Tumgik
#bola gila
gme-news · 2 years
Text
AYUN PALA! DAHILAN KAYA HINDI NAKAPASOK SI KAI SOTTO SA NBA!
via IFTTT
youtube
View On WordPress
0 notes
braselebriti · 2 years
Video
undefined
tumblr
FINA NASROM - BLACK BRA. Fina Nasrom memang antara tv presenter yg aku selalu mencanak bila tengok. Fina memang girl jenis wild. Dressing dia sometimes nampak conservative tapi selalunya memang show off. Maybe dia nak buat players bola sepak yg dia interview lepas game tu turn on lepas tu ajak check in hotel. Video ni memang mengundang gila. Baju putih transparent. Nampak direct seluruh bra hitam yg dia pakai tu. Shitttt memang sexy gila. Aku dah lenjan banyak kali modal ni sebab tak tahan gila. Nampak lawa gila tali bra hitam di sebalik baju putih tu. Paling best nampak label bra warna pink. Aku tau ni bra La Senza. Fuhhhh sial la Fina... rasa nak sucking & licking je tits kau. Damnnn
56 notes · View notes
satanrighthands · 3 months
Text
Tumblr media
Bukankah tangisanmu jauh lebih berharga daripada jiwaku?
Oh, manis.
Oh, kasih.
Oh, sayang.
Lihatlah dirimu, menangis, sendu sekali wajahmu. Mengapa? Siapa membuatmu bersedih seperti ini? Bukankah engkau lebih cocok untuk tersenyum dan berseri setiap hari?
Sayang, lihat aku, lihat wajahku, lihat bagaimana lelaki yang selalu memanjakanmu. Memberimu kasih, cinta, rasa nyaman, apa menurutmu semua itu kurang, wahai terkasih?
Apa dirimu lupa dengan bagaimana kita beradu suara, menciptakan tangga melodi di setiap saat tubuh kita menyatu, bukankah kita juga menyukai bagaimana dahaga menyerang ketika kita tak bersama?
Sayang, tolong, tolong sebentar saja, lihat tubuh kurus tanpa pakaian ini mencoba mendekatimu, menyeka air mata milikmu, semuanya akan baik-baik saja, tidak ada sesiapa, hanya kita berdua, begitu terus sampai kita menua.
"GILA! ORANG GILA!"
Suaramu yang lantang dan mendorong tubuhku membuat kedua bola mataku membulat, aku ingin bertanya mengapa, namun kau cela.
"JAUH! JAUH! PERGI! ARGH! JANGAN MENDEKAT ATAU KUBUNUH!"
Getaran pada tanganmu memberitahu aku bahwa kamu takut, aku pun ingin bertanya lagi, tapi tangismu pecah, mengapa, ada apa dengan dirimu, sayang? Kenapa dirimu begitu takut terhadapku? Bukankah semuanya spesial? Bukankah kita sudah sejauh ini?
"WANITA TOLOL MANA YANG MAU DENGAN PSIKOPAT KAYAK ELO!"
Psikopat? Entah mengapa, aku justru tersenyum, tertawa, dan bahkan menarik lenganmu, membiarkan pisau itu sedikit masuk ke dalam kulitku.
"Hahaha, lalu, kenapa? Memangnya ada yang mau sama jalang kayak kamu selain aku?"
Oh, apa kamu lupa sudah berapa malam rahim milikmu penuh? Berkat obat tidur dan beberapa bius, aku bisa menghasilkan anak atas perzinahan kita. Iya. KITA.
Aku susah menahan tawa kalau sudah seperti ini, izinkan aku untuk tertawa sampai kotak suara pecah.
"Siapa yang mau dengan barang rusak? Nggak ada. Nggak ada sedikitpun, sekalipun mereka mau, mereka cuma mau tubuhmu? Setelah itu?"
Oh, betapa halusnya tubuhmu, penuh luka, penuh lebam, perut membuncit, wajah hancur karena sayatan pisau, astaga, kamu benar-benar sebuah pahatan terbaik yang pernah aku punya!
"Setelah itu, mereka menelantarkanmu, menggunakanmu sesuka hati, karena dasar apa? CINTA! HAHAHAHHAHA"
MARI KITA MATI BERSAMA, DENGAN SEBUAH PISTOL, SATU PELURU UNTUK BERDUA! SELAMAT TINGGAL DUNIA! UCAPKAN SALAM UNTUK LACUR DAN ORANG GILA! HAHAHAHAHA!
2 notes · View notes
afrianajeng · 5 months
Video
youtube
Orang gila mana yang ingin tinggal di belakang gigi?
Orang yang sedang jatuh cinta. Dari sekian banyak tempat, seperti gunung, pantai, taman, atau lapangan sepak bola, Sal justru memikirkan gigi sebagai tempat yang ingin ditinggalinya. Perwujudan makna cinta memang merubah segala hal yang tak mungkin menjadi mungkin saja.
Konyol, tapi lucu juga. Terbayang ketika kau sudah mendengkur dan menganga. Lalu terbersit, apa aku tinggal di belakang giginya saja ya. Sebab, berada di dekatnya adalah hal yang paling ku suka. *Hmmm, tapi gak di belakang gigi juga gak sih😭
Kau terpejam, sedang aku terjaga sepanjang malam. Kau larut dalam mimpi, sedang aku merasa sunyi. Kuceritakan semuanya, sedang kau menjawab dengan dengkuran sambil menggaruk pipi.
Kadang aku penasaran, apa yang sedang kau lakukan di alam mimpi. Apakah bermain awan, berenang di dasar samudera, atau malah memandangiku yang sedang terlelap? Tapi aku lebih suka jika bisa menjelajah alam mimpi berdua. Lalu menjadi bulir hujan yang paling diharapkan setelah kemarau panjang. Turun ke bumi menyirami hutan-hutan raksasa dan tanaman-tanaman hingga tumbuh kembang.
Hiduplah terus, ada terus, sampai seribu tahun lagi. Seperti tokoh kartun di televisi.
.
