Tumgik
#ataunity
aksarahat1 · 2 months
Text
"Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan, demikian kata Pram bukan? Kau adalah anak didik semesta, di dalamnya adalah lembar penuh kejadian yang telah digariskan. Membawakan ribuan pesan pendewasaan yang mungkin belum benar-benar bisa kau pahami sekarang. Ejalah detik yang berganti jam, hari, sampai tahun! Belajar perlahan untuk memahami maksud yang ingin Sang Sutradara sampaikan dalam pesan tersirat ataun tersirat. Baca secara berurutan, walau mungkin pada bab-bab tertentu berisi kejenuhan, kesedihan, kesakitan atau lembar-lembar yang benar-benar ingin kau loncati saja. Bacalah, sehingga dilembar dan bab-bab selanjutnya yang ntah kapan itu kau akan merasakan sepenuhnya euforia kebahagiaan yang semoga kau masih percaya akan datang kemudian. Sekali lagi, berterimakasihlah kawan! Sampai detik ini saya apresiasi caramu menjalaninya." Jelas Tualang tiba-tiba.
0 notes
aburasoba · 5 months
Text
Sesuatu bisa berubah, ya?
Kar, ini sudah bulan Mei. Entah kenapa aku sedang jarang mengetik, dan jarang berisik disini. Padahal isi kepalaku tidak redam begitu saja.
Kini, ada yang ingin aku ceritakan, meski entah kamu membacanya atau tidak, sebab aku yakin bahwa perjalanan mu telah amat jauh, dan rasanya terlalu melelahkan untuk memutar balik hanya untuk membaca ini.
Kar, aku sudah tidak begitu mengagumi awan menawan dan langit yang kadang warnanya biru memesona, ataun ungu, bahkan jingga sewaktu-waktu.
Aku sadar kar, banyak sekali orang-orang di planet ku yang juga mengagumi nya, dan foto tentang langit yang cantik bisa kudapatkan dengan mudah hanya dengan mencarinya di internet.
Semuanya, bebas mencintai hal yang membuat mereka merasa lebih hidup, sama seperti mencintai langit dan awan menawannya. Dan.. sama seperti cinta, perasaan itu akan bergilir entah semakin mengagumi atau semakin memudar begitu saja.
Sekarang perasaan ku tak selepas dulu saat memandang langit Kar, bukan karena langitnya yang berubah biasa saja, dia tetap cantik dan menawan dengan awan tebal atau sesekali tipis seperti kapas. Hanya saja, aku tak lagi menemukan sesuatu yang pernah ku rasakan setiap kali aku melihatnya. Bukan juga karena semakin banyak yang mencintai langit, karena setiap orang akan menemukan kecintaannya masing-masing.
Dengan segala perasaan dan penuh kejujuran, kini aku mencintai dan menemukan kedamaian saat sedang hujan. Aku kini mencintai setiap aroma tanah basah yang menghilangkan segala kepeningan dalam kepala, kemudian aku mencintai setiap suara hujan yang jatuh menerpa segala atap, entah atap rumah bangsawan atau atap rumah inlander seperti aku dan kebanyakan rakyat di negeri ini.
Aku kerap kali mencintai hujan dengan segala yang ia bawa. Dengan angin ributnya, dengan deras air mengucurnya, dengan aroma tanah basah akibat sentuhannya. Aku mencintai hujan, dan terus memiliki keinginan untuk menyatu dengannya kerap kali ia turun.
Aku senang pada apapun bentuknya, gerimis tipis, mengucur lebat, sedikit menetes lalu hilang terbawa angin, aku juga takut pada hujan dalam bentuk badai, dan itu jarang sekali terjadi sehingga aku lebih sering mencintai hujan daripada takut.
Entah pada cerita yang mana, aku mencintai hujan sebab dengannya aku merasa segala beban yang ku rasakan seperti dihapus bersama hilangnya debu-debu jalanan karena tetes demi tetesnya yang terus membasahi tanah.
