Tumgik
#Ijazah bertemu Rasulullah
punteuet · 2 years
Text
Doa Mimpi Rasulullah Guru Sekumpul
Doa Mimpi Rasulullah Guru Sekumpul
Ahmadalfajri.com – Doa Mimpi Rasulullah Guru Sekumpul Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah menerangkan bahwa barangsiapa yang bermimpi berjumpa dengan Rasulullah maka sama dengan dia bertemu dengan Rasulullah. Alasannya karena setan tidak dapat menyerupakan dirinya dalam bentuk wajah Rasulullah. Tentunya kita semua sangat merindukan untuk dapat bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Pada…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
musafirhayat · 2 years
Text
Diberi tanpa meminta
Tumblr media
Kemarin malam ketika salah satu pamanku meminta padaku untuk menemui gurunya yang sedang berkunjung ke bumi kinanah. Awalnya sempat putus asa sebab tak kunjung ada kabar diizinkan dari pihak sana untuk bisa menemui beliau, dan Alhamdulillah dengan keyakinan Qadarullah diri ini dipertemukan dengan beliau.
Beliau sangat ramah sekali, meskipun sebelumnya beliau belum mengenalku. Banyak nasihat yang beliau lontarkan untuk kami sebagai thulabul 'ilmi salah satunya adalah “ jangan pernah berhenti bersyukur sebab Allah sudah memberi kita Ilham untuk bisa menuntut ilmu terlebih khusus diberi kesempatan untuk belajar di bumi kinanah ini ”.
Beliau juga berpesan : ” لا تظلم نفسك ” jangan mendzalimi diri kita sendiri . Apa maksudnya? Adalah ketika waktunya kita belajar tapi malah menyibukkan diri dengan hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali itu sama saja mendzalimi diri sendiri. Juga ketika waktunya ibadah kepada Allah tapi malah melalaikan dengan hal-hal yang ga berguna itu sama saja mendzalimi diri sendiri, begitupun dengan waktunya kita istirahat tapi malah sibuk ngescroll sosmed sampai akhirnya terlantarkan waktu istirahat kita itu sama saja mendzalimi diri sendiri.
Dan masih banyak lagi nasihat-nasihat dari beliau, yang membuat diri ini untuk lebih semangat menuntut ilmu dibumi kinanah ini, semoga Allah memberi kekuatan bagi diri ini untuk bisa mengamalkan nasihat-nasihat dari beliau.
Ketika ingin menyudahi pertemuan, beliau mengajak kami untuk foto bersama di lobby hotel, dan pada saat itu kebetulan aku membawa khulasoh swariq karangan Abuya Sayyid Maliki pemberian dari pamanku dahulu entah apa memang kebetulan aku membawanya yang jelas khulasoh syawariq ada ditasku. Berhubung beliau adalah salah satu murid dari Abuya Sayyid Maliki terbesit dalam hati ingin meminta ijazah kitab ini. Aku baru hanya menggenggamnya belum sempat untuk berkata pada beliau ingin meminta ijazah lalu beliau melihatku menggenggam kitab tsb, beliau bertanya " darimana syawariq ini antum dapet ? " Akupun menjelaskannya pada beliau dan berterus terang ingin meminta ijazah. Dengan segera beliau menuliskan dikitab tsb.
قال سيدى الولد ابوى السيد محمد علوى المالكي :
” من له شوارق فله مجاز مباشرة “
“Barangsiapa yang memiliki syawariq maka ia sudah mendapat ijazah secara langsung”.
"Qobiltu Abuya" jawabku.
Nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan wahai diri, kebaikan telah banyak datang menjumpaimu lalu alasan apalagi yang akan kamu lontarkan untuk kufur terhadap nikmatNya dan berputus asa terhadap RahmatNya ?
Bahagianya malam itu menyelimuti diriku, entah mengapa tiap wajah orang-orang shalih dan orang alim itu mampu menyejukkan mata yang kering sebab dosa-dosa. Sebahagia itu diri ini menatapnya dengan jelas, mendengar nasihat-nasihat nya secara langsung dan didoakan nya oleh beliau.
Semoga keberkahan selalu menyertai beliau disetiap hembusan nafas dan langkah Abuya.
YaRabb tak terbayang sudah apabila mata yang hina ini Engkau beri karunia untuk bisa memandang wajah kekasihMu Rasulullah, tak terbayang seberapa bahagianya bila bertemu dengan Beliau. Bertemu dengan orang shalih aja semenyejukan itu apalagi bertemu dengan Engkau yaa Rasulullah :".
Semoga kelak mata kita yang hina ini Allah beri karunia untuk bisa memandang wajah Baginda Nabi. Aamiin Allahumma aaamiin.
Cairo, 27 Mei 2022
7 notes · View notes
diaryanaa · 4 years
Text
Siapa yang tidak ingin menjadi Ibu seperti Septi Peni Wulandani?
Tumblr media
Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih sangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa?
Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kita search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia.
Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut.
Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran. Akhirnya beliau pun menikah.
Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja.
Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah……Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren? Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga.
Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitu pun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik, lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan?
Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?
Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget.
Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.
Ara, anak kedua. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.
Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!! Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20. Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.
Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:
1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan.
2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktik nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.
3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “Kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.
4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.
5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!
6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai.
7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.
8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara homeschooling di mana ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.
9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe… Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta
10. Punya kurikulum yang keren, di mana pondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.
11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya. Daaaan masih banyak lagi.
Hhhhmmm… Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa.
Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife.
So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most presticious career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi. Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.
Dari kisah di atas, saya juga menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?
9 notes · View notes
alwanizolkifli · 4 years
Text
ANTARA TIPS UNTUK KITA TERUS KEKAL BERTENAGA SEPANJANG HARI MENGHILANGKAN RASA PENAT KETIKA BEKERJA, MELAKUKAN KERJA RUMAH DAN SEBAGAINYA
JANGAN KITA LUPA UNTUK AMALKAN MEMBACA TASBIH FATIMAH SEBELUM TIDUR SETIAP HARI DENGAN MEMBACA TASBIH 33 KALI, TAHMID 33 KALI DAN TAKBIR 34 KALI
Suatu hari Saidatina Fatimah Az-Zahra Radhiyallahu'Anha mengadu kepada suaminya Saidina Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu'Anhu tentang kesakitan pada tangannya yang keletihan akibat menggiling gandum untuk membuat roti.
Dijawab oleh Saidina Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu'Anhu mengatakan " Ayahmu yakni Baginda Rasulullah ﷺ telah datang membawa tawanan perang. Berjumpalah dengan ayahmu Baginda Rasulullah ﷺ dan mintalah seorang pembantu untuk membantumu."
Maka Saidatina Fatimah Radhiyallahu'Anha pergi bertemu dengan Baginda Rasulullah ﷺ mengadukan tentang keadaan tangannya yang kesakitan akibat kepenatan menggiling gandum dan menyatakan hajat beliau untuk mendapatkan seorang pembantu bagi membantu tugas hariannya di rumah.
Maka Baginda Rasulullah ﷺ mengatakan "Wahai Puteriku Fatimah. Apa kamu mahu aku ajarkan perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta daripadaku? Apabila kamu berbaring untuk tidur maka BERTASBIHLAH
(SUBHANALLAH 33 KALI), BERTAHMID (ALHAMDULLILAH 33 KALI) dan BERTAKBIR (ALLAHU AKBAR 34 KALI). Itu adalah lebih baik untuk kamu daripada seorang pembantu."
Setelah itu Saidatina Fatimah Az-Zahra Radhiyallahu'Anha kembali pulang ke rumah maka suaminya Saidina Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu'Anhu bertanya "Wahai isteriku. Bagaimanakah permintaan kamu untuk meminta kepada ayahmu Baginda Rasulullah ﷺ seorang pembantu untuk membantumu kerana aku tidak melihat kamu membawa balik seorang pembantu pun."
Maka dijawab oleh Saidatina Fatimah "Wahai suamiku. Sesungguhnya ayahku Baginda Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kepadaku sesuatu yang lebih baik daripada itu iaitu dengan membaca SUBHANALLAH 33 KALI, ALHAMDULLILAH 33 KALI dan ALLAHU AKBAR 34 KALI."
Kerana itu Para Ulama mengatakan "Kalau orang yang letih ketika bekerja, melakukan kerja rumah, memasak dan sebagainya maka bacalah kalimah TASBIH 33 KALI, TAHMID 33 KALI dan TAKBIR 34 KALI. Lebih banyak lagi bagus InshaAllah akan kuat zahirnya akan hilang kepenatan yang dia rasakan dan akan tenang hatinya."
