Tumgik
#Jam Tangan Wanita Kotak
seikhlaslangit · 2 years
Text
Tuhan, malaikat yang Engkau utus untuk menjagaku, ternyata selalu memastikan jika namaku selalu ada di dalam Doanya.
jagalah pintaku untuk senantiasa menyebut namanya.
" ma nyampe mana ? " pesanku pada jam 14.30 wib.
" ini udah perjalanan pulang, kenapa ? " balas beliau di menit yang sama.
" ngga papa. Cuma tanya aja ". Ku balas dengan ketikan agak lama dari biasanya. Ku matikan dataku lalu ku ambil charger untuk mengisi daya. Entah, kenapa semenjak sakit aku jadi lebih manja ke ibuku. Rasa ingin di dekat beliau semakin menjadi-jadi. Setiap jam setengah tiga sore aku selalu mengirimkan pesan hanya untuk menanyakan "kapan pulang".
Tak berselang lama dari pesan yang tadi aku kirimkan, tiba-tiba terdengar suara derap langkah yang semakin dekat.
"Assalam'mualaikum" suara khas yang sedikit heboh dengan senyuman yang lebar seperti biasanya mampu membuatku menoleh kearahnya.
" mau mandi a ? " tanya beliau kepadaku.
Ku lihat jam di layar handphone ku yang menunjukkan angka 15.30 wib.
" mau " ucapku dengan suara yang sok lemes .
" yaudah ayo " . Dengan cekatan mama menyiapkan segala hal yang aku butuhkan ketika mandi. Mulai dari sabun-baju ganti.
Ku matikan infusku, dan membawanya pada tangan sebelah kanan. Bisa ku pastikan jika darah ini akan segera naik ke selang infus jika aku terlalu lama mematikannya.
Setelah masuk ke kamar mandi, mama dengan sabarnya merawatku. Menyiapkan pasta gigi yang akan ku gunakan, sabun cuci muka, dan sabun mandi.
Aku tertegun " aku udah besar, tapi kalo di fase kayak gini rasanya seperti kembali menjadi seorang anak kecil ". Suara batinku mencoba menghadirkan serpihan memori di 22 tahun yang lalu. Aku yakin, ibuku pasti beranggapan hal yang sama denganku.
Dari sini, aku mulai membenarkan ucapan salah seorang yang aku lupa namanya . Beliau mengatakan bahwa "mau sampai kapanpun, orang tua kita akan menganggap diri kita sebagai anak kecil mereka".
Setelah mandi dan berganti pakaian bersih, mama memgoleskan minyak kayu putih, memberikan parfum, menyisiri rambutku, menguncitnya, lalu mengoleskan bedak taburnya di wajahku.
" selesai, kalo ginikan jadinya ngga seperti orang sakit " ujarnya kepadaku.
Tak selang lama dari itu, seorang wanita mengantarkan makanan seperti biasanya .
" terimakasih mba " ucapku berbarengan dengan mama.
Kedua tangan mama mengambil kotak nasinya lalu membukanya secara perlahan
" makan yaa menunya enak ini ada rolade, daging, nasi sama buahnya " kata mama menjelaskan menu yang akan aku makan sore ini.
" iya mam " .
Mama mulai menyuapiku secara perlahan dan tentunya dengan kesabaran tingkat tingginya.
" mugo-mugo ae awakmu diparingi jodo sg suabar yu " kalimat yang sering beliau lontarkan . Aku sadar, jika aku adalah anak gadis yang manja. Lalu, diberikannya seorang ibu dengan tingkat kesabaran yang luar biasa.
Salah satu alasan kenapa mama selalu memanjatkan doa tersebut disetiap waktu, tidak lain karna faham betul anaknya ini macam apa . Anaknya ini semanja apa, anaknya ini setidak bisa apa-apa, bahkan seringan memasang gas, beli gas, mengangkat galon, memasak makanan terenak sedunia atau membuat sambal bintang lima itu tidak akan bisa.
Bisa jadi, suatu saat nanti aku memang bakal semerepotkan itu kepada suami. Ngga tau lagi deh gimana nanti jadinya jika suamiku tidak sesabar ibuku.
Mama selalu bilang " yu, kalo cari pasangan itu yang saling mencintai, saling menghormati, dan saling merasa butuh antara satu dg yang lainnya. Biar nantinya kamu selalu dihargai, dimuliakan, dan dicintai. Karna perjalanan rumah tangga ini panjang sekali dengan segudang masalahnya, jadi cari suami yang bener. Ngga papa ngga kaya yang penting tanggung jawab. Ngga papa ngga ganteng yang penting meneduhkan ketika kamu melihatnya ".
Mama dengan segala pesannya, dan aku yang bagian mengaamiinkan segala panjatan doanya.
"Aamiin paling serius ya Allah " balasku disetiap kalimatnya dengan senyuman lebar.
Dari sini aku menyadari bahwa yang ada disetiap keadaan ku dan selalu memperjuangkan kebahagianku adalah beliau. Sosok malaikat yang Allah hadirkan untuk menemaniku.
"Tuhan, terimakasih sudah menghadirkan malaikat tercantik untuk ku. Dan semoga engkau ringankan jiwa dan ragaku untuk selalu menggapai ridhonya"
Lagi difase dibuat jatuh cinta sama mama hehe :). Makasih mam untuk semuanya .. Semogaa aku bisa selalu membaktikan diri kepada mama yaa sampai dipenghujung usia.
Suatu hari nanti, aku maunya aku yang merawat mama ketika di usia senja. Biar aku sendiri yang memantau kondisi kesehatannya mama. Dan rasa itupun juga berlaku untuk calon mertua. Rasa-rasanya aku ingin selalu ada di usia-usia senjanya sebagai bentuk rasa terimakasih karna telah melahirkan dan mendidik suamiku dengan segala sifat dan tindakannya yang membuatku semakin hari semakin mengaguminya.
Semoga Allah mudahkan ..
29-Januari-2023
4 notes · View notes
messylochness · 2 months
Text
Kaliyan Widodari
Sebuah AU dari ilustrasi Kak Nepa. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tokoh, kejadian, atau cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
TRIGGER WARNING: 18+, Suicidal attempt, angst, not happy ending.
Suara berkelentang sebuah benda yang jatuh, menyadarkanku dari rasa kantuk. Sekarang masih pukul tiga pagi, namun, aku harus sudah bangun untuk dirias. Aku membungkukkan tubuh untuk mengusir rasa kantuk, berniat mengambilkan benda tersebut, namun kedua pundakku dicengkeram kuat-kuat oleh asisten perias pengantin yang bertugas membuat sanggul. 
“Mpun kakehan obah sirahipun, Mbak,” ucap sang asisten. Meskipun disebut asisten, namun beliau lebih senior dari sang perias. Aku menuruti perintah tersebut. Dari ekor mata, kulihat sebatang pensil alis berwarna oranye kini sudah berada dalam genggaman wanita muda tersebut. Ah, rupanya seorang perias manten yang kondang di daerahku memakai jenama pensil alis yang sama denganku. Merek klasik ini lazim dipakai perias pengantin Jawa lainnya sebab memberikan hasil tegas dan menambah pikat manglingi. Meski begitu, alasan kami memakainya mungkin tidak sama. 
***
“Mbak, permisi,” sapaku sambil mencolek pundak seseorang yang berada di sebelah kanan.  Kuliah pertama pagi ini dimulai pukul setengah tujuh, sementara aku baru bangun jam enam karena lupa memasang alarm semalam. Kalang kabut karena khawatir terlambat, aku melupakan tas jinjingku di meja belajar kemudian berlari lintang pukang menuju parkiran motor dan memacu kendaraan menuju kampus. Kini, setelah berhasil masuk kelas sebelum dosennya datang, aku baru sadar jika tidak membawa kotak alat tulis. 
“Ya?” jawabnya meski dengan pandangan tetap terpaku pada lembaran handout di tangan. Jemarinya yang lentik berhias beberapa buah cincin logam yang masing-masing tersemat pada jempol, jari manis, dan kelingking. Pagi ini kami ada kuis, jadi wajar jika orang-orang di sekitarku sibuk mengejar ketertinggalan belajar mereka, atau sekadar mengulas kembali hasil belajar mereka semalam.  
“Maaf Mbak, bisa pinjam pulpen? Pulpenku ketinggalan.”
“Oh … bisa, sebentar.” Ia mengeluarkan kotak pensil dari dalam ransel, lalu merogoh satu pulpen.
Tanpa melihat ke arah kotak pensilnya, hanya dengan mengandalkan intuisi dan indra peraba, ia menyerahkan pulpen tersebut. Aku yang terburu-buru langsung menerima tanpa pikir panjang seraya berterima kasih. Barulah ketika tutupnya kubuka, lalu aku hendak mencoret sesuatu pada lembar handout-ku, kusadari ini bukan pulpen. Bukan pula pensil, melainkan sebuah pensil alis. 
Aku mendengkus geli, menertawakan kebodohanku sepagi ini yang melupakan banyak hal, hingga berakhir dipinjami pensil alis. Gadis di sebelahku menoleh. Untuk pertama kalinya pandangan kami berserobok. Mataku terjerembab dalam kolam cokelat madu miliknya yang dibingkai kacamata. Dadaku seketika berdesir, menatap paras ayu di hadapanku. Kami saling berpandangan kemudian ia mengalihkan perhatian ke pensil alis di tanganku. Kemudian, kami saling tertawa tanpa aba-aba. 
“Waduh, maaf, maaf, Mbak,” ucapnya. Ia meraba tasnya lagi, kemudian mengambil kotak pensil yang berbeda. Kali ini berwarna kuning, sebelumnya biru. Aku mengembalikan pensil alis di tangan, kemudian ia menukar dengan pulpen sungguhan. Sebelum aku sempat bertanya mengapa ia sampai tertukar dengan kotak makeup-nya, gadis ini menjelaskan padaku. “Ibuku perias manten. Tadi beliau telepon minta diantarkan kotak riasnya yang ketinggalan, tapi aku bilang aku ada kuis pagi ini, sebelum mampir ke sana.”
“Ooh,” gumamku lirih. “Nggak keburu dimulai acaranya kalau diantar nanti?”
Seraya mengibaskan telapak tangannya, ia menyanggah, “Acara akad nikahnya nanti dimulai sehabis Jumatan, kok. Kelas kita selesai jam delapan, jadi masih sempat.”
Lalu, obrolan kami terputus karena kehadiran asisten dosen yang membagikan materi kuis. Dosen kami di mata kuliah ini selalu tepat waktu, jadi tidak ada lagi kesempatan untuk berbicara dengannya sepanjang kelas. Barulah setelah kelas kami selesai dan aku menemukan teman-temanku di bangku paling belakang, mereka menarik lengan bajuku lalu berbisik lirih. 
“Kowe lapo omong-omongan karo Mbak Laras?”
Aku mengerutkan kening. Oh, mungkin maksud mereka perempuan yang tadi duduk di sebelahku. Jadi, dia-lah senior kami yang menjadi bulan-bulanan bahan gosip anak-anak se-angkatan karena dia mengulang kelas di semester ini. Tidak, dia bukan satu-satunya orang yang mengulang, hanya saja jika nama ‘Laras’ yang disebut, seluruh dunia terasa seperti gonjang-ganjing karena kabar miring yang melekat padanya. 
“Terus kenapa?” sanggahku. “Orangnya baik, kok.”
Temanku mencibir. Namun, sepertinya dia bisa merasakan ketidaknyamananku terhadap pembicaraan ini sehingga ia mengalihkan pada  topik lain.  
***
“Merem, Mbak,��� perintah periasku. Aku langsung menuruti dengan patuh. 
Kali ini ia memulaskan perona mata di sepasang kelopakku yang terkatup erat. Gerakan tangannya halus dan penuh kehati-hatian. Meski ini bukan pertama kalinya aku dirias oleh orang lain, namun tubuhku berguncang hebat dalam badai perasaan nan carut-marut. Sebab, kenyataan bahwa aku akan menjadi istri Mas Pandu dalam beberapa jam lagi perlahan mengendap dalam alam sadarku, dan membuat perutku bergejolak. Atau bisa jadi ini hanya guncangan yang ditimbulkan dari asisten perias pengantin yang sedang menyasak rambutku dengan  sedikit kasar, bahkan rasanya seperti dijambak. Aku ingin sekali membuka mata, berharap kenyataannya akan berubah jika aku melihat secara langsung, tetapi tentu saja ini mustahil. 
Gedung sudah dibayar lunas. Petugas katering mungkin sedang mondar-mandir di markas mereka mengolah hidangan untuk siang ini. Penghulu akan datang tepat pukul delapan pagi ditemani petugas dari KUA sebagai saksi. Para tamu undangan menyusul kemudian. Tidak ada jalan lain. Aku telah mengambil sebuah keputusan besar, dan kini harus menghadapi semuanya seorang diri. 
Jauh di balik sana, diam-diam aku menangis. Meratapi keadaan yang memaksaku berada dalam situasi ini. Memisahkan paksa dua insan yang saling mencintai, hanya karena hubungan kami yang mesra dianggap terlarang oleh kebanyakan orang. 
***
“Jangan mengintip!” Ia terkikik geli ketika aku menggerak-gerakkan bola mata di balik kelopak yang pejam. Aku mencibir, merengkuh pinggang rampingnya di hadapanku untuk menggodanya.
“Aku nggak ngintip, Mbak Laras,” balasku. 
Laras membebaskan diri dari dekapan, kembali fokus memulas mata. Aku bisa rasakan hela napasnya yang secara tidak sadar tertahan jika dia sedang menggambar celak. Acara wisudaku akan dimulai beberapa jam lagi, tetapi kami masih tampaknya belum membuat kemajuan yang berarti dalam urusan merias wajah. Laras bilang, aku harus tampil manglingi di acara ini. Dia lupa jika aku hanya akan menghadiri wisuda, bukan menjadi mempelai pengantin. 
Orang tuaku janji akan menjemput di rumah Laras kurang dari satu jam lagi, namun kami tidak kunjung bersiap juga. Laras sudah lulus tahun lalu, aku menyusulnya dua semester kemudian. Ia bekerja sebagai asisten ibunya yang memiliki usaha sebagai pengelola acara pernikahan, bekerja sama dengan vendor-vendor lain yang jasa mereka saling melengkapi seluruh rangkaian kebutuhan pengantin; dekor pelaminan, tenda, katering, pemain musik—tradisional gamelan lengkap dengan sindennya, atau musik band—hingga pembawa acara dan penari tradisional cucuk lampah. Latar belakang pendidikannya di bidang Ekonomi mungkin kurang sesuai dengan profesi rias pengantin, namun Laras lebih banyak bekerja di belakang layar dalam mengatur keuangan bisnis mereka. 
Helaan napas Laras yang menggelitik kembali terasa di leher hingga merambat ke tengkuk, ketika ia sudah selesai membuat celak. Tidak sepertinya yang lebih jago berhias, aku tidak pandai memakai kosmetik. Pensil alis yang tersimpan di laci meja di kamarku, masih utuh tidak terpakai. Aku membelinya sebagai memento, untuk pengingat pertemuan pertamaku dengan seseorang yang mengisi tempat paling spesial dalam diriku. 
“Oke, udah sama belum ya?” gumam Laras lirih.
“Mana cerminnya, aku mau lihat,” desakku. Aku membuka mata, hendak merebut cermin meja yang terletak di balik punggung Laras. 
“Nggak boleh, nanti dulu.”
Namun, Laras menghalangiku dengan tubuhnya. Kami sempat bergelut meski tidak bersungguh-sungguh, hingga akhirnya aku berhasil mengunci tubuh Laras di kasur. Tempat tidurnya yang berada di lantai—tanpa dipan—menahan kepalanya untuk tidak membentur permukaan pualam yang keras. Cermin mejanya telah berpindah tangan ke dalam genggamanku, sementara kedua tangan Laras terkulai di sisi tubuhnya. Kudekatkan cermin tersebut ke hadapan wajah, namun belum sempat kulihat pantulan bayangan di sana, Laras menubrukku. 
Bibir kami bersentuhan secara tidak sengaja selama beberapa detik ia berusaha mempertahankan cerminnya. Aku mematung. Begitu juga dengannya. Pandangan kami terpaku pada satu sama lain, lalu entah siapa yang memulai duluan—sespertinya aku—aku mengunci Laras di kasur, bibir kami saling tertaut dalam tarian nan gemulai. Berpagut di antara ceruk antara kedua bibir ranum dan sedikit menganga, membalut satu sama lain dalam jala-jala yang terbentuk dari tetes saliva.
Damba di antara kami telah tertambat begitu lama, terselip dalam bulan demi tahun yang dijalin bersama. Aku ingin terus mencumbunya demi menuntaskan dahaga, pun demikian Laras tampak tidak lagi sanggup menyembunyikan percik nyala di antara kami yang kian berkobar, dari balik matanya yang jernih serupa cermin, memantulkan asaku nan membara. 
Satu-persatu helai kain yang menghalangi kami mulai terlucuti. Waktu seolah terhenti di sini, dalam surga kecil yang kami ciptakan berdua. Lenguhan Laras dan suara paraunya saat memanggil-manggil namaku serupa nyanyian paling merdu di telingaku. Kami asyik masyuk merayakan sebuah pernyataan akan cinta kasih yang ingin bersatu dalam peraduan. 
“Gusti Pangeran!  Laras! Anindya! Apa-apaan kalian?”
Cinta kami indah dan murni. Hanya karena kami berdua saja yang bisa merasakan, bukan berarti ini tidak boleh terjadi. Seandainya saja pada saat itu kami sudah memastikan kalau pintunya sudah terkunci dengan benar. 
***
Sudut-sudut mataku yang tiba-tiba basah, diseka dengan kapas kesat oleh periasku. Aku membuka mata, menatap bayangan seorang wanita dengan mata memerah, sanggul setengah jadi, dan wajah yang tidak lagi bisa kukenali. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang begitu terobsesi menjadi ‘manglingi’  pada hari pernikahannya, sementara aku merasa menjadi orang lain dengan penampilan seperti ini. 
“Jangan bersedih, Anin,” bisik periasku. Kini ia sedang memulas perona pipi dengan polesan lembut dan satu arah. “Ini hari berbahagiamu.”
Hanya ada satu orang yang memanggilku demikian. Keluarga, teman-teman, dan Mas Pandu menyebutku dengan Nindya. 
Asisten perias pengantin berdeham, kembali menarik rambutku sedikit lebih keras agar bisa disanggul dengan rapi. Padahal aku sudah diperingatkan dari jauh hari untuk tidak memotong rambut sampai hari pernikahan tiba, namun semalam aku menggunting rambutku yang sepunggung menjadi sebatas pundak dengan gunting dapur yang beraroma bumbu mie instan sekenanya saja sebagai bentuk perlawanan terakhirku pada ibu dan bapak. 
Mas Pandu adalah seseorang yang diperkenalkan padaku, segera setelah insiden sebelum wisuda itu sampai ke telinga bapak dan ibu. Dia anak teman sekantor Bapak ketika masih aktif sebagai PNS. Memiliki wajah rupawan, pendidikan bagus, serta pekerjaan yang menjanjikan hari tua, tampaknya tak bisa menggoyahkan hatiku, sebab aku telah seutuhnya tertawan pada seorang gadis. Namun, perkenalan ini pun berujung menuju pelaminan juga, karena masing-masing orang tua telah setuju dan tanggal telah ditentukan. 
Satu permintaanku yang dengan terpaksa dituruti oleh bapak dan ibu adalah kebebasan memilih sendiri perias pengantin. Mereka berdua tahu siapa yang akan kupilih, namun dengan berat hati menyetujui karena aku mengancam akan mengakhiri hidup dengan mengacungkan sebilah pisau dapur di leherku sendiri. Rasa sakit di kepala saat ditancapi tusukan konde tidak sebanding dengan ngilu di hatiku saat melihat Laras kembali sedekat ini. Dia terlihat baik-baik saja, masih bisa tersenyum mendampingi segala rangkaian prosesi pernikahanku mulai dari siraman, malam midodareni, hingga akad nikah yang dilanjutkan dengan resepsi. Sejauh manapun kami berusaha mempertahankan perasaan ini, pada akhirnya akan kandas juga. 
