Tumgik
#Sumber yang tidak jelas
gizantara · 3 months
Text
Doa yang Datang dari Hati Orang yang Lelah
Sekarang ada di fase 'menebak' tanda-tanda Allah untuk menyerah. Tidak ada yang salah. Memang kalau aku tidak menyerah, apa yang mungkin dapat berubah?
Untuk aku yang terbiasa effortless ditambah jarang punya target yang besar, pencapaian-pencapaian biasa seringkali membuatku cukup puas dengan diriku sendiri. Kemudian, perjalanan selama dua bulan ini bikin aku sadar bahwa baru kali ini aku bermimpi tinggi-tinggi. Sampai alam bawah sadar ikut bantu amini dan gerakin semuanya, intentionally. Sampai ada perasaan meledak di dalam, saking excited-nya dengan apa yang akan dicapai.
Makanya sebenarnya agak heran juga selama 2 bulanan ini, sense of fight aku bisa sebesar ini dan justru malah semakin kuat saat cuma diri sendiri yang berusaha dibantu oleh Allah. Katanya, the lack of support is support itself, hahaha. Apakah ini yang dinamakan reverse psychology?
Tumblr media
Kalimat itu aku yakini terus dan aku udah mendorong sekuat yang aku bisa. Turns out, beberapa tanda mulai berubah di depan dan keputusan harus diatur ulang. Ini kaya.. Allah ngasih tau bahwa aku bisa aja bakal terus-terusan ngedorong pintu di toko yang belum buka atau udah tutup, atau udah ga beroperasi. Cuma pengandaian sih, intinya:
Ternyata ada saatnya kita harus berhenti mendorong serta menghamburkan sumber daya.
Sekarang mengambil keputusan berbalik arah dan sejujurnya udah sepekan selalu sakit kepala (kerasa secara fisik) karena mikirin semua pertimbangan dan alternatif kemungkinannya sendiri. Tulisan ini sebelumnya udah mengendap di draft beberapa hari cuma belum ngerasa mindful untuk nulisnya juga, saking ribut isi kepala. Ada beberapa chat dari temen terdekat juga yang aku tunda balas beberapa hari, dengan alasan yang sama.
Sebenernya nggak ada kesedihan di sini. Seperti kata Teh Qoonit dalam captionnya:
Jika seluruh kebebasan, mimpi-mimpi, dan karya yang ingin diciptakan tujuannya surga, maka tak ada masalah jika tertundanya pun untuk surga juga.
Malah, bisa jadi kesempatan surganya akan jauh lebih besar. Dari "karya" besar yang dicipta dalam ruang-ruang sunyi tanpa apresiasi manusia. Tanpa tropis, lembar ijazah, atau bahkan ucapan "terima kasih". Hanya dalam rangka wujud taat, bersyukur, sabar, dan keikhlasan hanya kepada Allah.
Yang aku harapkan semoga ke mana dan kenapanya menjadi lebih jelas di depan dan yang telah dikerjakan semoga dinilai. Mungkin memang ada yang ketinggalan sampai harus putar balik. Mungkin ada perbaikan jalan di depan sehingga perjalanan harus ditunda. Mungkin kendaraannya perlu di-service dulu supaya perjalanannya selamat. Mungkin harus ngambil atau ngejemput sesuatu/seseorang dulu di tempat lain. Apapun ya, semuanya mungkin-mungkin saja.
Pelan-pelan coba memahami cara kerja Allah "memperjalankan". Mungkin emang harus ketemu seseorang/kejadian tertentu dulu supaya "kejelasan" harus ngapain itu diperoleh. Ini semacam, ketemu orang di jalan yang ngingetin, "teh, itu bannya bocor!" Ya mau nggak mau, kita akan melipir dulu ke bengkel kan? Bodoh banget kalau denial bannya gak kenapa-kenapa padahal aslinya kenapa-kenapa.
Mungkin karena sebelum-sebelumnya masih dengan keputusan yang sama sambil terus berkontemplasi setiap harinya dan meluruskan niat. Ternyata bukan niatnya yang salah, simply belum waktunya aja. Atau simply, memang tidak akan pernah jadi waktunya, and it's super okay.
Gapapa juga, apa yang udah diusahakan sampai sejauh ini ngga pernah sia-sia kok. Banyak belajar itu seru. Gapapa, mungkin bukan ke sana "sabil" nya, yang jelas harus tetep minta ditunjukkan "shirath" yang "mustaqim". Kalau menurut tafsir:
Sabil itu jalan kecil yang kita tempuh berkenaan dengan "resource" yang kita miliki. Misalnya kita punya keahlian di suatu bidang lalu mengambil peran di bidang tersebut itulah sabil. Ada sabil yang lillah, ada juga sabil yang bengkok/buruk/sesat. Begitulah terminologi sabil digunakan dalam kitab suci.
Tumblr media Tumblr media
Menurut Quraish Shihab, shirath bisa diartikan sebagai jalan tol. Kita tidak bisa keluar atau tersesat setelah memasukinya. Apabila memasukinya, kita telah ditelan olehnya dan tidak dapat keluar kecuali setelah tiba pada akhir tujuan perjalanan.
Shirath adalah jalan yang luas. Semua orang dapat melaluinya tanpa berdesakan. Berbeda dengan sabil yang banyak tetapi merupakan jalan kecil. Meski demikian, Quraish berpendapat, tidak apa kita menelusuri sabil asal pada akhirnya menemukan jalan tol yang luas lagi lurus itu.
Artinya, nggak masalah kita mau aktif di bidang yang kita senangi selama niat, langkah, dan tujuannya lillah. Soalnya bagaimanapun juga, cuma sabil yang lillah selalu mengarahkan kita pada shiratal mustaqiim. Dan kepentingan selamat harus selalu prioritas di atas semua kepentingan.
Maka di "sabil" manapun Allah akhirnya memperjalankan aku, semoga aku selalu terpandu (ahda sabilan) dan semoga selalu di "shiratal mustaqim" yakni jalannya orang yang diberi nikmat oleh Allah (nabiyin, shadiqin, syuhada, shalihin).
Mungkin sesekali di satu waktu sendiri suka merenung, "Ya Allah, masa di kehidupan yang cuma satu kali ini aku nggak bisa menjadi sesuatu yang aku inginkan? (tentunya ga keluar dari batasan syari'at ya)"
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, nggak usah tersinggung atas ketidaktercapaian ini, soalnya kata Kak Asta Ebrahim di cuitan X-nya,
"Sikap kita dalam menghadapi takdir yang gak enak juga dinilai oleh Tuhan."
Okay, taruhlah putar balik itu emang takdir yang nggak enak. Terus apa boleh buat? Kita juga nggak bisa berbuat banyak. Yang sering kita lupakan adalah fakta bahwa hitungan pahala Allah masih berjalan. Still counting, semoga, sampai Allah panggil kita pulang sebagai hamba yang ridha dan diridhai-Nya.
Jadi doa paling realistisnya sekarang, mudah-mudahan nggak kehilangan intuisi dan sense of fight setelah putar balik.
Sebagai penutup, untuk Allah, terima kasih sudah memanggilku untuk menyeru-Mu belakangan ini. Walau masih dengan kecanggungan yang aneh dan kebingungan mau minta apa saking berdesakan isi kepala. Mohon ampun atas segala kesotoyanku.
— Giza, 'dipaksa' menyerah saat masih pengen berjuang nggak pernah semembingungkan ini. Mungkin inilah momen berkurbannya.
112 notes · View notes
kurniawangunadi · 11 months
Text
Setia Pada Proses
Sekitar dua minggu lalu kami berkunjung ke rumah mentor, ngomongin soal hal yang sedang kami jalani dan hadapi. Karena apa yang kami jalani saat ini mengalami turbulensi, kayak bingung bagaimana itu bisa terjadi, kenapa sampai sepusing ini, masuk rumah sakit karena gerd sampai tiga kali, dan berbagai macam beban pikiran yang dihadapi dalam beberapa minggu terakhir. Di tengah obrolan itu, kami bilang rencana kami dalam durasi waktu tertentu untuk melakukan pivot dalam bisnis di tahun ketiga. Nggak ada satu detik, langsung dibalas. "Lhooo ya jangan cepat menyerah gitu." Maksudku, tiga tahun itu sebuah proses yang menurut kami tidak cepat. Tapi ternyata perspektif beliau dalam hal ini yang udah bertahun-tahun menjalaninya, jelas 3 tahun itu waktu yang cepat. Karena membangun sesuatu itu memang butuh proses yang panjang, maka dari itu karakter seperti komitmen, konsistensi, resiliensi, dan sebagainya sangat kentara pada proses ini. Obrolan berikutnya berlangsung lebih dalam lagi soal fundamental cara berpikir dalam masalah kami, melihat peluang, dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang. Memang, ngobrol sama orang yang sudah mengalami secara riil di lapangan itu beda banget. Proses belajar kami juga menjadi lebih terarah, bisa lebih efisien, meskipun tidak mereduksi "pain" nya ketika dijalani. Tetap pusing banget, kayak pengen nyerah aja, tapi sekali lagi, kata beliau. Belajarlah untuk setia pada proses. Karena banyak orang yang menyerah dalam menjalani proses itu, yang melelahkan, menguras pikiran, mengambil waktumu yang banyak, dan banyak hal lainnya. Cuma orang yang bersedia menjalani proses yang bakal ketemu sama ujungnya, sama hasilnya, sama pembelajaran lengkapnya.
Tambahan dari beliau, "Tidak semua orang memiliki kesempatan kayak kalian untuk belajar seperti ini dan sejauh ini, sumber daya yang kalian miliki sangat besar dan potensial. Kalau kalian menyerah karena kondisi sekarang, nanti kalian nggak akan bisa berkembang lebih jauh lagi dari kondisi ini. Tenang aja, ada Gusti Allah. Emang proses itu tu yang akan ngajarin kalian, buat nguji sekuat apa kalian sama tujuan. Dah gak apa-apa, namanya juga latian kan, apalagi kalian baru pertama kali di bidang ini. Nggak apa-apa, jalanin aja." Ya memang seringnya kami nggak yakin sama diri sendiri, meski orang lain seyakin itu. Kami cuma perlu bertahan sedikit lagi, berusaha sedikit lebih keras lagi, untuk menunjukkan kepada guru-guru kami kalau kami memang murid yang seserius itu dalam belajar.
