#Senjata api
Explore tagged Tumblr posts
Text
Polres Karawang Lakukan Pemeriksaan Senjata Api Puluhan Personel
KARAWANG – Sebanyak 61 personel anggota Polres Karawang menjalani pemeriksaan senjata api (senpi) di bawah pengawasan langsung Kapolres Karawang AKBP Edwar Zulkarnain, Senin (23/12). Pemeriksaan ini dipimpin oleh Kabag SDM Kompol Makmun Murod didampingi Kasi Propam Polres Karawang AKP Siti Barkah di Lapangan Apel Polres Karawang. Kabag SDM Kompol Makmun Murod menjelaskan bahwa ada dua fokus…
0 notes
Text
Baintelkam Polri Periksa Temuan 12 Senjata Api di Rumah Menteri Pertanian
HIMPUN.ID – Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap 12 senjata api yang ditemukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat penggeledahan di rumah dinas Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. “Terkait 12 senpi yang hasil penggeledahan KPK kemarin, saat ini 12 senpi tersebut sudah diamankan di Baintelkam Polri,” ujar Karo Penmas Divisi Humas…

View On WordPress
0 notes
Text
Kapolres Kebumen Cek Kendaraan dan Senjata Api Dinas
KEBUMEN, Kebumen24.com – Kapolres Kebumen AKBP Eka Baasith bersama Pejabat Utama (PJU) Polres Kebumen, didampingi oleh Sipropam dan Baglog Polres Kebumen, melakukan pengecekan terhadap kendaraan dinas dan senjata api dinas di halaman Mapolres Kebumen, Rabu 22 Januari 2025. Continue reading Kapolres Kebumen Cek Kendaraan dan Senjata Api Dinas
0 notes
Text
Todongkan Korek Berbentuk Senpi, Remaja di Kota Serang Ditangkap Polisi
SERANG – Tawuran antar suporter sepak bola kembali terjadi di Kota Serang, Banten. Kali ini, tawuran terjadi antara pendukung Persib dan Persija di Jalan Lingkar Selatan Ciracas, Kota Serang pada Sabtu Sore sekira pukul 17.00 WIB (9/3/2024). Dalam peristiwa ini, seorang pelaku tawuran yang membawa korek api mirip senpi berhasil ditangkap oleh Polresta Serang. Pelaku berinisial FUU (25) diamankan…

View On WordPress
#bawa senjata api#Bawa senpi#Kanit Reskrim Iptu Budi Mulyana#Persib bandung#Persija#Polresta serang#Tawuran Ciracas Serang
1 note
·
View note
Text
Suriah-Palestina : Simpul Jihad Mulia
Beberapa hari ini, setidaknya Suriah sedang menghadapi tantangan pasca revolusi desember lalu. Melalui kanal media Official Andalus, sekelompok milisi Hizbullah menyergap dan mengeksekusi tiga anggota Tentara Suriah di perbatasan Suriah-Lebanon dekat Bendungan Zayta, sebelah barat Homs. Pemerintah pun tidak tinggal diam, artileri berat dan rudal segera diluncurkan untuk membela kehormatan. Meski Hizbullah terlihat membantu Palestina, namun pembunuhan mereka terhadap rakyat Suriah tidak bisa dilupakan begitu saja.
Selain itu, pemerintah Suriah baru saja mengesahkan Konstitusi baru yang inklusif di masa transisi ini. Meskipun sudah berdamai dengan SDF (etnis kurdi) dan Kelompok Agama Druze, penolakan masih tetap ada beriringan dengan cawe-cawe Amerika dan entitas zionis yang berupaya untuk memecah belah persatuan pasca revolusi.
PR Suriah masih banyak, terkhusus jalan panjang menuju pembebasan Baitul Maqdis. Namun, tahukah engkau bahwa dua negeri ini terikat dalam simpul perjuangan yang sama? Bahwa ada kisah seorang guru ngaji sederhana namun ilmunya menjadi lentera, membakar semangat perlawanan hingga membuka topeng kelemahan penjajah hari ini.
Singkat cerita, ada seorang pemuda yang lulusan Al-Azhar ini kembali ke kampung halamnya, di Suriah. Saat itu, negaranya sedang di jajah oleh Perancis. Ia resah melihat semua ini, di saat bangsanya sedang terpuruk, ada beberapa ulama yang justru malah menjual diri kepada mereka. Maka saat itu perlawanan di mulai.
Dari siang hari, mengajarkan membaca dan menghafalkan Al-Quran kepada anak-anak. Lalu, di malam hari mengajarkan baca tulis kepada orang-orang dewasa. Dari dua hal ini, menjadi pondasi penting dalam mempersiapakan revolusi, melawan kezaliman!
Dari sini bibit-bibit mujahidin mulai bermunculan. Kosakata jihad, perlawanan menjadi hal yang biasa. Ia menjual rumahnya untuk membeli senjata api, bergerilya, dan memberikan perlawanan. Sampai suatu hari, serangan balik dari penjajah sangat memukul para mujahidin, dan tokoh ini melarikan diri, dengan izin-Nya yang menjadi tempat pelarian adalah Palestina.