4 notes · View notes
syafitas · 1 year
Photo
Tumblr media
 “Enak nggak?
“Belum gue minum, Ta.”
“Ya diminum makanya, jangan diliatin doang.”
“Ya sabar, ini tuh panas. Gue nggak kebal air panas ya.”
Matanya mengerling ke arahku. Aku hanya terkekeh membalas celotehannya.
Pagi ini, kami terbangun di sebuah villa yang kami sewa bersama teman-teman lainnya.
Semua masih tertidur, entah kenapa pagi ini aku dan Gio bisa bangun diwaktu yang bersamaan.
“Gila, kita keren banget malah jadi morning person gini, hahaha.”
“Yeeee, gue mah setiap hari ya! Lo kali tuh baru kali ini.”
“Hahaha, gue bangun Ta kalo pagi.”
“Matiin alarm?”
“Betul, hahahahaha.”
Aku hanya memutar bola mata malas.
Tidak ada percakapan penting.
Pagi hari yang sejuk dengan pemandangan kebun teh yang luas.
Udara pagi yang jarang sekali kami temui.
Sesekali aku mendengar helaan napas berat milik Gio.
Entah beban seberat apa yang sedang ia tanggung.
“Ta..”
“Hmm..”
“Ta...”
“Apa sih Gi, lo jangan rese deh masih pagi nih.”
“Hahaha, ngisengin lo enak banget.”
“Pala lo!”
Ia hanya terkekeh, setelahnya hening kembali menghampiri.
Tidak ada perbincangan selama lima menit kedepan, mungkin? Aku tidak tahu jelasnya.
“Lo...nggak papa Gi?”
“Hah?”
“Nggak usah sok budeg ya lo.”
“Hahahaha! Gue nggak apa-apa, Ta.”
“Really?”
“Nggak percaya sama gue?”
“Maksud gue..”
“Kalau ada apa-apa gue cerita, Ta. Tenang aja.” Belum selesai aku menyelesaikan kalimat, ia sudah menyela.
“Khawatir banget lo sama gue? Cie..”
“Nggak gitu ya, Nyet.”
“Peduli mah bilang aja Ta. Nggak usah sok-sok cuek gitu.”
“Ya memang salah gue peduli sama lo? Kan lo temen gue. Dari orok nih Gi kita bareng-bareng. Gue tahu lo nggak baik-baik saja. Gue tau lo lagi luka. Tapi kenapa nggak pernah terbuka sih?” Rasanya semua emosiku sudah tersalurkan lewat kalimat tanya yang beruntun.
“Ta...” Gio melirikku. Bahkan sekarang raganya sudah berbalik menghadap ke arahku. Aku hanya terdiam sambil menghembuskan napas panjang.
“Its okay. I’m fine. Serius. Gue bukan nggak mau terbuka tapi gue cuma bingung mau baginya gimana.” Lanjutnya.
“Ya tinggal ngomong?” Tanyaku.
“Nggak gampang dong, sayang. Gue bukan lo yang bisa terus terang kapan aja.”
Aku terdiam.
Benar juga. Tidak semua manusia bisa menjadi apa yang kita pikirkan. Mudah bagi kita bisa jadi susah bagi dia.
Gio kembali menatapku dan tangannya terulur memegang tanganku.
“Temenin gue aja Ta. Maaf kalo gue belum bisa jelasin kenapanya, tapi temenin gue terus ya. Someday, gue akan buka semua. Mau kan lo nemenin gue?”
Aku tertegun. Lalu balas menggenggam tangannya dan tersenyum.
“Ayo, gue temenin. Take your time ya, Gi. Maaf kalo gue bawel. Maaf kalo gue maksa padahal lo cuma nggak tau gimana cara bilangnya. Pelan-pelan aja, jangan takut sendirian karena gue ada di sini.”
Ia menggangguk. Lalu kami tertawa bersama.
Menghabiskan sisa teh di cangkir sambil menikmati udara pagi yang dingin.
Mungkin tidak semua cerita butuh telinga, mungkin saja ia hanya butuh raga untuk terus merasa ada.
6 notes · View notes
soekempet · 2 years
Text
Ramadhan dan Spiritualitas Kita
Pagi Nduk, alhamdulillah ramadhan kembali lagi bertemu kita ya. Bulan yang penuh dengan tambahan kebaikan, pengampunan dari banyaknya kelalaian kita dan suasana yang teramat nikmat untuk kembali berbincang dengan Tuhan.
Nduk, ramadhan ini terasa berbeda namun sama haha. Jangan bingung, meskipun kamu tahun Bapakmu ini suka plin plan, tapi kali ini terimalah itu sebagai kenyataan haha
Ramadhan ini sama, karena bapak masih jauh dari kamu nduk. Kita masih berjarak namun semoga hati kita tetap sesak dengan cinta yang terus beranak pinak menjadi rindu.
Ramadhan ini beda, iya beda nduk, karena Bapak sudah mulai ditinggal teman-teman bapak pada pekerja proyek yang dulunya sering bawa anak ke kosan Bapak. Biasanya mereka main dan ngaji di kamar bapak. Ya, mereka sudah pulang dan menuntaskan kerinduannya kepada kampung halaman.
Apa giliranmu? Haha. Nanti ya nduk, bukannya semakin berjarak semakin rindu dan pertemuan denganmu nduk selalu saja menumbuhkan kerinduan baru yang lebih akut. Uluu uluu uluuu wkwk
Nah nduk, pagi ini Bapak akan cerita tentang puasa dan apa manfaatnya untuk batin kita ini.
