Tumgik
#belajar make up
auliasalsabilamp · 3 months
Text
Mengganti Pola Hidup
Wanita kalau tidak mau memaksakan diri untuk membaca buku, menelaah kitab-kitab, belajar dengan guru-guru terpercaya akidah dan manhajnya sembari terus berdoa memohon keistiqomahan kepada Allah.
Terlalu sibuk dengan urusan dunia, make-up, gamis yang gak ada habis-habisnya maka sampai kapan pun diri kita akan terus terbelakang dalam ilmu dan amal sedangkan kita punya kewajiban yang besar sebagai pencetak generasi, apakah tidak cukup miris melihat generasi islam saat ini ?
Kalau hanya sibuk menghias diri tanpa belajar ilmu syar'i apa bedanya dong diri ini di masa kini dan masa lalu, cuma beda casing doang.
Betul kata ustadz حافظه الله تعالى yg paling mudah dari proses hijrah adalah ganti outfit, sementara mengganti pola hidup itu prosesnya panjang banget.
Bandung, 9 Sya'ban 1445 H.
131 notes · View notes
hellopersimmonpie · 4 months
Text
Sore-sore sambil masak, gue nonton podcast-nya Indah G yang mewawancarai dua caleg muda. Dengan biaya politik yang tinggi, kesempatan untuk menjadi caleg bakal lebih terbuka untuk anak-anak muda yang privileged. Gue jadi mikir kalau anggota legislatif nantinya cuma berisi wakil dari kalangan atas yang nggak pernah nyentuh akar rumput, gimana mereka bisa punya perspektif masyarakat kalangan bawah?
Gue bukan butthurt atau meremehkan orang-orang kaya. Tapi sudut pandang yang diverse itu penting banget buat memikirkan kebijakan. Selama kerja di kampus, gue tuh pernah menjadi anggota senat yang merumuskan peraturan akademik. Gue juga pernah menjabat sebagai sekretaris prodi yang mengeksekusi aturan yang dirumuskan senat. Meskipun saat menduduki posisi senat, gue tuh bukan yang vokal banget, tapi gue cukup dapat pembelajaran betapa pentingnya menata perspective untuk decision making dan perumusan kebijakan.
Pernah gue tuh mewawancara mahasiswa untuk menentukan apakah ia layak mendapatkan keringanan UKT atau tidak. Dari luar, mahasiswa ini menggunakan barang branded (keyboard mechanics, headset gaming, Ipad). Guepun mendalami "Darimana barang-barang branded tersebut?"
"Apakah dia ada keinginan untuk berhenti membeli barang branded?"
Gue tau ini kejauhan. Pertanyaan pertama tuh gue tanyakan sebagai sekretaris prodi yang perlu tahu kondisi ekonomi mahasiswa. Sementara pertanyaan kedua tuh gue tanyakan secara personal untuk menggali motivasi dia membeli barang branded karena gue khawatir dia akan terjebak hedonic treadmill.
Mahasiswa gue menjawab bahwa barang tersebut dia beli untuk kenyamanan kerja. Karena selama ini dia bekerja sebagai ilustrator yang harus menanggung kebutuhan keluarga bareng kakaknya. Selama ini, uangnya cukup untuk itu.
Tapi selama dua bulan ini kakaknya menganggur dan belum dapat kerja lagi jadi uangnya nggak cukup lagi untuk bayar SPP. Kalau ada uang lagi, dia nggak akan beli pernak-pernik keyboard mechanics karena menurut dia yang seperti itu aja sudah cukup.
Pas ngobrolin hasil interview sama temen, temen gue bilang:
"Ya harusnya dia nggak usah beli barang-barang kayak gitu. Mending utamakan kebutuhan pokok dulu"
Selama kuliah, gue juga kuliah sambil kerja. Gue tau persis gimana rasanya kelelahan dan pengen beli sesuatu untuk bikin kita nyaman. Ini bukan romantisasi keadaan yang dikit-dikit self reward. Tapi ya karena emang saking capeknya.
Dari obrolan tersebut, kami berdua akhirnya menata perspective bahwa pendidikan yang berkualitas sampai sarjana harusnya accessible untuk semua kalangan. Kalaupun si mahasiswa tersebut sampai nggak dapet keringanan UKT, itu karena uang dari kampus nggak cukup. Bukan karena ia tidak berhak. Menanggung kebutuhan keluarga di usia segitu sangat tidak ideal meskipun dia mampu di tahun-tahun awal kuliah.
Untuk sesuatu yang dekat aja, kita bisa punya perspective yang beda banget. Apalagi untuk yang luas dan jauh.
Pernah ada masanya gue tuh percaya sama meritokrasi. Sampai pada akhirnya gue belajar tentang konsep balancing dalam Game Design. Orang-orang privileged itu layaknya pemain yang punya banyak duit sehingga mereka bisa melakukan top up untuk mendapatkan skill tertentu. Sementara orang-orang miskin itu ibarat free player yang harus push rank cukup lama dan memanfaatkan random event untuk naik level. Antara orang yang privileged dan nggak privileged itu nggak akan pernah balance. Seorang anggota legislatif itu ibarat game designer yang merancang "dunia" agar orang-orang yang tidak privileged ini tetap merasakan kehidupan yang baik sebagai manusia. Tetap punya waktu luang untuk bonding dengan keluarga. Tetap makan makanan bergizi. Tetap punya ruang hidup yang layak tanpa mengalami gentrifikasi atau berebut dengan industri. Sistem meritokrasi tidak akan pernah adil karena kalau ada orang-orang non privileged bisa naik kelas manjadi crazy rich, itu ya sebagian kecil aja. Kalau kita menjadikan contoh kasus seperti itu sebagai sesuatu yang sangat mungkin terjadi, kita sudah terjebak dalam survivorship bias.
Instead of mendorong orang-orang yang tidak privilege untuk melakukan mobilitas sosial, gue lebih mikir negara mendorong kebijakan agar masyarakat miskin dan rentan bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Dalam arti biarpun uang nggak seberapa tapi sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan ruang hidup yang layak tetap accesible buat mereka.
