#Menjelang Ajal
Explore tagged Tumblr posts
Text
MENJELANG AJAL Indonesian possession pic - teaser and release date
Menjelang Ajal is a 2024 Indonesian supernatural horror film about a family whose daughter is seemingly possessed; their prayers seem to make matters worse. What sin did they commit? The title translates into English as “Approaching Death” Directed by Hadrah Daeng Ratu (Pemandi Jenazah; Sijjin; Perjanjian Gaib; I Know When You Dead; Makmum; #Malam Jumat: The Movie; Jaga Pocong). Produced by Gope…

View On WordPress
#2024#Caitlin Halderman#Daffa Wardhana#horror#Indonesian#Menjelang Ajal#Michael Olindo#movie film#Ruth Marini#Shakeel Fauzi Aisy#Shareefa Danish#teaser trailer
1 note
·
View note
Text
What's On My Radar.
Musicians, Boybands, Bands: SEVENTEEN, WOODZ, IVE, AESPA, ZB1, The Boyz, Cigarettes After Sex, Xdinary Heroes, Ariana Grande, SZA, The Weeknd, PARTYNEXTDOOR, The 1975, My Chemical Romance, Novo Amor, Mother Mother, Dewa 19, Reality Club, Daniel Caesar, H.E.R, grentperez, Hivi!, Halsey, JSO, slchld, NIKI, Bazzi, Clairo, Paul Partohap, beabadoobee, Ruel, Jeremy Passion, Jeremy Zucker, Charlie Puth, HONNE, New Hope Club, Teddy Adhitya, Jaz, Joji, James Arthur, Giveon, Westlife, Bruno Major, Backstreet Boys, Billie Eilish, FINNEAS, Madison Beer, Paramore, The Script, Dhruv, Jess Benko, suggi, Adele, Anson Seabra, Summer Walker, Shawn Mendes, Lauv, LANY, d4vd, Phoebe Bridgers, girl in red, Nadhif Basalamah, After Nourway, Troye Sivan, Sabrina Carpenter, Keshi, Luke Chiang, Rafi Sudirman, Conan Gray, Chappell Roan, Noah Cyrus, GreenDay, wave to earth, Keenan Te, Arctic Monkeys, RAYHAN NOOR, DPR IAN, Astrid S, Arash Buana, For Revenge, Avril Lavigne, Sabrina Claudio, Maroon5, Jeff Bernat, Doja Cat, Air Supply, Alec Benjamin, Mr. Big, Queen, ZAYN, Guns N' Roses, Oasis, Eagles, Muse, 5SOS, Gracie Abrams, The Neighbourhood, Frank Ocean, Olivia Rodrigo, JVKE, and more.
Completed Watchlist: Moriarty The Patriot, Asobi Asobase, Horimiya, Gakuen Babysitters, Attack on Titan, Haikyuu, Blue Lock, Tokyo Revengers, Oshi no Ko, Nekopara, Ao Haru Ride, Kimi ni Todoke, Junji Ito Collection, Sasaki to Miyano, Tondemo Skill de Isekai Hourou Meshi, Noblesse, DreadOut, Mencuri Raden Saleh, Agak Laen, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss!, Imperfect: Karier, Cinta, & Timbangan, Miracle in Cell No.7, Menjelang Ajal, Ivanna, Bad Genius, Santet Segoro Pitu, The Garfield Movie, Anyone but You, Flipped, Notting Hill.
Books: Untuk Kamu yang Terlalu Banyak Berpikir, Dari Aku yang Hampir Menyerah, Sherlock Holmes: A Study in Scarlet (1887), Sherlock Holmes: The Sign of the Four (1890), Sherlock Holmes: The Hound of The Baskervilles (1901–1902), Sherlock Holmes: The Valley of Fear (1914–1915), The Adventures of Sherlock Holmes, Moriarty the Patriot Vol. 1–9, The Moriarty Papers, Sayangi Dirimu: Berhentilah Menyenangkan Semua Orang, Rahasia Bersikap Tenang Dalam Kondisi Apa Pun, Menasihati Tanpa Menggurui, Is it Bad or Good Habits, Menjadi Pribadi Tahan Banting, Berani Berubah Untuk Hidup Yang Lebih Baik, Habit Is Power, Seni Mengendalikan Emosi, The Winning Mindset, Kamu Tak Harus Sempurna, Rahasia Lancar Berkomunikasi, Control Your Ego: Sebab Musuh Terbesarmu Adalah Dirimu Sendiri, Seni Memahami & Menerima Diri, The Power of Personality: Cara Menjadi Pribadi Unggul, Tangguh, Memikat, dan Berpengaruh.
YouTubers & Animated Content Channels: Luthfi Halimawan, Keenanninara (xxknjt), Miawaug, Windah Basudara, Hitzeed, EhLija, Dasi Gantung, animasinopal, tekotok, HR Gram Studio.
3 notes
·
View notes
Text
How we spend our youth will determine our state in old age and our state of dying.
Bagaimana kita menghabiskan masa muda kita akan menentukan keadaan kita di usia tua dan keadaan kita menjelang ajal.
(Dr. Bilal Philips)
8 notes
·
View notes
Text
Temu Malam Hari
Pertemuan malam kemarin cukup memberi kesan di dalam kepala. Entah memang gua yang belum terima dibilang dewasa atau memang gk mau aja disinggung perihal "Menikah."
Singkatnya pembicaraan ini bermula, "Kira-kira siapa duluan yang nikah nanti, kamu atau A?" Sebuah celetukan tetangga saat gua pamit untuk pulang dihari esok. Gua cukup canggung saat itu, rasanya telinga ini masih belum cukup untuk menerima kata itu. Ya, bisa dibilang gua blm terima untuk dewasa.
Seketika pertikaian di dalam kepala bermunculan, "Jawab apa ya, apakah gua harus ngaku mau nikah di umur menjelang 30 tahun?" Ah, kayaknya bakalan timbul huru-hara deh abis ini. Setelahnya gua ambil jalan tengah, "26/27 kayaknya, mah." Meskipun jantung gua dugun-dugun.
1... 2... 3... Mari kita hitung untuk menunggu respon.
"Ketuan!" ucapnya. Benar kan, udah gua duga. Tapi dengan percaya diri gua bilang, "Engga, itu umur yang menurut aku cukup, takut..." kata gua diakhiri dengan kata takut yang mungkin engga terdengar. "Jangan tua-tua, nanti pas anak kamu besar, kamu-nya keliatan tua." Aihhh, bukankah setiap hari umur manusia bertambah ya? Semakin tua, semakin keriput, semakin dekat dengan ajal.
"Engga mau, aku mau kerja dulu, puas-puasin diri sama hasil jerih payah aku. Lagian juga sampe sekarang belum keliatan jodohnya dimana." Jawab gua panjang. Tapi tiba-tiba anaknya nyeletuk, "Mamah aja nikah 18 tahun, aku tau mamah gimana." Nahkan, mulai nih perang dunia kayaknya.