Di Palestina, dengan kondisi yang tak jauh beda dengan penjajahan Inggris, ia memunculkan kembali bibit-bibit perlawanan, dari mengajar ngaji, baca tulis, serta meniupkan kosa kata jihad agar kehormatan Baitul Maqdis tidak terinjak-injak, dan umat muslim bisa lebih tenang dalam menjalankan amal ibadahnya.
Dibuatlah satu brigade jihad, yang syaratnya mahir berbahasa Arab, hafidz 30 juz, ada di saf pertama shalat subuh, puasa sunnah, dan amalan lain. Brigade ini yang nantinya akan menjadi momok menakutkan bagi Inggris dan kaum yahudi.
Sampai dalam satu pertempuran, ia syahid dengan puluhan tembakan. Dan dari peristiwa ini, pecahlah revolusi besar dari penjuru Palestina, yang membuat nama beliau begitu harum terkenal, bahkan hingga saat ini, nama itu begitu menakutkan bagi penjajah zionis.
Nama yang di pagi hari hanya guru Al-Quran, namun di malam hari ia adalah seorang panglima besar, menyalakan api jihad dari Suriah ke Palestina, yang namanya diambil menjadi Pasukan Elit Hamas, Brigade Izzudin Al-Qassam!
Surakarta, 16 Ramadhan 1446 H
#menyambutkemenangan#seperempadabad#abamenulis#catatankemenangan#pemudaislam#dakwahkampus#ceritabukuaba
27 notes
·
View notes
Text
Menggugat Rasa
aku ingin mengajukan gugatan, kepada seorang lelaki bernetra malam. ia kerap menghantui setiap kali aku membaca puisi, entah itu tentang cinta entah itu tentang negara.
namun aku tak punya perkara yang bisa kujadikan senjata jaksa, terakhir kami bercakap saja, ia membuatku tertawan. ralat, maksudku tertawa.
sejak kembang api yang menghiasi pergantian tahun, aku menambah beban hidup bernama rindu, dan cemburu.
padahal aku memiliki cukup untuk semua yang kuinginkan, aku memiliki selesai untuk yang tak mampu kudapatkan, maka aku tak ingin masih mencarinya dari segala riuh dunia yang kupunya.
seharusnya aku tak tak bersitegang dengan hati, hanya perkara menolak ingin memiliki. namun bagaimana membungkam rahasia dalam dada, saat tak ada lagi pintu keluar kecuali doa agar ia menjadi tiada?
52 notes
·
View notes
Text
Aku malu pada semut.
Saat itu semut-semut kecil berjuang gotong royong membawakan air untuk memadamkan api Nabi Ibrahim. Kita tahu sebesar apa ukuran semut, sudah terbayang sebanyak apa air yang mampu diangkut.
Kenapa semut terus berjuang, padahal ia tahu bahwa perjuangannya tak ada pengaruh banyak.
Bukan itu yang semut pikirkan, tapi sang semut ingin menegaskan dipihak mana ia berada. Ini tentang iman.
Seperti hari ini, Palestina masih berjuang. Bukannya sudah gencatan senjata? Mbelll, hanya janji kosong!
Postingan dari adara (18/3/2025)
instagram
Mungkin kontribusi kita tidak banyak dan tidak memiliki efek yang besar tapi minimal, kita perjelas iman kita. Dipihak mana kita berada.
Kata mas @mamadkhalik
"Kalau bisanya donasi nggak papa. Kalau bisanya share story, ya nggak papa. Kalau bisanya baca buku, ya nggak papa. Kalaupun memang belum paham isunya, ya nggak papa, kita belajar bareng. Kalaupun mau bela Palestina tapi nggak ada atribut Palestina sama sekali, ya nggak papa. Kalau bisanya hanya mendokan, ya nggak papa. Asalkan untuk Palestina, lakukan."
Ya, semoga kita bisa menjadi semut-semut yang berjuang dalam pembebasan Al-Aqsa. "Tak masalah langkahnya kecil" (kata 100jt semut)
#islam#free palestine#paledriver#i stand with palestine#semangat#kehidupan#motivasi#tulisan#menulis#sajak#Instagram
10 notes
·
View notes
Text
Dugaan TPPO Diusut Polisi Buntut ABG 'Open BO' Tewas Dicekoki Narkoba

Foto: Polisi menangkap 2 pria di balik tewasnya ABG 16 tahun di sebuah hotel kawasan Senopati, Jaksel. Pelaku dihadirkan dalam jumpa pers.
Jakarta - Penyidikan kasus pembunuhan remaja perempuan berinisial FA, yang ditemukan tewas di hotel kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berkembang ke arah dugaan tindak pidana perdagangan orang. Dalam kasus ini, ABG berusia 16 tahun tersebut diketahui datang ke hotel karena dipesan 'open BO' oleh dua pria dewasa yakni AN alias BAS (40) dan BH (40), yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuh F.