Aroma asap rokok yang mulai disulut oleh asisten perias pengantin, perlahan menyeruak masuk dalam penciumanku. Sepertinya, sudah tiba waktu untuk sembogo, prosesi meniupkan asap rokok ke bagian kepala pengantin wanita untuk memecah aura dan agar pengantin terlihat ‘manglingi’. Asisten perias pengantin sudah bersiap untuk melakukannya, namun perias pengantinku menghampiri beliau, lalu meminta dengan lembut. 
“Biar saya saja Bu.”
Asisten perias memicingkan mata ke arahnya, seolah sangsi jika dia bisa melakukan prosesi sendiri pada klien pertamanya seumur hidup. 
“Mbak Laras ndak boleh macem-macem lho,” ancam beliau sebelum menyerahkan rokok tersebut. “Nanti kalau ada apa-apa, saya yang harus tanggung jawab ke ibunya Panjenengan.”
“Kulo mangertos, Bu.”
Pada saat ini, aku berani bersumpah, jika Laras yang selama ini selalu tenang dan tampak penuh pertimbangan, membiarkan suaranya yang lembut terdengar sedikit serak dan pecah. Laras berdeham sekali, kemudian menghampiriku sambil membawa rokok tersebut. Diisapnya lamat-lamat dengan mata setengah terpejam, kemudian diembuskan ke arahku. Aku sedikit terbatuk karena asapnya membuat tenggorokanku tersekat dan hidung sedikit gatal. Siapa yang menyangka, jika Laras yang dulu paling anti merokok kini bisa melakukan sembogo dengan lihai, seolah telah berlatih lama sebelum ini untuk persiapan.
Setitik air mata, disusul dengan yang lain kembali menetes. Meski buru-buru diseka agar tidak membuat riasanku luntur, namun aku tidak lagi bisa membendung tangisanku untuk tidak membanjur sekujur wajah. Saat aku membuka mata, kulihat punggung Laras kian menjauh dan asistennya membantu mengusap wajahku dengan tepukan pelan. 
“Wis yo Mbak, rasah ditangisi malih,” hibur ibu asisten. “Kulo dungaaken jodohipun Panjenengan langgeng, kanthi pinaringan tresna lan kamulyaan,” tambah beliau dalam bahasa Jawa halus. Namun, bukan pernyataan itu yang ingin kudengar.
Sidoarjo, 12 Juli 2024
1949 kata
0 notes
denvosi · 2 years
Text
Yuk Intip 7 OOTD Iqbal Ramadhan yang Inspiratif, Keren dan Trendi! | Denvosi
Tumblr media
Denvosi - Anda sudah mengenal orang ini, bukan? Benar, Iqbal Ramadhan. Aktris dan penyanyi kawakan ini kerap diperbincangkan karena paras cantik dan banyak kebiasaannya. Apakah kamu juga penggemar Iqbal?
 Iqbal tidak hanya populer dengan karya-karyanya tetapi juga memiliki gaya yang santai dan keren. Sahabat patut mencermati gaya OOTD yang sering dipamerkan Iqbal.
Jam tangan Denvosi buat OOTD yang Keren 
Tumblr media
 Denvosi merupakan merk jam tangan asli Indonesia dengan banyak pilihan. Dari jam tangan eksklusif pria hingga jam tangan wanita bertatahkan berlian. Denvosi juga menawarkan berbagai macam warna dan desain menarik yang cocok untuk acara formal maupun informal.
 "Denvosi adalah kebanggaan nasional. Tingkatkan penampilan Anda dalam acara Denvosi formal dan informal,” ujar Enda, Marketing Manager Denvosi.
Tumblr media
 Yang lebih menarik lagi, Denvosi menawarkan garansi dua tahun kepada pembelinya. Selain itu, merek ini menawarkan layanan penukaran mata uang setiap jam dengan slogan "Kekuatan Indonesia di Dunia". Layanan penukaran jam tangan ini ditawarkan selama dua tahun sejak tanggal pembelian.
Tumblr media
 Pemilik arloji berhak menukar arlojinya dengan arloji jenis  lain. Dengan menggunakan jasa penukaran jam tangan, pembeli hanya membayar selisih harga antara kedua jam tangan tersebut.
Pasti kebanyakan jejaring sosial stalking Iqbal bukan? Jadi daripada scrolling akun Iqbal, yuk simak 7 gaya OOTD Iqbal yang keren.
 Kenakan Jaket dengan T-shirt 
 Iqbal Ramadan yang simpel ini cocok untuk Sahabat saat bersantai. Iqbal memilih warna netral lalu memadupadankannya. Kedengarannya sederhana, tapi tetap keren kok sobat . Warna-warna yang digunakan juga tidak membuat Anda menjadi pusat perhatian, tapi siapa yang tidak menyadari bahwa gaya Anda sangat keren?
 Baju putih dan celana kain 
 Sepertinya gaya Iqbal sangat sederhana, Kawan . Karena hanya mengenakan kemeja putih dan celana panjang, alangkah baiknya Iqbal memakai trainer agar masuknya lebih santai. Kemudian teman-teman juga bisa meniru Iqbal untuk membuka beberapa kancing bajunya. Anda pasti akan menjerit, teman-teman !
 Baju Kotak-kotak
 Sahabat , kali ini Iqbal tidak takut berkreasi. Boleh dibilang kemeja Iqbal sedikit pop, tapi ia memadukannya dengan kemeja hitam dan celana netral. Yang membedakan Iqbal adalah sepatu pinknya. Siapa bilang anak laki-laki tidak bisa memakai warna pink? Selamat mencoba, memakai warna pink tetap manis!
 Kaos dan Topi
 Semudah itu sobat ! Kamu hanya perlu memakai topi dan kemeja, kamu sudah bisa bergaya keren seperti Iqbal. Mungkin terlihat biasa saja, tapi mencoba gaya ini dijamin bikin kamu makin keren. Warna kaosnya pilih yang netral, jadi sesuaikan topinya dengan seleramu ya sobat .
 Sahabat , pernahkah kamu memperhatikan bahwa Iqbal suka memakainya? Ini adalah salah satu gaya utamanya, Friends. Pakai jaket dan celana jeans dan sepatu, gaya Iqbal sungguh luar biasa. Walaupun sangat sederhana, jangan khawatir teman-teman , kamu bisa menggunakannya untuk hang out atau belajar.
 Baju ala Iqbal, yakin gak iri? Ini seperti pengantin pria yang sangat melamun. Meski mudah mengenakan kurta di luar dan kemeja di dalam, Iqbal membuat kesan yang baik. Senang sekali bisa bertemu teman-teman . Nah, kamu juga bisa meniru gaya ini, rapi dan cantik. Bagaimanapun, apel untuk rumah pacar secara otomatis disetujui oleh orang tuanya!
 Blazer
 Kalau kamu pergi ke acara formal, kamu bisa banget coba gaya Iqbal di ini teman-teman. Dia mengenakan jaket dengan celana dan T-shirt putih polos. Sungguh menakjubkan, sehingga gaya Iqbal terlihat lebih modern.
 Tentang Kawan, mau meniru gaya Iqbal? Pasti tertarik. Karena gaya Iqbal sangat kasual, cocok untuk dipakai sehari-hari. Teman-teman harus siap-siap jadi keren kan? ***
0 notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Ketika Hujan Mengulitimu
Tumblr media
@miakamiya 
Kugenggam sepotong cinta yang telah lama kurawat selama belasan tahun, yang ingin kuberikan hanya kepadamu dengan senyuman dan suara merdu saat menyapamu. Warna cinta yang masih merah bersinar ini  pastinya ‘kan membuat rona pipimu. Mungkin saat itu terjadi, aku menjadi salah tingkah, kikuk, malu dan berdebar-debar jadi satu. Melihatmu adalah alasan bagiku untuk menikmati hidup, untuk semua itu, aku berucap beribu syukur kepada Yang Kuasa.
Sejauh yang kuingat, kita hanya bocah ingusan kala itu. Tidak mengetahui rasa apa itu. Kita hanya kerap bermain bersama. Terkadang tanpa alas kaki, menginjaki rerumputan sembari berpegangan tangan. Kita menari-nari di bawah sinar matahari hingga langit merambat berwarna jingga. Wajahmu yang seakan-akan merona diterpa warna senja—kuning  kemerah-merahan, merah kekuning-kuningan.  
Entah berapa banyak festival kuhadiri bersamamu, demi melihat senyummu merekah. Caramu memanggil namaku yang kerap menggema di dinding hatiku. Saat kita memandang langit malam hari dan kulihat bayanganmu dengan jelas di sana, dan berpikir seperti orang bodoh, apakah kau juga melihat bayanganku sama halnya denganku?
Masih ingatkah kamu, sewaktu duduk di sekolah dasar, kelas 6 tepatnya, kauterjatuh dan aku menggendongmu di punggungku, entah kepada siapa kumemohon, untuk tidak membiarkanmu lepas dari punggungku, dan berdoa sedikit lagi, tolong, biarkan kami tetap seperti ini, sedikit lebih lama lagi.
Tak dapat kutemukan kata yang pas, perasaan apa itu.
Sayangnya, aku mulai menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar itu. That blooming feeling, I must know what it is. Itulah yang kupikirkan, demi mengetahui, kenapa perempuan yang hanya memakai baju tidur saat menonton pertunjukan wayang malam itu, begitu... sempurna.
Aku harus mengurai perasaan apa ini, kenapa jantungku tiba-tiba berdegup kencang saat bersamanya, kenapa aku merasa bahagia saat dia terus berada di dekatku. Kenapa aku ingin keadaan ini terus berlangsung selamanya.
Uke, di mataku kau tak memiliki cela. Mungkin Tuhan telah bermurah hati menutupi aib-aibmu di hadapanku sehingga kukira, kaudikirim oleh-Nya, sebagai malaikat berwujud manusia yang kian membuat indah imajiku terhadapmu. Hal itu pula yang membuat manusia-manusia itu iri kepadamu dan menyebarkan berita tak benar tentangmu. Itu hanya persepsi mereka. Tak jadi soal bagiku.
Ingatlah Uke, ketika kauingin menyerah, saat langit tak lagi bersahabat, saat orang-orang yang kausebut teman, pergi entah kemana. Aku adalah laki-laki yang akan selalu berdiri di sampingmu: seperti tempat berteduh yang kausebut rumah; atau seperti payung yang melindungimu saat hujan.
“Jangan menangis, karena aku ada di sini melindungimu.”
Menurutku, kau adalah Uke, seorang wanita luar biasa yang dicintai oleh laki-laki biasa sepertiku. Aku pun akan tetap mencintaimu, jatuh cinta kepadamu, meskipun kauberwujud kucing, capung, atau kupu-kupu sekalipun. Dan aku akan tetap menyukaimu bahkan hingga di kehidupan-kehidupanmu selanjutnya.
Terima kasih telah lahir ke bumi dan membuat indah hujan rinai ini, bersama warna hijau daun; warna-warni bunga; menambah lengkap latar belakang dirimu berdiri saat ini.
Uke, garis hidup manusia memang gampang-gampang susah ditebak. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bisa takjub memandangimu dari jendela kelasku. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar merasakan keheranan saat kau meminjam penggarisku saat ujian semester saat masa sekolah dulu. Dan karena kejadian kecil itu, aku bisa melihat dengan jelas wajahmu yang putih dan bercak cokelat di sekitar hidungmu yang kecil dan mancung itu. Itulah saat kali pertama kumenyadari perasaan apa itu.
Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar tertawa bersamamu saat kaumulai bertingkah konyol dan lucu. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bertemu denganmu dalam setiap mimpi-mimpiku yang selalu membuatku tertawa dan merasa nyaman, sekaligus juga merasa berbunga-bunga ketika berada di dekatmu. Di mimpiku, kaumilikku seorang, tanpa ada yang mengintervensi, kecuali mimpi terakhirku bersamamu yang membuatku harus cemas ketika terbangun. Kau pergi bersama teman SMA-mu, lebih tepatnya... dia adalah pacar pertamamu.
Mencintaimu, Uke, membuatku menyadari bahwa terkadang hidup itu berat sebelah, hidup itu tidak adil, hidup itu semu, hidup itu... mengecewakan. Membuatku menyadari bahwa cinta itu hanya untuk dongeng-dongeng sebelum beranjak tidur.
Uke, cinta ini telah membumbung tinggi dan dalam seketika tergelincir ke bumi, menjadikanku manusia yang tidak menginginkan lagi mencari cinta, segan bermimpi, dan berangan kosong. Aku pun sempat kuberpikir bahwa perkawinan itu sia-sia untuk orang sepertiku. Pernikahan itu hanya menjadi sebuah kewajiban tanpa esensi bagi manusia dan tidak ada kata tawar-menawar.
Kata “pernikahan” membuatku tergagap, bergidik ngeri, apakah nantinya dapat mempertahankan sebuah perjanjian besar yang menurut orang-orang itu suci. Ya, pernikahan itu suci dan menyempurnakan manusia. Namun, hal yang paling krusialnya adalah, apakah aku dapat mencintai orang lain selainmu, Uke?
Sekarang, tidak ada lagi bidadari dalam mimpiku yang berambut panjang, dengan senyum khasnya, memakai kemeja flanel warna merah dan jeans biru navy, yang membisiki kata-kata lucu dan menyebarkan gelak tawa di seluruh awang-gemawang.
Uke, aku rindu. Biarlah segala kesunyian ini menjadi milikku seorang. Biarlah foto kita yang berukuran 4R saat studi ekskursi ini yang menjadi pelipur laraku. Biarlah siluet punggungmu yang kulihat dari jauh, cukup memenuhi rasa kangenku padamu. Biarlah lagu favorit kita berdua menjadi pengantar tidurku dalam menikmati reminisensi bersamamu.
Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bercanda dan bermain di taman bermain bersamamu, menghabiskan malam setelah jam pulang kantor. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar mengagumimu, mencintaimu, mensyukuri kehadiranmu sebatas sepihak. Cinta yang sedari tadi kugenggam, kini membeku. Takdir telah menuntunku untuk melihat sesosok pemuda yang berjalan ke arahmu dan memakai cincin bermotif senada denganmu.
Takdir jugalah yang membuka mataku bahwa kautelah memilih pria lain. Dalam balutan kebaya berwarna cokelat emas, kautampak semringah bersanding dengannya. Ah, Uke, kenapa harus dengannya? Dia tidak pantas berdampingan denganmu. Kenapa bukan aku? Apa yang menarik darinya? Apa bagusnya dia? Apakah kautidak menyadari, dia tidak dapat mencintaimu, seperti aku mencintaimu?
Tidak dapatkah kaumerasakan setiap perhatianku padamu? Apakah semua cinta yang kuberikan tidak cukup menemukan siapa pria yang tepat untukmu?
Seperti orang idiot, aku menunggumu di tempat yang sama; memandang jendela kamarmu yang masih gelap; sepeda merah yang biasa kaunaiki saat pergi ke sekolah dulu; minimarket tempat kita belanja kudapan saat mengikuti grup belajar dulu; saat-saat aku pernah membohongi diriku sendiri dan berakting seperti teman biasa di depanmu; semua itu ingatanku padamu.
Semua kenangan bahagia itu menyakitkan. Sesakit usahaku untuk meyakinimu ketika menyampaikan rasa sukaku padamu. Waktu kini semakin larut, kini aku menderita insomnia. Aku tahu cinta adalah rasa sakit. Akan tetapi, haruskah aku ‘dihukum’ sekejam ini karena mencintaimu?
Janji yang dulu kita ikrarkan, masih kujaga hingga sekarang. Hangat tanganmu saat kita sama-sama memegang payung ketika hujan turun. sedetik pun tidak akan pernah melupakannya. Jejak aroma parfummu yang tak bisa hilang, masih tersisa pada barang-barang pemberianmu. Takdir kita memang sudah terputuskan, namun hatiku masih sama, mengharapkanmu.
Musim berganti. Kukatakan kepada diriku sendiri, “sudah cukup”. Kini, surat cinta yang pernah kutulis untukmu telah usang. Sia-sia kuselipkan di kotak suratmu. Surat yang berisi pernyataan cintaku yang tulus, di sini, aku berulang-ulang menyatakan cintaku seorang diri di malam yang menyedihkan ini. Berulang-ulang menyatakan, aku menyukaimu lebih darinya, walaupun mungkin hanya sebuah April Mop untukmu.
Meski kutetap bermimpi tentangmu, seperti deja vu, kuterus memanggil namamu lagi dan lagi. Kini semua terasa getir. Selamat tinggal, Uke. cinta pertamaku, perempuan yang telah memberikan warna-warni bagi kedua mataku.
Kutatap kursi kosong di taman tempat kita biasa bermain, tenggelam bersama raut wajahmu yang masih tersenyum manis dalam memoriku. Selamat tinggal, Uke. Wanita yang pernah datang dan pergi membawa sebagian hidupku.
Kau telah memilih.
I softly whisper, wishing your happiness.
Seketika rinai ini menjadi bumerang bagiku. Melunturkan warna merah cinta yang sedari tadi kupegang hati-hati. Rinai itu berubah menjadi hujan deras bersama butiran-butiran air jernih dari sudut mataku. Meninggalkan cinta yang merah pudar dan tak berpendar ini bak diorama satu warna, hitam dan putih, tanpa jejak-jejak kehidupan di situ.
Depok, 2017
16 notes · View notes
itsmefitria · 3 years
Text
Kelakuan Unik Ibu
Ibu adalah wanita yang unik. Seorang yang galak tapi baik hati hehe... Iya aku selalu takut kalau kena marah sama ibu. Dan ibu punya beberapa kelakuan unik yang selalu bikin aku malu sama diri sendiri. Tapi di satu sisi bisa belajar bagaimana kelak menjadi seorang ibu dan istri yang benar - benar hadir dan bisa menghadirkan kehidupan dalam rumah tangga.
1. Apa - Apa di Masak Sendiri
Dulu ketika anaknya masih krucil (belum bisa mandiri), ibu sempet memakai jasa pembantu sebentar. Itupun karena dipaksa bapak. Tapi ibu selalu gak bisa puas, apalagi kalau masakan. Bukan hanya soal rasanya, tapi cinta seorang Ibu gak bisa hadir di situ. Memang air tangan ibu benar - benar penyedap rasa yang membuat ketagihan. Sesederhana apa masakannya, cuma tahu tempe pakai sambal, tapi rasanya bisa nikmat.
Makin ke sini aku makin heran sama kelakuan Ibu. Ada suatu waktu bapak memanggil tukang - tukang buat benerin rumah. Karena jam kerjanya sampai sore, jadi kami menyediakan makan siang untuk para tukang. Aku pikir bakal beli nasi bungkus atau kotak aja. Kan simple yak. Eh ibu lebih memilih masak sendiri, dini hari dan nyiapin, uprek di dapur. Aku bertanya pas bantuin Ibu kenapa kok gak beli aja.
Ibu menjawab, “Loh kalau masak sendiri justru lebih murah loh mbak. Coba deh dihitung.”
Iya sih lebih murah, tapi kan kalau beli gak ngehabisin waktu dan tenaga yak.
“Mbak, ibu kok gak tega ya kalau ngelihat tukang kerja capek-capek, panas - panasan, nyari nafkah untuk keluarganya terus makanan yang kita sediakan cuma nasi bungkus yang rasanya gak karu - karuan. Hargailah pekerjaan mereka. Jangan pandang rendah mereka. Kalau kita bisa makan enak, harusnya mereka juga bisa makan enak sama kayak makanannya kita. Kan kalau mereka kita perlakuin dengan baik, mereka akhirnya juga semangat kerja ”
2. Solat di Setiap Ruang Rumah
Ini kebiasaan ibu pas kami masih di perantauan yang mengharuskan pindah - pindah kontrakan. Setiap pindah ke kontrakan baru, ibu selalu solat di setiap ruangan yang ada di rumah. Mulai dari kamar - kamar kosong, ruang makan, bahkan garasi. Tentunya dipastikan suci dulu ya. Kalau kamar mandi yo enggak wkwk... Kelakuan unik ibu ini baru aku sadari setelah ibu solat di kamar kosong yang dijadikan tempat naruh barang. Batinku kenapa ya ibu solat gelap - gelapan di situ karena bohlamnya memang gak ada. Aku aja serem sama kamar itu.