#MutiaraKata[AL-HABIB MAHDI ABU BAKAR AL-HAMID HAFIDZOHULLAH]
MARILAH KITA SAMA-SAMA MENGAMALKANNYA. INGATLAH!! SESUNGGUHNYA ILMU ITU HANYA AKAN MENDATANGKAN MANFAAT KEPADA DIRI KITA APABILA KITA ADA USAHA UNTUK NAK BERAMAL DENGAN ILMU YANG KITA PELAJARI ITU DAN KITA TERUS ISTIQOMAH UNTUK MENGAMALKANNYA DALAM HIDUP KITA.
BERSYUKURLAH KITA APABILA ALLAH TA'ALA MEMUDAHKAN URUSAN KITA UNTUK NAK BERAMAL DENGAN ILMU YANG KITA PELAJARI KERANA ITU TANDANYA ALLAH TA'ALA SAYANGKAN DIRI KITA INI
SEMOGA KITA DIBERI KEKUATAN UNTUK NAK BERAMAL DAN ISTIQOMAH MENGAMALKANNYA MENGEKALKANNYA DENGAN PENUH KEIKHLASAN HANYA MENGHARAPKAN BALASAN DARIPADA ALLAH TA'ALA.
MARILAH KITA SAMA-SAMA BERUSAHA UNTUK MENGAMALKAN SEGALA ILMU YANG DIPELAJARI, AMALAN, IJAZAH-IJAZAH YANG DIHADIAHKAN OLEH PARA ULAMA KITA UNTUK KITA SAMA-SAMA AMALKAN UNTUK KITA SEMAKIN MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH TA'ALA.
DAN MARILAH KITA BERSAMA-SAMA-UNTUK SELALU BERKONGSI ILMU, MENYEBARKAN KEBAIKAN, MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN KHUSUSNYA KEPADA DIRI KITA TERLEBIH DAHULU DAN ORANG-ORANG YANG BERADA DI SEKELILING KITA MENGGUNAKAN SEGALA KELEBIHAN YANG ALLAH ANUGERAHKAN KEPADA DIRI KITA MASING-MASING.
SEMOGA ALLAH MEMPERMUDAHKAN SEGALA URUSAN KITA, MEMBERIKAN KITA KEFAHAMAN DI DALAM MEMAHAMI AGAMA, DIKURNIAKAN KEPADA DIRI KITA ILMU YANG BERMANFAAT SERTA DIBERIKAN KEKUATAN UNTUK KITA BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN ISTIQOMAH SEHINGGA KITA MENDAPATKAN HUSNUL KHOTIMAH.
SEMOGA ALLAH MENJADIKAN KITA ORANG-ORANG YANG SEMAKIN BERADAB DAN BERAKHLAK, MENJADI ORANG YANG CINTA KEPADA PARA ULAMA, ORANG YANG SUKA BELAJAR ILMU, ORANG YANG SUKA MENDENGAR KATA-KATA NASIHAT PARA ULAMA, MENDAPATKAN ILMU DARIPADA PARA ULAMA, DI DALAM MAJLISNYA PARA ULAMA
DAN MENGAMALKAN APA YANG KITA DENGARKAN YANG KITA PEROLEHI DARIPADA ILMU YANG DISAMPAIKAN. SETERUSNYA KITA MENYAMPAIKAN KEPADA YANG LAINNYA DENGAN HARAPAN MUDAH-MUDAHAN KITA MENJADI ORANG-ORANG YANG MENJADI ASBAB KEBAIKAN DAN TURUNNYA HIDAYAH DARIPADA ALLAH KEPADA MASYARAKAT SEKELILING KITA
#JomKitaMuhasabahDiri
#JomKitaBanyakanBerzikir
#JomKitaSolatBerjemaah
#JomKitaJadiKakiMasjid
#TakutlahKitaKepadaAllah
#PeringatanKebaikanBersama
#JomKitaMenangis
#PaksaMataKitaUntukMenangis
#JomKitaBeramal
#JomKitaBersihkanHatiKita
#JomKitaBertaubat
#JomKitaBanyakkanIstighfar
#JomKitaBerselawat
#JomKitaMengingatiMati
#BertaubatlahKeranaAllah
#JomKitaBetulkanNiatNiatKitaDiDalamKitaMenuntutIlmuAgama
#JomKitaMengimarahkanRumahAllahBerusahaMenjagaSolatBerjemaahDanMenghadiriMajlisIlmu
#JomKitaDekatkanDiriDenganParaUlamaDanParaSolihin
#MelihatWajahMerekaMemberikanKetenanganKepadaHatiMengingatkanKitaKepadaAllahTaala
#MaafAdaPenambahanPenguranganPerubahanKesilapanKesalahanDiDalamPenulisanTidakSamaSepertiYangAsalDisampaikan
#SemogaMendatangkanManfaatKepadaSemuaYangMembacanya
#JomKitaSalingIngatMengingatkanNasihatMenasihatiMembawaKepadaTaqwaKepadaAllah
(Sumber: Muhamad Shahbudin Sidik)
34 notes · View notes
kreditmultiguna · 5 years
Quote
Hafal Ribuan HaditsDi Kota Bunga, Malang, Jawa Timur, ada seorang auliya’ yang terkenal karena ketinggian ilmunya. Ia juga hafal ribuan hadits bersama dengan sanad-sanadnya. Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih Al-Alawy Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15 Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani menitipkan kitab suci Al-Quranul Karim kepada Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf agar diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfagih.Pagi harinya Habib Syaikhan menceritakan mimpinya kepada Habib Ahmad. Habib Ahmad mendengarkan cerita dari Habib Syaikhan, kemudian berkata, ”Alhamdulillah, tadi malam aku dianugerahi Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat takwil mimpimu bertemu Syekh Abdul Qadir Jailani yang menitipkan Al-Quranul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh karena itu, putraku ini kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan, Allah SWT memberikan nama maqam dan kewalian-Nya sebagaimana Syekh Abdul Qadir Jailani.”Demikianlah, kemudian Habib Ahmad memberi nama Abdul Qadir karena mengharap berkah (tafa’ul) agar ilmu dan maqam Abdul Qadir seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani.Sejak kecil, ia sangat rajin dan tekun dalam mencari ilmu. Sebagai murid, ia dikenal sangat cerdas dan tangkas dalam menerima pelajaran. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai orang yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu dan menaruh penghormatan yang tinggi kepada guru-gurunya. Tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu bila tidak memuliakan ahli ilmu, demikian filosofi yang terpatri dalam kalbu Habib Abdul Qadir.Pernah suatu ketika di saat menuntut ilmu pada seorang mahaguru, ia ditegur dan diperingatkan, padahal Habib Abdul Qadir waktu itu pada pihak yang benar. Setelah memahami dan mengerti bahwa sang murid berada di pihak yang benar, sang guru minta maaf. Namun, Habib Abdul Qadir berkata, ”Meskipun saya benar, andaikan Paduka memukul muka hamba dengan tangan Paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikit pun dalam diri hamba ini.” Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana seorang murid harus bersopan-santun pada gurunya.Guru-guru Habib Abdul Qadir, antara lain, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiry, Habib Alwy bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor, Syekh Segaf bin Hasan Alaydrus, Syekh Imam Muhammad bin Abdul Qadir Al-Kattany, Syekh Umar bin Harridan Al-Magroby, Habib Ali bin Zain Al-Hadi, Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, Syekh Abubakar bin Ahmad Al-Khatib, Syekh Abdurrahman Bahurmuz.Dalam usia yang masih anak-anak, ia telah hafal Al-Quran. Tahun 1331 H/1912 M, ia telah mendapat ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain di bidang hukum, dakwah, pendidikan, dan sosial. Ini merupakan anugerah Allah SWT yang telah diberikan kepada hamba pilihan-Nya.Maka tidak berlebihan bila salah seorang gurunya, Habib Alwi bin Abdullah bin Syihab, menyatakan, ”Ilmu fiqih Marga Bilfagih setara dengan ilmu fiqih Imam Adzro’iy, sedangkan dalam bidang tasawuf serta kesusastraan bagai lautan tak bertepi.”Sebelum meninggalkan kota Tarim untuk berdakwah, di tanah kelahirannya ia sempat mendirikan organisasi pendidikan sosial Jami’yyatul Ukhuwwah wal Mu’awanah dan Jami’yyah An-Nasr Wal Fudho’il tahun 1919 M.Sebelum berhijrah ke Indonesia, Habib Abdul Qadir menyempatkan diri beribadah haji dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan dan singgah di beberapa kota dan negara, seperti Aden, Pakistan, India, Malaysia, dan Singapura. Di setiap kota yang disinggahi, ia selalu membina umat, baik secara umum maupun khusus, dalam lembaga pendidikan dan majelis taklim.Tiba di Indonesia tepatnya di kota Surabaya tahun 1919 M/1338 H dan langsung diangkat sebagai direktur Madrasah Al-Khairiyah. Selanjutnya, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah Ar-Rabithah di kota Solo tahun 1351 H/1931 M.Selepas bermukim dan menunaikan ibadah haji di Makkah, sekembalinya