Gue menghargai perspective banyak orang tapi perspective yang mengatakan bahwa "Orang miskin itu nggak sukses karena mereka kurang usaha" akan terus gue korek sampai bisa membuktikan apakah perspective tersebut benar-benar mewakili kondisi yang sebenarnya ataukah karena kita tone deaf. Bagaimanapun memang ada orang-orang yang memang cuma perlu fokus ke so called "usaha" karena kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Sementara di sisi lain, ada orang-orang yang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya baru mikir usaha.
57 notes · View notes
maitsafatharani · 9 months
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
113 notes · View notes
cocotangaje · 5 months
Text
5 Januari 2024
Gue inget banget november kemarin dengerin ini sambil jalan di daerah GBK. Abis main dari lapangan softball sambil belajar persiapan CPNS. Ngeraguin diri sendiri, ngerasa semua yang gue perjuangkan dan usahakan gak ada gunanya, yada yada.
Berasa diterowongan gelap yang entah dimana ujungnya.
Hari ini, belum genap sebulan gue magang di focallure, gue udah dipindah posisi di tempat yang gue mau: marketing analyst.
Semuanya berawal dari salahsatu partner kerja gue (panggil aja jasmin) yang udah fulltime ngajuin buat diadain evaluasi sama general manager, tadinya mau diadain senin, tapi ditarik ke hari ini. Untungnya jam set 9 gue udah di kantor.
Langsung ngebutlah tadi pagi. Dari jam set 9 selesai jam set 11. Awalnya evaluasi ini cuma wadah buat jasmin sama anak-anak konten buat ngeluarin uneg-uneg yang kurang ini itunya. Tapi gue inisiatif buat present data dan segala yang pernah gue pelajari selama ini dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Selesai meeting dan break, gue dipanggil ke ruangan manager. Dari content creator, langsung dioffer buat nempatin marketing analyst aja. Posisi gue dibawah spv, padahal gue masih magang. Meski begitu, gue udah punya bekel pengelaman sama ilmu bootcamp. Jadi gak linglung. Gue tau harus apa: beres-beres. Organisir. Bikin sistem.
Gue kerjain semua dari jam 3 nyampe waktu sholatpun hampir kelewat. Hari ini nyampe tulisan ini diketikkan gue gak berhenti ngucap alhamdulillah. Gue bahkan sempet nangis (dikit) tadi karena gak nyangka akhirnya ketemu atasan sama partner kerja yang baik, industri make up, BAHKAN dikasih kesempatan buat nyalurin apa yang gue suka dan bisa.
😭😭😭
Kek,
I always think am I still in a dream?
Is it really spring That came after the long winter?
11 notes · View notes
lebensmoode · 6 months
Text
Drawing Journey #1
Tbh, I've been into drawing people face or expression since school era back then. Thanks to komik-komik bacaan jaman kecil dulu. Dan biasanya gw jarang pake helping line alias draf kasar ketika ngegambar wajah, langsung firm line yg nanti tinggal dipertegas. Jadi gak ada tuh yg gambar lingkaran dulu, kasih garis batas mata, hidung, mulut, telinga, dkk. Alasannya... kalo pake helping line gambar gw jadi aneh 🙂
Mungkin karena udah kebiasaan juga kali ya, I feel more comfortable by not drafting. Udah terbiasa sama hasilnya juga.
Naah last July or August, gw mantengin satu channel menggambar di yutub. Gak sengaja padahal. Pas diperhatiin cara beliau ngegambar wajah pake draf ini kok keliatan mudah diikutin dan hasilnya juga chakep yaa. As you guess, gw mulai coba latihan pake lingkaran kecil lingkaran kecil... lingkaran besaar #yousingyoulose
(Btw nama channel nya @chommang_drawing)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Hasilnya sedih 🥲 dan aneh 🥲
Ada yg matanya gak puguh, alisnya gak simetris, terlalu lonjong. Gw bukan tipe yg harus simetris segala letak komposisi wajah like the real human ya, asalkan di mata gw nyaman aja ngeliatnya yaudah, oke gitu. Tapi ni pas trial awal awal adaaa aja yg ganggu mata aing. Nah, trus gw juga mulai belajar gambar cowo. Not bad sih rambutnya, tapi mukanya itu loh. Kayak topeng scream 😭
3 bulan kemudian alias hari ini, gw coba lagi dah tu ngegambar. Penasaran aja apa ini skill kalo gak diasah malah tambah butut apa tetep mirip kaya dulu-dulu.
Surprisingly...
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Eh markijan??? Kok alus???
At least menurut gw ya. Tambah rapi 🥹 Jujur gw kaget dengan hasilnya. Again, matanya mungkin terlihat aneh kalo diperhatiin, ada garis wajah yg ketebelan juga. But overall, I. Love. It. Dan setelah gw pikir-pikir, gw tau alasan lain kenapa hasilnya bisa begini............
..........gw asik nonton anime aja 3 bulan terakhir 🤡
RUBBY IS ON THE BLAME !1!1!1!
Makanya ini gw lagi stop nonton dan akan mulai nge-review anime apa aja yg udah aing saksikan selama ini. Manatau ada yg mau mengikuti jejak hamba banting setir ke anime karna durasi drakor dirasa sudah sangat wasting time dan menambah feeling guilty (and honestly I fed up with kdrama so... 🙂🫱🏼‍🫲🏿)
Kembali ke leptop
Pernah gak sih hw hasil gambar lu jelek? Of course pernah, dan masih sampe sekarang. Yaitu saat hamba menggambar wajah yang serong ke kiri.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Dah. Dahla. Bye pokoknya 👋🏻
Udah lah jelas gak simetris, mata gw beneran gak nyaman ngeliatnya hft. Ini salah satu PR gw dalam pergambaran. Kudu bisa gambar wajah serong kiri yg enak ditengok. Dah, intinya gitu. PR lainnya adalah, gw tu selalu gambar wajah cuma sampe dada alias bust up. Hampir gak pernah full body, even sampe half body aja gw jaraang beut. So I've collected some human pictures with different pose yg nantinya pengen gw jadiin referensi menggambar half/full body. Doain terlaksana yak.