Kami mau belajar untuk setia kepada proses.
279 notes · View notes
andromedanisa · 1 year
Text
Seorang perempuan dan ujian yang dilaluinya..
"tes lab apa mba?" tanya beliau dengan senyum ramah kepadaku.
"ini Bu tes toxo, rubella, dan beberapa hal lainnya." jawabku dengan senyum juga.
"oh itu tes untuk promil ya kalau nggak salah?"
"iya, Bu." jawabku singkat.
Kita berdua ngobrol banyak hal tentang sakit yang beliau derita, dan tentang pengalaman beliau yang dulu juga sebagai pejuang harus dua.
"nggak apa-apa mba, yang penting tawakal dan baik sangka terus sama Allaah ya. Ibu dulu juga nunggu 7 tahun untuk mendapatkan anak. Kalau inget-inget lagi perjuangan dulu rasa-rasanya masih nggak percaya aja mba bisa ngelewatin berbagai hal yang ibaratnya kaki jadi kepala, kepala jadi kaki kalau nggak karena pertolongan Allaah.
Ibu dulu, nunggu anak pertama 7 tahun lamanya. Kalau ditanya promil apa dulu hingga akhirnya bisa punya anak. Ya jawaban ibu, nggak ada. Ibu hanya baik sangka saja sama Allaah. Sebab segala cara promil pada zaman itu sudah ibu lakukan. Ke dokter, inseminasi, bayi tabung pun sudah ibu lalui. Tapi memang ya belum waktunya aja.
Ibu dulu beranggapan bahwa anak adalah sumber kebahagiaan suami istri. Rupanya tidak. Sumber kebahagiaan dalam rumah tangga itu bukanlah dengan kehadiran seorang anak. Melainkan suami istri, sama-sama bertakwa kepada Allaah. Itu kuncinya. Anak hanya salah satu pelengkap kebahagiaan. Bukan faktor utama.
Selama 7 tahun suami ibu dulu sungguh perhatian, penyayang, dan mencukupi segala kehidupan ibu dengan baik. Harta sangat cukup. Tapi ibu dulu ngerasa hambar aja menjalani hidup. Selama 7 tahun itu rumah tangga kita baik-baik saja untuk ukuran dunia. Namun suami ibu tidak mendidik dan mengajarkan agama perihal mana yang baik dan buruk yang wajib dan tidaknya. Intinya kita dulu jauh dari Allaah. Ibu nggak bisa cerita bagaimana kelamnya dulu.
Lalu, ketika ibu mulai sadar bahwa kita hidup nggak cuman di dunia aja. Ibu mulai belajar sholat, mengaji dan belajar agama sedikit demi sedikit. Alhamdulillaah, Allaah izinkan ibu hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu dengan penuh kebahagiaan. Kenyataannya tidak demikian. Suami ibu selingkuh, si wanitanya hamil pula.
Ibu yang saat itu hamil hanya bisa menangis sampai kehamilan memasuki 8bulanan. Lalu kembali Allaah sadarkan, bahwa jalan kebenaran itu jelas. Tidak akan bersatu sebuah rumah tangga jika jalan yang dipilih adalah jalan yang berbeda. Anak bukanlah sumber kebahagiaan yang utama, hartapun demikian. Anak dan harta hanyalah titipan sebagai pelengkap kebahagiaan, bisa jadi juga sebagai ujian diri di dunia ini.
Tapi janji Allaah itu pasti mba, setelah kesulitan akan ada kemudahan, dan kelak Tuhanmu akan memberikan nikmatNya kepadamu sampai kamu merasa puas. setahun setelah melahirkan, ibu bertemu dengan suami ibu saat ini. Dan Masya Allaah sekali, kebahagiaan itu benar-benar nyata adanya. Hanya butuh sabar dan percaya bahwa Allaah nggak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya.
Berapa tahun pun lamanya sebuah pernikahan, bila dilalui dengan takwa, rasa takut hanya kepada Allaah. Maka seterjal apapun jalan pernikahan itu, akan Allaah tolong untuk melaluinya. Hikmah nggak harus datang saat itu juga, tapi akan selalu ada hikmah atas ujian yang Allaah berikan kepada kita.
Tak doakan semoga Allaah mudahkan segala sesuatunya ya mba, diberikan yang terbaik dan kelapangan hati dalam melalui prosesnya."
Dan aku mengaamiinkan, sebelum berpisah, aku meminta izin kepada beliau untuk menuliskan kisah beliau dalam tulisan. Dan beliau mengizinkannya.
Jika Allaah takdirkan ibu membaca tulisan ini, semoga Allaah membalas kebaikan ibu ya dengan banyak kebaikan. Barangkali dengan cerita ibu ini ada banyak hati yang dikuatkan. Bahwa kebahagiaan itu bukanlah bersandar pada sesuatu yang semu.
Nasihat yang seringkali kita dengar bahwasanya memiliki anak itu bukanlah berdasarkan pada seberapa subur wanita dan seberapa perkasa pria. Melainkan pada kehendak Allaah untuk menahan atau memberi. Sesungguhnya Allaah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Yakinlah disatu ujian yang terasa berat untukmu saat ini, kamu tidak sendiri. Disaat kamu sedang Allaah uji, kamu tidak akan dibiarkan berjalan sendiri. Ujianmu adalah sesuai dengan takaran kemampuanmu untuk saat ini. kau tak perlu mencemas kapan ujian itu akan selesai dalam hidupmu, sebab pertolongan Allaah itu dekat. yang perlu kau cemaskan adalah bagaimana keyakinan mu untuk terus meminta pertolongan Allaah dalam setiap waktu dan baik sangkamu kepadaNya.
Cerita kala itu..
197 notes · View notes
beningtirta · 11 months
Text
Naik Kelas, Melihat Dunia
Saya lahir dari keluarga tidak berpendidikan. Ibu saya tidak tamat SD. Ayah saya meninggalkan madrasah tsanawiyah (setara SMP) karena yatim piatu dan tidak ingin merepotkan kakak tiri dan suami kakak tirinya yang memberi atap, makan, dan menyekolahkan. Saya sejak kecil tidak merasakan "kemewahan" seperti handphone pribadi, komik, diantar jemput pakai mobil, sega, nintendo, playstation atau liburan ke luar kota. Kami sekolah, mengerjakan PR, mengaji di mesjid, and repeat. Kami tidak tahu apa itu politik dalam negeri, apalagi politik luar negeri seperti penjajahan Isra3L pada Palestin4.
Baru setelah merantau ke Singapura, saya mulai belajar apa itu pergerakan, tipis-tipis. Sebelum lulus kuliah ikut Forum Indonesia Muda yang membuat saya terekspos dengan dunia aktivisme. Tapi masih fokusnya pada isu-isu nasional.
Saat master dan PhD di Inggris saya terekspos lebih jauh dengan aktivisme yang lebih formal, seperti menulis antologi, menulis opini di media massa, dan lalu policy brief (semacam rekomendasi kebijakan berdasarkan bukti dan studi ilmiah).
Menjelang lulus PhD, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris ketar-ketir dengan invasi Rusia ke Ukraina. Tiga entitas politik ini mengutuk aksi Putin dan mengirim bantuan pada warga Ukraina. Media satu suara mengecam Putin. Beberapa negara juga buka pagar untuk pengungsi Ukraina sebagai bentuk simpati.
Sekarang saya bekerja di Inggris, invasi dan pembunuhan secara terang-terangan oleh IsraëL kepada warga Palestin4 dengan jumlah korban 8000an dalam waktu tiga minggu. Korban masih berjatuhan, aksi militer terus digencarkan dan parahnya didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaaan Inggris.
Dunia Barat dan negara superpower punya dua muka. Tahun lalu mereka mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tapi tidak invasi Isra3L ke tanah Palestina.
Ini bukan perang karena seperti Ukraina-Rusia, kekuatan militer tidak sebanding. Ini invasi, penjajahan.
Ada hal-hal yang ternyata sulit diubah, tapi bisa jika kita semua satu suara melawan dan menolak diam.
Media massa sudah dua dekade berpihak pada Isra3L. Media massa punya pemilik. Pemiliknya punya keberpihakan. Pemilik media yang besar-besae berpihak pada siapa yang punya. Sulitnya, media seperti CNN dan BBC dipegang kendalinya oleh pendukung misi IsraëL. Kecaman pada grup militan di negara Timur Tengah dan Afrika itu bisa jadi teramplifikasi oleh media massa. Ketika kita lihat mendalam, ternyata ini jadi justifikasi Amerika Serikat membunuh ribu bahkan jutaan manusia di negara "konflik". Well, konflik ini mereka yang mulai dan amplikasi. Dibaliknya ada motivasi lain--sumber migas misalnya.
Ideologi Isra3L itu jelas, zionisme--merampas Tanah Palestina, menghapuskan negara dan bangsa Palestina demi berdirinya negara-bangsa Yahudi. Dari ideologi saja, sudah seharusnya kita tidak berpihak karena untuk mencapai misinya, Isra3L akan membunuh dan mengusir jutaan manusia warga lokal Palestina.
Isra3L sudah tumbuh menjadi negara maju yang punya jaringan bisnis. Ini membuat Uni Eropa tidak mengecam partner bisnis mereka koloni penjajah Isra3L.
Politisi punya hubungan dengan pebisnis Isra3L/orang-orang pendukung ide Zionisme. Misalnya, Perdana Menteri Inggris yang punya investor mantan militer Isra3L dan pejabat pentolan UNICEF ada istri dari investor bagong pendukung zionisme.
