Dengan targetan yang ditulis sendiri. Dengan tujuan yang dirancang baik-baik.
Kita berhak bahagia dengan “apa adanya” kita saat ini. Memang mengapa kalau hanya jadi ‘orang biasa’? :) bukankah kita tidak harus menjadi apa-apa dan menjadi siapa-siapa dimata orang-orang? Tak ada yang menuntut kita.
Cemaslah akan bagaimana Allah melihat diri kita saat ini. Bukan mencemaskan bagaimana orang lain melihat kita. Jangan sibuk menunjukkan diri dihadapan manusia sementara usaha kita masih minim sekali untuk mendapatkan predikat ‘orang bertaqwa’ disisi Allah.
*nasehat untuk diri saya sendiri ini mah..*
Tangerang, 29 Mei 2024 | 23.45 WIB
12 notes · View notes
prasastidhini · 7 months
Text
Gadis Kretek
Baru saja menggenapkan serial Gadis Kretek di tudum, setelah selesai membaca novelnya bulan lalu.
Seperti kebanyakan film atau serial adaptasi, ada banyak detail-detail yang terlewatkan. Sejarah rivalry Soedjagad dan Idroes Moeria misalnya. Kenapa Soedjagad bisa demikian irinya sama Idroes Moeria sampai memasukkan namanya ke dalam daftar.
Namun jika mau mengesampingkan beberapa detail pada novel, serial yang dikemas dalam lima episode ini buat saya cukup padat dan berisi. Shot-shot yang diambil nggak ada yang failed. Semuanya bagus dan cukup memanjakan mata vintage saya :)
Akting para lakon juga pas. Ekspresi Dian Sastro belum ada lawan. Porsi-porsi yang dikasih sama Putri Marino pas. Persoalan dialek jawa yang banyak dikomentari di linimasa karena terkesan dibuat-buat dan bercampur dengan bahasa Indonesia, ternyata nggak jadi masalah buat saya. Tentang musik yang memasukkan lagu kekenian seperti Runtuh, juga masih oke. Namanya juga berkesenian. Hanya karena sebagian besar latar ceritanya tahun 60-an, nggak lantas musik-musiknya juga harus vintage semua kan? Selama tetap relate sih buat saya oke-oke aja..
Paling penting, kemasan lima episode itu cukup memuat pesan yang memang ingin disampaikan Ratih Kumala dalam novelnya. Tentang kemerdekaan pikiran perempuan, juga perjuangan mendobrak kebiasaan-kebiasaan patriarki (pada novel ini di industri kretek). Pilihan merek Kretek Merdeka dan Kretek Gadis adalah pesan yang sesungguhnya. Termasuk scene terakhir ketika Arum mboncengi Lebas naik motor.
Buat mahasiswa komunikasi yang lagi tugas akhir dan tertarik sama semiotika, serial ini menarik sih buat jadi bahan skripsi, hehehe..
9 notes · View notes
cocotangaje · 1 year
Text
5 Mei 2023
Salahsatu lifehack buat lebih mudah bahagia adalah left everything behind.
Dulu waktu gue awal kuliah, rasanya merantau bukan hal yang sulit gue lakukan karena gue udah terlatih sendiri dan jauh dari orangtua dari kelas 4 SD. Having no spesific good memories help me to not trapped in so called homesick and such things. Gue simply enjoy segala hal yang ada di depan mata dan menantikan segala hal yang ada di depan karena hal-hal yang pernah terjadi gak banyak meninggalkan kesan dan memori indah yang mempermudah gue untuk proses adaptasi karena gak ada bahan buat dijadiin komparasi.
Selama magang kemaren gue cukup banyak homesicknya. Salahsatunya karena kehidupan ditengah covid ternyata cukup meninggalkan kesan karena zona nyaman gue ada disana. Tanpa gue sadar, gue sangat bahagia dengan kondisi gak harus keluar rumah, ngerjain segala sesuatu di kamar, stay di Cianjur dalam rentang waktu yang lama, ada oranglain dalam satu rumah, kalo bosen bisa isengin adek atau ngobrol sama mamah, dan hal menyenangkan lainnya.
Gue mulai kesulitan adaptasi dan bahagia lagi karena hal-hal menyenangkan yang gue miliki di memori gue itu.
Tapi hal ini gak berarti menjadikan gue melarang diri gue untuk gak boleh memiliki memori menyenangkan. Menyingkirkan sesuatu karena ada tantangan baru dibalik kesenangan baru terdengar payah di otak gue. Yang perlu gue lakukan adalah kontrol alias pengendalian diri gimana caranya gue gak kebiasaan membandingkan masa kini dengan memori menyenangkan yang pernah gue punya dan menanamkan di dalam kepala bahwa gue juga bisa menciptakan kembali memori-memori baru yang gak kalah menyenangkannya di masa depan.
8 notes · View notes
ameliazahara · 7 months
Text
Gue lagi belajar menjadi manusia di kehidupan sekarang: berhadapan dengan penduduk pribumi.
Gue menemukan istilah itu dari ibu meja sebelah—yang akhirnya memberi gue insight kalimat baru untuk menggambarkan kondisi yang terjadi—kalimat itu lebih bijaksana untuk disematkan.
Menjadi penduduk pribumi di mana pun berada tentulah suatu hal istimewa: yang gue ga akan pernah berksempatan untuk merasakannya dalam hidup. Karena hidup selalu mengajak dan membawa diri untuk berkelana, mengembara entah sampai di mana dan kemana. Berhadapan dengan kota baru, kebiasaan baru, dan tentu gue bukan penduduk pribumi di tempat yang ditapaki. Gue akan selalu berhadapan dengan adaptasi awal-awal memulai hidup, dan survive di manapun takdir membawa langkah kaki.
Tentu gue tidak iri dengan ketidak-adilan ini. Karena di sini segalanya sesuai dengan tupoksi kinerja. Gue yakin, ketika gue menerima ketidak-adilan di bagian ini, maka selebihnya di bagian lain berikutnya gue akan menerima banyak keadilan dan kebaikan. Karena gue telah menukarkan privilese yang tidak gue dapatkan dengan hal-hal lain yang memang menjadi hak diri. Hidup selalu adil.
Yang gue pelajari, sebagai penduduk pribumi, seringnya mereka punya kecemasan beda dengan seorang pengembara yang berkelana seperti gue. Mereka tidak punya kegundahan akan orang-orang, sebab merasa dikelilingi oleh sanak-famili. Berani ‘semena-mena’ atau tidak sungkan dengan siapa saja sebab mereka komunal, dengan perasaan tersemat merasa keluarganya dekat dan bisa diandalkan. Tidak ada yang berani mengkritik mereka habis-habisan sebab sadar bahwa keluarganya ada bersamanya. Mereka tertutup dengan penderitaan karena merasa orang lain juga bisa berlindung di balik jubah kekeluargaan.
Mereka hanya cemas anggapan dari keluarga sekitarnya. Cemas pada sanak-famili tertentu yang mungkin lebih dominan. Tentu mereka punya keterampilan sosial yang baik dalam bertetangga karena didikannya adalah di bagian ini, untuk tetap bisa mengandalkan dan diandalkan oleh sanak-famili.
Apalagi jika di tempat tersebut kebudayaan kekeluargaan adalah segalanya. Cara bertahan hidupnya akan menyeseuaikan dengan konteksnya juga.