Kita tahu nduk, bahwa namanya hati itu mudah goyah, namanya iman bisa jadi kokoh, bisa jadi tumbang karena keadaan dan jiwa kita bisa menjadi hampa, bisa jadi semarak bahagia. Kita sadar itu ya nduk. Apalagi kalau sudah perkara agama, tentu genduk merasakan. Kadang kamu semangat banget ngaji karena mau dapat nilai bagus waktu imtihan. Kadang kamu males banget ngaji kalau lagi seneng-senengnya main bola. Haha ya begitulah rohani kita ya nduk. Gampang dibolak-balik kaya martabak. Tapi itulah mahalnya istiqomah ya nduk. Kalau dulu Kyai Ahsin pernah bilang
"Al-Istiqomah khoirun min alfi karomah"
Istiqomah itu lebih dari seribu kebaikan
Nah nduk, ternyata kita bolak-baliknya hati kita seperti ini sudah ada dari zaman dahulu nduk. Kalau lagi seneng ibadah bisa lama banget tapi kalau lagi sumpek, bisa engga mau ngaji walau se-ayat heuheu
Dulu ada sahabat nabi yang namanya Sayyidina Hanzhalah bin Rab'i yang ketika ditanya kabarnya oleh Sayyidina Aku Bakar tentang kabarnya, Sayyidina Hanzhalah berkata,
"Aku sudah menjadi orang yang munafik"
Beliau berkata demikian, karena beliau merasa bahwa ketika dekat dengan Kanjeng Nabi dia sangat bersemangat untuk ibadah namun ketika keluar dari majelis Kanjeng Nabi, beliau merasa sangat jauh dari suasana kebatinan atau orientasi akhirat seperti di majelis.
Nah nduk, sama to. Kalau kita lagi ngaji sama kyai, kita bisa sangat tentram tapi kalau sudah kerja bisa aja kita emosi terus haha tapi itulah manusia ya nduk dan Kanjeng Nabi memberikan pesan kepada Sayyidina Hanzhalah bahwa
"Seandainya kalian bisa menjaga ritme kehidupan (istiqomah) seperti ketika berdapan dengan saya, malaikat pasti mencium tangan kalian"
Artinya nduk kita manusia itu memang dibekali nafsu, juga dibekali ruh. Ada unsur Tuhan dan ada unsur setan dalam diri kita. Ketika kita berhasil menang dari nafsu, maka kedudukan kita menjadi lebih tinggi dari malaikat. Artinya ada sedikit kewajaran ya nduk. Yang perlu digaris bawahi adalah Gusti Allah tidak meminta kita untuk selalu menghadap dan menyingirkan perkara dunia kita, Kanjeng Nabi dawuh bahwa kita perlu membagi waktu untuk beribadah dan bekerja atau melakukan aktivitas lain ya Nduk. Kuncinya adalah membagi agar selalu ada nilai spiritual dalam diri kita disetiap langkah hidup kita ini nduk. Iya, kita berusaha agar Allah selalu membersamai kita yang terlampau banyak tingkah dalam hidup kita ini.
Nah nduk, Ramadhan ini cara agar kita mampu untuk membagi waktu dan tentu mendidik diri kita agar dekat kembali ke Gusti Allah. 11 bulan kita sudah ketawa-ketiwi dan jarang meluangkan waktu buat sowan ke Ilahi. Sekarang waktunya kita ya nduk buat manfaatin waktu buat latihan istiqomah. Ramadhan datang untuk menjaga aspek spiritualitas kita nduk, biar otak kita ndak jadi raja sendiri. Pikiran bisa buntu, hati bisa bikin kita gila dan perilaku kita kadang membuat orang luka. Kita didik diri kita sebulan ini ya nduk biar seimbang hidup kita. Akal, hati dan laku semoga menjadi satu dalam ketaatan dan perjalanan mendapat ridha-Nya Gusti Allah.
Amiin.
Jakarta, 25 Maret 2023
*Tulisan ini adalah saduran dari ceramah Gus Faiz dari Pondok Pesantren Daarul Rahman melalui kanal Mata Hati TV. Lengkapnya bisa disimak pada tautan berikut https://www.youtube.com/watch?v=iBf5m2AN-Jo
5 notes · View notes
endofherwildsideau · 2 years
Text
꧁╰‿╯Ðïåßðłð§╰‿╯꧂
Tumblr media Tumblr media
His Voice by Gill
| Animal Mode | Bioluminescent Mode | War | Arrival | Old-Self | Causal | His weapons |
Deadname: Ronny Bradford
Name: King Diabolos the Gila Monster Alpha
Name Meaning: devil.
Birthday: August 20
Cause of Death: heatness
Age: 175 (die at the age of 18)
Species: Gila Monster
Race: Australian 🇦🇺 & Native American
Gender: Male ♂
Relationship status: Single
Sexuality: Aroace
Role or Job: God of Canyon. Gila Monster Alpha. Ruler of Dustfield, Warmcliff, Dry Alley, Scorpioncliff, Canyonfall city, and Canyon Alphas. King the Canyon Tribe. Master of Taming Desert Animals. Holder of Crown Jewel Pieces.
Home World: Earth (Formley) Miracle Region (Currently)
Kingdom: Dustfield, Warmcliff, Dry Alley, Scorpioncliff, and Canyonfall city.
Home: Cave house & Desert Hut
Companion Pet:
Keokuk the Western Basilisk Rattlesnake
Spirit Animal/Siblings:
Alo the Wild Dingo-Coyote (Spirit Brother)
Parents:
Unnamed decreased parents
Abilities:
Alpha Physiology
Human Physiology
Hybrid Physiology
Lizard Physiology
Reptilian Physiology
Varanoidea Physiology
Ally Empowerment
Animal Companionship
Animal Training Mastery - only the canyon animals
Animalistic Vocalization
Arrow Proficiency
Avian Companionship
Axe Proficiency
Bioluminescence
Blowgun Proficiency
Body Shedding
Bola Proficiency
Canine Companionship
Ceiling Walk
Claw Retraction
Companion Allegiance
Creature Studies Mastery - only the canyon animals
Declaration Aging
Dermal Armor
Dual Knife Proficiency
Elastic Jaws
Enhanced Archey
Enhanced Durability
Enhanced Lung Capacity
Enhanced Smell
Enhanced Vision
Extreme Temperature Resistance
Glowing Eyes - only when the power is active or glows in the dark.
