why do i do what i do? what’s all about?
So these question suddenly comes up recently after having discussions with friends talking business. Actually, it all had been answered couple years ago after I lost him and messed up for a year overthought about life’s purpose.
As an engineer (cie) who is thinking systematically and factual. I barely accept something that is contradictive, absurd, and clueless. This writings are about how i found my self through my guidance that uncontradictive, factual but also fiction too (this meaning was quite impressive recently) so it made me believe what to do when i decided what i would be in the future. Happy reading!
pertama tama gw curhat dikit (walau seterusnya gw bakal curhat sih). jadi gw aja baru ngobrak ngabrik lagi coretan lama yang belum sempet gw digitalkan. maka dalam kesempatan ini gw mencoba berbagi dan monggo kalo mau kasih tanggapan, share via email/whatsapp ya :)
Waktu akhir tahun 2008 pas bokap meninggal secara mendadak, gw sempet lost in life. karena beliau adalah salah satu sosok hidup yang menjadi panutan gw, banyak hal hal baik yang penuh makna beliau turunin ke gw.
banyak hal yang bikin gw overthinking pasca kehilangan beliau, yang pertama adalah soal hidup yang jatahnya bisa diambil kapan aja. Sebenernya mengetahui orang meninggal kapan aja itu udah biasa sejak kecil dan disitu gw udah tau. Tapi proses pemahaman itu baru bener bener dateng pas bokap wafat secara tiba tiba. Maksudnya, gw baru ngerasain rasanya kehillangan sosok terdekat dalam hidup yang tau tau gitu aja lenyap. Berhari hari pasca doi wafat, gw nangis, mimpiin doi dan imbasnya ke kesehatan gw sampe harus ke dokter.
Dalam kehilangan bokap, gw terngiang ngiang “kalo emg manusia itu umurnya udah ditentukan, dan bisa kapan aja diambil. Trus ngapain juga kita ada gitu kalo ujung2nya bakal diambil? Kesannya tuh kaya lucu2an gitu. Ibarat manusia bikin gedung yang ujung2nya bakal dirobohin” itu pertanyaan nyeleneh yang gw rasa banyak juga diantara suka bertanya gitu. “trus kalo emang gw dan smua manusia ada di dunia, emang mesti ngapain sih?” dua pertanyaan tersebut biking gw terjaga di malam hari selama kurang lebih setahun yang mana setiap 30 menit – 60 menit sebelum tidur, setelah gw rebahan, matiin lampu gw mikirin itu sampe pusing, capek, dan akhirnya ketiduran.
Dalam proses kontemplasi yang berujung buntu, gw akhirnya coba move on dengan mengisi hal hal positif selama kuliah kaya gabung organisasi2 biar ketemu banyak orang beda jurusan dan sambil terus cari apa makna semua ini. Hingga akhirnya gw ga well perform karena emang proses pencarian itu rada susah dan gw sendiri kurang tahu apa sih jawabannya.
Lombok utara Cinta pertama
Proses itu gw coba jalanin sampe stuck sendiri hingga akhirnya gw jalanin salah satu kewajiba gw pas masih kuliah yaitu KKN. Kebetulan saat itu gw diamanatin sebagai ketua dari grup tsb untuk KKN di tempat antah berantah yaitu Lombok Utara. Awalnya emang males2an sih kaya yang udah udah, tapi ternyata di KKN tersebut telah mengajari gw banyak hal dan pastinya memberi gw hint dalam hidup. hal itu diperoleh karena dalam proses KKN sebenernya ga banyak hal yang gw dan tim lakukan, karena kita hanya gunain ilmu kuliah sedikit dan gw amat yakin kalo efeknya dikit atau bahkan ga ada sama sekali buat masyarakat. Gw jadi belajar “buat apa belajar jauh jauh kalo emang ga bisa diimplementasikan ke masyarakat?”