"Iya, tapi kan sekarang masih keliatan muda." Ya, intinya percakapan lebih lanjut ini adalah perdebatan antara ibu dan anak dan gua cuma bagian nonton sambil ketawa-tawa.
Lagipula, jodoh, maut, rezeki itu semua tuhan yang atur. Manusia cuma bisa berencana, sisanya ada di tangan tuhan. Dan juga gua nunggu (Dia) yang rasanya udah gua simpan di 5 tahun belakangan ini.
______
3 notes
·
View notes
Text
Kecewa
Kamu pernah merasa dikecewakan manusia atau ekspektasimu sendiri? Akan kuulang-ulang terus kisah ini, sebagai pengingat untuk diriku dan dirimu.
Belasan tahun lalu, seorang anak kecil usia SD yang penasaran dengan segala hal di dunia, sedang menggandrungi serial buku Keruntuhan Teori Evolusi. Penulisnya mengambil nama pena dari nama 2 nabi yang mulia. Ratusan halaman tiap jilidnya dilahap dengan gembira. Duh, kata aku sih bocil ini kelebihan energi, ya. Belum banyak ketemu masalah hidup juga. Bagaimanapun, buku itu benar-benar menginspirasinya saat itu, untuk terus mempelajari kebesaran Allah melalui ilmu pengetahuan.
Masalahnya, beberapa tahun kemudian, ketika bocil tadi mulai melihat dunia yang lebih luas, ternyata penulis buku yang dulu menginspirasinya itu, tak lagi seperti bayangannya waktu kecil dulu. Sosoknya kontroversial, jauh dari figur yang bisa dijadikan teladan, apalagi idola. Rasanya, patah hati dan kecewa. Rusaklah salah satu kenangan masa kecilnya yang menyenangkan dengan serial buku itu. Namun, ternyata, itu barulah awal dari proses belajar. Lebih dari itu, dia akan bertemu hal-hal mengejutkan lagi nanti, berkali-kali.
Hari-hari ini, jika kecewa, akan kujemput lagi sosok anak kecil itu.
"Hai, mungkin nanti kamu akan sering menemukan hal seperti ini dalam hidup. Hal-hal yang mengejutkan. Namun, jangan pernah berhenti belajar dan mengambil hikmah, ya. Jangan pernah putus asa dalam dunia ilmu",
Ingin rasanya memeluknya dan berkata demikian.
Benarlah kiranya, bahwa selagi manusia masih hidup, tak ada yang aman dari perangkap setan, bahkan seseorang yang banyak ilmunya sekalipun. Benarlah kiranya, bahwa orang yang sudah wafat dan istikamah di jalan Al-Qur'an dan sunahlah yang pantas kita jadikan teladan.
Adapun kita yang masih hidup ini, harus terus berdoa dan berjuang, semoga Allah istikamahkan dalam kebaikan dan diberikan husnul khatimah. Tak ada yang bisa menjamin akhir kisah hidup seseorang. Jangan sekali-kali merasa lebih baik dari yang lainnya.
Sekaligus, ada kabar gembira bagi yang durjana, bahwa pintu tobat itu masih terbuka hingga menjelang akhir hayatnya. Bukankah bahkan sekelas Firaun pun tetap Allah utus Nabi Harun dan Musa 'alaihimassalam, yang diperintahkan untuk mendakwahinya dengan bahasa yang santun? Barulah ketika ajal menjelang di kepungan air di tengah lautan, tertutuplah pintu tobat itu, hingga Allah berkata, "Mengapa baru sekarang?"
Maka, semoga kita senantiasa diberikan taufik, diberikan petunjuk untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah. Juga, diberikan guru dan teman belajar yang senantiasa saling menguatkan agar istikamah dalam kebenaran dan kebaikan, hingga husnul khatimah, bersama-sama. Karena surga itu, terlalu luas untuk dihuni oleh segelintir orang saja. Mari saling mendoakan agar kita berkumpul dan bercengkerama lagi di sana nantinya.💐
Simpang Empat, Rabu, 14 Januari 2025
0 notes
Text
MENJELANG AJAL
Di sebuah desa terpencil, ada legenda tentang rumah tua di ujung jalan setapak. Konon, siapa pun yang menginap di sana akan mendengar bisikan menakutkan menjelang ajal. Suatu malam, Rina, seorang peneliti misteri, memutuskan untuk menginap di sana. Saat malam tiba, ia merasakan hawa dingin menyelimuti ruangan. Di tengah keheningan, suara lirih terdengar, memanggil namanya. Rina, meski…
0 notes
Text
Pada malam 16 Agustus 2024, tim MAPALA PINISI berangkat dari Tondano dengan penuh semangat menuju Camp Gunung Soputan untuk melaksanakan kegiatan Ekspedisi Kabut Samudera. Misi kami adalah pemasangan plakat dan pengibaran bendera merah putih. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, kami tiba di area camp dengan rasa antusias dan harapan tinggi.
Malam itu, suasana di camp dipenuhi canda tawa tim. Kami bercerita tentang rencana petualangan, sambil menikmati kopi hangat. Namun, suasana ceria itu tiba-tiba pecah saat kami menerima kabar darurat. Salah satu pendaki melaporkan bahwa teman-temannya terjebak di puncak tanpa bekal makanan dan minuman. Jantung kami berdegup kencang; misi kami berubah seketika!
Tanpa membuang waktu, kami merubah agenda Ekspedisi Kabut Samudera menjadi aksi penyelamatan. Dalam waktu singkat, kami berkoordinasi dengan pihak berwenang dan membentuk Tim Aksi Cepat Tanggap di bawah Divisi Tanggap Bencana MAPALA PINISI. Dengan peralatan seadanya—lampu senter, tali, dan sedikit bekal makanan—kami bersiap untuk berangkat. "Ayo, kita tunjukkan pada mereka bahwa kita bukan tim biasa! Kita adalah pahlawan malam!" seru salah satu rekan kami, disambut gelak tawa.

Pukul 5:15 sore, kami memulai perjalanan. Langit mulai gelap, dan hawa malam menyelimuti kami. Tanpa pepohonan yang menghalangi, kami melangkah di jalur terjal Gunung Soputan, merasakan setiap langkah yang menantang. Dalam perjalanan, kami tetap berkomunikasi dengan Basarnas dan pihak berwenang untuk mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi pendaki yang terjebak. Setiap langkah terasa semakin berat, tetapi tekad kami untuk menyelamatkan teman-teman pendaki semakin menguat.
Saat malam menjelang, suara angin berdesir menambah suasana dramatis. "Kita harus tetap fokus! Ingat, kita bukan hanya pendaki, kita juga penyelamat!" teriak salah satu anggota tim, berusaha mencairkan ketegangan. Namun, semua lelucon itu seakan sirna saat kami merasakan hawa dingin yang menusuk.
Sekitar jam 11 malam, setelah perjuangan yang melelahkan, kami akhirnya tiba di puncak. Suasana di puncak sunyi dan mencekam. Tanpa membuang waktu, kami langsung memanggil para pendaki yang terjebak. "Halo! Ada orang di sini?!" teriak kami. Suara kami menggema di antara dinding batu. Tak lama kemudian, sebuah senter menyala dari arah tebing. "Ya, kami di sini!" jawab mereka dengan suara penuh harapan. Hati kami berdesir; kami tidak perlu menyisir area gelap ini!