Masih kami dalami untuk hal itu karena siapa tahu ini ada keterkaitan (dengan) perdagangan orang ini," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro kepada wartawan, dikutip Sabtu (27/4/2024).
Dari hasil pemeriksaan ponsel ditemukan adanya percakapan yang mengarah pada dugaan TPPO. Pelaku meminta korban datang bersama temannya.
Tapi secara HP yang kita dapat tadi yang bersangkutan itu chatting dengan si pelaku, si korban chatting dengan si pelaku. Karena pelaku menawarkan, 'Kamu posisi di mana? Kamu datang saja ke sini,'. Si korban mengajak temannya, yang inisial FA ini, yang meninggal itu," ujarnya.
Terkait pembunuhan, kedua pelaku dijerat Pasal 338 tentang Pembunuhan dan atau Pasal 359 KUHP tentang kesalahan menyebabkan kematian. Keduanya terancam 15 tahun penjara. Polisi juga menjerat kedua pelaku dengan pasal persetubuhan anak atau pencabulan terhadap anak atau eksploitasi terhadap anak, tindak pidana kekerasan seksual UU 12/2022 dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara.

Di sisi lain, polisi menemukan dan menyita senjata api dari pelaku sehingga pelaku juga dijerat Undang-undang Darurat 12/1951 dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara. Selain itu, polisi menyita mobil tersangka yang dipakai untuk antar-jemput korban. Tiga buah alat bantu seks juga disita sebagai barang bukti.
Adapun barang bukti yang kami amankan ada tiga pucuk pistol genggam, 5 butir peluru, rekaman CCTV, 4 handphone, uang tunai Rp 1,5 juta, pakaian milik korban, satu unit mobil BMW yang digunakan pelaku mengantar dan jemput korban, selanjutnya kami juga sita tiga buah alat bantu seks," jelas Bintoro kepada wartawan di Polres Jaksel, Jumat (26/4).
Bintoro mengatakan FA diduga mengalami overdosis setelah diberi narkoba. FA sempat kejang sebelum meregang nyawa.
Kemungkinan besar ya (overdosis), kemungkinan besar. Karena memang yang bersangkutan, informasi, setelah diberikan cairan ini, langsung dalam kondisi kejang," kata Bintoro dalam jumpa pers di kantornya, Jl Wijaya II, Jaksel.
Seperti diketahui, FA tewas di sebuah hotel di kawasan Senopati, Kebayoran Baru, Jaksel, pada Senin (22/4) malam. Saat itu kedua tersangka membawa korban FA dan ABG wanita lainnya berinisial A.
Pada saat kejadian mereka di-open BO, diminta jasa untuk pelayanan seks dengan diberikan imbalan Rp 1,5 juta," kata dia.
Kedua tersangka memberikan dua jenis narkoba kepada korban yakni ekstasi dan sabu. Korban dicecoki inex kemudian diminta meminum minuman yang telah dicampur sabu.
Inex dan minuman yang di dalamnya dicampurkan sabu. Mungkin antara campur sabu denganinex, ekstasi, yang diminum ini," tambahnya.
2 notes
·
View notes
Text
Palestina, Iman dan Kemerdekaan🇵🇸
Sedih sekali mendengar kembali kabar duka dari tanah Para Nabi--tanah yang diberkahi--, Palestina, bersliweran di timeline sosial media.
Rasanya geram bukan main melihat bagaimana perbuatan (yang katanya) manusia itu, zionis laknatullah, mengagresi secara militer tanah Gaza berikut dengan mudahnya merenggut hak hidup manusia, menghancurkan masa depan anak-anak hingga fasilitas umum (rumah sakit, masjid) di dalamnya. Sungguh, berapa sebenarnya harga nyawa satu manusia di mata mereka?!!
Lebih geram lagi pada pasukan kera--para budak zionis-- yang membuat berita penuh pengaburan fakta dengan tujuan mencari simpati dunia. Seolah Israel adalah korban atas konflik antar negara, dan perlawanan yang saat ini inang mereka (zionis) lakukan adalah sebagai bentuk pertahanan. Lantas, lebih dari 75 tahun penjarahan, penyiksaan, pembantaian sampai pembunuhan yang mereka perbuat terhadap tanah dan penduduk Palestina itu apa?!!
Melihat itu semua, sungguh, dada ini terasa sesak.
Dimanakah kemanusiaan yang (katanya) para pemimpin kedamaian dunia teriakan itu, sedang masih ada sebagian dari kita yang hidup dalam kesulitan mendapat makanan hanya tuk sekadar menegakkan punggungnya?
Dimanakah keadilan pun kemerdekaan yang (katanya) pemimpin paling HAM gaungkan itu, sedang masih ada sebagian dari kita hidup dalam bayangan rudal lagi bidikan senjata yang siap merenggut hak hidup dimanapun dan kapanpun?