Maksudnya gini, kalo kita kuliah trus kerja tapi yang menikmati dampaknya hanya segelintir orang kok kayaknya gwng aja gitu belasan taun sekolah Cuma gitu gitu aja. Pastinya ilmu yang udah diumpelin ke kepala harus ada outputnya yang signifikan. Gw mikir gitu, karena gw bandingkan dengan seorang lulusan SD deket rumah yang kerjanya Cuma jadi pekerja bangunan rumah yang tiap hari mengaduk semen, mengangkat batu, dan jadilah bangunan. Pekerja tersebut karyanya untuk dinikmati 1 keluarga yang isinya 2-5 orang. Sebenernya kalo pekerja bangunan tsb bikin 1 rumah perbulan dan bekerja selama 20 tahun itu sama aja dia bermanfaat untuk 1200 orang selama hidupnya. Buat gw yang notabene sebagai calon sarjana ngerasa “kok kayaknya dangkal banget sih. Gw tau kalo contoh tersebut masih sangat cetek dan penuh perdebatan, tapi itulah pemikiran gw saat itu. Sehingga gw akan mencari sesuatu yang lebih besar.
Melalui pembelajaran gw di KKN, gw jadi mencoba memahami arti hidup bahwa “sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain” dan itu merupakan pegangan hidup gw pertama yang kemudian menjadi patokan gw untuk bertindak di kemudian hari. Panggilan untuk mengabdi di masyarakat gw jadikan sebagai “the calling” gw dan itu datang dari Lombok Utara.
Setelah pulang dari KKN gw mencari cari apa yang ingin lakukan dan harus lakukan dengan patokan “harus bermanfaat untuk sesame” sehingga gw bergabung dengan sebuah komunitas sosial di bidang Pendidikan yaitu Book for Mountain yang kebetulan pendirinya adalah teman di kampus yang latar belakangnya juga dari KKN.
Cinta kedua pada pendidikan
Singkat cerita gw mengaktualisasikan diri gw di komunitas ini hingga lulusnya lama wkwkkw (alesan…). Tapi sebenernya iya sih, gw sangat menikmati proses mengajar anak anak di pelosok Indonesia untuk mengenal lebih jauh tentang Pendidikan. Saat itu kita punya tujuan satu yaitu mendekatkan masa depan anak melalui buku. Yang kita lakukan cukup sangat menarik, kami datang ke pelosok dan membawa buku. Kami mengajar, menginspirasi anak anak, membangun perpustakaan.
Saat itu kami memahami bahwa buku, perpustakaan merupakan sebuah hardware yang bisa saja dilakukan oleh pemerintah dan komunitas lainnya. Handware yang kami bawa merupakan hasil gotong royong masyarakat melalui donasi terbuka dan juga teman teman kami yang secara sukarela memberikan bukus setelah kami paksa :p
Buku yang terkumpul di pusat pusat distribusi di berbagai kota, dikirimkan ke basecamp kami di Jogjakarta yang kemudian dikemas dan kami bawa ke lokasi tujuan. Dari proses mengumpulkan hingga datang ke lokasi memiliki cerita tersendiri, dan sangat amat menyenangkan. Travelling, melihat pemandangan pedesaan, berinteraksi dengan masyarakat dan tentu mengajar anak anak yang lucu.
Perlahan kami datangi desa demi desa, pulau demi pulau, hingga akhirnya komunitas ini diliput berbagai media baik lokal ataupun nasional. Dan puncaknya saat gw diamanati menjadi ketua project pembangunan perpustakaan di nusa penida.
Saat itu gw memimpin 7 orang tim untuk hadir ke pulau nusa penida dan turun membangun perpustakaan di SD 03 batu kandik. Kami yang beranggotakan 8 orang sama sekali menikmati agenda tersebut di Nusa Penida. Hingga akhirnya kami mendapat suatu moment dimana gw yang saat “disidang” oleh pak mangku yang menjabat selaku wakil kepala sekolah di sd tersebut.
Pendidikan adalah produk orang kota!
Pagi hari seperti biasanya kami harus datang ke sekolah untuk mengajar anak anak, saat itu gw berangkat lebih pagi Bersama dengan salah satu tim pengajar. Saat tiba disekolah, gw dipanggil oleh salah satu petinggi di sekolah tersebut untuk datang ke ruang guru.
Pagi yang seharusnya gw langsung masuk kelas dan mengajar, ternyata mendapatkan “ambush” .
“mas boleh dijelaskan apa maksud anda dan tim kesini?”
Wow pagi pagi dapat pertanyaan absurd.
Ya absurd!