And it seems like I will make separated account for my drawings?? Hmmm let's see
Sekian dulu gais. Ada jambu di kulkas yg nungguin, mau gw makan pake somboy sambil nonton. Nite nite ✨🫰🏻
8 notes · View notes
tulisanmimi · 7 months
Text
Happy world mental health day.
Terimakasih Mi untuk semua hal, keberanian, dan juga perjuangan yang sudah kamu lakukan. Terimakasih sudah bersedia belajar dan melakukan hal baru. Hari ini aku ingin mengapresiasi hal-hal kecil menurutmu.
Mi, terimakasih sudah belajar make up sendiri, wisuda kemarin pake make up sendiri sesuai yang kau inginkan bukan? Padahal kamu cuma bisa pake liptint dan sunscreen biasanya. Dalam satu bulan ternyata kamu bisa se-pede itu buat pake make up sendiri di foto ijazah dan wisuda. Congrata Mik! Pake hills 7 cm ternyata kamu juga bisa loh, masih ga nyangka kan? Padahal biasanya juga anak sneakers. Bahkan flat shoes hanya dipake waktu magang ke sekolah kan? Hahaha. Pada akhirnya bisa kan, walau butuh latihan seharian biar jalanmu ga aneh. Akhirnya kamu bisa juga. Dengan segala wardobe casual yang kamu miliki, kamu ternyata bisa jadi perempuan girly, pake baju brokat dan kain loh. Hahaha. Mana pake warna sage loh. Itu warna paling terang yg kmau punya kan. Hahaha. Selamat Mik!
Coba kamu renungin deh, berapa kali kamu meragukan dirimu sendiri? Ternyata kamu hanya perlu satu langkah buat berani mencoba kan? Hehehe. Selamat ya Mi, untuk hal-hal yang kamu anggap kecil, itu juga perlu diapresiasi.
Barakallah Mi💐🤍
Big hug for u 🤗
11 notes · View notes
aledisini · 2 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Kufur nikmat
Dasar manusia, baru bersyukur ketika nikmat yang ada diambil.
Terhitung genap 10 hari mata kanan gue nyut-nyutan. Kadang gatel kadang gatel banget. Pagi-pagi pasti kelopak mata atas sama bawah nempel, buka nya kudu pelan-pelan pake segala di tap tap dulu wkwk.
Dari sakit mata, gue justru belajar bagaimana seharusnya memperlakukan indra penglihatan ini. Dulu gatel dikit mah kucek terus, sampe merah. Abis kondangan pake eye make up lengkap juga sok sabodo teuing dibawa tidur ga cuci muka. Begitu sakit mata, jadi hati-hati banget. Beli tisu yang lembut lah, sampe bersihin tangan pake hand sani dulu sblm pegang mata😂
Namanya juga manusia, tempat nya lupa. Waktu kontrol kedua udh dikasih jam-jam tertentu buat netesin mata, tapi karna udh ga merah jadi suka saya abaikan dan kurangi dosis nya hueheheh. Bukannya sembuh nyut-nyutan nya tetep setia rupanya:)
Judul nya lebih tepat jadi Berbagai Tetes Mata Tlah Kucoba. Sampe alarm gue sudah tidak didominasi wake up alarm, tapi jadi nama obat nya wkwkwkwk. Sempet mastiin ke dokter nya ini kapan kira-kira sembuh total. Jawaban nya yaaa diplomatis, "lama ini, tapi kita usahakan ya".
Nama nya juga manusia. Sebagai hamba, tugas nya berusaha dan berharap. Ujung finish nya terserah Allah. Kalo kata Umar bin Khattab, "apa-apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku". Kalem weh makannya kalo blm waktu nya teh.
Sama kaya ramadhan. Sebagai hamba, tugas setiap kita adalah mengupayakan yang terbaik. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Bersaing dengan diri sendiri di ramadhan yang lalu. Raya nanti siapa yang tahu hitungan ganjaran kita? Cuma Allah.
Ramadhan ini sudah habis setengah. Apa sudah tercapai target-target nya? 😌 ayo semangat lagi, biar lebih baik dari tahun kemarin🔥
3 notes · View notes
milaalkhansah · 1 year
Text
it’s Enough
dulu, tiap lagi merasakan sesuatu, entah itu sebuah perasaan sedih, marah, kecewa, dan happy, aku selalu memberikan diriku waktu begitu lamanya untuk merasakan perasaan-perasaan itu. seperti..., take your time, tak peduli mau seberapa lamanya pun kamu pengen menikmati perasaan itu, go ahead.
namun, more i grow up, i decide to make limid time, like..., oke. ini waktunya untuk stop, it was enough, sudah cukup sedihnya, sudah cukup galaunya, sudah cukup nangisnya, sudah cukup waktu untuk seneng-senengnya, sudah cukup marah dan kecewanya. ini mungkin terdengar jahat dan egois, karena seakan tidak memberikan diriku untuk punya waktu yang lebih untuk merasakan perasaan-perasaan tersebut. but, saya memilih untuk sedikit lebih keras terhadap diri saya sendiri, karena saya tahu, bahwa saya harus segera beranjak, bahwa saya tidak bisa diam di tempat teralu lama, bahwa saya harus segera move on dan lupa, bahwa saya harus ingat, waktu tak memberikan saya banyak kesempatan untuk beralut-ralut dalam sebuah perasaan teralu lama.
dua hari kemarin tuh, saya sedang patah hati, singkat cerita, seakan tidak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya--bahwa jangan pernah memutuskan untuk mengenal seseorang lebih jauh, saat kamu belum berada di kondisi yang tepat, dan di waktu yang benar. dan kemarin bodohnya, saya melakukan hal itu.