Dari 4 hal ini, sulit melawan jika banyak dari kita hanya diam. Media massa dan politisi negara maju tidak berpihak pada Palestin4. Bahkan 1-2 negara Arab malah "membantu" operasi pembantaian warga Palestin4 yang sedang berlangsung.
Jadi, harapan warga Palestin4 tinggal suara mayoritas (orang biasa, kita semua).
Setiap dari kita bisa melawan 4 kesulitan di atas. Lawan media massa yang misleading dengan media alternatif yang berpihak pada kemanusiaan. Tolak eksistensi Isr4el karena ideologinya pengusiran, perampasan, pembantaian, dan rasis. Anggurin semua komen pro-Isra3L biar komen mereka tenggelam. Like & reply komen yang cocok di hati. Jangan pakai istilah negara israhell, karena kita harus menolak mereka sebagai negara karena sejatinya mereka adalah koloni penjajah (settlers colonial state) yang sudah dibiarkan dunia (dengan kawalan negara adidaya) untuk mengambil rumah dan tanah warga Palestin4. Penjajah nomor satu, pembunuh nomor satu abad ini.
Lalu, lawan dominasi ekonomi dengan boikot brand dan block influencer yang mendukung Isra3L secara ekonomi maupun moril. Suarakan kebenaran terus menerus sampai dukungan hak warga Palestin4 dan kecaman pada pemerintah kolonial Isra3L menjadi mainstream. Kita mau semua manusia di dunia diakui sama dan punya hak yang sama, juga warga Palestin4 diakui setara (tidak seperti hari ini dimana pemerintah penjajah Israle menanggap warga Palestin4 hewan. Terlaknat mereka!)
Jika ada kesempatan, berkumpul dan ikutlah turun ke jalan. Buat perjuangan Palestina dan kejahatan perang Isra3L ini obrolan keluarga dan lingkar pertemanan kita. Jika busukny mereka sudah diakui jutaan orang, Isra3L dan teman-teman gentar dan mungkin akan meninggalkan perdana menteri IsraëL terpojok. Buat semua kanal media/tokoh yang mendukung Isra3L malu karena argumen invasi dan pengeboman mereka tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan HAM.
Akhirnya, Isra3L akan capek dan habis tenaga jika kita potong aliran dana dan sokongan pada mereka, seperti Rusia akhirnya tarik mundur karena melanjutkan invasi terlalu mahal.
Your boycott is important. Your voice to push politicians to cut ties with IsraëL is important.
We will win this together.
*
Ditulis oleh Bening, seorang anak pedagang kain di kios berdebu di pasar penampungan di Pekanbaru, dia baru saja mengedukasi dirinya lewat media alternatif dan akun Instagram wartawan lapangan di Gaza.
91 notes · View notes
yasmijn · 3 months
Text
Terjun bebas (1)
Di umurnya yang hampir 24 tahun, hampir semua keputusan yang Isla ambil didasarkan pada metriks pengambilan keputusan yang rinci dan tegas. Tak terkecuali tentang cinta. Menurutnya, tidak ada sumber daya yang boleh terbuang percuma, termasuk waktu yang akan dihabiskan dalam membangun sebuah hubungan. Jika hubungan itu tidak bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius, maka tidak ada faedahnya untuk dimulai.
Isla punya serenceng syarat. The bare minimum, kalau kata orang. Terlalu ribet, nanti susah nyarinya - itu kata orang lainnya. Practising muslim, nomor satu. Bisa nyambung dan seru kalau diajak ngobrol, nomor dua. Nomor tiga dan seterusnya akan dijawab Isla sesuai mood. Cuma semuanya bisa dirangkum dengan satu kata: sekufu. Isla memutar bola matanya. Cari kandidat yang memenuhi syarat pertama saja susah setengah mati - ternyata kata muslim tidak selalu hadir berdampingan dengan kata 'practising'. Sudah susah-susah ia mencari beasiswa ke luar negeri, berangan bisa cinlok dengan sesama pelajar Indonesia sambil mengejar gelar tambahan - nyatanya ketika sampai di lokasi, demografi suplai dan permintaan saja tidak cocok.
Yasudahlah. Toh ternyata kuliah yang sistemnya kuartalan ini memang tidak memberinya banyak ruang untuk sibuk cari jodoh. Pilihannya cuma dua: lulus tahun pertama atau pulang karena visa tak diperpanjang.
Sampai akhirnya Isla bertemu dengan Johan. Waktu pertama kali berkenalan sambil lalu di perpustakaan, Isla sudah mencoretnya dari shortlist kandidat percintaan. Johan, paling nama panjangnya Johannes. Pasti bukan muslim. Isla menatap sepasang mata sipit Johan dan menghela nafas dalam hati. Bentengnya dobel-dobel.
Lalu tiba-tiba ada ajakan roadtrip ke Selatan Perancis menjelang liburan musim panas. Hanya ada satu slot yang ditawarkan oleh Dana, dan Isla yang tak punya rencana dengan semangat langsung mengajukan diri untuk bergabung. Dua hari sebelum keberangkatan, Isla baru sadar bahwa grup ini adalah grup yang aneh - Dana si cowo Batak, ibunya Dana, dirinya, dan Johan. Isla sendiri baru pernah ngobrol 1-2 kali dengan Dana karena mereka satu apartemen beda lantai, dan Johan yang baru berkenalan tak lebih dari seminggu. Lebih-lebih lagi ketika Isla tersadar bahwa agenda utama mereka roadtrip adalah untuk ziarah Katolik ke Lourdes.
Begitu sampai di lokasi, Isla baru tahu bahwa Johan - meskipun sama-sama Katolik seperti Dana - terlihat sangat antipati dengan ritual dan agama secara umum. Ajakan misa dari Dana dan ibunya ia tolak dengan wajah tidak enak. Isla yang awalnya penasaran ingin hadir ke misa sebagai pengamat, akhirnya menghabiskan waktu satu jam lebih berkeliling kompleks suci sambil mendengarkan Johan berbicara.
Menurutnya, agama itu tidak penting. Ritual itu tak ada artinya. Petinggi-petinggi agama banyak yang busuk dan hanya ingin memperkaya dirinya sendiri. Isla manggut-manggut, teringat film Spotlight yang dulu ia tonton di bioskop. Sambil bertanya-tanya dalam hati, apa saja sih yang dia alami sampai bisa memandang agama seperti itu?
Matahari siang itu berkilau keemasan, dan tiba-tiba Isla merasa bahwa Johan di hadapannya, yang tiba-tiba ikut berpendar terkena sinar matahari, adalah salah satu manusia paling menarik dan penuh tanda tanya yang pernah ia temui. Yang jelas, semua pemikiran Johan tentang agama, pilar nomor 1 penyokong kehidupan, bertolak 180 derajat dengan miliknya. Dan Isla ingin tahu pendapat Johan mengenai beragam topik lainnya. Antitesis dari pemikirannya.
Sepanjang jalan pulang di mobil kembali ke Belanda, Isla tak henti berpikir. Menimbang-nimbang. Dan memutuskan. Bahwa untuk kali ini, ia ingin mencoba dengan seseorang tanpa banyak tanya, tanpa banyak syarat, dan tanpa banyak pikir.
8 notes · View notes
ummumukhbita · 2 years
Text
Random Talk: Tak Ingin Capek Hati
Lagi berada di fase belum bisa banyak bicara saat ada pertanyaan bertubi terkait,”Sudah punya calon?” atau ,”Apa bisa masukin proposal ta’aruf?” dan pertanyaan senada lainnya yang bermakna sama. Ternyata nggak semudah itu berada di fase ini. Bukan main beratnya untuk sekadar jawab. Lebih tepatnya, tidak ingin membuka ruang ke sembarang orang. Dan mungkin memang Allah belum kasih jalan ke sana untuk saat ini.
Tapi semakin ke sini, entah kenapa rasanya semakin risih dengan kesendirian ini. Bukan risih karena kesepian. Melainkan merasa was-was dan tidak aman. Sebab dengan usia yang memang sudah bisa dikatakan cukup untuk menikah, yang datang untuk menggoda juga datang tanpa jeda. Adaaaa saja ujiannya.
Takut. Cemas. Dan segala perasaan tidak menentu seringkali hadir. Tapi memang hingga saat ini, belum ada yang klik. Dan nasihat yang masuk pun terus berujar, “Jangan terburu-buru. Karena yang dicari bukan teman untuk sehari sehidup. Tapi sekali seumur hidup.”
Maka ya Allah.. maafkan aku. Kalau sampai saat ini permintaan terkait ta’aruf dari beberapa orang belum berani untuk kuberi jalan. Bukan tidak mau. Bukan menolak. Tapi haya ingin lebih selektif. Dan tidak ingin bermain-main dengan urusan hati.
Dan merasa banyak belajar juga dari kisah orang lain. Ada satu nasihat yang saat ini kupegang teguh.
“Mempersilahkan siapa saja untuk maju tanpa filter yang jelas itu bikin capek hati.” - Mbak Chida
Jadi, untuk saat ini lebih baik memfilter dari awal. Istikharahnya bahkan dari sebelum proses dimulai. Sekiranya tidak masuk kategori, lebih baik tidak usah diberi ruang untuk membuka diri.
Meski begitu, selalu ingat nasihat dari mamak:
“Kalau ga sreg, jangan jutek. Kalau ga mau, bilangnya baik-baik. Jangan sakiti. Karena kita tidak pernah tahu takdir Allah kedepannya. Dan Allah maha membolak-balikkan hati.”
Kalau ditanya apakah sudah siap? Sebenarnya dalam hal apapun kita tidak ada yang benar-benar siap. Ada saja keraguan. Merasa belum pantas dan sederet tapi-tapi yang lain. Hanya saja memang sedang dalam proses memantaskan. Jika memang bisa disegerakan dan sudah bertemu yang pas, tentu akan lebih baik kesendirian ini sesegera mungkin dapat diakhiri.
Karena sekarang benar-benar baru terasa bahwa ujian seorang akhwat yang masih sendiri itu luar biasa. Nyuci wadah bekal makan di pantry kantor saja menimbulkan komentar, “Masya Allah ukhti.. yang seperti ini yang saya cari.”