Rasanya hujan masih menjadi barang mahal dan istimewa sebab teramat jarang wujudnya diabadikan dalam media-media pribadi milik seseorang.
Tapi kar, apakah semua yang sedang kita cintai juga sejalan dengan apa yang sedang kita rasakan?
Entah, sebab dimana bisa ku temukan jawaban pada persoalan sederhana, sesederhana mencintai sesuatu tanpa alasan?
Nambo, 6 Mei '24 | 5:40 pm
0 notes
baliportalnews · 1 year
Text
Bupati Sanjaya Luncurkan ‘SAKTI’, Sanggar Konseling dan Motivasi ASN Berbasis IT
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, TABANAN - Dalam lingkungan kerja yang seringkali penuh tekanan dan tuntutan, penting bagi ASN untuk memiliki dukungan yang memadai untuk mengatasi stres dan masalah pribadi. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten meluncurkan program Sanggar Konseling dan Motivasi ASN Berbasis IT ‘SAKTI’ yang merupakan inisiasi dari Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya. Inovasi ‘SAKTI’ tersebut diluncurkan secara resmi oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE., MM., pada Jumat (7/6/2023), di Gedung Kesenian I Ketut Maria Tabanan yang ditandai dengan pembunyian Okokan. Turut mendampingi, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, Wakil Bupati Tabanan, I Made Edi Wirawan, SE., Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, I Made Dirga diwakili anggotanya dan Sekda Kabupaten Tabanan. Peluncuran secara resmi program yang dapat menyediakan konseling individu dan kelompok serta sesi motivasi untuk membantu ASN mengelola emosi dan meningkatkan kepuasan kerja ini, turut dihadiri oleh jajaran Forkopimda, para Asisten dan Kepala OPD di lingkungan Pemkab Tabanan. Hadir pula Kepala/Perwakilan Instansi Vertikal dan BUMD, para Camat dan staf masing-masing OPD di lingkungan Pemkab Tabanan, serta undangan lainnya. Dalam sambutannya, Bupati Sanjaya sangat menegaskan kepada seluruh ASN di Kabupaten Tabanan agar selalu memiliki semangat Bangga menjadi Orang Tabanan. "Kantor birokrasi kita, kita jadikan rumah kedua kita. Sering juga saya sampaikan, kalau ingin bekerja, kita perlu semangat dan rasakan kita ini berada dimana. Kalau dikantor, jadikanlah kantor itu rumah kita. Walau tidak megah, mewah, besar, jadikan ruang kantor itu sebagai tempat yang mampu menimbulkan suasana yang baik," ujarnya. Maka dari itu, Sanjaya berharap kepada seluruh ASN agar membangun suasana kerja yang baik, senyaman mungkin layaknya seperti di rumah sendiri, sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik. "Kalau suka aquarium, taruh aquarium di kantor. Kalau suka taman, bikin taman-taman yang indah, bukan hanya di OPD, di Rumah Sakit, di Puskesmas, di Sekolah-Sekolah, dimanapun, sehingga kita datang ke kantor merasa kantor itu merupakan bagian dari rumah kita," serunya. Selain itu, Sanjaya juga menekankan agar mengolah mental dengan baik dan lebih produktif dalam bekerja melalui hubungan yang baik dan kerjasama yang baik antar rekan kerja maupun pimpinan. "Ada kawan, ada teman kita, sahabat dan pimpinan kita. Bangun lingkungan kita sebagai saudara, staf, bawahan itu adalah saudara kita. Jangan terlalu jauh baru jadi Kepala Dinas, Sekretaris, jadi Kabid, ataupun memegang jabatan, tidak pernah menyapa ataupun dengar saran bawahan. Jangan demikian," tegasnya. Suasan itulah yang dikatakan Sanjaya sebagai salah satu kunci sukses dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Terlebih dengan adanya program SAKTI ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan mental, produktivitas, dan semangat kerja ASN yang pada akhirnya berdampak positif pada pelayanan publik dan efektivitas organisasi. Yang mana, dalam ‘SAKTI’ menerapkan pendekatan berbasis IT yang menyediakan akses dan dukungan yang lebih luas bagi ASN. Senada dengan Bupati, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya selaku inisiator menambahkan, bahwa program ini lahir sebagai bentuk keprihatinannya dengan kondisi kerja ASN di Tabanan. Dengan pekerjaan yang begitu intens dan selalu dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, sehingga sangat berdampak pada mental dan emosi masing-masing ASN, juga mampu menimbulkan stres bagi para ASN. Oleh Sebab itu ditambahkannya juga, bahwa program SAKTI ini merupakan platform online ataun nantinya aplikasi mobile yang dapat diakses ASN dalam mendapatkan materi konseling dan motivasi, menjadwalkan sesi konseling, atau berpartisipasi dalam kelompok dukungan. Pendekatan ini dapat memperluas jangkauan layanan dan memungkinkan ASN untuk mendapatkan bantuan kapan saja.(bpn) Read the full article
0 notes
tessaviana · 2 years
Text
Dharmawangsa
Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa adalah raja terakhir Kerajaan Medang yang memerintah pada tahun 991–1007 atau 1016.