Nah,
ada seorang ibu, yang sampai se-senior hari ini masih belum terjamah akan keterbukaan paradigma kehidupan. Beliau masih mempertahankan gaya klasikalnya dan tidak adaptif dengan perubahan zaman. Merasa budayanya paling baik. Merasa orang harus kenal dan menghargai beliau dengan ekstrem. Beliau sangat berani untuk menjaga kawasan teritori sebagai penduduk pribumi. Bahkan beliau tidak berniat akrab dengan gue—yang seorang pendatang dan sifat khasnya orang luar.
Jika kasus ini terjadi ketika gue masih berada di kota kemarin, mungkin gue akan tersinggung dan merasa tidak diterima oleh beliau dan keadaan. Tapi berhubung di sini adalah di rumah juga. Gue bisa lebih santai menyikapinya.
Dan,
….semakin gue bisa membaca pertanda, semakin gue bisa lebih lapang memaknai sudut pandang orang lain terhadap diri gue. Terkadang, mereka sadar potensi orang lain lebih besar dari potensi yang sudah ‘dia’ kerahkan untuk bertahan hidup. Orang-orang juga tau siapa ancaman baginya, dan gue juga sadar kalau dianggap masih muda dan ‘ternyata’ gue tidak sembarangan—tentu ini menjadikan sadar kalau tidak mampu menyaingi gue—pun bisa jadi dia juga sadar batas dirinya. Sebab itu dia menjaga jarak dari gue. Membatasi dirinya dari takutnya sendiri. Itu bukan salah gue, dan gue berusaha untuk tidak lagi menyalahkan diri sendiri atas apapun kasusnya.
Tentu ada faktor lain yang memengaruhi sikap seseorang. Jika itu bukan ancaman, bukan suatu yang perlu ditakutkan dan tidak perlu menganalisa lebih jauh. Sebaiknya biarkan saja, dengan mempelajari pertanda-pertanda.
Saat ini gue mulai bisa membaca bagaimana cara bertahan orang-orang di tempat yang ditapakinya. Ada beragam caranya masing-masing. Cara yang paling menonjol adalah, mereka berusaha membuat orang lain ‘takut’ padanya bukan ‘segan’ atau dihargai atas kebijaksanaan yang dimiliki dengan cara membuat batasan: yang membuat orang lain merasa bersalah atau takut terhadapnya.
Dia enggan menyapa—apalagi memperlakukanmu seperti yang lain. Kau pengecualian baginya.
Menghadapi orang demikian, apalagi beliau adalah pribumi, bisa bahasa khas daerah tersebut, senior pula. Adalah dengan tidak perlu dihadapi. Biarkan saja. Beri cermin: seperti dia memperlakukanmu. Karena apa? Tidak perlu menghabiskan energi untuk membuktikan apapun padanya. Tidak bermakna apapun, karena dia telah kalah pada dirinya sendiri.
Kau hanya perlu menjadi dirimu, menjadi seperti biasa dirimu tanpa berpura-pura atau tanpa perlu merasa diterima. Jangan merasa takut padanya. Jangan enggan. Jangan sungkan. Tetap beri sikap cermin padanya. Perilakunya padamu bukan sebab kau tidak diterima olehnya, tapi sebab dia yang tidak bisa menerima dirinya sendiri.
Pendatang itu lebih survive di manapun berada dengan merasa ini bukan situasi aman atau bukan zona nyaman. Sebab itu, hal ini mungkin menjadikan pendatang selalu lebih sukses dari pada penduduk pribumi—keseringan kasusnya begini. Pendatang lebih bisa melihat peluang dan menciptakannya. Sebab alasan harus bertahan hidup tanpa sandaran sanak-famili yang bersedia membantu.
Pendatang lebih ditentang, itu lumrah. Sebab penduduk pribumi terkadang tidak bisa melihat peluang karena terbiasa sejak kecil dengan apa yang dilihat dan pendatang lebih punya banyak sudut pandang.
Gue sekarang tidak lagi pusing untuk urusan menyesuaikan diri. Sekarang gue lebih percaya diri, percaya diri pada kemampuan gue, percaya diri kalau gue anak baik, percaya diri kalau gue telah melakukan hal terbaik sebagai karyawan baru. Percaya diri sama apapun yang gue pancarkan di setiap hari yang gue jalani.
Gue tidak lagi takut menghadapi orang-orang yang menjadikan gue saingan. Sekarang gue sudah bisa melihat mana saingan dan mana yang bukan saingan. Beruntungnya gue tidak terobses menjadi menang.
Untuk itu, di manapun gue berada, gue yakin gue diperhatikan. Gue berusaha elegant dan bijaksana menyikapinya dengan tidak perlu membuktikannya, gue hanya perlu tetap berjalan sebagai diri sendiri dengan bangga dan percaya diri. Gue tau lampu sorot terkadang mengarah ke gue dan tentu gue jangan minder, jangan cengegesan, dan nikmati saja segala sinar yang menerpa.
Bukan sombong. Atau bukan agar dipuja-puja—gue tidak memuja pujaan. Atau bukan agar gue dianggap penting. Melainkan gue sedang berperan untuk bersikap sebaik dan se-ideal mungkin sebagai karyawan baru, sebagai pendatang, yang bukan penduduk pribumi.
Tentu gue tidak boleh sedih jika dianggap tidak asik, tentu gue tidak boleh ‘baperan’ atas apapun rencana yang mungkin tidak melibatkan gue. Gue hanya perlu memberikan kinerja terbaik gue. Memperjelas prinsip gue. Membuat batasan kerjasama—yang sedang dibangun bersama rekan lainnya. Menjadi diri sendiri dengan tidak berpura-pura.
Tentu doa gue harus lebih kuat dalam meminta pertolongan dan kemudahan. Doa gue harus bekerja lebib kuat dari pada raga gue dalam meminta perlindungan, sebab jurangnya bisa jadi ada di mana-mana dan gue bisa terperosok kapanpun. Doa gue harus bekerja lebih kuat agar gue terbebas dari pandangan mata jahat yang mengintai diri yang lemah ini. Doa gue harus lebih kuat untuk meminta dijaga aib-aibnya sebab ujian diri jauh lebih berat, ada beban keluarga yang diemban dan ada beban ilmu dari panjangnya didikan yang telah diterima diri.
Sulit, nan berat. Sebab lagi-lagi gue bukan penduduk primbumi yang berselimutkan pertolongan sanak-famili yang dekat.
Sejauh ini, disepanjang perjalanan hidup, semua bisa berjalan dengan baik sebab kebaikan-Nya. Sejauh ini gue hanya berjalan, dan Allah selalu yang memudahkan langkahnya.
Tidak perlu diambil pusing selagi kau tidak berpura-pura menjalani hidup. Hadapilah jika pertarungan itu setara, jika tidak demikian, tidak perlu dilawan.
3 notes · View notes
lamyaasfaraini · 7 months
Text
Berawal dari Solat
Tumblr media
Suami nyuruh solat istri, ngga nurut2 perlu 30 menitan kemudian wkwk. Gara2 ngedrakor Doona. Maap pak *salim cipika cipiki. Begini nih kalo solat kebiasaan di akhir dan di nanti2. Ya Allah maafin aku..