pikiran saya waktu itu pas memutuskan untuk membuka diri, “Nggak papa, cuman kenalan aja kok, nggak papa itung-itung aja cari pengalaman, toh di awal pun saya sudah tahu, bahwa saya tidak bisa membuka diri lebih dalam”
eh, kemakan omongan sendiri. saya tertarik padanya, tapi di saat yang bersamaan saya tahu, bahwa saya nggak bisa. bahwa dia bukan orang yang tepat, bahwa kita nggak sejalan dalam banyak hal.
dan saya cukup sedih akan hal itu. karena lagi-lagi, dengan bodohnya saya kembali jatuh pada lubang yang sama, pada kesalahan bahwa jangan pernah main-main dengan sebuah perasaan.
sekarang tuh, tiap ngalamin suatu kejadian, ataupun tiap ketemu orang baru, saya suka berpikir, Allah mau saya belajar apa ya dari kejadian ini, Allah mau saya mengambil hikmah apa ya dari pertemuan ini.
lalu, saya berpikir, bahwa dari perkenalan singkat dengannya, barangkali Allah mau menyadarkan saya, bahwa memang saya masih perlu waktu untuk sendiri, bahwa saya belum sepenuhnya bisa menerima dan menyayangi diri saya sendiri, bahwa ada banyak sekali hal yang harus saya benahi termasuk mengikhlaskan perasaan-perasaan yang lebih dulu pernah ada, sebelum memberi kesempatan kepada orang lain untuk masuk di hidup saya yang masih sangat berantakan ini. bahwa jangan pernah membuka hati, hanya karena kesepian yang sudah teralu lama menemani.
well, di waktu yang sama ketika saya menulis ini, perasaan saya masih terasa sedikit ngilu, mengingat bahwa lagi-lagi saya gagal bertemu dengan orang tepat. tapi yaudah lah, saya sudah teralu cape untuk beralut-ralut. toh nanti juga saya akan lupa, toh nanti juga saya akan ketemu dan berkenalan dengan banyak orang, toh sama seperti yang sudah-sudah, nanti juga perasaan saya akan kembali biasa-biasa saja.
yah, it was enough. sudah cukup dua hari sedihnya, besok-besok kita harus kembali ke kehidupan semula, mengingat bahwa ada banyak hal yang harus di prioritaskan dibanding perasaan sendiri.
- Chapter 20 in 2023
22 notes · View notes
dilbaaah · 9 months
Text
Kehilangan.
Hari ini rasanya berat banget ya.
Entah berapa kali air mataku berjatuhan.
Perpisahan di depan Al-Azhar waktu itu ternyata juga sekaligus perpisahan kita di dunia ini.
_______________________________________
Hi. Miftaah. Sosok yang sangat baik hati.
Sekarang kamu udah ga sakit lagi, ya?
Kamu udah tenang disana.
Maafin aku dari tadi aku nangisin kamu. Air mataku selalu aja otomatis jatuh ketika terbesit tentangmu. Aku gatau cara lupain kamu Mif. Aku gatau cara berhentiin air mataku.
_______________________________________
Mif, makasi ya. Aku belajar banyak darimu.
Aku melihat banyak kebaikan di kamu. Semoga bisa kuterapin di keseharianku.
Mif. Aku masih ga nyangka kamu pergi untuk selamanya.
Kabar kamu yang tiba-tiba hilang. Kamu tiba-tiba ga bisa dihubungi. Ternyata sakit yang kamu sampaikan waktu itu bukan sakit biasa. Kamu berjuang sepanjang hilangnya kabar darimu.
Miftaaahhhhh.
Semuanya masih teringat jelas di memoriku Mif.
Tentang kamu Mif.
Kamu yang pertama kali nemenin aku belanja sektor waktu itu. Kamu yang bisa aja ngehibur aku Mif. Kamu yang suka nyanyi ga jelas comblangin aku sama dia Mif. Kamu yang tiba-tiba ngechat si dia kalo aku salam sama dia. Padahal engga. Kamu yang mau aja nemenin aku kemana-mana. Kamu yang make-up in aku waktu itu + minjemin HP dan jilbabmu Mif. Keliling kampus untuk terakhir kalinya bareng kamu.
Ternyata ramadhan kemarin sangat berarti buatmu Mif karena itu adalah ramadhan terakhirmu.
Aku seneng ramadhan itu beberapa kali bisa di samping kamu. Berburu ta'jil bareng. Mantelan bareng. Motoran hujan-hujanan.
Kamu juga beberapa kali ngirim foto kita bareng. Perjalanan pulang dari kampus ke Riau. Kamu rindu ya Mif sama perjalanan itu?
Mif. Jujur banget ga banyak orang kaya kamu. Senyummu tulus. Pertolonganmu tulus.
Semoga aku bisa ngikutin kamu ya Mif. Bisa niru kebaikanmu. Kebersihan hatimu. Keikhlasanmu.
Mifff. Semoga tempat terindah untukmu Mif.
Aku rindu Miffff. Rindu banget..
😭😭😭😭😭😭😭😭
6 notes · View notes
nafisahm · 1 year
Text
surat untuk tokoh rahasia
aku adalah gadis asing yang kamu jumpai secara kebetulan. kebetulan yang biasa saja menurutmu, tapi sangat aku syukuri hingga hari ini.
sebelum dan setelah perjumpaan itu, mungkin kamu pun menemui persona lain dengan kesan yang lebih menarik dan kenangan yang lebih menyenangkan untuk dirawat.
tapi buatku, kamu tetap menyisakan kesan terbaik dalam perjalananku. aku selalu mau kita abadi, meski aku pun menyadari bahwa sejatinya nggak ada yang abadi di dunia ini.
kebetulan itu mengantarkan aku dan kamu pada pertemuan-pertemuan lain yang membuat hatiku dipenuhi kupu-kupu.
salah satu fase bahagia di hidupku, ada kamu di dalamnya.
dulu kamu mengenalku yang takut keramaian, punya sedikit teman, sulit bersosialisasi, dan sukanya sendirian. kamu juga mengenalku yang mulai belajar berteman, mandiri, dan hidup pada pilihanku hari ini.
