bantennewscoid-blog · 8 months ago
Text
Enam Pendaki Gunung Asal Lebak Tersambar Petir, Satu Tewas
LEBAK – Enam pemuda asal Kabupaten Lebak dan Pandeglang dilaporkan tersambar petir saat mendaki Gunung Cikuray, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Sabtu 24 Februari 2024, satu diantaranya meninggal dunia. Menurut informasi, keenam pemuda tersebut bernama MA (25), MN (20), A (21) warga Kecamatan Malingping, SM (23) warga Kecamatan Cigemblong, MA (20) warga Kecamatan Wanasalam…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ema-trie-wigiyanti · 3 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
(Gunung Cikuray via Tapak Geurot, Garut; 27 Juli 2024)
Salah satu gunung yang buat saya penasaran karena katanya medannya mantap kalau dibandingkan gunung di seberangnya, Papandayan. Jelas mantap, ternyata. Cukup bikin ngos-ngosan walaupun tanpa keril.
1 note · View note
ruangberdikari · 4 months ago
Text
terima kasih cikuray, di kesempatan kedua aku bertandang ke rumahmu diberikan kesempatan menjadi leader dan mampu membina teman-temanku dengan baik, terima kasih juga untuk navigator kami yang saat itu memandu perjalanan dengan sangat baik hingga kami dapat pergi dan pulang dengan selamat, terima kasih juga untuk sweeper kami yang karena jasa nya sebagai penjaga di barisan paling belakang untuk tetap memantau kondisi tim, perjalanan ini sangat berharga dan dikenang melalui perbincangan kami barusan, aku senang karena tuhan memberikan kesempatan untuk melatih diriku lagi di gunung ini, melatih emosi dan melatih diri untuk menghadapi segala situasi yang tak dapat di prediksi, aku senang cikuray menerima kami dengan baik meski awal perjalanan kau banyak menguji kami, tetapi karena kuasa tuhan kau melunak dan melancarkan perjalanan kami untuk pulang ke rumah, sampai jumpa lagi... semoga tuhan dan kamu menerima kami, jika memang takdir mempertemukan kita kembali.
0 notes
winsortoto4d · 7 months ago
Text
Gunung Manglayang serta Cerita Kuda Terbang dari Cirebon
Tumblr media
Untuk kalian masyarakat Bandung di bagian timur tentu telah tidak asing lagi dengan nama Gunung Manglayang. Gunung ini posisinya tidak jauh dari kampus Universitas Muhammadiyah Bandung( UM Bandung). Apalagi dari lobi kampus yang baru berdiri 6 tahun ini, Gunung Manglayang nampak jelas.
Mengutip Wikipedia, Gunung Manglayang ialah suatu gunung bertipe Stratovolcano yang terletak di antara Kota Bandung serta Kabupaten Sumedang. Gunung ini mempunyai ketinggian dekat 1818 mdpl.
Pemandangannya lumayan indah, hijau, serta asri. Tetapi sebab relatif tidak sangat besar, gunung ini kurang diketahui oleh pendaki- pendaki gunung pada biasanya. Walaupun begitu, banyak di antara mahasiswa ataupun pelajar yang kemah ataupun semata- mata jalan- jalan ke gunung ini.
Dalam deretan gunung- gunung Burangrang– Tangkuban Parahu– Bukit Tunggul– Gunung Manglayang, Gunung Manglayang jadi gunung yang terindah dari rangkaian keempat gunung tersebut.
Bisa jadi seperti itu sebabnya di golongan para penggiat alam leluasa, gunung ini pernah terlupakan terkecuali para penggiat alam leluasa dari Bandung serta sekitarnya. Meski begitu, Gunung Manglayang senantiasa menawarkan pesona alamnya tertentu.
Kuda terbang dari Cirebon
Nama Manglayang di ambil dari kata“ layang” yang berarti terbang. Perihal ini diperkuat dengan kehadiran seekor kuda terbang yang bernama semprani. Konon katanya kuda ini terbang dari Cirebon ke Banten. Pada dikala terbang, kuda ini tersungkur jatuh di permukaan bawah lereng Gunung Manglayang.
Baca Pula:
UM Cirebon Mulai Berbenah Jelang Musywil Muhammadiyah Jabar
Asal- usul terdapatnya Batu Kuda di Gunung Manglayang ini sebab cerita kuda terbang yang tersungkur sampai terlilit oleh semak belukar. Oleh sebab itu, kuda tersebut tidak dapat melepaskan diri selama- selamanya sehingga kesimpulannya jadi batu.
Batu Kuda yang terletak di kawasan Gunung Manglayang ini posisinya terdapat di jalan pendakian yang saat ini diberi naman Jalan Batu Kuda.
Gunung ini mempunyai lumayan banyak jalan pendakian, antara lain lewat Bumi Perkemahan ataupun Wanawisata Web Batu Kuda( Kabupaten Bandung), Palintang( Ujungberung– Kota Bandung), serta Barubereum.