Namun, saat kami mendekati mereka, jalan yang kami lalui semakin curam dan menakutkan. "Jika ini sudah ajal saya, tidak masalah karena ini misi kemanusiaan," ujar salah satu rekan kami sambil tersenyum lemah. "Tapi jika saya terjatuh, entah ke jurang atau kawah, saya akan teriak 'MAPALA PINISI'!" Kami semua tertawa, meski rasa tegang masih menggelayuti.
Akhirnya, kami menemukan lima pendaki yang terjebak, bersandar di tebing yang curam. Meskipun mengalami beberapa goresan luka dan kelaparan, mereka terlihat lega saat kami tiba. "Kami sudah berdoa, lho! Ternyata doanya langsung terkabul!" ujar salah satu pendaki sambil tersenyum lemah. Kami tertawa, meski dalam situasi serius.
Dengan sigap, kami membantu mereka berpindah ke area yang lebih aman. Di tengah gelapnya malam, kami mengeluarkan makanan dan minuman untuk mengembalikan stamina mereka. "Ini dia, energi dari pahlawan malam! Jangan sampai kelaparan lagi!" seru kami sambil membagikan snack. Suasana haru menyelimuti kami saat mereka mengungkapkan rasa terima kasih, dan kami merasakan beban di hati kami sedikit terangkat.

Setelah memastikan semua pendaki dalam keadaan stabil, kami mulai proses evakuasi. Namun, perjalanan kembali ke bawah tidaklah mudah. Medan yang terjal, ditambah pencahayaan yang minim, menambah tantangan. "Bayangkan kita sedang mendaki sambil main petak umpet, ya!" canda salah satu rekan. "Hanya saja, kali ini kita tidak boleh kalah!"
Dengan kerja sama yang solid, setiap anggota tim mengambil peran. Ada yang memimpin jalan, ada yang membantu pendaki yang kelelahan, dan ada pula yang memastikan jalur tetap aman. Setiap langkah kami diiringi dorongan semangat satu sama lain. "Kita bisa! Hanya tinggal sedikit lagi!" teriak salah satu rekan kami untuk memotivasi.
Setelah perjuangan yang melelahkan, akhirnya kami berhasil membawa semua pendaki turun dengan selamat. Ketika kami tiba di camp, suasana haru dan bahagia menyelimuti kami. Kami menyerahkan mereka kepada pihak Basarnas dan kepolisian yang telah menunggu di lokasi untuk memberikan bantuan lebih lanjut. "Dan inilah saatnya kita merayakan keberhasilan penyelamatan dengan makan malam yang layak!" seru salah satu rekan, disambut tawa lepas.
Misi penyelamatan ini menjadi pengalaman berharga bagi kami. Kami belajar betapa pentingnya kerja sama, komunikasi yang baik, dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat. Berbagai tantangan yang kami hadapi mengajarkan kami bahwa dalam keadaan genting, semangat dan persatuan dapat mengatasi segala rintangan.
Dengan hati yang penuh rasa syukur, kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam misi ini. Kami pulang dengan kenangan indah dan pelajaran berharga, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Misi penyelamatan ini bukan hanya tentang menyelamatkan nyawa, tetapi juga tentang persahabatan, keberanian, dan sedikit bumbu humor yang membuat perjalanan ini tak terlupakan. 💪⛰️
Cerita ini dari Kisah nyata dan saya balut dan Sedikit modifikasi dengan Humor😆
Salam lestari dari HANTU RIMBA 👻
0 notes
Text
[Cerpen] Mendekap Al-Qur'an Hingga Ajal Menjelang
Kepalanya menunduk, jari telunjuknya menelusuri kata demi kata. Al-Qur’an yang tergeletak di meja di hadapannya begitu khusyuk dibaca, meski harus terbata-bata. Usianya yang tak lagi muda perlahan memudarkan penglihatannya. Tapi kecintaannya kepada Al-Qur’an tak pernah sirna, seolah usia hanyalah sekadar angka.“Ulangi, Nek,” ucap seorang perempuan muda usia pertengahan 20an. Ia menuntun sang…

View On WordPress
0 notes
Text
Membaca Tanda Zaman : Markus 13:24-37
Bagi kita penggemar drama Korea, pasti kita sepakat bahwa drakor begitu digemari karena membawa imajinasi kepada kita. Apa yang diceritakan dalam drama korea bisa saja berbeda dengan kenyataannya. Tapi mengapa kita suka? Itu karena manusia selalu mencari kebahagiaan dan berusaha melepaskan diri dari penderitaan. Ketika penderitaan menjadi realita yang tak tertolak, pilihannya hanya dua: menolak atau menerima?
Ketika Yesus semakin mendekat pada kematianNya, perkataanNya menjelang ajal dikumandangkan kepada murid murid. Murid murid yang dimabuk khayal bahwa Guru mereka adalah Raja Baru Yahudi sama sekali tak menyangka bahwa realitas yang terjadi sesungguhnya sangat bertolak belakang dengan harapan manusiawi mereka.
Pertama, di Markus 13, Yesus bicara bahwa Anak Manusia akan datang menjadi hakim dan raja. Sekali lagi Yesus mengatakan bahwa kuasaNya adalah kuasa ilahi bukan kuasa duniawi. Murid murid biasa mengenali kekuasaan dari apa yang bisa dilakukan manusia. Menguasai, menindas, menekan, membalas, mengambil. Tapi Sang Anak Manusia kerajaanNya bukan dari dunia ini. Melampaui langit dan bumi dan akan memporak porandakan kejahatan, pemerintah yang jahat, dan orang yang jahat.
Markus ditulis ketika Yerusalem diserbu dan dibakar tahun 70 M. Bait Allah sekali lagi hancur dan harapan orang Yahudi sekali lagi musnah akan kebaikan Allah. Perkataan Kristus ini ditulis untuk menyatakan bahwa setiap penderitaan yang diterima karena Allah di dunia ini akan diganjar dengan kedatangan Allah dan pemerintahanNya yang kekal. Segala sesuatu akan dihakimi dan barangsiapa yang bertobat, akan diselamatkan.
Karena itulah kemudian, Markus mengajak kita belajar dari pohon ara. Jika orang bisa saja membaca tanda kapan pohon ara menunjukkan musim panas sdh dimulai, maka mestinya kita juga bisa bersiap dan waspada. Berjaga jaga! Bagaimana sih berjaga2?
Di bagian ketiga, Markus mengajak kita untuk terus menyadari bahwa kedatangan Kristus itu sudah, sedang dan akan. Semua ciptaan di bumi ini diberi semua panca indera untuk mengenali dan merasakan. Menyentuh dan berkomunikasi dengan alam dan energi. Apa yang ada pada kita ini diberikan Tuhan untuk kita pergunakan sebagai alat berjaga jaga.