Kan risih :( —akutu cuma nyuci wadah bekal aja lho. Apanya yang istimewa? biasa aja kaliiik.
Tapi ya itu. Perempuan kan memang sumber fitnah terbesar bagi laki-laki. Mau setertutup apapun. Mau semenjaga apapun. Tetap akan selalu ada celah untuk menimbukan godaan.
Tapi hikmahnya, doaku jadi makin panjang saat ini..
Ya Allah..
Hamba memang jauh dari kata baik. Tapi berharap bisa mendapatkan yang terbaik agar bisa terus membimbing takwa kepada-Mu dengan cara terbaik. Karena hamba tahu lemahnya diri ini. Tahu betul kurangnya diri ini. Semoga bisa dipertemukan dengan yang mampu melengkapi.
Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu. Yaa Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya, Allah. Jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tak berpaling dari hati-Mu.
Ya Allah. Jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindukan syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhir-Mu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
Ya, Allah. Jika kau halalkan aku merindukan kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga aku melupakan cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Diadopsi dari doa Syaikh Sayyid Quthb
Semoga lekas Allah beri jalan terbaik. Semoga segera Allah hadirkan orang yang pas di hati dan bisa bertemu dengan proses yang Allah ridhoi. Dengan proses yang dimudahkan dan Allah berkahi. Dan semoga tidak bikin capek hati. Semoga bisa menjaga sampai Allah izinkan bersama dalam ikatan yang sah. Semoga bisa bersabar dan tidak gegabah. Aamiin Allahumma aamiin.
Tumblr media Tumblr media
Palembang, 22 Okt 2022 | 03.39 || (yang) Tidak Ingin Capek Hati
236 notes · View notes
nurazisramadhan · 6 months
Text
Saling Mendoakan, Raih Keberkahan
Tumblr media
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, ‘Dan bagimu juga kebaikan yang sama.’” (HR. Muslim)
Di bulan yang penuh berkah ini, memanfaatkan peluang untuk meraih kebaikan sebanyak-banyaknya merupakan suatu niscaya. Maka, sebenarnya ada begitu banyak sekali peluang kebaikan yang ada namun jarang kita amalkan.
Salah satu amal yang sebenarnya mudah dilaksanakan yaitu mendoakan orang lain; mendoakan kedua orang tua kita, mendoakan guru-guru kita, mendoakan saudara-saudara kita, dan berbagai orang yang kita ingin doakan.
Tentu, substansi do'a yang dibawakan haruslah sesuatu yang mengandung kebaikan untuk yang didoakan. Serta diiringi dengan keikhlasan serta ketulusan.
Jika berbicara tentang saling mendo'akan, ada dua momen yang teringat jelas di ingatanku.
Yang pertama, pelajaran tentang mendo'akan adalah pelajaran pertama dari pendiri kelas tentang pengembangan diri yang kuikuti beberapa tahun lalu.
"Halo semua, untuk mengawali awal tahun yang baik ini, yuk mari kita do'akan para pekerja, pedagang serta siapa punorang-orang yang kita temui sepanjang perjalanan." Pesan pendiri kelas tersebut di grup yang baru saja kami ikuti.
Lantas, aku yang sebelumnya jarang sekali mendo'akan orang lain pun berusaha untuk mengamalkan hal tersebut hingga hari ini.
Yang kedua, pelajaran tentang saling mendo'akan kudapatkan dari sebuah lingkaran pertemananku, yang sering disebut iping fimily. Bahwa, ikatan pertemanan tersebut kami dapatkan dari kebersamaan mengikuti aktivitas komunitas dan kelas. Namun, tersebab ikatan do'a lingkarannya terasa lebih istimewa. Sebab, pada lingkup tersebut akan selalu saling mengabari tatkala safar dan kondisi hujan untuk saling menitipkan do'a.
Kemudian yang juga membekas adalah tatkala diberikan rezeki untuk saling bertemu akhir tahun lalu. Pertemuannya diisi dengan pembicaraan yang begitu positif dan diakhiri dengan hal baik pula. Sebab, di akhir pertemuan masing-masing dari kami secara bergiliran menyebutkan berbagai do'a terbaik yang langsung diamini oleh yang lainnya.
Momen tersebut menjadi sesuatu yang heartwarming bagiku, karena merupakan pengalaman pertama untuk mendo'akan di lingkup pertemanan.
Semoga Allah selalu berikan kita kemudahan untuk saling mendoakan dalam kebaikan
Semoga Allah selalu jaga dan berkahi kita beserta keluarga dan orang-orang terdekat kita.
Sumber: https://muslim.or.id
10 notes · View notes
kamilapermata · 3 months
Text
Peran Perempuan & Laki-laki
Dari kecil aku bercita-cita jadi dokter atau dosen, supaya bisa kerja tapi tetap punya waktu banyak dengan anak. Walaupun akhirnya tidak jadi dokter atau dosen, Alhamdulillah Allah kabulkan dengan jalan lain, yaitu dapat kesempatan kerja WFH selama 3 tahun ini. Tapi yang namanya kerja, walaupun WFH tetep ya the struggle is reaal. Kadang cinta banget dengan kerjaan yang memang banyak hitung menghitung dan olah data, hal yang memang aku suka. Happy juga punya teman-teman yang baik. Tapi kadang benci juga kalau sudah di-push, disuruh pusing & mikir sendiri, atau harus menghadapi drama/politik kantor yang menyebalkan heu heu.
Dari pengalaman bekerja selama 5 tahun ini, aku merasa kalau Islam itu agama yang sangat adil dan memuliakan wanita. Hamil, menyusui, dan mengurus anak itu sudah jadi tanggung jawab yang berat. Apalagi kalau ditambah harus mencari nafkah. Maka Allah bebankan kewajiban mencari nafkah itu pada suami. Kalau tidak memberi nafkah yang ma'ruf, suami berdosa (kecuali kalau ada udzur syar'i).
Sementara itu wanita tidak wajib mencari nafkah, bahkan sunah pun tidak. Sebelum menikah, Ayah menanggung nafkah anak perempuannya. Setelah menikah, tanggung jawab beralih ke suami. Jika suami & ayah tidak ada, beralih ke wali terdekat seperti paman atau saudara laki-laki.
Tapi bukan berarti wanita jadi diam saja & leha-leha. Wanita harus aktif beramal soleh dan memberikan manfaat. Satu nasihat dari Teh Karina Hakman yang sangat enlightening: Wanita bekerja untuk beramal, bukan untuk mencari nafkah. Jika pekerjaannya membuat dia kesulitan dalam mengurus dan mendidik anak, juga tidak punya supporting system yang membantunya dalam mendidik anak dengan baik, maka ia bisa mengganti pekerjaannya dengan jenis amal yang lain. Mungkin yang lebih fleksibel atau yang bisa dikerjakan dari rumah.
Aku memang memilih bekerja karena masih bisa bekerja dari rumah. Pekerjaanya pun tidak terlalu sibuk dan aku juga melakukannya tanpa tuntutan dari siapapun untuk memiliki penghasilan sehingga nothing to loose. Walaupun begitu tetap saja terkadang melelahkan.
Islam dengan sangat adil membagi peran suami dan istri: Suami bertanggung jawab mencari nafkah dan istri bertanggung jawab mengurus & mendidik anak. Tentu suami juga wajib mendidik anak tapi eksekusinya pasti lebih banyak dilakukan oleh istri. Terserah apa kata teori-teori feminisme jaman sekarang, tapi aturan ini datang dari Allah dan Allah lah yang menciptakan kita sehingga tau persis fitrah & kemampuan masing-masing laki-laki dan perempuan. Pembagian peran yang jelas ini pun akan meminimalisir konflik dalam rumah tangga. Tidak ada yang merasa lebih capek dan lebih berkorban. Karena semua punya porsinya masing-masing.
Tapi kita temui ada banyak juga kasus seorang ibu harus kerja keras karena tidak ada peran suami atau wali yang menafkahi. Maka dari itu, jika ibu rumah tangga atau ibu yang bekerja dari rumah minder karena merasa tertinggal atau karirnya tidak cemerlang, sadarlah, Bu, kita ini sesungguhnya diberi priviledge lain yang tak kalah berharga: bisa dengan leluasa membersamai anak penuh waktu tanpa dibebani tuntutan mencari uang :")
Bermain dengan anak itu menyenangkan, memeluk dan mencium anak itu menenangkan, melihat anak berkembang itu mengharukan, dan mengurus anak merupakan ladang amal yang saangat banyak. Betapa baiknya Allah menjadikan hal-hal yang menyenangkan bagi wanita, karena memang sudah fitrahnya, sebagai sumber seorang wanita mengumpulkan amal soleh.
Begitupun dengan laki-laki, betapa baiknya Allah menjadikan hal-hal yang sudah menjadi fitrah laki-laki - memiliki fisik yg lebih kuat, kemampuan logika yang umumya lebih baik dari perempuan, suka melindungi, memimpin, suka berkompetisi - menjadi sumber seorang laki-laki dalam mengumpulkan amal soleh, salah satunya saat mencari nafkah untuk keluarganya.
Semakin mengetahui aturan Islam, rasanya semakin terharu bagaimana Allah membuat aturan seadil-adilnya untuk kebaikan manusia sendiri. Tidak perlu bingung lagi dengan berbagai macam teori baru tentang peran dan kewajiban suami istri, semua sudah Allah atur dengan sebaik-baiknya.
3 notes · View notes
kurasasaja · 5 days
Text
Silva4d : Tanah di Ujung Galaksi
Tumblr media
Bab 1: Panggilan dari Bintang
Langit malam tak lagi asing bagi Kapten Arka. Sudah sepuluh tahun ia memimpin ekspedisi luar angkasa, mengarungi kegelapan abadi yang dipenuhi bintang-bintang jauh. Namun, perjalanan kali ini berbeda. Ia tidak lagi mengejar planet asing untuk kolonisasi atau menambang mineral langka. Kali ini, ia mencari sesuatu yang bahkan teknologi tercanggih Bumi pun tidak bisa jelaskan: sebuah sinyal.