Hair Growth
Infinite Digestive System
Knife Proficiency
Limb Regrowth
Mind Control - to control other canyon alphas
Mind Link - to control other canyon alphas
Mode Switching - Companion Form and Animal Mode
Night Vision
Omnilingualism
Pointed Ears
Powerful Bite
Predator Instinct
Prehensile Tail
Ranged Weapon Proficiency
Regeneration Healer Factor
Scale Manifestation
Spear Proficiency
Tail Manifestation
Taming
Unique Eye Coloration
Unique Hair Coloration
Venomous Fangs
Wallcrawling
Wallrunning
Weapon Summoning
Zoolingualism
Zoological Mastery
Powers:
Animal Creation - only the canyon animals
Canyon Creation
Desert Adaptation
Fissure Creation
Self-Sustenance
Terraforming
Terrain Manipulation
Valley Adaptation
Valley Creation
2 notes · View notes
thoseuntoldchapter · 2 years
Text
Page Four - Manusia Hina.
Tuhan, aku muak.
Tadinya aku tidak ingin banyak bicara karena aku sadar masih kurang sekali literasiku tentang hal ini. Kupikir, dengan merapalkan nama-nama insan baik itu akan cukup sudah keikutsertaanku. Namun ada sedikit hal yang buatku sungguh tak mampu bungkam.  Rasanya hal ini harus ikut aku luruskan.
Dibuka dengan berita duka yang terus bertambah jumlahnya, semua semakin runyam sembari persepsi demi persepsi berjejalan keluar dari tiap individu yang katanya merdeka berpendapat ini.
Dari yang masuk akal hingga yang belum terlihat batang akalnya sama sekali.
Satu statement yang cukup menggelitik,   - lebih lucunya statement ini tidak keluar hanya dari satu orang - 
“Sudah tahu nonton sepak bola 2 klub dengan rivalitas yang tinggi kok bawa anak kecil.”
Begitulah kira-kira isinya. 
Gila, sungguh gila. Lagi-lagi tentang si korban yang tak tahu diri.
Bayangkan betapa sesak ruang berpikirnya. Pasti sudut pikirnya tersumbat oleh entah apa.
Kemarin-kemarin, aku mencoba bersabar dengan statement semacam itu karena aku mengira pola pikir begitu adalah spesial untuk cara berpakaian perempuan yang selalu digadang-gadang mengundang syahwat. (Jangan keliru, aku pun tak setuju. Tapi sudah lah. Aku tak seberapa peduli mau berapa level kepedasan congor mereka terhadap gaya busanaku.)
Namun rupanya kali ini kurasa jahanam sekali,  menggunakan pola pikir serupa di keadaan penuh ketidakadilan seperti ini.
Begitu banyaknya manusia-manusia baik berguguran,  bisa-bisanya pola pikir semacam itu menjadi juara umum di pelbagai isi kepala yang-katanya-manusia.
Kalau lagi-lagi ini tentang si korban, lantas harus kita letakkan dimana sisa-sisa penghormatan pada jerih payah mereka yang bertahan memberantas ketidakadilan itu?
Pada kasus ini,  kurasa bukan rahasia bahwa sepak bola sudah menjadi mimpi besar bagi banyak anak bangsa.
Sekolah-sekolah tak lagi hanya untuk belajar berhitung maupun membaca, ada pula yang ajarkan taktik bertahan dan menyerang agar mampu membobol gawang tim lawan.
Perlu diakui,  olahraga ini raksasa, dan tak bisa serta-merta ditindas oleh opini tak bertanggung jawab. 
Bila lagi-lagi ini melulu tentang si korban, langsung saja kita sepakati bahwa mulai detik ini, kita adalah kaum barbarian.
Meski begitu..
Siapapun kamu yang berpendapat demikian. Bisa jadi mahasiswa biasa, ibu rumah tangga, Remaja yang belum dewasa, Pengusaha juga Penguasa, atau hanya para Boneka,
izinkan aku untuk memberimu nama yang istimewa.
Wahai, Manusia hina.
Teruntuk saudara-saudara kita yang gugur  di kejadian 1 Oktober 2022, beristirahatlah dengan tenang.🖤🥀
5 notes · View notes
horrorbanget · 5 hours
Text
Kuntilanak
Sore itu aku merasa mengantuk setelah pulang sekolah. Kebiasaanku selama beberapa hari adalah tidur di atas batu besar di bawah pohon rambutan di belakang rumah sambil membawa bantal kepala. Semilir angin dan suara dedaunan kala itu membuatku tertidur sejenak. Belum lama mataku terpejam, aku dibangunkan oleh perasaan aneh yang menyelimuti. Mataku mengerjap-ngerjap mengamati ke sekeliling sambil menahan kantuk. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah pepohonan. Tetapi di balik celah seng pembatas kebun, ada sepasang bola mata besar sedang mengamatiku. Dahiku berkerut karena kesal dengan orang itu yang seenaknya memandangiku di sana. Akhirnya kutinggal tidur lagi.
Semakin dipikirkan, semakin membuatku tidak nyaman. Aku pun berniat memelototinya. Tetapi alangkah terkejutnya ternyata sepasang bola mata itu sudah tidak ada di sana melainkan yang kulihat adalah sesosok wanita cantik berpakaian putih panjang, tembus pandang, dan kakinya tidak nampak di tanah, melayang ke arah selatan sama sekali tidak menolehku.
“Apa itu? Hantu?” pikirku.
Setelah itu ia sudah tak terlihat lagi. Aku termangu sejenak dan baru menyadari bahwa itu hantu, kuntilanak. Aku segera berlari ke dalam rumah membuka pintu belakang. Kuceritakan kejadian ini pada adikku dan pamanku.
“Siang-siang ada juga ya hantu berkeliaran,” kata pamanku. “Kakak sudah minum? Kalau kaget lebih baik minum dulu,” ucap adikku, Poppy. “Sudah, Py.”
Sejak kejadian itu, aku tidak pernah tidur di sana lagi.