Kenapa manusia gak bisa berjaga jaga? Karena kita gak mau susah. Bawa payung sekarang musim hujan, ah, gak papa ga ujan, tau tau ujan. Pake masker corona masi ada. Ah, kmrn gak pake juga gak papa, eh tau tau corona. Memang ada alasan kita tak berjaga jaga untuk apa pun? Gak ada. Lha wong kata pengkotbah nasib manusia dengan binatang sama, sama sama akan mati.
Nah, karena kita tak pernah tahu kapan sang Tuan akan kembali dan mengevaluasi kerja hamba hambaNya hendaklah hambaNya bijaksana. Jangan malas! Jangan menunda nunda! Eh, saya baru tahu ternyata menunda itu penyakit kepribadian. Jadi, kl kita suka menunda pekerjaan, nunda bangun, nunda kerja, nunda makan, nunda pelayanan, jangan salahkan bahwa jiwa dan karakter kita jadi rusak.
Mari siapkan hati dan hidup kita dengan berjaga jaga. Dalam kesadaran penuh bahwa setiap detik adalah kepercayaan. Setiap detik adalah kemurahan Tuhan. Sehingga hidup tak sembarangan. Hidup sebaik baiknya, bermanfaat, kata pak Andar hidup dalam selamat. Bukan hanya asal saya selamat tapi menjadi saluran selamat bagi setiap orang. Hidupnya utuh dan berguna. Jadi berkat.
Selamat menantikan kedatangan Juruselamat
0 notes
Text
Self Reminder #3
Pukul 10:10 PM, saatnya memasuki waktu bagian overthinking. Menjelang tengah malam gini memang enaknya overthinking. Bukan kitanya yang mencari cari topik, tapi memang semakin malam semakin banyak topik yang tiba-tiba terlintas dikepala. Terkadang kita terlalu mengantuk, lalu kita membiarkannya. Terkadang pula kita terjaga, lalu memilih untuk memikirkannya.
Ngomongin overthinking, apa sih yang sering kamu overthinkingin? Masalah percintaan? Masalah pertemanan? Masalah keuangan? Atau masalah hidup yang stagnan?
Tapi coba deh, sesekali overthinkingmu tentang kematian.
Tentang apa yang akan kamu bawa saat mati
Tentang bagaimana kamu akan mati
Tentang dimana kamu akan mati
Tentang akan dikubur dimana kamu setelah mati
Tentang siapa yang akan menemanimu saat sakaratul maut
Tentang siapa yang akan menangisimu saat ajal menjemput.
Dan dari berbagai pertanyaan itu, bukankah kita hanya bisa menjawab pertanyaan yang pertama? Sedangkan pertanyaan lainnya hanya bisa dijawab oleh-Nya?
Lalu, apa yang akan kita lakukan ketika mengetahui bahwa kita hanya tau jawaban atas satu pertanyaan tadi?
Mari kita overthinking kembali.
Yogyakarta, 07 Oktober 2023 [10:10 PM]
1 note
·
View note
Text
Hidup Dalam Iman Sampai Akhir
Renungan Kamis, 6 Juli 2023 Nas: Ibrani 11:21
"Karena iman maka Yakub, ketika hampir waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya." - Ibrani 11:21
"Ada banyak contoh tentang iman Yakub yang besar. Hidupnya adalah hidup iman, dan imannya mendapat ujian yang besar. Tetapi Allah telah berkenan untuk berbicara secara khusus tentang dua dari banyak contoh iman bapa leluhur ini, selain apa yang sudah disebutkan dalam kisah Abraham… Yakub menjalankan imannya dengan cara seperti ini: ketika hampir waktunya akan mati. Ia hidup oleh iman, dan meninggal oleh iman dan di dalam iman. Perhatikanlah, meskipun anugerah iman selalu berguna sepanjang hidup kita, anugerah itu terutama berguna ketika hampir tiba waktunya kita akan mati. Iman mendapatkan manfaat terbesarnya di saat-saat terakhir, untuk menolong orang-orang percaya menyelesaikan dengan baik, mati bagi Tuhan dengan cara yang menghormati Dia, dengan kesabaran, harapan, dan sukacita. Ini akan meninggalkan kesaksian akan kebenaran firman Allah dan keluhuran jalan-jalan-Nya, guna meyakinkan dan meneguhkan semua orang yang menemani mereka di saat ajal menjemput mereka. Cara terbaik orangtua menyelesaikan hidup mereka adalah dengan memberkati keluarga-keluarga mereka dan menyembah Allah." (MHC- Tafsiran Alkitab SABDA).
Refleksi: Paulus adalah salah satu tokoh besar Perjanjian Baru sebagai rasul Kristus, menjelang ajalnya tiba berkata:
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." - 2Tim 4:7
Iman adalah inti kekristenan. Dengan iman kita berakar dalam firman Tuhan, betumbuh dalam kasih karunia dan berbuah dalam pelayanan. Dan iman itu akan kita mewariskan kepada anak cucu kita, bahkan kepada murid-murid kita. (TWP)
0 notes
Text

*SENJA*
Terasa semakin berat
Mendaki di senja usia
Umur turun menyongsong
Begitu cepat
Menuju simpang maut
Mengantar diri
Ke negeri persinggahan
Lewat 1/2 abad
Dunia menjerat hasraj
Dalam penantian kepastian
Ada harapan tua
Yang ingin tetap hidup
Mesti dalam kematian
Sungguh ini cita dari *PUISI HATI*
Tak banyak yang mengerti
Bukankah para ulama
Telah lama mendahului
Namun warisannya
Tetap hidup dan mengalir
Harapan senjaku
Menjelang malam
Menutupi siang
Agar aku tak membebani
Semua yang kucintai
Untuk hadir melepas
Tarikan Syahadat di ujung napas
Karena ajal itu misteri
Yang bersembunyi
Dalam ruang dan waktu
Maka yang ku inginkan
Do'a dan keshalihanmu
Wahai putra putriku
Kalau dulu kehadiranmu
Kusambut tawa beringi do'a
Maka jika waktu itu tiba
Aku berharap do'a dan istiqamahmu
Hidup di atas Islam dan Sunnah
Di usia senjaku
Bersama manisnya darahku
Indahnya bercak paruku
Dalam kelemahan jiwa dan raga
Aku hanya terus berharap
Dalam setiap detik hidupku
Semoga keshalihanmu
Menjadi penyejuk dan penerang
Dari gelapnya negeri persinggahan
Menanti hari Perhitungan
Setiap amal dan nikmat
Duhai.....
Jika sekiranya
Setelah kematian
Kita dibiarkan
Tentu kematian
Tempat istirahat kehidupan
Namun nyata kita kan dibingkitkan
Dan diminta pertanggungjawaban
Sungguh jalan begitu panjang
Bekal hanya sedikit
Tempat dituju hanya dua
Sorga atau Neraka
Malangnya jiwa
Kita tak tahu dimana akan ditempatkan
Ilahi
Kumohon Rahmat dan ampunanMU
Karena amalku taklah sebanding dengan surgaMU.Aaamiin
Ali Ahmad bin Umar
21 Jumadil Awwal 1442H
Sumber: (Ustadz Arif Fathul Ulum hafidzahullah) https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02dFzDfZSRM2CxVBgsEM4wcmXd1Yne3d1yZnzLGajYTETpoDM2s87tQR68vAbDquqol&id=129745674158013&mibextid=Nif5oz
6 notes
·
View notes
Text
~AH~
Karena kemalasan ku, akhirnya muncullah tema tulisan "Ah" ini,...
