Tumgik
#backpack cewek
keranjangku-ning · 8 months
Text
Hmmm kok lumayan menarik yaa? Siapa berani check out?
Temukan: Monocreamy Youbi. Backpack Wanita. Tas Ransel Sekolah Fungsional. Rp 183.000. Sekarang juga di Shopee! ✅⬇️
https://shope.ee/6zv30wUcEc?share_channel_code=2
#backpack #backpackcewek #tasranselwanita #taswanita #taslaptop #ransellaptop #backpackmurah
0 notes
enilestari79 · 6 days
Text
Temukan besar Ransel Multifungsi Backpack tas gendong women cewek tas wanita Oxford cloth shoulder bags import tas fashion tas laptop 14 inch(Tinggi 32 Lebar 21 CM bisa muat ) 1179 seharga Rp94.860. Dapatkan sekarang juga di Shopee! https://s.shopee.co.id/4VK0XhKCaf
1 note · View note
naufal-portofolio · 8 months
Text
Tiba-Tiba Malam oleh Putu Wijaya: Ulasan Buku
2011
Tumblr media
Awalnya, gue membaca novel ini karena penasaran dengan karya-karya Putu Wijaya. Tapi, ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi gue, meski gue cukup bisa menikmati ceritanya. Maaf kata kalau review yang udah gue buat 2011 silam ini tidak bisa mengimbangi karya sastra sekelas Pak Putu. Lagi-lagi gue beralasan karena saat membacanya, gue masih mahasiswa semester... aduh, gue lupa. 2011 itu gue semester berapa, ya? Hehehe. Pertama kali review-nya gue post di note FB gue ( https://www.facebook.com/notes/naufal-rm/novel-of-the-day-tiba-tiba-malam-memperebutkan-kembang-desa-dengan-latar-bali/10150654447069554 ). Pokokonya, inilah review gue...
Novel of The Day: Tiba-tiba Malam, Memperebutkan Kembang Desa dengan Latar Bali
Rabu, 28 Desember 2011
Bali. Ya, Pulau Dewata yang keberadaannya udah terkenal banget sampai ke penjuru dunia. Coba aja tanya bule di luar negeri sana. Tau nggak, sama Bali. Dijamin pada tau, deh. Bahkan, ada lelucon yang menyebutkan, kalau orang luar itu lebih kenal Bali daripada Indonesia. Ironis. Padahal, Bali itu salah satu provinsi di Indonesia. Tapi, mau gimana lagi? Gitu-gitu juga menyumbang devisa negara lumayan besar loh, dari usaha pariwisatanya. So, ada yang udah pernah ke Bali?
Gue belom pernah. Dan, berkeinginan besar pengin banget melancong ke sana. Bali gitu, coy. Pulau eksotis yang sayang banget dilewatin untuk backpacker abal-abal kayak gue. Hahaha. Aamiin aja, deh. Hope someday I can visit there.
Well, dalam review kali ini, gue bakal membedah novel kembali. Sesuai dengan judul di atas, ada Bali-Bali-nya nih.
Lumayan seru, dah. Judul novelnya adalah Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya. Novel terbitan Kompas ini emang bertema tentang kisah cinta (yang lumayan berat, bagi gue) dan berlatar Pulau Dewata di tahun 80-an (kayaknya sih, gue juga kurang yakin sebenernya. abis nggak ada petunjuk waktu yang ditulis jelas juga). Pokoknya, Bali banget, deh novel yang satu ini.
Setelah gue baca, gue berkesimpulan kalau roman setebal 236 halaman ini inti ceritanya adalah rebutan seorang cewek antara dua cowok dengan dibumbui adat istiadat daerah Tabanan, Bali. Yeah. Gue pun nggak abis pikir, kayak nggak ada cewek lain aja, dah. Tapi, begitulah kisah di novel ini.
Cerita dibuka dengan pernikahan Sunatha dan Utari di sebuah desa di lereng Gunung Batukau, Tabanan. Pernikahan ini sebenernya membuat bingung masyarakat sekitar. Kenapa Utari sang kembang desa, berparas ayu, dan kerap jadi incaran banyak pemuda desa itu malah mau aja nikah sama Sunatha yang notabene cuma guru SMP? Terlebih ada Ngurah, salah satu pemuda kaya dan orang terpandang di desa tersebut yang jelas-jelas sebelumnya kukuh mendekati Utari. Warga desa pun menganggap bahwa pasangan yang cocok memang Utari-Ngurah. Tapi, entah kenapa gadis itu malah menikah dengan Sunatha.
Masalah mulai timbul saat pengawal Ngurah, Renti, memberi sebuah bungkusan yang entah isinya apa kepada ibunya Utari di malam hari pernikahan anaknya. Renti menghasut wanita itu kalau Utari diguna-guna oleh Sunatha. Makanya gadis itu mau menikah dengan pria yang juga gemar menyanyi itu. Celakanya, ibunya Utari malah percaya. Sebenarnya, kedua orangtua Utari memang lebih sreg dengan Ngurah.
Selanjutnya, konflik kembali meruncing saat diketahui bahwa satu hari setelah pernikahan, Sunatha harus meninggalkan Tabanan menuju Kupang karena pindah tugas mengajar. Utari tidak diajaknya karena menyangkut biaya hidup yang lumayan tinggi di pulau seberang. Maka, Utari ditinggalkan.
Saat malam pertama, Sunatha tidak melakukan hubungan suami-istri dengan Utari seperti layaknya sepasang pengantin yang baru saja menikah. Utari terima saja. Sunatha beranggapan, tidak ingin meninggalkan beban pada istrinya. Entahlah beban apa yang mengakibatkan Sunatha tidak ingin ‘menggauli’ wanita yang sudah sah menjadi miliknya, sebelum bertolak ke daerah lain untuk waktu lama.
Ketika perpisahan di pelabuhan, Utari mulai berulah. Tiba-tiba gadis itu ngamuk. Mengutuk suaminya yang sudah pergi sebagai wangdu (impoten). Utari menganggap, dia memang diguna-guna oleh Sunatha. Entah kenapa Utari baru menyadari dan bereaksi menolak selepas suaminya pergi. Dengan bersikap seperti ini, konflik terjadi di desa. Khususnya untuk keluarga Sunatha dan keluarga Utari. Gadis itu yang seharusnya tinggal di keluarga Sunatha, langsung kembali lagi ke keluarganya.
Kesempatan ini tidak disia-siakan Ngurah. Lelaki itu mulai masuk lagi ke kehidupan Utari. Mulai dari menawari pengobatan pada Utari dan membantu keluarga Utari. Kedua orangtua gadis itu sangat senang. Kemudian, berharap semoga Utari dan Ngurah bisa bersatu. Saking gembiranya, kedua orangtua itu mengizinkan saja Utari dibawa lari oleh pemuda itu dari Tabanan sampai Banyuwangi. Bahkan, keduanya sempat berhubungan layaknya suami-istri untuk membuktikan keperawanan Utari. Padahal, mereka tidak ada ikatan apa-apa. Dan, Utari pun secara resmi masih menjadi istri dari Sunatha.
Belum lagi masalah yang menyinggung adat di sana. Ini diawali dengan kedatangan David. Fotografer asal luar negeri ini mulanya hanya mencari gambar di desa tempat Sunatha tinggal. Namun, malah mengkritik adat istiadat di daerah itu. Yang frontal, bule itu mengkritik kebiasaan gotong royong yang ada di hampir selurh wilayah Indonesia. Sialnya, ada satu warga desa yang terpengaruh dengan idealisme barat ‘individualis’-nya David, yakni Subali, ayah dari Sunatha. Bahkan, Subali sempat membuat gempar desa karena tidak mau bergotong royong bersama warga desa lainnya untuk memperbaiki pura. Subali malah pergi ke Denpasar bersama David untuk tujuan nggak jelas.
Masalah semakin runyam. Utari semakin ‘menjadi’ dengan Ngurah, sampai keluarga Subali yang sudah tidak dianggap sebagai warga desa lagi oleh masyarakat sekitar. Sunithi, adik perempuan Sunatha, mengirim surat agar kakaknya lekas pulang untuk menyelesaikan semua masalah yang ada di desa.