Jalan Barubereum
Jalan Barubereum bisa dicapai lewat wilayah Jatinangor. Di situ pendaki bisa mengarah arah Unpad, kemudian mengambil arah Bumi Perkemahan Kiarapayung, tetapi terus lagi sampai hingga di desa Barubereum.
Dikala datang di Barubereum terdapat deretan warung makan serta buat jalan pendakian sendiri menjajaki jalan berbatu ke kiri, sebaliknya ke kanan yang melewati barisan warung merupakan jalan mengarah tempat perkemahan.
Jalan ini dimulai dengan melewati aliran sungai kecil, setelah itu dilanjutkan dengan kebun jeruk nipis penduduk. Dari dini pendakian hingga puncak, jalan ini terbilang terjal serta tidak sering menemui jalur datar.
Jalan pendakian gunung ini tidak dilengkapi dengan pos/ shelter sebab jarak serta waktu tempuh yang lumayan pendek, ialah cuma 2 jam jalur wajar. Buat posisi membangun tenda cuma dapat dicoba di Puncak Bayangan serta Puncak Manglayang.
Jalan yang jelas ini hendak berpisah di persimpangan, trek vertikal ke kiri merupakan arah mengarah Puncak Bayangan serta trek landai ke kanan merupakan mengarah Puncak Manglayang.
Buat membangun tenda sangat direkomendasikan di Puncak Bayangan, walaupun tempatnya tidak luas, cuma berkapasitas 4 sampai 5 tenda saja. Tetapi, pemandangannya sangat terbuka, seragam semacam terletak di Puncak Gunung Cikuray.
Titik air di gunung ini cuma terdapat di sungai kecil dikala dini pendakian, selebihnya tidak ditemui sumber air. Selama jalan hutan tropis tidak begitu rimbun jadi santapan yang lumayan melindungi pendaki dari panasnya cahaya matahari.
Terdapat pula yang merekomendasikan pendakian pada malam hari. Sebabnya tidak hanya tidak panas kita pula dimudahkan dengan tidak memandang langsung terjalnya jalan pendakian.
Turun dari gunung ini pula tidak dapat dibilang gampang sebab jalan yang kecil serta licin sangat memperlambat mobilitas.
Satu perihal yang berarti dari gunung ini merupakan kala malam hari yang terang, sebab tidak begitu besar, lampu- lampu kota Bandung nampak begitu jelas dari Puncak Bayangan. Sedangkan di Puncak Manglayang tidak bisa memandang apa juga tidak hanya rimbunnya hutan serta 1 kuburan.
Ada pula buat jalan pendakian lewat Batu Kuda dapat ditempuh dalam jarak 1, 5 jam. Pendakian dicoba dengan jalur santai serta rehat sejenak buat mengambil nafas serta minum sebagian teguk air. Jalan pendakian lewat Baru Kuda masih lebih bersahabat dibanding dengan jalan pendakian lewat Barubeureum.
Naik ke gunung mana juga, jangan sempat lupakan persiapan serta perbekalan supaya dikala di puncak gunung, para pendaki tidak hadapi kekurangan apa juga. Jangan sempat terpisah dari rombongan jika kalian baru awal kali naik gunung ya. Itu bahaya.
0 notes
koran-tribun-jabar-video · 8 months ago
Video
youtube
PENDAKI GUNUNG CIKURAY TERSAMBAR PETIR, 1 dari 6 Pendaki Asal Banten Men...
0 notes
lucylernt · 9 months ago
Text
Pertama Kali Mendaki Gunung!
Tanggal 7 dan 8 Februari 2024 kemarin, aku pergi mendaki gunung Papandayan bersama rekan kerja. Ini merupakan pertama kalinya bagiku, aku sangat excited sekaligus khawatir, "bisa gak ya?"
Kami sampai di cottage tempat kami menginap kira-kira pukul 8 malam. Aku dan teman-teman perempuan langsung ke kamar dan bergantian menggunakan kamar mandi untuk membersihkan diri. Seusai itu, kami kumpul bersama teman-teman yang lain. Di sini terjadi sesuatu yang menyebalkan padaku, gelas berisi air teh panas yang baru matang dari panci yang hendak aku bawa ke meja tiba-tiba meleyot dan air mendidih itu langsung mengaliri tanganku! Wah sangat panas, kulitku seperti sobek. (Tentang kulit melepuh ini akan aku tulis di unggahan berikutnya, ya!)
Pagi-pagi sekitar pukul 3:45, kami sudah bangun dan bersiap untuk melihat matahari terbit. Kami sampai di tempat matahari terbit kira-kira jam 5. DINGIN SEKALI. Tapi tidak sedingin ekspektasiku sih. Hanya saja waktu itu aku masih mengantuk, jadinya lemas, malas bergerak, jadi semakin dingin. Mataharinya sangat indah, seperti gambar pegunungan yang biasa aku gambar sewaktu SD.