Ibu bilang, “Biar anak - anak sama suami ibu gak takut berada di rumah sendiri. Betah lama - lama di dalam rumah. Yaa biar gak kosong dan ditempati setan juga. Lagian tempatnya udah ibu sapu dan pel, insya Allah bersih dan suci kok. Mbak kalau mau solat di kamar sini juga boleh :)”
3. Komat Kamit Sendiri
Aku paling suka merhatiin ibu. Pas aku perhatiin ibu melakukan pekerjaan rumah, pasti ibu selalu komat kamit. Aku deketin deh, ternyata terdengar lantunan dzikir, tapi paling sering hapalan surah. Masha Allah. Ini paling menohok sih. Semangatnya ibu menghapal Al - Qur’an tinggi banget walaupun di usianya beliau sudah lumayan susah untuk menghapal. Berkali - kali menghapal, berkali - kali itu juga lupa. Sedangkan aku, masih muda dan otak masih bagus performanya tapi hapalan surah masih kalah semangat :(
Bahkan di dinding dekat cuci piring, tampak ayat yang sedang ibu hapal. Ayat itu ibu tulis sendiri plus artinya terus ditempel di dinding itu. Setiap ibu masak atau mencuci piring, mata ibu selalu menatap kertas itu sambil terus berusaha ngapalin. Berhari - hari. Kalau sudah hapal, kertas itu bakal dilepas dan diganti dengan ayat yang baru.
Satu peristiwa yang bikin aku sedih plus terharu. Waktu itu ibu dan aku pernah kecelakaan pas goncengan naik motor. Aku cuma luka di kaki, tapi ibu luka di pelipis sampai harus dijahit. Ketika jatuh dari sepeda motor itu, ibu gak sadarkan diri. Aku panik banget karena tubuh ibu gak bergerak. Takut kalau ibu meninggal. Namun, aku perlahan tenang ketika melihat mulut ibu berdzikir. Aku langsung mengucap hamdalah. Saat ibu sadar, aku cerita kalau ibu tadi berdzikir. Aku nanya ibu sebenarnya sadar ya? Ibu malah bingung karena ibu malah gak ingat apa - apa. 
That’s life
Pantas saja jika ibu diibaratkan malaikat yang terlihat di muka bumi ini. Dan menjadi ibu yang seperti ibuk adalah cita - cita terbesarku sebagai seorang perempuan. Ibu yang bisa membuat rumah menjadi hidup, yang mengisi ruang - ruang rumah dengan agama, ilmu, dan cinta. Love ibu :)
2 notes · View notes
alineaberkata · 3 years
Text
[3] Satu Mimpi di Atap Gereja
Tangan yang sedang memegang pena berwarna hitam itu berhenti pada sebaris pertanyaan yang tercetak jelas di selembar kertas.
Apa mimpimu dimasa yang akan datang?
Mimpi.
Apa yang Joshua ketahui tentang mimpi?
Yang ia ketahui secara harfiah mimpi adalah sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur atau bisa disebut juga bunga tidur. Tetapi jelas pada pertanyaan tersebut ia tahu mimpi yang di maksud adalah salah satu tujuan hidup manusia yang penuh dengan pengharapan. Katanya manusia akan bergelimpangan tak berarah tanpa mimpi.
Kembali ke pertanyaan yang ada di kertas tersebut. Sebenarnya Joshua sendiri masih tak mengerti apa arti mimpi didalam hidupnya sendiri. Kata temannya mimpi itu sesuatu yang sangat didamba-dambakan di kehidupan mendatang, seperti Rizka teman sekelasnya yang bermimpi menjadi orang kaya agar mempunyai rumah luas dengan kamar yang banyak agar dirinya tidak harus berbagi kamar dengan saudara kandungnya atau mimpi Balqish yang ingin menjadi seorang guru.
Kalau mimpi yang dimaksud sekadar seperti apa yang diceritakan temannya mungkin itu hanya sebuah keinginan yang belum tercapai tetapi tetap saja mimpi berawal dari suatu keinginan. Joshua kembali bertanya pada dirinya sendiri.
Apa keinginannya saat ini?
Joshua hanya ingin dirinya dan keluarganya selalu diberikan kesehatan. Tetapi itu doa bukan mimpi. Entahlah mungkin Joshua terlalu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepadanya.
Cukup banyak pertanyaan yang terus hadir di kepalanya saat guru bimbingan dan konseling menjelaskan materi tentang menentukan jenjang karir di kelasnya siang tadi. Namun sepertinya tak ada kesempatan baginya untuk sekedar mengangkat tangan atau membuka mulut karena entah mengapa materi tadi membuat teman-temannya begitu antusias mengikuti pelajaran tersebut dengan berbondong-bondong menceritakan mimpinya masing-masing.
Jam dinding di kamarnya menunjukkan angka sembilan. Yang berarti jadwal belajarnya sudah habis, sekarang waktunya Joshua untuk istirahat dan mengisi ulang energinya kemudian melakukan aktivitas seperti biasa esok hari. Jadwal belajar di rumah yang ditentukan orang tuanya hanya dua jam memang cukup sebentar tetapi sebelumnya ia juga mengikuti bimbingan belajar sepulang sekolah sehingga orang tuanya menyuruh Joshua untuk tak menghabiskan waktunya hanya untuk belajar.
Selembar kertas yang belum sempat Joshua isi itu ia masukan pada map yang ia susun di sebuah rak disamping meja belajarnya, masih banyak waktu untuk mengisi pertanyaan tersebut. Kemudian ia membereskan beberapa buku dan alat tulis yang sempat ia pakai.
"Belum selesai belajarnya, nak?" Suara seorang wanita di ambang pintu kamarnya.
"Mamah udah pulang? kok Shua gak denger suara mobil mamah. Udah kok mah ini lagi beresin buku-bukunya," balas Joshua sambil menghampiri wanita itu.
Sebuah pelukkan hangat ia dapatkan dari wanita tadi yang ia panggil mamah ditambah beberapa kecupan di kening, seperti biasa mamahnya memang selalu melakukan itu setiap pergi atau pulang dari tempat kerjanya. Walau usianya sudah mulai dewasa Joshua tak pernah malu saat mamahnya melakukan kebiasaan tersebut, ia mengerti mamahnya hanya mempunyai dirinya saat ini karena Joshua merupakan anak tunggal.
"Tadi mamah pulang naik taxi online, sayang. Kalau sudah selesai belajarnya sekarang istirahat ya, maaf mamah mengganggu kamu," kata mamahnya sambil mengelus kepala Joshua.
"Kenapa gak telepon Shua aja sih, Mah. Kan lebih aman kalau Shua yang jemput, sekarang banyak orang jahat diluar sana apalagi ini udah malam banget," omel Joshua
"Aduh mamah lupa anak mamah udah gede udah bisa ngomelin mamah nih. Mamah tahu kamu cape habis ekstrakulikuler sayang, lagian sekarang mamah udah selamat sampai rumah."
"Untuk hari ini Puji Tuhan mamah gak kenapa-napa, nanti lagi minta jemput Shua aja. Buat apa Shua dikasih mobil kalau mamah pulang malah naik taxi online," tegas Joshua.
"Iya, sayang. Oh iya jangan lupa ya nak, besok pagi nenek nunggu kamu di gereja seperti biasa karena mamah ada praktik dari pagi kamu duluan aja ya."
"Shua ingat kok mah, besok kan ada latihan juga."
"Yaudah sekarang kamu istirahat aja sana. Selamat malam, sayang."
"Malam juga, mah. Selamat beristirahat."
Percakapan hangat itu berakhir, menyisakan Joshua yang mengamati perginya wanita yang ia sangat ia cintai. Setelah yakin mamahnya sudah sampai di kamar, ia langsung menutup pintu kamarnya. Bergegas membereskan beberapa barang yang belum sempat ia bereskan kemudian menutup jendela kamarnya.
Angin menerpa wajahnya, malam di penghujung bulan Oktober sangat dingin tapi belum ada tanda-tanda hujan akan mengguyur kota kembang ini. Joshua beranjak menuju tempat tidurnya, hari ini begitu melelahkan banyak aktivitas yang menguras tenaga dan pikirannya. Sebentar ia merapalkan doa dan harapannya untuk esok hari lalu memejamkan matanya dan tenggelam dalam dunia mimpi.
...
Sabtu pagi yang mendung di bulan Oktober mengantarkan Joshua pada bangunan yang familiar baginya. Bagaimana tidak familiar, setiap akhir pekan bangunan di depannya selalu ia kunjungi.
Bangunan dengan gaya arsitektur neo-gothic dengan jendela khas menggunakan kaca patri, di atapnya terdapat lonceng besar dan terdapat salib di puncak bangunan tempat lonceng. Bangunan ini sama seperti bangunan kuno lainnya yang memiliki nilai spiritual yang dituangkan dalam bentuk tertentu di setiap sisi-sisi bangunan. Beberapa pohon Angsana akan menyambut jemaat-jemaat yang datang untuk melakukan ibadah, memberikan kesan teduh di bangunan suci ini.
Setelah memarkirkan mobilnya, Joshua bergegas keluar dari mobil dan berjalan menuju bagian depan gereja dan tak lupa menyapa beberapa orang yang ia kenal. Tangannya membuka daun pintu yang kayunya terbuat dari pohon mahoni itu, kemudian netranya menelisik ke seluruh ruangan mencari sosok tua yang dibicarakan mamahnya kemarin malam.
Sebuah tangan menepuk pundaknya sedikit terkejut karena dirinya terlalu fokus memerhatikan orang-orang yang di dalam ruangan. Joshua lekas masuk seutuhnya karena ia baru menyadari dirinya diam di ambang pintu yang dimana itu menghalangi satu-satunya akses keluar masuk ruangan. Sambil berbalik menatap orang yang tak sengaja ia halangi tadi untuk meminta maaf.
"Maaf saya menghalangi jalannya," ucapan Joshua sambil menundukkan badannya.
"Joshua, ngapain kamu diem di depan pintu?" tanya seseorang di hadapan Joshua.
"Eh Adara, saya lagi cari nenek, kamu tahu ada dimana?" Tanya Joshua
"Oh nenek Rachida aku lihat ada di gathering room, lagi ngobrol sama Pak Jullius," balas perempuan itu sambil menunjukan arah ruangan.
"Oh iya kalau gitu, makasih ya, Ra."
"Iya sama-sama, Josh."
Keduanya masih tak beranjak dari sana, Joshua dengan tangan yang menggaruk tengkuknya yang tak gatal begitu juga Adara yang tersenyum canggung. Mata Joshua tak henti-hentinya memerhatikan wajah Adara yang selalu membuat dirinya tertarik, bagaimana cara Adara menatap lembut lawan bicaranya, bagaimana bibir merah itu tersenyum yang diikuti lengkungan manis di matanya.
Ida Ayu Adara Maharani, seorang perempuan manis asal Bali yang membantunya mengobati Chloe, anjing peliharaan saudaranya. Saat natal beberapa tahun yang lalu Joseph saudara Joshua membawa anjing peliharaannya ke gereja. Waktu keluarganya beribadah, anjing itu dititipkan kepada temannya namun entah mengapa saat dikembalikan kaki Chloe berdarah dan terdapat tancapan pecahan kaca dikakinya. Seorang perempuan yang saat itu menggunakan dress off shoulder berwarna putih menghampiri Joshua dan Joseph sambil membawa kotak P3K dengan wajahnya yang panik. Dari situlah Joshua mulai memerhatikan Adara yang ternyata salah satu anggota paduan suara gereja.
"Ada apa lagi, Josh?" Suara Adara memecahkan keheningan.
"Kamu kok cantik banget Ra, eh maksudnya kamu gak latihan." Dengan refleks Joshua memukul pelan mulutnya yang tak dapat diajak kerjasama.
"Pantes kamu merhatiin aku kaya gitu, Josh. Masih satu jam lagi bukan, kamu enggak jadi ke nenekmu?" Balas Adara dengan sedikit kekehan juga pipinya yang memerah.
"Aduh saya lupa, kalau gitu aku kesana ya sampai jumpa di ruang latihan." Joshua tersenyum kikuk sambil melambaikan tangannya ke arah Adara yang hanya terkekeh melihat tingkahnya yang aneh.
Kini Joshua mengetahui satu hal, selain berlari pagi dengan jarak tempuh puluhan kilometer ternyata menatap dan berbincang dengan Adara dapat menghasilkan keringat yang sama banyaknya. Selepas dari pandangan Adara, ia menghela nafas dan mengatur detak jantungnya yang sejak tadi tak beraturan kemudian kembali berjalan menghampiri neneknya yang ternyata sedang berbincang dengan Pak Julius, salah satu pendeta di gereja ini.
Neneknya langsung mengajak Joshua pergi ke ruang utama untuk memulai ekaristi mengikuti Pak Jullius karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan yang dimana merupakan jadwal misa pada hari ini.
Pikiran Joshua berkeliaran saat doa pembuka, pikiran tentang mimpi tiba-tiba memenuhi kepalanya, beberapa kali ia berusaha memfokuskan diri dan berdoa dalam diam.
'Tuhan yang maha murah, aku berserah kepadaMu. Hati ini, jiwa ini, dengan segenap yang kumiliki. Sebab semuanya itu, berasal daripada-Mu. Berilah aku yang terbaik agar itu, aku laksanakan dengan baik pula didalam kehidupanku demi kemuliaan-Mu.'
...
Kegiatan ibadah sudah selesai beberapa jam lalu namun Joshua masih belum berniat pulang dirinya malah asik melihat suasana rumah ibadah yang mulai ramai di atap ditemani burung-burung gereja yang hinggap kesana kemari. Seharusnya sekarang Joshua berada di ruang latihan paduan suara tetapi melihat pikirannya yang tak karuan ia memilih pergi ke atap sedangkan neneknya berkumpul membicarakan acara natal yang akan dilaksanakan dua bulan lagi bersama beberapa pengurus gereja lainnya.
Mungkin sudah tujuh belas tahun Joshua berpijak pada bangunan ini, sedari kecil baik nenek dan mamahnya selalu membawanya ke bangunan dengan cat yang tak pernah berubah warna. Bisa dibilang keluarganya sangat religius, bahkan papahnya selalu meluangkan waktu ditengah kesibukkannya untuk mengunjungi tempat ini.
Tangisan keputusasaan, syukur dan petunjuk selalu tersedia ditempat yang mungkin akan menjadi rumah keduanya. Sambil melihat pohon angsana yang sedikit bergoyang tertiup angin Joshua menghanyutkan pikirannya pada beberapa tahun kebelakang yang sedikit mendamaikan pikirannya.
"Permisi, maaf mengganggu waktunya, saya ingin meminta bantuan."
Sebuah suara halus menghiasi pendengarannya yang membuatnya refleks membalikkan badan mengarah pada seorang perempuan dengan pakaian tertutup dan berkerudung, pemilik suara itu.
"Ah boleh, kebetulan saya sedang luang, apa yang perlu saya bantu?"
Jujur kening Joshua sedikit berkerut keheranan bagaimana bisa perempuan yang pakaiannya tertutup ada ditempat ibadahnya, apakah perempuan itu tersesat.
'Ah Josh, semua orang berhak mengunjungi tempat apapun bukan' Dalam hati Joshua.
"Kebetulan sekali ya, maaf pakaian saya mungkin tidak etis dipakai ditempat ini. Perkenalkan saya Kana Ananda, saya mahasiswa disalah satu kampus dekat sini. Saya ingin meminta bantuan anda untuk menjawab beberapa pertanyaan yang saya butuhkan untuk tugas saya. Bagaimana apakah anda berkenan?"
"Iya saya berkenan, Kak. Dimana ya kita bisa memulainya."
"Oh syukurlah, disini saja mungkin kalau kamu tidak keberatan."
"Baik kak, mungkin saya ambilkan dulu kursi biar nyaman."
"Disebelah mana ya biar saya ambilkan saja."
"Tidak apa-apa saya saja."
"Terimakasih banyak ya."
Joshua bergegas pergi mengambil beberapa kursi yang mungkin sekiranya layak untuk dipakai lalu menempatkannya ditempat tadi. Waktu telah berlalu berapa pertanyaan sudah terjawab, atmosfer berubah setelah perempuan yang bernama Kana Ananda itu mencairkan suasana. Sekarang keduanya sedang nyaman berbincang mengeluarkan pendapat-pendapat tentang kultus individu yang masih menjadi alasan terjadinya intoleransi antar agama, mungkin topik itu sensitif untuk dijadikan obrolan tetapi pembawaan sikap keterbukaan pikiran keduanya membuat topik itu mengalir begitu saja.
"Shua, sebentar lagi kamu masuk kelas 12 berencana masuk universitas mana?" tanya Kana yang membuat Joshua menghela nafas.
"Saya aja belum tahu mimpi saya kak, apalagi memutuskan universitas. Mungkin saya akan mengikuti alur keluarga saya, jadi dokter seperti mamah atau meneruskan bisnis papah," kata Joshua ditambah kekehan getir di ujung kalimatnya.
"Tenang aja itu hal biasa memang mencari jati diri, memilih pilihan, meminta petunjuk lalu menempatan diri pada suatu tempat baru itu hal yang masih sulit bagi manusia tapi pasti ada jalannya kok. Sulit menentukan suatu pilihan itu berarti kamu tumbuh, menaiki beberapa tahap dalam hidup kamu," jelas Kana dengan suaranya meneduhkan siapa saja yang mendengar.
"Tapi kenapa rasanya sulit padahal temen-temen saya mudah menceritakan mimpi dan cita-citanya."
"Kamu percaya dengan Tuhan kamu kan? Shua Tuhan itu selalu hadir disetiap langkah hambanya, menempatkan manusia dalam keadaan sulit atau dalam suatu pilihan merupakan salah satu cara Tuhan agar hambanya belajar dan mengerti hadirnya manusia dalam lini kehidupan." Tatapan lembut itu menatapnya memberikan keyakinan atas ucapannya.
Perbincangan itu berhenti sampai situ, menyisakan angin-angin yang semakin kencang juga beberapa burung gereja yang menghampiri mereka. Pikiran Joshua kembali berkelana sambil merenungkan kesalahannya yaitu meragukan mukjizat Tuhan.
Terdengar suara derit pintu terbuka yang membuat keduanya melihat kearah pintu yang sudah hadir seorang perempuan sedang berdiri canggung.
"Eh maaf mengganggu, saya cuma mau mengambil barang saya kok, sebentar ya," kata perempuan itu.
"Adara!" panggil Joshua sambil menghampiri Adara yang membuat perempuan itu terkejut, entah karena kehadirannya atau suaranya yang keras.
"Joshua, kok disini sih? Ih kamu bolos latihan, tahu gak aku nyari kamu kemana-mana eh tahunya di sini," kata Adara sambil memasang muka kesal.
"Kok ada alat lukis, sejak kapan kamu melukis?"
"Please jangan bilang papahku ya, Josh. Aku bener-bener gak tahu harus gimana lagi kalau papah tahu aku masih melukis," pinta Adara sungguh-sunguh.
"Lukisan kamu bagus banget, Ra," puji Joshua sambil memandang lukisan yang ditutup-tutupi oleh tangan mungil Adara.
"Tapi papah gak suka aku melukis, Josh. Aku duluan ya, sampai jumpa lagi minggu depan," kata Adara yang terburu-buru pergi.
Joshua membalikkan badan terlihat Kana sedang membereskan barang-barangnya mungkin bersiap pulang. Joshua menghampirinya juga memerhatikan awan yang kian menghitam menandakan akan turun hujan begitu juga angin yang semakin kencang menerpa wajahnya.
"Joshua terima kasih banyak atas bantuannya, semoga kamu sehat selalu ya. Ini ada hadiah kecil buat kamu mungkin harganya memang gak seberapa tetapi barang ini mungkin bisa berguna." Tangan Kana mengulurkan sebuah benda yang dibungkus rapih dengan kertas kado berwarna navy dan pita berwarna silver.
"Amen, semoga kakak sehat selalu juga. Terima kasih kembali, Kak."
"Saya duluan ya, kapan-kapan kita ketemu lagi yuk ajak teman perempuan kamu yang tadi."
"Nanti saya hubungi Kak Kana kalau saya sudah mendapatkan jawaban yang pasti."
"Okay good luck! see you, Shua."
Kana menghilang dibalik pintu putih itu pergi meninggalkannya sendirian diatap dengan suatu keputusan. Mungkin Tuhan mendengarkannya tadi atau bahkan sedang hadir bersamanya disini memperhatikan dirinya melihat sekitar bangunan yang selama ini menjadi saksi bisu bagaimana Joshua menjadi manusia.