Ya aku orang yang sangat-sangat tidak berfikir sebelum berucap saat bercanda, kadangkala ketika ku sudah bercanda, aku akan mengeluarkan apa saja yg ada di kepalaku dan langsung diucapkan...
"Mim tentuin tema tulisan kita hari ini ya" ujar Isma sang penulis yang bukunya belom best seller,
"Ah" ucapku (dalam hati "Ah,tahapa pun")
"Ini temanya" (sembari me reply pesan "Ah")

Sontak teman-teman ku tertawa, dan berfikir aku hanya bercanda, tapi akhirnya candaan ku diwujudkan, ku tetap konsisten dengan apa yg telah ku ucapkan, karena aku punya moment dimana candaan ku berubah menjadi kenyataan dan akhirnya menjadi sebuah kebahagiaan...
Yah, intinya, jangan berbicara sebelum berfikir, sampaikan lah sesuatu yang baik, dan jangan bercanda dengan tujuan untuk membuat org sekitar tertawa, tetapi candaan itu hanya sebuah kebohongan, Ingat Rasulullah melarang kita berbohong walaupun hanya untuk bercanda..
Maka aku sudah berucap, maka aku harus konsisten dengan ucapanku...
Kembali ke Tema, ya ucapan "AH" ini semakin sering keluar dari mulutku, Alhamdulillah tidak pernah kutujukan pada orang tua ku, karna Allah melarangnya, sangatlah jelas, Allah melarang kita untuk mengucapkan "Ah" kepada orang tua, yg makna nya, kita haruslah taat dan berbakti pada orang tua, dan jangan sampai kita kehilangan bakti hanya karena ucapan "ah" yang mungkin akan sangat menyakiti hati orang tua kita,
"Ah, malas kali Mak, ntar lagi lah ya" ujar seorang anak tanpa sadar,
Mungkin sepele,
Tapi efeknya apa?, Orang tua akan merasa kecewa yang mungkin dengan kekecewaan orang tua kita, Allah murka pada kita, dan kehidupan kita baik di dunia dan diakhirat juga menjadi suram dan tak tenang...
Sungguh berbahaya bukan, kalimat "ah" ini...
Semoga aku bisa merubah diriku, agar tak kembali mengucapkan kalimat ini,
Allah juga mengingatkan kita bahwa, apa apa yg sering kita ucapkan, Maka bisa jdi itu kalimat yang akan senantiasa keluar dimulut kita ketika menjelang ajal menjemput...
Maka, gunakanlah lisanmu dengan baik, ucapkanlah hal yang baik baik, dan jika kau tak mampu, maka cukup diamlah.....
Dari aku, yang sedang belajar memperbaiki lisan dan diri
(09.43 WIB, 12 Agustus 2022)
#tautananakFN
#temaspesialdarihammim
#mencobamenghindariucapan"ah"
9 notes
·
View notes
Text
Panggilan Pulang
"Wahai jiwa yang tenang, pulanglah kepada Tuhanmu dengan hati rida & diridai. Maka masuklah sebagai hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku."
Siang tadi group akhwat Raudhatunnisa mendadak riuh. Aku memang baru membuka gawaiku saat menjelang siang. Puluhan ucapan belasungkawa ternyata sudah berhamburan oleh seisi penghuninya sejak pagi tadi. Meninggalkan sebait ucapan ketegaran penuh iman dari seorang putri yang baru saja kehilangan ayah yang sangat disayanginya.
"Mohon doanya bapakku husnul khatimah. Jam 07.00 WITA tadi bertemu dengan Rabb-Nya."😭
Innalillahi wa innailaihi raaji’un. Allahummmagfirlahu warhamhu wa’afihi wa fuanhu.
Sebuah kabar duka yang telah melebur dalam manisnya iman. Sebab yang berpulang telah menemui Rabbnya bersama kebahagiaan yang membuncah. Destinasi akhir dari segala pengembaraanya selama ini telah terhenti. Kini ia hanya menunggu hasil panen atas amalannya semasa di dunia.
Mengutip perkataan seorang ulama.
Kematian itu bukan musibah terbesar dalam hidup, bahkan ia adalah hukum kehidupan. Musibah terbesar itu jika perasaan takut pada Allah sudah mati, sedangkan anda masih hidup.
- Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi
Kematian dalam naungan-Nya adalah pintu segala kenikmatan. Maka kebahagiaan terbesar apalagi jika kepulangan akhirnya bersambut dengan ridha-Nya? Justru kita yang masih berada di dunia ini yang perlu ditangisi sebab entah akhir kehidupan seperti apa yang akan kita temui nantinya.
Aku menjadi saksi bagaimana indahnya birrul walidain si putri pada ayahnya. Meski hanya mengintipnya dari laman media sosial yang dia bagikan sejak sebulan lalu. Namun itu sudah utuh menggambarkan bagaimana si putri selalu ada menemani sang ayah. Ibarat si putri adalah cahaya penyemangat bagi sang ayah melewati berbagai macam lika-liku berdamai dengan ujian sakit yang diberikan.
Lisan-lisan yang selalu basah oleh doa-doa yang dilangitkan untuk kesembuhan sang ayah. Sepasang mata yang sedikit sekali terpejam di kala malam dalam penjagaan yang paripurna memastikan ayah selalu dalam keadaan yang baik. Dada yang selalu dibanjiri harap dan khawatir akan rasa sakit yang didera sang ayah. Semua perasaan campur aduk yang dirasakan oleh si putri kini telah menyublin menjadi riak-riak kenangan yang paling dirindukan.
Kepingan perjuangan si putri menemani sang Ayah insya Allah telah tercatat dalam lembaran pemberat amal. Semoga pintu surga terbuka lebar untuk si putri karena baktinya pada ayahnya.
Kepulangan yang indah di hari Jumat yang berkah. Masya Allah. Salah satu tanda seorang hamba mendapatkan husnul khatimah ketika ia meninggal di hari Jumat. Semoga ayah si putri pun demikian. Amiin.
Ahh, betapa manisnya akhir kepulangan mereka yang dibalut takwa. Meninggalkan tabungan jariyah yang berharga seorang anak yang solehah. Yang meski raganya tak berpijak lagi di bumi namun pundi-pundi kebaikannya tetap akan mengalir deras. Masya Allah.
Ahh, betapa kuatnya kesolehan mereka yang ditinggalkan namun tetap beratapkan ketaatan. Meski hati harus teriris menyambut perpisahan namun hatinya telah dimenangkan oleh kepasrahan akan apapun takdir yang telah ditetapkanNya. Masya Allah.