...
Dalam kegeraman ini, ada pula tanda tanya yang diselimuti rasa malu.
Mengapa di tengah serangan-gempuran itu, jiwa mereka begitu tsiqah (teguh) dalam memperjuangkan Baitul Maqdis; iman, Islam dan tanah air mereka?
Mengapa di tengah agresi yang tak sedikit pun berbelas kasih itu, mereka tak sedikitpun menunjukkan ketakutan, keraguan dan kelemahan di setiap tarikan nafas juang mereka?
(Yaa Rabb, jaga dan lindungi kaum muslimin dimanapun mereka berada, aamiin..)
Sungguh, ini refleksi bagi kita;
Apa itu merdeka? Apakah merdeka adalah ketika kita bisa duduk manis sambil scrolling sosial media? Atau menjalani rutinitas harian tanpa peduli terhadap sesama?
Jika merdeka adalah hidup dalam kemanusiaan yang berkeadilan, sudahkah kita benar-benar merdeka? Jika benar demikian, mengapa masih banyak negeri (yang mengaku) merdeka yang memilih menutup mata dari kebenaran, kepedulian dan keadilan?
...
Sungguh, bukankah kemerdekaan yang sejati adalah ketika iman dalam jiwa manusia itu hidup dan mengobarkan api ruh perjuangan? Api yang dapat menghangatkan-menerangi sesama sekaligus membakar kezaliman di sekitarnya; amar ma'ruf nahi munkar.
Dan, ya, saudara-saudara kita di Palestina menunjukkan kepada kita; mungkin secara kedaulatan, mereka belum (dan pasti akan) merdeka. Namun, langit menjadi saksi bahwa mereka adalah umat yang telah merdeka dari hati yang tak mengimani Tuhannya dan dari waktu yang tak berguna. Dan jika iman dalam dada mereka mampu bersuara,
"Kita telah dan akan selalu menjadi umat yang merdeka!"
Semoga kita tak lupa bahwa,
Keterjajahan terbesar adalah ketika tak ada lagi empati, akal-nurani pun perjuangan (read: iman) yang hidup dan mengalir dalam darah kita.
Allahummaghfirlana..
17 notes
·
View notes
Text
Kayle
the Righteous

Lahir dari Aspek Targon di puncak Perang Rune, Kayle menghormati warisan ibunya dengan memperjuangkan keadilan di atas sayap api suci. Dia dan saudara kembarnya Morgana adalah pelindung Demacia selama bertahun-tahun—sampai Kayle menjadi kecewa dengan kegagalan manusia yang terjadi berulang kali, dan meninggalkan semua dunia manusia ini. Meski begitu, legenda menceritakan tentang dia yang menghukum orang yang tidak adil dengan pedangnya yang berapi-api, dan banyak yang berharap dia akan kembali suatu hari nanti…
~~~~~
Saat Perang Rune berkecamuk, Gunung Targon berdiri sebagai mercusuar melawan kegelapan yang akan datang—Kayle dan saudara kembarnya Morgana lahir di bawah cahaya itu. Orang tuanya, Mihira dan Kilam, memulai pendakian berbahaya untuk mencari kekuatan untuk menyelamatkan suku mereka dari kehancuran.
Bahkan ketika Mihira mengetahui dirinya sedang mengandung, dia tetap maju. Di puncak gunung, dia terpilih sebagai wadah suci untuk Aspek Keadilan, memegang pedang yang berkobar dengan api yang lebih terang dari matahari.
Tidak lama kemudian, si kembar lahir. Kayle, yang lebih tua, sama terangnya dengan Morgana yang gelap.
Tapi Mihira telah menjadi pejuang yang menakutkan, jauh lebih hebat dari manusia mana pun. Kilam mulai takut akan kekuatan dewa baru istrinya, dan musuh-musuh penyihir yang tertarik pada cahayanya. Dia memutuskan untuk membawa gadis-gadis itu keluar dari bahaya, menjelajah melintasi Laut Penakluk menuju pemukiman di mana negeri itu sendiri dikatakan menawarkan perlindungan terhadap sihir.
Di rumah baru mereka, Kilam membesarkan si kembar, temperamen mereka semakin berbeda dari hari ke hari. Kayle dewasa sebelum waktunya, sering berdebat dengan para pemimpin pemukiman tentang peraturan mereka—dia tidak punya ingatan tentang kekuatan ibunya, tapi tahu hukum dimaksudkan untuk menjaga mereka semua tetap aman. Ayahnya jarang membicarakan hal seperti itu, tapi Kayle yakin Mihira telah menyelamatkan mereka dengan mengakhiri Perang Rune di medan perang yang jauh.
Saat si kembar masih remaja, seberkas api membelah langit. Pedang yang membara dengan api surgawi menghantam tanah di antara Kayle dan saudara perempuannya, patah menjadi dua—Kilam putus asa saat dia mengenali pedang itu milik Mihira.