Giliran solatnya di awal sesaat stlh adzan slesei, suka kaget sekitat jam10an, eehh udah solat yaa biasa jam sgituan solatnya hahaha. Tenang bgt ya kalo abis magrib nunggu adzan isya biar lsg solat, sembari nunggu chitchat sama suamiku, curhatin kerjaannya, lg bandingin sama sekolah lama yg alhamdulillah di sekolah skrg better dr segala aspek, wlpn kekurangannya ya ada aja, org misleuknya jg ada aja hehe. Mungkin mindset suamiku dan cara kerjanya udah jauh lebih "ngerti celah" ngga terlalu workaholic (karena kalo udah begini, bencana bgt huft). Intinya mah sedang mensyukuri hidup wlpn drama ada aja gitu weh, ya general weh ini mah yah.
Waktu solat subuh..
Tadi subuh entah knp kita dua2nya kebangun pas adzan subuh, kaya otomatis dua2nya bangun gt. Aku tawarin suami mau ke mesjid ngga, katanya gakeburu udah komat plus males jg sih pasti haha. Yaudah kita msh lulungu, merem lg tp kebangun lg. Tiba2 blio nyari headset wireless 1 lg ngga ada dlm gelap nyari2, aku nyeletuk
"itu udah kamu taro di dalem (tempatnya) td kebangun"
"hah? Kapan? *lalu ngecek* oiya ada, hebat kamu punya indra ke 7"
HEYYYY!! keknya semua barang yg kamu lupa nyimpen aku tau. HP aku dimana ya? Kunci motor td ditaro dmn ya? Celana tidur dmn sih? Kaos lekbong aku ko ngga ada? Dan sebagainya yg bnyk itu. Dan si istri selalu aja nemu jawabannya. Hhhhhhh hermaaannn!!
Dah ah balik lg ke solat, akhirnya udah weh kita bangun solat subuh setelah adzan bgt, hampir setengah 5 lah tadi tuh. Dah lama ngga tahajud berjamaah pula, InsyaAllah nnti dijadwalin lg yah, beneran sulit melawan rasa ngantuk ya Allah.
Setelah subuh, ada aja obrolan pasutri ini. Dari mulai sulitnya mendidik anak nnti kalo udah remaja, mau diprotektifin takut terkekang dan jd bnyk bohong. Kata suami anak kalo mau bisa jaga diri roots agamanya sih yg harus diperkuat, ya aku sepakat. Jd teringat dulu, bapakku sangat strict akan agama terutama solatnya, agama mah ya gitu2 aja sih. Bapak nekenin solatnya gaboleh ditinggal, jaman remaja aja pas plg malem ditanyain lsg "solatnya dmn? Bukan" solat ngga? " kudu wajib solat. Dan aku gaberani bohong, saat circle ku ada aja yg skip solat akunya yg nyari2 tmpt solat bukan takut Allah, takut dimarahin bapak huhu. Aku dan adikku berhasil menjadi anak nurut dan ngga macem2 alhamdulillah. Tp apakah strict parents yg bapakku terapkan bakalan nerap di nemo? Haduhhh bingung td jg sama suami, jujur wlpn it works for me tp aku ganyaman di galakin, dibentak, dimarahin huhu.
Jadi merembetlah ke pemilihan sekolah anak, suami pgn masukin ke pesantren, akunya malah yg gatega.. Apakah jalan tengahnya masukin ke SDIT? Merembet jg pembahasan SD negeri dan Swasta, dipaparin sm suami dari segi kualitas dll, guru2 SD swasta mah "dipaksa" utk kreatif karena ada tuntutan dari ortu murid yg udah bayar "ngga murah", jadi selalu mempertahankan kualitas karena harus "jualan" terus. Sedangkan guru2 SD Negeri digaji oleh pemerintah, sekolah jg gratis dan mungkin kesulitan buat berfikir kreatif apalagi yg senior susah bgt adaptasi sama kurikulum2 baru yg biasanya suka ada aja ganti kebijakan tiap ganti pemerintahan, emg kebayang ribetnya sih. Dan beneran ngga merata, sebagian guru paham sebagian kesulitan.
Fiuh.. Emg perdebatan antara Negeri vs Swasta yg ngga ada habisnya, lg usum bgt skrg. Malah bnyk yg milih swasta gt ortu2 teh. Trus kami gmn? Sejujurnya kalo ada uang lebih mah pgn masukin anak ke SDIT tp ngga ada yg terdekat dr rumah. Sedangkan SD Negeri banyak bgt deket rumah. Ada 4 kali SD negeri terdekat rumah tuh banyak kaaan. Mari kita berfikir 1,5 thn lagi, dan nabung dong yah hahaha. Mudah2an ada rejekinya aamiinn.
Obrolan kami slesei di jam 5.45 haha, akusih kagok gabisa tidur lg. Suami? Ah gosah ditanya si jago molor.. Gpp pak mumpung weekend sok wehhhh~ tp ini sarapan dulu hey!
Tag @sagarmatha13
3 notes · View notes
intaannsari · 1 year
Text
Talk about Money
Tumblr media
Aku baru mulai melek pengelolaan finansial ketika pandemi dan masuk dunia kerja (lebih tepatnya ketika berhenti menerima subsidi uang jajan dari orangtua).
Kadang, kita perlu 1 momen yang menantang diri kita untuk melakukan sesuatu di luar kebiasaan (in this case: tidak menerima uang jajan lagi) agar kita bisa muter otak untuk belajar hal baru (pengelolaan keuangan).
Dulu aku ga boros, tapi ga hemat juga. Biasa aja.
Sekarang? Sama juga :D
Bedanya dulu dan sekarang terletak pada kesadaran keuangan. Kalau dulu, sisa pengeluaran sebulan itulah yang disebut tabungan. Sekarang, ada pemasukan langsung disisihkan sekian buat tabungan, donasi, sisanya baru buat jajan hedon -berkebalikan dari yang dulu.-
Tapi, aku menyadari kalau uang yang kusisihkan untuk tabungan itu masih sedikit. 50:50 jumlahnya dengan uang buat jajan. Padahal harusnya bisa 70:30 ya *LOL
Cuma kalau 70:30, jatuhnya aku jadi ga menikmati hidup ga sih? Kayak terlalu pelit pada diri sendiri, mungkin (?)
Aku belum tau juga, apakah aku terlalu boros sekarang atau biasa aja, yang ku tahu, aku perlu berpikir gimana caranya menambah jumlah pemasukan, ga cuma dari 1 keran aja. Tapi 2,3,10 hehe..
Menambah keran pemasukan sama dengan menambah kapasitas diri.
Karena mau ga mau, suka ga suka aku harus belajar hal yang tidak sama melulu. Lets say memulai bisnis, berarti aku harus memaksa diri memikirkan konsep, strategi pemasaran, pembukuan, konsistensi, menyiapkan mental, kemampuan membaca situasi, bernegosiasi dengan berbagai karakter manusia and many things.
Kalau menambah pemasukannya dengan cara bekerja di tempat yang lain, aku juga perlu meningkatkan kapasitas diriku dan mengorbankan waktu santaiku. Meningkatkan kemampuan adaptasi, mengerjakan task yang berbeda dengan tepat waktu (say no nunda-nunda)-kemampuan manajemen diri dan waktu.-
The perks of being ambis.