ke Indonesia tanggal 12 Februari 1945 ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah dan Perguruan Islam Tinggi di kota Malang. Ia pernah diangkat sebagai dosen mata kuliah tafsir pada IAIN Malang pada 1330 H/1960 M.Keistimewaan Habib Abdul Qadir adalah, ia ahli ilmu alat, nahwu, sharaf, manthiq, ilmu kalam, serta ma’any, bayan, dan badi (tiga yang terakhir merupakan bagian ilmu sastra). Dalam bidang hadits, penguasaannya adalah bidang riwayat maupun dirayah, dan hafal ribuan hadits. Di samping itu, ia banyak mendapat hadits Al-Musalsal, yakni riwayat hadits yang tersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Ini diperolehnya melalui saling tukar isnad (saling menukar periwayatan hadits) dengan Sayid Alwy bin Abas Al-Maliky saat berkunjung ke Makkah.Sebagai seorang ulama yang menaruh perhatian besar dalam dunia pendidikan, ia juga giat mendirikan taklim di beberapa daerah, seperti Lembaga Pendidikan Guru Agama di Sawangan, Bogor, dan Madrasah Darussalam Tegal, Jawa Tengah.Banyak santrinya yang di kemudian hari juga meneruskan jejaknya sebagai muballigh dan ulama, seperti Habib Ahmad Al-Habsy (Ponpes Ar-Riyadh Palembang), Habib Muhammad Ba’abud (Ponpes Darul Nasyi’in Malang), Habib Syekh bin Ali Al Jufri (Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur), K.H. Alawy Muhammad (Ponpes At-Taroqy Sampang, Madura). Perlu disebutkan, Prof. Dr. Quraisy Shihab dan Prof. Dr. Alwi Shihab pun alumnus pesantren ini.Habib Abdul Qadir wafat pada 21 Jumadil Akhir 1382 H/19 November 1962 dalam usia 62 tahun. Kala saat-saat terakhirnya, ia berkata kepada putra tunggalnya, Habib Abdullah, ”… Lihatlah, wahai anakku. Ini kakekmu, Muhammad SAW, datang. Dan ini ibumu, Sayyidatunal Fatimah, datang….” Ribuan umat berdatangan untuk meyampaikan penghormatan terakhir kepada sang permata ilmu yang mumpuni itu. Setelah disemayamkan di Masjid Jami’ Malang, ia dimakamkan di kompleks makam Kasin, Malang, Jawa Timur.diringkas dari manakib tulisan Habib Soleh bin Ahmad Alaydrus, pengajar Ponpes Darul Hadits Malang, Jawa Timur Di posting ulang dari halaman facebook : SEJARAH ULAMA DAN KARAMAHNYA Di dalam halaman tersebut tulisan ini di publikasikan oleh : Firman Syarief Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua, Amin..
http://www.masdull.com/2020/01/al-habib-abdul-qadir-bin-ahmad-bilfagih.html
4 notes · View notes
farizhadi · 4 years
Text
DIALEKTIKA MA’ANAJAH
Sebagai seorang muslim saling mendoakan sudah menjadi tradisi dan budaya kita, bahkan sudah menjadi bagian sunah yang kita lakukan sehari hari. Seperti “Assakamua’alaikum” ucapan yang sudah sering kita ucapkan ketika ingin memulai sesuatu, bertemu dengan seseorang, bahkan ketika melakukan telpon pun kita mengawalinya dengan salam. Salam itu sebagai doa yang mungkin jarang kita sadarai bahwa itu doa. Salam artinya keselamatan maka assalamu’alaikum artinya keselamatan bagimu. Jika kita mengucapkan salam secara lengkap dengan menambahkan warahmatullahi wabarakaatuh maka artinya rahmat dan berkahnya Allah bagimu. Lihat lah komposisi lengkap dalam sebuah salam, kita sesama muslim saling mendoakan satu sama lain. Tidak hanya mendoakan, karena salam artinya keselamatan. Maka muslim artinya orang yang melakukan keselamatan. Jadi seorang muslim sebenarnya harus menjamin keselamatan orang di sekitarnya dari keburukan yang terjadi, maksudnya seorang muslim harus memberikan ketenangan kepada orang lain, sehingga orang lain merasa akan aman dan selamat dengan kita.
Tapi seiring berjalannya waktu budaya salam perlahan mulai pudar, dan aku tidak tahu mengapa. Mungkin kebanyakan orang menganggap salam hanya sebuah sapaan semata, lalu akhirnya karena menganggap itu sapaan saja, di ubahlah kebiasaan salam dengan kata hei, woi, bro, dan masih banyak lagi. Memang sangat disayangkan, padahal salam bukan hanya sekedar sapaan saja, salam merupakan sebuah doa yang sangat indah. Sampai sekarang pun entah kenapa lidah ku lebih mudah menyapa dengan kata hei.
Jika suatu saat nanti kalian mempunyai kesempatan ke Gontor. Kalian akan mendapaatkan dialektika ma’an najah antara mudabbir dengan santri atau para asatidz dengan santri. Apalagi ketika musim ujian, ketika para santri ramai untuk belajar, dialektika ini akan kamu temukan di segala penjuru pondok.
Kalimat ma’an najaah merupakan salah satu kalimat yang aku sukai, dan aku tunggu untuk aku dengar dari kalimat para ustadz disana. Caranya gampang untuk mendapatkan kalimat ini. Cukup kalian tersenyum, badan sedikit mengbungkuk lalu ucapkanlah salam kepada para ustadz. Maka ustadz itu akan menjawab salam kita dan berkata “Ma’an najaah” lalu aku pun menjawab “Amiin”. suatu kalimat pendek jua tapi mempunyai arti yang mendalam.
Jika salam tadi mendoakan agar kita selamat, ma’an najaah mendoakan agar kita sukses, berhasil dan lulus. Lihat lah kombinasi doa antara keselamatan dan kesuksesan. Maka siapa yang tidak mau di doakan oleh orang lain. Maka semenjak pertama kali tahu akan kalimat ma’an najaah, aku tak tanggung tanggung setiap ustadz aku beri salam agar mereka mendoakan ku untuk selamat dan sukses, dan ketika para asatidz mendoakan ku otomatis malaikat mendoakan para asatidz jua. Jadi sebenarnya kami semua saling di doakan.
Dialektika seperti ini jika kita terapkan di kehidupan sehari hari kita, tak terbayang begitu banyak doa yang membayangi diri kita. Para malaikat terus dan ta henti henti mendoakan orang yang mendoakan. Jika salam kita ucapkan pada ke setiap orang, in sya Allah keselamatan jua yang kita dapatkan.
Indah sekali jika ini memang benar benar terjadi di setiap kampus antara dosen dengan mahasiswanya, antara bos dengan pegawainya, antara pejabat dengan rakyatnya, antar orang tua dengan anaknya. Maka Allah akan tersenyum bahagia melihat kemesraan itu.
Rasulullah pernah berkata “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54). Salam itu doa, doa itu cinta. Makanya mungkin kita sekarang masih banyak pertengkaran dan kekacauan saat ini karena tidak saling mencintai satu sama lain, dan benih benih cinta pun yaitu salam tidak kita tanam dan tidak kita rawat. Makanya setiap orang merasa saling benar dan hebat, akhirnya tidak fokus pada cinta akan sesama. Lalu bagaimana kita ingin bergerak maju jika kita tidak saling mencintai.
Gonton sudah menginjakan peradabannya hampir satu abad. Lalu kekuatan apa yang bisa membuat suatu sekolah bertahan sebegitu lamanya ? Gontor bukan sekolah negeri bahkan mempunyai kurikulum sendiri dan ijazah sendiri, kekuatan apa yang bisa membuat itu bertahan selain kasih sayang Allah dengan melihat cinta yang tumbuh dari saling menyanmpaikan doa satu sama lainnya. Kekuatan apa yang membuat gontor bertahan selain cinta Allah dan kasih sayang nabi yang mendoakan para umatnya yang terus melaksanakan sunah nya.
Lihat kedepannya, lima sampai sepuluh tahun ke depan. Dialektika ini akan terus bertumbuh dan berkembang di Negara ini. Ketika dialektika salam dan ma’an najaah terus tumbuh, maka jangan heran bangsa ini akan bersatu dan Allah akan sangat mencintai Bangsa ini dan Nabi kita akan tersenyum bangga, melihat kita saling mendoakan satu sama lain.