Kayle dengan semangat mengambil separuh senjatanya, sayap berbulu muncul dari bahunya, dan Morgana dengan hati-hati mengikuti saudarinya. Pada saat itu, Kayle merasa lebih terhubung dengan ibunya, yakin bahwa ini adalah tanda dia masih hidup dan ingin putri-putrinya mengikuti jalan yang sama seperti dirinya.
Penduduk di permukiman tersebut percaya bahwa gadis-gadis tersebut telah diberkati oleh bintang-bintang, ditakdirkan untuk melindungi negara Demacia yang masih baru dari orang luar. Pelindung bersayap ini menjadi simbol cahaya dan kebenaran, dan dihormati oleh semua orang. Kayle bertempur dalam banyak pertempuran, menjadi pemimpin milisi yang semakin berkembang dan mengisi senjata mereka yang layak dengan api sucinya… tapi seiring berjalannya waktu, upayanya untuk mencapai keadilan mulai menyita pikirannya. Melihat adanya ancaman dari luar dan dalam, dia membentuk orde peradilan untuk menegakkan hukum, dan memburu para pemberontak dan perampok dengan semangat yang sama.
Namun ada satu orang yang melunakkan penilaiannya. Yang membuat pengikutnya kecewa, Kayle mengizinkan Morgana merehabilitasi para pelaku kesalahan yang tampak cukup rendah hati untuk mengakui kesalahan mereka. Anak didik Kayle, Ronas, yang paling tidak setuju—dia bersumpah untuk melakukan apa yang tidak akan dilakukan Kayle, dan berusaha memenjarakan Morgana.
Kayle kembali dan menemukan orang-orang melakukan kerusuhan, dan Ronas tewas. Karena marah, dia memandang rendah kota itu, dan memanggil api sucinya untuk membersihkan kota itu dari dosa-dosanya.
Morgana terbang menemuinya, mengangkat pedangnya. Jika Kayle ingin membersihkan kegelapan yang dia lihat di hati manusia, dia harus memulainya dari saudarinya sendiri. Keduanya bertarung melintasi langit, saling menyerang dengan dahsyat satu sama lain dan menghantam bangunan di bawah mereka hingga menjadi puing-puing.
Tiba-tiba, perkelahian itu terhenti karena tangisan sedih ayah mereka.
Kayle menyaksikan Kilam meninggal di pelukan saudarinya, korban kekerasan yang tak berperikemanusiaan yang melanda kota hari itu. Kemudian dia memegang kedua bagian pedang ibu mereka di tangannya, dan bersumpah dia tidak akan pernah lagi membiarkan emosi manusia menguasai dirinya. Saat dia terbang kembali ke langit, membubung tinggi di atas awan, dia merasa hampir bisa melihat Gunung Targon di balik cakrawala, puncaknya yang megah bermandikan merah oleh matahari terbenam.
Di sana dia akan mencari kemurnian surgawi yang sempurna. Di sana dia akan berdiri di sisi ibunya, dan melaksanakan warisannya pada Aspek Keadilan.
Meskipun dia telah absen dari Demacia selama berabad-abad, legenda Kayle telah menginspirasi banyak budaya dan hukum kerajaan. Patung-patung megah dan ikon Pelindung Bersayap memberi kekuatan pada hati setiap pejuang yang berbaris menerangi malam, dan mengusir semua bayangan dari negerinya.
Di masa-masa penuh perselisihan dan kekacauan, ada banyak orang yang berpegang teguh pada harapan Kayle mungkin akhirnya akan kembali… dan ada yang berdoa agar hari seperti itu tidak akan pernah datang.
3 notes
·
View notes
Text
Malam Jovian
Malam merayap ke dalam kamar Jovian, menyelimuti ruang sempit itu dalam ketenangan yang menyesakkan. Dinding-dinding lembab berbisik pelan, seolah mencurahkan rahasia yang tak mampu ia dengar. Di sudut ruangan, ranjang kayu tua berdiri tegak, berderit setiap kali ia bergerak. Di bawah cahaya lampu yang remang, Jovian terbaring, menatap langit-langit dengan pikiran yang berkelana, seolah langit itu bisa memberinya jawaban atas pertanyaan yang menggelayuti benaknya.
Sejak tubuhnya memasuki fase transformasi, malam-malam Jovian tak lagi sama. Dulu, ia adalah anak laki-laki biasa yang tertidur tanpa beban; kini, setiap malam menjadi arena pertarungan antara keinginan dan rasa bersalah. Di siang hari, ia berbaur dengan teman-teman, tertawa dan bermain, berusaha menutupi kekosongan yang semakin menganga dalam diri. Namun, malam datang seperti bayangan, mengingatkan apa yang ia sembunyikan.