Karena kami sudah mengajar beberapa hari di sekolah tersebut dan pastinya sudah mendapat izin. Jauh sebelum kami mulai, kami sudah melayangkan proposal acara yang seharusnya sudah dibaca oleh pihak sekolah hingga akhirnya kami mendapatkan izin untuk datang ke desa antah berantah tersebut.
“maksudnya apa ya pak?” gw tanya balik dengan polos karena memang pertanyaan yang dilontarkan pak mangku sangat aneh buat gw.
“ya maksudnya, kalian jauh jauh dari kota ngapain kesini?”
“ya jelas kami ingin mengajar pak dan membantu masyarakat untuk memiliki perpustakaan tentunya”
“lantas apakah harus mengajar sampai malam?”
“ya jadwal formal kami hanya sampai jam 12 di sekolah. Selepas itu biasanya belajar informal di tempat kami atau di berugak (semacam tempat duduk duduk di teras rumah) sampai anak anaknya selesai. Biasanya memang sampai malam. Kalo boleh tau ada apa ya pak?”
“ada orang tua yang datang ke kami dan protes akan kehadiran kalian!”
Jegerrrrrr!! Jawaban beliau bener seperti petir yang menyambar. Sudah berpuluh kali kami mengajar, tapi baru kali ini ada yang protes dan tidak senang.
“orang tuanya protes karena anaknya yang bernama rendi harus ikut kalian terus sampai larut malam. Padahal setelah pulang sekolah, dia memiliki tugas penting yaitu membantu orang tuanya mencari rumput untuk sapi sapi tetangga” tambah pak mangku
“oh maaf pak mangku, jujur gw tidak tahu untuk hal tersebut. Karena kami tidak pernah memaksa atau meminta mereka untuk ikut kami terus, itu hanya pilihan untuk anak anak. Jika memang ada anak yang harus membantu orang tuanya, akan kami sampaikan ke tim nanti pak”
“ya, seharusnya anda melihat dulu kondisi disini mas. Disini bukan kota besar seperti tempat anda tinggal. Ini di kampung dan pulau terpencil. Buat kami disini, Pendidikan bukanlah barang primer”
“maaf pak maksudnya gimana?”
“Coba kamu lihat, papan tersebut (pak mangku menunjukan data sekolah). Disitu kamu lihat anak anak disini kenaikannya 100%. Tapi kamu sendiri sudah liat kan bagaimana kualitas anak anak disini?”
“iya pak sudah. Gw juga heran pak, kenapa anak kelas 5 atau 6 disini, untuk perkalian 2 saja masih banyak yang tidak bisa”
“nah itu dia mas, karena kami sengaja menaikan anak anak. Karena kami sadar, bahwa kami juga lalai menjalankan tugas. Seharusnya kami masuk jam 7 pagi tapi setiap hari kami datang jam 8. Dan pulang 1 jam sebelum jadwal kepulangan. kami melakukan itu karena ekonomi mas, kami semua disini miskin. Jadi harus pintar pintar mencari tambahan diluar jam sebagai guru!!”
Pernyataan pak mangku benar benar mengejutkan, tapi itulah realita Pendidikan di pelosok. Awalnya gw merasa tersudut, tapi dari situ gw jadi belajar dan mendapat pelajaran yang sangat sangattttttt berharga!
Singkat cerita setelah kejadian tersebut dan kami menunaikan kegiatan di nusa penida, dan pulang ke Jogjakarta. Setelah itu gw terngiang kata pak mangku “pendidikan adalah barang primer masyarakat kota” yang menuntut gw untuk mencari tahu tentang project sebelumnya dan belakangan gw baru tau kalau project project perpustakaan kami jauh dari kata sukses. Sukses disini dengan premis sederhana “perpustakaan masih ada, dan masih digunakan” tapi ternyata 90% dari perpustakaan yang sudah dibangun terbengkalai.
Saat itu gw benar benar galau dan gw jadi malas untuk terlibat dalam kegiatan komunitas. Saat itu gw merasa sangat menyesal, sudah membuang buang waktu bahkan menunda lulus kuliah hanya untuk melakukan hal yang tidak seharusnya gw lakukan. Gw sudah memperjuangkan apa yang gw yakini tapi tidak berjalan sesuai rencana.