...
Satu hari di awal bulan Desember pada sebuah percakapan kecil di tengah jalanan kompleks rumah-rumah keagamaan. Langit yang saat itu ikut bermuram durja meneduhkan kepala-kepala yang hendak sujud atau menunduk di hadapan Kuasa-Nya masing-masing. Dua orang yang berjalan beriringan menapaki jalan yang masih basah dari rintik-rintik hujan dengan sebelah tangan memeluk buku Pedoman-nya masing-masing.
"Ada waktunya manusia tak mempunyai tujuan," ucap seorang laki-laki diantara dua orang itu.
"Padahal manusia diciptakan untuk suatu tujuan," tambah seorang perempuan di sampingnya.
"Dulu saya pun seperti itu, mengikuti arus yang tak tahu berawal dan berakhir pada sebuah kesimpulan apa. Sampai akhirnya malam Perjamuan Kudus itu menyadarkan kembali saya dengan adanya kodrat Tuhan," kata laki-laki itu menatap jalanan yang terlihat lenggang di depannya.
"Begitu pun dengan saya, acap kali melewati jalan ini melihat burung gereja yang berterbangan di sekitaran rumah ibadah saya, menandakan semesta begitu luas dengan adanya suatu perbedaan. Perbedaan yang membuat saya merasakan begitu kuat eksistensi Tuhan yang ternyata hadir disetiap saya bersujud. Relung hati saya berdesir mengucapkan namanya dengan tangan yang mengengadah dan mengantarkan saya pada tujuan itu."
Kemudian percakapan itu kembali berakhir dengan laki-laki yang pamit dengan senyuman terukir jelas di bibirnya saat melihat sosok perempuan menyambutnya di tengah pagar tinggi yang di sampingnya tertulis jadwal misa natal yang sebentar lagi akan dilaksanakan dengan sukacita oleh Umat-nya.
0 notes
nrlaindh · 3 years
Text
3. Dimensi Diori
Tumblr media
Pasir putih menghampar di pinggiran danau yang luasnya kurang lebih 11 hektar. Setiap pinggiran danau yang digunakan untuk tempat pemandian disebut dengan tangkahan. Setiap tangkahan milik orang-orang tertentu. Diori berjalan kearah tangkahan putri raja. Biasanya dia lebih suka mandi atau membersihkan pakaian di tangkahan wanita biasa, karena disana dapat bertemu dengan semua teman-teman dan ibu-ibu selain anggota kerajaan. Kali ini Diori ingin menenangkan diri, dia pergi ke tangkahan putri raja yang sunyi. Menjujung wadah berisi penuh pakaian di atas kepalanya tanpa di pegang seakan wadah tersebut memiliki perekat. Tangan kirinya membawa alat pembersih sedang tangan kanan nya membawa obor. Tak berapa lama saat hendak sampai di pinggiran danau. seseorang mendorong punggung nya hingga dia terjatuh. Diori heran melihat keadaan, dimana dia saat ini. Apa dia sedang bermimpi. “apakah kakak baik-baik saja, maaf baju kakak jadi kotor?” gadis kecil dengan mata bundar itu berkaca-kaca. “ya tak apa, kakak baik-baik saja” “Aaaaaa” gadis kecil itu mengeluarkan suara jeritan dan meneteskan air mata “cup, cup, cup, tenanglah jangan menangis” “kakak beneran baik-baik aja kan?”, anak kecil itu bertanya dengan sisa tangisnya “iya nggak apa-apa” sambil mengelus kepala gadis kecil tersebut “ini ganti rugi karna aku udah ngotorin baju kakak,” sambil menyodorkan pita rambut yang baru saja di lepas dari rambutnya. “kau orang yang tidak enakan ternyata” “jaga baik-baik ya, itu pita kesayangan ku” “kalau ini pita kesayangan mu, kenapa harus kau berikan padaku, kau bisa menggantinya dengan gelang ditangan mu” “aku lebih menyayangi gelang ini, daripada pita itu” Gadis kecil itu pamit setelah berbicara banyak dengan dengan lawan bicaranya. Pita rambut yang sudah pindah pemilik itu di selipkan di kepala pemiliknya yang baru. Dengan pakaian kotor seusai terjatuh kemudian membersihkan nya dengan air. Masih tersisa bercak-bercak kotor disana tapi tetap berjalan tidak peduli akan penampilannya. Dug…. Kakinya tersandung “aaaaaa…..ini benar benar hari yang buruk”, merengek sambil mengelus kakinya. Diori bangun dari posisi tengkurap melihat sekeliling nya, Tubuh Diori penuh pasir dan lumpur danau, wadah cucian nya rapi tergeletak di samping tempat nya berbaring, dimana dia sekarang apa didalam mimpi, apa dia pindah dari satu mimpi ke mimpi lain. Ah ternyata dia sedang berada di pinggiran danau tangkahan putri raja, dengan pura-pura tidak peduli kejadian tadi sekarang Diori ingin menyiapkan pekerjaan dan beranjak pulang. Semua cucian akhirnya selesai, diori beranjak pulang melewati pasir putih hingga kakinya yang basah dan tanpa alas kembali kotor saat melewati pasir. Sekembalinya dari danau Diori langsung menyimpan cuciannya di belakang, Mendung sedang menyelimuti desa, masih pagi dan binatang ternak belum kepanasan. Di satu rumah tanpa sekat di dataran tinggi samosir. Semua berkumpul dalam ruangan mengelilingi sajian ikan mas arsik seukuran 5,5 kg dengan alas tempayan besar. “acara pernikahan akan di tunda, sampai kita dapat menangkap dua orang penyusup” suara bariton memecah keheningan. Semua orang berpandangan satu sama lain. Ada yang mengangguk karena sudah paham akan situasi dan ada yang bertanya apa yang sedang terjadi. Dirumah ini ada 4 kepala keluarga. Satu sama lain saling memberikan pendapat. Anak-anak mereka yang laki-laki juga ikut memberikan saran. Sementara yang perempuan lebih banyak diam daripada angkat bicara. Musyawarah keluarga itu sepakat untuk tidak dulu mengadakan acara pernikahan antara Diori dan Halomoan. Keadaan kerajaan sedang tidak baik-baik saja. Selesai musyawarah ibu diori menggenggam tangan anak yang perihal pernikahannya sedang dibicarakan, mengelus lembut kepala anak nya dan mengatakan berbagai macam nasehat penenang. “tidak apa-apa bu, aku baik-baik saja, artinya aku masih sedikit lebih lama tinggal Bersama ayah dan ibu” begitu ucap Diori agar ibunya tidak merasa cemas. Setelah itu Diori langsung mengambil alat anyam dan pandan tikar di belakang rumah. Berharap akan menghilangkan kejenuhan dan
sakit kepalanya. “apa kau sedih karna tidak jadi menikah?” Nauli adik Diori datang ntah dari arah mana “tidak juga, aku akan menikah nanti, setelah waktu nya tepat?” “kak,” panggil Nauli “baru saja kau bertanya dengan tidak sangat sopan, dan sekarang kau memanggilku kakak?”, sindir Diori “hehe… apa calon suami mu mencintaimu?” “tentu saja, apa kau iri?” “aku juga akan menikah nanti jika sudah dewasa, sinamot ku akan lebih mahal daripada kakak” “semoga saja” Diori tersenyum “kak, apa aku akan hidup baik-baik saja nanti?” “kenapa kau bertanya seperti itu?” “ayah adalah orang terkuat untuk saat ini, jika ayah meninggal sedangkan aku belum dewasa, apa aku akan tetap berada dekat dengan kerajaan, memiliki kehormatan dan hidup senang?” “nanti saat dewasa, banyak yang akan berubah dalam kehidupan, dan banyak yang menjadi sejarah untuk kenangan. Tidak usah takut.” Nauli tiba-tiba diam menahan sesak didalam hatinya. Pertanyaaan tidak penting nya sekarang hanyalah alasan. Pagi buta tadi, Saat Diori pergi ke tepian danau membawa cucian. Nauli dengan iseng mengejutkan kakak nya, saat di kejutkan tiba-tiba Diori pingsan, dia menggeret tubuh kakak nya dan meletakkan wadah cucian tepat disamping tubuh Diori. Dia tidak berani mengadu kepada ayah atau ibu dirumah Karna menurut pemikirannya itu adalah kesalahannya. Nauli bergetar melihat kakak nya pingsan. Dia sembunyi dan memantau dari balik pohon. Menjaga kakak nya agar tidak terjadi apapun, namun dia sendiri takut mengakui kesalahan. Syukurlah Diori cepat sadar dari pingsan. Melihat kakak nya siuman Nauli langsung pulang menuju rumah seperti tidak terjadi apapun. Hatinya seperti berkedut merasa sangat bersalah telah melakukan hal itu pada kakak nya. Rasa ingin menanyakan apa kakak nya baik-baik saja masih berputar-putar mengelilingi benaknya. Dengan mengutuk rasa takut untuk mengakui kesalahan, Nauli beranjak dari tempat duduk meninggalkan Diori yang masih terbenam dalam pikirannya. ‘Aku mimpi aneh lagi’ gumam Diori. Tujuannya untuk menenangkan diri di danau saat pagi buta malah menjadi kejadian tak terduga. Bisa-bisanya dia tak sadar tertidur dan bermimpi dipinggiran danau. Mimpi-mimpi yang berkelabat membuatnya harus memijat kepala nya. pertama dia bermimpi terjadi perang di sebuah istana yang megah, kedua dia bermimpi bekerja membangun jalan. Dan ketiga dia bermimpi bermimpi menjadi gadis manis di tengah kota. Mimpi-mimpi yang berkelabat selama ini membuatnya stress. Di paksanya mengingat dengan lekat sejak kapan dia mengalami hal seperti ini. Mimpi tersebut berkesinambungan. Dan dia ingat betul urutannya selalu sama. Jika dia bermimpi di sebuah kerajaan Makmur yang sedang terjadi perang, pasti menggunakan pakaian seperti gaun potongan panjang dengan penutup kepala. Jika dia bermimpi sedang di tindas oleh para mandor kerja mengangkat batu-batu besar dia menggunakan pakaian dengan lilitan kain dari pinggang sampai mata kaki, sedangkan payudaranya dibiarkan terpampang, rambut disanggul kebelakang. Dan jika dia bermimpi di tengah kota yang kendaraan nya berbentuk aneh, seperti kotak-kotak dan kuda besi. Dia menggunakan pakaian jahitan formal. ֎֎ “aaaaaa…..ini benar benar hari yang buruk”, Ara merengek sambil mengelus kakinya. Ara melihat kebelakang dan ternyata dia kesandung oleh pembatas parkir. “Pok, nakal kamu, jangan nangis ya kaki Ara” Ara membujuk kakinya sendiri, memukul pembatas parkir dengan tangan nya, seperti yang dilakukan seorang ibu untuk menenangkan anak kecil. Mungkinkah ini karma karena sepulang dari sekolah bukan langsung kerumah, tapi singgah di minimarket untuk sekedar membeli minuman teh kemasan. Belum ada satu jam kejadian Ara terjatuh karena bertabrakan dengan anak kecil serta pakaiannya kotor terkena tumpahan eskrim kini dia kembali tersandung pada pembatas parkir. Membuat kulit kaki yang berwarna kuning langsat itu sedikit mengelupas. Sudah jatuh ketimpa tangga begitu mungkin pribahasanya. Benar-benar bukan hari yang baik. Ara memutuskan untuk melaju dengan sepeda motornya dan pulang kerumah. Ara meminta maaf pada Tuhan di sepanjang
jalan karna tidak ada hari yang buruk, semua hari adalah hari-hari baik yang penuh dengan cerita. Baru saja Ara masuk melewati daun pintu rumah seusai mengucapkan salam , ibunya memerintahkan untuk membeli margarin dan garam di kedai tetangga. Perintah itu membuatnya menarik nafas kasar dan menurunkan bahu, belum lagi tas sandang nya di letakkan, kini dia harus beranjak kembali bahkan sebelum mengistirahatkan bokongnya. Karna tidak mau dikutuk jadi batu, Ara mengambil uang yang diberikan ibu, memperbaiki sematan pita rambut yang diberikan gadis kecil penumpah eskrim. Kemudian melaju bersama motornya. Kata Ibu, beli nya di kedai kecil saja. Jangan terlalu sering beli di minimarket nanti kedai punya rakyat kecil bisa bangkrut. “waaak beliiiiiii”,teriak ara Ara mengulangi panggilannya sampai 3 kali tapi orang yang dipanggil belum datang juga. Ini salah satu yang nyebelin kalau beli di kedai tetangga. Tapi tanpa disadari berinteraksi seperti ini mengandung emosi dan kesabaran, serta kita jadi tahu bagaimana rasanya menahan umpatan ketika si penjual sudah datang. “beli apa ra? Maaf uwak lagi sholat ashar tadi” Tuhkan, gagal mau marah sama tukang jualan nya. kedai tetangga menyimpan banyak kenangan bagi generasi Z dan generasi X. seperti sekedar membeli es lilin, kotak-kotak yang belum diketahui reward didalamnya atau membeli lotre harga 500 perak sebagai awal dari perjudian dini. “Ara pulaang” jerit Ara pada seisi rumah “kenapa lama kali?, ini sayurnya belum di kasih garam, udah kelembutan matang nya” “uwak itu ngajak cerita, jadi ghibah deh” sambil meletakkan barang belian diatas meja. “ara belum makan kan? Ini ambil nasi nya mumpung sayurnya masih panas” Ara dengan cepat mengambil piring di rak, mengisi piringnya dengan 2 centong nasi serta menuju kompor untuk diberikan sayur yang masih diaduk oleh ibunya, tumis campur-campur segala macam sayuran, kata ibu namanya capcay. Notifikasi ponsel Ara berbunyi di saku rok pakaian sekolah yang belum sempat di ganti, baru saja tangan nya ingin meraih ponsel tersebut dengan tangan kiri karena tangan kanan nya di pakai untuk makan. Ibu langsung berteriak dari dapur. “jangan main ponsel kalau lagi makan” “iya buuu” “jangan sempat ibu liat masih di pegang ponsel nya, atau besok gk usah makan, makan aja ponsel kalian itu” Omelan ibu sungguh berisik dibelakang, ara menunda mengambil ponselnya dan menikmati makan siangnya. Selesai makan dan meletakkan piring kotor kemudian bergegas mencuci muka dengan antusias dia membuka ponsel nya. ‘ada pesan dari siapa ya’ jarang-jarang ara menerima pesan From Psychopat [ara…]
[raaaa…]
[araaaaa]
[apa sih gk jelas banget]
[lama banget balasnya]
Read
[lagi apa raaa?]
[bernafas]
[serius ra]
[dua riuss]
[besok kamu sekolah]
[aldo suka ya sama ara? Nanyain nya klise banget]
[iyalah, kalau nggak ogah ogahan gue ladenin lo]
[seperti itu ternyata]
[iya ra]
[jangan mau sama ara, ara tukang main hp kalau boker]
[gk peduli gue]
Read
[dah sore ra.. mandi, bau nya ampe sini]
[aldo gk epic godain cewek, klise]
[udah ah, males ladenin nya. mo mandi juga]
[yaudah, assalamualaikum ara. Mandi gih]
Read
Ara menutup ponsel. Mengambil kotak kecil dari dalam saku pakaian sekolah yang dipakainya. Kotak berukuran 3 X 4 cm dengan gambar timbul membentuk sudut 90 derajat dengan arah sinar dari timur dan selatan. Ara mengerutkan dahi dan menatapi kotak tersebut. Kapan dia menemukan dan melihat kotak ini pertama kali. Alih-alih pusing melihat kotak tersebut, ara menjadikannya mainan kunci dan melekatkan pada resleting tas sekolah paling depan. Ponsel ara berdering membuat saraf motoric nya menyelesaikan aktivitas yang sedang dilakukan dan memutar kepala kearah ponsel. Di layar tertulis jelas Psychopat, bukan tanpa alasan ara memberi inisial tersebut kepada Aldo. Aldo siswa pindahan dari Jakarta sejak kelas X semester 2 itu, adalah anak dari teman SMA ibu nya ara. Flashback On Siang itu hari minggu, ibu, ayah dan adik ara akan pergi ke undangan pernikahan anak temannya dan pulang pada sore hari. Ara ikut menimpali bahwa dia ada acara ngumpul dengan teman nya dan pulang sore juga. Akhirnya mereka berdua membawa kunci rumah masing-masing. Ara ogah-ogahan ikut pergi undangan. Dulu saat masih kecil merengek minta ikut tapi sudah semakin dewasa anak-anak semakin memisahkan diri dari orang tua. Ara tidak jadi kumpul dengan temanya karena banyak yang berhalangan untuk keluar rumah, ada yang karena tugas, ada yang karena acara keluarga dan berbagai macam alasan lainnya. Ara memutuskan untuk me time dengan maskeran dan memanjakan diri. Suara pintu tiba-tiba terbuka, ara merasa hanya berhalusinasi tidak mungkin orang tua nya pulang secepat itu dan semua pintu rumah sudah dikunci, di bukanya timun yang menutup matanya, sudah jelas kunci masih berada di meja rias miliknya. Ara tetap stay dengan headphone dan menunggu masker nya yang belum mengering. Kreekkk… suara pintu dapur terbuka, dug....dug..dug suara langkah kaki yang berdentum pada lantai keramik, lalu tak jeda beberapa saat Ting.. suara piring berdenting. Seperti ada yang sedang bekerja didapur. Cuaca diluar sangat menggelap dan mau hujan. Ara mulai meremas selimutnya. dadanya naik turun sepertinya jangtung sedang memompa lebih cepat dari biasa. Suara batuk terdengar sangat jelas. Dan itu terdengar jelas suara laki laki. Ara memberanikan diri menuju kamar ayah dan ibu. Langkah kakinya sangat pelan hampir tidak menimbulkan bunyi pada lantai keramik, perlahan ara akhirnya dapat masuk kekamar orang tuanya, diambilnya semprotan seperti botol parfum di atas brankas. Dorr… Dorr.. Dorr… “Ya Tuhan lindungilah gue dari segala macam mara bahaya dan ketakutan” seseorang laki-laki meringkuk saat mendengar suara tembakan. Melingkarkan tangan pada kepalanya lalu tiarap. air yang digunakan untuk menyuci sayuran diguyur ara ke kepala laki-laki tersebut. Ara bersiap mengambil lesung yang ada dibawah meja untuk di pukulkan. “ampun, gue bukan orang jahat” Ara dengan sekuat tenaga hendak memukulkan lesung tersebut dengan sekuat tenaga. Namun tangan laki-laki itu tak kalah lebih kilat menangkap lesung. Memutar arahnya dan membuat ara terjatuh. Ara terkesiap dan sedikit takut. Laki-laki itu menarik lesung dan meletakkan nya di atas meja. “lo siapa?” laki-laki itu bertanya “lah aturan aku yang tanya kamu itu siapa?” ketus ara “gue bukan orang jahat, gue Cuma nganterin makanan ini” “terus kenapa kamu bisa masuk rumah saya,” sergah ara “Oke tenang, bisa gk gue bersihin kaos gue dulu?” Ara memberikan handuk kepada laki-laki tersebut, dia mulai menjelaskan dengan telaten menerangkan pada ara bahwa Namanya Aldo. Ibunya memerintahkan untuk mengantar makanan ini kerumah ara dikarenakan Ibu Aldo dan ibunya adalah teman SMA dan mereka baru saja pindah dari Jakarta. Ibu Aldo menelpon Ibu Ara dan memberitahu bahwa anak nya sedang mengantarkan makanan. Aldo yang belum kenal dengan teman lama ibunya itu diberikan nomor telepon dan mengantarkan makanan tersebut bak kurir Gofood.