Tubuhnya kini menggemakan perubahan. Perubahan fisik yang dialaminya tidak hanya mencolok; namun terasa seperti kutukan yang mengubah segalanya. Rambut halus tumbuh di dada, garis-garis otot mulai terlihat, dan suaranya kini lebih berat. Tetapi yang paling mengganggu adalah ketidakpastian yang membelit alat vitalnya—sebuah pengingat bahwa ia tak lagi kanak-kanak. Setiap kali dorongan itu muncul, panggilan tubuhnya tak bisa ia abaikan. Kecanduan akan kenikmatan sesaat menjadi bayang-bayang yang menghantui langkahnya.
Setiap malam, Jovian berperang melawan godaan dalam dirinya. Ia tahu tindakan yang dilakukannya tak benar. Suara kecil dalam dirinya berulang kali menasihati, tetapi setiap kali ia bersumpah untuk melawan, godaan itu datang lebih kuat. Ketika kesunyian menjadi teman, ia tak dapat lagi menahan hasrat yang membakar, menggerogoti logika yang berusaha ia pegang. Dengan tangan yang bergetar dan napas yang tersekat, ia terperangkap dalam ritual yang selalu sama. Saat kepuasan itu surut, ia terbaring kembali, menatap langit-langit dengan keputusasaan, mempertanyakan kapan semua ini akan berakhir.
Dalam kepingan pikirannya, gadis yang paling sering melintas adalah Amara, teman sekelasnya. Wajahnya menawan, dengan mata yang berkilau dan senyumnya yang manis seolah bisa membuat jantung Jovian berdegup lebih cepat. Jovian seringkali terjebak dalam imajinasi liar, membayangkan tubuh Amara, bagaimana lekuk-lekuk tubuhnya bergetar, seolah menari di hadapannya.
Jovian membayangkan tangannya menyentuh pipi Amara, merasakan kehangatan dari kulitnya yang mulus. Setiap kali pikirannya melayang kepada Amara, ia merasakan dorongan yang semakin kuat, seperti magnet yang tak bisa ditolak. Namun, bayangan indah itu sering kali diselingi oleh rasa bersalah—apakah ia hanya mempermainkan perasaannya sendiri? Apakah perasaannya ini hanya fantasi yang tak akan pernah terwujud?
Namun, imajinasi Jovian tidak hanya terbatas pada Amara. Ia juga terjebak dalam dunia maya, menjelajahi situs-situs terlarang yang menawarkan gambar-gambar yang menghidupkan gairah terpendamnya. Wajah-wajah asing, tubuh-tubuh yang sempurna, seolah berteriak untuknya, mengundangnya ke dalam kegelapan yang lebih dalam. Jovian terjebak dalam gambaran-gambaran itu, seolah terhipnotis oleh daya tariknya. Dalam kegelapan malam, ia menemukan diri terjebak antara dua dunia: dunia nyata di mana ia ingin menyentuh Amara dan dunia virtual yang menyajikan segalanya dengan mudah.
Malam ini, ia duduk di ranjangnya dengan selembar tisu di tangan, seperti senjata yang menanti untuk digunakan. Setiap sobekan menjadi simbol dari keputusasaan. Jovian memejamkan mata, membiarkan gairah mengalir deras, membiarkan Amara dan gadis-gadis lainnya berkelindan dalam pikirannya. Ia kembali merasakan setiap detik berlalu dalam perpaduan antara kenikmatan dan rasa bersalah.
Saat ritual mencapai puncaknya, rasa lega sesaat melanda. Namun, segera setelah itu, seperti mendengus asap dari api yang padam, muncul rasa hampa yang menyesakkan. Kembali ia terbaring, napasnya berat, dan menatap tisu yang berserakan, seperti puing-puing dari pertempuran yang tak pernah ia menangkan.
Di balik matanya yang terpejam, Jovian bisa merasakan bayangan Amara menari di benaknya, diiringi oleh bisikan lembut yang menggoda. Namun, ketika ia membuka matanya, semua itu lenyap, meninggalkan kesunyian yang membunuh. Sekali lagi, ia menghadapi tisu-tisu itu—saksi bisu dari siklus yang terus berulang. Kecanduan ini, yang dimulai sebagai eksplorasi tubuh, kini telah menjadi penjara yang memisahkan dia dari realitas.
Dan dalam puncak kesedihan yang tak terkatakan, Jovian menatap tisu-tisu yang berserakan di lantai. Di bawah langit-langit kamar yang dingin dan tidak bersahabat, ia menyadari bahwa ia telah menghabiskan lebih dari sekadar tisu—ia telah menghabiskan masa mudanya, mimpinya, dan jiwanya. Dalam keheningan yang menyayat hati, Jovian tertunduk, menangis tanpa suara, terkurung selamanya dalam labirin malam yang tak pernah bisa ia tinggalkan.