Muhammad adalah seorang social entrepreneur
Kegiatan di Nusa Penida selesai tahun 2013 dan saat sedang stuck tentang kebermanfaatan apa yang gw lakuin, gw coba melanjutkan hidup. Hal yang paling simple adalah, skripsi! Diomelin dosen pembimbing, ngerjain skripsi, ngejar wisuda dll tapi tetep aja otak gw ga bisa berhenti mikirin “kebermanfaatan apa yang seharusnya gw lakuin seluas luasnya”
Sambil nyoba nulis skripsi, gw coba piker gini. Dalam hidup seorang muslim, ada sebuah panutan yaitu al qur’an dan hadist. Dan tidak ada keraguan pada keduanya. Kalo al qur’an itu sebuah risalah pesan pencipta, kalo hadist itu ajaran dan tutunan yang applicapble dan easy to use karena “lebih manusia”. Akhirnya gw coba baca sirah nabawiyah karya syaikh shafiyyurrahman al-mubarakfuri.
Buku ini sebenernya buku cerita tentang perjalanan hidup nabi. Banyak diantaranya udah gw tau dari ceramah atau cerita orang2. Hingga ada satu chapter kehidupan nabi yang menginspirasi gw yaitu pas hijrah dari mekkah ke madinnah. Muhammad SAW hijrah setelah berdakwah 13 tahun (yang aslinya 12 tahun sekian bulan hingga akhirnya banyak org menggenapin jadi 13 tahun) dimana beliau mengalami “kegagalan” dalam berdakwah di mekkah hingga akhirnya diutus untuk pindah ke Madinah.
Dalam konteks berdakwah nabi di mekkah, pengikut nabi sangat sedikit dan itu bisa dikatakan kegagalan. Tujuan dakwah adalah mengajak, kalo yang diajak tidak tergerak maka ada ketidak efektifan dalam berdakwah. Saat itu masyarakatnya quraisy yang jahiliyah dan juga miskin dan Muhammad diturunkan di lokasi tersebut sebagai sosok paling sempurna dan jadi panutan umat manusia, ternyata melakukan juga “kegagalan” sebuah misi. Buat gw, ketika sosok yang dijadikan panutan melakukan kesalahan justru lebih fair karena itu membuktikan bahwa beliau artinya beliau juga manusia, dan buat umatnya lebih easy to replicate dalam kehidupan kita sehari hari.
Jika melihat metode yang dilakukan Muhammad SAW di mekkah, yang beliau lakukan adalah semata mata berdakwah/mengajak pada kebenaran tentang tauhid dll pada kondisi masyarakat yang jahiliyah dan miskin. Hingga ketika mencapai 13 tahun, akhirnya beliau harus bergerak ke Madinah Bersama para sahabat dan pengikutnya yang melindungi beliau. Namun ketika sampai Madinah, metode yang dilakukan Muhammad jauh berbeda dari apa yang beliau lakukan di mekkah. Yang beliau lakukan pertama adalah membangun pasar. Ya pasar! Kok pasar sih? Beliau ini adalah utusan tuhan yang tugasnya berdakwah, kok malah melakukan tugas seorang pemerintah sih. Pasar merupakan simbol perekonomian saat itu dimana masyarakat melakukan jual beli di pasar. Artinya pasar ini adalah sebuah pusat perekonomian di Madinah. Setelah itu beliau berdakwah hingga akhirnya beliau sukses (kuantitas pengikutnya banyak) dan wafat di Madinah.
Kisah Muhammad saw di mekah dan Madinah mengajarkan gw beberapa hal. Pertama, Kegagalan di mekkah yang notabenenya sebagai kampung kelahiran tidak menyurutkan seorang rasul untuk terus melakukan kebaikan. Kedua, Muhammad melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukannya di mekkah hingga akhirnya melakukan pivot untuk cara penetrasi yang berbeda. Dan yang ketiga, Hal tersebut mengajarkan gw dan menginspirasi gw bahwa untuk membangun sebuah masyarakat, kita memerlukan pondasi yaitu perekonomian yang kuat. Perekonomian itu adalah sebuah pondasi. Jika membangun rumah, maka pondasinya harus kuat dan jika pondasinya kuat maka sebuah rumah bisa dibangun dengan kokoh sampai atap.