Kalau ngerasa cukup dengan 1 sumber pendapatan aja, its okay to only just do it.
Aku pribadi ngerasa masih sangat bisa memaksimalkan waktuku untuk mengerjakan lebih dari 1 pekerjaan xixixi (kecuali gajiku sebulan 10 juta, mungkin aku ga kepikiran nyari pemasukan tambahan) *mungkin.
Mungkin juga kepikiran, karena its not only about jumlah uang, tapi tentang memanfaatkan waktu luang, selagi muda dan mampu.
Lagian makin banyak yang dikerjakan, makin banyak kita belajar kan? Selama bekerjanya di tempat yang tidak membuat gila.
10 notes · View notes
sparklingpensieve · 1 year
Text
Things you should know before installing a habit
Beberapa poin penting yang perlu diketahui untuk membangun sebuah kebiasaan
Pernah ngerasa sulit nggak sih ketika mau menerapkan rutinitas yang konsisten? Katakanlah konsisten diet, konsisten membaca buku, konsisten mengerjakan tugas, dll? Atau pernah ngerasa terjebak dalam rutinitas atau kebiasaan yang buruk?
Berawal dari keresahan pribadi, aku merasa rutinitas yang kukerjakan sehari-hari belum mencapai titik maksimal produktivitas. Rupanya, aku sedang terjebak di dalam rutinitas yang kurang baik. Banyak distraksi, banyak waktu terbuang sia-sia, yang pada akhirnya membawa sisi emosional diri ini menjadi buruk, mood buruk, tidak ada motivasi.
Tumblr media
Akhirnya aku mencoba untuk membaca beberapa buku-buku self improvement dengan tekad agar bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk itu.
Ini adalah beberapa hal penting yang aku tangkap setelah membaca The 5 AM Club mengenai habit yang mungkin bisa membantu memahamkan kita agar bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk.
Konsep Habit
Namanya kebiasaan, itu adalah sesuatu hal yang dibangun melalui proses yang tidak singkat. Ada 4 komponen penting dalam konsep habit menurut The 5 AM Club : The Trigger - The Ritual - The Reward - The Repetition.
Untuk mengawali sebuah kebiasaan, perlu ada trigger atau pemantik. Dalam pemahamanku, pemantik ini bisa berupa motivasi, atau berupa benda seperti alarm, reminder, dsbg. Fungsinya ya sebagai "pemantik" atau tanda dimulainya aktivitas yang ingin dibangun untuk jadi sebuah kebiasaan. Penting sekali adanya trigger karena kadang kita terlalu fokus pada banyak hal sehingga lupa kapan harus memulai.
Setelah ada trigger, dilanjutkan dengan ritual. Pada dasarnya ritual adalah serangkaian aktivitas yang ingin dibangun menjadi kebiasaan. Misalnya, untuk membangun kebiasaan olahraga pagi, triggernya adalah alarm yang di set jam 5, ritualnya adalah bangun dari tempat tidur - ibadah - ganti baju - pemanasan - olahraga.
Komponen selanjutnya adalah reward atau penghargaan. Ini menurutku komponen yang penting dalam membentuk sebuah kebiasaan. Adanya penghargaan penting untuk menjaga motivasi dan memberikan semangat dalam menjalankan kebiasaan yang ingin dibangun.
Komponen selanjutnya adalah repetition atau pengulangan. Ini juga penting karena tanpa pengulangan, aktivitas yang kamu lakukan itu tidak akan jadi kebiasaan. Inilah yang membuat proses membangun kebiasaan membutuhkan waktu dan konsistensi.
The 66 day minimum
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kebiasaan? Menurut The 5 AM Club, minimal 66 hari untuk bisa konsisten. Lebih lanjut, 66 hari ini terbagi menjadi 3 fase. Fase 22 hari pertama disebut sebagai fase deconstruction yaitu fase dimana kita merombak kebiasaan sebelumnya ke kebiasaan yang baru. Di buku disebut bahwa fase ini adalah fase yang berat karena proses adaptasi. Belum bisa konsisten di fase ini adalah hal yang sangat mungkin terjadi.
Fase kedua, yaitu 22 hari berikutnya adalah fase installing, di fase ini mulai terjadi proses pembentukan kebiasaan. "You'll feel like quitting even more" Rasanya mungkin seperti ingin menyerah, kehilangan motivasi, lupa kenapa diri ini harus melakukan serangkaian hal ini. Tapi ya, things that feel hardest are also the ones that are most valuable. Harus tetap lanjut bagaimanapun keadaannya untuk bisa sampai ke fase berikutnya.
Integration adalah fase 22 hari terakhir. Pada intinya fase ini meliputi proses mengintegrasikan kebiasaan yang baru dipelajari sebagai bagian dari rutinitas kita. Tujuan akhir dari serangkaian proses ini adalah mencapai automaticity point
The automaticity point
Apa itu? Ini adalah titik dimana kebiasaan yang dibangun sudah menyatu menjadi rutinitas. Kita akan secara otomatis melakukan kebiasaan tersebut tanpa perlu effort, tanpa perlu motivasi yang tinggi. Tubuh dan otak kita seperti sudah tau apa yang harus dilakukan tanpa perlu dipikirkan. ya pokoknya otomatis lah intinya
Kalau bisa sampai pada tahap ini, sudah bisa dipastikan kita berhasil membangun kebiasaan yang kita inginkan
Tumblr media
Jadi gimana? Mau eksperimen dengan pedoman poin-poin diatas buat membangun kebiasaan baru? Aku sendiri juga sedang dalam tahap mencoba dan memang, fase deconstruction itu sungguh sangat menantang. Tapi lagi lagi harus ingat,
"All change is hard at first, messy in the middle and gorgeous at the end"
11 notes · View notes
nyalasblog · 2 years
Text
Surat Cinta Untuk Pasangan
Assalamualaikum,
Aa ..
Suamiku,
Imamku,
Setelah menikah, aku meninggalkan keluargaku, meninggalkan saudaraku dan meninggalkan teman temanku. Dan ikut bersama Aa.
Menjalani kehidupan baru dengan segala sesuatu yang baru, teman baru, lingkungan baru dan anggota keluarga baru.
Mungkin bagi sebagian orang, adaptasi adalah hal yang mudah. Namun, untukku aku perlu waktu menjalani peranku, menerima perbedaan dan mencocokkan kebiasaan seperti potongan puzzle .. bukan hanya dengan aa tapi dengan keluarga aa, dan lingkungan aa.
Sebenarnya, bagiku aa adalah support sistem pertama yang aku miliki. Aa adalah bagian yang paling dekat denganku saat ini. Awal kita menikah aa sangat perhatian. Ini sangat menjadi energi positif untukku. Membuatku lebih bersemangat menjalani hari hariku, menjadi lebih ceria dan sangat bersyukur mempunyai Aa.
Sekarang, aku merasa terasing di rumah ini. Aa jarang sekali memulai obrolan denganku, bahkan aa jarang bercanda sama aku. Bahkan hampir setahun kita pisah kamar. Dan itu membuatku bingung juga sedih. Dan bertanya tanya aku salah apa ?
Aku tidak tahu harus memulai obrolan ini dari mana, aku ingin mempunyai keluarga yang normal seperti orang lain. Tinggal satu kamar, bercanda gurau, hangat dengan istrinya, memasak berdua, pergi jalan jalan di akhir pekan sama anak.