Sunatha memang kembali ke desa. Namun, keadaan sudah berubah. Ibunya yang sakit karena ulah Utari sampai meninggal dunia. Parahnya, karena keluarga Sunatha sudah tidak dianggap lagi sebagai warga desa, maka diharamkan menggunakan segala sumber daya yang ada di desa, termasuk tanah. Tanpa disangka, sehari setelah penguburan ibunya, Sunithi kaget karena mayat ibunya diletakan kembali di depan rumahnya. Menurut warga, inilah akibat karena melanggar adat. Melihat reaksi seperti ini, Sunatha malah kembali memikirkan pendapat David, yang menyebutkan adat tradisional di desanya tidak bisa diterapkan lagi untuk kemajuan di masa itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Sungguh Sunatha ada dalam kebingungan. Apakah Sunatha akan meminta maaf pada warga desa karena keluarganya tidak mematuhi adat? Atau, malah setuju dengan pikiran David dan pergi keluar desa? Semuanya bisa diketahui kalau membaca sampai habis kisah ini. Hihihi.
Tapi, yang lebih penting. Apakah yang akan dilakukan Sunatha setelah mengetahui bahwa istrinya ada main dengan Ngurah? Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Merebut Utari kembali? Atau, malah merelakannya pada Ngurah? Makanya, baca aja ya, biar tau ending-nya. Hahaha.
Apa pun yang terjadi nanti di kisah yang agak ruwet ini, novel sastra ini gue ganjar dengan dua bintang dari lima bintang. Ini karena latar Bali-nya—yang menurut gue—membuat hidup kisah ini secara keseluruhan. Meskipun gue nggak tau apa hubungan judul yang Tiba-tiba Malam dengan konflik berebutan cewek ini. Well, mungkin ini misteri ilahi. Hihihi.
Seperti biasa, buat anak Untirta, dapatkan novel ini di perpus pusat kampus kita. Silakan dipinjam. Hehehe.
Akhir kata, selamat membaca!
0 notes
rakashoes · 3 years
Text
Tas Gendong Wanita Catenzo TP 034
Tas Gendong Wanita Catenzo TP 034
Tas Gendong Wanita Catenzo TP 034 Bahan : Synthetic Warna : Hitam Dimensi : 26 x 35 x 9 cm Merk : Catenzo Kami menerima pembuatan tas custom dalam partai besar untuk berbagai keperluan anda..
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
thebleedingwoodland · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
18 Years Old Ridwan Chandra  (Part2)
OST: Good Charlotte - Predictable 
Sebelum berangkat ke Filipina, Ridwan sempat diomelin oleh mamanya, mengenai style pakaiannya yang berubah semenjak masuk kuliah. Yang dipakai baju hitam terus. Sedangkan pakaian warna normal lainnya, yang dibeli mamanya, tidak terpakai sama sekali. Ditambah ceramah lainnya kenapa sampai pakai eyeliner segala sebelum berangkat kuliah dan pulang kuliah. Kayak cewek aja.  
Enci-nya, Tiffany, membela Ridwan, “Dia mau jadi anak band, Ma. Biar dilirik cewek-cewek kampus. Makanya dia bergaya kayak gitu. Lagian, pensil eyeliner dia beli sendiri. Gak nyolong punya Mama, kan?” 
Papanya juga membela Ridwan, “Biarlah Ridwan mau bergaya apa, toh suka-suka dia. Namanya juga anak muda. Yang penting gak ngerokok, tatoan, narkobaan.” Lanjutnya, “Nanti berapa tahun lagi juga balik normal kayak laki lainnya.”   
Mengenai tur solo ke Filipina, Papanya mendukung Ridwan berangkat sendiri, tak usah ditemani. Tiket dan urusan perjalanan biarlah Ridwan semua yang mengurus sendiri. Anak laki harus mandiri dan bisa mengurus diri sendiri, kata Papanya. 
------------------------------------------------------------------------
Credits:
Boonie Bucket Hat by @ infisim  
Backpack by @aroundthesims
Clothing (mesh by @darte77 converted to TS3 by @simsoficeandfire)
Download San Simeon link post
21 notes · View notes
hujankopisenja · 5 years
Text
Cerita Kala Senja
Hari Kamis lalu, saya meretas rindu dan memangkas jarak (baca: ketemuan) dengan seorang kakak yang saya kenal dari suatu komunitas. Dulu, pertemuan perdana di acara komunitas, saya cenderung mengamati saja. Saya juga agak sungkan untuk lebih banyak bertingkah di hadapan lingkungan baru. Sekarang, siapa yang akan menyangka kalau saya akan sedekat ini dalam berbagi cerita dengan Kak @dialogdiberanda
".... setiap orang akan menceritakan segala sesuatu kepada orang lain yang memiliki benang merah dengannya ...." begitu katanya.
Yap, saya percaya. Saya adalah orang yang banyak berbicara dan mudah bercerita. Namun, dalam bercerita pun saya pilih-pilih. Memilih kepada siapa hal itu diceritakan, memilih kapan waktu yang tepat untuk bercerita, memilih hal apa yang ingin saya ceritakan.
Kamis lalu, kami (saya dan @dialogdiberanda ) membicarakan banyak hal. Bermula hanya lewat kerandoman saya tentang berdoa, lalu merembet ke banyak hal yang membuat kami melontarkan banyak quote bijak, banyak cerita, banyak candaan, bahkan hal-hal lain dari yang penting hingga tidak penting.
Ternyata, sebahagia ini rasanya mendengar dan didengar. Semenyenangkan ini bercerita banyak hal yang seru, tidak sekadar membicarakan kegalauan hidup yang seharusnya tidak digalaukan.
".... bosan nggak sih membicarakan kegalauan yang memang dialami semua orang di dunia, dan seharusnya tidak perlu digalaukan terus-terusan karena semua orang juga ngerasain itu ...." begitu kata saya, dan dijawab setuju olehnya.
Dari sekian banyak hal yang dibicarakan, saya menemukan beberapa poin penting (menurut saya) yang bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi saya pribadi, atau bahkan baginya, bisa juga mungkin bagi teman-teman yang membaca tulisan random ini.
1. Jangan Mendakwa Penerimaan Orang Lain
Kebanyakan orang kerap kali menganggap penerimaan orang lain adalah hal yang harus sama dengan isi kepala mereka. Padahal tidak begitu. Kita melakukan A, belum tentu diterima A juga. Kita berbuat baik, belum tentu dianggap baik. Kita bertindak jahat, belum tentu dianggap jahat. Kita berniat membahagiakan, belum tentu orang yang bersangkutan merasa dibahagiakan.
Perihal menerima sekaligus diterima, itu sudah jadi hak veto masing-masing individu. Kita bukan Tuhan yang bisa memberi kebahagiaan kepada semua orang. Bahkan, terkadang kita saja masih berprasangka buruk kepada Tuhan apabila diberi sedikit ujian, 'kan? Tuhan tidak adil, Tuhan tidak sayang, Tuhan tidak mendengar doa-doa kita, dan prasangka-prasangka lain. Padahal, segala yang Tuhan beri adalah untuk kebaikan kita. Kalau kepada Tuhan saja kita masih begitu, bagaimana kepada orang lain?
Jadi, jangan pernah mendakwa penerimaan orang lain terhadap kita. Biar saja mereka menyiapkan ruang penerimaan yang pantas menurut mereka untuk kita. Tugas kita hanyalah menjadi diri sendiri dengan versi sebaik-baiknya. Selain itu, mengintrospeksi diri sendiri lalu belajar memperbaiki agar bisa diterima oleh orang lain dengan ruang penerimaan yang lebih baik lagi.
2. Setiap Orang Punya Masalah
Tidak ada satu pun orang yang baik-baik saja hidupnya. Masing-masing punya problematika hidup yang unik. Hanya saja mungkin tidak kasat mata karena mereka tidak menampilkannya di hadapan publik. Jadi, jangan merasa paling tersakiti di dunia ini. Jangan memosisikan diri sebagai korban dalam setiap masalah yang menimpa kita, apalagi sampai menyalahkan orang lain.