Pembelajaran dari seorang rasul tidak perlu ada perdebatan. Buktinya Muhammad SAW mendapat predikat manusia paling berpengaruh sepanjang masa versi Michael hart. Setelah beliau sukses di Madinah hingga akhirnya wafat dan digantikan oleh sahabat terdekat beliau. Kemudian hari gw mengenal istilah social entrepreneur dari peraih nobel perdamaian Muhammad yunus, pendiri Grameen bank. Hingga akhirnya gw baru memahami apa itu social entrepreneur sejujurnya istilah tersebut sudah gw ketahui sejak kuliah tapi baru benar memahaminya sejak belajar dari Muhammad SAW.
Yesus pun begitu
Tidak berapa lama setelah gw terinspirasi dari Muhammad SAW, gak berapa lama ada film di bioksop Judulnya son of god. Fllmnya bercerita tentang kisah perjuangan yesus dari awal ketemu salah satu muridnya yaitu peter/petrus di pantai untuk menangkap ikan. Ceritanya, nasib nelayan susah dapet ikan karena ikan udah langka di lauti. Hingga akhirnya yesus datang membantu dan tiba2 ikan banyak. Saat itu pesan beliau Cuma “aku cukupkan kebutuhanmu dan ikut aku mengubah dunia” (1).
Setelah itu mulailah yesus berdakwah dengan muridnya dan jumlah pengikutnya bertambah dan terus bertambah hingga akhirnya berjumpa disuatu kampung yang masyarakatnya miskin dan kelaparan. Saat itu yang dilakukannya bukan berdakwah tapi malah meminta mereka untuk mengangkat keranjang keatas dan yesus berdoa. Tiba tiba keranjang yang diangkat penuh akan makanan. Kisah yesus ini memberikan pelajaran kepada gw dan kita semua bahwa pendekatan yang ia lakukan berdasarkan pada kebutuhan masyarakat saat itu (2) dimana mereka miskin dan lapar.
Dari kisah dua manusia yang paling berpengaruh sepanjang masa, mencerminkan pendekatan mereka yang sangat tepat pada sasaran untuk suatu tujuan. Yang mana tujuan mereka satu yaitu berdakwah tapi cara yang ditempuh sangat professional memenuhi kebutuhan dasar. Jika yesus dikisahkan dengan memberi makanan, dan Muhammad membangun pasar.
Logika tanpa logistik
Pembelajaran yang gw petik dengan bercermin pada kegiatan gw dengan komunitas dimana kami memberikan sesuatu yang tidak mereka butuhkan. Jika kegiatan yang gw lakukan adalah Pendidikan yang dalam konteks kisah yesus dan Muhammad merupakan dakwah. Dua hal tersebut sama sama bertujuan mengajak pada kebenaran. Maka untuk melakukan perubahan yang gw lakukan harus seperti yesus dan Muhammad yaitu menuntaskan permasalahan dasar. Karena logika tanpa logistik tak akan berjalan.
Jika gw menarik kisah pak mangku yang menyidang gw pagi itu, gw harus berterima kasih karena melalui pak mangkulah gw sadar. Gw terlalu memaksakan Pendidikan agar anak anak mau belajar, tapi mereka lapar. Otomatis apa yang gw sampaikan akan sia sia, karena Pendidikan itu investasi jangka panjang yang baru kelihatan dampak rillnya 10-20 tahun mendatang. Tapi untuk urusan perut itu urusan hari ini.
Gw pun mereview tentang diri gw yang alhamdulillah dapat kesempatan untuk mengenyam Pendidikan sampai sarjana itu bisa dibilang karena gw tidak perlu memikirkan soal perut. Dan melihat teman2 gw yang juga sama, rata2 mereka masih bisa makan untuk tetap kuliah karena disupport oleh orang tua. Walaupun ada beberapa yang bisa berjuang untuk tidak bergantung pada orang tua tapi tetap bisa menyelesaikan kuliah, tapi untuk kasus seperti itu tidak banyak. Lebih banyak mereka yang putus sekolah karena tidak mampu/orang tuanya tidak mampu.