Seusai melihat keindahan terbitnya matahari dari balik gunung Cikurai, kami kembali ke cottage untuk sarapan, laluuuu mulai mendaki Gunung Papandayan. Tujuan kami adalah Pos 10, Hutan Mati. Awalnya aku merasa,"oh enak ya, jalannya sudah diatur, dibuat rapi bebatuannya." Karena bayanganku, jalannya itu di tengah hutan. Tapi... lama-lama terasa lelahnya. Perjalanan ke Pos 10 sebenarnya hanya 2 KM, tapi karena jalannya mendaki, jadi terasa sangat melelahkan. Berkali-kali aku berhenti untuk berisitirahat sambil mengabadikan beberapa foto.
Jalan menuju Hutan Mati rasanya bagai pendakian tanpa ujung! Tapi akhirnya kami bisa sampai ke Hutan Mati, dan di sana saat melihat ke sekeliling, aku sadar bahwa kami telah mendaki cukup jauh. Luar biasa! Pemandangan dan udara di Hutan Mati juga setimpal dengan pendakian kami ini. SANGAT INDAH. SANGAT SEJUK. Napasku terasa sangat enak. Udara yang aku hirup seperti melegakan rongga-rongga pernapasanku. Aku senang tidak menyerah dan tidak berhenti mendaki. Setelah mengambil beberapa gambar di sana, kami pun kembali turun. Di situ aku menyadari, untuk mencapai puncak memang perlu perjuangan dan pendakian yang luar biasa. Namun untuk turun dari puncak itu sangat mudah, rasanya seperti mengedipkan kedua mata.
Seperti hidup ini, untuk mencapai puncak atau mimpiku, perjalanannya sulit. Butuh usaha yang luar biasa. Ketika sampai di puncak itu sangat indah, membuatku merasa puas. Mempertahankan diri untuk terus berada di puncak adalah PR selanjutnya. Sementara itu, untuk kembali turun sangat mudah. Ingin turun lewat jalur yang sama saat naik, atau.... terjun langsung ke dasar (lalu jadi mayat.)
Aku punya mimpi dan cita-cita. Saat ini aku sedang memperjuangkannya, dan bertanya-tanya, "bisa gak ya?" Pendakian ini membuatku merefleksikan perjalanan hidup selama ini. Berkorban dan mengerahkan seluruh jiwa dan raga itu penting untuk mendaki. Tapi jangan lupa untuk istirahat, ambil napas, kumpulkan ulang seluruh tenaga. Tidak apa-apa berhenti berkali-kali, tidak apa-apa waktu perjalananku lebih panjang dari yang lain. Rasa iri melihat pendaki lain menyalipku pasti ada. Itu manusiawi, kan? Semua perasaan itu valid kok. Semua perasaanku itu membangun dan membentuk diriku hingga saat ini. Tapi aku juga harus kembali menyadarkan diri, waktu orang itu berbeda-beda, perjalanan hidup orang berbeda-beda. Belajar lah untuk menerima. Paling penting adalah aku menikmati proses pendakian ini, aku semakin mengenal diriku, mengenal debaran jantungku di kala dia lelah, saling bertegur sapa dan berbagi cerita dengan sesama pendaki lain.
Hidup juga bukan tentang harus sampai ke puncak yang awalnya aku mau. Puncakku bisa berubah-ubah. Kalau mendaki gunung ada pos-posnya, misalnya Pos 1 sampai Pos 10 yang tertinggi. Awalnya cita-citaku itu sampai Pos 10, tapi ternyata saat liat Pos 7, aku berpikir "ah cukup deh sampai di sini saja." Pikiran itu muncul karena berbagai situasi. Mungkin raga yang tak lagi sanggup, atau ada hal baru lain yang aku inginkan. dan semua itu... TIDAK APA-APA. Puncakku bisa jadi berbeda dengan puncak yang masyarakat pikirkan. Puncakku Pos 7, puncak mereka Pos 10, ya whatever. Toh ini kan hidupku, bukan hidup mereka. I'm writing my own story. I don't let anyone else hold the pen.