Kita menyalahkan orang lain hanya karena kita tidak mampu menerima diri sendiri yang sedang terluka. Tidak mau mengakui bahwa diri kita sedang tidak baik-baik saja. Kita hanya khawatir diberi label buruk jika kita menyalahkan diri sendiri. Padahal, perihal siapa yang pantas disalahkan nantinya akan terlihat dengan sendirinya. Karma tau caranya bekerja. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Tuhan tidak pernah tutup mata, dan akan selalu menjadi hakim paling adil untuk semesta ini.
Jadi, jangan berlarut-larut dalam keterpurukan. Mengutip kata seorang bijak, "ketika kita mengeluh tidak punya sepatu, di luar sana banyak orang yang bahkan tidak punya kaki."
3. Jangan Mengukur Kebahagiaan Orang Lain
Setiap orang punya parameter bahagia masing-masing, dan kita tidak berhak mengukur apalagi menilainya. Kacamata kita berbeda dengan kacamata orang lain, dan bukan kapasitas kita untuk meremehkan kebahagiaan mereka.
Biar saja orang lain membelanjakan uangnya untuk membeli tiket konser yang cukup mahal, toh tidak pakai uang kalian 'kan? Biar saja orang lain mengoleksi banyak buku, mengumpulkan tiket nonton bioskop, menimbun foto hasil jepretan mereka, dan menekuni hobi-hobi lainnya yang kalian pikir menghambur-hamburkan uang.
Kenapa nggak disedekahkan? Mendingan buat ngasih pengemis. Mubadzir uangnya nanti dihisab sia-sia. Ayolah, apakah urusan sedekah dan hubungan vertikal yang berkaitan dengan dosa dan pahala orang lain harus kalian ukur juga?
Lebih baik apresiasi hobinya, dan ajak juga untuk berbagi. Misal, wah kamu suka nonton konser, buat konser amal yuk. Kamu ngoleksi banyak buku, bikin taman bacaan emperan yuk. Kamu suka nonton, bikin film pendek dan adain nonton bareng yuk. Kamu suka makan, bikin makan bareng anak-anak jalanan yuk. Dan lain sebagainya yang mengajak kebaikan, tetapi tidak menjatuhkan hobi yang membuat mereka bahagia.
4. Jangan Berusaha Menjadi Orang Lain
Coba deh, setiap pagi setelah bangun tidur, kita bercermin sambil bilang, "terima kasih wahai diriku, mari kita berpetualang lagi hari ini, aku mencintaimu".
Sifat dan sikap baik orang lain sangat boleh kita tiru lalu kita terapkan. Tetapi bukan berarti kita harus meninggalkan identitas kita sendiri. Bukan berarti kita haris bertransformasi menjadi seperti orang lain, apalagi jika tujuannya hanya agar kita mendapatkan apa yang didapatkan orang lain.
Sebegitu tidak berharganya kah diri sendiri? Sampai-sampai harus menghidupkan karakter orang lain di kepala kita? Adaptasi sifat baiknya, pelajari hal terpujinya, bukan menjadi seperti dirinya secara utuh apalagi agar dianggap setara atau mampu bersaing mendapatkan tujuan tertentu. Lakukan hal-hal yang mau kita lakukan dengan tulus ikhlas dan sebaik-baiknya yang bisa kita berikan. Jangan sok-sok siap mencintai orang lain, kalau sama diri sendiri saja masih dzolim.
5. Tuhan Akan Membersamakan Kita dengan Orang yang Terbaik untuk Kita di Semesta Ini
Pernah merasa kehilangan dan ditinggalkan? Sedih pasti rasanya. Hanya saja, kita seharusnya tidak berlama-lama terpuruk dalam kesedihan. Luka itu ada masanya. Suatu hari, kesedihan-kesedihan itu akan terkikis. Akan ada orang-orang baru yang hadir dan menjadi yang tertakdir, orang-orang yang membuat utuh diri kita yang hilang separuh, orang-orang yang menggenapkan tunggal dan memutuskan tinggal tanpa pernah tanggal.
Tidak perlu memaksa orang lain untuk terus berada bersama kita. Mereka juga punya kehidupan masing-masing. Tetapi percayalah, tanpa kamu minta, mereka yang memang ditakdirkan bersama kita pasti akan selalu meluangkan waktunya untuk selalu ada. Meski jarak berjauhan, rutinitas membelenggu, pasti akan ada masanya di mana mereka bersusah payah memberi yang terbaik untuk kita.
Akan ada mereka yang meski sudah lelah bekerja, meluangkan waktu bertemu hanya untuk sekadar makan bersama atau mendengar ceritamu hari itu. Akan ada mereka yang tidak banyak bicara, tetapi di hadapanmu selalu menjadi yang paling tidak bisa diam melontarkan kata-kata. Akan ada mereka yang degup jantungnya akan selalu jadi irama yang kau rindukan karena peluknya selalu jadi tempat ternyaman untukmu merebah.
Seindah itu nyatanya menerima dan diterima. Tenang saja, hidup bukan perkara cinta dan patah hati terus-terusan. Jadi, untuk menemukan orang yang tepat, jangan bicarain cinta dan patah hati melulu, gumoh atuh. Mendingan bicarain gimana bertahan hidup di Jakarta dengan gaji UMR, gimana bisa backpacker dengan modal uang dibawah 1 juta, gimana bisa nabung padahal gaji pas-pasan, gimana jadi kurus tapi hobi makan.
Selain itu, banyak juga obrolan random yang menyenangkan. Contohnya, kenapa penguin nggak bisa terbang padahal katanya dia burung, kenapa piring hadiah detergen disebut piring cantik padahal kan piring tidak berjenis kelamin perempuan, bumi ada di langit atau enggak, dan lain lain yang bisa diobrolin.
********
Sekian ocehan saya yang penting tidak penting ini. Terima kasih kak @dialogdiberanda sudah mau merandom beberapa jam bersama saya ehehehehe. Sebenarnya masih banyak lagi sih obrolan saya dengannya, ghibah-ghibah ala cewek juga ada, tetapi hanya ini rasanya yang pantas saya bagi. Semoga bisa bermanfaat ketika dibaca ~~
Salam sayang,
-hujankopisenja-
179 notes · View notes
lebensmoode · 4 years
Text
Rule her life, and you are dumped
Tokoh dan karakter Kang Jong Ryul di When the Camellia Blooms itu ngingetin banget sama wataknya mantan dulu. Karakter yang sungguh sangat menyesakkan.
Gimana gak bikin sesak kalo dia selalu nyoba mengatur banyak hal dalam hidup orang lain? Ini boleh, itu gak boleh, ini jangan, itu harus? Geli sumpah.
Pertama, how could he know what best for other people’s life? Gue inget betapa gak sukanya dia saat gue selalu bawa (bukan pake) jaket ke mana-mana sampe dia bilang pengen campakin si jaket aja rasanya. Risih ceunah. Ribet. Lucu kan ya, lah gue yang bawa ngapa dia yang ribet? He even didn’t ask me the reason. Jaket itu sengaja gak gue pake tapi gue bawa buat ngelindungin paha, lutut, kaki gue saat naik angkot. Soalnya gue gak suka ada penumpang yang lagi naik dan turun trus megang kaki aing supaya tetep seimbang. Jadi jaket itu penghalang yang menghindari sentuhan langsung tangan orang lain ke kaki gue. Ribet? :) Trus dia juga bilang lebih suka ngeliat gue kemana-mana bawa tas backpack daripada tas cewek model lainnya. Dari situ harusnya gue udah sadar, dia beneran gak tau apa-apa, dan gak berhak sok tau mana barang yang lebih cocok untuk gue pake.