Asal-Usul
Prasasti Pucangan tahun 1041 dikeluarkan oleh raja bernama Airlangga yang menyebut dirinya sebagai anggota keluarga Dharmawangsa Teguh. Disebutkan pula bahwa Airlangga adalah putra pasangan Mahendradatta dengan Udayana raja Bali.  Adapun Mahendradatta adalah putri Makuthawangsawardhana dari Wangsa Isana. Airlangga sendiri kemudian menjadi menantu Dharmawangsa.
Pada umumnya para sejarawan sepakat menyebut Dharmawangsa sebagai putra Makuthawangsawardhana. Teori ini diperkuat oleh prasasti Sirah Keting yang menyebut Dharmawangsa sebagai anggota Wangsa Isana. Jadi kesimpulannya, Makuthawangsawardhana memiliki dua orang anak, yaitu Mahendradatta dan Dharmawangsa. Mahendradatta menjadi permaisuri di Bali dan melahirkan Airlangga. Sementara itu, Dharmawangsa menggantikan Makuthawangsawardhana sebagai raja Kerajaan Medang. Setelah dewasa, Airlangga diambil sebagai menantu Dharmawangsa untuk mempererat kekeluargaan.
Tercatat 3 prasasti  yang ditemukan, yaitu prasasti Hara-Hara tahun 888 saka (966M), prasasti Kawambang Kulwan 91 saka (992M) dan prasasti lucem tahun 934 saka ( 1012-1013M). prasati Hara-Hara berisi keterangan tentang pemberian tanah sima oleh Pu Mano, yang telah diwarisinya dari nenek moyangnya yang terletak di desa Hara-Hara disebelah selatan perumahannya, kepada Mpungku di susuk pager Mpungku di Nairanjana yang bernama Mpu Budhiwalla untuk digunakan sebagai tempat mendirikan bangunan suci ( kuti). Prasasti Kawamba Kulwan yang dapat diketahui dari prasasti ini ialah bahwa prasasti ini memuat anugerah raja kepada Samgat Kanuhuran pu Burung berupa sima di desa Kawambang Kulwan, agar sang Samgat mendirikan suatu bangunan suci pemujaan dew. Melihat angka tahunnya, prasasti ini berasal dari masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Dan yang ketiga yakni prasasti Lucem , prasasti ini ditulis menggunakan huruf kwadrat besar-besar dan yang dapat diketahui dari prasasti ini ialah peristiwa perbaikan jalan oleh Samgat Lucem pu Ghek (ataun Lok) dan penanaman pohon beringin ole hang Apanji Tepet. Rupanya pohon beringin ini ditanam ditempat permulaan atau akhir jalan yang diprbaiki itu.