1 note · View note
kincairai · 5 years
Text
Kisah Rasu dan Kursi Malasnya
Malam yang kelam itu Rasu meninggal. Keluarga, kerabat, dan siapa saja yang menganggap ia pernah ada dan kebetulan luang waktunya, datang melayat ke rumah duka keesokan harinya. Jasadnya tiba di rumah duka jam 07.33. Pada siang di hari yang sama dengan kematian Rasu, kira-kira lepas tengah hari, Rasinah memutuskan untuk kembali ke kampung, dengan alasan ia ingin hidup damai di bawah naungan norma di dusun kecilnya. Ia yakin dengan begitu hidupnya akan jauh dari kenyataan yang selama kurang lebih empat tahun belakangan, telah kurangajar padanya. 
Rasu yang malang merupakan anak yang baik, tak pernah mau diajak menunaikan rencana-rencana jahat kecil-kecilan khas pemuda berusia tanggung. Aku adalah satu-satunya teman dekatnya selama usianya yang pendek. Aku, Rasu, Rasinah tinggal di dusun yang sama: Sumur Anyir.
Aku tahu hubungan Rasu dan Rasinah. Memang dari namanya terkesan seperti meraka bersaudara, namun ketahuilah, dugaan itu salah. Mereka adalah sepasang burung bondol dusun yang berkelana menuju kota, tempat dimana masa depan begitu cerah, seperti sering dibicarakan sedikit warga dusun yang berkesempatan mengunjungi kampung halamannya setelah bertahun-tahun meniti kehidupan di kota. 
Walaupaun usia Rasinah terpaut dua tahun di bawah Rasu, namun Rasinah lebih dulu merantau, tepatnya setelah ia menamatkan sekolah menengah pertama. Dari Rasinahlah Rasu banyak belajar tentang cara hidup di kota. Di dusun, mereka berdua sering dijadikan panutan oleh ibu-ibu di dusun saat mengajari anak mereka. Ibuku bukan pengecualian.
“Coba kau tiru Rasu, budi pekertinya baik, sopan, dan yang terpenting dia tak pernah mau menyusahkan orangtuanya,” orangtuaku menasihatiku di depan wali kelas ketika ia diundang secara pribadi atas ulahku.
Tumblr media
Tiga bulan setelah kepergiannya, Rasinah mengirim surat pendek kepada Rasu, "Aku ingin kau tetap perjaka ketika tiba saatnya kau bertemu denganku kelak." Rasu yangtelah menduga hal ini akan terjadi segera berbegas ke mengunjungiku. Pintu kamarku digedor hingga engsel pengunci dari potongan kayu yang kubuat secara darurat copot. Ia begitu bersemangat.
Perlu diketahui bahwa orangtuanya begitu ketat menjaganya dari pengaruh buruk lingkungan--ia tak pernah ikut bermain bersama kami. Di rumah ia terbiasa dengan kebijakan kepala rumah tangga yang penerapannya selalu dipantau oleh pengawas setia rumah berpintu utama yang hanya dapat dicapai setelah meniti tangga itu, sang ibu. menyiasati kondisinya, Rasu memilih untuk menghabiskan waktu dengan duduk di kursi malas mengunyah entah apa sambil menonton kami bermain bola di tanah lapang persis di seberang rumahnya dari jendela.
Bendungan hasrat itu tiba-tiba jebol. Kini ia tumbuh dewasa dengan keingintahuan yang tak terbendung. Seolah lupa tata cara bertamu, ia menerobos mimpiku yang sedang memanjakan tidurku yang malas, "Coba kau baca,” katanya sambil menyulut api rokoknya. “Sudah kubilang, ia diam-diam juga suka padaku," sambungnya bersemangat, tanpa sadar ia telah menghancurkan kebahagiaanku yang tak seberapa di petak dipanku, hanya karena ia ingin membuktikan kebenaran kata-katanya di awal tahun ajaran lampau.
"Baguslah,” jawabku sambil malas-malasan, “mari berbaring, kawan. Kuajarkan kau bagaimana cara mengartikan pesan ini." Kurapikan sedikit selimut yang kulipat jadi bantal, "Rasinah mungil lagi elok paras dan berbudi hampir menyamai Siti Aisyah-nya Rasulullah seperti katamu itu ingin memberimu kejutan, semacam kado. Begitulah," lanjutku setelah menimbang kata yang paling tepat agar tak merusak kebahagiaannya.
"Ya, ia memang baik. Aku tak heran jika dia memang ingin memberiku kado. Namun, yang terpenting surat ini membuktikan bahwa ia juga mencintaiku. Aku selalu yakin niat baik pasti akan berbalas kebaikan. Aku akan memintanya untuk sudi menikah denganku setelah aku dapat pekerjaan di kota. Bagaimana menurutmu, Rostu?"
"Menurutku, Siti Aisyah-mu itu juga memintamu untuk menyusulnya ke kota," kataku sekenanya.
Ia tampak berpikir sesaat, kemudian ia bergegas pulang, meninggalkan rokoknya yang tak sempat tertandaskan. Aku yang tak berpantang soal selera, sebelum sempat menenggak air, segera menyelesaikan rokoknya. Ah, Rasu, ia akan pergi menyusul nasib buruk. Biarlah, semoga Rasinah dapat menuntaskan rencana sucinya.
Kisah Rasu dan Rasinah selanjutnya selalu mesra dari dalam surat-surat yang selalu berbalas. Hingga tiba saatnya penerimaan ijazah, esoknya Rasu berangkat menyusul Rasinah setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk berpamitan sekadarnya dengan keluarga dan teman-temannya. Hanya aku yang ia kunjungi langsung ke rumah.
"Aku heran, orangtuaku tak banyak tanya saat aku menyampaikan maksudku ingin ke kota dan mengajak pulang Rasinah untuk kemudian melamarnya," Rasu membuka obrolan.
"Mungkin pikir mereka dengan kepergianmu lumayan bisa menghemat pengeluaran rumah tangga." Ekspresi wajahnya marah, namun menyetujui perkataanku. “Bukan, kau tahu sendiri warga dusun sangat mengenal Rasinah. Bukan hanya mengenal sebatas lalu saja, malahan ada yang sengaja menanyakan orangtuanya,” lanjutku setelah sadar Rasu merasa agak tersinggung dengan candaanku.
Tumblr media
Rasinah sudah pintar bersolek ketika bertemu dengan Rasu. Namun sepandai-pandainya ia meracik perkakas rias, Rasu tidak akan kesusahan mengenalinya. Di terminal bus terpadu mereka bertemu, sesuai dengan janji dalam surat yang dikirimkan Rasu seminggu sebelumnya. "Betapa cantik kau kini, bagaimana kabarmu, Rasinah?” tanyanya canggung, tiba-tiba kefasihan lidahnya hilang.
"Seperti yang kau lihat, semuanya berjalan wajar," jawab Rasinah sambil membantu Rasu memindahkan barang bawaannya ke beca. "Kau lakukan apa pintaku di dalam surat pertama?"
"Tentu, dengan ketebalan imanku. Aku menanyai Rostu maksud suratmu," kata Rasu sambil mengepaskan kelima jemarinya pada jemari Rasinah yang lebih dulu menyelipkan jemarinya pada Rasu. "Dari dia aku tahu kau memintaku dalam suratmu untuk menyusulmu ke sini. Sungguh adil Tuhan menciptakan makhluknya, walaupun kita akan berdosa jika mengatakan dia sebagai orang yang elok laku dan imannya, tapi ia cerdas dalam bidangnya," sambungnya berusaha menghilangkan rasa kikuk yang semakin menjalari saraf-sarafnya.
Mereka sampai di rumah Rasinah, "Aku akan senang apabila kau bersedia menitipkan barang-barangmu di sini untuk sementara. Akan lebih senang apabila kau bersedia menjaga barang-barangmu sendiri sampai kita mendapatkan tempat tinggal untukmu," Rasinah menyarankan dengan sedikit gemulai genit berselimut maksud yang tak terbaca oleh Rasu, namun ia langsung menyetujuinya begitu saja.
Terik yang tak pernah ramah membuat mereka cepat lelah. Sorenya mereka pulang, setelah mencoba menanyai info penginapan untuk laki-laki kepada tetangga-tetangga dekat. Setelah menyempatkan diri beristirahat sejenak dan berberes, bakda magrib mereka keluar lagi mencari makan malam, lalu pulang dengan bungkusan.
"Kalau dibungkus nasinya akan labih banyak ketimbang kita makan di tempat," kata Rasinah berkelakar untuk mengurangi kekikukan Rasu. Pesta makan malam pertama yang mereka gelar dengan sederhana selesai dengan cepat namun khidmat. "Setelah kau habiskan rokokmu, silakan tidur di sini," sambil ia membuka lipatan kasur di samping tempat tidurnya yang juga kasur lipat.
Rasu yang lelah tak mampu menghabiskan rokoknya, langsung berbaring di samping Rasinah yang telah duluan tidur di sampingnya, tanpa niat selain sekadar tuntutan tubuhnya untuk beristirahat.