Ibu ara memberitahukan bahwa mereka sedang tidak dirumah namun ternyata Aldo hampir sampai sebelum orang tua ara melaju lebih jauh. Aldo bertemu dengan ayah, ibu dan adiknya d isimpang gang. Karena tidak dapat memutar balikkan mobil. Ibu ara memberikan kunci rumah dan memerintahkan untuk menyalin makanan di rantang tersebut. Ibu ara memberitahukan bahwa tidak ada orang dirumah, Aldo masuk saja dengan santai. Tiba-tiba suara tembakan benar-benar mengejutkan nya. Ara menyemprotkan spirtus kedalam pistol kemudian menembakkan ke arah Aldo. Pistol tersebut biasanya di isi dengan peluru kelereng untuk menembak monyet di ladang kalau mereka sekeluarga pulang kerumah kakek. Ara tidak menggunakan peluru tadi, pistol itu hanya menimbulkan bunyi saja. “Gila lo ya, gimana kalau tadi ini ada peluru nya” “emang gk tau ara ada isinya atau enggak” “kurang setengah ons otak lo” “biarin” “seandainya gue mati, lo udah belumut dalam penjara” Aldo teringat harus mengembalikan kunci, dia beranjak keluar rumah tanpa pamit. Ara menatap nanar dan melihat kekacauan di dapur dia harus membersihkan nya. sejak saat itu Ara kenal dengan Aldo dan ternyata mereka satu sekolah Flashback Off
Dengan malas Ara mengangkat telepon dari orang dengan inisial Psycopath tersebut. “apasih nelpon-nelpon gk jelas, ara mau mandi. Dasar psychopath” [ra.. zein itu siapa?] “Zein? Zein yang mana? Emang ara punya temen Namanya Zein?” [lo pernah nyebutin nama Zein terus meluk gue] Ara berpikir keras “oh.. yang pas diparkiran ya” [iya, siapa dia] “kepo banget sih pak Psycho” [gue serius nanyak] “ara mau mandi” [jangan matiin dulu] “ara mau mandi titik, gk pake koma” [gue bayarin utang bakso lo tempat pak dadang di kantin] “oke, Zein itu nama cowok didalam mimpi ara, udah ya.. ara mau mandi” Tuutt telepon dimatikan sepihak, Aldo berdecih sial sekali dia harus membayar semangkok bakso harga 10 ribu hanya untuk mendapatkan jawaban bahwa orang yang bernama Zein adalah orang yang berada di dalam mimpi ara. “di matiin sama ara”, Mama Aldo bertanya “iya ma, jutek orang nya” “ibu mu juga gitu waktu muda”, sahut papa Aldo yang datang dari ruang tengah ke dapur “mama juga gitu waktu dulu?” tanya aldo “iya, tapi biasanya yang jutek itu setia” timpal papa Aldo “bukan jutek pa, itu Namanya rasional kalau belum tentu akan jadi milik kita, ya mau ngapain? Buang waktu aja” mama Aldo memberikan penjelasan. Aldo berpikir, mungkin ara memang tipe cewek seperti yang di katakan mamanya. Kalau seperti itu akan sangat susah untuk deketin ara. Dan akhir-akhir ini ara emang aneh. Ara seperti manusia yang memiliki kelainan. Ara bukan pertama kalinya tertidur dan pingsan dengan sangat lama seperti di parkiran. Aldo juga pernah melihat ara tertidur di stadion basket, dan terbangun satu setengah jam setelah usai pertandingan. Ara tidak sadar bahwa aldo berbaring dibelakang kursinya dan mendengar semua ocehan nya. ocehan ara sungguh sangat jelas siang itu “bagaimana mungkin aku bermimpi sedang membangun sebuah jalan, pakaian ku juga sangat vulgar, Oh My God itu sangat menggelikan” Ara kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke kelas. Aldo yang pura-pura menutup mata bangkit duduk setelah suara langkah kaki semakin menjauh, menatap punggung ara dengan nanar. Aldo kembali sadar dari lamunan nya dan berjalan menuju kulkas. Membuka minuman kaleng susu dengan gambar seekor beruang. “ma, ini susu halal gk sih?” “susu yang mana?” “susu ini lah”, nunjukin kaleng susu yang sudah sebagian di minum nya “ya halal lah, kan udah ada label halalnya” “Aldo curiga ini haram ma, soalnya kalau di iklan susu naga, tapi di kemasannya gambar beraang, dan di komposisi di tulis susu sapi” Ibu Aldo geleng-geleng kepala “jangan-jangan ini susu komplikasi dari ketiga elemen naga, beruang dan sapi ya ma?” “anak mu pa, mulai gila” mama Aldo melirik suaminya “ya gimana, mama nya gila, papa nya lebih gila. Makin komplit anak nya” kelakar papa Aldo. Malam itu berlalu begitu saja, alih-alih memikirkan eliksir kehidupan yang dapat menghidupkan orang mati. Kotak kecil dengan gambar kuadran itu jauh lebih aneh, benarkah itu sebuah alat untuk datang ke masa lalu atau berkunjung ke masa depan, kotak itu tidak pernah menunjukkan tanda bahwa dia pernah berfungsi. ataukah kejadian-kejadian mimpi hanya sebuah memori seseorang yang bertransfusi.
2 notes · View notes
linanurdiana · 4 years
Text
Panti Asuhan dan Air Mata
Bismillah..
Mumpung masih anget di ingatan, harus buru-buru ditulis kan ya. Kejadian: Panti Asuhan Al-Mughni, Kec. Botupingge, Bone Bolango, Gorontalo; Sabtu, 20 Maret 2021; Sekitar jam 10 lebih banyak hingga sekitar pukul setengah 12. Dicatet di awal biar inget, karena ingatanku tak sekuat otot kawatnya Gatotkaca.
What a day. MaasyaaAllah banget. For the first time in my life aku ke panti, hehe. Pas kuliah jadi wanita lapangan, yang lebih suka panas-panasan di lapangan mukulin bola voli, lebih suka hahahihi di lapangan ngumpul bareng dulur-dulur pervolian, dan belum tertarik sama sekali sama yang berbau kegiatan sosial. Tapi entah, out of no where ada Embak yang mencetuskan ide yang keknya asik banget kalo dieksekui. Karena sesuatu tanpa bondo nekat akan entar-entaran jadinya, jadilah alhamdulillah, dengan izin  Allah, dengan drama menjelang hari-H yang pasti ada saja, alhamdulillah kita bisa mengatasinya mbak. Udah ngalahin strong women do bong sun belum? Hehehe. Tapi jadi pelajaran banget sih. Sesuatu harus dinekatin dulu, nanti pasti insyaAllah ada jalan.
Hmm, terenyuh banget. Mulai dari pantinya. Jangan bayangin kayak panti di sinetron ya. Sebenernya itu panti yang ku bayangin sih.Di Panti yang ku kunjungin itu, kayaknya sama rumahku lebih luasan rumahku. Hehe, deskriptif banget ya deskripsinya. Aku bukan tukang bangunan yang pandai ngira-ngira luas bangunan, takut salah. Ya katakanlah lapangan sepak bola dibagi dua pun masih luasan lapangan sepak bola. Yang kelihatan adalah hanya satu bangunan panjang yang disekat dibagi 3 ruangan utama, yaitu kamar ikhwan, kamar akhwat, dan satu ruangan sejenis kantor untuk pengurus. Di paling belakang ada dapur juga. kelihatan sedikit tadi. Selebihnya nggak tau soalnya nggak kelihatan .Ada 17 anak yang tinggal di sana dengan 3 pengurus. Oiya, kamar ikhwan akhwatnya kelihatan banget soalnya emang konsepnya depan kamar itu langsung emper. Dan, Ya Allah... kasurnya kasur susun dan semua tidur di sana. Rata-rata adik-adiknya masih sekolah SD, ada yang PAUD tadi, ada pula satu orang cewek yang udah kelas 3 SMP. Seingetku sebatas itu ya.
Hmm, saat pertama memasuki kawasan panti, aku langsung disuguhkan pemandangan yang 'Ya Allah' banget. So sweet tapi bitter juga. Bikin hati nyess pokoknya. Ada seorang adik perempuan kecil yang masih berusia sekitar 3 tahun, dimandikan di dalam bak hitam dan airnya dari selang. Yang mandiin juga anak kecil yang sekitar kelas 4 SD. Ya Allah, terenyuh banget. Adiknya kelihatan happy banget sementara aku yang terpaku di sana ikut seneng juga tapi bukan seneng yang seneng. Lebih ke seneng yang campur terenyuh hatiku. Ya Allah.. Andai saja mereka tau.
Aku bakal nulis yang pengen aku tulis aja. Jadi agak seperti puzzle alurnya. Jadi, yang aku inget. Kegiatan kami kurang sempurna. Nggak ada games-games yang buat mereka seneng. Maklumla.. Acara nekat dan istilahnya test drive, wkwkwk. Kami hanya bagi-bagi snack yang dibeli dari hasil donasi kantor, serta ya jelas amplop yang isinya donasi dari kantor juga.  Modal nekat udah. Aku sama Embak sama-sama orang Jatim. Agak preman sama bondo nekat ae udah. Eh nggak ding, aku yang preman, Embak mah enggak. Eh aku juga nggak preman preman amat sih. Eh apasih nggak jelas wkwkwk. Oiya. Kami dateng bertiga. Satunya lagi ada temenku yang jelas bukan preman.
Jadi, tibalah di acara bagi-bagi snack. Ya Allah.. makin mbrebes mili dah aku ini. Emang preman gadungan udah.. preman gadungan. Pas acara bagi-bagi snack, Ibu Panti ngumpulin anak-anak buat duduk di emperan. Disuruh jaga jarak katanya. Corona. Terus tiba-tiba serentak sholawatan dong sambil nerima snack itu. Ya Allah atmosfernya.. Kejadian kayak gitu nggak kebayang sebelumnya pas aku mau dateng ke pantinya. Ngelihat wajah-wajah bahagia mereka, matanya yang berbinar-binar dengan snack yang totalnya cuma 10 ribu rupiah lebih dikit di tangan, seolah baru nerima benda paling berharga dalam hidup. Ah Ya Allah.. nggak kuat akutu kalo inget.
Abis itu, mereka makan snack. Ibu pantinya bilang, "Ayo, susunya diminum." Dalem bungkusan itu emang ada susu sih. Susu yang iklannya 'hingga tetes terakhir', 2 kotak kecil 115ml rasa cokelat dan stoberi. Seolah susu kotak yang hanya segenggam itu adalah hal yang mewah bagi mereka. Ya Allah.. sumpah pas itu dadaku kayak diiris-iris. Sementara itu, aku dengan gampangnya seolah tanpa menghargai, tanpa bersyukur, main biasa aja nyomot susu iklan naga di supermarket dan nggak ngerasa bahagia karena sudah dimampukan untuk membelinya. Ya Allah cuy.. Pengen jedotin kepala rasanya. Eh nggak juga ding.
Dan.. yang paling bikin nafasku sesek gegara mbrebes mili adalah pas akhir. Eh nggak akhir juga ding. Ini kejadiannya sebelum makan snack. Sebelum makan snack, Ibu Panti mimpin doa. "Kita doakan kakak-kakak ini semoga blablabla", dan serentak tiap abis 'semoga', Ibu Panti langsung diam sejenak dan ditimpali dengan sorakan 'aamiin' dari adik-adik. 'Semoga blablabla', 'aamiin' lagi dari adik-adik. Nah, aamiin-nya ini nih yang jadi cambuk banget. Tadi emang awal banget pas abis ngasih amplop ke Ibu Panti, Ibu Pantinya nanya mau didoain apa. Si Embak ngomong 'Apa ya bu? Doain yang umum-umum aja'. 'Doain cepat didekatkan dengan jodoh juga, Bu. Hehehe.' Nah, kalimat terakhir ini nih tak lain tak bukan datangnya dari saya seorang. Agak cetek ya doanya. I mean, jodoh itu Allah udah jamin lho. Kita hanya perlu sabar dan ikhtiar. Allah udah jamin kok. E yang di pikiran kamu cuma kepikirannya jodoh. Ini aku ngomong sama diri sendiri ya. Rasanya tuh kayak digampar berkali-kali. Pikiranmu hanya jodoh, padahal di sekitarmu ada banyak banget yang lebih matter. Contohnya ya ini. Hal yang kamu udah saksikan hari ini. Betapa nggak bersyukurnya kamu atas pemberian yang Allah kasih bahkan tanpa kamu minta, dan kamu meresahkan satu hal yang udah Allah jamin. Malu, Lin. Malu.
Terus abis makan-makan snack nih. Udah sekitar jam setengah 12. Para ikhwan pamit katanya mau siap-siap ke masjid, buat nyapu-nyapu dan bersih-bersih buat persiapan sholat intinya. Bayangin. Mereka tuh rentangnya kelas 2-6 SD. 6 apa 5 ya? Aku lupa. Dan, mereka udah persiapan banget kan menyambut sholat tuh. Gila nggak tuh. Nah, kamu sendiri Lin. Gimana persiapanmu nyambut sholat? Kalah kamu sama mereka. Kalah kamu sama anak SD. Nah, di sini nih. Digampar berkali-kali lagi nih aku. Nggak cuma digampar sih rasanya. Rasanya kek dibanting juga. Kamu setua ini, amalmu udah apa aja? Kalah kamu. Kalah.
Itulah ceritanya. Kunjungan yang nggak ada 2 jam itu, jadi tamparan berkali-kali untuk preman ini. Mbrebes mili cuy. Nah, ada satu poin nih yang pengen ku sampein. Aku dapet ini dari temenku yang ikut ke panti tadi. Bukan dari Embak ya. Saat ku tanya perasaannya abis dari panti itu, dia bilang. Intinya sih gini. 'Di sana aku takut ngomong. Aku takut menyakiti hati mereka. Mereka tu nggak tahu kemewahan. Ya standar mewah dan bahagianya mereka beda.' Nah, di situ aku langsung tersambar dan realize sesuatu. Bisa saja aku tadi pas mbrebes mili, malah membuat mereka bingung, bahkan bisa jadi tersinggung. 'Kenapa sih kakak ini? Aku miserable banget ya?'. Oke, lain kali kalau aku ke panti, nggak boleh mbrebes mili lagi. Nggak boleh. Nggak boleh.
~Gorontalo, 20 Maret 2021
2 notes · View notes
catatansingkatku · 4 years
Text
-7/1/21,
3 jam, tp maaf.. saya cuma bisa diam.
Sebelumnya saya ingin ucapkan terima kasih banyak lagi kepada teman saya yg telah 'menyeret' saya untuk ikut bersama. Terima kasih telah 'memaksa' saya harus campur tangan dengan semua ini.
Saya semakin sadar.. mungkin.. mungkin yaa, selama ini bukan kehidupan yang seperti sinetron/film/apapun itu. Tapi sinetron/film itu lah yang mengambil dari kisah nyata kehidupan itu sendiri. 
Pertama kalinya saya melihat realita dari kisah,
seseorang hidup di masa mudanya dengan kekayaan berlimpah tapi disandingi dengan ‘bermain’ banyak perempuan. Beberapa tahun kemudian Allah ubah hidupnya 180° menjadi tinggal di rumah gubuk kecil tengah sawah.. rumah yang saya datangi rumahnya saat itu. 
pertama kalinya saya melihat realita dari kisah, 
seorang kakek menikah lagi dengan wanita lain yang menjadi istri keduanya dan hidup bersama. Ketika kakek itu mengidap alzheimer, kakek tersebut dikembalikan oleh istri kedua kepada istri pertama. Kakek dan nenek (istri pertama) itu skrg hanya tinggal di gubuk kecil pojok kota. Kakek itu skrg lumpuh, dan sang nenek (istri pertama) lah yang mau gk mau harus mencari nafkah untuk makan sehari-hari. Sedangkan, hampir setiap harinya sang kakek selalu bertanya kepada istri (pertama)nya, “kamu siapa?”...
Saya cuma bisa diam disepanjang perjalanan pembagian nasi kotak. Sesekali saya lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam mobil. 
Rasanya masih banyak yang harus dipelajari oleh saya yang masih suka tiba-tiba lupa cara untuk bersyukur..
3 notes · View notes
nadineksn · 4 years
Text
Chapter 14
***
"Kenapa kamu memindahkan kolonel ke sini lagi!?" Bos Xiao berteriak begitu dia memasuki toko.
An Zhe baru saja bangun dari tempat tidur. Dia menggosok matanya dan berbicara dengan suara rendah, "Aku tidak bisa tidur nyenyak jika dia ada di sebelahku."
"Ada banyak hal yang harus kamu lakukan." Boss Xiao datang dan mengetuk kepalanya. "Bukankah kamu tidur dengan sebuah kepala di tanganmu tempo hari?"
An Zhe tidak bisa menjawab dan membenamkan kepalanya kembali ke selimut. Kepala adalah kepala dan Lu Feng adalah Lu Feng. Sebagai spesies heterogen yang telah dicurigai oleh Hakim berkali-kali, ia tidak perlu alasan untuk takut pada orang ini.
Boss Xiao mengatakan kepadanya, "Gaji dipotong."
An Zhe terpaksa keluar dari selimut dan perlahan mengenakan mantelnya.
Nada bicara Boss Xiao terdengar bercanda. "Kamu tidak harus pergi keluar untuk bergaul dengan tentara bayaran. Kamu lakukan saja denganku. "
An Zhe bertanya-tanya, "Mengapa?"
Boss Xiao belum mengatakan ini kemarin.
"Kamu sangat kurus, tidak, kamu tidak bisa." Boss Xiao memberitahunya. "Para tentara bayaran bajingan itu akan menggertakmu."
"Kenapa menggertakku?"
Boss Xiao menjawab, "Itu menyenangkan."
Setelah mengatakan itu, dia menepuk kepala An Zhe lagi.
An Zhe mengerutkan kening, dia merasa Boss Xiao baru saja menggertaknya. Namun, tak mungkin. Dia saat ini seperti parasit dan mengandalkan gajinya Boss Xiao. Dia hanya bisa bangun, mandi, dan bekerja seharian.
Hari ini adalah hari ke-30 pembuatan boneka itu. Dengan kata lain, mereka harus menyelesaikan boneka itu dan menyerahkannya di depan pintu pelanggan.
Boss Xiao telah membuat tubuh dan anggota tubuhnya sejak 10 hari yang lalu. Ia melakukannya dengan An Zhe yang dibimbingnya. Setelah melakukan ini, ia memilih salah satu karyanya yang dijual di toko dan menggabungkannya dengan boneka itu. Setelahnya, di pasar gelap, ia mendapatkan seragam hitam yang bagus untuk dikenakan boneka. Tubuh Hakim sempurna dan hanya ada kepala yang tersisa.
Pada saat ini, An Zhe memegangi kepala boneka itu dan memeriksa bahwa rambut yang telah ia tanam sendiri sangat cantik. Sementara itu, Boss Xiao menyalakan tungku panas di satu sisi dan mengaduk koloid transparan dalam pot porselen putih kecil. Lalu dengan satu tangan, ia meneteskan pewarna hijau setetes demi setetes. Awalnya, di dalam panci warnanya hijau gelap. Setelah beberapa saat, serat tak terhitung jumlahnya membentang ke luar. Pengadukan menyebabkan warnanya merata dan koloid menjadi hijau muda sebelum secara bertahap menjadi lebih gelap. An Zhe memeriksa rambutnya, dan merasa warna ini tidak berhubungan dengan rambutnya, jadi dia memperhatikan warnanya lagi dan mengingat warna mata Lu Feng.
Ketika berada dibawah cahaya, warnanya hijau dingin seperti es transparan yang membekukan daun hijau di musim dingin. An Zhe sering merasa mengigil ketika dia melihat mata itu. Dalam cahaya redup di malam hari, mata Lu Feng berwarna hijau tua gelap seperti cahaya gelap di malam hari, menyembunyikan banyak hal yang tidak diketahui.
Dia berpikir sambil memperhatikan warnanya. Ketika warna itu bertepatan dengan warna yang di ingatannya, dia berseru, "Cukup."
Boss Xiao tersenyum dan mengeluarkan tungku panas. "Kamu memiliki penglihatan yang bagus."
An Zhe tidak berbicara dan hanya menyerahkan cetakan itu kepada Boss Xiao. Koloid bening dituangkan ke cetakan berbentuk bola untuk didinginkan. Kemudian ditanam pada bagian putih mata dan mata telah jadi.
Kedua bola mata itu kemudian dipasang ke rongga mata boneka itu. Bulu mata boneka itu juga ditanamkan oleh An Zhe satu per satu. Sekarang bulu mata hitam menutupi pupil hijau dengan ringan. Mereka terlihat keren dan halus dan sangat mirip dengan orang yang sebenarnya. An Zhe merasa menggigil, lalu mengambil topi militer hitam di satu sisi, mengikatnya.