Kedua, entah kenapa jatuhnya si doi jadi gak menghargai kesukaan dan kesenangan orang lain. Sorry to say ya, tapi pake cara ngelarang gak boleh rambut pendek atau gak boleh pakai lensa kontak tuh... apaaa, ngapain, biar apaa. Toh yang bakalan bawa rambutnya kemana-mana itu aing, yang matanya mau diapa-apain itu mata aing. Emang lu pernah ngerasain gerahnya punya rambut panjang? Lu tau gak kalo ke salon tu rambut makin panjang harga makin melejit? Lu tau gak ngurus rambut panjang itu gak gampang trus samponya juga jadi lebih boros? All you know is that it looks more beautiful in your damn eyes. Oh, jadi pada akhirnya itu demi kesenangan elu? Hahaha baiklah makasih *potong cepak*
Ketiga, gue yakin sih apa yang dia coba atur itu bukan sekonyong-konyong buat kebaikan diri gue sendiri seperti yang dia pernah omongin. Alah bulsyid. Pasti ada perasaan ingin dominan di situ. Ada perasaan ingin kesenangannya dilaksanakan. Ada perasaan ‘kau milikku jadi kau harus denger apa kataku’. Ada ketidaktenangan dan perasaan tidak dihargai kalo misal gue membantah apa yang disuruh. Ada perasaan macem macem yang sejatinya adalah.... s a m p a h. Kalo untuk mengatur hal sesepele rambut, gaya pakaian, cara jalan, cara duduk, cara bernapas, semua perasaan itu cuma menjadikan elu manusia sampah mon maap. Gak ada kerjaan lain ya? Emang situ gak punya kehidupan sendiri yang harus dibenahin? Poin ini sangat amat relate ke poin berikutnya.
Egois. Iya, poin keempat tuh egois. Aing paham kalo dalam beberapa hal egois itu bagus bahkan diperlukan. Tapi kalo udah menyangkut kehidupan orang lain, si A harus begini, gak boleh begitu tanpa adanya diskusi atau alasan yang jelas, apalagi cuma untuk menuhin ego lu doang, trus kalo gak diturutin perintahnya elu bakalan marah ngambek gak jelas bahkan sampe mengancam, waah mon maap panjul. Egoisnya Anda sudah tidak dapat ditolerir. Yang Anda butuhkan bukan lagi piknik, tapi hijrah planet. Atur tuh sana mahluk hidup di planet lain.
Kelima, mungkin sudah saatnya untuk bertanya; maap, anda siapa?
--------------------
Balik ke dramanya, Kang Jong Ryul beneran bikin gue sesak banget nonton itu. Lebih lebih emosi dari pas gue nonton The World of Marriage Couple. Pake dalih gue bapaknya jadi harus ikut campur, gue harus ngasih duit, gue merasa bersalah udah ninggalin, gue gak mau anak gue hidup menderita. Yuuh prasaan Tuhan gak pernah buka rekrutmen untuk gantiin DIA deh, lah ngapa ada yang merasa udah di posisi Tuhan bisa seenak empedunya ngatur-ngatur? Gue tau banget, semuanya demi si Jong Ryul sendiri. Demi nama baik karena dia orang penting dan populer. Demi terjaga rahasianya dari khalayak kalo dia pernah punya anak dari mantan pacar yang gak dia nikahin. Picik banget otak duh. Khan emoshi aing.
Tapi syukurlah, ada tokoh Yong Sik. Besyukur banget gue demi apa ada karakter yang berkebalikan dari si Jong Ryul. Saat si anu sok sibuk membenahi hidup Dong Baek pake caranya dia yang egois, Yong Sik menyerahkan sepenuhnya keputusan hidup Dong Baek di tangan Dong Baek sendiri. Daripada mencoba menjadi hero yang menyelamatkan hidup orang, Yong Sik mencoba menjadi support system yang selalu menyediakan ruang untuk Dong Baek bertumbuh. When she was down, he was there to give her support. When she was up, he was there to celebrate it with her. Sungguh, sebuah eksistensi yang menyejahterakan hidup umat sesemesta alam. Sungguh, sebuah kesadaran yang bagi gue amat sangat mahal harganya. Dan sungguh, sebuah kebutuhan hqq yang belum gue temukan pada diri lelaki manapun yang pernah deket sama gue.
Even trying to be such a system is hard, i know. How can i expect someone will do? Yang bisa gue pelajari adalah, we have our own shoes that nobody would walk in it. Kadang kita butuh membayangkan gimana rasanya jadi ‘dia’ atau ada di posisi ‘dia’ ketika memutuskan sesuatu. But if it hurts you, a lot, then your position is above them all. Kalo Tuhan aja ngasih ujian yang gak akan melebihi kesanggupan hambaNya, harusnya diri sendiri juga tau mana yang sanggup dan gak sanggup kita jalani resiko kedepannya. Dan ini berlaku juga dalam hal mengatur hidup orang lain. Gak lucu kalo misal pacar nyuruh lu ikutan berbisnis sama dia padahal lu punya cita-cita sendiri dan lu gak suka bisnis, trus pas lu udah join lu nya jadi gak tenang, tersiksa batin, tiap hari ngerasa berat, dan pacar lu ga mau bertanggung jawab karena udah nyuruh lu ikutan.
Trus dunia mulai menunjukkan ketidakadilannya dengan membuat lu merasa orang paling bodoh. Karena orang lain juga akan menganggapnya demikian. Dan pacar lu gak akan dihina, gak akan kenapa-napa. Dia baik-baik aja saat lu sendiri pengen mengakhiri hidup.
I will try to always remember that, apa yang sedang gue jalani sekarang adalah hasil keputusan gue sendiri. Mungkin ada intervensi dari orang lain, tapi gue gak mau menerima itu mentah-mentah. Karena gue tau di akhirat nanti gue lah yang akan bertanggung jawab sama apa yang udah gue lakukan selama hidup. Gak ada istilah orang lain yang akan bertanggung jawab cuma karena dia pernah nyuruh ini itu.
Last but not least, dear. If you don’t want to end up being in the middle of trash, don’t be one.
.
Memasuki Ep 19-20 || 210620
12 notes · View notes
jianarami · 4 years
Text
Kok Sering Pergi-Pergi Sendirian sih?
Ya karena jomlo.
Aku tahu sih, kalo cewek itu nggak boleh safar tanpa mahram. Tapi ya gimana, aku juga nggak bisa minta orang se-mahram untuk menemani. Kayak ... emang udah biasa sendiri aja gitu.
Mau bilang, harus banget nyobain solo traveling, tapi jadi takut dosa:(
"Yang paling menarik dari solo traveling adalah kita nggak pernah tahu orang seperti apa yang akan duduk di sebelah kita."
Bener banget. Ya meskipun di usia sekarang, pas sendirian (aku pribadi) kadang mikir, "Kayaknya ini akan lebih menyenangkan deh, kalo bersama seseorang."
Tapi dalam sekejap pemikiran itu hilang, ketika dalam perjalanan dipertemukan dengan orang baru, yang membuka percakapan, lalu berujung ngobrolin banyak hal layaknya kawan lama yang udah bertahun-tahun gak berjumpa.
Serius enak banget cerita sama orang yang nggak dikenal tuh. Pernah sampai ngomongin income kecil segala kayak badan aku. Bahkan sampai sering lupa bertanya nama saking asyiknya.
Karena aku introvertnya kebangetan, in real life seringkali butuh waktu cukup lama untuk beradaptasi, agak sulit memulai interaksi. Nah, dengan soltrav, mau nggak mau harus ngomong sama orang baru, entah itu minta tolong, atau ya sekadar SKSD aja (walau seringnya berakhir garing).
Jadi arahnya soltrav-ku ke melatih diri sih.
"Malu bertanya sesat di jalan." Nggak bisa disanggah. Dan aku termasuk orang yang kadang entah malu, entah males untuk bertanya. Akhirnya sering banget tersesat di kota orang.
Kayak ... nggak tau jalur transportasi umum, angkot, TJ (busway), dll, bukannya nanya dulu malah main naik-naik aja. Tapi dari kesalahan itu, dari ketersesatan, kita jadi bisa tahu kebenaran lebih banyak, kayak ... jadi hapal semua rute, nggak cuma rute menuju tempat tertentu aja.