Dari kepulangan hari ini aku belajar banyak hal. Jika kehidupan dunia sejatinya hanyalah setumpuk perjalanan pulang menuju-Nya. Maka nyatalah rumah terbaik kita bukanlah disini tapi kehidupan setelahnya. Untuk itu mungkinkah kita menggadaikan dunia yang hanya sementara ini demi tempat berkumpulnya segala kenikmatan nanti?
Bahwa setiap langkah yang kita pijakan dalam hidup ini pada akhirnya bermuara pada kematian. bahkan sekalipun kita berada di puncak keterikatan terhadap dunia. Entah itu kecintaan pada harta, jabatan, ketenaran, pasangan, dan anak-anak.
“….Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).” (QS: Yunus: 49)
Kalau sudah waktunya pulang, siap atau tidak, jemputan menujuNya akan tiba pada diri meski kita mengelak dan lari. Cukuplah kematian sebagai alarm. Agar kita tersadar. Bahwa Ia pasti akan bertamu. Maka tak ada ikhtiar terbaik selain bersiap dan bersegera mengumpulkan sebaik-baik bekal dalam perjalanan pulang nanti.
Laa haulaa walaa quwwata illa billah; semoga Allah istiqomahkan kita dalam ketaatan hingga tiba giliran kita untuk pulang.
Semoga saat pulang nanti para malaikat menyambut dengan kata-kata yang menenangkan,
"Keselamatan atasmu, karena telah bersabar. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."
dan saat itu "Wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan-Nyalah mereka melihat."
Ya Rabb,
Jadikanlah umur terbaikku di penghujungnya,
Jadikanlah amalan terbaik dipenutupnya,
Jadikanlah hari-hari terbaik saat bertemu denganMu Ya Rabb
Maka, mengutip kalimat Ust Salim A fillah
"Andai kebersamaan hakiki ada di dunia ini, takkan rela ku berpisah walau sedetik saja dengan kalian."
Aku jadi teringat candaan di halaqoh tarbiyah ummu Ruman dahulu bersama ummi.
"Kelak kita akan reunian di syurga sambil mengingat perjuangan kita selama di dunia dahulu. Kita akan saling mencari-cari. Dimana si fulan dahulu. Dan betapa bahagianya membayangkan jika nanti kita benar-benar akan berkumpul kembali di kehidupan selanjutnya."
Ukhti, kelak pelukan dinginmu akan kembali dalam berlapis-lapis hangatnya dekapan. Anggaplah kematian hanyalah jeda. Sebab keabadian yang sesungguhnya justru dimulai setelah kehidupan dunia berakhir. Setiap kita pun akan melewatinya. Lalu kembali bertemu pada garis takdir masing-masing. Semoga beningnya cinta karenaNya bisa menjadi hujjah agar takdirNya menuntunmu kembali bersua bersama sang ayah di taman-taman syurgaNya kelak. Amiin.
Big huges for you sister.
From your sister in Deen. Thanks for being a best role model as a children for her Dad.
Sinjai, bersama gerimis doa di penghujung Jum'at, 12 November 2021
@dianesstari
27 notes
·
View notes
Text
Tarbiyatul Aulad Fil Islam Sesi 2 - Ustadz Dr. Wido Supraha, M.Si
Hakikat Pernikahan
Menikah itu tentang saling menyempurnakan tauhid antar suami dan istri dengan melakukan akhlak terpuji.
Ketika Allah mengaruniakan anak kepada kita berarti kita telah dipercayai oleh-Nya mampu dan siap mendidik dengan kapasitas yang baik. Sebab, hak anak memiliki orangtua yang mempunyai kapasitas mendidik dengan adab, ilmu, amal sebaik-baiknya.
A. Hakikat Anak
Perhiasan Kehidupan Dunia (Q.S. Al-Kahfi 18:46)
Bantuan dari Allah (Q.S. Al-Isra' 17:6)
Pelipur Lara (Al-Furqan 25:74)
B. Pesan Kasih Rasulullah ﷺ (dari berbagai hadits)
Kasihi anak, hormati orangtua (HR. Abu Daud, Tirmidzi)
Allah lebih menyayangi anak-anak kita (HR. Al-Bukhari, Adabul Mufrad)
Jangan hilangkan kasih dari kalbu kita (HR. Al-Bukhari)
Meneladani mencium anak kecil sebagaimana Rasulullah ﷺ mencium Hasan bin Ali ra. sebagai wujud kasih sayang (HR. Al-Bukhari)
Sifat kasih mengundang kasih Allah (HR. Al-Bukhari)
Menangisnya Nabi ﷺ kepada anaknya menjelang ajal
Sifat kasih telah ditanamkan Allah kepada setiap jiwa
Sifat kasih sayangnya kita kepada anak-anak dapat mengundang lebih banyaknya lagi kasih sayang dari Allah
C. Mencintai Anak Perempuan
Keadilan bagi anak laki-laki dan perempuan (Q.S. Al-Maidah 5:8, HR. Ahmad dan Ibn Hibban)
Keburukan yang membenci anak perempuan (Q.S. An-Nahl 16:58-59)
Cintailah semua Iradah Allah (Q.S. Asy-Syura 4:49-50)
Siapa yang memelihara 2 anak wanita hingga baligh, akan duduk dekat Nabi (HR. Muslim)
3 anak wanita yang disayangi akan menjadi pelindung dari api neraka (HR. Ahmad)
2 anak wanita atau 2 saudari wanita dikasihinya akan memasukkannya ke surga (HR. Al-Humaidi)
Bagus tidaknya suatu peradaban bergantung pada yang dilahirkan oleh perempuan.
Oleh karenanya, ilmu untuk mempersiapkan dan membentuk generasi baru itu harus yang sebaik-baiknya.
Islam tak pernah menyatakan anak perempuan tak perlu dididik lama-lama dan belajar sampai jauh toh nantinya akan di dapur juga.
Karena tugas rumah tangga itu baiknya dikerjakan bersama-sama, saling berkolaborasi dan melengkapi satu sama lainnya.
D. Bersabar pada Musibah
Musibah adalah cara Allah menambah kebaikan bagi setiap manusia.
Karena ketika mendapatkan musibah, ada amaliyah yang selama ini didapatkan dari teori bisa diterapkan dalam kenyataan sebenarnya.
Bersabar atas kematian anaknya dan beristirja' akan dibangunkan Bait Al-Hamd (HR. Tirmidzi dan Ibn Hibban)
Kematian 2 anaknya yang diikhlaskan akan menjadi pelindung dari api neraka (HR. Muttafaq 'alayh, Ahmad, dan Ibn Hibban)
Kematian 2 anak kecil yang belum baligh, akan mengajak kedua orangtuanya ke surga (HR. Muslim, ath-Thabarani)
Allah akan berkahi kesabaran kedua orangtua atas musibah kematian dengan yang lebih baik (Muttafaqun 'alayh)
E. Mendahulukan Islam diatas Segalanya
Mengaji untuk mempersiapkan diri terhadap hal-hal yang suatu saat nanti barangkali belum siap kita hadapi.