Pekerjaan selanjutnya adalah menyesuaikan sendi dan memoles detail pada kontur wajah. Pada saat pekerjaan ini selesai, sudah jam 7 malam. An Zhe memperhatikan boneka itu dan boneka itu juga menatapnya dengan tenang. Dia hampir mengira boneka itu adalah Kolonel Lu Feng itu sendiri.
Boneka yang tampak persis seperti kolonel itu ditempatkan di dalam kotak dan ke dalam troli. Boss Xiao bertepuk tangan dan berkata, "Sudah siap untuk pengiriman. Aku akan menyuruh Jin Sen untuk mengirimkannya, dia murah. "
Jin Sen adalah pemuda dengan pakaian hitam yang menjual ponsel dan memberikan foto-foto hakim Lu Feng kepada Boss Xiao.
Namun, telepon terus dialihkan dan dialihkan lagi, tidak ada yang menjawab.
Alis Boss Xiao berkerut, "Apa yang terjadi?"
"Apakah dia tertangkap?" Dia mencoba memanggil Hubbard tapi saat berikutnya sebuah suara terdengar, "Orang yang kamu hubungi telah meninggalkan pangkalan. Mohon tinggalkan pesan."
Bos Xiao berbalik untuk melihat tablet di meja kerja. Dia membukanya dan menekan beberapa tombol untuk menghapus semua foto. Kemudian dia memberi tahu An Zhe, "Ada yang salah dengan situasinya. Cepat singkirkan benda-benda lain! Tidak ada yang bisa dilakukan malam ini jadi pergilah dan serahkan hal ini padaku. "
.
.
.
Dengan demikian, An Zhe datang ke Distrik 6 yang ia sendiri belum menginjakkan kakinya selama sebulan disini.
Gedung 13 di Distrik 6, unit 4312 adalah lokasi pelanggan mereka. Kotak itu sangat berat, An Zhe dan Boss Xiao bergantian membawanya dari atas tangga ke lantai tiga. Tidak seperti Gedung 117 tempat An Zhe sebelumnya tinggal, semua yang ada di Gedung 13 adalah wanita. Sepanjang jalan, An Zhe bertemu beberapa orang. Kebanyakan dari mereka memiliki rambut pendek, perawakan tinggi dan fitur wajah yang kuat. Melihat mereka, An Zhe mau tak mau memikirkan Du Sai lagi.
Du Sai adalah wanita yang sangat istimewa. Dia tinggi tetapi dia paling ramping dari semua wanita yang pernah dilihat An Zhe sementara pada saat yang sama, payudaranya lebih penuh dari yang lain. Tubuhnya sangat lembut karena tubuhnya yang ramping ini. Tubuh ini langka di lantai bawah tanah ketiga.
Pada saat yang sama, dia melihat tatapan Boss Xiao menatap para wanita yang lewat. Akhirnya, Boss Xiao berkata, "Tidak ada Du Sai yang kedua."
An Zhe tidak berbicara dan dengan tenang membunyikan pintu ke-12. "Halo, kami datang untuk mengirim barang."
Tidak ada yang membuka pintu. An Zhe mengetuk pintu dengan keras. "Halo, kami di sini untuk pengiriman."
Masih tidak ada yang membuka pintu. Boss Xiao melangkah maju dan menggedor-gedor pintu beberapa kali. "Apakah ada orang di sana? Ada pengiriman dari lantai bawah tanah ketiga. "
Ada keheningan.
Dalam keheningan, langkah kaki terdengar di belakang mereka. An Zhe menoleh dan melihat seorang wanita paruh baya berpakaian abu-abu. Dia bertanya, "Halo, apakah kamu penduduk nomor 12?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya dan melihat ke pintu. "Apakah kamu mencarinya?"
"Ya," jawab An Zhe. "Dia memesan sesuatu dan kami datang untuk mengirimkannya."
Wajah wanita itu kosong ketika matanya beralih ke kotak yang ditarik oleh Xiao. "Barang apa?"
"Itu adalah barang premium dan kami tidak bisa mengatakan hal lain." Bos Xiao menjawab. "Kapan dia akan kembali?"
Wanita itu menatapnya. Mulutnya kencang dan dia tidak berbicara sesaat. Boss Xiao tidak tahan dan berkata, "Dia—"
Dia diinterupsi oleh wanita itu. "Dia sudah mati, tidak tahukah kamu?"
Suasana menjadi sunyi.
"Mati?" Setelah keheningan singkat, Boss Xiao mengangkat suaranya. "Siapa yang akan membayarnya!? "
Sudut-sudut mulut wanita itu tertarik, terlihat seperti senyuman tetapi bukan senyum. "Hakim membunuhnya. Kamu harus pergi mencarinya untuk pembayaran. "
Leher Boss Xiao menyusut seperti bebek dan dia tidak berbicara sejenak. An Zhe tiba-tiba merasa membeku. Dia menatap wanita itu dan bertanya, "Siapa namanya?"
Wanita itu tampaknya tidak mendengarnya. Dia berbalik, mengangkat tangannya dan menyapu kartu identitasnya ke pintu yang berlawanan untuk masuk. Saat pintu ditutup, dua suku kata sederhana terdengar dari dalam.
"Du Sai."
Sekali lagi An Zhe mengingat ekspresi Du Sai yang diarahkan ke Lu Feng sebelum dia meninggal dan tidak tahu harus berkata apa. Ada juga keheningan dari Boss Xiao. Setelah waktu yang lama, Boss Xiao tertawa. "Apakah kamu tahu seberapa banyak pesanan ini?"
"Aku tidak tahu."
"Ini lebih tinggi dari harga boneka milik Hubbard." Boss Xiao melihat kotak troli di tanah dengan mata menyipit. Kemudian dia menyatakan perlahan, "Dia bermain dengan begitu banyak pria. Aku tidak berharap dia memiliki hati. "
An Zhe membuka mulutnya. "Du Sai mengatakan bahwa Hakim Lu Feng menyelamatkannya."
"Bodoh." Boss Xiao menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Hakim itu tipe orang seperti itu. Bahkan jika dia menyelamatkannya, itu karena dia ingin membunuh heterogen. Dia telah bergaul dengan laki-laki sejak dia masih kecil dan bukan seorang gadis kecil. Mengapa dia tidak mengerti bahwa ini tidak sebanding? "
An Zhe tidak berbicara.
Dia tidak mengerti mengapa Du Sai menyukai Lu Feng. Namun, Lu Feng berbeda dari yang lain. Dia tidak bisa mengatakan apa perbedaannya.
Lama sekali berlalu sebelum Boss Xiao berbicara. "Orang itu tidak ada di sini. Apa yang harus dilakukan dengan barang ini? Ini tidak bisa dibuang. Bagaimana jika ditemukan dan Pengadilan mencariku? "
An Zhe menyarankan, "Bawa kembali ke toko?"
"Tidak." Boss Xiao menggelengkan kepalanya. "Tiba-tiba aku tidak bisa menghubungi Jin Sen. Aku khawatir sesuatu telah terjadi."
Lalu dia menatap An Zhe seolah dia ingat sesuatu. "Aku ingat rumahmu juga di Distrik 6?"
Dia mendorong kotak itu. "Kamu juga tidak tinggal di sana dan tidak perlu takut terlihat. Dengan cara ini, ambil barang-barangmu dan kembali ke rumahmu malam ini. Setelah beberapa hari, jika tidak ada yang memeriksa maka aku akan menemukan seseorang untuk mengambil pesanan. "
"Bagaimana denganmu?"
Boss Xiao melihat ke arlojinya dan mengerutkan kening. "Aku harus kembali. Kereta terakhir akan segera tiba. "
An Zhe memikirkannya dan merasa itu hal yang bagus. Dia tidak tinggal di rumah dan bisa menyimpan boneka itu untuk sementara disimpan di sana.
Boss Xiao menepuk pundaknya. "Kamu bisa melakukannya."
Lalu dia cepat-cepat pergi untuk naik kereta.
Namun, ternyata itu tidak mungkin.
Distrik 6 adalah daerah melingkar dan Bangunan 12 dan 117 tidak jauh. Inilah mengapa Boss Xiao yakin bahwa dia bisa membawanya pulang. Namun, bonekanya sangat berat dan tidak bisa dianggap ringan. Dia menyeret kotak besar ini dengan kecepatan kura-kura dan perlahan-lahan bergerak menyusuri jalan. Pada saat dia mencapai Gedung 117, semuanya sudah gelap.
Ada bayangan tidak jelas di mana-mana dan garis besar bangunan hanya bisa dilihat berkat aurora. An Zhe merasa putus asa ketika dia berdiri di pintu gedung dan berpikir untuk naik ke lantai lima. Benda ini sangat berat. An Zhe dengan putus asa berbalik, tidak lagi menghadap tangga yang gelap. Dia berencana berhenti dulu dan istirahat sebentar.
Nafas yang panas terdengar di belakangnya dan dia tiba-tiba dipeluk oleh seorang pria.
"An Ze!"
Itu suara Josie.
"Aku melihatmu dari jendela dan segera turun." Josie memeluknya dengan erat. "Kemana saja kamu? Kenapa kamu baru kembali sekarang? Kenapa kamu tidak memberitahuku? Aku sudah mencarimu? "
Dia tersentak saat melanjutkan, "Kamu tidak diizinkan pergi lagi. Kemana saja kamu pergi?"
Boss Xiao benar. Josie menganggap AnZe sebagai milik pribadinya.
Karena itu, An Zhe dengan tenang mengatakan kepadanya, "Tolong lepaskan."
Alih-alih melepaskan An Zhe, Josh malah mengencangkan tangannya. Josie bertanya, "Apakah kamu marah padaku?"
An Zhe belum berbicara ketika dia berbisik lagi, "Aku salah. Aku minta maaf padamu, aku bisa minta maaf dengan cara apapun. AnZe, aku mencintaimu. "
An Zhe, "......"
Boss Xiao benar lagi. Josie benar-benar ingin tidur dengan AnZe.
An Zhe mengatakan kepadanya, "Terima kasih, aku punya seseorang."
"Apakah kamu benar-benar marah?" Josie tersenyum. "Ketika kamu marah, kamu dengan sengaja membuatku marah."
An Zhe benar-benar sebal dengan manusia ini. Dia berjuang untuk melepaskan diri tetapi secara paksa dibalik oleh Josie. "Lihat aku, An Ze."
Bang!
Tembakan terdengar. Josie tertegun. Dia secara refleks melepaskan An Zhe dan melihat sekeliling.
An Zhe juga mengikuti sumber suara dan melihat seseorang berdiri di bawah bayangan gedung-gedung hitam. Orang ini baru saja melepaskan tembakan ke langit sebelum mendekati tempat ini. Ramping dan tinggi, ini adalah sosok yang sangat dikenalnya.
Hanya personil militer yang secara sah dapat membawa senjata di kota. Di antara semua cabang militer, hanya ada satu orang yang bisa menembak sesuka hati.
An Zhe berpikir bahwa dia sekali lagi berpasan dengan patroli hakim. Ini terlalu kebetulan. Sebelum dia punya waktu untuk berpikir dengan hati-hati, dia mendengar suara Lu Feng yang akrab dan dingin. "Siapa dia?"
An Zhe menjawab, "Seorang tetangga."
Lu Feng datang kepadanya. Jaraknya sangat dekat sehingga setiap orang bisa mengenali ini sebagai Hakim. An Zhe merasa Josie sedikit menegang.
"AD4117, ini nomor komunikatorku." Nada suara Lu Feng tampak santai. "Lain kali jika hal ini terjadi, kamu bisa menghubungiku, jika kamu mau dan dia akan ditangkap karena penyerangan seksual."
An Zhe menatap Lu Feng dan tidak menanggapi untuk beberapa waktu. Namun, karena orang ini adalah seorang kolonel militer, tampaknya ia memang memiliki kewajiban untuk menjaga hukum dan ketertiban kota.
An Zhe mengangguk. "Oke."
Dia merasa Josie di belakangnya menjadi lebih kaku. Namun, An Zhe tidak punya pikiran untuk mengurus Josie. Karena itu, Lu Feng dengan lembut memegang gagang troli kotak. Dia bertanya dengan ringan, "Haruskah aku membantumu mengangkatnya?"
***
8 notes · View notes
kambenk14 · 4 years
Text
Pocky Games
Aegis Orta Fanfiction Indonesia
Modern!AU
Asmodeus belongs to Lunariaco
u can find the original story here https://www.webtoons.com/id/fantasy/aegis-orta/list?title_no=695
Sebenarnya Asmodeus sedikit geli menyaksikan pemandangan di hadapannya. Ia menopang dagu, menyilangkan kaki untuk mendapatkan posisi nyaman sembari tetap menjaga pandangannya pada satu titik. Seharusnya lelaki itu bosan, memandangi seorang perempuan asyik memutar-mutar kemasan pocky rasa cokelat seolah tidak ada hal lain di dunia yang perlu diperhatiakan, tapi entah mengapa Asmodeus betah-betah saja melakukannya selama lebih dari setengah jam.
“Kamu ngapain sih dari tadi?” Lelaki itu akhirnya buka suara, tidak bisa menahan geli melihat raut wajah serius Rina, perempuan mungil itu, yang jarang dilihatnya.
Rina menoleh kaget. “Sejak kapan kamu di situ?!” tanyanya dengan nada panik.
Asmodeus mengerutkan alis, tapi tidak menjawab pertanyaan tersebut. Ia justru menjulurkan tangannya, meminta kemasan pocky dari sang perempuan. “Kamu jajan ini?” Ia bertanya dengan tenang ketika benda itu sudah ada di tangan.
Sebuah gelengan menjadi jawaban atas pertanyaan sederhana itu. “Orias yang kasih,” balasnya, “kupikir ada jebakan atau sesuatu di dalamnya, jadi nggak kubuka.”
Jawaban sederhana itu membuat tawa Asmodeus pecah begitu saja. Lelaki itu mengusap dahinya dengan gemas lalu mulai membuka kemasan snack di tangannya. “Mana mungkin Orias begitu, ‘kan? Emangnya jebakan macam apa yang bisa dimasukin ke dalam sini?” Ia mengintip isi kemasan kotak itu yang—seperti seharusnya—berisi batang-batang stick kue cokelat.
“Bom,” balas Rina lirih, terdengar tidak yakin.
Tangan Asmodeus dengan gemas mengacak-acak rambut Rina. “Mana mungkin,” ujarnya. Ia mengambil sebatang pocky dari dalam kemasan, menunjukkannya pada perempuan mungil di hadapannya.
Ragu-ragu, Rina menerima biskuit stik ramping itu lalu menggigitnya pelan. Terlihat bahwa ia masih waspada, mungkin dalam benaknya keberadaan bom dalam kemasan makanan ringan itu masih ada. Namun, ketika rasa manis cokelat di antara biskuit itu mulai menyebar ke mulutnya, wanita itu mulai tersenyum.
“Lihat? Aman, ‘kan?”
Rina memanyunkan bibirnya, masih sibuk mengunyah. “Habisnya Orias kelihatan marah terus sama aku, siapa tahu dia mau bunuh aku, ‘kan?!”
“Nggak mungkin lah. Mikir apa sih kamu?” balasnya geli, mengambil sebatang pocky untuk dirinya sendiri.
Sebelum Asmodeus sempat menjepit biskuit cokelat itu dengan mulutnya, Rina lebih dulu menyeru, membuatnya kaget.
“Ayo main pocky game!” kata anak itu dengan riang.
Lagi-lagi, alis Asmodeus mengerut. Ia sungguh tak mengerti dengan isi pikiran istri termudanya ini. “Yakin?” tanyanya dengan seulas senyum di bibir.
Sang perempuan mengangguk mantap. “Aku sering baca soal pocky game, kayaknya seru!” jelasnya semangat, “mumpung ada Asmo, aku mau coba!”
“OK kalau maumu begitu,” balas Asmodeus tenang. Seringainya melebar ketika dia menempatkan salah satu ujung pocky di antara bibirnya.
Tanpa basa-basi, Rina menggigit ujung lain pocky cokelat itu, memandang Asmodeus dengan pipi yang mulai memerah. “Oke, aku siap.”
Asmodeus sudah membayangkan betapa manisnya bibir Rina ketika ia mulai menggigit bagiannya. Di depan lelaki itu, Rina menunduk, tampak fokus menggigit biskuit stik berlapis cokelat yang menghubungkan keduanya itu—kelihatan sangat berhati-hati.
Namun, Asmodeus tidak sesabar itu, ia mengambil satu gigitan besar, lalu kembali menggigit batangan itu hingga tersisa beberapa millimeter saja antara bibirnya dan bibir Rina. Ia bisa melihat rona merah di pipi wanita itu semakin memerah. Hati-hati Asmodeus memiringkan wajahnya. Ia bisa merasakan bulu kuduknya meremang ketika lidah Rina menyelip masuk ke bibirnya untuk merebut bagian kecil pocky dalam mulutnya.
Belum sempat Asmodeus mencecap bibir mungil itu, Rina sudah bergerak menjauh. Dengan pipi memerah pekat, Rina nyengir—seolah mengejek Asmodeus—lalu menunjukkan telunjuk dan jari tengahnya. “Aku menang~!” kata perempuan itu.
Sejenak Asmodeus menghela napas, membiarkan tawa renyah Rina berakhir ditelan sunyi, lalu menarik gadis itu melalui tengkuk.
“Weh, apa? Kamu mau memberiku hadiah? Eh—Asmo—woe, lep—mmphh!”
1 note · View note
poloralphuk · 4 years
Text
Berikut 12 Arsitektur Brand Polo Ralph Lauren Produk Kemeja, Kaos, Jam Tangan, Tas dan Sepatu
Tumblr media
Berikut 12 Arsitektur Brand Polo Ralph Lauren Produk Kemeja, Kaos, Jam Tangan, Tas dan Sepatu - Ralph Lauren selalu memiliki visi jangka panjang dalam membentuk portofolio produknya. Itu selalu penting bagi merek untuk menghubungkan garis pakaian dan asesorisnya yang berbeda di bawah satu identitas kohesif. Merek saat ini sedang mengalami masa sulit dengan penurunan pendapatan dan kebutuhan untuk mengoptimalkan operasinya. Sekarang menjadi lebih penting bagi merek untuk memastikan bahwa portofolio produknya bekerja bersama dan menggambarkan citra yang konsisten dan kredibel untuk merek. Ini juga menjajaki peluang untuk memperluas lini produknya dan juga menjelajah di luar mode. Terlepas dari hasil dari inisiatif ini, penting bagi Ralph Lauren untuk memastikan bahwa portofolio produk yang diperluas masih memiliki hubungan yang kuat dengan merek induk ikonik.
Polo Ralph Lauren
Polo Ralph Lauren Ini adalah lini lengkap pertama kemeja pria Polo, pakaian olahraga dan pakaian khusus Ralph Lauren. Diluncurkan pada tahun 1968, ini adalah merek tertua dalam portofolio dan terus menjadi yang teratas di pasar pakaian kasual dan olahraga pria yang mewah. Sekarang menawarkan aksesoris termasuk memakai mata, tas, topi, syal, sarung tangan, ikat pinggang dan barang-barang kulit kecil juga.
Koleksi Ralph Lauren
Koleksi Ralph Lauren adalah merek akhir tertinggi Ralph Lauren yang diluncurkan pada tahun 1971. Abadi dan canggih, ini adalah garis pakaian wanita yang berkisar dari gaun malam buatan tangan dan blazer khusus hingga pakaian olahraga mewah. Dengan titik harga tinggi, ia menargetkan wanita yang sadar mode dan halus.
Polo Golf
Diluncurkan pada tahun 1987, Polo Golf menggabungkan cinta Ralph Lauren untuk olahraga dan gaya hidup mewah. Hotel ini menawarkan pakaian golf canggih termasuk kemeja polo mesh yang pas, celana pendek stretch dan yang bertujuan untuk meningkatkan ayunan pegolf.
Polo Sport
Diluncurkan pada tahun 1992, ini adalah lini pakaian aktif berkinerja tinggi Ralph Lauren, ditargetkan untuk atlet dan pecandu kebugaran. Merek ini menampilkan dedikasi Ralph Lauren terhadap inovasi. Pada tahun 2014, ia berkelana ke pakaian pintar dan menunjukkan pada dunia kemeja PoloTech ™ pertama di dunia - kemeja pria dengan serat perak mutakhir yang ditenun langsung ke dalam kemeja dan sebuah kotak hitam kecil berisi sensor terpasang di dekat tulang rusuk untuk mengumpulkan biometrik real-time statistik seperti langkah yang diambil dan detak jantung.