Sinyal itu muncul dari tepi galaksi, dari wilayah yang belum pernah dijelajahi manusia. Sebuah pesan yang tak diketahui asalnya, tetapi sangat jelas. Seperti panggilan personal, satu kata yang berulang-ulang: "Pulangkan."
Arka duduk di ruang komandonya, memandang laju bintang yang melebur jadi garis-garis cahaya saat The Horizon, kapalnya, melesat dalam kecepatan warp. Pikirannya penuh pertanyaan. Siapa yang mengirim pesan itu? Dan mengapa terdengar seperti berasal dari rumah, meski berada di ujung galaksi yang tidak terjangkau?
Di belakangnya, pintu otomatis berderak terbuka, dan Letnan Sari masuk dengan wajah serius.
"Kapten, kita akan memasuki wilayah tak dikenal dalam dua jam," lapor Sari sambil menyerahkan peta holografis ruang angkasa. "Belum ada tanda-tanda bahaya, tapi sebaiknya kita siap-siap."
Arka mengangguk. "Siapkan tim penjelajah. Begitu kita tiba, kita akan menyelidiki sumber sinyal."
Bab 2: Planet Misterius
Setelah dua jam dalam mode waspada, mereka tiba di titik yang dituju. Di depan mereka membentang sebuah planet yang sama sekali tidak tercatat di peta. Warnanya biru kehijauan, atmosfernya tampak tenang, dan dari orbit, mereka bisa melihat hamparan daratan luas yang mengingatkan Arka pada Bumi. Tapi ada sesuatu yang aneh. Terlalu tenang. Tidak ada satelit alami, tidak ada kapal asing, tidak ada aktivitas sama sekali—hanya keheningan.
"Kapten, sinyal semakin kuat," kata Sari, menunjuk layar. "Sumbernya ada di permukaan."
Dengan hati-hati, Arka memimpin tim kecil turun ke planet itu. Begitu mereka mendarat, hal pertama yang mereka rasakan adalah gravitasi yang sama seperti di Bumi. Ini hampir tidak mungkin. Mereka sudah terlalu jauh dari tata surya, jauh dari rumah mereka.
"Kau merasakan itu?" tanya Arka, suaranya hampir seperti bisikan. "Ini seperti… Bumi."
Mereka mulai bergerak menyusuri daratan berbatu, meneliti setiap detil. Sampai akhirnya, mereka tiba di sebuah struktur besar di tengah lembah. Bangunan itu tampak seperti monumen tua, dihiasi ukiran yang asing namun terasa familiar.
"Tuan, Anda perlu melihat ini," kata Sari yang sudah mendekati salah satu ukiran. Dengan jari gemetar, ia menunjuk ke arah simbol di dinding batu. Sebuah lambang yang tak mungkin salah dikenali oleh Arka: lambang peradaban manusia.
"Ini mustahil," gumamnya, jantungnya berdetak kencang. "Bagaimana lambang manusia bisa sampai di sini?"
Bab 3: Peninggalan Masa Depan
Di dalam monumen itu, mereka menemukan lebih dari sekedar simbol. Ruang-ruang dalamnya penuh dengan artefak, catatan, dan bahkan teknologi yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, tetapi semuanya bercampur dengan hal-hal yang sangat dikenal. Ada foto-foto Bumi, peta kuno, bahkan rekaman suara. Tetapi hal yang paling mengejutkan adalah, ketika mereka mencapai pusat monumen, mereka menemukan kapsul kriogenik—masih aktif.
Di dalamnya, seorang pria. Manusia. Dan wajahnya—wajahnya mirip dengan Arka. Hampir seperti melihat ke cermin.
"Ini… aku?" Arka hampir tak bisa berkata-kata.
Kapsul kriogenik itu tiba-tiba menyala, menampilkan hologram pesan. Suara itu—serupa dengan suaranya sendiri—mulai berbicara.
"Jika kau mendengar ini, berarti waktumu telah tiba," kata sosok hologram tersebut. "Aku adalah kau dari masa depan. Aku telah melakukan perjalanan ke ujung galaksi untuk menyelamatkan umat manusia, namun aku terjebak di sini. Sinyal yang kau terima adalah panggilan terakhirku. Kini, kau harus melanjutkan misi ini. Waktu Bumi hampir habis, dan jawabannya ada di sini, di planet ini."
Arka terpaku, pikirannya dipenuhi oleh ribuan pertanyaan yang tak terjawab. Apakah ini nyata? Bagaimana mungkin ia bisa bertemu dirinya sendiri dari masa depan?
"Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Arka pada timnya. "Dan kita harus cepat. Jika ini benar, mungkin Bumi sedang dalam bahaya."
Bab 4: Takdir Sang Penjelajah
Sementara mereka menggali lebih dalam ke misteri planet tersebut, satu hal menjadi jelas: tempat ini bukan hanya planet biasa. Ini adalah persimpangan waktu, di mana berbagai garis masa bertemu. Di sini, Arka dari masa depan terjebak setelah mencoba memperbaiki kesalahan yang belum terjadi di Bumi.
Namun kini, segalanya berada di tangan Arka yang sekarang. Ia harus membuat keputusan besar: kembali ke Bumi dengan informasi ini, atau tinggal di planet ini dan mencari cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri di masa depan.
Saat dia menatap ke langit planet yang misterius, Arka menyadari bahwa takdirnya sebagai penjelajah bukan hanya tentang menemukan dunia baru. Ini tentang menemukan jawaban di luar batas pemahaman manusia. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk seluruh umat manusia.
Dan begitu dia kembali ke kapalnya, ia tahu satu hal: penjelajahannya belum selesai.
Akhir
2 notes · View notes
megadputra · 24 days
Text
Menurut UU Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 39, tertulis bahwa prajurit dilarang terlibat dalam kegiatan politik praktis. Apa itu politik praktis? Masih di UU yang sama, di bagian Penjelasan, tertulis sebagai berikut,
Tumblr media
Yup. Tertulis cukup jelas. Duh, kalo yang pengetahuannya minim kaya saya nih macam mana lah?
Mari mencari sumber lain.
Ada banyak pengertian tentang politik praktis. Salah satunya seperti yang dikutip dari www.hukumonline.com, pengertian dari Prajurit TNI dilarang terlibat dalam politik praktis adalah,
Tumblr media
Lalu, bagaimana jika keputusan politik tersebut justru melanggar undang-undang dan konstitusi yang berlaku? Atau yang paling sederhana dipahami, menguntungkan segelintir pihak dan merugikan sebagian besar rakyat Indonesia? Apa yang harus dilakukan oleh Prajurit TNI?
Jika berpedoman dengan UU Nomor 34 Tahun 2004, tentu yang dilakukan oleh Prajurit TNI adalah tetap mematuhi keputusan presiden. Tidak berkomentar, apalagi menolak.
Opsi lainnya? Ada pernyataan dari Al Araf, Ketua Centra Creative yang dikutip di Kompas sebagai berikut.
Tumblr media
Opsi lainnya adalah tidak diikuti. Namun, untuk menjalankan opsi kedua ini, tentu tidak sembarangan. Opsi ini membutuhkan pemahaman terhadap keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut adalah keputusan yang sesuai dengan undang-undang dan konstitusi, maka laksanakan. Jika keputusan tersebut melanggar undang-undang dan konstitusi? Cek kembali. Apakah benar hal tersebut terjadi? JIka sudah yakin, maka silakan untuk mengambil sikap.
Tentu tidak ada yang mau dirugikan, bukan?
"Sehingga TNI harus berpijak pada kebijakan Negara karena semua yang dilakukan Negara itu adalah untuk kepentingan rakyat" Joko Widodo, 2016
Semoga para pemimpin Indonesia senantiasa diberikan kejernihan berpikir dan ketajaman nurani dalam mengambil setiap keputusan.
2 notes · View notes
gizantara · 1 month
Text
Sense of Urgency and Severity (1)
Kadang dibutuhkan kejujuran brutal untuk ngerti seberapa fatal sesuatu yang telah diperbuat dan seberapa penting hal yang telah disepelekan.
Barangkali ini memang bukan tentang kamu yang "membesar-besarkan masalah" tapi dia yang "menyepelekan hal yang kamu anggap penting".
Karena yang dia sebut "cuma" itu sebenarnya fatal bagi kamu.
Tumblr media
Kupikir selain masalah komunikasi dan kepercayaan, isu sense of urgency and severity ini hampir selalu jadi masalah klasik di setiap hubungan, entah keluarga, pertemanan, pekerjaan, akademik, bahkan pernikahan.
Bahkan jika komunikasi telah dilakukan se-clear mungkin, kalau sense of urgency and severity-nya nggak 'sekufu', ya nggak akan ketemu di tengah. Trennya saat ini, mungkin perempuan terlalu banyak menganggap penting sesuatu, sementara laki-laki terlalu banyak menganggap biasa aja sesuatu. Nggak semua, tapi mostly demikian.
Nah, siapa juga (perempuan) yang tahan disepelekan lama-lama? Nah, siapa juga (laki-laki) yang tahan tindakan biasa ajanya dianggap parah?
Belakangan ini juga aku baru ngerti, bahwa di antara alasan utama seseorang marah adalah karena untuk menunjukkan seberapa fatal tindakan seseorang dan seberapa sering dia menyepelekan hal yang penting. Nah, jadi kebayang kan kenapa perempuan itu cerewet? Karena lebih banyak hal yang dianggap penting. Cek aja di rumah masing-masing, ibu mana yang nggak cerewet. Bapak-bapak mah biasanya santuy aja wkwk.
Tapi hati-hati, kadang ketidaksekufuan sense of urgency and severity ini juga yang bikin orang-orang hilang respect satu sama lain.