"manusia itu selalu berubah, tapi memang perubahan itu nggak selalu seperti yang kita mau. kita nggak bisa minta orang lain berubah buat kita,"
aku selalu ingat kalimatmu itu. meskipun dulu aku bilang aku adalah orang yang sama seperti yang kamu temui di awal, ternyata nggak bisa aku pungkiri bahwa beberapa hal dalam diriku juga berubah seiring berjalannya waktu.
yang menetap di sana hanya perasaan. perasaan yang nggak bisa teralih.
aku cuma mengurangi keberanianku untuk memulai obrolan dan menanyakan banyak hal. meskipun kadang rasanya ingin berbagi dunia selayaknya aku dan kamu ketika masih sama-sama bahagia.
sampai hari ini aku pun nggak tau kamu sedang merawat perasaan kepada perempuan yang mana. duniamu sudah semakin sulit aku tembus.
kisah ini terlalu sebentar, sangat sebentar. tapi, juga sudah terlanjur banyak yang aku bagi dengan kamu dan duniamu.
mimpi-mimpiku, ketakutanku, kerumitanku, apa yang aku makan hari ini, benda random yang aku beli, foto wajahku dengan make up yang selalu kamu puji, hal-hal yang membuatku jengkel sehari-hari. rupanya kamu masih jadi orang yang paling ingin aku ajak berbagi segalanya.
hari ini, lingkup pertemananku sudah nggak sekecil dulu. aku menerima banyak rasa sayang. tapi, ada lubang cukup besar di hatiku sejak aku menghabiskan waktu tanpa membagi duniaku sama kamu.
mei 2023
11 notes · View notes
rumelihisari · 6 months
Text
Meja Rias
Sudah dua bulan ini menempati kontrakan punya mertua yang bersebelahan dengan rumahnya. Semenjak habis kontrak kerja di Serang, dengan pertimbangan yang cukup matang, akhirnya memutuskan untuk pindah ke kampung halaman suami.
Beberapa hari lalu, aku dan suami main di rumah mertua, lalu melihat kamar adik ipar yang tengah mondok di pesantren. Kamarnya sedang direnovasi dan didekor dengan warna dan furniture yang cantik seperti meja rias, lemari, dll. Saat melihat semua benda yang bertengger di kamar, nggak ada hal lain di kepalaku selain, “oh iya kamarnya sekarang jadi cantik”
Aku melihat suami mengitari seluruh benda yang ada di kamar dan menyentuhnya satu persatu. Lalu saat ia menyentuh meja rias, entah apa yang ada dipikirannnya saat itu, dia mengatakan, “dek, nanti kalo ada uang, aku beliin meja rias, ya.” Aku menganggukkan kepala dan tersenyum. Tapi anehnya perasaanku saat suami mengatakan itu, tidak semembuncah saat biasanya suami ku mengajak ke toko buku dan menuntut ilmu bareng.
Aku menghargai upaya suami untuk membuatku senang dengan pernyataannya itu. Apalagi perempuan memang identik dengan alat kecantikan seperti make up dan skincare yang perlu ditaruh di meja rias.
Tapi ada hal yang aku sadari bahwa ketika aku masuk kamar adik ipar dan melihat meja riasnya, itu nggak menghasilkan rasa ingin memilikinya juga. Biasa saja. Pun ketika suami membuat pernyataan di atas, aku berfikir, aku skincare an karena untuk menyenangkan suami, yang berharap semuanya bermuara pada ridha Allah. Mungkin suami berfikir kalo aku memiliki meja rias, aku bisa lebih semangat tampil cantik di depannya.
dari hal itu aku menyimpulkan kalo ternyata meja rias menjadi keinginan dengan urutan nomor kesekian di kepalaku. Kalo dibelikan, diterima. Kalo pun nggak, nggak ada masalah. Dan ternyata yang kubutuhkan adalah ruang dan meja belajar yang nyaman dan tertata rapi, supaya aku bisa baca buku dengan tenang, tilawah dengan tenang, nulis dengan tenang, supaya ide ide dakwah lahir dari tempat itu, dll.
Ternyata membenahi pemikiran tentang hidup, memengaruhi hal yang menjadi keinginan dan kebutuhan juga.
4 notes · View notes
hellopersimmonpie · 2 years
Text
Weekend Recaps
Tumblr media
Have a peaceful weekend with a cup of coffee and book.
Tumblr media
Mulai berani pelan-pelan sketching random meskipun hasilnya embuh. Ini tuh gambar setelah capek bikin grid perspective 🤣 Ngerasa perlu belajar gambar biar tahu cara kerjanya Game Artist dikit-dikit. Tapi gue spesifik belajar gambar bangunan sama interior. Ga bisa gambar karakter 😖😖😖
Tumblr media
Dulu ngerasa nggak PD kalo lagi gemuk, pake baju putih dan tanpa make up. Sekarang udah santai aja.
Tumblr media
Nggak apa-apa sesekali makan dessert untuk memperbaiki mood. Thanks to kakak Widi udah dikirimi dessert.
Tumblr media
Happy karena anak-anak udah mulai ngerti pentingnya belajar bareng dan kerjasama. Mulai ngerti gimana memperjuangkan role masing-masing di game biar jangan sampai dianggap nggak penting. Game yang bagus butuh SDM yang skillful di semua role.
Tumblr media
Dan bersyukur punya banyak temen cerita yang bisa diajak belajar mendewasa bareng dan memahami orang lain. Tentunya bukan sebagai people pleaser. Tapi lebih ke belajar untuk nggak membesarkan setiap masalah. Choose our battle wisely. Sayangi diri sendiri :)
27 notes · View notes
pangpingpong · 8 months
Text
Refleksi 0710
Udah oktober, bau-bau musim hujan udah keciuman (kalau di Bogor). Meanwhile as a nomad during 2023, Gue ngerasa gue lebih kangen kosan dengan segala kekurangan yang gue miliki. And I am fine with it (sometimes). Yang gak fine adalah ketika hujan deres banget kemudian kosan jadi basah dan lembab karena kerembesan air hujan.