"Apa benar kau masih perjaka?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari bibir perempuan di sampingnya, menghilangkan rasa kantuknya yang telah menyerang dari sehabis makan.
"Tentu saja," jawabnya kaget, "aku tak pernah melakukan tindakan tercela seperti itu. Aku takut dosa," sambungnya kebingungan.
Rasinah mulai melancarkan niatnya. Setelah dipantik dengan pertanyaan itu, malam pertama mereka pun berlangsung di luar dugaan Rasu, melanjutkan makan malam sebelumnya yang juga berlangsung seru. Malam mereka ditutup dengan permintaan Rasinah, "Nikahi aku, Sayang."
Di dusun, ibu-ibu mulai membicarakan Rasu dan Rasinah sesuai dengan yang disampaikan Rasu kepada orangtuanya. Aku menyusul belakangan, enam bulan setelah keberangkatan Rasu. Setelah bosan mendengar omelan orangtuaku yang membandingkanku dengan Rasu. Tak pernah berubah sejak masa sekolah dulu. 
Kedatanganku tepat ketika Rasinah memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Selain desakan orangtuaku, alasan kedatanganku adalah karena aku didatangi ayah Rasu yang meminta tolong untuk membawakan kursi malas Rasu ke kota. "Ah, masih sempat juga dia mengganggu surga kecilku yang mulai rapuh ini," umpatku sambil menyanggupi permintaan orangtuanya.
Tumblr media
Rasinah datang menjemputku, lalu membawaku ke rumahnya. “Rasu tinggal di mana?” tanyaku setelah berbasa-basi, suatu adat kebiasaan yang latah dilakukan oleh penduduk dusun.
“Ia tinggal di rumahnya, sekitar duaratus meter dari sini,” jawabnya sambil merapikan pakaiannya.
“Kau benar ingin pulang hari ini, Rasinah?”
“Ya, aku ingin melanjutkan pelajaranku di surau dan para tetua. Singkatnya, aku ingin hidup di dusun kecil kita,” jawabnya meyakinkan. “Kau boleh tinggal di sini sampai kontraknya jatuh tempo. Aku sudah melaporkannya ke pemilik rumah. Sampai jumpa, Rostu, sampaikan pada Rasu bahwa aku sudah berangkat.” Aku mengangguk.
Setelah beristirahat sejenak, dengan beca aku langsung menuju alamat rumah Rasu seperti yang diberikan Rasinah, untuk mengantarkan titipan ayahnya. Ia tampak begitu senang melihatku datang. 
“Bagaimana kabarmu, Rostu? Bagaimana perkembangan di dusun? Bagaimana usahamu lancar?” Demikianlah pertanyaan-pertanyaannya keluar bertubi-tubi. Rasu langsung mencoba kursi malasnya. Sepertinya ia lebih menantikan kursi malas itu daripada kedatanganku.
“Semuanya baik-baik saja, hanya saja usahaku tidak sempat kujalankan. Ayah mendadak sakit dan harus dirawat di rumah sakit, uangku digunakan untuk membiayai pengobatan ayah.” Rasu terkejut dan menunjukkan rasa simpatinya padaku.
Tak lama berselang, ia tiba-tiba berkata dengan raut wajah murung, "Rostu, aku harus menikahi Rasinah," katanya. "Aku tak berhasil mencari bajingan yang mendahuluiku. Aku bertemu Rasinah setelah semuanya terjadi."
"Apa kau tahu di mana ia bekerja?" aku tidak terkejut, karena sudah menduga sejak kedatangan surat pertamanya.
"Siapa?" tanyanya.
"Rasinah," jawabku cepat.
"Tidak," katanya dengan intonasi putus asa
“Malangnya hidupmu kau, kawan. Keparatnya kehidupan kota pun tak mampu membuka matamu,” batinku. “Bagaimana pekerjaanmu?” tanyaku berusaha mengalihkan pembahasan.
“Aku merasa seperti Sisifus, dikutuk melakukan perulangan tiada henti. Aku bosan,” akunya berusaha menyimpan kekesalannya akan kehidupan yang lain sama sekali dengan kehidupan yang ia kenal sebelumnya di dusun.
Menjelang magrib aku pulang. Setelah isya aku didatangi tetangga yang mengabarkan kematian Rasu. Malam itu hujan tidak turun, namun langit terbentang tanpa hiasan bintang dan bulan, kelam.
Di malam yang sama, di dusun tersiar kabar kematian Rasinah yang menjatuhkan dirinya dari jembatan di depan Masjid Raya.
0 notes
qoriath · 7 years
Text
“أنفعهم”
“di ITB, jurusan Art”, jawaban Annisa saat aku tanya s1-nya dulu dimana.
Pertemuan kami tadi sangat singkat. Jawabannya terngiang-ngiang dalam fikiranku sejak tadi, bahkan sampai malam ini.
Seperti yang sudah aku tuliskan, namanya Annisa’, itupun kalau aku tidak salah ingat. Tadi sore saat akan sholat Ashar di masjid kampus, aku bertemu seorang kakak senior yang sudah lama tidak terlihat, dan beliau memperkenalkan 2 orang yang bersama-nya, Annisa dan kakak-nya (kayaknya aku lupa nanyain nama kakaknya :D).
Ceritanya, Annisa sedang survey ke kampus tempat aku sedang belajar sekarang. Kalaulah dia mau melanjutkan studi-nya di jurusan Engineering atau apapun yang linear dengan ke-ITB-ITB-an, mungkin aku takkan menuliskan tentangnya malam ini, tapi dia  dengan ijazah s1 Art – ITB-nya, dia ingin mengambil s2 jurusan Qur’an dan Sunnah.
“kok?”, tanyaku saat kita sedang sama-sama merapikan jilbab setelah berwudhu’,
“Aku ngerasa kok ya Art ga ada gunanya, makanya aku ingin belajar sesuatu yang berguna”, ujarnya.
                                                         ***
Sekian tentang Annisa dan pertemuan dengannya yang hanya sebatas Adzan dan 4 rakaat sholat Ashar, setelah sholat aku tidak melihat dia lagi, mungkin buru-buru. Tapi bukan tentang itu yang ingin aku ceritakan, ini tentang apa yang kita namai dengan “bermanfaat”.
عن ابن عمررضي الله عنهما، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أحب الناس إلى الله أنفعهم، وأحب الأعمال إلى الله عز وجل سرور تدخله على مسلم، أو تكشف عنه كربة، أوتقضي عنه ديناً، أوتطرد عنه جوعاً، ولأن أمشي مع أخي المسلم في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في المسجد شهراً…"
Hadits ini dituliskan oleh imam Ath-Thabrani dalam bukunya ‘al-Kabir’, dan dituliskan pula oleh Ibn Abi Ad-Dunya dalam ‘Qadha al-Hawaij’, bahwasanya diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwasanya Nabi Muhammad saw berkata:
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah mereka yang paling bermanfaat, dan amalan yang paling disukai Allah adalah kebahagiaan yang kau berikan kepada seorang muslim, atau kau angkat bebannya, atau kau bayarkan utangnya, atau kau kenyangkan perutnya, karena bagiku berjalan bersama (baca: membantu. pen) saudaraku seorang Muslim yang sedang membutuhkan pertolongan lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf sebulan di masjid…”
Untuk sementara, ini-lah definisi yang mungkin akan aku gunakan untuk menterjemahkan sebuah kata “manfaat”. Rasulullah saw tidak mengatakan “yang bermanfaat itu adalah yang mempelajari ilmu syar’i, yang banyak hafalan al-qur’annya, yang sholat berjama’ah terus di masjid, yang panjang jilbabnya, yang hitam jidatnya dsb”, tapi Rasulullah dengan sangat definitif mengatakan bahwa  “وأحب الأعمال إلى الله عز وجل سرور تدخله على مسلم” –amalan yang paling dicintai Allah adalah membahagian saudara sesama Muslim-mu!, kau angkat bebannya, kau bayarkan utangnya, kau kenyangkan perutnya, kau hibur dia, kau bantu dia. Dan untuk mengamalkan ini tidak perlu ‘s’ sekian.
Karna, wallahi Annisa,
aku telah bertemu ratusan orang yang mempelajari kalam Illahi siang-malam, hafal 30 juz, sholat berjama’ah, sholeh, sholehah, tapi jauh dari apa-apa yang Rasulullah saw katakan itu. 
sepertinya, being “Bermanfaat” does not have any business with the field of study.
Aku tidak akan menghalangi dari niatmu yang subhanallah masyallah, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih telah datang tiba-tiba (walau tidak ada yang tiba-tiba dalam kamus-Nya) untuk mengingatkanku agar sellau berusaha untuk bermanfaat, dan kalau boleh aku ingin mengatakan bahwa dirimu sekarang dan ilmu Art yang kamu punya bukan tidak bermanfaat, aku yakin.