Itu bukanlah kejadian pertama yang kualami melihat kuntilanak. Ada beberapa kejadian yang berhubungan dengan miss K ini. Seperti malam itu aku duduk di teras rumah sedang membuat cerpen bertema haloween. Aku benar-benar kehabisan ide membuat alur. Untuk merefresh otakku, kupandangi sejenak kebun di samping rumah yang gelap dan tenang. Seketika sesosok kuntilanak melintas dari pohon nangka menuju kebun tetangga. Dia melayang dengan jubah putihnya dan rambutnya acak-acakan seperti orang gila. Tetapi wajahnya tidak terlihat karena aku melihatnya dari samping dan tentu dia tembus pandang. Aku hanya memerhatikannya sampai dia benar-benar tidak terlihat lagi.
Saat itu aku sama sekali belum merasa takut. Kulanjutkan kembali merangkai alur. Setelah sekian lama cerpenku sedikit terselesaikan berkat alur yang sudah kubuat, aku teringat pada sosok hantu tadi. Seketika bulu kudukku merinding dan fokusku terpecah. Akhirnya kuputuskan merapikan buku dan pulpenku, kembali ke dalam rumah, dan kulanjutkan besok di dalam kamar. Tentu saja itu tidak membuatku takut berada di teras rumah malam-malam nantinya.
Dan berikutnya merupakan kejadian yang tidak pernah kulupakan mungkin seumur hidupku. Malam itu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Setelah selesai membaca buku, kuputuskan untuk tidur di kamar. Belum lama kurebahkan tubuhku, mengistirahatkan sejenak, miss K melewati kakiku menuju pintu kamar. Tentu kuntilanak itu berjubah putih dan berwajah pucat. Dan yang tidak habis pikir, miss K itu masih gadis dan sungguh imut. Tampaknya pendiam dan kalem. Ini merupakan pertama kalinya aku melihat wajah kuntilanak dari dekat pula.
Sebenarnya saudaraku pernah melihat dua miss K, mereka menyamar menjadiku dan adikku yang sedang bermain di bawah pohon duku. Menurut saudaraku, memang miss K tersebut bukanlah miss K yang jahat, lebih terkesan pendiam dan tidak mengganggu. Ya syukur kalau memang benar tidak mengganggu, ya..
0 notes
visibet88official · 1 month
Text
Tumblr media
https://infomainbola.info/?p=109746&preview=true
info main bola Saran Gila Jamie Carragher untuk Cole Palmer: Mending Pindah ke MU Musim Depan!
Sebuah ide gila dicetuskan oleh Jamie Carragher. Ia menilai Cole Palmer bisa mempertimbangkan untuk pindah ke Manchester United di musim 2025/2026 mendatang.
0 notes
penarimalam · 3 months
Text
Jangan ngaku gila bola kalau kalian gak dukung Negara favorit di EURO 2024. Pasang taruhan terbaik kalian di situs yang benar-benar amanah dan juga pastinya berani membayar berapapun kemenangan kalian guys.PRAGMATIC313 hadir di tengah-tengah kalian untuk merasakan sensasi kemenangan yang luar biasa dalam bermain parlay di situs PRAGMATIC313.
#pragmatic313parlay #pragmatic313gilabola #pragmatic313euro #pragmaticmudahmenang
1 note · View note
jogjadanmetanoia · 3 months
Text
(tanpa judul)
Di suatu petang yang teduh
Bisakah aku membawamu kesana?
Disana, di Jogja
Hujan dan Perpisahan mengerang tangis melepas kepergian
Kesunyian yang memeluk waktu ku singkir jauh-jauh dari bola matamu.
Lalu, katakan padaku apa makanan atau minuman favoritmu?
Disana, di Jogja
Tukang Kopi menyeduh luka dengan sukacita
Musisi jalanan mengalunkan harmoni kerinduan disela keresahan
Maka, mari kita bercerita tentang mengapa Jogja Istimewa, walau tanpa mereka yang dirindukan atau juga yang didoakan.
Walau tanpa mereka yang merindukan atau juga yang mendoakan.
Akan kita terobos rintik air itu sembari menyanyikan lagu-lagu bang Jeje
Ah, seluruh dunia pasti akan menganggapku pria bahagia.
Disana, di Jogja
Ku tenggak tandas isi gelas lantas bergegas
Ku gantungkan mimpi itu pada atap terpal angkringan, di meja-meja coffeshop yang bersliweran
Di sepanjang jalan Malioboro, rasa itu ku hempas jauh-jauh
Biar riuh seisi kota
Menggema sampai pelosok desa
"Pria Gila mati dengan harapan dan pertobatan dalam genggamannya".
Yogyakarta, 9 Maret 2024
1 note · View note
plasterdrain · 3 months
Text
soksyong au ; kita di atas cinta.
Tumblr media
kalau bisa eunseok katakan dirinya sedang di atas cinta nanti dirinya akan dikatakan semua orang, absurd. tapi bagaimanapun itu yang dirasakannya malam ini, di atas cinta, di atas langit malam yang membuat bulu kuduknya meremang, menerima getir dalam tenggorokannya begitu cairan alkohol ditenggaknya. tapi eunseok sekarang berada di atas cinta dan sekarang ia tidak mau turun ke bumi, biar bersama kecintaannya ini. sambil beradu lidah dengan mengecap saliva masing-masing. sungchan pasti mengantuk, dan eunseok berada di atas dunia. berpijak dengan manusia lain akankan buat aneh eunseok karena dia berada di atas cintanya. bersama sungchan di tengah malam sambil bercumbu untuk membuat seluruh alam semesta cemburu pada mereka. kamu itu cintaku selamanya, sungchan.
eunseok juga tidak lupa matikan lampu demi dirinya mendapatkan cinta sungchan di malam hari.
hari ini, mereka berdua di kamar yang masih sama, di kosan ujung jalan yang bersemayam jauh dari keramaian padat seluruh kota. jauh-jauh dari manusia yang sibuk akan iri dengan eunseok mencintai sungchan di atas cinta. bibirnya meraup sang teruna yang kini menangkup wajahnya di antara telapak tangan yang terbuka, menerima kedatangan eunseok yang bukan cuma-cuma mengisi sungchan tiap hari. tapi pria itu siap membawanya ke belantara langit dan membuatnya berpijar bagaikan bintang. sungchan seakan penuh dengan cinta eunseok yang mendatanginya setiap malam.