Aku ingin ngobrol dan berdiskusi dengan aa. Mau dibawa kemanakah pernikahan kita ?
Tapi aku berharap aku tidak didiamkan lagi berbulan bulan lamanya kalau aku membahas ini.
Aku ingin bisa menjadi istri yang dirindukan suaminya, Dicek shalatnya, Dicari kalau pulang telat, Disemangatin ketika lembur kantor, Dikhawatirkan kalau pulang malam, Dinasihatin ketika salah, Dianterin ketika belanja, Ditemenin saat kesepian dan Dipeluk ketika sedih.
Terlebih dengan kehadiran anak kita yang membuat fokusku lebih besar untuknya.
Aku ingin, Abbiya bisa melihat bahwa ibunya dicintai ayahnya..
Aku kesulitan dalam memahami aa.
Sebenernya aku kesulitan dalam mengkomunikasikan dan menjalankan peran sebagai istri ditengah kehadiran keluarga aa.
Biasanya aa selalu kiss saat selesai berjamaah atau beragkat k kantor.
Sekarang apakah bisa ?
Aku ingin ruang,
Ruang untuk kita,
Ruang untuk diri sendiri,
Biarkan kita belajar untuk saling memahami dan mempererat ikatan pernikahan diantara kita. Tanpa salah paham dan komentarnya orang di luar pernikahan kita.
Silahkan berbakti kepada keluarga, tapi tolong..
Ada aku, istri dan anak-anakmu yang menjadi tanggung jawabmu. Yang butuh kehadiran utuh dari dirimu sebagai ayah dan suami.
9 notes · View notes
jobstreetexpress95 · 24 days
Text
Bagaimana Loker Kurir dan Loker Freelance Mentransformasi Pengiriman dan Pekerjaan
Di dunia yang serba cepat saat ini, permintaan akan solusi pengiriman yang efisien dan aman lebih tinggi dari sebelumnya. Ketika semakin banyak orang berbelanja online dan bekerja jarak jauh, metode pengiriman tradisional dilengkapi dengan solusi inovatif seperti loker kurir dan loker freelance. Layanan ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan tetapi juga memastikan keamanan dan fleksibilitas untuk pengiriman dan angkatan kerja. Berikut cara solusi modern ini membentuk kembali lansekap pengiriman dan pekerjaan freelance.
Kebangkitan Loker Kurir
Loker kurir adalah unit penyimpanan aman di mana paket dapat disimpan dengan aman hingga penerima siap mengambilnya. Biasanya terletak di area publik yang mudah diakses seperti pusat perbelanjaan, stasiun kereta, dan kompleks perumahan, loker ini memecahkan beberapa tantangan logistik. Bagi konsumen, daya tariknya jelas: tidak ada lagi pengiriman yang terlewatkan atau menunggu paket di rumah. Anda cukup mengambil paket Anda pada waktu yang sesuai dengan jadwal Anda.
Sistemnya bekerja melalui proses sederhana. Setelah pengiriman dilakukan ke loker, penerima menerima kode unik melalui email atau SMS. Kode ini dapat digunakan untuk membuka loker dan mengambil paket. Metode ini tidak hanya mempermudah proses pengiriman tetapi juga secara signifikan mengurangi risiko pencurian atau kerusakan, memastikan paket aman hingga diambil.
Aset Baru untuk Pekerja Jarak Jauh
Demikian pula, loker freelance menyediakan solusi yang aman dan nyaman bagi freelancer yang perlu bertukar dokumen fisik atau barang dengan klien. Baik itu kontrak, dokumen rahasia, atau karya kreatif fisik, loker freelance menawarkan lokasi netral dan aman untuk memfasilitasi pertukaran ini. Ini sangat menguntungkan bagi freelancer yang mungkin tidak memiliki ruang kantor tetap atau lebih suka tidak membagikan alamat rumah mereka.
Loker freelance berfungsi seperti loker kurir atau pun loker driver tetapi sering terletak di ruang co-working atau pusat lain yang sering dikunjungi oleh freelancer. Pengaturan ini tidak hanya mendukung kebutuhan keamanan pekerja independen tetapi juga menumbuhkan rasa komunitas dan jaringan di antara populasi freelancer. Dengan menggunakan loker ini, freelancer dapat memastikan bahwa pekerjaan berharga mereka dipertukarkan dengan aman dan profesional, meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Manfaat dan Prospek Masa Depan
Integrasi loker kurir dan freelance ke dalam kehidupan sehari-hari membawa banyak manfaat. Salah satunya, secara signifikan mengurangi waktu dan upaya yang dihabiskan untuk mengelola pengiriman dan pertukaran. Mereka juga memberikan peningkatan keamanan, yang sangat penting di dunia di mana pelanggaran data dan pencurian menjadi perhatian yang semakin besar. Terlebih lagi, dampak lingkungannya patut dicatat; titik pengiriman terpusat membantu mengurangi jejak karbon yang terkait dengan beberapa upaya pengiriman.
Masa depan sistem loker ini terlihat menjanjikan, dengan potensi ekspansi ke lebih banyak area dan bahkan teknologi yang lebih canggih, seperti sistem keamanan biometrik, meningkatkan penggunaannya. Ketika urbanisasi terus berlanjut dan pekerjaan jarak jauh semakin umum, relevansi dan utilitas loker ini diperkirakan akan meningkat.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, adaptasi loker kurir dan loker freelance adalah contoh bagaimana teknologi dan inovasi dapat merespons gaya hidup dan kebiasaan kerja yang berubah. Untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana solusi ini dapat diintegrasikan ke dalam bisnis atau rutinitas sehari-hari Anda, kunjungi id.jobstreetexpress.com. Situs web ini menawarkan wawasan dan produk yang dapat membantu Anda menavigasi lansekap pengiriman dan pekerjaan freelance yang berkembang, memastikan Anda tetap berada di depan di dunia yang menghargai kenyamanan dan keamanan
0 notes
jurnalweli · 2 months
Text
Daripada hanya fokus terhadap memunculkan kebaikan pasangan yang mungkin akan terasa memaksa, lebih baik mengupayakan untuk saling melengkapi kekurangan pasangan. Pasanganmu bukan sainganmu.
Tak ada pasangan yang sempurna maka carilah yang bisa saling menyempurnakan dan yang kekurangannya bisa ditoleransi. Maka, semua kebiasaan dan karakter yang hanya bisa kita raba ketika perkenalan akan terlihat dan bermunculan setelah tinggal bersama. Di sinilah adaptasi berlanjut sampai kematian dan atau Allah yang memisahkan. Seiring berjalannya waktu mungkin akan muncul ketidaksesuaian kebiasaan atau karakter yang kita terima saat perkenalan dan setelah tinggal bersama. Perbedaan itulah yang memunculkan konflik rumah tangga.
Dalam rumah tangga mungkin saja akan muncul rasa 'lebih' dibanding pasangannya. Lebih baik, lebih sholih, lebih bisa, lebih sanggup dan lebih yang lainnya. Jika perasaan ini dibiarkan terus tumbuh, rumah tangga akan terasa seperti kompetisi, bukan? Aku menang, kamu kalah atau sebaliknya. Bukankah iblis juga merasa lebih dari Adam? Naudzubillah. Yang ada hanya saling menyalahkan. Yang ada hanyalah memaksanya untuk berbenah secara instan. Padahal alangkah indahnya jika kita saling menghargai proses, bukan? Bersama-sama berproses ke arah yang lebih baik demi mengharap ridhoNya.