Para Mujahid telah menitipkan anaknya kepada Allah (Ubaidah bin ash-Shamit ra. di hadapan Raja Muqauqis di Mesir saat ditakuti kekuatan Romawi)
Mereka yang digelari fasik tidak mendapatkan petunjuk Allah (Q.S. At-Taubah 9:24
Hasan Al Banna rahimahullahu ta'ala kepada anaknya Saiful Islam yang sakit
Standar Iman adalah ketika perjuangan Islam didahulukan daripada kepentingan keluarganya (HR. Bukhari, Muslim)
F. Larangan dan Hukuman adalah Tanda Kasih
Contohnya seperti nasehat Luqman kepada anaknya (Q.S. Luqman 31:13)
Ingatkan dan berikan nasehat kepada anak dengan tegas dan lembut
Menasehati anak sejak kecil termasuk dengan larangan, seperti Umar bin Abu Salamah r.a. (Muttafaqun 'Alayh)
Larangan melempar batu (Muttafaqun 'Alayh)
Mengingatkan anak dengan halus sebagaimana Rasulullah ﷺ kepada Ibn 'Abbas (Muttafaqun 'Alayh)
Memukul anak jika ia tetap tidak mau solat di usia 9 tahun (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim)
Pemboikotan sebagaimana Ibn Umar r.a. dahulu terhadap anaknya (Diriwayatkan As-Suyuthi)
Parameter keberhasilan orangtua dalam mendidik anak-anaknya adalah ketika telah melakukan prosesnya dengan benar dan hasilnya terbentuklah anak-anak yang beradab.
Wallahu a'lam bisshowaab
Pelataran Zoom
Semarang, 13 September 2020
#summary #ntms #selfreminder #tarbiyah #islamicquotes #quranicverse #islamicparenting #frasa
535 notes
·
View notes
Text
//MENATAP LANGIT: SEBUAH IBADAH YANG TERLUPAKAN//

@fatahyasina
قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجۡهِكَ فِی ٱلسَّمَاۤءِۖ
"Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, ..." [QS. 2: 144]
Mengenai sebab turunnya ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.:
وَذَلِكَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ لَمَّا هاجرَ إِلَى الْمَدِينَةِ، وَكَانَ أَكْثَرُ أَهْلِهَا الْيَهُودَ، فَأَمَرَهُ اللَّهُ أَنْ يَسْتَقْبِلَ بَيْتَ الْمَقْدِسِ، فَفَرِحَتِ الْيَهُودُ، فَاسْتَقْبَلَهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بضْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا، وَكَانَ يُحِبُّ قِبْلَةَ إِبْرَاهِيمَ فَكَانَ يَدْعُو إِلَى اللَّهِ وَيَنْظُرُ إِلَى السَّمَاءِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: ﴿قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ﴾ ... [تفسير ابن كثير]
"... bahwa Nabi ﷺ hijrah ke Madinah yang mana termasuk mayoritas penduduknya kala itu adalah orang-orang Yahudi, dan ketika itu perintah Allah adalah untuk salat menghadap kiblat ke Baitulmaqdis. Yahudi pun senang (karena kala itu Yahudi juga beribadat menghadap ke Baitulmaqdis, sedangkan Nabi ﷺ biasanya selalu menyelisihi dan selalu berusaha berbeda dari Yahudi dalam segala hal —penj)
Nabi ﷺ (beserta kaum muslimin) kala itu salat menghadap Baitulmaqdis selama beberapa belas bulan, dan Nabi ﷺ sangat berharap kiblat dipindahkan ke Masjidilharam yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. (supaya tidak mirip dengan orang-orang Yahudi yang ibadatnya juga menghadap ke Baitulmaqdis —penj)
Maka beliau ﷺ kala itu banyak berdoa dan sering menengadahkan pandangannya ke langit (berharap kiblat dipindahkan ke Ka'bah —penj), maka turunlah ayat ini." [Tafsir Ibnu Katsir, QS. 2: 144]
***
Menafsirkan ayat ini pula, Syekh Abdulaziz Atthuraifi mengatakan:
والذي يستفاد من هذه الآية: استحباب النظر إلى السماء عند الدعاء في غير الصلاة، وهذا من السنن المهجورة، وكان النبي ﷺ إذا دعا، نظر إلى السماء، كما هو ظاهر الآية في تقلب وجهه في السماء [التفسير والبيان]
"Di antara pelajaran dari ayat ini adalah: dianjurkan menatap langit ketika berdoa (di luar salat), dan ini merupakan bagian dari sunah yang banyak ditinggalkan. Nabi ﷺ itu jika berdoa maka beliau mengarahkan pandangannya ke arah langit, sebagaimana tersurat dengan jelas pada ayat ini." [At Tafsir wal Bayan, QS. 2: 144]
• MENATAP LANGIT KETIKA BERDOA
Nabi ﷺ sering melakukan hal ini, di antaranya adalah ketika mendoakan seorang tamu beliau yg bernama Al Miqdad bin Al Aswad, yang mana kisahnya diriwayatkan dalam sebuah hadis panjang dalam Sahih Muslim:
فَرَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ، ... فَقَالَ: اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي، وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِي [رواه مسلم]
"... maka ketika itu Nabi ﷺ menengadahkan kepalanya ke langit ...
Lalu beliau ﷺ berdoa: 'Ya Allah, berilah makan orang yang memberiku makan dan berilah minum orang yang memberiku minum.'" [HR. Muslim]
***
Pernah juga Nabi ﷺ menatap langit sebakda wudu seraya berdoa, sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud (dengan sanad yang daif):
...فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ رَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ... [رواه أبو داود]
"... maka beliau membaguskan wudunya, kemudian menengadahkan pandangannya ke langit ..." [HR. Abu Dawud]
***
Ummu Salamah r.a., salah seorang istri Nabi ﷺ juga pernah memberikan kesaksian:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: مَا خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَيْتِي قَطُّ إِلَّا رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: ...
"Nabi ﷺ tidak pernah keluar dari rumahku kecuali beliau memandang ke langit seraya berdoa:
اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أ��ضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ [رواه أبو داود]
'Ya Allah ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari ketersesatan atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi dan membodohi atau dibodohi.'" [HR. Abu Dawud]
***
Ibnu Abbas r.a. juga pernah menuturkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا عِنْدَ الرُّكْنِ. قَالَ: فَرَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَضَحِكَ، فَقَالَ: لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ -ثَلَاثًا- إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْهِمُ الشُّحُومَ فَبَاعُوهَا وَأَكَلُوا أَثْمَانَهَا، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَيْءٍ حَرَّمَ عَلَيْهِمْ ثَمَنَهُ [رواه أبو داود]
"Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ sedang duduk di pojokan Ka'bah. Kemudian beliau mengangkat pandangannya ke langit seraya tertawa, lalu beliau ﷺ bersabda: 'Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi (beliau ﷺ mengucapkannya sebanyak tiga kali), sesungguhnya Allah telah mengharamkan lemak atas mereka, kemudian mereka menjual dan memakan hasil penjualannya. Sungguh, jika Allah telah mengharamkan suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Allah pun mengharamkan hasil penjualannya." [HR. Abu Dawud]
***
• MEMANDANG LANGIT KETIKA MEMBERI PESAN/NASIHAT/WASIAT
كان النبي ﷺ يكثر من النظر إلى السماء ولو بغير دعاء [الشيخ عبد العزيز الطريفي]
"... dan memang Nabi ﷺ itu sering menatap langit bahkan di luar kondisi berdoa..." [Syekh Abdulaziz Atthuraifi]
***
Di antaranya adalah kenangan serta kesaksian Abu Musa Al Asy'ari r.a. yang mana ceritanya termaktub dalam Sahih Muslim dalam sebuah hadis panjang:
"Suatu ketika kami pernah salat Magrib bersama Rasulillah ﷺ, kemudian di antara kami ada yang berkata; 'Sebaiknya kita duduk-duduk di sini hingga kita salat Isya berjemaah lagi dengan Nabi ﷺ'."