“aku matikan lampu dulu, lalu kita ngentot sepuasnya seperti kemarin.”
tentu. “aku gak suka kamu pergi jauh-jauh, seok-ah.” eunseok juga sama tidak suka jauh-jauh dari kekasihnya, ada bola yang menahan nafasnya jika tidak melihat sungchan sedetik saja.
aku cintamu, kamu cintaku.
“kita ngentot sampai tetangga menggedor pintu kencang, kita ngentot sampai ayam berkokok, kita ngentot sampai pagi tiba dan kamu gak akan meninggalkan aku sendirian lagi, seok-ah.” bagai lampu hijau, eunseok tidak akan lepas kali ini. ia harap penisnya akan tetap tegang sampai besok pagi dan mereka tidur bersama di atas kasur kapuk beralaskan sprei bunga yang nanti penuh dengan sperma. jangan salahkan eunseok kalau kontolnya bakal kuyup dengan cairan birahinya sendiri. sekarang hanya ingin, kawin, kawin, kawin.
“jaga ucapan kamu, sayang…”
“ngentot, ngentot.” kekeh sungchan, matanya telah sayu dengan menenggak alkohol yang eunseok lihat sudah habiskan sebotol soju. gila, melihat semburat pipi sungchan yang merah padam, surainya berantakan karena habis eunseok remat dan jambak di antara jari-jarinya. ciuman mereka brutal dan payah.
“aku bisa beri apapun yang kamu mau malam ini.”
“kita ngentot sampai berisik. aku mau teriaki nama eunseok sepuasnya.” kamu suka ;kan? senyum manis yang buat seluruh lutut eunseok bergetar, lemah sekali lagi pacarnya mengucapkan kalimat kotor di tengah malam. “kamu suka desahan aku ‘kan?”
eunseok suka segalanya, desahan memanggil namanya, rintihan begitu sungchan ingin mencapai putihnya, dibayangkan eunseok bagai film layar tancap di dalam kepalanya. core memories’ eunseok—melihat sungchan memohonnya sambil dientot di atas kasur yang berdecit sampai lelah.
“ah, eunseok—ah.”
“kamu kalau goda aku terus, nanti belum selesai suara kamu habis duluan.”
“gapapa, aku masih bisa nangis—”
sekali lagi pacarnya sedang mabuk dan melantur tapi sungchan benar-benar manis, menunggu bagai anak kucing ingin diberi makan. tapi sungchan manis saat ia ingin sesuatu dan dengan senang hati eunseok memberikan segalanya.
“cium—”
“susah…” bibirnya menjulur maju, mengangkat tubuhnya yang sudah lemas terbaring di atas tempat tidur. “susah, seok-ah… hiks.”
“cantik.”
“ah—” lihat bagaimana malam ini mulut sungchan terbuka hanya memanggil nama eunseok di atas cinta.
1 note · View note
aeusten · 4 months
Text
Hago queja.
Si están al reverendo pedo como para leer tremendo texto, adelante
En mi escuela estoy con un grupo de amigas que están medio chapa, pero bueno, las otras cruzan los límites de la idiotez humana así q me quedo como estoy, que se yo
Soy la única de mi Grupo que recibe críticas, como que camino raro, que soy burra, que hablo para dentro, que tengo cara de caballo, que mis ojos parecen dos porotos, etc.
Tengo dos amigas en específico que son infumables, que las veo y quiero partirles la cara contra la pared. Una es rompe bolas y la otra sociopata.
La rompe bolas es intensa, es de esas que le decís las cosas y se ofende, o le decís que la Corte con el tema y sigue y sigue. Encima de que le decís que la corte, que se deje de molestar con la voz un toque elevada, la gila te dice "ay, te re ofendes, dios, para mi que estas en tus días, eh"
La sociopata está re chapa mal. Es mitómana extrema, dice cosas que dije que la vdd nunca lo dije. Una vez estaba acariciando a su gato y este se estir�� apoyando sus patitas en un mueble, y ella lo bolo de una patada. En otra ocasión a una amiga le manchó la remera blanco un perro callejero y la loquita esta le dijo que le pegue.
Yo considero que es sociopata pq no siente remordimiento por nada ni nadie, es jodida, es una yarará en vida.
Con todo esto me gustaría que alguien me diga porqué chota me dicen esto, pq soy la única del Grupo que recibo estos comentarios. Antes pensé que estaba re flasheando, pero no, soy la única q le rompen las bolas de esta manera. Encima son medio asquerosas, le sacaron foto a un sorete que encontraron en el baño de la escuela, después de mear no se lavan las manos y encima para complementar todo, son clasistas.
Esto lo digo por acá pq medio al pedo que se lo diga a mi vieja, no es un caso grave pq pelotudos hay en todos lados y porqué tampoco me afecta, tengo autoestima, pero me rompe las bolas que sean intensas y que tenga q estar a la defensiva.
Les juro que bancarselas con el período es lo peor. Me pasó hoy, los cólicos me mataban y yo lo que quería era clavarles una bomba nuclear adentro de la bombacha, dios
1 note · View note
ay-sis-stuh-lee · 5 months
Text
06 — 04.00 am
Ditulis menggunakan sudut pandang Asara Kadly. 1,1k words.
Tumblr media
“Jadi, sekarang lo fix putus, ya? Bener?”
Dengan masih menyimpan sisa-sisa api kemarahan yang api utamanya sudah gue ledakkan tadi ketika menginjakkan kaki di rumah Ranja, gue mengangguk dengan yakin. “Iya! Udah fix no revisi! Lo dan Haden jadi saksinya, Mbak Ra!”