Karena baik yang menganggap fatal, menganggap penting, maupun menganggap biasa aja, mereka sudah punya "piece of belief system" yang nempel sejak lama. Belief system itu sendiri kan dimulai dari berpikir, berasumsi, dan menganggap, jadi argumen di kepalanya sudah dibangun sehingga melahirkan tindakan yang berulang menjadi kebiasaan.
Berpikir → Tindakan → Kebiasaan → Karakter (syakilah) → Kenyataan, jalan hidup, path (sabilan) → Takdir
Orang tuh bisa aja tau teori, tapi untuk menginternalisasi jadi satu kebiasaan tuh susahnya ampun-ampunan dan menguji tekad wkwk. Makanya, pernah denger kan kutipan: "jangan berharap kamu bisa mengubah orang dengan menikah"? Menikah untuk mengubah karakter tuh kayaknya terdengar sok-sokan juga deh, wkwk.
Sepede itukah bisa ngubah orang? Bisa sabar nggak kalau ∆ improvementnya ga signifikan setelah bertahun-tahun? Punya sumber daya, kapasitas, dan waktu yang cukup ga buat ngubahnya? Bisa cukup tough nggak untuk nggak ikut keubah/kebawa selama proses mengubah orang?
Tumblr media
Maka jika nanti kita menikah, perhatikan keselarasan value antara kita dan calon pasangan kita mengenai apa yang penting dan apa yang fatal. Bahkan yang sering terjadi, sesimpel "naro handuk sembarangan" juga bisa jadi masalah kalau sense of urgency dan severity-nya nggak setara. Seumur hidup terlalu lama untuk bersama orang yang kepentingannya tidak sama dengan kita.
Pernah baca juga di X, ada cowok yang menjadikan "standar kerapiannya" sama atau tidak sebagai kriteria. Karena akan repot kalau yang satu nggak masalahin banget rumah yang berantakan, yang satunya gila beberes. Tapi itu mah preferensi masing-masing, disesuaikan aja dengan kebutuhan diri.
Dan untuk saat ini, di lingkup orang-orang yang kita syukuri keberadaannya, sadari seberapa sering kita mengabaikan hal yang penting serta melakukan hal yang sebenarnya fatal. Coba mulai anggap penting juga hal yang memang penting secara umum (dalam hal ini, self awareness juga perlu ditingkatkan) misalnya: shalat, kesehatan, manajemen waktu, integritas, amanah, batasan, dsb.
Dan coba deh mulai ngeh juga, hal-hal fatal yang masih dilakukan tanpa sadar, misalnya: menunda sholat, menyepelekan amanah, datang terlambat, bermudah-mudahan dengan non-mahram, dsb.
Tumblr media
Standar penting dan fatal itu sebenarnya dari mana? Rujukan utama jelas Al-Qur'an, sunnah, dan hadis. Sisanya ada di etika, norma, moral, lingkungan sosial, dsb. Panjang kalo dibahas lebih lanjut tapi pakem/kata kuncinya adalah: relevansi dengan tujuan. Dan tujuan hidup (visi-misi) setiap orang beda-beda.
Fatal kalau kita melakukan hal yang kontraproduktif dengan tujuan. Penting untuk mencari apa aja hal yang perlu dibiasakan karena memang relevan dengan tujuan. Jadi ada kemasuk-akalan dari "memilih orang yang tujuan hidup/visi-misinya sama" yaitu untuk meminimalisir ketidaksekufuan sense of urgency and severity.
Dan bagi seorang muslim, kebutuhan selamat harus selalu ada di puncak prioritas dari semua concern dalam hidupnya. Cek aja doa para nabi.
Maka perhatikan tindakan kita sebagai makhluk sosial. Pinter-pinter lagi juga iqra terhadap diri sendiri dan lingkungan di luar diri. Harapannya buat diri sendiri adalah agar dimampukan oleh Allah untuk menginternalisasi hal-hal yang penting dan aware lebih dini untuk tidak melakukan hal-hal fatal yang akan mengurangi harga diri di hadapan Allah.
Kalau kata Mas Wisnu Suryaning Adji:
Ada kecerdasan intrapersonal—bentuk kecerdasan utk mengamati, memahami, dan menyimpulkan diri sendiri berikut pemikiran-pemikirannya dengan objektif seperti menilai objek-objek lain di luar dirinya. Alias: kemampuan ngaca. Ternyata, nggak semua orang punya (mencukupi). Jangan-jangan langka.
Semoga akal kita diberikan kemampuan untuk mempertimbangkan sesuatu dan qalbu-nya selalu dipandu oleh Allah dalam setiap decision making. Selamat menginternalisasi hal-hal yang relevan dengan tujuan hidup!
— Giza, ini masih bagian 1 tapi justru bagian 2 udah ditulis duluan dan mengendap di draft
53 notes · View notes
yjhariani · 11 months
Note
kak, dari perspektif lain, emang kuakui ada rasa antipati dari kami. soalnya emang terkesan religious war gitu kan, jadi gabisa kami ikut campur. nah ini dari sisi anak muda. kalo sisi orangtua / elderly, mereka antipati karena 'kalian' kan dalang dari tragedi '98 yang, maaf, membunuh menjarah dan memperkosa. kami masih trauma banget, karena kejadian ini belum 3 dekade yang lalu. fresh banget kan. jadi ada rasa masabodo gitu.
note: untuk temen temen bule yg baca ask ini, orang kulit putih gaboleh ikut campur diskusi ini. karena tidak ada insight/peran dalam. yang ada adu domba
Translation:
In another perspective, I admit that there's antipathy from us because it seems to be a religious war so we can't get involved. That's the perspective of the youth. From the elderly perspective, their antipathy is caused because "you" were the people behind the (excuse me) killing, looting, and raping in the '98 tragedy. We're still traumatised because it's not been 3 decades since it happened. So, there's a feeling of carelessness. Note: For foreigners reading this ask, white people aren't allowed to participate in this discussion because you have no insight or involvement on this and might cause clashes.
Terima kasih banget anon telah meluangkan waktu untuk menyampaikan sudut pandangnya.
Pertama, ini udah bukan dan emang sebenarnya ini gak pernah jadi perang agama atau perang politik meskipun dari dulu kita diajarinnya demikian. Aku ngerti banget itu alasan kenapa teman-teman non-Muslim gak pernah ikut campur.
Kericuhan tahun 98 adalah tragedi yang sangat menyakitkan. Sayangnya, sampai sekarang rasisme dan diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia masih ditemukan di mana-mana karena alih-alih tragedi tersebut dijadikan pembelajaran supaya kita jadi lebih baik, tragedi tersebut hanya dijadikan suatu bab yang ada di buku sejarah yang seringkali diabaikan orang-orang. (Mind you, sebelumnya ada tragedi serupa: Geger Pacinan yang dilakukan oleh penjajah Belanda yang mungkin jadi sumber mengakarnya rasisme dan diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia, punten, saya bukan ahli sejarah atau sosiolog).
Entah berapa kali aku harus gigit lidah setiap kali teman-teman dan keluarga Muslim menjelekkan teman-teman dan keluarga non-Muslim dan/atau Tionghoa-Indonesia. Yang jelas hal ini terjadi lebih sering dibandingkan aku harus tahan lidah karena teman-teman dan keluarga non-Muslim dan/atau Tionghoa-Indonesia melakukan sebaliknya.
Sekarang, dengan seluruh dunia mendukung Palestina, berarti gak ada alasan untuk gak mendukung gerakan kemanusiaan ini, dong? Ini bukan perang, ini straight up genosida.
Meski begitu, aku gak bisa paksa kamu untuk bersuara kalau kamu gak mau karena, kalau boleh jujur, aku jarang banget ngeliat Muslim-Indonesian bersuara untuk hal-hal yang dialami teman-teman non-Muslim. Personally, aku masih harus bilang kalau aku merasa agak kecewa teman-teman dan keluargaku yang non-Muslim gak ngebahas Palestina sedikit pun.
-
Translation:
Thank you, Anon, for taking the time to say your perspective. First, this is not and never been a religious or political war even though that's what we've been taught. I understand that's why non-Muslim friends never got involved. The riot in '98 is a very painful tragedy. Unfortunately, nowadays, racism and discrimination towards Chinese-Indonesian are still around, it's everywhere because instead of making that tragedy a lesson so we become better people, it just became another chapter in our history book that often times people don't care about. (Mind you, there's been a similar tragedy in the past: Geger Pacinan that was done by the Dutch colonial that may have resulted in why racism and discrimination towards Chinese-Indonesian are rooted in the people, excuse me, I'm not an expert). I don't know how many times I have to bite my tongue every time Muslim friends and families say something very horrible on non-Muslim and/or Chinese-Indonesian. Clearly, that happens more often than vice versa. Now, with the whole world in support of Palestine, there's no reason not to speak up about Palestine, right? It' not a way, it's straight up genocide. Even then, I cannot make you speak up if you don't want to because, honestly, I rarely ever see Muslim-Indonesian speak up if something is happening to non-Muslim Indonesians. Personally, I still have to say that I'm still disappointed that my non-Muslim friends and family don't say a word about Palestine.
9 notes · View notes
lejel-labs-global · 10 months
Text
Membangun Bisnis yang Berkembang Besar: Kunci-Kunci Sukses yang Harus Anda Pahami
Tumblr media
Menjalankan bisnis yang berkembang besar adalah impian banyak pengusaha. Namun, untuk mencapai kesuksesan tersebut, diperlukan strategi yang matang dan komitmen yang tinggi. Dalam artikel ini, kita akan membahas kunci-kunci sukses untuk membangun bisnis yang dapat tumbuh besar dan berkelanjutan.
1. Visi dan Misi yang Jelas
Langkah pertama untuk membangun bisnis yang berkembang besar adalah memiliki visi dan misi yang jelas. Tentukan dengan tepat tujuan jangka panjang dan nilai inti perusahaan Anda. Visi yang kuat akan menjadi panduan Anda dalam membuat keputusan strategis dan merencanakan pertumbuhan bisnis.