Baca artikel soal snake yang regularly shedding their skin dan ternyata itu bagian dari proses bertumbuh dan berkembang. Emang didukung suasana hati dan mental yang sedang low, gue mewek (padahal ini gue di bandara wkwk. Ya ga papa sih. Lu berhak nangis kok. It is fine).
Makhluk hidup melewati semua proses tidak menyenangkan dalam hidupnya untuk bertumbuh. Mungkin ga semuanya berakhir dengan outcome yang baik, ga semuanya jelek juga. Ular pun sama (lah kenapa gue tetiba bahas ular? Ga tau kepikiran aja).
Gue kira ular tuh shedding their skin pasti bakalan hurtful tapi ga sih. Karena ceunahnya sih ada kelembaban yang jadi pelumas biar kulit baru dan kulit lama bisa terpisah. But, the process maybe still not comfortable. Ga bisa lihat, harus stay di tempat yang terlindung (biar ga dimangsa predatornya), nyari rough surfaces biar bisa kelepas.
Gue wondering apakah jalanan yang rough itu bakalan selalu ended up with good result? I mean, from previous itu banyak orang yang struggling (di berita) yang the real struggling kemudian baru bisa thrive to make their dream comes true. Ya mungkin ada aja yang gak gitu struggling tapi ga diberitain (Maybe ada 1 diantara sekian).
Bokap pernah bilang kalau anak-anak dimasukkin ke pesantren itu agar mereka bisa belajar mandiri dan belajar prihatin sama hidup. It doesnt mean mereka harus makan nasi sama garam doang or tidur di lantai. Lebih kepada gimana mereka diletakkan dalam kondisi yang agak kesulitan, agar besok punya rasa empati yang lebih baik sama orang lain terutama sama diri sendiri. Agar besok tidak lagi egois.
Part tergak nyaman dari menjadi dewasa adalah you are on your own, kaya kata mba Taylor Swift. Maybe itu juga jadi alasan kenapa gue pengen menikah. Selain karena itu juga bagian dari ibadah (tapi honeslty alasan pengen nikah adalah I want to belong to somebody).
Keliatan pathetic asli, mungkin juga shockingly buat temen-temen yang udah kenal gue lama. Yang menganggap gue adalah manusia independent, kemana-mana hayo, kemana-mana bisa sendiri, angkat galon bisa, pasang gas (alhamdulillah) sudah bisa.
Ortu tidak mengabaikan gue, gak pernah. Tapi mungkin karena SMP SMA Kuliah terbiasa mandiri, di umur sekarang gue pengen punya 1 orang yang bisa gue ajak brainstorming dimanapun. Gue tanya-tanyain apapun itu meski ujung-ujungnya gue punya jawabannya (cara otak gue mengatur keruwetan isi pikiran gue). Punya temen yang bisa sharing pendapatnya soal buku yang gue baca, ngingetin kalau gue malas olahraga (hahaha). Jadi orang yang bisa ngasih jawaban random pas gue suka kepikiran pertanyaan random. Taking care of each other dan stay di sebelah gue pas gue pengen nangis (aslik sih kadang gue cuma butuh shedding tears aja kek ular butuh shedding their skin - hahaha sungguh analogi yang tidak relevan).
Maybe at the end, gue cuma pengen kaya manusia normal lainnya. Dulu gue tidak suka pakai emas (anti banget) sekarang malah kalau dapat duit dikit pengen punya emas. Gak yang tebel atau gede banget, cuma sesuatu yang I can look at and remind me that ini loh kemarin gue survei capek-capek tuh ini buktinya.
Bukan berarti ga menikah itu gak normal. Pernah mikir juga, mungkin emang beneran ada beberapa orang yang jodohnya itu gak ada di kehidupan ini. Adanya nanti pas di akhirat. And I am wondering how they can survive the feeling of loneliness.
Keluarga besar gue ada yang belum menikah sampai usia mendekati pensiun. Keluarga yang lain kaya khawatir, besok kalau beliau sakit siapa yang mengurusi. Gue jadi kaya ketrigger "Emang istri/suami sama anak itu diciptakan cuma buat ngurusin suami/istri yang sakit?"
Yang kenyataannya itu bener. Tapi itu bukan tujuan yang utama. Maksud gue, misalkan ternyata emang your spouse itu gak healthy until the day their last breath gone to the air, ya emang family itu harus dan ada untuk support each other. Kaya gue yang pengen ditemenin aja pas gue sakit (sekarang pengennya ditemenin, ga tau besok kalo udah punya bakalan ngelunjak gimana. Semoga ga ngelunjak deh ya. Aamiin)
3 notes · View notes
fazarrias · 2 years
Text
Tumblr media
Perdana datang ke walimah yang tempat duduk tamu ikhwan dan akhwatnya dipisah. Pengantinnya mengenakan pakaian syar’i dengan make up yang tidak berlebihan. Adem banget liatnya. Walau belum sepenuhnya bisa dikategorikan walimah syar’i. Tapi merasakan nuansa islami di dalamnya saja sudah cukup membuat hati ini merasa tenang.
Bahkan hiburan nasyidnya saja mengandung hikmah dan pelajaran. Tidak hanya bersenandung, tapi nasyidnya seakan mengajak untuk merenungi makna dari lagu yang dibawakan. Salah satunya lagu tentang ibu yang berhasil membuat aku turut merasa haru.
Semoga suatu saat nanti bisa melangsungkan walimah sesuai syar’at islam. Walimah yang mengandung keberkahan di dalamnya. Walimah yang membuat para hadirin mengingat Allah dan memuji asma Allah.