Terbukalah. Bicaralah dari hati ke hati dalam kondisi perut, fisik dan perasaan yang baik. Sampaikanlah aliran rasamu setelah menikah bersamanya dengan tenang. Evaluasi kembali visi misi yang telah disusun bersama. Temukan solusi untuk ke depannya lebih baik lagi. Tak ada pernikahan karena Allah dengan harapan sementara, ia ingin selamanya sampai surga. Maka, rawatlah pernikahan dengan sungguh-sungguh.
Jadilah kamu sebagai pakaian pasanganmu. Saling melengkapi. Saling menutupi kekurangan dan aib pasangan. Daripada fokus pada melatih kebiasaan baru untuk memunculkan kebaikan yang belum kunjung memperlihatkan hasil hingga lelah dan emosi lebih baik menikmati prosesnya dibarengi dengan saling melengkapi pasangan. Sadarilah, mungkin kamu akan bertemu dengan kekurangannya yang ternyata adalah kelebihanmu dan kelebihannya adalah kekuranganmu. Tak ada yang tak ingin kebaikan namun tak ada juga manusia sempurna. Hargai proses dan nikmatilah bersama.
Jadilah kamu sebagai pakaian pasanganmu. Saling merangkul dengan penuh kasih sayang, cinta, kehangatan, kedamaian, dan kebahagiaan. Selayaknya pakaian yang selalu menempel pada tubuh kita begitu pula pasangan yang selalu dekat, lekat dan membuat hangat.
Semoga sakinah mawaddah wa rahmah selalu menyertai dalam rumah tanggamu.
1 note · View note
Text
Jejak Digital: Kisah Kesuksesan Digital Agency di Indonesia
Tumblr media
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kebutuhan akan kehadiran digital, Digital Agency di Indonesia telah menorehkan jejak kesuksesan yang menginspirasi. Mereka tidak hanya menjadi pelaku utama dalam perubahan cara kita berinteraksi dengan dunia digital, tetapi juga pemimpin dalam membantu bisnis dan merek meraih kesuksesan online.
Kisah sukses Digital Agency di Indonesia dimulai dari kepiawaian mereka dalam memahami dinamika pasar lokal. Mereka bukan hanya mengadopsi tren global, tetapi juga mengakar dalam budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Dengan memahami konteks lokal, mereka mampu menciptakan kampanye yang relevan dan efektif untuk pasar domestik.
Salah satu kunci kesuksesan Digital Agency di Indonesia adalah keahlian mereka dalam menggabungkan kreativitas dan teknologi. Mereka tidak hanya menyajikan ide-ide yang inovatif, tetapi juga menerapkan solusi teknologi yang memungkinkan pelaksanaan ide-ide tersebut. Hasilnya adalah kampanye-kampanye yang tidak hanya mengesankan dari segi kreativitas, tetapi juga efektif dalam mencapai tujuan bisnis.
Jejak digital Digital Agency ini juga tercermin dalam portofolio mereka yang beragam. Mereka tidak hanya melayani bisnis besar, tetapi juga membantu pelaku usaha kecil dan menengah untuk bersaing secara online. Dalam perjalanan kesuksesan mereka, Digital Agency telah membantu berbagai jenis bisnis untuk tumbuh dan berkembang di ranah digital.
Kemampuan adaptasi Digital Agency di Indonesia juga patut dicontoh. Dengan cepatnya perubahan tren dan teknologi, mereka terus mengikuti perkembangan terkini dan mengintegrasikan hal-hal baru ke dalam strategi mereka. Inovasi menjadi kunci kesuksesan, dan mereka terus menggali potensi baru untuk tetap menjadi pelopor dalam industri digital.
Jejak kesuksesan Digital Agency di Indonesia juga tercermin dalam pengakuan dari berbagai penghargaan dan testimonial klien. Mereka bukan hanya berhasil mencapai tujuan bisnis klien, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang yang didasarkan pada kepercayaan dan hasil yang konsisten. Dalam lingkungan yang kompetitif, keberhasilan ini menjadi bukti kualitas dan profesionalisme Digital Agency.
Dengan demikian, kisah sukses Digital Agency di Indonesia tidak hanya tentang angka-angka dan metrik keberhasilan semata, tetapi juga tentang dampak positif yang mereka ciptakan bagi bisnis dan ekosistem digital di Indonesia. Melalui kreativitas, teknologi, dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan, Digital Agency telah membuktikan bahwa jejak digital mereka bukan hanya perjalanan, tetapi juga inspirasi bagi industri dan bisnis di Indonesia.
0 notes
sarasastra · 1 year
Text
Utamakan Akar daripada Cabang
Sebetulnya sebelum kita memutuskan untuk nikah sama seseorang; PASTIKAN sejak awal udah dibahas hal-hal fundamentalnya.
Apa aja hal fundamentalnya?
1. Visi dan misi
2. Tujuan nikah
3. Rencana masa depan setelah menikah (saat berumah tangga)
4. Pengelolaan keuangan di rumah tangga
5. Perihal anak/keturunan (dari aspek pengasuhannya sampai pendidikannya)
Bahas hal-hal fundamentalnya dulu. Baru ke yang lain. Soal karakter, fisik (meski ini gerbang pertama ketertarikan), kebiasaan itu bisa menyesuaikan/adaptasi setelahnya. Asalkan yang paling dasar udah aman, insya Allah kedepannya Allah mudahkan/lancarkan.
Value kita sama ga? Patokan beramal/guide kita sama ga? Arah/tujuan pernikahan kita sama ngga? Rencana kedepannya align ngga satu sama lain?..
Karena (kalau disimak) kebanyakan orang memutuskan buat menikah itu karena; karakternya cocok, udah nyobain beberapa tahun/kenal 'daily life experience' dan ternyata bisa saling paham/adaptasi satu sama lain (contoh: dari hubungan pacaran).
Tapi ketika udah bahas hal yang mendasar, mengakar dan bener-bener fundamental eh ternyata ngga sama. Ngga sesuai, ngga sejalan. Beda haluan~ tapi terlanjur nikah, bahas yang dasarnya malah belakangan; ga jadi prioritas. Jadi ajaa :") struggling~ kebanyakan akhirnya selesai dengan cerai.
Tangerang, 30 Mei 2023
119 notes · View notes
dshlevensverhaal · 6 months
Text
Ada hal misterius yang terjadi juga di tahun ini.
Dulu, ketika di Indonesia, saya teh punya guling dan gabisa tidur dengan mudah tanpa guling. Ga nyenyak aja pokoknya.
Awal2 dtg ke Swiss, ga punya guling, adanya selimut dan bantal saja yg disediakan apart ini.
Seiring berjalannya waktu, terbiasa.
Kalo ditanya sekarang tidur bisa tanpa guling? Bisa, justru ga tenang kalo ga ada selimut ((dan kaos kaki)), kayak sekujur tubuh terpampang nyata gitu. Kaos kaki menghilangkan imajinasi seakan2 kaki gadipakein apa2 mudah digelitikin 'hantu' gt tengah malem. Semriwing.