Baru dalam dasawarsa terakhir dari abad X M muncul beberapa keteranan sejarah yang berupa kitab Wirataparwwa salinan kedalam bahasa Jawa kuna dari kitab senama dalam bahassa sansekerta. Disini terdapat angka tahun yang mungkin sekali menunjukkan waktu ditulisnya kitab tersebut yaitu tahun 918 Saka (996 M) dan ada juga nama raja yang disebut dan sedang memerintah pada waktu itu yakni Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama. Nama ini tidak disebutkan dalam prasasti pucangan tetapi ada prasasti lain yang menyebut nama tersebut yaitu prasasti raja Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu dari dukuh Sirahketing, desa dedingin (kab. Ponorogo) tahun 1126 Saka (1204M).
Jelas bahwa memang ada raja yang bernama Sri Isana Dharmawangsa Teguh Ananntawikramotunggadewa yang berdasarkan kitab Wirataparwa memerintah dalam dasawarsa terakhir abad X M dan mungkin sampai tahun 1017M. melihat gelarnya yang mengndung unsure isana ia jelas keturunan Pu Sindok secara langsung. Kemungkinan besar ia anak dari Makutawangsawardhana jadi saudara dari Mahendratta Gunapriya Dharmmapatani. Ia menggantikan ayahnya duduk diatas kerajaan Mataram, sedang Mahendradatta kawin dengan Udayana yang ternyata seorang raja dari wangsa Warmmadewa dari Bali.
Dharmawangsa Teguh yang begitu berambisi untuk meluaskan kekuasaannya sampai ke luar pulau Jawa ternyata mengalami keruntuhan ditangan seorang raja bawahannya sendiri. Berita Cina dari Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar ke Cina. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh tentara Cho-po.
Pada musim semi tahun 992 duta San-fo-tsi tersebut mencoba pulang namun kembali tertahan di Campa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song supaya menyatakan bahwa San-fo-tsi berada dalam perlindungan Cina. Utusan Cho-po juga tiba di Cina tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru tersebut diduga kuat adalah Dharmawangsa Teguh. Dengan demikian, dari berita Cina tersebut dapat diketahui kalau pemerintahan Dharmawangsa dimulai sejak tahun 991.
Kerajaan Medang berhasil menguasai Palembang tahun 992, namun pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatra.
Prasasti pucangan baik yang berbahasa Sansekerta maupun yang berbahasa Jawa Kuna memberitakan keruntuhan itu. Yang berbahasa sansekerta menyebutkan bahwa tidak lama dari pernikahan putri Dharmawangsa dengan seorang pangeran Bali yang baru berusia 16 tahun, bernama Airlangga. Di tengah keramaian pesta, tiba-tiba istana diserang pasukan Wurawari dari Lwaram dengan bantuan laskar Sriwijaya. Istana Dharmawangsa yang sudah dibangun dan keindahannya melebihi nistana dewa Indra yang terletak di kota Wwatan hangus terbakar. Dharmawangsa sendiri tewas dalam serangan tersebut, sedangkan Airlangga lolos dari maut. Tiga tahun kemudian Airlangga membangun istana baru di Wwatan Mas dan menjadi raja sebagai penerus takhta mertuanya.
Yang berbahasa Jawa Kuna mengatakan dibagian sambhanda yaitu sebab-sebab mengapa raja Dharmawangsa Airlangga menetapkan desa-desa Barahem Pucangan dan Bapuri menjadi satu untuk tempat pertapaan para resi , hal tersebut sudah dinazarkan oleh baginda sejak pulau jawa mengalami pralaya pada tahun saka 939b(1017 M) yaitu pada waktu haji wura wari menyerang dari Lwaram. Seluruh pulau JAwa tampak menjadi lautan, banyak pembesar yang meninggal yang pertama Sri Maharaja ( Dharmawangsa Teguh) yang kemudian dicandikan di dharma parhyangan di Wwatan bulan caitra tahun 939 Saka.