“Oke,”
Dari pandangan gue, bisa gue lihat dengan jelas satu alis Ranja yang menukik ke atas sementara itu gue melihat Hadenoel hanya tertawa. Ini adalah pertemuan resmi pertama gue dengan Hadenoel, karena biasanya gue hanya bertukar sapa ketika dia datang menjemput Ranja di Kampus atau di toko Bakmie milik gue. Dan sekalinya kami punya kesempatan untuk mengobrol, dia malah harus mendengarkan kejadian naas yang menimpa gue di Valhalla tadi.
“Lagian sih lo, udah denger dari banyak orang kalo mantan lo itu emang sarap dari dulu. Masih aja mau dilanjutin,” Ranja masih mengoceh menyalahkan gue, tetapi gue tidak bisa menyangkalnya karena memang benar. Gue yang terlalu bebal dan berharap banyak kepada cowok gila itu.
“Hm. Ya, udah gue kan udah minta maaf dan nerima kalo emang gue salah,” gue menjawab ocehannya sembari memutar bola mata, sementara itu sembari meluruskan kaki, gue mengambil gelas berisi air lemon dan meminumnya.
“Udah, Mbak Raaaa. Itu kan Kadly juga udah minta mAf, jangan dimarahin terus kenapa, sih.” Itu suara Hadenoel, dengan satu tangan yang melingkar di badan Ranja dan mengelus kedua pundaknya. Sementara Ranja menoleh dan seketika wajah kesalnya mengendur. 
Gue sih agak speechless ya ngeliat Ranja yang biasanya galak bukan main dan susah buat dibilangin itu bisa mendadak nurut dengan mudahnya sama cowok dia yang sekarang ini.
“Gue harus nyari cowok di mana ya, yang baik budi pekertinya dan nggak suka tantruman kayak bocah SD,” 
Ranja kembali menatap gue dengan wajah yang kembali kencang, sebentar lagi… sebentar lagi dia pasti akan ngomong panjang kali lebar kali tinggi, deh. “Udah dulu kenapa sih, Kad. Menurut gue lo stop deh pacar-pacaran, istirahat dulu. Itu mental lo abis diacak-acak sama cowok gila itu, kalo gue jadi lo sih gue berenti dulu,”
Kan. Apa gue bilang.
Gue menghela napas. “Lo kan tau Mbak Ra, gue tuh nggak bisa sendiri,” gue menjawabnya. Memang iya sih, pacaran sama Reivaldy sedikit banyak nguras mental gue. Cuma kan, itu emang pure tolol dan salah orang aja. Lagian nggak semua cowok tuh kayak Reivaldy, kan. Anggep aja yang kemarin sama Reivaldy tuh emang lagi kena apesnya aja gue. Kayak apa yang gue bilang, gue tuh nggak bisa sendiri. Gue tuh nggak bisa kosong.
“Iya gue tau…” Ranja lagi-lagi menghela napasnya, lalu dia melanjutkan, “Cuma lo tuh harusnya bisa lebih aware gitu loh, Kad. Kenalan sama orang boleh, gue mana pernah sih ngelarang lo. Tapi lo ya harus bisa baca niatnya mereka juga,” Mungkin karena ini juga ya, mantan-mantan gue kebanyakan laga lagunya kayak setan. Karena gue yang terlalu mudah untuk menyambut seseorang.
“Gue tuh nggak bisa kayak lo Mbak Ra, yang bisa ngebedain mana orang yang emang betulan punya niat baik, sama yang niatnya jelek. Gue tuh selalu mikirnya, ‘oh semua orang tuh baik.’ Tapi ternyata, harapan-harapan gue ke mereka-mereka tuh selalu deh dipatahin gitu aja. Bingung juga gue,” gue menggelengkan kepala sembari tertawa karena menyadari betapa begonya diri gue, selalu berpikir kalo gue bersikap baik, orang-orangpun akan baik kepada gue. Semua orang nggak sampai hati buat nyakitin gue. Meskipun lagi-lagi, gue harus terus gagal dan salah.
“Even human themselves aren’t perfect,” itu suara Hadenoel, membuat gue dan Ranja sama-sama memusatkan pandangnya ke cowok itu, membuat dia menelan ludahnya lalu melanjutkan, “what do you expected sih, Kad.” 
Brengsek juga. Mana bener lagi. Iya juga, ya? Apa yang gue harepin juga? Emangnya gue berharap dari sekian banyak cowok-cowok yang pernah singgah itu, salah satu ada yang mau serius beneran sama gue?
“Hm…” gue nggak tahu dengan pasti kenapa gue selalu mencari cinta melihat bagaimana gue mendapatkan cinta yang cukup dari orang-orang, tapi gue ingin merasakan bagaimana rasanya didambakan, rasanya diberi cinta yang sama besarnya dengan cinta yang gue kasih, speaking in romantically way of course. Gue selalu menyukai puisi-puisi picisan yang gue dapat dari buku-buku milik Pablo Neruda, gue selalu tersenyum lebar sembari menendang-nendang udara ketika menonton film komedi romantis, gue selalu senang ketika Papi bercerita tentang cintanya kepada Mami yang nggak berkurang sedikitpun itu, dan gue akan selalu menangis haru ketika film romansa yang gue tonton berakhir dengan bahagia.
Sesederhana itu. Sesederhana itu gue menginginkan semua buku dan film romansa itu terjadi di hidup gue.
“To love, and be loved…” gue menjawabnya kali ini dengan pasti. “Gue selalu memberikan semua orang yang pernah bersama gue seratus dari seratus, karena gue pengen orang itu mengembalikannya ke gue dengan skala yang sama. But again, even human themselves aren’t perfect, kan.” 
Ranja menghela napasnya. Gue tahu dia sangat mengerti gue dan kisah cinta gue yang kebetulan tidak pernah bagus ini. 
“Makanyaaaa, kenalin gue dong ke temen lo, Den.” Tidak ingin membuat suasana menjadi sendu, gue memecahnya dengan gurau.
“Kenapa harus temennya dia sih, Kad?” tanya Ranja tidak rela sembari melirik Hadenoel.