Jika menengok sustainable developments yaitu 17 pencapaian yang ditetapkan oleh United Nations dalam pembangunan yang berkelanjutan, metode yang dilakukan pun tidak jauh berbeda. Pembangunan berkelanjutan itu diawali dengan ekonomi kemudian masyarakat masyarakat hingga akhirnya lingkungan. Dalam SD sendiripun nomor 1 dan 2 adalah no povery dan zero hunger yang mana keduanya basic needs manusia.
Hasil kontemplasi gw mengerucut pada satu kesimpulan: Tidak ada logika tanpa logistik.
Bertemu Muhammad yunus
Sejak gw terinsprasi oleh 2 tokoh besar, akhirnya gw mengambil langkah kongkrit dengan gabung ke komunitas sosial bisnis setempat. Gw pun belajar dengan beberapa pelaku sosial bisnis sekaligus baca referensi, hingga akhirnya menemukan sosok besar social entrepreneur yaitu Muhammad yunus pendiri Grameen bank.
Pak yunus merupakan peraih nobel perdamaian pada tahun 2006, dan mendirikan Grameen bank berangkat pada satu pemikiran beliau. Yang merupakan lulusan ekonomi dan bekerja di gedung besar, tapi ironinya masyarakatnya yaitu bangsa Bangladesh hidup pada garis kemiskinan. Jadi titelnya sebagai doktor di bidang ekonomi hanya melihat dari atas saja. Ibarat seekor elang, kemiskinan adalah problem yang ada di bawah yang ia lihat dari atas secara luas. Tapi sesungguhnya tidak pernah bersinggungan langsung. Hingga akhirnya pak yunus memutuskan untuk dibawah menjadi seekor cacing yang menggeliat dan berjuang Bersama di tanah.
Suatu saat setelah gw lulus, tiba tiba mendapat undangan diskusi public di Jakarta yang dihadiri langsung oleh Muhammad yunus. Ketika mendengarkan pidato beliau, ada salah satu pesan beliau yang tidak pernah gw lupa. “the only place where poverty should be is in museum”. Museum merupakan tempat disimpannya prasasti atau benda bersejarah, seperti gw mendengar kisah heroik pahlawan kemerdekaan dari guru dan orang tua. Seperti gw dateng ke monas liat bendera karya ibu fatmawati, seperti gw liat Meriam yang pernah dipakai belanda untu berperang di museum fatahilah dll. Bagaiamanapun itu semua tinggal kenangan. Dan itulah yang menjadi mimpi gw Bersama nusa berdaya untuk memusiumkan kemiskinan semoga kelak anak dan cucu kita di masa depan, hanya mendengar kemiskinan seperti kita mendengar kisah penjajahan di Indonesia.
Sekarang gw sudah memiliki wadah untuk berperang secara benar, dengan misi melawan kemiskinan. Wadah tersebut berfokus pada mengangkat potensi lokal menjadi produk unggulan dan harus berbasis olahan. Kenapa olahan? Untuk mengangkat potensi lokal yang memiliki nilai tambah optimal, harus berbasis olahan sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dan melalui wadah itulah kami mewujudkan mimpi mimpi kami yang diberi nama nusa berdaya. Nama tersebut memiliki makna bahwa kelak pulau pulau terluar Indonesia harus berdaya, sehingga tidak ada cerita lagi kemiskinan
Visi kami adalah Menjadi Social Enterprise yang handal dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan melalui produk olahan inovatif dari kekayaan pulau pulau di Indonesia.
Misi :
Menggali dan mengoptimalkan potensi alam nusantara secara berkelanjutan.
Menghasilkan dan mendistribusikan produk olahan berbasis kearifan lokal yang diminati pasar lokal dan global.
Mengembangkan SDM untuk membangun masyarakat yang mandiri dan memiliki daya saing.
Mengoptimalkan strategi pertumbuhan bisnis secara menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemangku kepentingan.
Melalui nusa berdaya kami akan mencoba menjadi problem solver untuk mengatasi permasalahan kemiskinan. Dan mohon doanya agar kami dan nusa berdaya bisa terus berkiprah mengentaskan permasalahan kemiskinan yang ada di Indonesia.
Udin
Ps: Bisa follow lho @nusaberdaya.id
0 notes