Double RL (RRL)
Merek ini diberi nama sesuai dengan peternakan Ralph Lauren dan istrinya Ricky di Colorado (karenanya "R ganda"). Diluncurkan pada tahun 1993 dan menawarkan pakaian bergaya pedesaan yang terinspirasi oleh semangat pekerja keras Barat yang independen termasuk denim, celana ketat militer, sweater, flanel, aksesori vintage, dan barang-barang kulit.
Ralph Lauren Purple Label
Ralph Lauren Purple Label Ini adalah lini couture kelas atas dari Ralph Lauren yang diluncurkan pada tahun 1994. Ini menawarkan penjahitan yang disempurnakan dan dibuat khusus untuk tuksedo, jas, dan pakaian olahraga pria, termasuk kemeja Polo yang terbuat dari bahan katun mewah dengan jepitan panjang dua lapis .
Lauren oleh Ralph Lauren
Lauren oleh Ralph Lauren Ini adalah lini pakaian wanita Ralph Lauren dengan harga di titik yang lebih mudah diakses, ditujukan untuk wanita sehari-hari yang modern. Diluncurkan pada tahun 1996 dan menawarkan berbagai macam pakaian, tas dan aksesoris, dari gaun kerja canggih hingga pakaian renang hingga pakaian tidur.
Ralph Lauren Golf, RLX dan RLX Golf
Koleksi-koleksi ini diluncurkan pada tahun 1998 dan menawarkan pakaian golf yang sangat modern, grafis, dan digerakkan oleh kinerja, termasuk pakaian progresif untuk gaya canggih ke kain yang berteknologi maju. Ini ditargetkan untuk pegolf muda yang ingin tampil trendi. Ralph Lauren Golf menawarkan pakaian golf untuk wanita sedangkan RLX Golf menawarkan pakaian golf untuk pria. RLX menawarkan pakaian dan pakaian luar yang dibuat untuk olahraga outdoor seperti tenis, golf, ski, berlayar, dan hiking.
Polo Ralph Lauren Children
Koleksi ini dirancang untuk mencerminkan warisan abadi dan semangat modern koleksi pria dan wanita Ralph Lauren. Ini dibagi menjadi anak laki-laki (ukuran 2-7 dan 8-20), anak perempuan (2-6X dan 7-16), anak besar, anak kecil dan bayi (anak laki-laki dan perempuan). Menawarkan berbagai pakaian mulai dari kaos dan gaun hingga terusan dan sepatu.
American Living
Diluncurkan pada 2008, American Living dibeli oleh Ralph Lauren. Merek ini tersedia di department store Macy, Belk, dan JCPenney dan menawarkan koleksi klasik, semua-Amerika termasuk pria, pakaian wanita dan anak-anak, dan barang-barang rumah. Harga merek aspirasional namun dapat diakses.
Ralph Lauren Watches dan Fine Jewelry
Diluncurkan pada 2009, Ralph Lauren Watch & Jewelry Co. memperkenalkan koleksi arloji premium yang terinspirasi oleh citra gengsi dan kecanggihan yang telah diwakili oleh merek Ralph Lauren. Sub-merek ini sekarang telah diperluas hingga mencakup koleksi yang terinspirasi oleh gaya hidup mewah - termasuk Koleksi Stirrup yang terinspirasi oleh gaya hidup berkuda, dan Koleksi Otomotif yang terinspirasi oleh hasrat Ralph Lauren untuk desain mobil klasik.
Denim & Supply Ralph Lauren
Seperti namanya, sub-merek yang diluncurkan pada tahun 2011 ini menawarkan pakaian berbasis denim dan pakaian kasual, termasuk sweater longgar dan kotak-kotak. Ia lahir di Brooklyn, New York, dan terinspirasi oleh gaya seniman, pelukis, musisi dan penyair yang tinggal di sana. Dengan titik harga yang lebih rendah dan aksesibilitas, ia menargetkan kerumunan muda yang kurang tertarik pada kemewahan dan penyempurnaan. .
4 notes · View notes
denvosi · 2 years
Text
Yuk Simak Berbagai Jenis Jam Tangan | Denvosi
Tumblr media
Denvosi - Seiring waktu, model jam tangan semakin beragam. Permintaan pasar dan inovasi menjadi salah satu alasannya.
 Dengan berkembangnya waktu, berbagai jenis jam tangan semakin banyak bermunculan di masyarakat. Mulai dari bentuk, warna hingga desain jam tangan. Namun meskipun kita sekarang memiliki berbagai jenis jam tangan, kita dapat mengikuti klasifikasi jenis secara umum, seperti yang akan kita bahas.
Denvosi Memiliki Berbagai Jenis Jam tangan
Tumblr media
 Denvosi merupakan merk jam tangan asli Indonesia dengan banyak pilihan. Dari jam tangan eksklusif pria hingga jam tangan wanita bertatahkan berlian. Denvosi juga menawarkan berbagai macam warna dan desain menarik yang cocok untuk acara formal maupun informal.
 "Tingkatkan tampilan Anda di acara Denvosi formal dan informal,” ujar Enda, Marketing Manager Denvosi.
Tumblr media
 Yang lebih menarik lagi adalah Denvosi menawarkan garansi dua tahun kepada pembelinya. Selain itu, merek ini menawarkan layanan penukaran setiap jam untuk mata uang lain dengan slogan "kekuatan Indonesia di dunia". Layanan berbagi jam tangan ini ditawarkan selama dua tahun sejak tanggal pembelian.
Tumblr media
 Pemilik arloji berhak menukar arlojinya dengan arloji jenis  lain. Dengan menggunakan jasa penukaran jam tangan, pembeli hanya membayar selisih harga antara kedua jam tangan tersebut.
Tumblr media
 Secara umum setidaknya ada 4 jenis jam tangan yang akan kita bahas di sini. Bahkan, 4 jenis jam tangan ini juga menggambarkan model fashion secara keseluruhan.
 Setiap tipe tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi desain maupun warna.
Aneka Jam Tangan 
1. Jenis Jam Tangan Formal
Untuk jam tangan jenis ini, biasanya jam tangan jenis ini memiliki desain yang sangat elegan, tidak jauh berbeda dengan penambahan fungsi chronograph. Fungsi yang paling banyak ditambahkan adalah fungsi hari dan tanggal yang multifungsi.
 Beberapa fitur jam tangan formal adalah:
Kantor yang lebih canggih, desain klasik atau tradisional.
ukuran kotak biasanya kecil sampai sedang.
cenderung memiliki desain yang tidak banyak berubah dari waktu ke waktu.
fungsi biasanya merupakan masalah standar atau kompleks.
2. Jam Tangan Sport
 Karena jenis jam tangan sport biasanya memiliki desain yang sangat maskulin atau maskulin. Untuk meningkatkan tingkat karisma ada situasi yang lebih rumit. Secara umum, jam tangan sport juga memiliki kemampuan bertahan lebih lama dari rata-rata jam tangan jenis lainnya.
 Ini karena jam tangan olahraga dirancang untuk digunakan dalam olahraga atau aktivitas luar ruangan yang membutuhkan gerakan sangat aktif.
 Beberapa fitur dari jam tangan sport adalah:
 Lebih tebal: untuk tahan air.
 Diameter lebih besar: terlihat lebih kuat dan lebih mengesankan dari luar.
 fungsi atau fungsi bisa lebih seperti kronograf atau multifungsi: memungkinkannya digunakan untuk berbagai fungsi selain waktu.
3. Jam Tangan Casual
Untuk jam tangan casual jenis ini memiliki tampilan yang simple dan model yang tidak banyak. Bisa dibilang casual lebih formal dan minimalis, namun desainnya tetap seirama dengan perkembangan zaman. Kelebihan jam tangan kasual adalah mudah dipadankan dengan berbagai model pakaian.
 Beberapa fitur jam tangan kasual adalah:
Ukuran sedang: terlihat lebih santai.
Desainnya tidak terlalu keras, lembut atau formal.
Gaya yang lebih modern dan kontemporer, seperti gaya hidup minimalis, modern, urban dan berkesan.
4. Jam Tangan Fashion
Jam tangan fashion jenis ini biasanya memiliki tampilan mutiara di sekitar wajah jam tangan. Jika Anda mengatakan lebih jelas. hehe Ini lebih modern dalam desain, tetapi tidak mencoba untuk mempertahankan nuansa minimalis seperti jam tangan kasual.
 Beberapa fitur jam tangan fashion adalah:
Desain lebih berani dari warna, tekstur, bahan atau permata.
Ukuran fleksibel dari kecil hingga besar.
Mempengaruhi tren secara umum.
Banyak jenis mode memiliki periode tren yang lebih pendek.
 Nah, ini pada umumnya adalah jenis jam tangan yang berbeda. Semoga informasinya bermanfaat. ***
0 notes
rawitafk · 4 years
Text
1 MONTH TO BE HAPPY
Tahun 2020, seorang laki-laki berusia 25 tahun bernama Tomo, hidup sebagai pekerja keras. Selama di sekolah saat ia harusnya bersenang-senang tetapi ia selalu bekerja paruh waktu untuk menghidupi dirinya. Ia adalah seorang yatim piatu. Saat itu ia sebenarnya menyukai seseorang bernama Ai namun ia tidak punya waktu untuk menjalani hubungan cinta dengan siapapun sehingga ia hanya bisa memendam rasa kepada Ai.
Saat ini Tomo mempunyai kedai kecil, ia bekerja dengan temannya yang ia temui 3 tahun lalu saat ia baru memulai membuka kedai ini.
Kejadian 3 tahun lalu. Tomo baru saja mengambil uang dari bank... "Akhirnya tabunganku cukup untuk membuka kedai! Aku bisa berhenti kerja paruh waktu dan membuka bisnis sendiri!", ia pun melangkah pulang, tiba-tiba ada seorang perampok yang menyerang dia.
"Serahkan uangmu atau kau akan mati!", teriak perampok sambil mengarahkan pisaunya ke leher Tomo.
"Tidak! Lebih baik aku mati daripada menyerahkan kerja kerasku bertahun-tahun!".
Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang membantu Tomo. Terjadilah perkelahian antara mereka.
Laki-laki itu berteriak, "Pergilah segera dari sini cepat! Aku akan melindungi mu cepat!".
Tomo lalu berlari segera mencari bantuan. "Tolong! Tolong ada perampok ada yang menghajar orang yang menolong saya!", teriak Tomo kepada orang sekitar.
Lalu orang sekitar segera datang dan membantu laki-laki tersebut, perampok itu pun pergi dan kabur.
Tomo lalu berterimakasih kepada laki-laki tersebut.
"Terimakasih telah menolongku. Aku berhutang budi. Namaku Tomo, senang bertemu denganmu", ucap Tomo.
"Aku Shun! Sama-sama. Lain kali hati-hati ya.".
Shun kemudian berjalan menjauhi Tomo. Tomo yang ingin mencari seseorang untuk membantunya membuka bisnis kemudian berpikir apakah Shun dapat menolongnya. Tomo langsung berlari menghampiri Shun. "Shun! Shun!", teriak Tomo.
Shun kemudian berhenti berjalan dan melihat Tomo yang terengah-engah berlari.
"Kenapa Tomo?", tanya Shun. "Shun, maukah kau jadi rekan kerjaku? Aku sedang butuh orang untuk menemanimu membuka bisnis kedai, bagaimana?", tanya Tomo.
Shun kemudian berpikir sejenak, dan ia pun menjawab, "Kapan membuka kedainya?", "Segera! Kapanpun kau siap", jawab Tomo.
"Baiklah. Aku akan membantumu.", Shun menyanggupi. "Terimakasih Shun!".
Sejak saat itu mereka menjadi teman dekat dan kedai kecil mereka selalu ramai pengunjung. Tomo sudah sangat mempercayai Shun, termasuk dalam hal mengurus uang kedainya. Sampai saat kelam itu tiba..
Pagi hari saat Tomo bangun dan menuju kedainya, ia melihat kedainya tertulis "Bangunan ini disita karena menjadi properti Bank Z".
Tomo bingung apa yang terjadi karena Tomo merasa tidak pernah meminjam uang ke bank. Tomo segera berlari mencari sertifikat bangunan kedai tersebut dan Tomo tidak bisa menemukannya. Tomo kemudian segera ke Bank yang menyita kedainya.
"Kenapa kedai saya disita? Saya tidak pernah meminjam uang! Sertifikat saya hilang!", keluh Tomo.
Petugas bank kemudian menunjukan bukti-buktinya, ada dokumen yang sudah ditandatangan oleh Tomo berisi penyerahan asetnya ke Shun.
Tomo teringat kejadian 3 hari yang lalu saat Shun minta tandatangan.
"Tomo, ini ada fansmu minta ttd loh! Ini bukunya", kata Shun.
"Ah masa aku punya fans?".
"Iya itu fansmu! Haha cepat tandatangan tulis nama fansmu".
"Siapa?"
"Namanya Ai!"
"Ai?".. Tomo teringat teman SMA nya yang dulu ia sukai.
"Ia, cepat ia menunggu loh.. dia mau ajak kau bertemu minggu depan!".
Tomo terkejut, "kok bisa?".
"Iya kemarin dia ke sini melihat kau sedang masak dan ia sangat kagum. Dia tidak berani menyapamu tapi dia bilang ke aku dia fansmu dan mau minta ttd".
Tomo pun merasa senang, dalam hati ia bertanya apakah ini Ai yang sama dengan Ai teman SMA nya?.
Lalu tomo segera ttd buku itu.
"Tulis untuk 'Ai, terimakasih sudah menjadi fansku', di atas ttd mu Tomo!", kata Shun.
"Baiklah.. sampaikan salam ku pada dia ya!".
"Siap! Makasi mo!".
Setelah hari itu tidak terjadi apa-apa dan malah terjadi kejadian buruk ini. Tomo pun berteriak ke petugas bank, "saya tidak tandatangan ini untuk menyerahkan aset saya! Saya ttd utk fans saya!".
Petugas bank nya pun terlihat tersenyum kecil, "maaf pak itu di luar kuasa kami, yang penting dokumen ini sudah ada tangan, silahkan lapor ke polisi jika ada merasa tertipu".
Tomo pun segera berlari ke kantor polisi, ia berusaha menelepon Shun tapi tidak diangkat. Rumah Shun juga sudah kosong. Sesampai di kantor polisi, "Pak saya ditipu rekan saya, kedai saya disita bank, padahal saya tidak pernah menjual atau meminjam uang! Rekan saya meminta saya ttd suatu buku tapi ternyata ia pakai untuk menipu saya. Tolong pak!".
"Baik kami akan proses laporan Anda".
Polisi kemudian mencatat kejadiannya. "Kami akan mencari rekan Anda, untuk sementara kita hanya bisa menunggu hasilnya, harap bersabar". "Baik pak".
Tomo yang hancur hatinya karena kedai yang ia bangun susah payah sudah tidak ada, ia pun dikhianati teman baiknya. Pandangan Tomo kosong.
Sudah 3 hari berlalu dan tidak ada kabar apapun. Dalam hati Tomo berteriak, "Kalau begini jadinya ngapain aku mati-matian berusaha. Aku sudah menyia-nyiakan kehidupan sekolahku dulu, tidak bisa bersenang-senang. Sekarang semua hancur! Aku ingin memutar waktu".
Saat Tomo ingin jalan ke kantor polisi menanyakan perkembangan kasusnya, ia melihat anjing yang mau tertabrak mobil, ia segera berlari menghampiri anjing itu dan ia berhasil menolong anjing itu namun dari arah sebaliknya datang mobil lain, dan ia pun tertabrak.
Tomo segera dilarikan ke RS oleh orang sekitar. Tomo menjalani operasi dan setelah operasi Tomo koma. Dalam tidurnya Tomo, anjing yang ia selamakan berubah menjadi sesosok laki-laki.
"Tomo, terimakasih sudah menolongku, aku akan membalas budi kepadamu", ucap laki-laki tsb.
"Kenapa ini? Apa aku mati?", tanya Tomo.
"Tidak, kau masih hidup namun keadaanmu sangat memprihatinkan, aku tidak tau apakah kau akan selamat atau tidak".
"Apa? Tidak. Aku masih mau hidup, masih banyak yang harus lakukan, hidupku selama ini menderita", keluh Tomo.
"Aku akan memberikanmu kesempatan untuk menjalani hidupmu kembali menjadi anak sekolah. Aku akan membiayai segalanya dan kau akan hidup kembali sebagai makhluk astral. Namun ada syaratnya"
"Astral? Apa itu?"
"Astral berarti jiwamu terpisah dari tubuh aslimu. Aku akan memasukan jiwa mu ke suatu fotomu, dan fotomu akan berubah menjadi dirimu sebagai sosok manusia, dan kau akan menjadi manusia baru".
"Hah? Mana mungkin bisa terjadi hal konyol kaya gitu.."
"Jika kau tidak mau mempercayainya berarti aku tidak bisa menolongmu."
"Tunggu tunggu!! Baik aku akan mempercayainya. Sekarang apa syaratnya agar aku bisa seperti itu?"
"Kau tidak boleh bilang siapa-siapa bahwa kau adalah makhluk astral. Aku memberikanmu waktu 1 bulan agar kau tidak punya penyesalan di bumi ini. Dan jika pada saat 1 bulan itu berakhir dan ternyata tubuh aslimu sudah tidak dapat hidup maka kau akan mati.."
"Bagaimana kalau ternyata aku bisa sehat lagi?".
"Kemungkinannya kecil tapi kau hanya perlu berdoa. Jalani kehidupan astralmu dengan baik".
"Tapi buat apa aku hidup sebagai astral kalau aku akan mati!".
"Apakah kau tak punya penyesalan yang harus diselesaikan? Jika tidak, aku akan merelakan ini."
Tomo terdiam dan ia berpikir kembali. "Tidak! Aku tidak mau ini berlalu begitu saja! Aku akan menjadi astral, aku akan menjadi bahagia, aku akan bersenang-senang!"
"Baiklah. Jika kau sudah memutuskan. Selama kau menjadi astral, aku akan membiayai hidupmu. Buka kotak merah yang ada di tempat tinggalmu nanti, itu berisi uang untukmu hidup selama sebulan dan akan penuh lagi isinya jika uangmu habis sebelum sebulan. Ingat, kau tidak boleh bilang ke siapapun kalau kau makhluk astral. Meskipun kau akan menjadi makhluk astral, wajahmu akan sama persis dengan sosokmu yang sekarang, sehingga orang yang kenal dengamu sebelumnya mungkin akan bertanya-tanya, tapi kau tidak boleh bercerita apapun.
Aku akan menjaga tubuhmu di sini, orang yang menabrakmu akan membiayai biaya perawatanmu jadi jangan khawatir."
"Baiklah. Aku akan menuruti semua syaratmu. Ohya satu lagi yang ingin aku tanyakan, Jika sudah 1 bulan bagaimana dengan sosok astralku?"
"Orang akan melupakanmu, mereka hanya ingat kata-kata darimu namun mereka tidak akan mengingat kalau kau ada di sana".
"Baiklah kalau begitu, ayo, aku tidak sabar!".
"Oke. Sekarang aku akan mengirimu. Tutup matamu".
Tomo menutup matanya dan tiba-tiba di sekitarnya gelap. Saat ia membuka matanya, ia berada di sebuah kamar. Dia segera berlari ke kamar mandi dan melihat dirinya di kaca. Ia melihat sosoknya menjadi muda lagi saat ia berusia 15 tahun.
"Waw! Ini sungguh terjadi! Kereeeen! Aku jadi muda lagi!".
Ia kemudian melihat seisi rumah, rumah dengan fasilitas yang sangat bagus. "Waw rumah ini luar biasaaa! Ada segalanya. Ada bak kamar mandi! TV besaaar! Home theater! Game! Aaaaah surga!!!".
Lalu ia teringat ucapan si anjing, "Ah! Kotak merah! Aku harus cari!". Ia mencari letak kotak merah dan menemukannya. Saat ia membuka, "Wow! Uang banyaaaak sekali!!! Aaaah keren sekalii! Aku kaya rayaaa!".