Dunia ini memang terus berjalan. Dunia ini bukan pabrik pengabul permohonan. Tapi dunia ini juga enggak kayak Temple Run yang harus membuatku terus berlari.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
turisiancom · 1 year ago
Text
TURISIAN.com - Ngomong-ngomong, Garut emang gak pernah kehabisan tempat wisata seru deh. Nah, kali ini Sobat Turisian  mau bahas tempat wisata yang keren banget, namanya Agrowisata Eptilu. Lokasinya tuh di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, sekitar 25 kilometer dari pusat kota Garut. Kalau mau kesana, rutenya gampang banget. Dari Kota Garut, lewat Bayongbong, Cisurupan, sampe deh di Cikajang. Perjalanan naik motor sekitar 1 jam lah. Pas udah nyampe, udaranya langsung seger banget karena Agrowisata Eptilu ini berada di kaki Gunung Cikuray. BACA JUGA: Liburan Lengkap di Wisata Garut, Dari Gunung, Sungai Hingga Pantai Tempat wisata ini luas banget, sekitar 5 hektare loh. Dan yang bikin beda dari tempat ini adalah kita bisa merasakan pengalaman liburan sambil ikut bertani. Bisa deh belajar banyak ilmu pertanian dari mereka yang ada disana. Kita juga bisa petik berbagai macam tanaman. Seperti di kebun sendiri, tapi ya ada biayanya sih. Tapi percayalah, pengalaman yang didapetin sebanding banget dengan biayanya. Selain itu, kita juga bakal diajak jalan-jalan ke lokasi produksi hasil pertanian di Agrowisata Eptilu ini. Mereka punya konsep smart farming gitu, jadi kita bisa wisata sambil belajar. Asik kan? BACA JUGA: Desa Wisata Sindangkasih Garut Tawarkan Beragam Aktivitas Wisata yang Asyik Oh iya, jangan sampe lupa cobain menu andalan mereka, nasi liwet. Rasanya beda banget kalau makan disini, seru banget lah suasana makan bareng-bareng di tempat kayak gini, jauh beda sama makan di restoran biasa. Jadi, buat kamu yang pengen liburan seru sambil dapetin pengalaman bertani keren, mampir deh ke Agrowisata Eptilu di Garut. Pasti bakal seru dan bikin kenangan yang gak akan terlupakan. Tempat Kuliner Oiya, setelah puas berwisata dan belajar bertani, kamu bisa langsung meluncur ke tempat makan yang enak-enak di sekitar situ. Warung Nasi Ampera: Nah, kalau kamu suka makanan padang, tempat ini cocok banget buat kamu. Warung Nasi Ampera ini terkenal dengan masakan padangnya yang lezat. Kamu bisa cobain nasi rendang, gulai ayam, dendeng balado, dan masih banyak lagi. Makan disini pasti bikin perut kamu kenyang dan puas! Gubug Makan Mang Engking: Buat kamu yang suka makan seafood, tempat ini wajib banget kamu kunjungin. Gubug Makan Mang Engking terkenal dengan menu andalannya, yaitu kepiting saus padang. Rasanya mantap banget! Selain itu, kamu juga bisa nikmatin suasana makan di gubug-gubug tradisional yang lucu. Bumi Aki Restaurant: Kalau kamu pengen suasana makan yang lebih mewah, Bumi Aki Restaurant bisa jadi pilihan. Mereka menyajikan berbagai macam masakan, mulai dari masakan Indonesia, Chinese, hingga Western. Pokoknya, ada banyak pilihan makanan enak di sini yang bisa kamu nikmati. Kopi Darat: Buat kamu yang suka kopi dan suasana kafe, Kopi Darat bisa jadi tempat yang pas. Mereka punya berbagai macam kopi dengan cita rasa yang khas. Kamu juga bisa pesan makanan ringan atau kue-kue yang enak untuk teman ngopi kamu. Tempatnya cozy banget buat nongkrong sambil ngobrol santai. Jadi, setelah puas berpetualang dan belajar bertani di Agrowisata Eptilu, jangan lupa mampir ke tempat-tempat kuliner di sekitarnya. Pasti bakal menambah kelezatan liburan kamu di Garut! ***
0 notes
khas3rut · 1 year ago
Text
Khas Garut: Keindahan Alam, Kuliner Menarik, dan Suasana Kesundaan yang Memukau
Khas Ti Garut, destinasi yang memikat hati dengan keunikan dan keindahan yang tak terlupakan. Garut, kota eksotis yang terletak di Jawa Barat, menawarkan pengalaman wisata yang luar biasa dengan kekhasannya yang unik. Menjadi tempat yang dijuluki sebagai "Kota Swiss van Java," Garut mempersembahkan keindahan alam yang memukau, kuliner lezat, dan suasana kesundaan yang menenangkan.
Keindahan alam Garut akan memukau mata Anda. Dikelilingi oleh pegunungan hijau nan menakjubkan, Garut menyajikan panorama yang menyejukkan jiwa. Dari puncak menakjubkan Gunung Papandayan hingga air terjun yang menawarkan ketenangan seperti Curug Orok, Anda akan dimanjakan oleh kecantikan alam yang menawan. Jelajahi juga keajaiban Situ Bagendit dengan danau yang memesona atau rasakan pesona Pantai Santolo dengan pasir putih yang memikat hati. Tak lupa, tantang diri Anda dengan pendakian di Gunung Papandayan dan Gunung Cikuray yang menawarkan panorama alam yang mengagumkan.
Kuliner khas Garut adalah surga bagi lidah Anda. Cicipi kelezatan Dodol Garut yang lezat dengan tekstur lembut dan rasa manis yang khas. Jangan lewatkan juga Dorokdok, hidangan yang membangkitkan selera dengan keunikan bumbu Garut yang menggugah selera. Jelajahi juga desa-desa tradisional seperti Kampung Dukuh, di mana Anda dapat merasakan kehangatan dan keramahan penduduk setempat sambil menikmati hidangan khas Garut. Dengan makanan yang lezat dan cita rasa yang khas, kuliner Garut akan memanjakan lidah Anda.