Dari prasasti Pucangan diketahui adanya perpindahan ibu kota kerajaan. Prasasti Turyan menyebut ibu kota Kerajaan Medang terletak di Tamwlang, dan kemudian pindah ke Watugaluh menurut prasasti Anjukladang. Kedua kota tersebut terletak di daerah Jombang sekarang. Sementara itu kota Wwatan diperkirakan terletak di daerah Madiun, sedangkan Wwatan Mas terletak di dekat Gunung Penanggungan.
Prasasti Pucangan yang keadaannya sudah tua melahirkan dua versi terhadap tahun berdirinya istana Wwatan Mas. Golongan pertama membaca angka tahun berupa kalimat Suryasengkala yaitu Locana agni vadane atau tahun 1010 Masehi, sedangkan golongan kedua membacanya Sasalancana abdi vadane atau tahun 1016. Dengan demikian, versi pertama menyebut kehancuran istana Wwatan atau kematian Dharmawangsa terjadi pada tahun 1007, sedangkan versi kedua menyebut peristiwa Mahapralaya tersebut terjadi tahun 1016.
Jadi bagian yang berbahasa Jawa Kuna lebih banyak memberi keterangan tentang akhir masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh yaiti karena diserang oleh raja bawahan dari wura wari. Karena serangan ini terjadi tidak lama setelah pernikahan Airlangga dengan putrid Teguh. Dapat diperkirakan bahwa ia berambisi untuk mendampingi putrid mahkota menggantikan Teguh diatas tahta kerajaan . namun telah dipilih pangeran dari luar Jawa sekalipun masih kemenakan raja sendiri. Maka untuk melampiaskan kekecewaannya ia melakukakan serangan tiba-tiba atas di Sri Maharaja yang membawahinya itu.
Sumber- sumber Sejarah Pemerintahan Darmawangsa
          Dari sumber – sumber sejarah yang yang ada salah satunya adalah kitab Warata Pura. Kitab ini merupakan salinan kedalam bahasa jawa kuno dari kitab senama dalam bahasa samsekerta. Angka tahun dituliskannya tahun kitab itu yaitu 918 saka ( 916 M ), dandi situ juga disebutkan nama raja  yang memerintah saat itu yakni Sri Darmawngsa Teguh Anantawikrama
            Selain ditemukannya Kitab juga ditemukan sebuah prasasti, yakni adalah prasasti Jayawarsa Dikwijaya Sastra Prabu.dalam kitab itu  Disebutkan bahwa raja Sri Jayawarsa Digwijaya Sastra Prabu menyebutkan bahwa dirinya anak cucu sang Apanji Wijayamertawerdana, yang kemudian bergelar Abiseka sebagai Raja Sri Istana Darmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa.Dan yang terahir sebuah candi Dharma Parhyangan di Wetan, candi ini merupakan candi untuk mengenang kematian Darmawangsa Teguh
Masa pemerintahan Darmawangsa Teguh.
            Darmawangsa Teguh memerintaah dalam dasawarsa terakhir abad 10 M dan mungkin sampai 1017 M. Darmawangsa Teguh menggantikan ayahnya dengan duduk di atas tahta Kerajaan Mataram, sedangkan Mahendradatta kawin dengan Udayana yang ternyata seorang putri raja dari wangsa Warmmadewa di Bali. Jadi pada waktu itu Bali sudah ada di bawah pengaruh jawa, itu terbukti dengan ditemukannya prasasti-prasasti di Bali yang menggunakan bahasa Jawa kuno.
            Hubungan Jawa dan Sriwijaya ( Sumatra ) pada saat itu kurang baik. Menurut LC Damais pada masa pemerintahan Darmawangsa Teguh Jawa pernah menyerbu Sriwijaya untuk menghancurkan hubungan Sriwijaya dan Cina, tetapi serangan dari Darmawangsa Teguh tidak berpengaruh pada kedaulatan Sriwijaya, karena sejak tahun 1003 M datang lagi utusan Sriwijaya ke Cina dan sebaliknya untuk saling memberikan upeti. Hubungan itu berlanjut sampai 1178 M. Pemerintahan Darmawangsa Teguh juga melakukan ekspedisi ke Sumatra. Ini terbukti adanya prasasti batu yaitu bernama Prasasti Hujung Langit ( Bawang ) di daerah Sumatra Selatan tahun 919 Saka ( 997 M ) yang berbahasa Jawa kuno.