1 note
·
View note
Text
Fadilat Anindya

Jika di masa lalu aku seorang pahlawan, Boleh jadi kau seorang aktivis dengan api, Pun energi gemar gentari. Jika di masa lalu aku seorang satria, Boleh jadi kau seorang pejuang, Yang menyerbu perang dengan sawala dan berkat, Yang diidolakan gemulai juga pesonanya. Jika di masa lalu aku ikut berperang, Mungkin kau bangsawan cemerlang, Atas karunia kalbu cantik yang inginku meraki. Jika di masa lalu aku seorang perwira, Mungkin kau seorang hero wanita yang menyihirku dengan damba. Tanpa gencatan senjata, Adu kata ataupun utopia, Perkenankan aku ke masa lalumu, Agar sanggup aku menulis legendamu, Agar dapat kusertakan diriku.
© arsaka bintang d.
Palangka Raya, 6 Februari 2024
08.43
6 notes
·
View notes
Text
Sementara Kita Dan Bisik Realita

Sementara suatu waktu, aku berharap kabar
Dari seorang manusia yang perlahan pudar
Entah, aku terburu untuk mengetahui
Perjalanan hidup dalam waktu terkini
Sungguh, sekilas pertama mata membaca
Setiap gerak gerik pesona tersedia
Sehingga perlahan cita itu ada
Selaras dengan kelembutan romansa
Bagiku, kau adalah definisi destinasi
Entah, terlalu dini ataupun mantra berseri
Mantra terpanjat, ia deras, ia tetap menari
Diatas semua ekspektasi
Pertemuan kita sebatas waktu
Namun memori tetap terpatri
Mendengarkan semua kata terucap
Kau, masih dalam doa semua harap
Aku ingin menjadi api dalam setiap dingin
Sementara sore begitu riuh
Aku ingin, engkau tetap ingat
Atas semua detik waktu bersamaku
Saat ini, aku pun masih bersemangat
Untuk menerima dan memahami cerita hangat
Dari seorang yang ingin aku kenal dekat
Laju romansa perlahan cepat
Begitu peduli kau akan kisahku
Begitu juga ku hayati bisik hatiku
Berpadu menjadi satu
Kamu dan aku, akan tetap bersama
Dalam setiap bagian amigdala
Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh
Aku hanya menjadikan hidup sebagai kapal
Dimana aku nahkoda, dan kau menjadi prioritas
Andai itu bisa, semoga
Dalam setiap mantra, namamu akan aku coba sebut
Semoga nanti aku mendapat berkat
Agar aku masuk palung hati
Dan tak akan pernah kembali
Menahan gejolak hati dalam menghadapi persona wajahmu
Selayaknya pasukan Troya melawan Yunani
Mungkin kalah mungkin menang
Namun harapan itu tetap ada
Seperti kau yang setiap hari menyerang pikiranku
Tanpa tameng dan senjata
Aku menyerah
Masih kupandang imaji tentang kau
Terucap doa terbaik
Dan persembahan setiap laku
Terima kasih, hidupku berwarna
Jika memang pada saatnya nanti, aku kalah
Aku ikhlas
Namun, aku masih menyimpan impian
Untuk memenangkan pertempuran
Aku mengerti betapa besar perbedaan kita
Dan asumsi serta bekas bekas sugesti dunia
Aku yakin aku mampu
Untuk membawamu setangkai bunga sebelum fajar
Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat utuh
Agar aku lebih bisa lama bersamamu
Tolong ciptakan aku sebuah makna
Agar aku lebih bisa memahamimu selamanya
F, knowing you
3 notes
·
View notes
Text
Sebuah Rencana dan Bencana
Kisah ini bermula disebuah tempat yang bernama Italian restaurant. Restoran disini bukan bermakna tempat biasa untuk memesan dan membeli makanan, tetapi sebagai tempat untuk memulihkan armada perang.
Armada Italia telah mendengar kabar tentang keberadaan sumber daya yang melimpah, tapi tempat itu dijaga ketat oleh armada yang sangat kuat. Itulah Armada Korea yang dipimpin oleh laksamana Al-Hanif. Konon Al-Hanif belum pernah merasakan kekalahan dalam setiap pertempuran yang dipimpinnya.
Dengan persiapan yang matang, Armada Italia yang dipimpin oleh Kapten Fathur berangkat keesokan harinya. Dengan membawa armada terhebat yang dimiliki Italia mereka langsung melesat ke pemberhantian pertama.
Newsagent. Tempat ini adalah lokasi pertama yang mereka tuju. Ini merupakan sebuah gudang informasi dari seluruh negeri, apapun informasi yang dibutuhkan oleh Armada Italia tersedia disana, mulai dari: taktik penyerangan, cara bertahan hingga kelemahan dan keterbatasan target tersedia disana. Tapi masih ada satu poin yang harus mereka persiapkan. Senjata yang lebih canggih.
Armada Italia merubah haluan. Tujuan selanjutnya tidak jauh dari lokasi pertama, tempat yang dimana mereka bisa mendapatkan seluruh peningkatan yang mereka butuhkan. Car Park, itulah sebutan yang biasa dipakai oleh penduduk setempat. Sejujurnya tempat ini terasa aneh untuk disebut sebagai taman, tapi mereka tidak peduli dengan sebutan tempat itu, tempat itu sangat memukau. Dengan semua ini tidak akan ada yang dapat menghalangi kita kata sang kapten. Ini akan menjadi pertempuran yang seru.