Dan oh ya, maaf, aku tidak sedang meng-judge mereka yang belajar agama, tidak sama sekali. hanya saja aku sedikit terbawa emosi memang, because, I have met hundreds of them (who learns & still far away from akhlaqul karimah), and I see one is inside me :(.
Wallahu ta’ala a’lam.
اللهم إنا نعوذ بك من علم تنفع...
  IIUM, 23.25
1 note · View note
punteuet · 2 years
Text
Sholawat Rifa'iyah Agar Bermimpi Bertemu Rasulullah
Sholawat Rifa’iyah Agar Bermimpi Bertemu Rasulullah
Ahmadalfajri.com – Sholawat Rifa’iyah Agar Bermimpi Bertemu Rasulullah Pada artikel kali ini, kami akan membagikan sebuah lirik Sholawat yang keutamaannya jika dibaca maka akan dapat bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Sholawat tersebut disusun oleh Sayyid Ahmad Ar-Rifai dan dinamakan dengan sholawat Fakhriyyah Ar-Rifaiyyah. Tulisan dalam bahasa Arab yaitu: الفخرية الرفاعية Sayyid Ahmad…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
pejuangsurga · 8 years
Text
Makin pengen jadi Ibu dan Istri
Siapa yang tidak ingin menjadi Ibu seperti Septi Peni Wulandani? Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih sangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa? Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kita search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia. Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran. Akhirnya beliau pun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah……Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren? Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitu pun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik, lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya? Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya. Ara, anak kedua. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak. Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!! Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20. Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe. Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu: 1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan. 2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktik nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut. 3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “Kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”. 4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat. 5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it! 6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai. 7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya. 8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara homeschooling di mana ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang. 9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe… Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta 10. Punya kurikulum yang keren, di mana pondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara. 11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya. Daaaan masih banyak lagi. Hhhhmmm… Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most presticious career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi. Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa. Dari kisah di atas, saya juga menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk? Sumber https://azaleav.wordpress.com/2013/08/01/inspirative-housewife-story/
1 note · View note
amtullah · 5 years
Text
Zona (Ny)aman
Beruntung. Orang-orang yang selalu menemukan hikmah di setiap kejadian dalam hidupnya. Seburuk apapun kejadian itu. Ah, sebenarnya bukan hal buruk juga. Tergantung mindset. Selama kita menganggap tidak buruk ya memang tidak seburuk itu.
Rasulullah SAW bersabda; “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.” (HR. Tirmidzi).
Nahloh nahloh. Masih ragu?
Bagiku, mengambil hikmah setelah apapun yang terjadi adalah suatu ikhtiar mendapati jiwa yang ridha dan diridhaiNya. Belajar untuk menjadi hamba yang ikhlas serta bersyukur terhadap apa yang telah Allaah tetapkan. Mau bagaimana lagi? Tak ada pilihan lain untukku selain mengambil pelajarannya. Jika itu kesalahan, dijadikan sarana untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari. Sebenarnya, pada awalnya ha itu hanya sebagai bentuk pengupayaan untuk menghibur diri. Wkwk, kocag.
Masya Allaah.
Banyak sekali hikmah yang bertebaran dan minta untuk dijemput.
Mengingat lagi kejadian kemarin. Pagi sekali, hari Rabu. Rencana awal aku bertolak ke Solo. Aku sempat berfikir apakah ini doa dari ibuku? Agar aku berlama sedikit lagi di rumah?
Ada perasaan takut kini, jika melalaikan yaumiyah yang telah dikomitmenkan oleh diri sendiri. Takut-takut, meninggalkannya menjadi penyebab terkendalanya sebuah urusan. Astaghfirullah. Bukan hanya keduniawian. Namun yang berorientasi pada langit.
Jadi, setelah Pak Adi bertitah, aku mulai open minded. Aku tidak suka dengan orang yang berbicara keras padaku. Namun jika ia melakukannya, mengapa aku makin cinta? Aneh sekali cinta itu. Tanpa syarat. Hmm, namanya juga cinta pertama dan selamanya.
Titahnya adalah aku merendahkan hatiku serendah-rendahnya. Hingga tak ada yang bisa merendahkanku. Eaa. Soksweet dah Bapake.
"Dalam sebuah perjalanan sayang, kamu akan menemukan banyak karakter manusia untuk membentuk pribadimu agar lebih bertaqwa. Segala yang Allaah berikan, bukan tanpa alasan. Jangan terlalu nyaman dikelilingi orang baik. Karena hidup banyak rasa."
Halah kayak tagline sebuah iklan.
Aku bertanya-tanya. Mengapa aku tidak boleh nyaman dikelilingi orang baik? Hmm, usut punya usut, ayahku itu terlalu khawatir aku tidak bisa survive dengan kehidupan yang sebenarnya.
Iya, jujur, beberapa tahun belakangan, aku sangat beruntung hidup di lingkungan yang luar biasa ini. Maksudnya, aku terbiasa dengan yang kebanyakan yang ku temui adalah manusia yang mementingkan Pencipta di atas segalanya. Hmm, jangankan menyakiti orang, yang ada hidupnya ingin menjadi sebaik-baik manusia menurutNya. Menebarkan manfaat untuk manusia lainnya.
Berad.
Manusia-manusia pilihan yang menjadikan Qur'an sebagai pegangan. Mereka yang huffft, tak terdefinisikan.
Padahal, tak bisa dihindari bahwa di luar sana pasti banyak kejutan yang menakjubkan.
Aku suka bertemu banyak orang. Bertemu orang-orang baru. Menyenangkan.
Namun, kadang aku lupa. Berlebihan itu tidak baik. Kadang aku tak ingat, ada beberapa pasal yang seharusnya dapat ku tahan.
Rabu pagi itu, bertepatan dengan kedatangan fajr di ufuk sana, ku lempar senyum terhangat untuk senyum bu Kepala Sekolah yang sama hangatnya.
Atas kejadian itu, aku menemukan sosok ibu yang luar biasa. Tak mudah memang, menempatkan diri sebagai amirah. Padahal ada lawan jenis yang harus dipimpinnya.
Sempat ingin sih, namun kini aku berpikir ulang. Menimbang lagi manfaat dan mudharatnya.
Hmmm, benar sekali titah si Pak Adi yang makin lama makin keren. Heran deh. Bisa gak ya aku nemuin pria sekeren itu?
Hmm, saat itu ku temukan juga orang-orang baik yang lain. Yang memberikan nasihat, yang menunjukkan banyak kebaikan. Ah, bahkan bu Kepsek juga memberi kebaikan. Kata mama, Allaah sedang menguji lewat si ibu. Tinggal bertanya pada diri sendiri; lulus kah alu dari ujian ini?
Sebenarnya dimanapun tempat, yang penting kita ngerti empan papan tak menjadi hal yang masalah. Semua tergantung diri kita. Bagaimana kita berlaku. Karena sesungguhnya jika kita berbuat baik maka kita sedang berbuat baik pada diri sendiri. Dan sebaliknya. Telah dijanjikan oleh Yang Maha Tak Pernah Ingkar. Aku tak mengatakan hukum karma. Namun, semua akan kembali pada diri kita sendiri, bukan? Entah dalam bentuk yang bagaimana Allaah akan mengemasnya.
"Ngono to rasane skripsi? Yakin ijazahe meh dinggo ning KUA?" Pertanyaan yang begitu menohok. Aku berniat memikirkan ulang.
Di saat yang sama di layar ponselku ada pemberitahuan "ayo semangat usahanya! Bisa kita lah." Aku tersenyum lalu mengangguk mantab.
You will see I can give you, everything you need. And let me be the first to love you more. Both of you, myDalrs.
Surakarta, hari pertama.
0 notes
alwanizolkifli · 7 years
Text
KENAPA SANAD ITU PENTING?