            Darmawangsa Teguh meletakkan pusat kerajaannya untuk yang pertama kali adalah di Madiun, kemudian Darmawangsa Teguh memindahkan pusat kerajaannya di daerah Jombang. Setelah itu pindah lagi di daerah Maospati. Perpindahan pusat kerajaan pada masa Darmawangsa Teguh tidak jelas sumber dan penjelasannya.
            Seperti yang dapat dilihat dari prasasti Pucangan Darmawangsa dicandikan di Watan, sekarang masih ada di desa Wotan di daerah kecamatan Maospati. Darmawangsa dalam masa pemerintahaannya menitik beratkan pada pola politik luar negrinya. Ketika Sriwijaya diserang oleh Darmawangsa sekitar tahun 992 yang hasilnya Sriwijaya kalah, akibatnya Sriwijaya mengadakan pembalasan atas serangan itu terhadap Darmawangsa pada tahun 1006 M dibantu oleh raja Wurawari, sehingga mengakibatkan kehancuran kerajaan Darmawangsa atau Pralaya.
0 notes
Note
Kaixo, I'm the anon who's learning Basque in California and might study abroad at EHU. For Halloween my teacher showed us "Ataun of the Dead" and I really liked it! Have you girls seen it? Last year we saw Errementari.
Kaixo anon!
No, we haven't! But we will ^_~
1 note · View note
ionmarkelargazkiak · 3 years
Photo
Tumblr media
1 note · View note
Photo
Tumblr media
#Repost @redletterchaser ・・・ 🥋 High intensity will always be rewarded with great gains. – District Champ Noah Sidabutar . . . 📷 @juliannsidabutarphoto #RedLetterChaser #ShowUsYourLetters #ATAStrong #ATAInternational #ATAWorldWide #ATAUnity #ATANation #ATALegacy #ATAMartialArts #MartialArts #MartialArtist #Taekwondo #TKD #BlackBelt #DistrictChamp #MartialArtsAthlete #Kamas #Intensity #Gains #ChaseYourDreams #BelieveInYourself #Leadership https://www.instagram.com/p/BuHj-BOFSd1/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1sznpmsj315b
0 notes
iparraisback · 5 years
Text
You know...
It’s really fucking stupid but everytime I remember it cracks me up. Everytime.  My brother went on an Erasmus to Sweden. And you know, at the beginning they had events to meet each other and stuff. And a boy from “a town” was asked where he was from. “Where are you from?” “Spain” “Yeah, but where exactly” “... Ataun” “Yeah, but what town” “ATAUN” “What” “It’s name is Ataun” (and it’s pronounced EXACTLY like “A town”)
2 notes · View notes
casadegipuzkoa · 5 years
Photo
Tumblr media
El domingo protagonizamos un 'Donostiarras más allá del túnel de Amara' y nos adentramos hasta nuestros Highlands y muy bien. Llovió por la mañana y estaba todo precioso.
En Ataun visitamos el Museo Barandiaran y el antiguo molino y serrería. Por recomendación de @munduate comimos en Bitor Jatetxea en Downtown Ataun. La merluza rebozada estaba como para ponerse de rodillas que diría Gracenea parafraseando a... eso es otra historia.