Beda cerita kalo aku pergi sama temen. Pertengkaran-pertengkaran kecil ini sering banget terjadi:
Aku seneng banget pergi-pergi cuma bawa ransel doang. Tidur di masjid, di kafe yang buka 24 jam, atau di hotel maupun hostel termurah. Tapi teman-temanku nggak. Mereka trav bawa koper, akhirnya, melihat kedua tanganku bebas, mereka sering minta tolong jinjing-jinjingin sesuatu.
Hey hey! Aku tuh kenapa cuma bawa ransel doang? Karena ingin kedua tanganku bebas dari genggaman apa pun! Ingin protes tapi nggak berani, aku cupu banget sih.
Pertengkaran lain,
Temen: "Naik ojol aja biar cepet."
W: "Gada gada, mahal."
Temen: "Bodo amat gue udah pesen."
W: "Yaudah aku tetep pakai angkot!"
Kalo deket,
W: "Udah jalan kaki aja sih, ini cuma 1 kilo."
T: "Capek tahu! Udah naik bajaj aja!"
W: "Ih harganya sama kayak grabcar."
T: "Yaudah kita naik grabcar."
W: "Definisi main kalian tuh ngabisin duit ya."
T: "Definisi main kamu tuh, mempersulit hidup."
Emang beberapa temenku ribet banget, jadi aku lebih senang sendiri. Soalnya duitku nggak banyak, hey! Terus mereka suka pilih nginep dan makan di tempat mahal. Tuhan, jiwa missqueenku meraung-raung.
Gitu sih, intinya lebih menyenangkan sendiri. Apalagi pas baca thread Mbak Angelia Khatrine:
"Tanpa perencanaan, dengan menggunakan hampir seluruh tabungan saya, saya membeli tiket pesawat ke Kenya.
Semua orang memanggil saya gila karena melakukan solo backpacking ke Afrika yang terkenal dengan tingkat kriminalitasnya, apalagi saya seorang wanita."
Gila gila gila! Mauuuuu bangeeettttt. Tapi rencana soltrav ke Malang pun saat ini terasa mustahil, ketika nggak sedikit pun terlihat hilal pandemi ini akan berakhir.</p>
1 note · View note
enilestari79 · 6 days
Text
Temukan besar Ransel Multifungsi Backpack tas gendong women cewek tas wanita Oxford cloth shoulder bags import tas fashion tas laptop 14 inch(Tinggi 32 Lebar 21 CM bisa muat ) 1179 seharga Rp94.860. Dapatkan sekarang juga di Shopee! https://s.shopee.co.id/6fOV7IdaiP
1 note · View note
dinisuciyanti · 5 years
Text
Blood type A. Aries. ESTJ. Researcher. Traveler. Cocoknya sama (si)apa ya?
Well, urusan blood type, agak percaya dikit wkwk. Kayaknya jangan sama A lagi deh. Kalo zodiak, ga percaya. ESTJ? Hm, mungkin mesti diimbangin sama orang yang gak pemikir dan gak overthinking kali ya. Kalo introvert atau ekstrovert gak masalah lah. Ya itu karena aku researcher atau akademis banget, makanya harus dibarengin sama yg receh, ngjokes, atau unsur kreatif lainnya wkwk. Traveler? Ini agak susah sih ya yang suka backpack main ke tempat out of nowhere.
Oiya, menarik! Look itu perlu loh. Gak mesti ganteng banget, ya cukuplah buat dicintai hahaha. Btw ya, ga perlu ganteng tapi juga ga jelek, yang pasti baik dan bikin nyaman hahaha. Duh cewek. Maunya apasik. Etapi ya cowok pasti maunya yang cantik looooh. Hadeh. Jiwa-jiwa muka pas-pas-an ku berteriak.
Well, the important thing yang lain adalah bisa diajak diskusi. Ngomongin apapun. Pinter is bonus, tapi harepannya lebih pinter sih ya. Asal gak pinter ngibul wkwk. Ngomong apasik dini -_-
1 note · View note
travelleroploy · 5 years
Text
Cerita Solo Travelling Backpacker ke Bangkok - Part 2
Gak perlu pake intro ya, kalo pake intro kelamaan. Wkwkwk.
Day 2 : Pusat Kota Bangkok
Hari kedua gue jalan-jalan di pusat kota Bangkok sama destinasi wisata unggulan di Bangkok. Tujuan gue pertama, tentu saja the Grand Palace atau Istana Raja.
Gue berangkat dari hostel sekitar jam 07.30. Oh iya, di hostel yang gue tempatin (Sabye Club Hostel) ini, disediain sarapan yang bebas mau lo ngabisin berapa piring. Tapi jangan ngebayangin sarapan buffet ala hotel, ini hostel bung! Mereka nyediain roti + bread toaster nya, sama selai jeruk jelly gitu, itu selainya enak banget masya Allah T__T. Tapi gue lupa tuh selai namanya apa. Pilihan minumnya ada teh, kopi, sama susu full cream. Ya lumayan sih buat sarapan mah.
Karna perut gue masih laper dan berniat nyoba sarapan ala Thailand, gue nyari aja di sepanjang jalan ke arah Grand Palace. Ada sih, tapi semua keterangan menunya pake huruf Thailand. Terus aromanya bikin gue enek, gak tau kenapa. Mungkin karna belom biasa aja kali. Terus khawatir juga kalau gak halal. Akhirnya, gak jadi deh beli sarapan di pinggir jalan.
Gue mutusin buat nyari aja di Sevel, di sana kan ada frozen food yang bisa diangetin gitu kan, dan kehalalannya terjamin juga. Tapi setelah gue pergi ke salah satu outlet sevel... gue gak nemu frozen food itu, adanya cuman kayak snack-snack biasa gitu. Huhuhu kesalahan banget dah T__T. Alhasil gue cuman beli air mineral sama snack buat gue makan selama gue pelesir.
Tadinya gue mau ke Grand Palace dengan jalan kaki dari Khaosan Road, tapi petunjuk dari Google menyatakan bahwa jalan kaki ke sana butuh waktu 15 menit, sementara waktu itu Bangkok PANAS BANGET ANJIR! Lebih panas daripada Jakarta, ada kali 35 derajat mah. Makanya, baru nyampe Democracy Monument aja gue udah nyerah dan mutusin buat order GrabBike! Disinilah barrier mulai terasa.
Tumblr media
(Democracy Monument. Bangkok pagi itu panas banget. Udah kayak gladi resik di Padang Mahsyar T_T)
Drivernya ngechat, of course pake bahasa Thai. Ini masih bisa gue akalin pake google translate, dia nanya posisi gue dimana. Gue bales buat jemput gue sesuai titik di map. Gak lama, dia nelpon, gue angkat...
D: “£*^)$$%@[ krap.”
A: “I’m sorry I don’t speak Thai. Where are you?”
D: “]<(£$^*(*)”£~{<> krap.” (Kedengerannya krap krap nya doang anjir kampret banget dah.)
A: “Hehehe” (Gue ketawa bingung)
D: “Hehehe” (Dia ketawa juga, bingung)
Gue tutup telponnya. Dalem hati gue, anjiiir ini gimana dong?! Kalau cancel dan gue jalan kaki takutnya malah gue gak kuat dan pingsan di jalan karna gue sarapan dikit banget tadi. Order ulang pun belum tentu juga drivernya bisa bahasa Inggris. Gue waktu itu berharap aja semoga dia ngeuh buat jemput gue sesuai map.
Gak lama dia nelpon lagi, gak ada kemajuan. Gue tutup lagi.
Waktu nelpon yang ketiga kalinya, suaranya ganti jadi cewek, syukur dia bisa bahasa Inggris. Intinya dia minta gue ngejelasin posisi gue dimana. Ya ternyata di Thailand ada juga driver yang gak bisa baca map.
Singkat cerita akhirnya gue ketemu sama drivernya, dia masih aja ngomong ke gue pake bahasa Thai. YEEEEEE UDAH TAU GUA KAGAK NGERTI MALIIIIIIHHH!! Gue cuman ngebales sama senyum ada. Fix, next time pake public transport aja, mikir dua kali kalo mau pake Grab.