Berkata Al-Imam Abdullah Ibnu Mubarak Rahimahullah "Sanad itu sebahagian daripada Agama. Kalau tidak dengan sanad. Sewenang-wenangnya sahaja seseorang itu berucap dengan apa yang dia nak ucapkan." Kita inginkan ilmu kita ada barokah. Ada kesinambungan bersambung dari Tok Guru kepada Tok Guru bersambung, bersambung, bersambung sampai kepada Baginda Sayyidina Rasulullah ﷺ. Nak dapatkan sanad ini macam mana? Jalannya dari dulu sampai sekarang tidak lain dan tidak bukan adalah dengan bertalaqqi duduk di hadapan Para Guru. Lutut bertemu lutut, mata bertentang mata. Dari mulut ke telinga, telinga ke mulut. Hadir di dalam majlis guru. Hadir jasad dan juga hati. Diberi ijazah secara khusus mahupun secara umum daripada Guru. Orang yang beramal tanpa didasari dengan mendapatkan ijazah, sanad yang bersambung sampai kepada penulisnya langsung ataupun pengarangnya maka seumpama orang yang pergi belajar di luar negara.Misalnya belajar di Al-Azhar, Mesir tapi balik Malaysia tak bawa balik sijil. Orang tak akan iktiraf kita ini pelajar lulusan dari Al-Azhar sebab kita tak ada sijil sebab setiap sesuatu itu perlulah didasari dengan buktinya. Jadi ilmu ini buktinya adalah dengan sanad. Siapa Gurunya? Siapa Tok Gurunya? Siapa Tok Guru kepada Tok Gurunya? Siapa Tok-Tok Guru kepada Tok-Tok Gurunya. Demikianlah bersambung terus sampai kepada Sayyidina Rasulullah ﷺ. [TUAN GURU SYEIKH MUHAMMAD NURUDDIN MARBU AL-BANJARI AL-MAKKI HAFIDZOHULLAH] Sumber : The Capal
17 notes · View notes
kreditmultiguna · 5 years
Quote
بسم الله الرحمن الرحيمالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillah "SHOLAWAT-SHOLAWAT AGUNG" Shalawat bagi orang yang ingin sampai kepada Allah bagaikan lampu penerang yang dapat menjadi hidayah yang dibutuhkan. Barangsiapa yang menghiasi hatinya dengan lampu shalawat, maka dia akan mampu melihat segala hakikat tauhid berkat cahaya terang shalawat tersebut... 1. SHALAWAT NUR Shalawat ini dari Sang Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidz bin Syeikh Abu Bakar bin Salim , sebagai amalan yang bisa dilaksanakan semua orang . Beliau sudah memberikan ijazah 'ammah , setiap orang boleh mengamalkannya .Selain itu fadhilah dari membaca Shalawat ini adalah untuk ketenangan batin , terang pikiran, cahaya hati dan dimudahkan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah saw. Fadhilah teragung bagi yg istiqomah mengamalkannya adalah dijadikannya dzhohir dan batinnya selalu berkumpul bersama Rasulullah dalam setiap keadaan Inilah bacaan Shalawat Nur : ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ وسلم ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﻮﺭﻙ ﺍﻟﺴﺎﺭﻱ ﻭﻣﺪﺩﻙ ﺍﻟﺠﺎﺭﻱﻭﺍﺟﻤﻌﻨﻲ ﺑﻪ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺃﻃﻮﺍﺭﻱ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺎ ﻧﻮﺭ “ Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuuri-kas saari wa madaadikal jaari wajma’nii bihi fi kulli athwaariwa ‘ala alihi wa shahbihi yaa nuur ” Artinya : “ Ya Allah , limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad , sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus , dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap keadaanku , serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya , wahai Sang Cahaya ”... Shalawat tersebut bisa dibaca 1 kali setiap selesai membaca doa antara adzan dan iqomah, atau 10x tiap selesai Shalat Fardhu atau ketika malam menjelang tidur .___________________________________________________2. SHOLAWAT IBNU ABBAS يَا دَائِمَ الْفَضْلِ عَلٰى الْبَرِيَّةيَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالْعَطِيَّةيَا صَاحِبَ الْمَوَاهِبِ السَّنِيَّةصَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ خَيْرِ الْوَرٰى سَجِيَّةوَاغْفِرْ لَنَا يَا ذَا الْعُلٰى فِي هٰذِهِ الْعَشِيَّة Yaa daaimal fadhli 'alal bariyyahYaa baasithol yadaini bil 'athiyyahYaa shoochibal mawaahibis saniyyahSholli 'alaa sayyidinaa Muhammadin khoiril waroo sajiyyahWaghfirlanaa yaa dzal 'ulaa fii haadzihil 'asyiyyah(Wahai Yang Selalu Memberi karunia pada makhluk-Nya.Wahai yang tangan-Nya terbuka dengan pemberian-Nya.Wahai Pemilik karunia yang mulia.Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.(Beliau) adalah manusia yang terbaik.Ampuni kami pada sore ini wahai Yang Maha Mulia) Sholawat tsb diijazahkan Abah Guru Sekumpul melalui kitab beliau al Imdad, beliau mengatakan dibaca ketika hampir maghrib sebelum adzan 10 kali 🌷 Fadhilahnya ada di kitab An Nawadir hal 195 فائدة : عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال : من قال ليلة الجمعة عشر مرات "يا دائم الفضل على البرية يا باسط اليدين بالعطية يا صاحب المواهب السنية صل على محمد و آله خير البرية واغفر لنا يا ذا العلى في هذه العشية" ، كتب الله له مائة الف الف حسنة، ومحا عنه الف الف سيئة، ورفع له الف الف درجة، وزاحم ابراهيم الخليل يوم القيامة فى قبته.النوادر : ١٩٥ Sebuah Faidah : dari Rosulillah shollallahu 'alaihi wasallam : "Barangsiapa yg membacanya 10 x, maka Allah mencatatkan baginya seratus juta kebaikan, dilebur darinya sejuta keburukan, diangkat baginya sejuta derajat, dan pada hari qiyamat berada dalam naungan kubah Nabi Ibrahim 'alaihis salam"__________________________________________________3. SHOLAWAT FATIH (PEMBUKA) Susunan Syeikh Muhammad Syamsuddin Bin Abil Hasan Al Bakri ra: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ . Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammaddinil Fatihi Lima Ughliqo Wal Khotimi Lima Sabaqo, Nashiril Haqqi Bil Haqqi Wal Hadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Alihi Haqqo Qodrihi Wa Miq Darihil Adzim... “Ya Allah curahkanlah rahmat dan keselamatan serta berkah atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dapat membuka sesuatu yang terkunci, penutup dari semua yang terdahulu, penolong kebenaran dengan jalan yang benar, dan petunjuk kepada jalanmu yang lurus. Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada beliau, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya dengan sebenar - benar kekuasaannya yang Maha Agung. ”.Berkata Syeikh.Ahmad Showi ra: "Barang siapa membaca sholawat ini walaupun sekali saja seumur hidup nya,Niscaya ia tidak akan masuk neraka". Berkata Sebagian Ulama2 Besar di Maroko: انها نزلت عليه فى صحيفة من الله: "Sesungguhnya ini sholawat langsung di turunkan di sebuah kertas dari Allah ta'ala kepada nya (Pemilik ini sholawat Syeikh Syamsuddin)". "Satu kali membaca ini sholawat yaitu sebanding (sama) dgn 1000X bersholawat,ada yg mengatakan 60.000X" "Apabila dibaca 1x sehari maka tidak akan mati su'ul khotimah" "Barangsiapa membacanya 1 kali setiap selesai sholat fardhu maka akan dilapangkan kehidupannya dan kelak dibangkitkan bersama para Nabi, Syuhada'. Auliya dan orang2 soleh"Berkata lagi Sebagian Ulama: -Barang siapa mengekalkan membaca nya selama 40 hari,Niscaya Allah terima taubat nya dan Allah ampuni sgl dosa2 nya". Berkata Syekh Amad Zaini Dahlan, "Sholawat fatih bersumber dari Syekh Abdul Qodir al Jilani sangat bermanfaat bagi orang yg berada di permulaan suluk, pertengahan maupun penghabisan, di dalamnya terdapat asror dan keajaiban yg mencengangkan akal dan barang siapa mengekalkan membaca nya setiap hari sebanyak 100X, niscaya dibukakan bagi nya HIJAB dan di anugrahkan ANWAR dan di tunaikan segala hajat nya._______________________________________________4. SHOLAWAT NUR DZAT DARI SAYYIDI ABIL HASAN AS SYADZILI RA: اللهم صلى وسلم وبارك على سيدنا محمد النور الذاتى والسر السارى فى سائر الاسماء والصفات "ALLAAHUMMA SHOLLI WA SALLIM WA BAARIK ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADININ NUURIZ ZDAATI WAS SIRRIS SAARII FII SAA'IRIL ASMAA'I WAS SHIFAAT". Diriwayatkan ada seorang pemuda yg suka membaca shalawat nur dzat setiap hari tanpa hitungan semata2 hendak mencintai Nabi saw. maka pemuda tsb berkali kali bertemu Rasulullah di dalam mimpinya,, .dia dalam mimpi juga dapat memeluk Rasulullah,. dan Rasulullah tersenyum mencium bibirnya... Dikisahkan juga bahwa ada seseorang yg mengamalkan shalawat ini secara istiqomah maka bila malam hari ia selalu bermimpi dg para wali yg masyhur dan yg mastur... dan ada lagi seorang kiai yg mengamalkan shalawat ini di daerah Jawa Barat.. beliau diberi Allah ilmu mengerti banyak bahasa meskipun sebelumnya tidak pernah belajar,,. di daerah Lamongan , Jawa Timur, seorang kiai didatangi banyak orang yg meminta air putih atau doa kesembuhan, banyak yg sembuh total dari penyakitnya berkat kiai tsb gemar mengamalkan sholawat nur dzat...