Intinya, mesti ada selimut dan atau kaos kaki baru tenang.
Lucu ya, emg kita tuh terpaksa karena keadaan, terus adaptasi, lama2 jadi bentuk kebiasaan baru. Keren jg kita ya, bisa agile gitu.
0 notes
saudarimu · 5 years
Text
Banyak belum tentu benar, sedikit belum tentu salah
Note : Ide tulisan ini terlahir dari buah pikiran teman-teman EKSPRESI
Tanpa disadari kita memiliki kebiasaan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain di lingkungan sosial kita. Perbandingan semacam itulah disebut sebagai perbandingan sosial.
Mengutip definisi dari Myers, perbandingan sosial merupakan suatu adaptasi sosial kognitif yang dilakukan seseorang dengan cara membandingkan diri dengan orang lain. Diri kita memiliki kebutuhan untuk menilai diri sendiri. Dan dari kebutuhan inilah terjadi proses perilaku saling memengaruhi dan saling bersaing dalam interaksi sosial. Kebutuhan kita untuk menilai diri ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Pada umumnya, kita cenderung membandingkan diri dengan orang lain dalam dua hal, yaitu pada pendapat dan kemampuan. Dengan cara membandingkan pendapat serta kemampuan kita dan orang lain itulah kita dapat mengetahui kebenaran dari perilaku kita dan nilai dari kemampuan kita secara akurat. Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa kita juga terkadang membandingkan emosi, keyakinan, tata cara, kesehatan, kepuasan hidup, kekayaan, dan berbagai hal lain yang ada pada diri kita dengan yang ada pada diri orang lain.
Contoh kasus perbandingan sosial sederhana yang mungkin pernah terjadi di sekitar kita, misal kita adalah mahasiswa baru yang belum tahu tata cara berpakaian yang sesuai dengan aturan kampus. Maka dari itu, kita membandingkan diri kita dengan pakaian umum yang dikenakan kakak senior dan menganggap kalau pakaian seperti itu adalah pakaian standar untuk dikenakan ke kampus.
Kerap kita melakukan perbandingan sosial ketika kita merasa tidak pasti dengan kemampuan dan pendapat kita. Lalu secara otomatis kita akan mengevaluasi diri melalui membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang kita anggap sama, lebih baik, atau di bawah kita. Dengan kata lain, kita melakukan perbandingan sosial ketika tidak ada standar kebenaran dari perilaku yang dapat kita gunakan. Kemudian kita akan menggunakan pendapat atau kemampuan orang lain sebagai ukuran kebenaran dari perilaku kita.
Nah, kecenderungan perbandingan sosial itu kemudian memunculkan sikap dalam diri untuk mengikuti perilaku yang sebagian besar dilakukan oleh orang lain. Tanpa ingin mencari tahu alasan mendasar dari mengapa kita harus melakukan perilaku tersebut. Toh perilaku itu dilakukan oleh orang-orang juga dan menjadi standar kebenaran kita.
Tahukah kamu bahwa Islam telah menetapkan standar kebenaran dari perilaku kita. Kita ummat Islam tentu yakin dengan hari pembalasan dari perilaku baik dan perilaku buruk yang kita lakukan selama di dunia. Jika kita melakukan kebaikan maka akan menerima pahala, sebaliknya jika melakukan kejahatan maka akan mendapatkan siksa.
Islam telah menetapkan standar dari ihsanul amal atau perilaku terbaik yang akan diterima oleh Allah. Namun, Allah hanya akan menerima perilaku yang kita lakukan jika memenuhi dua rukun.
Pertama, perilaku itu harus didasari oleh keikhlasan dan niat murni untuk mengharap keridhaan Allah. Sebagaimana Rasululah bersabda, “sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Berdasarkan hadits tersebut, maka penentu diterima atau tidak amal kita oleh Allah sangat bergantung pada niat kita.
Kedua, perilaku itu harus sesuai dengan sunnah Rasul, atau aturan dari Rasul, atau hukum syara. Rasulullah berkata, “barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak.” (HR. Muslim)
Terkait dengan dua syarat tersebut telah diterangkan juga melakui firman Allah dalam terjemahan Al-quran surah An-Nisa ayat 125, “dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan.” Dikutip dari sebuah laman yang membahas tentang ahsanul amal, yang dimaksud dengan menyerahkan diri kepada Allah pada ayat tersebut adalah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. Sedangkan yang yang dimaksud dengan mengerjakan kebaikan itu adalah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika kita ummat muslim menstandarkan kebenaran dari setiap amal perbuatan kita dengan standar perilaku terbaik dalam Islam. Bukan sekadar membandingkan diri dengan perilaku sebagian besar orang di sekitar kita dan menganggap perilaku tersebut sebagai standar keharusan. Kita harus selalu mencari hujjah dari setiap perilaku bukan?
Misal, seperti tata cara berpakaian tadi. Meskipun pakaian tersebut dipakai oleh sebagian besar orang, apakah pakaian tersebut kita gunakan dengan niat karena Allah atau karena ingin diterima oleh orang lain? Apakah pakaian tersebut sudah sesuai dengan aturan Islam? Bila kita ingin melakukan suatu aktivitas, apakah aktivitas itu ikhlas dilakukan karena Allah dan tidak melanggar hukum syara, atau sekadar dilakukan untuk mendapatkan pengakuan dari manusia? Tentu saja kita ingin mengenakan pakaian yang telah ditetapkan oleh aturan Allah dengan niat ikhlas karena Allah. InsyaAllah, setiap perilaku yang dikerjakan karena Allah pasti membuahkan pahala.