Selain keindahan alam dan kuliner khas, Garut juga menawarkan suasana kesundaan yang menenangkan. Udara sejuk dan atmosfer yang tenang menciptakan lingkungan yang nyaman dan santai bagi para pengunjung. Rasakan ketenangan di tengah hamparan sawah yang hijau atau nikmati kelembutan air terjun yang menyejukkan. Garut mengajak Anda untuk melupakan kepenatan keseharian dan menikmati hidup dengan lebih santai.
Dengan keindahan alam yang memukau, kuliner yang lezat, dan suasana kesundaan yang memikat, Garut adalah destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan. Temukan keajaiban alam, cita rasa kuliner yang unik, dan suasana kesundaan yang menenangkan di Garut. Segera rencanakan perjalanan Anda dan buat kenangan tak terlupakan di kota ini. Garut akan menjadi tempat yang mencuri perhatian Google dan menghadirkan pengalaman tak terlupakan bagi Anda.
1 note · View note
semesta-salasika · 2 years ago
Text
Stocking list 13 Februari 2023 (Shift 2)
Gunung Tilu : 2 (espresso)
Cikuray : 0
Kamojang (filter) : ¼ containe
Gulali (filter): ¼ container
Gunung Tilu Anaerob (filter) : ¼ container
Cimory : 48 pcs
strawberry milk : 3 pcs
ice cream vanilla : 1 box
Oat milk : 6pcs
Soda : 17
SKM : 1
Creamer : 0
vanilla essence : 0
Caramel sauce : 1 botol
Crystalin : 17 botol
Es kopi pertama : 140
cranberries driedfruit : 1 1/4 pack
gula putih : 1 pack
brown sugar : 1 pack
rosemary : 0
black tea : 1/2toples
rosela tea : 2 pack
butterfly pea : 2 pack
Yupi : 1
PASTRY
Butter croissant 2
Double cheese 0
Smoked beef croissant 6
Banana choco hazelnut 1
Choco ganache bicolor 4
Hazelnut crumble 2
Italian pisctahio 0
Pain Au chocolate 5
Double baked almond croissant 3
Espresso brownies 6
THE OG cookies 0
Korean garlic bread 1
Ham & cheese pie 2
Choco ganache milk bread 9
Cheddar cheese milk bread 7
Cinnamon roll w/ cream cheese glaze 1
Brown sugar silky milk pudding 0
0 notes
far2008 · 2 years ago
Text
Pesona Kampung Belanda di Garut, Cuma Ada 12 Rumah dan Wajah Penghuninya Sangat Cantik
Pesona Kampung Belanda di Garut, Cuma Ada 12 Rumah dan Wajah Penghuninya Sangat Cantik
Wisata Kampung Belanda yang berada di desa Lapang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat cocok dijadikan tempat healing. Hal ini karena Kampung Belanda berada di kaki Gunung Cikuray yang memiliki pemandangan alam menakjubkan, selain itu suasananya juga masih asri dan sejuk. Dikutip dari channel YouTube Alman Mulyana yang sedang berlibur di Kampung Belanda Garut. Dalam video vlog nya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
int-us · 3 years ago
Link
Sindoro
0 notes
ujungdestinasi · 4 years ago
Text
Gunung Cikuray GARUT
Garut memiliki julukan Swiss van Java. Pegunungan di Garut sangatlah indah. Saat mendaki Gunung Cikuray tahun 2013 dan 2015 lalu, saya diperlihatkan bentangan kebun teh hijau yang asri. Udara sejuk membuat kita bersemangat untuk mendaki. Meski berbeda tahun, namun suasana pendakian sangatlah menyegarkan pikiran dan membaikkan suasana hati. Ketinggian gunung ini memang yang paling tinggi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
salmanania · 4 years ago
Text
Viral di Medsos, Para Pendaki Panjat Pohon Karena Bertemu Babi Hutan di Gunung Cikuray
Salma Nania Viral di Medsos, Para Pendaki Panjat Pohon Karena Bertemu Babi Hutan di Gunung Cikuray Artikel Baru Nih Artikel Tentang Viral di Medsos, Para Pendaki Panjat Pohon Karena Bertemu Babi Hutan di Gunung Cikuray Pencarian Artikel Tentang Berita Viral di Medsos, Para Pendaki Panjat Pohon Karena Bertemu Babi Hutan di Gunung Cikuray Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Viral di Medsos, Para Pendaki Panjat Pohon Karena Bertemu Babi Hutan di Gunung Cikuray Rombongan pendaki berjumlah 24 orang terkejut dengan satu ekor babi hutan yang tiba-tiba mendatanginya. http://www.unikbaca.com
0 notes
kalimatitik · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Yang kurindukan dari dirimu adalah ketika menikmati senja dengan sentuhan canda tawa, menikmati fajar dengan secangkir rasa percaya diri, dan menikmati indahnya alam & birunya langit dengan irama suka cita.