Bismillah. Doa aja dulu sekarang. Sambil ikhtiar tipis-tipis. Belajar dan terus memperbaiki diri karena Allah. Dan yang terpenting dari sekarang mencoba untuk ngobrolin hal ini ke orang tua. Karena kalau kata sohibku,”nikah itu bukan hanya bersatunya dua insan, tapi bersatunya dua keluarga dalam ikatan yang sah.”
Barakallah untuk mbak Ella dan suami. Semoga sakinah mawaddah warahmah.
24 notes · View notes
hmuyassar · 1 year
Text
ini draft sebenernya udh disusun dari tahun lalu ya, sebulan sebelum wisuda. Tapi beginilah akhirnya baru dirapikan lagi pas momennya tahun baru. Mumpung ada momen, pikir saya. Semakin ketunda hanya akan semakin berdebu. 
---
I’m not one that gives meaning to milestones -kinda. Being the last child, I observe the milestones of my siblings, thus for me those moments are things that will eventually arrive for everyone. Birthdays, graduations, works, new families, end and new years, meeting and parting. Not even when I finally spent time studying abroad, a dream I once had. I think of it as just another passing day. 
I wonder though whether it's really because I don’t care or it’s just not special enough. Then I turned 23, graduated and started my first work on the same day, the 1st of November of 2022. It's supposed to be a bit special, isn’t it? 
I started thinking that I never had a proper appreciation for my younger self. Although the phase I’m currently in is not actually colourful, I just painted the past with dark by leaving it and not looking at it properly. 
So here it is, small gestures of appreciation buat himmah-himmah muda.
Congrats buat Himmah SD yang sudah beradaptasi dengan rumah dan lingkungan baru. Bertahan di rumah besar yang kosong ketika kakak-kakak sibuk dengan tugas belajar dan kerja memang ga mudah. Mengulang berkali-kali buku dan cerita yang sasarannya bukan untuk usiamu di goa perpus itu mungkin satu satunya caramu untuk melupakan gelap dan sepinya ruangan lain. Kamu bahkan bisa sesekali membantu bapak ketika sedang gaptek dengan laptop, dan melihat langsung bagaimana konsistennya bapak untuk belajar dan beribadah memasuki masa tuanya. Semua itu menjadi bekal wawasanmu untuk berpikir dan melihat dunia saat ini.
Selamat juga untuk Himmah SMP, 17 Juz hafalan Quran dengan konsisten juara umum maupun harapan di hampir setiap MHQ semesteran sangat butuh perjuangan. Begadang untuk ujian tahfidz, bangun ketika orang tidur dan tidur ketika orang bangun, nangis ketika entah ujian hafalan atau MHQ kebanyakan salah, keeping up the good-girl behavior since banyak nama yang ada di punggungmu haha, serta ga berpuas diri dengan akademikmu sampe nutup telinga dari apa kata orang dan struggle buat jadi satu-satunya yang lulus IC dari sekolahmu ketika itu. Well, I think you’ve done great, seriously. 
Err, should I talk about high school too? why do am I getting traumatized instead wkwk. Sepertinya aku dan kamu belum sepenuhnya berdamai haha. Good job on being called to the graduation stage twice. A long headpat juga buat liburan-liburan yang kamu korbanin sampe selesai hafalan di rumah tahfidz. Bisa nambah satu halaman baru setiap setengah jam, ujian kenaikan juz tiap tiga hari sekali dan dapet empat juz selama dua minggu adalah suatu kebanggaan yang ga bisa lagi dilakukan dengan kapasitas dirimu yang sekarang:”. You know we’re gonna have a loong writing for what happened each year in the school, and for that I’m gonna give you a big hug. The least I should say is, maintaining the mindset of ‘finishing an educational level as it should be’ is an excellent job. You actually had the choice (or the risk? wkwk) of moving out, but you've never actually seen it despite the fear, reality, as well as the social and academical drama you met.
You should be proud of your gap year. I honestly think it’s the most productive year of your life. Kamu dihargai sebagai santri kelas bahasa arab terbaik, bisa ujian murajaah 15 juz, got higher IELTS score than your brother (yeah, lol), accepted in some universities abroad, and even diligently stimulating your brain by attending those seminars almost every Saturday. Bertahan dengan kejenuhan, konsistensi dan komitmen terhadap tujuan selama setahun ketika kamu sebenernya cenderung buat melenceng kemana-mana is a great work indeed. You even found some precious answer on your own while facing your great fear. I wonder, are we really the same person? You make me believe that I actually have those sides and that I can maximize my potential if I really want to. 
Buat Himmah yang udah lulus kuliah? belum ada haha. Kayaknya belum bisa lebih objektif untuk mengucapkan selamat dengan tulus. Mungkin nanti, 5 atau 10 tahun lagi, kalau masih dikasih kesempatan hidup. So, keep struggling until then.
Each milestone surely taught me something, but If I want to talk about it then I will get the spotlight instead of you guys. So, no. Here is another message for you;
Engga, krisis eksistensial kita ga kelar-kelar. Ha. Berubah situasi dan kondisi, sebab dan akibat, mungkin iya. But basically you still like to brood over it and sink into your own world. Hal yang mungkin berubah adalah, you now accept it as part of your journey. Mungkin ga akan pernah selesai, mungkin ga akan ketemu suatu kesimpulan. Satu titik kamu merasa sudah dapat jawaban bukan berarti kamu ga mengalami atau menanyakannya lagi di kemudian hari.  
And that’s okay, we live on with it.
Sincerely,  
your 23-y.o.-self.
Tumblr media
13 notes · View notes
debbyeins · 1 year
Text
[proses]
Hai, assalamu'alaikum..
Sepertinya tumblrku sudah seperti sarang laba-laba semenjak terakhir aku melawatnya. Kali ini aku pengen cerita tentang progresku 1 tahun ini yang menurutku sangat luar biasa sekali.
"The only way make other people to be happy is to be happy yourself."
Jadi ceritanya 1 tahun yang lalu aku diterima bekerja di rumah sakit yang 20 tahun yang lalu menjadi salah satu tempat yang bersejarah buatku. Tempat aku mengenal dunia kesehatan, tempat aku ingin menjadi dokter, dan tempat yang menjadi tujuan utamaku untuk memeriksakan kesehatan.