Tumblr media
(Salah satu area di The Grand Palace diliat dari luar)
Sesampainya di Grand Palace, mood gue langsung jelek. Selain karna itu hari Minggu, jadi wisatawannya banyak banget, dan 90% wisatawannya dari Tiongkok :) Gue udah males ngehadepin mereka-mereka ini. Karna dari pengalaman gue di Bali, tiap ketemu wisatawan Tiongkok gue gak bisa enjoy 100%.
Tumblr media
(Penuh banget ya Allah)
Wisatawan Tiongkok itu udah terkenal seantero dunia karna bad manner mereka waktu melancong ke negara lain. Mereka berisik banget, gak sabaran, gak bisa antri, dan yang paling parah mereka gak bisa respek sama tata krama lokal, gak bisa matuhin peraturan. Kayak less educated gitu lah. Gue gak ngegeneralisir, tapi tiap gue ketemu mereka pasti kayak gitu. Dahlah.
Tiket masuk buat wisatawan asing ke Grand Palace ini harganya THB 500, sekitar IDR 250.000, agak pricey sih. Mungkin ini alesan kenapa kebanyakan backpacker ngehindarin Grand Palace. Tapi saran gue sih jangan dilewatin, karna ini tuh kayak iconnya Thailand dan Bangkok khususnya. Di dalemnya juga kadang suka ada pertunjukan tambahan gitu. Gak bakal nyesel deh pokoknya.
Oh iya masalah dress code, di Thailand atau Bangkok mungkin lo bakal banyak ngunjungin tempat suci kayak kuil (Wat) dan Grand Palace ini. Nah, sama kayak budaya timur lain, kita harus menghormati tempatnya dengan cara berpakaian yang sopan. Sopan disini tuh kriterianya pake sepatu, celana panjang, atasan lengan panjang, dan kemeja atau minimal kaos polo. Gue bakal bahas lebih lanjut di post tentang tips ya. Ini harus diturutin banget, kalau enggak lo bakal diusir. Yap, DIUSIR!
The Grand Palace ini sebenernya kebagi jadi 2 area yang bisa lo kunjungin dengan 1 tiket masuk. Ada area Istananya sama area Kuil Buddha Zamrud (Wat Phra Kaew). Kalau lo ngikutin arah sesuai petunjuk, lo bakal ke kuil duru baru istana.
Tumblr media
(Area Wat Phra Kaew)
Di dalem Wat Phra Kaew tuh ada patuh Buddha emas gitu, gak terlalu gede sih, tapi mewah dan megah banget. Emas dimana-mana cuy. Cuma sayang di area ini gak boleh foto-foto. Dan disini banyak umat Buddha yang lagi ibadah juga, jadi kalau mau ngelihat ke dalem, ya hormatin dan jaga sikap aja. Jangan sampe kedatangan kita ngeganggu ibadah mereka ya gaes.
Meskipun di dalem gak boleh foto-foto tapi foto-foto di luarnya pun bener-bener overwhelming. Kenapa?? Arsitekturnya itu looooohhh!!! Cantik bangeetttt!!! Gak nyesel pokoknya pernah kesini.
Tumblr media
(Area Grand Palace)
Di Grand Palace gue ngehabisin waktu sekitar 2,5 jam. Sebenernya pengen lebih lama sih, soalnya gue lumayan menikmati juga, dan eman anjir 500 THB masa cuma bentar doang kan. Tapi mogimana, masih banyak tempat yang harus gue kunjungin.
Next destination gue adalah kuil yang terkenal dengan warna putihnya. Yep! Wat Arun! Gue udah pernah bilang kan, google maps di Bangkok lebih baik dari Jakarta buat nunjukin transportasi publiknya. Gak pernah salah sih, tapi kadang kurang tepat.
Contohnya gue waktu mau ke Wat Arun ini. Awalnya, GMaps nunjukin perjalanan ke Wat Arun lumayan jauh. Gue harus jalan, plus naik bis, plus naik MRT, naik bis lagi, terus nyebrang pake kapal. Gak tau kenapa seribet itu. Padahal waktu gue naik bis umum, bis itu langsung berhenti di tempat penyebrangan ke Wat Arun. Untung gue ngeuh, kalau enggak gue harus ngabisin waktu sekitar 1 jam buat di jalan aja.
Dari Grand Palace ke Wat Arun ini harus nyebrang dulu Chao Phraya gaes. Iya, sungai yang ngebelah Bangkok jadi dua ini jadi sungai yang paling besar di Bangkok bahkan di Thailand *CMIIW*. Gue bener-bener excited banget waktu pertama kali nyebrang Chao Phraya, karna ni sungai emang terkenal banget sih. Gue nyebrang pake kapal ferry gitu, harganya 4 THB. Murmer banget kan?!
Tumblr media
(Wat Arun dilihat dari Chao Phraya. Eh, mbak-mbaknya kefoto. Monmap ye mbak. Hehehe)
Di tempat nyebrang ini sebenernya tersedia juga tur keliling Chao Phraya pake kapal, tapi gue gak tertarik sih. Karna gue pikir ngapain juga kan cuma ngeliat2 sekitar sungai.
Nyampe di Wat Arun gue dibuat terkagum-kagum lagi. Ini gak kalah bagusnya dari Wat Phra Kaew. Kalau Wat Phra Kaew bertabur emas dimana-mana, Wat Arun itu punya keunikan tersendiri karna warna putihnya. I really love it!!
Tumblr media
(Dari pintu masuk Wat Arun)
Di dalem Wat Arun ini juga ada tempat sembahyang.
Ya iyalah, namanya juga kuil. Gimana sih sep?
Tapi di sini pengunjung boleh ngambil gambar. Terus banyak juga pengunjung yang minta berkat sama biksu di sana. Siapin beberapa lembar uang aja kalau lo juga mau minta berkat atau minta didoain. Nanti lo bakal didoain, dikasih percikan air suci, sama gelang warna kuning. Gue juga gak tahu sih filosofinya apa. Kalau gue sih gak nyoba.
Tumblr media
(Orang-orang lagi pada minta didoain. Jangan lupa antre!)
Oh iya, harga tiket masuk ke Wat Arun ini THB 50. So far, tiket ke Wat Arun jadi tiket masuk paling murah selama di Bangkok.
Selesai keliling-keliling di dalem ya balik lagi dong. Tapi jangan lupa, lo harus balik lagi ke pelabuhan di mana lo tadi diturunin. Soalnya tiap pelabuhan kapal beda fungsinya. Ada yang buat nyebrang doang, ada yang buat tur di sepanjang sungai. Jadi jangan salah.
Tumblr media
(Chao Phraya dan Bangkok)
(Cerita gue bersambung ke post selanjutnya, karna ternyata udah gak bisa di-save as draft lagi. Mungkin karna kepanjangan kali. Wkwkwk. Tadinya gue mau bikin 1 part tuh 1 hari. Tapi yaudah lah gapapa.)
Ciao!!!
1 note · View note
embunata · 5 years
Text
Tentang Cantiknya Perempuan
Sebagai seseorang yang pikirannya suka ngelantur ke mana-mana, saya sering mempertanyakan hal-hal yang menurut sebagian orang remeh, tapi kok menurut saya cukup serius. Ini personal opinion saya aja sih, feel free to disagree juga. Dan tujuan saya nulis ini juga ya supaya....... nggak kepenuhan aja kepala ini karena kebanyakan mikirin gituan. Mending mikirin kerjaan kantor, udah jelas nanti dapet gaji. HEHE. 
Hal yang baru-baru ini ganggu pikiran saya adalah tentang perempuan dan konsep cantik fisik yang dibentuk masyarakat. Sebenarnya pemicunya udah beberapa tahun lalu sih, tapi akhir-akhir ini saya mulai kepikiran lagi. Bentar-bentar, saya ceritain pemicunya dulu aja kali ya. 