Tetap semangat untuk menjadi lebih baik :)
Sudarimu, Delila
Ditulis di Gowa tanggal 20 Februari 2019
0 notes
dandimariyogiraldo · 8 months
Text
Memahami Keterampilan Menulis Denny JA: Penulis Profesional Indonesia
Menulis adalah salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan kita seharihari. Dalam dunia literasi, ada banyak penulis yang mampu menginspirasi pembaca dengan karyakarya mereka. Salah satu penulis yang patut diperhatikan adalah Denny JA, seorang penulis profesional Indonesia yang telah menorehkan banyak prestasi dalam dunia tulismenulis. Denny ja, atau lengkapnya Denny Januar Ali, adalah seorang penulis ternama yang telah menulis banyak Puisi Esai dan artikel yang sangat terkenal. Lahir pada tanggal 19 Januari 1958 di Jakarta, Denny JA telah menunjukkan bakatnya dalam menulis sejak usia muda. Ia dikenal sebagai salah satu penulis yang memiliki gaya tulisan yang unik dan mampu menyampaikan pesan dengan jelas dan tajam. Salah satu karya terkenal Denny ja adalah Puisi Esainya yang berjudul "Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh". Puisi Esai ini memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana membaca bahasa tubuh seseorang dan mengetahui apa yang sebenarnya dipikirkannya. Dalam Puisi Esai ini, Denny JA menggunakan gaya penulisan yang sederhana namun sangat efektif dalam menyampaikan informasi kepada pembaca. Selain itu, Denny JA juga dikenal sebagai penulis yang aktif dalam menulis artikel di berbagai media massa. Artikelartikelnya selalu menarik perhatian pembaca karena gaya penulisannya yang lugas namun kaya akan makna. Tulisantulisannya sering kali memberikan sudut pandang yang segar dan pemikiran yang mendalam tentang berbagai topik yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat. Keterampilan menulis Denny JA tidak hanya terbatas pada bentuk tulisan konvensional seperti Puisi Esai dan artikel, tetapi juga di dunia digital. Ia sering memanfaatkan media sosial dan blog pribadinya untuk berbagi pemikiran dan gagasannya kepada khalayak. Denny JA memahami betul pentingnya adaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan mampu mengaplikasikan keterampilan menulisnya dengan baik di dunia maya. Apa rahasia kesuksesan Denny JA dalam menulis? Salah satunya adalah ketekunan dan kegigihan. Denny JA selalu berusaha untuk terus mengasah keterampilan menulisnya melalui latihan dan pembelajaran yang berkelanjutan. Ia tidak pernah puas dengan pencapaian yang telah diraihnya, dan selalu ingin menjadi lebih baik lagi. Selain itu, Denny JA juga sering melakukan riset dan pengamatan mendalam sebelum menulis sebuah karya. Ia memahami betul pentingnya memiliki informasi yang akurat dan terpercaya sebelum menyampaikan sebuah pesan kepada pembaca. Keterampilan riset dan analisis yang dimiliki Denny JA merupakan salah satu faktor penting dalam menjadikannya sebagai penulis yang handal. Bagi mereka yang ingin mengembangkan keterampilan menulis, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari Denny JA. Pertama, penting untuk selalu membaca dan belajar dari penulispenulis terbaik. Dengan membaca karyakarya mereka, Anda dapat memperluas wawasan dan memperkaya kosakata serta gaya penulisan Anda sendiri. Kedua, latihan menulis secara teratur. Seperti halnya keterampilan lainnya, menulis juga membutuhkan latihan yang konsisten agar menjadi semakin baik. Jadikan menulis sebagai kebiasaan seharihari dan Anda akan melihat peningkatan pesat dalam keterampilan menulis Anda. Terakhir, jangan takut untuk bereksperimen dengan gaya penulisan Anda sendiri. Setiap penulis memiliki gaya penulisan yang unik, dan hal ini bisa menjadi ciri khas yang membedakan Anda dengan penulis lainnya. Jangan takut untuk berani mencoba halhal baru dan mengeksplorasi kreativitas Anda dalam menulis. Denny JA adalah contoh nyata bahwa keterampilan menulis dapat dikembangkan dengan tekad dan kerja keras.
Cek Selengkapnya: Memahami Keterampilan Menulis Denny JA: Penulis Profesional Indonesia
0 notes
darenswriting · 9 months
Text
Pertama
Lelaki itu, lagi dan lagi, bertanya pada pantulan bayang dirinya dalam pantulan kaca. Pikirannya mengambang, fisiknya disini, fisiknya ada untuknya, pun untuk seorang yang belakangan mendedikasikan waktunya, sekedar untuk mengucap kata manis yang jauh sebelum ini, tidak diketahuinya kalau ia perlu untuk mendengar untaian kata manis yang sederhana.
"it is so much nice to have you beside me, mas..", ucap Ganesha pelan, takut mengganggu tidur pulas si tuan dalam dekapan.
Walau begitu, dirinya terus saja merenung. Ia dan pikirannya bergulat, hatinya berkata kalau dia tidak terlalu pantas. Padahal, si tuan yang meyakinkan bahwa ia pantas, ada tepat di sebelahnya. Si tuan yang sudah berjanji akan ada untuknya, ada untuk selalu menggenggam tangannya saat ia ragu, saat ia perlu, saat ia takut. Ganesha mengerti dengan sangat, ia hanya sedang dihampiri beberapa pikiran yang tak perlu.
Nafasnya terdengar berat, dia tidak kalah dengan pikiran tak perlu itu, aslinya, dia sangat senang. Dia begitu senang, sampai rasanya yang dia perlukan di dunia ini hanyalah si objek indah yang tidak pernah bosan Ganesha nikmati melalui retinanya.
Tanpa sadar, seutas senyum muncul, membentuk sabit tipis bak bulan baru, hanya dengan pemandangan sehari-hari yang selalu ia lihat seperti sekarang saja, sudah sangat cukup membuat hatinya penuh. Senyum yang semakin tampak indah (kalau saja kekasihnya itu masih terjaga sekarang, Ganesha yakin, itu yang akan diucap), hanya karna kilas balik percakapan ringan keduanya setelah menjalani hari yang panjang.
“Cha, mas dapet apresiasi kamu aja udah seneng kok.”
“Mas will always hold your hand, cha ga sendiri.”
“Kalau kamu seneng, aku jauh lebih seneng ayang.”
“Kamu tuh, kaya adiksi tau ay?”
Semakin larut, semakin tenang gundahnya, tidak perlu dengan cara yang bermacam-macam. Hanya perlu sadar bahwa semua akan selalu pantas, semua akan selalu saling, serta semua akan selalu bisa ia jalani, beriringan dengan langkah si tuan yang berhasil membuatnya merasa jatuh cinta setiap hari tanpa berhenti.
Kepalan tangannya mendarat menyentil pelipisnya sendiri, “bodoh banget ya echa, lain kali, kalau malem ya tidur, bukan mikirin yang ga seharusnya di pikir.”
Sambil terkekeh, tangannya bergerak menata dengan rapi letak selimut yang menghalau angin dingin agar tidak mengganggu tidur keduanya. Sejenak, pergerakannya terhenti, ditatapnya wajah yang entah sejak kapan, ia nobatkan sebagai pemandangan paling indah abad ini.
“Mas Juye..,”
suaranya mengalun lembut tak jauh dari telinga Arjuye yang sudah terlelap, “cha beruntung banget, punya mas di hidup cha. Cha selalu mau lakuin hal apapun, selama ada mas sama cha”.
Dibelainya pelan surai legam yang, tiap senggang selalu ia acak-acak tanpa tujuan, “makasih mas, udah pilih cha buat jadi orang beruntung buat rasain sayang dan perhatian dari mas.”
“kalau nanti, di depan cerita kita, ada kerikil, entah yang cha bawa, entah yang mas bawa, entah yang orang lain lempar buat kita,” Ganesha mengambil jeda sebentar untuk menautkan jarinya pada jemari Arjuye, “kita lawan sama-sama, ok? Kita hadapin, kita urus kerikilnya, kita buang, sampe bersih. Cha sama mas. Kita sama-sama jalanin semua, ya?”
Dengan kepala tertunduk, Ganesha berbisik lirih tepat di sebelah telinga si tuan,
“sama kaya yang mas minta, cha juga mau, mas jangan cari nyaman lain. Cha belum sempurna, cha ga bakal pernah sempurna. Tapi cha mau coba, buat jadi cha versi lebih baik lagi, untuk diri cha sendiri, juga buat mas. Bakal ada omongan cha yang bikin mas kurang nyaman, mungkin juga bakal ada kebiasaan mas yang perlu cha adaptasi pelan-pelan. Tapi mas, tetep tunggu cha, tetep sama cha ya?”
Dikecupnya kening Arjuye, begitu perlahan, layaknya mengecup bongkah berlian dari kastil tua, “Mamas itu segalanya buat cha...
Aku sayang kamu, benar-benar sayang kamu”
Tumblr media Tumblr media
0 notes