2. Inovasi dan Adaptasi
Dalam dunia bisnis yang cepat berubah, kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi sangat penting. Perhatikan tren industri, teknologi terkini, dan respons konsumen. Bisnis yang berhasil tumbuh besar selalu siap untuk mengubah model bisnis mereka sesuai dengan perubahan lingkungan.
3. Manajemen Keuangan yang Bijaksana
Manajemen keuangan yang baik adalah kunci untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Atur anggaran dengan hati-hati, hindari utang yang tidak perlu, dan alokasikan sumber daya secara efisien. Dengan menjaga kestabilan keuangan, Anda dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang pertumbuhan.
4. Pemilihan Tim yang Kompeten dan Berkomitmen
Bisnis yang berkembang besar memerlukan tim yang kuat, kompeten, dan berkomitmen. Pemilihan, pelatihan, dan retensi karyawan yang berkualitas tinggi merupakan faktor kunci dalam membangun budaya perusahaan yang mendukung pertumbuhan.
5. Fokus pada Pelanggan dan Kualitas Produk/ Layanan
Pelanggan adalah aset terbesar bisnis Anda. Pertahankan fokus pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Berikan produk atau layanan berkualitas tinggi, dan terus tingkatkan berdasarkan umpan balik pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah kunci untuk membangun reputasi yang baik dan pertumbuhan organik.
6. Ekspansi Pintar dan Strategis
Berkembang besar bukan berarti melibas tanpa arah. Ekspansi harus direncanakan dengan cermat dan sesuai dengan analisis pasar. Pertimbangkan masuk ke pasar baru, diversifikasi produk, atau kemitraan strategis untuk memperluas cakupan bisnis Anda.
7. Mengelola Risiko dengan Bijak
Setiap bisnis memiliki risiko, tetapi bisnis yang berkembang besar memiliki kemampuan untuk mengelolanya dengan bijaksana. Identifikasi potensi risiko, buat rencana mitigasi, dan tetap fleksibel dalam menghadapi perubahan kondisi bisnis.
Membangun bisnis yang berkembang besar membutuhkan kombinasi strategi yang kokoh, visi yang jelas, dan eksekusi yang efisien. Terus belajar, beradaptasi dengan perubahan, dan tetap konsisten dengan nilai inti perusahaan Anda akan membantu membawa bisnis Anda ke tingkat yang lebih tinggi. Ingatlah bahwa kesuksesan tidak terjadi dalam semalam, tetapi dengan komitmen dan dedikasi, Anda dapat mencapai pertumbuhan besar dalam dunia bisnis.
9 notes · View notes
lejellabsxd2e · 10 months
Text
Melek Investasi untuk Anak Muda: Membangun Masa Depan Keuangan yang Cerah
Tumblr media
Anak muda memiliki masa depan yang cerah di depan mata, dan salah satu kunci untuk memastikan kesuksesan keuangan mereka adalah menjadi melek investasi. Investasi bukanlah kata yang menakutkan atau terlalu kompleks untuk dipahami. Artikel ini akan menjawab pertanyaan mengenai pentingnya melek investasi bagi anak muda dan menjelaskan agaimana memulainya.
Mengapa Investasi Penting?
Investasi adalah langkah yang penting dalam merencanakan keuangan. Ini bukan hanya tentang mengumpulkan uang, tetapi tentang mengalokasikan sumber daya Anda secara bijak untuk mencapai tujuan finansial Anda. 
Beberapa manfaat utama investasi termasuk:
1. Pertumbuhan Kekayaan: Investasi memungkinkan uang Anda tumbuh lebih cepat daripada hanya menabung di rekening bank.
2. Pensiun yang Aman: Dengan berinvestasi, Anda dapat mempersiapkan masa pensiun yang nyaman.
3. Mencapai Tujuan Finansial: Investasi membantu Anda mencapai tujuan jangka panjang, seperti membeli rumah atau pendidikan yang lebih tinggi.
Jenis-jenis Investasi:
1. Saham: Menyertakan kepemilikan dalam perusahaan dan berpotensi memberikan pengembalian tinggi.
2. Obligasi: Surat utang yang dapat memberikan pendapatan tetap.
3. Reksadana: Dikelola oleh profesional dan mencakup berbagai aset.
4. Properti: Investasi dalam real estate, seperti properti sewa atau tanah.
Bagaimana Cara Mengelola Risiko dan Diversifikasi?
Investasi melibatkan risiko, tetapi Anda dapat menguranginya dengan diversifikasi. Diversifikasi adalah penyebaran investasi Anda ke berbagai jenis aset untuk mengurangi risiko. Ingatlah untuk selalu berinvestasi sesuai dengan toleransi risiko Anda.
Apakah Budgeting dan Perencanaan Diperlukan?
Langkah awal menuju investasi yang sukses adalah merencanakan anggaran. Tentukan berapa banyak uang yang dapat Anda alokasikan untuk investasi setiap bulan. Ini akan membantu Anda menghindari hutang dan mencapai tujuan finansial Anda.
Bagaimana dengan Investasi Berkelanjutan?
Investasi bukan tentang sekali lalu selesai. Anda harus berinvestasi secara teratur, bahkan jika itu adalah jumlah kecil. Konsep "dollar cost averaging" memungkinkan Anda untuk membeli lebih banyak aset ketika harga rendah dan kurang saat harga tinggi.
Apa Sumber Daya yang Harus Digunakan?
Untuk memulai, banyak sumber daya online tersedia, seperti platform investasi, aplikasi, dan situs web pendidikan. Manfaatkan alat ini untuk membantu Anda memahami investasi lebih baik. Satu platform investasi yang paling terpercaya adalah Drive to Earn (D2E).
Drive to Earn (D2E) adalah platform berbasis blockchain untuk cara baru menghasilkan uang dengan mengemudi. Tujuannya adalah memungkinkan semua pengemudi kendaraan dan sepeda motor untuk berpartisipasi dalam semua bentuk transportasi, mulai dari pengiriman hingga logistik yang kompleks, dan mendapatkan imbalan yang sesuai. Wadah ini dapat digunakan secara bersamaan dengan aplikasi layanan pengiriman yang ada, dan dengan tujuan untuk bersaing dengan aplikasi tersebut sekaligus membuka peluang baru.
Tumblr media
D2E Menggunakan Koin Apa? Apakah Aman?
Drive to Earn (D2E) menggunakan Token ECR-20 dengan fitur keamanan sistem Layer2 yang didukung Polygon untuk meningkatkan keamanan dan menjaga keamanan aset investor. Sistem Layer2 menggunakan teknologi blockchain terdesentralisasi dan teknik kriptografi jaringan Polygon untuk mencegah ancaman keamanan yang terkait dengan transaksi token. Ini memastikan keamanan token dan melindungi aset pengguna dengan melakukan prosedur pengujian dan audit untuk memvalidasi kode kontrak pintar dan mencegah kesalahan.
Kesimpulannya adalah jangan menggunakan platform investasi yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Kita harus meneliti terlebih dahulu platform yang akan kita gunakan, untuk meminimalisir kerugian. Gunakan Drive to Earn (D2E) untuk mendapatkan keuntungan yang luar biasa dan pikirkan untuk menjadi sukses di usia muda ataupun tua. Sukses tidak mengenal waktu! 
8 notes · View notes
bluevalleyproject · 1 year
Text
Mitologi Blue Valley: Malaikat, Berkah, Bencana, dan Segala Rahasianya
Tumblr media
Blue Valley (Yunani Kuno: Μπλου Βάλεϊ, Latin: Blou Valì) merupakan sebuah tempat yang tidak diketahui pasti keberadaanya. Eksistensi kota ini layaknya sebuah mitos--hanya diketahui dari cerita orang-orang yang pernah mengunjunginya serta mereka yang yakin dengan kebenaran cerita tersebut.
Keberadaan Blue Valley dikaitkan erat dengan legenda kuno tentang siklus jatuhnya empat malaikat ke bumi.
Berdasarkan sumber catatan sejarah dan cerita turun-temurun, keberadaan Blue Valley baru dapat diketahui pasti ketika portalnya terbuka. Dalam dokumen itu, diceritakan portal hanya akan terbuka saat malaikat terakhir (malaikat keempat) di tiap siklusnya akan jatuh.
MALAIKAT, SIKLUS, DAN PORTAL BLUE VALLEY
Tanpa diketahui oleh sebagian besar masyarakat, para malaikat telah jatuh ke bumi sejak awal zaman. Malaikat pertama yang jatuh adalah Lucifer Morningstar, yang jatuhnya dirayakan dan dibenci sebagai benih kemajuan dan peradaban umat manusia.
Lalu, setiap kali malaikat jatuh, jasadnya akan menjadi satu dengan udara dan memberkati umat manusia dengan dua hal: berkah dan bencana pada hal tertentu.
Para peneliti mengungkap bahwa malaikat-malaikat jatuh dalam satuan siklus, di tiap siklusnya dipastikan ada empat malaikat yang jatuh. Banyak bukti yang memperkuat hasil penelitian. Bahkan salah satunya berisi dokumentasi terbukanya portal Blue Valley setiap kali malaikat keempat (malakat terakhir di tiap siklus) akan jatuh.
Bukti lain juga menunjukan bahwa keberadaan portal itu berlangsung dalam waktu singkat, namun tak ada yang mengetahui waktu persisnya.
Satu hal yang pasti, setelah malaikat terakhir jatuh, sebuah era baru dimulai, menandai awal dari siklus yang baru juga.
SIKLUS TERBARU JATUHNYA MALAIKAT*
*) berdasarkan klaim menurut pengunjung Blue Valley
Malaikat Pertama (membawa kemajuan di bidang politik dan permasalahan perang) Berkah: The Treaty of Versailles, 1919 Bencana: World War 2, 1933-1945
Malaikat Kedua (membawa kemajuan di bidang kesejahteraan dan permasalahan inflasi) Berkah: Invention of Credit Card, 1950 Bencana: Housing Market Bubble, 2008
Malaikat Ketiga (membawa kemajuan di bidang teknologi dan permasalahan algoritma) Berkah: The World Wide Web Boom, 1994 Bencana: Hegemony of Algorithms, 2010-now
Malaikat Keempat (?) Masih belum ada titik terang, namun spekulasi mengatakan bahwa jatuhnya malaikat terakhir erat kaitannya dengan ALAM, BENCANA LINGKUNGAN dan PERUBAHAN IKLIM.