26-27 Agustus 2017 Gn. Cikuray, 2821 mdpl.
2 notes · View notes
Text
Tumblr media
Setiap orang memiliki tujuan perjalanan yang berbeda, ada yang mengisi kekosongan, ada yang ingin menjelajahi tempat baru, ada juga yang sekedar untuk memenuhi konten sosmed nya, kecuali aku yang terus berjalan entah ke tempat baru ataupun tempat yang sudah pernah dikunjungi bahkan berkali-kali tujuannya masih sama, meredam luka yang masih juga belum sanggup aku sembuhkan.
Kali ini Rimba (si motor kesayanganku yang kreditannya belum lunas) melaju menuju Garut bagian selatan, rencana kami akan bermalam di Buffaloo Hill atau Tegal Munding, lokasi tepatnya di Desa Pamulihan bersebelahan dengan Desa Pangauban Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut. Setelah sehari sebelumnya bermalam dan istirahat di Kecamatan Lewi Goong.
Ada sesak yang tiba-tiba hadir saat memasuki wilayah Cisurupan, ingatanku memaksa mengajak ke memory beberapa perjalanan ke belakang. Otakku memaksa menolak mengingat, perasaan sudah sangat siap menerima semua rasa yang akan hadir. Tapi, begitulah aku. Tidak pernah memberi sedikitpun kesempatan untuk kenangan hadir memporak-porandakan dinding pertahanan hati, lebih baik perang dengan perasaan sendiri, padahal sudah pasti selalu kalah pada akhirnya.
Di jalan kali ini, banyak yang ingin ku selesaikan dan berharap mampu ku redam saat harus kembali menjalani kehidupan dan merawat rumah yang menjadi satu-satunya alasan aku untuk tetap pulang menengok kenangan-kenangan Bapak dan Ibuku selain batu nisan. Aku tidak pernah tahu akhir perjalananku menyembuhkan luka, aku juga tidak tahu seberapa maklum nya Tuhan padaku, tapi yang perlu dan harus terus ku lakukan adalah terus menjadi kuat. Dan proses "jalan" bagiku menjadi bagian terpenting dan wajib dilakukan sebagai bentuk self-healing.
Sampailah kita di pos pendakian Buffalo setelah menempuh perjalanan 1 jam 30 menit dari Lewi Goong. Disini tidak ada SIMAKSI, hanya ada uang parkir per motor 15rb dan bayar uang kebersihan seikhlasnya dilokasi camp.
Setelah sempat ditahan badai dan kabut, akhirnya kami sampai di Buffalo pada pukul 19:25 WIB dengan jarak tempuh 2.38km. Lokasinya perbukitan, sumber air sangat banyak, tidak perlu repot persediaan air dari bawah, disana juga ada 1 warung yang menyediakan kayu bakar, beberapa minuman hangat dan gorengan.
Tenda sudah berdiri, makan malam sudah selesai, kini saatnya aku menikmati segelas kopi dan bercumbu dengan semesta. Sendiri, dihadapan kayu bakar milik si abah warung, segelas kopi yang nyaris tak hangat lagi, jutaan bintang, bulan yang sempurna hadir persis diatas Kerucutnya Gunung Cikurai. Wajah Bapak dan Ibuku nampak jelas, senyum kecewa tersungging diujung bibirnya, tapi kelopak mata mereka memberitahu bahwa ada airmata yang berusaha ditahan agar tak jatuh dihadapanku. Kondisi yang tidak pernah bisa kuhindari dan terus aku nikmati, ini juga menjadi bagian tujuan aku melakukan "jalan", memberi ruang kepada diriku untuk siap diserang secara bringas oleh kenangan dan luka perpisahan. Perasaan semakin berkecamuk, gemuruh didada semakin tidak bisa aku kendalikan, fikirku mungkin ini saat yang tepat untuk membiarkan airmata keluar deras tanpa berniat membendungnya. Tapi kedatangan siabah pemilik warung yang tiba-tiba hadir dihadapanku membuat aku mengurungkan niat dan kembali ku bendung lagi. Ku sodorkan kretekku, abah membakar kretek dan mulai membuka obrolan. Katanya, Abah punya 4 anak, 2 anak sudah menikah dan 2 lagi masih bersekolah. Pandemi membuat ekonomi keluarganya menjadi rumit, belum lagi biaya sekolah yang harus tetap dibayar meskipun sekolah hanya dilakukan secara online, abah dan emak harus memutar otak agar semua tetap terpenuhi meskipun kedua anaknya tidak lagi bekerja dan memenuhi biaya sekolah adiknya. Abah baru satu bulan jualan disini katanya, anak-anak harus tetap sekolah, mereka berhak menerima kehidupan yang lebih layak dari abah dan emak. Abah terdiam sambil menarik kreteknya dalam-dalam di mulutnya sambil menatap langit, sesaat deyus dan riky bergabung dengan kami. Suasana berubah menjadi lebih menyenangkan ketimbang harus melihat abah yang menjadi korban kebijakan pemerintah yang begitu galau dalam mengurus pandemi di Negeri ini.