Jadi gini. Waktu itu, saya dan beberapa teman merencanakan liburan singkat untuk long weekend. Liburannya juga nggak jauh-jauh amat, yang penting liburan dan tentunya ngirit. HEHEHE. Karena liburan ini isinya cowok-cewek dan kita semua sobat ngirit, tentunya nggak bisa seenaknya pesan kamar huahaha. Jadilah kita pesan 1 kamar buat bareng-bareng, yang untungnya pihak hotel ini backpacker buddy banget jadi ya dia maklum-maklum aja kedatengan 10 orang sobat ngirit. Meskipun kamarnya cukup besar, tapi buat nampung kami yang sekitar 10 orang ini tentu saja perlu strategi lebih supaya semuanya muat dong? And then it goes down to the extra bed thing. 
Kebetulan saya dan teman saya kebagian tugas untuk ngurus akomodasi ini. Selaku sobat ngirit sejati, saya bilang untuk pesan 1 extra bed aja, karena sebetulnya muat-muat aja kalau mau dimuat-muatin. Lalu teman saya, yang kebetulan cowok ini, bilang “Ya lo bisa nggak sekurus [Insert nama teman saya yang lain, yang kebetulan ikut juga here] biar kasurnya muat?” Dia becanda sih, tapi setelah dia ngomong gitu, saya diam. Saya mikir. 
Saya mikirin beberapa hal waktu itu. Pertama, saya kaget, kok masih ada ya yang bisa ngomong gini? Kedua, saya lebih kaget lagi karena yang ngomong teman saya yang itu. Nggak nyangka aja, dia ternyata bisa nyinggung-nyinggung fisik orang juga. Ketiga, ini tuh masih ada ya yang either just joking around or not, make statement like that? 
Ternyata, years passed by, saya menemukan banyak kasus kayak begini. Ya yang body shaming terselubung, ngomongin cantik fisiknya perempuan, toleransi banyak hal karena dia cantik (well, it’s real, dude), dan puncaknya adalah ketika sahabat saya sendiri terjebak toxic relationship sama cowok yang sejujurnya nggak cakep (finally ketemu juga kata agak alus yang pas) tapi buset, kalau udah ngomongin cewek cantik bisa sampe banding-bandingin temen saya yang kebetulan waktu itu jadi pacarnya dia. Pokoknya, kalau udah ketemu cewek cantik, jadi nggak bisa mikir hal lain deh. Segitunya. 
Terus saya jadi bertanya-tanya, memang yang penting cantik aja dulu kali ya, yang lain dipikirin belakangan aja? Buat saya yang kebetulan perempuan yang nggak cantik-cantik amat sampe punya groupies, saya agak menyayangkan sih kalau masih ada laki-laki, atau in general, orang, yang beranggapan begini. 
Gini, menurut saya, value seseorang itu lebih dari sekadar cantik, ganteng, menarik. Lebih dari sekadar hal-hal fisik yang bisa dilihat mata. Lebih dari sekadar apa yang nempel di badan. Menurut saya, semua itu memang bisa dikejar. Tapi jadi orang baik itu harusnya otomatis dan nggak susah. Dan body shaming itu, tentu saja, not one of the kindness acts. Gitu. 
Coba deh, kalau cantik atau ganteng tapi abis jajan ratusan ribu di Starbucks sampahnya nggak diberesin dan ditinggal gitu aja, memangnya masih menarik? Kalau cakep tapi sombong gitu, masih mau dikejar buat dijadiin pacar? Kalau cakep tapi belagu banget, sok, berasa paling oke sendiri, masih bisa dijadiin teman? Kalau saya sih, nggak. Bahkan regardless fisiknya cakep/biasa aja/atau gimana kek, kalau attitudenya nggak bisa dijaga gitu, kayaknya mendingan berinteraksi sewajarnya aja deh, daripada bikin ngedumel terus sakit hati sendiri. 
Don’t get me wrong ya, saya juga masih berusaha banget supaya nggak nyakitin perasaan orang, dan jadi orang baik dengan cara saya sendiri. Tapi yang jelas, buat saya komentar-komentar body shaming atau perlakuan spesial ke seseorang karena dia menarik secara fisik tuh udah usang banget. Bukannya lebih enak ngobrol dan bercerita sama yang nyambung dan bikin insight nambah ya, instead sama yang sekadar cakep aja? 
Saya nggak mempermasalahkan mereka yang memang rajin merawat diri. It is very good. Saya juga nggak mempermasalahkan mereka yang suka ngomentarin cewek ini cakep, cowok itu ganteng. Nggak masalah sama sekali. 
Yang masalah buat saya itu kalau standar cakep ini udah buat kalian body shaming ke orang lain, ngebandingin orang, dan bikin klasifikasi tertentu yang sebetulnya nggak perlu. 
Since everyone deserve to be happy, including you, let’s start to be kind, now. 
Cheers! 
Embun Bening Diniari Sastrodinomo.
2 notes · View notes
thebleedingwoodland · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Coincidentally enough, my Sim, Ridwan, travelled to San Simeon, Philippines world, yesterday Sunday. Check out this amazing San Simeon world, a fictional Philippine province created by Filipino Simmer @sansimeonsims​ 
18 Years Old Ridwan Chandra  (Part1)
OST: My Chemical Romance - Summertime
Ridwan: “Dulu gw cute loh~”
Saat itu libur panjang natal tahun baru semester awal di tahun ajaran pertama perkuliahan yang dimulai di tahun 2008. Ridwan berhasil manjangin rambut (hasil ikut-ikutan trend) dan berpakaian serba hitam terinspirasi dari band Good Charlotte. Bela-belain pakai eyeliner supaya gaya emo-nya makin totalitas. Maklum, jaman kuliah... Bebas!!! Mau gaya apa gak ada guru yang melarang!
“Demi menarik perhatian cewek-cewek,” kata Ridwan di jaman itu, “Cewek jaman sekarang lebih suka cowok bergaya cute, rambut gondrong ala anime dan misterius.”
Pertama kalinya dia liburan ke luar negeri sendirian tanpa ditemani keluarga, ke Filipina. Demi upload foto berfilter di Friendster yang berlayout alay pada masanya.
------------------------------------------------------------------------------
Credits:
Boonie Bucket Hat by @ infisim  
Backpack by @aroundthesims
Clothing (mesh by @darte77 converted to TS3 by @simsoficeandfire)
Download San Simeon link post
33 notes · View notes
helmihel · 3 years
Text
Dari pada uring-uringan ga jelas liat Man United, mending dipake mikir aja "2021 mau ngapain ya?"
Ngeliat pribadi yang masih jauh dari dewasa, mungkin emang sebaiknya 2021 belajar jadi dewasa, satu-satunya yang bisa diandalkan ya cuma nyari pengalaman lebih dan interaksi lebih banyak sama orang juga.
Mungkin bikin list asik kali ya?
In 2021, kayaknya pengen:
1. Hanami/Hanabi. Ini kayaknya nyesuaiin kondisi pandemi aja. Kalo lampu ijo sepertinya pengen nyoba backpacking sendirian. Modalnya musti dipikiran, keuangan sama bahasa.
2. Ngajak orang yang ga kenal/kenal dikit backpacking ke Jepang, bayarin semua keperluannya. Tapi masih jadi masalah apa cowo/cewek. Kalo cewek mungkin saya suruh ngajak temennya/keluarganya buat ikut, biar aman. Tapi tentunya ini musti diseleksi, tar bikin gform aja, seleksi topik obrolan terutama. Biar di jalan banyak ngobrol.
3. Ikut social movements. Terakhir ikut beginian awal pandemi, bikin hand sanitizer. Kayaknya agak pengen nyoba lagi beginian, skill bersosial saya ini payah banget.
4. Umrah lagi sama bapak dan mamah. Agak pengen nyoba ke Turki, ya mamah juga masih pengen, bapak kayaknya ikut ikut aja. Tapi masa iya cuma bertiga? Semoga ada rejeki cukup deh buat lebih dari 3 orang.
4. Kalo-kalo udah ga kepake sama perusahaan sekarang. Mungkin pengen nyoba masuk tim RnD. Tapi karena orang tua minta di Bandung, ini yang bikin berat sih, lowongannya agak susah. Musti cari cara lain buat dapet kerjaan yang oke. Ini harus dipikirkan banget sih. Secara sekarang kerja wfh, dan ga kerasa interaksi sama beneran orang. Semoga ada kesempatan.