Tomo merasa bahagia melihat uang yang begitu banyak. Ia membuka sebuah surat dan ia membacanya.
"Mulai saat ini kau akan hidup menjadi Ebi Yamashita, seorang anak SMA kelas 1. Hari ini adalah hari pertamamu sekolah, kau akan bersekolah di SMA mu dulu. Manfaatkanlah waktu 1 bulan mu ini untuk menjadi bahagia".
Tomo pun berteriak, "Baiklaaah! Aku pasti akan bahagia!!".
Tomo segera bersiap ke sekolah. Upacara penerimaan berlangsung.
"Luar biasa, aku kembali jadi anak SMA dan ini sekolahku dulu. Keren!"
Tomo masuk ke kelasnya, kelas 1A.
Ia berkenalan dengan teman-temannya. "Aku Ebi! Salam kenal!", "Aku Taro!", "Aku Yuki!". "Salam kenal!". Dalam hatinya ia berkata, "Haha! Aku lebih tua 10 tahun dari kalian semua!".
Bel jam pelajaran pun berdering, dan masuklah seorang wanita, Tomo masih asik dengan pikirannya sendiri sementara wali kelas itu sedang mengenalkan dirinya.
"Selamat pagi, saya Ai Yamada, wali kelas 1A, mohon kerjasamanya".
Dan saat Tomo melihat ke depan ia pun kaget... Sosok yang ia lihat adalah cinta pertamanya ia waktu SMA. Wanita yang ia tak berani dekati karena ia terlalu sibuk menghidupi dirinya. Tomo pun reflek berteriak, "Ai!!!".
Ai yang melihat sosok orang yang mirip temannya dulu pun terkejut. "Ehhh? Ka-kau?".
Tomo ingat perkataan si anjing dan ia segera duduk "Maafkan saya bu, saya salah orang".
Ai pun masih takjub melihat sosok Tomo. Ai mendekati Tomo dan bertanya, "Siapa namamu?". "Sa, saya Ebi Yamashita, mo mohon bimbingannya bu Ai.."
Ai yang masih takjub memegang wajah Tomo, sambil bergumam "Kok ada orang bisa mirip seperti ini? Waw".
Lalu murid di sekitar bilang "Bu ayo mulai kelasnya!".
"Ah iya maaf!", ucap Ai. Ai kembali ke depan kelas.
"Baik, maafkan ibu sebelumnya karena Ebi mirip sekali dengan teman SMA ibu. Ibu akan lanjutkan absensi ya."
Ai memanggil satu persatu murid di kelas 1A. Dalam hati Tomo kaget.. "Aku bisa bertemu lagi dengan Ai di sini.. Ai, andai kau tau aku memang teman sekelasmu.. sayang aku tidak bisa mengatakannya."
Lalu tiba Ai memanggil nama Ebi. "Ebi Yamashita". "Hadir bu!", teriak Tomo.
"Baiklah kita akan tentukan ketua kelas, siapa yang mau jadi kandidat?".
Tomo berpikiri jika ia menjadi ketua kelas ia akan sering bertemu dengan Ai, lalu ia mengacungkan tangannya. "Saya bersedia Bu!". "Oke, Ebi ya. Ada lagi yang bersedia?".
Dan ternyata tidak ada orang lain yang mengacukan tangan. "Baiklah, Tomo jadi ketua kelas ya".
Kehidupan SMA Tomo pun dimulai..
Akankah ia menemukan kebahagiaan?
BERSAMBUNG....
Note : ini online Novel buatan Wita! Dilarang keras copy dan dipakai atau di repost tanpa izin. Cerita masih bersambung, nunggu mood buat nerusin. Hehe. Uda lama ga nulis, masih banyak berantakannya. Semoga suka ya!
3 notes · View notes
mamosefan · 7 years
Text
Jam Tangan Wanita Import . Daftar Harga Beli Jam Tangan Wanita Import Terlengkap dan Termurah di Bandungsale.com, Toko Online Import di Indonesia Bisa COD & FREE Ongkir!
#gallery-0-5 { margin: auto; } #gallery-0-5 .gallery-item { float: left; margin-top: 10px; text-align: center; width: 100%; } #gallery-0-5 img { border: 2px solid #cfcfcf; } #gallery-0-5 .gallery-caption { margin-left: 0; } /* see gallery_shortcode() in wp-includes/media.php */
christie 2016 jam tangan wanita esprit tali kulit jam tangan gucci wanita original second sista jam tangan wanita plus harga di zalora jam tangan wanita fossil tissot alba jam tangan wanita puma original formal memilih model jam tangan wanita anti air tajima pekanbaru jam tangan digitec wanita terbaru cewek cole favorit ltp-1308l-1avdf 2021 cosmopolitan luminor wanita.com sering harga jam tangan wanita citizen eco-drive silhouette bangle sering pony alexander harga jam tangan swiss army original untuk wanita charles model jam tangan remaja wanita 2015 harga jam tangan wanita police alexandre merk jam tangan wanita keren bum skagen harga jam tangan wanita gc jenama christ jam tangan wanita diamond keren elevenia positif diamond jam tangan wanita esprit lazada ngetren verra harga jam tangan wanita guy laroche luar foto jam tangan wanita terbaru 2015 oem skmei expedition phillipe club model jam tangan wanita model terbaru jam tangan kulit wanita swiss army harga jam tangan wanita merk alba seiko jam tangan wanita
alexandre christie 2015 nary strap warna baterai urutan jam tangan wanita terbaik gelang harga jam tangan casio buat wanita unisex jam tangan wanita alba lazada watch promo gues jam tangan anak2 perempuan jam tangan wanita kw guess edition promosi alexander jam tangan wanita merk zeca jam tangan wanita merk bagus bawah frozen harga jam tangan wanita terbaru 2016 daftar harga jam tangan wanita rolex original data paket jam tangan wanita mek guess ltp-1241d-4a http://www.jam club verra patek love alba saphire perpetual -33490 baru jakarta guest jam tangan wanita alexandre christie terbaru 2014 jam tangan fossil wanita original malaysia putih mewah murah.com jam tangan perempuan kecil white jam tangan wanita tali kulit warna coklat jam tangan wanita branded terbaru bvlgari fashion jam tangan remaja wanita online jakarta jam tangan wanita harga 30 ribuan jam tangan wanita guess diamond merk jam tangan wanita dan harga jam tangan wanita kulit 2015 lapak januari standard miniso dibawah coklat vuiton cod jam tangan wanita murah
yogyakarta grosir jam tangan anak perempuan jam tangan wanita dan harga nya jam tangan wanita fossil di lazada anti 401 jam tangan ripcurl wanita murah jam tangan warna hitam untuk wanita kuning bangle jam tangan wanita terkenal daftar harga jam tangan wanita mirage timex pesta jam tangan wanita merk quartz harga jam tangan wanita model terbaru jaman petak charlie glory ukuran untuk cosmopolitan timex bali jam tangan wanita alba terbaru 2015 jual jam tangan gelang wanita jam tangan wanita model terbaru2015 jam tangan wanita harga 300 ribuan dongker harga jam tangan wanita alexandre christie original stainless gambar jam tangan wanita trend 2015 martin jam tangan wanita puma sekonda jam tangan levis wanita original aiten jam tangan alba wanita terbaru 1adf hush chrono harga jam tangan wanita skmei cm jam tangan wanita mewah elegan jam tangan wanita qq gambar jam tangan perempuan yang bagus jam tangan wanita kulit warna merah supplier jam tangan wanita import gues jam tangan wanita dkny terbaru 1225 harga jam tangan
rolex wanita 2016 jam tangan wanita original aigner standar jam tangan swatch perempuan original baby-g alfa valentino jacob lagi jam tangan wanita murah dan keren jam tangan wanita hermes murah jam tangan wanita merk mirage 1884 harga jam tangan wanita murah dan berkualitas folli kate swatch model jam tangan wanita merk citizen tanpa jam tangan wanita guess kulit jual jam tangan wanita sporty jam tangan perempuan bagus jill 7 jourdan beli tokopedia jam tangan wanita branded lazada harga jam tangan wanita quartz jaman http://www.lazada.co.id valentino shinobi jakarta semua pink jam tangan wanita original terbaru paket sinobi crysti jam tangan q&q untuk perempuan terbagus terbaru jam tangan swiss army wanita ori daftar harga jam tangan casio wanita terbaru melihat jam tangan wanita ac keramik jam tangan wanita kwalitas bagus cokelat gambar jam tangan wanita warna gold jam tangan fortuner untuk wanita nama lacoste jam tangan wanita kw surabaya sintetis dkny folli jam tangan wanita murah terbaru 2015 asli 505 harga jam tangan
wanita esprit jam tangan rantai wanita di lazada giotona ltp-1241d-2adf korean dunia toko bagus jual jam tangan wanita yg harga jam tangan casio poptone wanita water merek jam tangan favorit wanita jam tangan wanita sophie martin 2016 outdoor harga jam tangan wanita di malaysia lelaki 2023 jam tangan wanita original di surabaya jam tangan perempuan masa kini pink jam tangan wanita putih chisti jam tangan wanita merk mango berjenama jam tangan tag heuer untuk wanita jam tangan q&q wanita kulit grosir marun harga jam tangan wanita dw jam tangan murah berkualitas untuk wanita bermerk bukalapak studio classic harley harga jam tangan casio untuk wanita pierre jam tangan casio wanita karet jam tangan adidas untuk perempuan paling roxy dewasa katalog jam tangan wanita guess 2015 jam tangan buat remaja perempuan jam tangan wanita murah keren jam tangan wanita untuk remaja jual jam tangan wanita seiko original berdiameter harga jam tangan wanita alexander christine kinetik jam tangan khusus perempuan jam tangan michael
kors kw wanita terbagus jam tangan wanita paris renang katalog jam tangan wanita rolex dan harganya fortuner coach jam tangan alexandre christie wanita warna gold apple steel polo jam tangan wanita yang simple jam tangan wanita merk lv on model jam tangan cantik untuk wanita model jam tangan wanita unik kw2 khusus levis harga jam tangan casio wanita baby g bahan semi 1303l semi jam tangan wanita terbaru branded jam tangan wanita burberry original jam tangan alba wanita online medan qq jam tangan wanita chrono aktif penjual jam tangan wanita murah raymond roxy jam tangan wanita merk fossil ori lobor harga jam tangan wanita elizabeth juli zara keluaran harga jam tangan wanita di surabaya devond 7bvdf koleksi jam tangan wanita berjenama promo toska denpasar jam tangan fossil wanita malaysia jual jam tangan wanita swatch gambar jam tangan wanita guess terbaru lasebo suplier jam tangan fashion wanita jam tangan wanita levis leopard harga jam tangan wanita raymond weil nixon jam tangan perempuan yang lagi trend jam tangan
  Jam Tangan Wanita Lazada Indonesia, Jam Tangan Artis Wanita Indonesia, Merk Jam Tangan Wanita Terbaik Di Indonesia, Merk Jam Tangan Wanita Terkenal Di Indonesia, Jam Tangan Wanita Jogja, Jam Tangan Wanita Jenama Guess
Jam Tangan Wanita Import Jam Tangan Wanita Import . Daftar Harga Beli Jam Tangan Wanita Import Terlengkap dan Termurah di Bandungsale.com, Toko Online Import di Indonesia Bisa COD & FREE Ongkir!
0 notes
babytiggerr-blog1 · 5 years
Text
ADU RAYU
PART 1
Anak kecil yang akan kamu hadapi, sewaktu-waktu, salah satunya bisa jadi adalah aku. Di saat begitu, aku bahkan taktahu jelas mauku. Semua akan salah, kecuali kesabaranmu. - kotak nasi
Seungwoo.
“Jadi bagaimana, pak?” Dua serupa obsidian menatap kearah suami istri satu persatu, berharap tak melempar komplain yang berlebihan karena badan serta pikiran terlalu letih, jika boleh jujur..
Tapi berhubung klien adalah raja gue berusaha untuk tetap tersenyum dan menampilkan wajah wibawa, iya, demi klien meski malam tadi gue cuman sempat tidur dua jam.
Puji Tuhan mereka nggak komplain, menurutnya hasil kerja gue mendekati ekspetasi yang seperti mereka bayangkan, saat gue menunjukan versi 3D dilayar laptop yang dibawa ke tempat janjian.
Akhir tahun adalah momok tersendiri buat gue dan kawan-kawan seperkantoran karena biasanya pada akhir tahun banyak banget yang harus dikerjakan. Mulai dari kejar deadline akhir tahun, survey project untuk tahun depan, dan menerima klien baru itu belum termasuk kalau dilapangan ada kendala,
kayak kejadian setelah ketemu klien dan baru saja sampai kantor mendadak telpon yang berada di ruangan gue berbunyi meraung-raung, heran? Jelas, karena biasanya orang lebih sering menghubungi gue lewat hp kecuali… masalah kerjaan… yang langsung berhubungan sama si bos atau karyawan lain. Untungnya itu cuman Mbak Dela yang minta gue mengirimkan file RPS  yang sebelumnya gue minta tolong untuk diprintkan. “siapa?” ujar seseorang yang setahun lebih tua dari gue. Sunho, yang berdiri sambil sibuk ngebukain berkas sedangkan tangan kirinya bawa cangkir berisi kopi hitam pekat. Baunya menguar kesatu ruangan.
“emang siapa yang lo harapin? Pacar? Pacar gue mana ada nelpon pake telpon kantor.”
“Ya sapa tau pegawai magang yang naksir lo waktu itu.”
“najis.”
[Han Seungwoo] 
– Udah makan?
[Hana J.]
 -Ini lagi makan sama temen.
 -Kamu udah?
[Han Seungwoo] 
-Belum, mungkin habis ini
[Hana J.]
 -yaudah.
[Han Seungwoo]
- Oke.
Hana adalah cewek gue, meskipun gitu waktu buat ketemu buat berdua susah banget. Nggak, kami bukan pasangan LDR, kami tinggal di kota yang sama, cuman lagi sibuk sama karir masing-masing, untuk ketemu harus ngeluangin waktu khusus disela-sela sibuknya jam kerja.
**
Hana.
“Iya ibu, nanti Hana pulang kalau pekerjaan udah selesai.” suara wanita paruh baya di seberang sana terus-terus mengingatkan  untuk nggak terlalu berlebihan dalam pekerjaan.
“janji ya? Kamu udah kabarin seungwoo belum?” senyum tipis yang tadi merekah sedikit memudar karena ingat bahwa belakangan aku dengan orang yang dimaksud ibu, nyaris nggak ada waktu untuk ketemu.
Dua minggu ini kerjaanku benar-benar menggila, bahkan beberapa kali minum obat sakit kepala karena pening dan rasa kencang yang menjerat nggak bisa ditahan lagi.
“nanti hana coba ajak seungwoo main ke rumah buat ketemu ibu.”
“yaudah, ibu tutup ya telponnya.” suara tuuut tuuut panjang menjadi penutup perbincangan siang itu digantikan dengan suara notifikasi dari sebuah aplikasi chat.
Oh ya aku Hana, bekerja disebuah redaksi majalah asia. Tahun ke 3 aku kerja disini, puji tuhan aku betah betah aja, walaupun kalau ketua divisiku lagi menggila rasanya pingin banget resign. Tapi yang begini cuman pinginan sesaat aja kok, kalau resign aku kerja apa dong?
aku menatap ruang obrolan pada aplikasi chat, karena detik berikutnya memutuskan untuk nggak membalas lagi. Chatku dengan seungwoo hanya sampai situ. entah karena memang sudah tidak perlu ada yang dibahas lagi atau… karena aku sudah terbiasa dengan gaya komunikasi kami yang begini. Straight to the point and simple.
****
Seungwoo.
Sebuah email baru dari Pak Andaru masuk, buru-buru gue klik, sedikit nggak sabaran oleh proses loading. Email itu hanya berisi pesan singkat, tanpa salam pembuka atau subjek. Amat sangat jauh dari kaidah surat menyurat yang baik dan benar.
From: Aandaru @ gmail . com To:  HanSung @ gmail . com
Ada calon klien dari PT Lintang Utama, pemilik saham tunggal Lotus Hypermarket. Tolong kamu tangani dengan baik. Jangan sampai gagal. Ini proyek besar, kamu harus bisa meyakinkan calon klien ini dengan dsainmu. Jika deal kita akan menjadi tender tetap untuk perusahaan pemegang saham ini. Saya tekankan lagi, buatlah desain yang menarik, pelajari seluk beluk visi misi perusahaan itu. Minggu depan pihak Lintang Utama akan datang, berilah penjelasan singkat yang meyakinkan.
Wow, gue tercengang sesaat, segera gue dengan kilat mengetik untuk membalas email dari Pak Andaru. Tak lupa gue memberi tahu senior gue yang lagi ngopi tadi, senior setahun diatas gue.
“Bro, gue habis dapet email dari pak bos.”
Sialan, yang gue ajak ngobrol malah dengan santuynya ngopi, sambil niupin kopinya yang berada dicangkir biar cepat cepat dingin. “email, apaan tuh?”
“proyek besar bro. Dari PT Lintang Utama.”
“bukannya itu pemilik sahan Lotus hypermarket ya?”
“Yap, betul sekali.”
“Serius lo?”
“serius gue malih, kalo deal doi bakal jadi klien tetap kita.”
“oke gue bakal bantu lo.”
“Serius ?”
“Kapan sih gue boong sheyeng.”
“Najis.”
Seneng? Jelas. Gue di amanahi buat pegang proyek besar lebih-lebih PT Lintang Utama, pemilik saham nomor satu hypermarket di negri ini. Tapi gue juga nggak bohong kalau sedikit terbesit rasa risau, apakah gue mampu untuk menangani proyek sebesar ini?
***
HANA
pukul lima sore seperti pesan ibu untuk nggak terlalu memforsir diri, aku memutuskan untuk pulang. Sudah terbiasa dengan kemacetan jakarta, duduk berjam-jam dikursi sopir mobil dengan alunan lagu milik standing egg berjudul ironic.
memilih naik kendaraan pribadi dibanding transjakarta atau kendaraan umum sejenisnya, turut menyumbang polusi dan kemacetan ibu kota yang bentar lagi bakal pindah ini. Untuk orang pada umumnya mungkin terjebak ditengah kemacetan membuat pusing dan darah tinggi. Berbeda denganku ada waktu-waktu tertentu dimana aku malah suka terjebak macet, sendirian di mobil dan dengan bebas memutar lagu-lagu korea sampe enek tanpa mendengar lemparan protes.
Pikiranku pun ikut bebas berkelana kemana saja, bertanya-tanya dengan diri sendiri tentang sebuah kemungkinan-kemungkinan dibalik wajah-wajah lelah yang tengah menuju rumah.
Contoh seperti mbak-mbak yang lagi naik ojol persis disamping gue, rautnya nampak kebingungan sambil mencoba mendekatkan telinga yang berada dibalik helm ke kepala driver ojol. Kayaknya si mbak mencoba berusaha mendengarkan obrolan driver gojek meski seberusaha apapun nggak bakal kedengeran dan berakhir jadi penjual kelomang, ‘hah? Hah?’
Atau bapak-bapak yang raut wajahnya nampak emosi dan dengan nggak santainya terus terusan menekan klakson motor, ada apa? Apa yang membuatnya sebegitu emosi dijam pulang kerjanya? Apa harinya di kantor tengah begitu berat?
Pikiran-pikiranku itu mendadak hilang dibarengi keterkejutanku karena ponsel berdering.
Seungwoo
“Good afternoon, sir. What can I help you with?” gue sedikit terkekeh begitu mengangkat telpon.
“Good Afternoon, Ma’am. Lagi dimana?”
“Di mobil, ini perjalanan pulang ke rumah.”
“Oh..”
Aku diam beberapa saat, “Seungwoo.”
“Ya?”
“Ibu nyariin kamu tuh, kayaknya kangen.”
“aku kangennya sama kamu tuh, bukan sama ibu. Gimana dong?”
“Yeeh apaan sih. Serius ini.”
“Lho aku juga serius, Han.”
“iyadeh.”
“mau ketemu kapan emangnya, weekend kamu ada waktu nggak?”
“weekend ya? Duh aku belum lihat agenda tuh.. jumat gimana?”
“yaudah, aku kosongin jadwal hari jumat,”
2 notes · View notes