Bergabung juga bersama kami beberapa remaja di tengah api unggun, sambil mebawa gitar dan bertukar cerita, kami menghabiskan malam dengan sebotol anggur diiringi petikan gitar, teriakan nyanyian lagu-lagu perlawanan milik Iwan Fals memecah kesunyian malam itu. Aku bersyukur, Tuhan bersama semestanya selalu punya cara untuk terus membuat aku menjadi kuat dan melupakan sejenak beban dihidupku.
Garut, 2021.
3 notes · View notes
leonil · 4 years ago
Text
Bab 1 ( Rencana Mendaki )
"Jadi?" Rey menjeda ucapannya. Menyisir rambut ikalnya kebelakang membuat kami bertiga memandang ke arahnya serius. "Kita mau liburan kemana, Bray?" cengirnya tanpa dosa.
Kebiasan. Mungkin hampir tiap satu menit, Rey bisa menyisir rambutnya ke belakang sampai lima kali.
"Gue eneg sumpah, ngeliat tiap menit kebiasan aneh lo. Sawan ya?" ungkap Ahdi ketus. Dia sampai menendang kerikil di jalan ke arah tong sampah di dekat parkiran.
Rey cuma mengangkat bahu cuek seolah tidak mendengar apapun. Lantas menoleh ke arahku, berbisik sesuatu. "Gimana kalau kita ndaki aja, Bonk?"
Matanya berbinar. Aku yang suka mendaki langsung saja mengangguk tanpa ragu. Lagi pula sudah lama tak melihat barisan pepohonan dan bukit yang mengular. Ah, kapan yah, terakhir kali aku menjelajahi alam bebas?
"Kalau mau bisik-bisik ya nggak usah keras begitu, Sapi." Ahdi nyolot, jengah melihat Rey yang pecicilan mirip cacing kepanasan.
Abil yang berjalan di sampingku menahan tawa. Melihat Rey dan Ahdi yang mulai bertengkar kecil, melempar ejekan satu sama lain.
"Nah, gitu ngegas." Rey tersenyum jahil melihat wajah Ahdi yang sudah memerah. Mungkin sebentar lagi, cowok cungkring itu siap meledak namun tepukan Abil sudah dulu menyadarkannya.
"Yang waras ngalah aja, Bray hehe ..." kata Abil sembari tertawa kecil meredam amarah Ahdi. Sesaat Ahdi menghela napas panjang lalu mengangguk.
"Ya udah, jadi kita mau ndaki atau ngecamp?" tanyaku membuka topik baru. Ketiganya menoleh, secepat itu lupa dengan pertengkaran kecil tadi.
Rey mengetuk-ngetukkan telunjuknya di atas dahi. "Ngecamp 'kan udah sering, tahun lalu juga kita ngecamp di Cibodas?" katanya kemudian.
"Kalau ndaki, kayaknya udah hampir dua tahun deh, Bray. Ingat nggak, yang waktu celana Rey melorot pas nanjak ke Cikuray? Mungkin kalau Abil nggak nolongin udah malu parah dia," cerca Ahdi mengungkit pengalaman memalukan yang ingin dilupakan Rey.
"Tuh mulut, bisa nggak. Jangan bahas soal itu terus?" sahut Rey sebal. Bibirnya mengerucut dengan pipi yang sengaja dikembungkan.
Aku menghembuskan napas jengah. "Terus kalau mau ndaki, emang mau ke gunung apa?" tanyaku lagi. Rey dan Ahdi saling pandang, bingung mungkin.
"Ciremai, gimana?" usul Abil.
Mata Ahdi dan Rey membelalak. Sesaat keduanya saling pandang sebelum berteriak heboh. "Gaskeun Bro!"
.
.
.
Benar saja, dua hari setelah rencana dadakan di parkiran itu di buat. Sabtu pagi, kita merealisasikan. Sekitar pukul 05.00, kita berempat sudah berkumpul di rumah Rey.
Terlihat Ahdi dan si tuan rumah masih saja menguap, efek begadang main game semalam. Padahal aku sudah menyarankan untuk tidur lebih awal, tapi namanya anak cowok kadang susah di atur apalagi jika sudah nongkrong bareng teman. Alhasil, kondisi mereka masih lesu dan kurang vit.
"Yakin mau nanjak?" tanyaku. Kurang yakin dengan perjalanan yang belum di mulai ini saat melihat mulut lebar Rey. Bahkan dia tak khawatir jika ada lalat yang bertamu.
Abil meletakkan carrier 40 liternya di atas lantai lantas menyahut, "Kusut gitu kayak tali layangan, gue nggak yakin mereka nyampe puncak."
Sindiran itu berhasil menyadarkan Ahdi dan Rey. Keduanya langsung mengecek perlengkapan lagi sebelum di masukan ke dalam daypack.