0 notes
squirrelwrangler · 3 years
Text
The clearest wedding that Elrond could recall in detail was that of his twin brother, which was only natural. Elros, having chosen his mortal heritage, desired a mortal wedding, but Bortë had insisted on including the elven vow ceremony before the more elaborate tradition of her own people. Fully mortal as her peredhel husband was not, still Bortë had been raised among the Vanyar troops who fought in the War of Wrath, calling the blond soldiers her uncles, and she loved them as dearly as her father and mother. She spoke their version of Quenya as readily as she did the Easterling tongue of the House of Bór to whom her father, Bledda, was a scion. She would honor their customs as well as those due to her through father’s people. The wedding ceremony of the Bór involved dances, cups given as gifts to the families and a separate cup that the married couple drank from, a lengthy speech that Elrond did not remember, and the scattering of loose grain. Elrond had to stand for over an hour of that wedding ceremony to the left of his brother and watch as Elros recited a droning speech and swallowed fermented milk, and later dance with every single one of Bortë’s distant female relatives (nary a single one under the age of thirty) in complicated patterns that Carnambos and Bledda struggled to teach him. Not that the elf nor the doddery Bórian man were masters of old Easterling folk dances - or particularly good instructors - and the crones had patted Elrond pityingly on his head and swore that he had not stepped on their feet and he had not been out of tune and disruptive to the choreography. Some of the dances involved the shoulders more than the feet, but those had also been the dances with exuberant arm movements dangerous when in close quarters and the involvement of alcohol. Elrond did not receive a black eye on his brother’s wedding, but it had been a near miss. Bortë’s great-aunt Ataun had a wickedly sharp elbow.
...
Elrond ran the blessings to Varda and Manwë in his head, his memory alternating between the verse spoken in Quenya by Carnambos, the Vanyar godfather of Bortë, and the Sindarin of Celeborn whom had stood in for Eärendil as the closest male relative on this side of the ocean that the twins had left. Married relative, that was. Gil-galad had also offered, but Celeborn as younger brother of their great-grandfather was the nearest blood relation. Also, unlike Gil-galad, Celeborn was married.
I am not going to derail this fic to write the full event of Elros and Bortë’s wedding I promise (and the political squabbling and how feathers were ruffled among the Hadorim and how Elros and Bortë had to squeeze in as many repeat vows as they could to appease all customs)
12 notes · View notes
kilasjejak · 4 years
Text
Ketika nanti kamu tidak ditaqdirkan dengan apa yang harapkan, entah itu seseorang atau tentang sebuah pencapaian kehidupan (karir atau pendirikan) semoga hatimu lekas sembuh. Jiwamu segera kembali lapang. Kakimu kembali kokoh untuk melangkah. Kepalamu kembali tegap untuk menatap kedepan. Bukankah kamu minta diberikan apa-apa yang terbaik? Baik karir, pasangan, pendidikan ataun pencapaian lainnya. Bukankah kamu minta dipilihkan yang terbaik ?
Bila ternyata taqdir-Nya tak beririsan dengan harapanmu, kamu jangan menyalahkan-Nya. Pandanganmu terlalu pendek, ilmumu terlalu cetek. Maka mintalah untuk dipahamkan oleh-Nya.
Dan inilah yang terbaik dari-Nya. Yakinlah apapun yang kamu alami tak terlepas dari kebaikan kasih sayang-Nya.
55 notes · View notes
archivo-ganchegui · 3 years
Text
UN SITIO PARA PENSAR. Escuelas y prácticas educativas experimentales de arte en el País Vasco, 1957-1979.
Tumblr media
El próximo viernes, 21 de enero, se inaugura en el Museo Artium la primera exposición de su programa anual, que se enmarca en la celebración del XX aniversario de la institución, y cuenta con material procedente de nuestro archivo. 
Comisariada por Sergio Rubira, Mikel Onandia y Rocío Robles Tardío, la muestra reúne una serie de proyectos educativos, desarrollados entre 1957 y 1979, cuyo objetivo era generar espacios de encuentro para la formación y el crecimiento sociopolítico, cultural e intelectual de los ciudadanos en el País Vasco. 
Se trata de un conjunto de propuestas heterogéneas entre las que se encuentran algunas proyectadas por Luis Peña Ganchegui: La Ciudad Universitaria de Zubieta (1968) y las Ikastolas de Ataun (1974) y Oiartzun (1976), la única de las tres propuestas que se vio materializada (+info: https://bit.ly/3rzcvFo).