__________________________________________________5. SHOLAWAT AHLUL MAHABBAH اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد صلاة تعدل جميع صلولت اهل محبتك وسلم على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد سلاما يعدل سلامهم Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad sholatan ta'dilu jami'a sholawati ahli mahabbatik wa sallim ala sayyidina Muhammad salam ya'dilu salamahum Ya Allah berikanlah sholawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebenar-benar sholawat yang menyamai seluruh sholawat ahli mahabbahMu dan berikanlah salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebenar-benar salam yang menyamai seluruh salam ahli mahabbahMu Diriwayatkan bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari khalifah Syekh Samman al Madani sangat gemar membaca sholawat ini. Kalam ahli makrifah mengatakan barangsiapa membaca sholawat tsb satu kali maka pahalanya seperti ia mengkhatamkan dalailul khoirot 70.ribu kali___________________________________________________6. SHOLAWAT DURRIL AZHAR اللهم صلى على سيدنا محمد الدر الازهر واليقوت الاحمر والنور الاظهر والسر الله الاكبرAllahumma sholli ala sayyidina Muhammad addurril azhar wal yaqutil ahmar wan nuril adzhar wa sirrilllahil akbar Ya Allah berikanlah sholawat kepada Sayyidina Muhammad mutiara yg paling indah, berlian merah, cahaya yang paling terang, dan rahasia Allah yg paling besar. Kata Abah Guru Sekumpul, Barangsiapa mengamalkannya setiap hari 15 kali maka tidak sampai seminggu orang itu sudah bertemu Rasulullah saw_____________________________________________________7. SHOLAWAT AL-'ALIL QODRI اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّـدِنَا مُحَمَّدٍ نِالنَّــبِـــىِّ اْلأُمِّـــيِّ الْحَبِـــيْبِ الْعَالِىِّ الْقَادِرِ الْعَظِيْمِ الْجَاهِ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammadinin nabiyyil ummiyyil habiibil ‘aaliyyil qodril ‘dziimil jaah. wa ‘alaa aalihii wa shohbihii wa sallim. “Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad, Nabi yang ummi, kekasih yang luhur derajatnya, yang agung pangkatnyaa, dan shalawat dan salam semoga juga selalu tercurahkan kepada keluarga serta sahabatnya.” Berkata Syekh Romadhon Al Buthi "Redaksi sholawat alil qodri tsb langsung berasal dari Nabi saw."Syaikh Husain Muhammad Syaddad Ba’Umar dalam kitabnya Kaifiyat al-Wushul Liru’yat Sayyidina al-Rasul Muhammad saw mengatakan, "Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, seorang mufti Makkah al-Mukarramah berkata di dalam majmu’-nya yang terkumpul di dalamnya sejumlah shalawat atas Nabi saw.: ”Sesungguhnya salah satu bacaan utama yang banyak diucapkan oleh orang-orang soleh adalah bacaan sholawat al alil qodri yang barang siapa membacanya terus menerus pada malam jum’at meskipun satu kali, niscaya akan tersingkap baginya ruh yang menyerupai ruh Nabi saw. ketika dia akan meninggal dan masuk ke dalam kubur, dia akan melihat bahwa Nabi saw sendiri yg menguburkannya/ memasukkannya ke liang lahad.” Sebagian orang soleh berkata: ‘Bagi siapa yang rutin membacanya setiap malam sepuluh kali dan pada malam jum’at sebanyak seratus kali, dia akan memperoleh karunia yang besar dan kebaikan yang melimpah dengan kehendak Allah Ta’ala.” SHOLAWAT NUR Allaahumma sholli 'alaa Sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shobihi wa sallimDi tulis ulang dari grup / halaman facebook :Pi Pi‎ ke SEJARAH ULAMA DAN KARAMAHNYADi dalam grup tersebut tulisan ini di publikasikan oleh :Pi Pi‎ ke SEJARAH ULAMA DAN KARAMAHNYASemoga Allah memberikan kebaikan dan manfaat atas tulisan ini bagi kita semuanya, Amin...
http://www.masdull.com/2020/01/sholawat-sholawat-agung.html
0 notes
storyofberoo · 7 years
Text
السند
KENAPA SANAD ITU PENTING? Berkata Al-Imam Abdullah Ibnu Mubarak Rahimahullah "Sanad itu sebahagian daripada Agama. Kalau tidak dengan sanad. Sewenang-wenangnya sahaja seseorang itu berucap dengan apa yang dia nak ucapkan." Kita inginkan ilmu kita ada barokah. Ada kesinambungan bersambung dari Tok Guru kepada Tok Guru bersambung, bersambung, bersambung sampai kepada Baginda Sayyidina Rasulullah ﷺ. Nak dapatkan sanad ini macam mana? Jalannya dari dulu sampai sekarang tidak lain dan tidak bukan adalah dengan bertalaqqi duduk di hadapan Para Guru. Lutut bertemu lutut, mata bertentang mata. Dari mulut ke telinga, telinga ke mulut. Hadir di dalam majlis guru. Hadir jasad dan juga hati. Diberi ijazah secara khusus mahupun secara umum daripada Guru. Orang yang beramal tanpa didasari dengan mendapatkan ijazah, sanad yang bersambung sampai kepada penulisnya langsung ataupun pengarangnya maka seumpama orang yang pergi belajar di luar negara.Misalnya belajar di Al-Azhar, Mesir tapi balik Malaysia tak bawa balik sijil. Orang tak akan iktiraf kita ini pelajar lulusan dari Al-Azhar sebab kita tak ada sijil sebab setiap sesuatu itu perlulah didasari dengan buktinya. Jadi ilmu ini buktinya adalah dengan sanad. Siapa Gurunya? Siapa Tok Gurunya? Siapa Tok Guru kepada Tok Gurunya? Siapa Tok-Tok Guru kepada Tok-Tok Gurunya. Demikianlah bersambung terus sampai kepada Sayyidina Rasulullah ﷺ. #MutiaraKata[TUAN GURU SYEIKH MUHAMMAD NURUDDIN MARBU AL-BANJARI AL-MAKKI HAFIDZOHULLAH] #thecapal FB: The Capal
0 notes
ns-journal · 7 years
Text
Tips Septi Peni Wulandari
Siapa yang tidak ingin menjadi Ibu seperti Septi Peni Wulandani? Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih sangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa? Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kita search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream. It’s like watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia. Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran. Akhirnya beliau pun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah……Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren? Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitu pun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik, lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya? Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya. Ara, anak kedua. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak. Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!! Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20. Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe. Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu: 1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan. 2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktik nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut. 3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “Kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”. 4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat. 5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it! 6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai. 7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya. 8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara homeschooling di mana ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang. 9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe… Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta 10. Punya kurikulum yang keren, di mana pondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara. 11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya. Daaaan masih banyak lagi. Hhhhmmm… Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most presticious career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi. Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa. Dari kisah di atas, saya juga menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk? Sumber : Kompasiana
1 note · View note
nahargostu · 8 years
Photo
Tumblr media
Salah satu pembuka pintu saya mengenal Rasulullah. Ada cerita yang masih kuingat betul : "Jika kamu bermimpi ketemu saya, Insya Allah, kamu akan bertemu Kakek buyut saya. Kakek dari Husein Bin Ali bin Abi Thalib" Dari beliau pula, Abah, memberiku ijazah (bukan hitam diatas putih), mengenai salawat. Amalan Syajaratul Quud (Pohon Uang), kemudahan rezeki, yang bisa kami gunakan ketika terdesak/darurat. Termasuk menghentikan hujan dan memohon pertolongan Tuhan dalam sekejap. Amalan itu bersalawat pada nabi, juga doa² lain dalam wirid yang bisa setengah jam kami selesai membacanya. Amalan lain "Ya Razaaq", ayat dari surat At-Talaq : وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَوَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا Beliau pula yang memberi pesan pada kami : "jika kamu ingin menguasai dunia, belajarlah dua ilmu : bahasa dan teknologi. Terutama bahasa China". Beliau orang tasawuf, futuristik dan menyayomi puluhan ribu santri secara gratis. Punya pandangan batin yang tak bisa dinalar. Sayangnya saya cuma belajar pada beliau Oktober 2009 hingga Mei 2010. Beliau meninggal dunia pada November 2010 dan dimakamkan di sekitar rumah dan pesantrennya. Saya adalah anak didik beliau yang memutuskan mundur dan kembali pada ibu bapakku. https://m.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib/photos/a.356613851095960.85503.347695735321105/671587526265256/?type=3 – View on Path.
0 notes