"Gue melek nih, nih!" seru Rey membuka matanya lebar-lebar ke arah Abil. Aku yang melihat hal receh itu seketika terbahak.
Pukul 06.00 akhirnya kita memulai perjalanan. Namanya juga manusia, pasti bisa molor lama banget dari waktu janjian awal.
Ngomong-ngomong, kita mendaki via Apuy. Alasannya simpel, jalurnya mudah dan paling cepat menuju puncak. Jam 07.00, tepat saat matahari mulai bersinar terang. Kita sudah sampai di Basecamp Berod.
Sebenarnya ada perubahan pos via Apuy. Selain basecamp, dulu Berod juga pos 1. Namun, entah karena alasan apa, Arban kini jadi pos 1 dan Berod hanya sebagai basecamp lengkap dengan warung-warung tempat singgah.
"Gue kebelet kencing, gimana dong?" teriak Rey mirip anak perawan. Padahal belum ada 20 menit kita meninggalkan Basecamp.
Aku yang bertugas jadi leader seketika mengintruksikan untuk berhenti sejenak. Kasihan juga, kalau sampai Rey ngompol di celana.
Ahdi yang kebagian membawa carrier dan merangkap sebagai sweper cuma geleng-geleng. Kalau bukan teman sediri, mungkin sudah ia angkut terus buang ke jurang tadi.
"Awas aja kalau molor lagi sampai puncak. Lo!" tunjuk Ahdi tepat di muka Rey dengan jari telunjuknya. "Gue jadiin sarung tinju!"
Glek! Rey menelan ludah susah payah. Ancaman Ahdi sampai membuat wajahnya yang putih semakin pucat. Lagi-lagi aku dan Abil terbahak. Lucu sekali melihat wajah Rey yang mati kutu.
Kurang lebih satu jam, akhirnya kita sampai di pos 1 Arban. Di sana kita hanya melepas lelah sejenak lalu kembali melanjutkan perjalanan ke pos 2. Rupanya jalur yang kita lewati begitu menanjak. Semakin tinggi, semakin naik dan banyak sekali akar-akar pohon yang melintang. Apalagi kita mendaki saat musim kemarau, jarang sekali menemukan sumber mata air. Paling di Goa Walet, itu saja setelah pos 5 nanti.
Dari pos 1 sampai pos 2, Tegal Pasang hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Berbeda saat kita menuju pos 3 sampai pos 5, paling cepat satu jam setengah. 
Ahdi mulai kelelahan, apalagi carrier yang ia bawa tidak bisa di bilang ringan. Mengetahui hal itu, akupun memutuskan untuk beristirahat di pos 4, Tegal Jamuju. Tak disangka, perjalanan menuju Tegal Jamuju rupanya lebih sulit. Banyak sekali batu terjal dan akar pohon yang mencuat. Bahkan ada tali yang sengaja dipasang untuk di gunakan pendaki saat musim penghujan, agar tak tergelincir karena licin.
"Lo masih kuat Di? Klo nggak sini carrier-nya biar gue yang bawa," kata Abil. Dia merasa kasihan melihat Ahdi yang bolak-balik berhenti sebentar di belakangnya.
Ahdi tersenyum mendengar ucapan Abil. Walaupun terkesan cuek dan tak peduli. Abil rupanya memerhatikan masing-masing dari kita.
"Gue masih kuat Bil," jawab Ahdi.
"Dia 'kan, otot kawat tulang besi. Ya nggak, Bonk?" sahut Rey yang langsung diberi jitakan gratis oleh Ahdi.
"Aw, sakit Tuyul!" desis Rey. Dia langsung menatap nyalang pada Ahdi. Ahdi yang di tatap pura-pura tak tahu.
"Jangan mulai deh, kita kan lagi istirahat. Simpan aja tuh tenaga buat lanjut jalan nanti, dari pada buat marah nggak jelas!" kataku tegas. Ketiganya langsung mengangguk.
"Nggak salah gue milih Ibonk jadi ketua," ucap ketiganya, aku geleng-geleng.
Terlihat tulisan Sanghyang Rangka di papan kayu yang tergantung di atas pohon sekitar 10 menit lagi. Seketika, senyumku merekah. Dengan semangat 45 dan kondisi 55. Aku mulai berseru untuk menyemangati yang lain.
"Pos 5 bentar lagi. Fighting all!" teriakku sembari menoleh ke belakang. Ketiganya menyahut dengan gembira.
Anehnya saat aku kembali menghadap ke depan, aku merasakan sesuatu yang janggal. Entah mengapa tanah yang kupijak seolah menghilang. Ujung kakiku mulai terasa dingin yang merambat naik sampai pangkal paha. Aku mulai tak konsen hanya dalam hitungan detik. Tiba-tiba mataku mulai berkunang, seperti tv hitam-putih yang mulai rusak. Tubuh terasa hilang daya lantas ....
Bruk!
"Ibonk!"
Tumblr media
1 note · View note