Maka Abu Musa berkata;
"Lantas kami pun duduk-duduk di masjid, kemudian Rasulullah ﷺ mendatangi kami seraya bertanya:
'Kalian masih di sini?'
Kami menjawab:
'Betul, wahai Rasulullah, kami telah melaksanakan salat Magrib bersamamu, lalu kami memilih untuk duduk-duduk di masjid sambil menunggu salat Isya berjemaah denganmu lagi.'
Rasulullah ﷺ pun bersabda:
أَحْسَنْتُمْ
'Kalian telah melakukan kebaikan.'
فَرَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ، وَكَانَ كَثِيرًا مِمَّا يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ
Lantas Rasulullah ﷺ menengadahkan kepalanya ke langit, dan memang, Nabi ﷺ itu sering menengadahkan pandangannya ke langit.
Lalu beliau ﷺ bersabda:
النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ، فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ
'Bintang-bintang ini merupakan penyeimbang langit. Apabila bintang-bintang telah hancur, maka langit akan tertimpa apa yang telah dijanjikan (kiamat).
وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِي، فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ
Dan aku (Nabi Muhammad ﷺ) adalah penyeimbang bagi para sahabatku. Jika aku telah tiada, maka para sahabatku akan tertimpa apa yang telah dijanjikan bagi mereka (berbagai macam kekacauan).
وَأَصْحَابِي أَمَنَةٌ لِأُمَّتِي، فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ
Dan para sahabatku adalah penyeimbang bagi umatku. Apabila para sahabatku telah tiada, maka umatku pasti akan tertimpa dengan berbagai hal yang telah dijanjikan bagi mereka (berbagai macam kekacauan).'" [HR. Muslim]
***
Ali bin Abi Thalib r.a. juga pernah menceritakan:
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَنْكُتُ فِي الْأَرْضِ، إِذْ رَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ قَالَ: مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا قَدْ عُلِمَ ...
قَالُوا: أَفَلَا نَتَّكِلُ يَا رَسُولَ اللَّه؟ قَالَ : لَا، اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ [رواه الترمذي]
"Suatu ketika kami pernah bersama Rasulullah ﷺ yang saat itu beliau sedang menunduk ke tanah. Tiba-tiba, beliau menengadahkan kepalanya ke langit kemudian bersabda,
'Tidak seorang pun dari kalian, kecuali telah diketahui takdirnya ...
Para sahabat kemudian bertanya; 'Kalau begitu, bukankah lebih baik kita bertawakal saja wahai Rasulullah?'
Beliau ﷺ menjawab; 'Tidak! Ber-amal-lah kalian, sebab, setiap orang akan dimudahkan terhadap sesuatu yang telah diciptakan baginya.'" [HR. Tirmidzi]
***
• MENATAP LANGIT DALAM MERENUNGI MAKNA AL-QUR'AN
Ibnu Abbas r.a. pernah sengaja menginap di rumah Nabi ﷺ untuk menyaksikan bagaimana beliau ﷺ beribadah di malam hari:
... فَلَمَّا كَانَ ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ أَوْ بَعْضُهُ قَعَدَ، فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ، فَقَرَأَ: { إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ } إِلَى قَوْلِهِ: { لِأُولِي الْأَلْبَابِ }
"... maka tatkala tiba waktu sepertiga atau sebagian malam terakhir, beliau ﷺ duduk seraya memandang ke langit lalu melantunkan ayat:
'Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.' [QS. 3: 190]" [HR. Bukhari]
***
• MENENGADAHKAN PANDANGAN KE LANGIT MESKI TERHALANG ATAP/SESUATU
Bunda Aisyah r.a., istri Nabi ﷺ, pernah menceritakan saat-saat terakhirnya bersama Nabi ﷺ menjelang beliau ﷺ wafat:
فَلَمَّا اشْتَكَى، وَحَضَرَهُ الْقَبْضُ، وَرَأْسُهُ عَلَى فَخِذِ عَائِشَةَ غُشِيَ عَلَيْهِ، فَلَمَّا أَفَاقَ شَخَصَ بَصَرُهُ نَحْوَ سَقْفِ الْبَيْتِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى
"... maka tatkala beliau sakit dan ajal mulai menjemputnya, kepala beliau ﷺ berada pada pangkuan Aisyah. Beliau ﷺ pingsan. Setelah beliau ﷺ sadar, beliau ﷺ menengadahkan pandangannya ke atap rumah kemudian bersabda, 'Ya Allah, sekarang aku memilih untuk bertemu dengan-Mu Yang Maha Tinggi.'" [HR. Bukhari]
***
• SELAIN PADA SALAT
Tentu pembahasan ini semua di luar keadaan salat, karena menghadapkan pandangan ke langit dalam keadaan salat jelas ada larangannya dari Nabi ﷺ. Anas bin Malik r.a. pernah menuturkan:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي صَلَاتِهِمْ. فَاشْتَدَّ قَوْلُهُ فِي ذَلِكَ حَتَّى قَالَ: لَيَنْتَهُنَّ عَنْ ذَلِكَ أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ
[رواه البخاري]
"Nabi ﷺ bersabda; 'Kenapa orang-orang mengarahkan pandangan mereka ke langit ketika mereka sedang shalat?'
Suara beliau ﷺ semakin meninggi hingga beliau ﷺ bersabda:
'Hendaklah mereka menghentikannya atau Allah benar-benar akan menyambar penglihatan mereka.'" [HR. Bukhari]
***
• IBADAH YANG AGUNG
Syekh Abdulaziz Atthuraifi dalam kitab tafsirnya mengatakan:
أن النظر إلى السماء تفكرا واعتبارا عبادة عظيمة،
وقد كان النبي ﷺ كثيرا ما ينظر إلى السماء
"Bahwa menatap langit untuk bertafakur dan merenung itu adalah sebuah ibadah yang agung, dan memang; Nabi ﷺ itu sering menatap langit." [At Tafsir wal Bayan, QS. 2: 144]
* * *
Dear para pencinta langit, skyphile, caelophile (atau apa pun istilahnya); dengan sentuhan wahyu, mudah-mudahan rasa antusias terhadap langit bisa tembus bernilai ibadah luar biasa hingga mengantarkan ke surga.
Wallahu a'lam.
322 notes
·
View notes