APAKAH BLUE VALLEY HANYA MITOS? ADA APA DI DALAMNYA?
Hingga saat ini tidak ada yang tahu keberadaan Blue Valley. Tak heran kota ini sering dianggap mitos belaka yang diciptakan untuk menggambarkan fenomena perkembangan peradaban manusia beserta pelajaran yang bisa dipetik.
Meskipun demikian, ada banyak kesaksian yang mengklaim telah mengunjungi Blue Valley. Mereka mengatakan bahwa di kota itu waktu dan ruang berjalan dengan aneh dan berbeda. Tempat ini juga menyimpan banyak rahasia dan aturan yang agak sulit untuk dipahami.
Salah satu hal aneh adalah larangan melakukan eye contact dengan Bayangan (arwah-arwah malaikat yang menirukan penduduk desa). Setiap kali malaikat jatuh ke bumi, jasad mereka akan menyatu dengan udara, lalu menyebarkan berkah dan bencana. Sedangkan arwah mereka akan tinggal di Blue Valley. Jika eye contact terjadi, baik sengaja atau tidak, hal tersebut dapat menyebabkan kegilaan juga malapetaka.
Arwah para malaikat ini tinggal berdampingan dengan penduduk desa, mengambil wujud orang-orang yang tinggal di sana, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka sering menyebabkan masalah dan kekacauan dengan niat yang tidak jelas. Tidak ada yang tahu dengan pasti.
Aturan lain adalah warga kota dan pengunjung tidak diizinkan menggunakan baju dengan gambar (grafis), karena hal ini akan menarik Bayangan untuk datang dan mengganggu mereka, tidak ada yang tahu mengapa.
Cerita mengenai Blue Valley memiliki banyak versi, dan banyak yang berbeda. Tetapi satu hal yang selalu disebutkan oleh para saksi mata adalah keberadaan jam besar yang mengeluarkan bunyi gemuruh keras, menandakan terjadinya suatu peristiwa aneh di sana.
18 notes · View notes
acupofdisaster · 5 months
Text
Post-Ramadan Blues: Feeling it all without numbing it out
I have so much to sort out in this tiny little head; I have my laundry to take care of, that 9-5 routine you try to put your best version in, oh I need to socialise, don’t forget to reach out to your overseas friends too, I have family that I have been longing to see, I have an exam in 3 days after Eid, 24 hours a day is not enough, I still need to cook for an open house, oh wait…..I do have to eat because no one going to take care of this tiny little girl if she gets sick, what about maintaining all the good habits that she has been built the past month, oh that house course she needs to do, I could not remember when was the last time I wash my shoes, I think I feel homesick and about to throw up, but hey I do have a long list of things I need to do before feeling this emotion otherwise I will be screwed.
And those constant worries keep going on.
And that is, life is about juggling between things, so you can look back and say, “Wow, look at you, you are an emotionally stable grown woman with hips and things to take care of and you smashed them out without being borderline crazy.”
Oh, that is the beauty of playing solitaire; no one sees when you lose. when you get twisted.
=============================
Ia lari dari satu to-do-list ke to-do-list lainnya, berputar tiada henti, mencari keseimbangan, menentukan tempo untuk kestabilitas yang ia jaga. Sampai akhirnya ia menemukan dirinya terduduk merenung, meraba, menganalisa, ia tak baik-baik saja.
Ramadan dan keseharian yang ia ciptakan merupakan ladang amal yang ia syukuri, atau mungkin ladang distraksi? Tentang bagaimana ia lari tertatih-tatih dari emosi yang ia tolak cerna setengah mati. Ia takut hal ini menghambatnya menapaki bulan penuh berkah ini, padahal tidak jelas pula apa yang mengharuskanya tertatih? Sampai akhirnya tiba di hari kelima pasca hari kemenangan, ketika semuanya mendadak melambat dan ia akhirnya punya waktu mencerna segala emosi yang tengah berbaris minta ditelaah satu-satu. Ia kira ini emosi biasa, semakin dibedah, rupanya pilar kestabilitas yang ia bangun tiga tahun kemarin mulai goyang satu persatu.
Kenyataan paling pahit dari menjadi temporary resident adalah menerima kenyataan bahwa hubungan yang ia bangun harus selalu ada kadaluarsanya. Tidak peduli betapa langka koneksi yang ia ciptakan dengan orang-orang di sekitarnya, masa tenggat ini diam-diam menghantui; bahwa cepat atau lambat ia akan meninggalkan atau ditinggalkan. Kali ini, jelas bahwa ialah yang akan ditinggalkan, dan tidak peduli betapa hal ini sudah ia persiapkan, sudah ia catat tanggalnya, ia tetap kesulitan melangkah dan menerima. Setiap hari, rasanya seperti menghitung mundur seraya berharap nanti akhirnya ia akan baik-baik saja, atau mungkin ada gantinya? Tapi koneksi dengan manusia se-personalised itu, mana mungkin digantikan begitu saja?
Atau tentang emosi yang menyelimuti ketika melihat teman perantauan yang ia punya akan menempuh hidup baru yang “permanent” di kota yang tadinya kalian kira hanya “temporer”, yang sering kali kalian kutuk karena membuat kalian susah payah menata hidup. Perasaan abstrak yang hadir ketika sadar bahwa orang nomor satu yang menyahuti perasaan “kangen rumah”mu akan membangun rumah tangganya di sini, di kota yang kalian kutuk berkali-kali jika terpuruk.
Ada pula emosi yang sulit ia cerna karena tadinya ia bisa melihat dirinya menekuni bidang ini dalam periode waktu yang lama, namun rupanya sekarang ia sadar, menginjakkan kaki ke tempat ini jadi salah satu sumber ketakutan yang ia susah payah hindari. Ia kira ia cukup kuat mengarungi ini, namun tiba-tiba ini bukan sesuatu yang ia nikmati lagi, ia menemukan dirinya mencari pertolongan setiap hari. Minta diberi kekuatan tanpa tapi.
Belum lagi emosi lainnya yang menggebu-gebu; tentang betapa tidak amannya ia belakangan ini di sini. Sudah jadi perempuan dengan segala ketidakamanannya berlalu-lalang sendiri, ditambah agamanya pula yang kadang bisa ditunjuk salah tak terduga. Tentang bagaimanapun ia belajar menekuni ragam budaya dan kebiasaan agar ia bisa mengarungi hidupnya dengan nyaman, bolak-balik adaptasi, itu semua tidak akan pernah cukup, ia akan selalu terlihat sebagai outsider. Dengan pakaiannya, dengan wajahnya, dengan nada bicaranya. Bahkan dengan segala hal inti yang sudah ia bangun; sandang, pangan, papan, pekerjaan, atau usaha-usaha yang membuat 24/7 hidupnya berputar di tempat ini, itu semua tidak cukup. Ia akan selalu merasa tidak aman. Ia membolak-balikan lembar berita, membaca seksama, ada penusukan, dan bagaimanapun ia berusaha, persepsi orang akan selalu mengarah kepada orang-orangnya. Ia ketakutan. Ia berulang kali melempar pertanyaan ke langit, “Apa benar ini rumah? Berapa lama lagi ia bisa bertahan seperti ini, di atas kaki sendiri?”
Atau tentang bagaimana ia menangis di pagi hari karena (lagi-lagi) akses informasi yang berkeliaran tentang bagaimana di belahan dunia sana ada sesuatu yang menyiksa batinnya, lalu menemukan orang lain menganggap hal itu biasa? Lumrah? Melihat sekeliling, dan menemukan dirinya berkabung sendiri. Orang-orang di sekitarnya, dengan segala hak istimewanya, tidak mengvalidasi apapun yang ia lihat di belahan dunia sana. Ia berkali-kali kesusahan menampung frustasinya. Menemukan dirinya pulang ke rumah dengan tangan hampa, berlutut, dan berdoa, kali ini tidak hanya meminta perlindungan untuk dirinya, namun juga untuk sesamanya di belahan dunia sana.
Sesak sekali, menjabarkan satu-satu hal yang minta ditranslasi, agar jiwa ini tenang dan bisa bangkit dengan baik, menekuni kesehariannya lagi. Emosi dan hal-hal yang ia terus kesampingkan di bulan suci, semata-mata karena tidak ada waktu, semata-mata karena takut kekhusyuannya diganggu.
Tangannya turun, kali ini ia tersimpuh luluh, tak mampu menopang tangis yang ia bendung sebulan penuh. Ia sudah berusaha, rupanya mau bagimanapun caranya, ia tetap manusia yang terus berdoa minta dimudahkan jalannya karena ia sendiri gelagapan harus pulang ke mana, harus menetap di mana, menjabarkan definisi rumah entah pakai kamus siapa, lalu berbisik, “Tuhan, lagi-lagi aku tak mampu memilih, maka tolong, pilihkanlah…”
Tidak ada yang bilang padanya bahwa Ramadan mampu membuatnya lari dari emosi.
Ramadan dan kemampuannya untuk mengarahkan ia kepadaNya menemukan distraksi
Ramadan dan tentang penyadaran bahwa lagi-lagi ia hanyalah hambaNya, yang butuh afirmasi.
===================================
Setiap ada yang bertanya hal terbaik apa yang bisa ia terima sebagai manusia, ia akan bilang “certainty, stability and security”. Tiga hal yang terbukti membuat hidupnya tenang, yang membuat ia lebih bisa fokus akan hal lain; yang lebih besar dari dirinya.
Mungkin ini alasan kenapa dia berpikir berulang kali sebelum membuka pintu-pintu yang ditakdirkan untuknya, untuk sekadar bilang “iya”. Dalam diam, ada kestabilitas yang susah payah ia ingin jaga.
3 notes · View notes