La exposición arranca en el momento en el que Jorge Oteiza abandona su proceso de experimentación escultórica, para centrarse en la reflexión sobre el papel social y político del artista, y se extiende hasta el año en el que la Escuela de Bellas Artes del País Vasco inicia una nueva etapa como Facultad.
0 notes
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Details in Ataun.
66 notes · View notes
ionmarkelargazkiak · 4 years
Photo
Tumblr media
2 notes · View notes
maekkelae · 4 years
Link
It has been a completely impossible tour. I knew there would be a lot of cancellations, maybe even more than I expected, maybe even most of the shows. I was just hoping for the best. I wouldn’t have thought I’d get to play in all these places and definitely not to be able to make it to my first string of shows in Basque country. One of the things I’ve been looking forward to for a very long time. But. It somehow worked. My friends Eneritz Furyak and her partner Mono did everything to make it happen despite the difficult situation... By sheer chance their friend Aitor who’s hosting the radio programme “Bidasoa Attak!” on Basque radio joined us for a gig in Ataun and invited me for an interview to his show. Had the opportunity to play some songs live on air there. Quite some nice versions I think. You can listen to it here...
0 notes
bagibagiinfo · 4 years
Text
Sengketa Konsumen di Indonesia Bagaimana Menyelesaikannya
 Pernah Anda sadari terkadang barang atau jasa yang kita gunakan tidak sesuai dengan kualitas yang ditawarkan atau melanggar ketentuan yang ada dalam undang-undang perlindungan konsumen, seperti misalnya makanan kadarluasa, barang tidak layak pakai dan lain sebagainya. Dari kerugain yang diderita konsumen, konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian. Lalu, apabila kita mengalami kerugian, apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan ganti kerugian ?
Konsumen harap tenang, karena didalam undang-undang perlindungan konsumen telah menjamin perlindungan konsumen dari berbagai kerugian yang disebabkan oleh penggunaan barang dan/atau jasa tertentu. ?Apabila konsumen merasa dirugikan, konsumen tentu dapat menggugat pelaku usaha melalui penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum, berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 45 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi, atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Lembaga yang menyelesaikan sengketa konsumen diluar pengadilan adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang merupakan badan yang bertugas menanganai dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen diluar pengadilan. BPSK berdasarkan Pasal 52 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, memiliki kewenangan untuk melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. Perlu diingat, bahwa penyelesaian sengketa diluar pengadilan tidak ?menghilangkan tanggung jawab pidana dari pelaku usaha apabila memang terbukti ada unsur tindak pidana didalamnya.
Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. Gugatan atas sengketa konsumen berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat dilakukan oleh, diantaranya sebagai berikut:
Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
Kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;
Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu
berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan
dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya; dan
Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak
Ada 2 proses atau alur yang harus dilalui apabila konsumen ingin menyelesaikan sengketa konsumen dengan pelaku usaha, yaitu:
Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan, yaitu dengan proses membuat pengaduan ataun gugatan atas kerugian yang dilakukan pelaku usaha ke BPSK atau LPKSM. Dari pengaduan tersebut BPSK wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.
Penyelesaian Sengketa Melalui pengadilan, yaitu dengan proses Konsumen yang merasa dirugikan melapor kepada pihak yang berwajib yaitu kepada polisi untuk ditindaklanjuti sebagaimana pada proses penyelesaian sengketa di pengadilan pada umumnya. Penyelesaian melalui jalur ini mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku di Indonesia.
Dari penyelesaian sengketa konsumen tersebut, pelaku usaha yang terbukti bersalah dapat dikenakan sanksi administratif maupun sanksi pidana. Kerugian sebagai konsumen tentu bukan harapan dari setiap orang, hal tersebut dapat direalisasikan dengan menjadikan diri kita konsumen yang cerdas yang mengetahui hak-hak dan kewajiban konsumen atas setiap barang dan/atau jasa yang kita gunakan.(bahasan.id)
from Blogger https://ift.tt/2Ger3XJ via IFTTT
0 notes