Semangat armada Italia tak dapat dijelaskan lagi -mereka semua menggila-. Tujuan mereka sudah ada didepan mata.
Kelompok pengintai dari pihak Korea telah memberitahu sang pemimpin untuk bersiap. Korean Restaurant sudah siap semenjak berita itu datang. Mendengar persiapan yang dilakukan oleh armada Italia tetap tidak dapat membuat laksamana Al-Hanif merasa gentar sedikitpun. “Korean Restaurant adalah gerbang masuk. Kita tidak akan membiarkan mereka dapat menerobos masuk kesini!” teriak laksamana mengobarkan api semangat seluruh pasukan.
Kedua belah pihak saling tatap. Hari ini adalah saat-saat penentuan dalam mengambil dan mempertahankan Korean Restaurant. Serangan pertama pecah menandakan perebutan dimulai.
Pertempuran berlangsung sengit. Kedua belah pihak tidak menampakkan kelemahannya sedikitpun. Tak ada yang mengalah, semuanya ingin mengabulkan keinginan mereka masing-masing. Hingga bencana itu datang.
Bencana yang tidak seorangpun dapat memprediksinya. Bencana yang amat sangat besar hingga dapat melerai kedua belah pihak.
Tidak ada yang menang. Semuanya mengalami kerugian yang sama. Korean Restaurant rusak parah dan armada Italia kehilangan sebagian besar pasukannya.
Mereka semua berdamai. Mungkin tidak akan lama. Tapi kuharap dapat bertahan selamanya.
Emyr
7 notes
·
View notes
Text
Propam Periksa Penggunaan Senjata Personel Polres Serang
SERANG – Personel Propam Polres Serang melakukan kegiatan penegakan, penertiban dan disiplin (gaktibplin) terhadap personel Polsek jajaran. Selain memeriksa sikap tampang personel, Propam Polres Serang yang dipimpin Kasipropam Ipda P Rangkuti juga memeriksa kebersihan markas, kondisi serta surat-surat izin menggunakan senpi dan kendaraan. “Ini kegiatan rutin kita dilakukan di seluruh Polsek…

View On WordPress
#Cek senjata api#disiplin anggota#Kapolres Serang AKBP Wiwin Setiawan#Propam Polres Serang#sidang etik
0 notes
Text
Untukmu Syuhada
Selain kematian, kisah orang-orang shalih menjadi obat ampuh untuk mengatasi kefuturan.

Buku "Men Around Aqsa" karya Gensa menginspirasi semangat perjuangan, menunjukkan bahwa dalam upaya pembebasan, terdapat hikmah besar dari keteladanan para syuhada yang telah meraih predikat mulia.
Yahya Sinwar, orang yang difitnah bersembunyi di terowongan, menjadikan tawana sebagai tameng hidup nyatanya terbantahkan oleh para kera sendiri yang dengan bodohnya menyebarkan footage di saat-saat terakhirnya.
Adnan "Yahya" Al-Ghoul, peletak dasar Roket Yasin 105 ini tidak akan pernah mengira jalan takdir hidupnya bertemu pimpinan Hamas di Suriah karena terkendala administrasi. Dari momen ini ia bisa belajar tentang roket, bahan peledak, dan peralatan tempur lainya yang akhirnya berguna untuk jalanya perang hari ini.
Ummu Nidhal, Ibunya Para Syuhada dengan sepenuh hati melindungi Komandan Imad Aqil saat Hamas mengalami kekosongan pemimpin. Imad Aqil melakukan gerilya dan mentarbiyah anak-anak Ummu Nidhal hingga akhirnya bergabung juga di barisan Para Syuhada.
Abdul Aziz Rantisi Sang Murabbi dan juga seorang dokter yang memiliki tekad perlawanan keras melebihi Yahya Sinwar. Sang Dokter Revolusioner berkata, "Mulai Hari Ini Kami Akan Berbicara Dengan Bahasa Senjata Kepada Musuh!"
Dan, Ismail Haniyah, Sang Perdana Menteri yang meletakan jabatannya untuk perdamaian antara Hamas dan Fatah adalah pelajaran penting para pemimpin Muslim yang kebanyakan masih gila akan jabatan.
Nama-nama diatas, juga Para Syuhada lainya memberikan pelajaran penting bagi generasi hari ini. Seperti lirik dari lagu Untukmu Syuhada Izzatul Islam :
Kehidupan bagaikan roda beribu zaman terus berputar namun satu tak akan pudar cahaya Allah tetap membahana
Mereka kira syahidnya satu pejuang mematikan perlawanan, padahal kisah mereka justru menyalakan api perjuangan menuju kemenangan!
#menyambutkemenangan#seperempadabad#abamenulis#mengerikan#catatankemenangan#dakwahkampus#pemudaislam#ceritabukuaba
12 notes
·
View notes