Bersyukur, sekaligus beban buatku, mengingat ibuku selama 30 tahun bekerja di tempat yang sama, yang sudah barang tentu banyak teman-teman kerja ibuku yang bekerja di tempat ini dan mengenalku.
Tapi, sebetulnya lebih dari itu, ada pertanyaan besar yang menghinggapiku saat pertama kali akan menginjakkan kakiku di tempat ini.
Sebenarnya apa tujuanku dan kontribusi apa yang akan aku berikan?
Karena aku 20 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu, dan aku saat ini tentunya sudah menjadi pribadi yang berbeda. Jujur berat untukku pada awalnya, memulai lagi kehidupan yang sempat tertinggalkan selama pandemi Covid-19, harus menjalani long distance relationship lagi (di saat harapan dan keinginan terbesar kami berdua belum terealisasikan), tanggung jawab yang jauh lebih banyak dan berat dari sebelumnya, dan pertanyaan tentang masa depan yang sebetulnya belum secara jelas terjawab.
Hanya berbekal bismillah, dukungan suami dan keluarga, aku pasrahkan untuk menjalaninya. Bukannya sombong, tetapi seleksi masuk yang aku jalani jauh lebih tidak seberapa dibandingkan dengan pergolakan di dalam hatiku. Bisa dibilang ujian sebenarnya adalah pergolakan di dalam hatiku itu sendiri. Ada pertanyaan-pertanyaan bagaimana aku bisa berbakti sebagai seorang istri, bagaimana merealisasikan harapan dan keinginan kami yang belum terwujud, dan lain sebagainya. Lagi-lagi ya, dengan bismillah dan restu suami aku meyakinkan diri.
Ok, awal perjalananku di sini tidaklah mudah. Aku yang tidak punya pengalaman yang cukup dibanding teman-temanku lainnya membuatku minder, patah arang. Ada rasa bahwa aku tidak cocok dan tidak seharusnya berada di tempat ini. Perlu waktu untuk beradaptasi, menerima realita bahwa aku harus bisa siap dengan apapun yang ada di depan, harus siap dengan kondisi pasien yang datang. Benar-benar bersyukur aku dikelilingi teman-teman yang sangat baik mau mengajariku dan memberikan arahan tentang apa-apa yang harus aku lakukan. Sempat ada saat-saat dimana setiap pulang kerja aku tidak selera makan, tidak bisa tidur, gelisah, menangis, dan sebagainya.
Proses ini benar-benar mengajarkanku bagaimana harus bersikap. Harus mengesampingkan rasa baper, mengontrol emosi, menempatkan diri, berkomunikasi dengan baik, dan sebagainya. Benar-benar jika diflashback ke belakang aku sungguh-sungguh sangat bersyukur aku ditempatkan di tempat ini. Pelajaran yang sangat luar biasa yang aku dapatkan, melatih mental dan pikiranku, bagaimana harus bekerja cerdas, tidak hanya bekerja keras. Ilmu-ilmu yang sempat mengendap kembali harus dibangkitkan. Belajar, belajar, dan terus belajar karena sungguh pengalaman itu sangatlah penting. Sekarang pun meski aku sudah mulai bisa beradaptasi, banyak sekali pelajaran yang masih harus aku catch up agar bisa berkembang dan berkontribusi di sini.
Di samping itu, di tempat ini pula aku seperti ditampar dan dibangunkan tentang 'worklife' yang sesungguhnya. Kalau kata dokter spesialis di sini, "selamat datang di hutan belantara, hati-hati digigit t-rex" wkwk. Ya, ketika kita keluar dari dunia perkuliahan dan masuk ke dunia kerja, welcome to the jungle. Salah pilih tempat untuk berpijak, jatuhlah kita. Dan, tidak semua orang itu benar-benar baik, ada saja orang yang punya intensi yang tidak baik, entah karena iri, tidak suka, atau maksud yang lain, yang jelas alasan sebenarnya adalah mempertahankan keeksisan diri. Sesuatu yang benar-benar menakutkan buatku, melakukan segala cara untuk bertahan.
Tapi yang jelas, aku belajar 1 hal yang sangat penting. Aku 10 tahun yang lalu adalah sosok yang perfeksionis, menganggap aku lebih daripada orang lain, jaga image, dan sebagainya. Tapi di sini aku belajar tentang self-acceptance, menerima kekurangan dan kelebihan diri, memahaminya, realistis, dan berproses untuk menjadi lebih baik. Salah satunya cara untuk bisa berkembang adalah menerima, menghargai, dan bersyukur atas diri sendiri. Menerima kekurangan diri serta mau menerima kritikan dan masukan dari orang lain membuat pandangan kita terhadap sesuatu menjadi lebih terbuka, informasi pun menjadi lebih mudah untuk diterima. Entah karena usia atau pengalaman hidup yang bertambah, aku menjadi lebih bisa memahami berbagai sudut pandang. Ya meskipun masih ada beberapa kali emosi lebih berbicara.
Dan untuk diriku, aku minta maaf kalau selama ini masih suka nangis, marah, kecewa dengan semua kondisi yang terjadi, dan memaksakan diri untuk bisa seperti orang lain, tanpa melihat sebenarnya apa yang bisa aku lakukan. Aku juga ingin mengucapkan terima kasih atas semua proses yang sudah dijalani, entah itu suka, duka, bangga, dan kecewa, terima kasih sudah kuat dan hebat dalam menjalaninya. It's okay untuk gagal, karena tidak pernah ada satupun orang di dunia ini yang punya formula yang paling tepat dalam menjalani hidup. Semua tentang proses, proses sepanjang hayat untuk mempersiapkan diri mempertemukan diri kita dengan kesempatan, agar dapat menjalankan tugas kita sesungguhnya di dunia ini.
Maaf dan terima kasih ya. I love you, myself.
13 notes · View notes