5. Olahraga rutin banget, pengennya bisa lari tahan lama, kalo bisa sih nyoba ikut event running.
6. Make my first 100 mil. Masih ga tau apa akan bisa tercapai apa ngga, tapi bisa diusahakan. Baru imajinasi aja sejauh ini. Kalo ini bisa dapet, list no 1, 2, 4 kayaknya bisa segera terwujud juga haha. Yaa kita coba aja nanti deh. Ya kita buktiin aja, karena kata Allah kalo ga minta itu sombong yaaa mari kita minta yang banyak.
7. Masih bingung mau nulis apaan lagi, mungkin nanti dilanjutkan masih harus ngelamun buat mikir dapet duitnya. Bismillahirrahmanirrahim.
0 notes
kidangwangkas · 3 years
Text
18 Mitos Traveling Ini Sering Banget Menyesatkan (Calon) Wisatawan Lho!
18 Mitos Traveling Ini Sering Banget Menyesatkan (Calon) Wisatawan Lho!
Mitos Traveling berikut ini mungkin sering anda dengar, atau bahkan pernah anda lontarkan, coba cek: “Ngapain jalan-jalan ke luar negeri? Di Indonesia juga banyak tempat keren, kok!”“Jalan-jalan terus nih. Kayak yang punya banyak uang aja!”“Eh, kalau pesan hotel paling murah tuh mending lewat situs sensor aja!”“Solo backpacker? Bahaya ah! Apalagi buat cewek!” Sadar atau nggak, kalimat-kalimat di…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ryanaditya · 4 years
Text
NGELAYAP
#1 Capsule Hostel Bandung.
Tumblr media
Tempat tidur ternyaman kedua setelah kamar gue di rumah. Awalnya gue ke bandung bakal nginep di tempat kawan, tapi setelah gue surfing di akang Google dan buka-buka YouTube tentang backpacker ke kota Bandung, niat awal gue nginep gratisan sempet pupus gara-gara liat salah satu penginapan yang "kayaknya" unik ini. Yap, Capsule Hostel. 'Ini gue ngga lagi di-Endorse ya.'
Gue penasaran, tapi sayang kalo backpacker-an malah keluar duit banyak karena harus nyewa kamar, gue nggak jadi deh nginep disitu.
Namanya juga backpacker jalan sendiri juga jadi, tapi tiba-tiba gue malah keinget sama temen gue yang suka travel juga, singkat cerita dia mau ikut setelah gue ajak dengan iseng-iseng berhadiah.
Bukan kebetulan dia cewek (karena dari lahir dia emang cewek) gue saranin dia untuk menginap di capsule hostel, selain murah nggak mungkin juga kan dia nginep di tempat temen gue yang berkelamin beda dengannya.
Jauh-jauh hari kita kontekan via Whatsapp, (Karena gue tinggal di Tangerang, dia di Serang) nggak sedikit juga rencana yang kita utak atik demi kelancaran ketika nanti disana. Namun setelah ribuan planning diatur akhirnya kesepakatan lahir.
Gue yang tadinya nggak jadi nginep di capsule ujung-ujungnya jadi juga. Karena temen gue sendirian dan butuh temen, mau nggak mau gue harus nemenin. Yahh walaupun gue cuma nginep satu malem doang. But its ok.!
Jam 8 malam gue ceck in, setelah keluyuran ke Monumen Pahlawan-Gasibu-Gedung Sate-Balai Kota-Jalan Braga dan Alun-alun kota Bandung jalan kaki, sampe ke lokasi penginapan pun gue dan temen gue jalan kaki ditambah nyasar juga.
Pas nyampe ternyata penginapannya itu di Apartemen. Ketika masuk gue diminta pin BB sama security. Eh salah, KTP maksudnya. "Bisa liat KTPnya mas?" Kata dia (security)
"Bisa pak" gue buka dompet, trus kasih KTPnya.
"Lina....." dia baca KTP gue sambil merem-merem dikit dan mulai menulis di buku utang. Temen gue ketawa.
"Rian pak, Rian aditya" gue menegaskan.
"Oh, maap maap, soalnya kalo malem nggak keliatan, matanya udah ples" katanya. Ketara logat sundanya.
"Iyah pak nggak papa"
"Jalan......." dia mengeja sambil menulis.
"Serang banten aja pak" pinta gue.
"Mm iya iya" jawabnya sambil menulis.
"Saya satu-satunya pak orang serang yang namanya Rian aditya." Kata gue mencoba bercanda. Dia ketawa temen gue juga.
"Wah, berarti nanti jadi gubernur tuh" ucap dia seraya ngasih KTP ke gue.
"Ah nggak mau pak, pusing mikirin politik" jawab gue. Lagi-lagi ia ketawa bareng dengan temen gue.
"Makasih pak" kata gue sambil jalan dengan temen gue.
Pas masuk gue liat ada kolem renang, uh rasanya gue pengen renang tapi berhubung udah malem (sebenernya karna nggak bawa anduk sih) gue memutuskan untuk meninggalkan kolam itu, dan berlanjut masuk kedalam apartement.
"Kamarnya ada di lantai 19 yan" kata temen gue.
Pas gue denger "Lantai 19" gue langsung ketakutan, masalahnya gue takut ketinggian.
"Aduuuhh, gimana ini, ngeriii" dalam hati gue ketakutan tapi muka gue nggak gue tunjukin kalo gue takuuut.
Selain takut ketinggian gue takut ada bencana alam, apalagi beberapa minggu lalu ada gempa di Jawa Barat, gue mikirin gimana kalo gue lagi tidur ada gempa yah..?😣
Apa yang harus gue lakukan di lantai 19? Apa gue harus diem aja? Apa gue harus lari sekenceng-kencengnya? Apa gue harus ngumpet di bawah rok orang lewat? Nggak nggak, pokoknya gue harus berani.
Dengan baca bismillah 11 kali akhirnya gue melangkah kedalam lift.
Pasang muka selow biar nggak malu-maluin, cowok pemberani gitu loh.
Padahal dalam hati nyebut terus.
"Subhanallah..subhanallah. subhanallah..200x" sambil tangan meremas celana sembunyi-sembunyi.
Temen gue neken tombol 19 dan tutup. Lift naik dengan cepat tapi nggak berasa cepat tau-tau udah sampe aja.
Kita keluar lift, belok kiri, terlihat satu jendela di ujung dan gue jalan melewati beberapa kamar dilorong itu.
Kamarnya pas ada di ujung, gue liat pemandangan dari jendela, indah banget, pas gue liat bawah. "Ueeekkk... " tiba-tiba mual pangen muntah.
Gue beranjak dari situ dan masuk kekamar. Pas masuk, sialan, gue terjebak ajakan temen gue, gue terjebak dalam indahnya malam itu, nggak nyesel gue nginep disini. Nggak berlama-lama gue langsung ke kasur setelah ngambil kunci loker yang disediakan untuk penyimpanan barang bawaan kita.
Gue dapet tempat tidur diatas, temen gue tepat dibawah tempat tidur gue. Jadi model kamarnya itu, satu kamar disekat-sekat, jadilah 6 tempat tidur Doraemon akil baligh. Dibalut dengan pemandangan langsung ke kota dan pegunungan. Ada aquarium mini pula disamping kasur dengan suara yang khas, yang bakal mengantar gue ke alam mimpi dan tidur pulas di dalam capsule tersebut.
Anehnya gue malah betah liatin pemandangan kota Bandung dan pegunungan di malam hari, lampu-lampu perkotaan yang gemerlap, dan semua pemandangan yang gue liat dari lantai 19 mampu memanjakan mata. Jadi gue nggak mau tidur dan melewatkan kesempatan emas begitu saja, akhirnya gue begadang untuk menikmati setiap detiknya kota Bandung yang sangat sejuk dan Romantis. Walaupun perut mulai berisik. (Maklum belum makan dari SMA)
0 notes