“Yaaa soalnya cowok lo baik banget. Pasti sifat temen deketnya juga sebelas dua belas sama dia, lah. Nggak brengsek,” gue menjawabnya dengan cengiran, sementara Hadenoel tidak memberikan respon apa-apa terhadap pujian yang gue berikan kepadanya. Mungkin takut juga kali ya dia ceweknya berubah jadi singa.
“Eh lo jangan-jangan naksir sama dia, ya?” tanya Ranja kesal sembari menunjuk Hadenoel yang berada di sebelahnya. 
“Lo gila kali, ya?” tanya gue balik dengan kaget. Ini cewek semenjak punya pacar kenapa jadi posesif banget ya.
Hadenoel tiba-tiba tertawa. Membuat gue dan Ranja mengernyit bingung. Tepat sebelum Ranja meloloskan tanya, Hadenoel berkata kepada gue, "Ada sih, mau? Tapi dia agak aneh..."
"Aneh?" gue bertanya, sementara Ranja menyahut, "Nggak apa-apa, mantannya aja aneh semua."
Tangannya yang semula memainkan ponselnya itu kini mengulurkan benda persegi panjang itu pada gue, “Nih, temen deket gue. Namanya Zihad.”
Ranja menoleh kali ini dengan penuh, dengan kilat dan wajah yang bertanya-tanya menatap Hadenoel yang menoleh juga ke arahnya. Hadenoel hanya membalasnya dengan cengengesan dan mengusap kepala Ranja, “Bantuin temen sih, Mbak Ra.”
Meski mungkin orang-orang yang melihat adegan ini akan memuntahkan isi perutnya, tetapi justru ini yang membuat hati gue menghangat. Gue menerima uluran Hadenoel setelah melihat Ranja yang sedikit melembek.
“Dia baik sih. Kalo ini gue berani jamin dia nggak akan jahat, cuma ya itu... kelakuannya aja yang aneh. Track record-nya sejauh ini cuma pernah pacaran pas kuliah semester satu. Itu juga dia diputusin karena katanya terlalu baik, basi bet, yak.” Hadenoel masih menjelaskan ketika gue menggulir layar ponselnya.
“Dia artis, ya? Kok gue kayak nggak asing sama mukanya, ya.” tanya gue masih memperbesar foto yang berada di kanal instagramnya. Dilihat dari pengikutnya yang menyentuh dua puluh ribuan itu, kayaknya ini orang terkenal deh. Mukanya juga familiar sih, gue kayak pernah liat dia di mana gitu.
“Kalo lo suka nongkrong ke speakeasy bar Jaksel sih, harusnya lo nggak asing sama dia. Suka nge-blues nge-blues gitu dia di sana,” jelas Hadenoel. 
“Ah… pantes nggak asing, tapi gue lupa pernah liat dia di mana ya, Den.” Gue menyodorkan kembali ponsel di tangan gue kepada pemiliknya.
“Gimana?” kini Ranja yang bertanya.
“Hm…” padahal tadi gue cuma asal bunyi aja lho minta dikenalin ke temen-temennya itu, tapi karena terlanjur ditawarin, nggak ada salahnya kan, ya?
"Boleh, deh.” 
“Nanti gue tanya orangnya dulu, ya. Tapi lo jangan berharap apa-apa, soalnya dia nih agak-agak udik sama begini-beginian,”
Gue tertawa, “Aman lah, Den.” 
1 note · View note
acpricorn · 8 months
Text
Come Inside Of My Heart
Sung Hanbin local AU, written by @acpricorn Chapter 1 ― Pentas Seni Hari ini adalah hari yang sangat penting ― setidaknya untuk Odette, sahabatnya yang baru saja bernyanyi diatas panggung besar itu. Tidak lupa dengan personil band lainnya, yang ikut meramaikan suasana. Kale dengan drum nya, Cadence dengan piano nya, Julian dengan guitar nya, dan Ethan sang vocalist yang duduk di ujung panggung dekat penonton. Sekali-kali ia berjalan, memberikan mic kepada penonton seakan mengetes kemampuan bernyanyi mereka. Jahil memang.
Pukulan drum terakhir yang dilayangkan oleh Kale mengakhiri penampilan band paling populer seantero SMA Pelita Bangsa, sekaligus mengakhiri pentas seni pada hari itu. SMA Pelita Bangsa kala itu riuh dengan tepuk tangan, sementara ia hanya melihat bagian mana yang harus ia dokumentasikan. Tidak tau mengapa juga ia mau dipaksa Odette seperti ini, ia bahkan sudah lupa karena sibuk menggerutu. Bukan, bukan karena ia tidak mau membantu sahabatnya. Tetapi hari ini suhu di Jakarta cukup panas bagi seseorang yang berlari dari satu sudut kamera ke sudut yang lainnya, jadi jangan heran mengapa remaja itu sudah seperti mau gila dari tadi.
Judy dengan buru-buru pergi ke backstage, menunjukkan kalung nametag nya ― kemudian menepuk pundak sahabatnya yang memang sedang beristirahat menggunakkan kipas angin portable.
"JUDY!" panggil Odette melihat sahabatnya yang sedang ngos-ngosan akibat cuaca di luar backstage. Ia langsung mengarahkan kipas angin portable itu ke arah Judy, "Aduh.. gila panas banget di luar."
"Ga ada lagi dah gua jadi panit pubdok," balas Judy. "Bisa mati gua."
"Iya jangan dah," Odette membenarkan, "Mending lo rebahan aja di rumah, kasian gua liatnya."
Percakapan mereka kemudian berakhir sampai dengan disitu. Kedua introvert itu merasa energi mereka sudah benar-benar terkuras, dan terkadang diam adalah solusi. Judy dan Odette kini sibuk menonton Kale yang kesal dengan seseorang yang berada di telepon.
"Halo?" Ia mengecek layar ponsel genggamnya lagi. "Halo?" Telepon ternyata sudah dimatikan secara sepihak.
Kale mendecak pasrah, "Oh my God, Dette. At least you have to do something?" Lelaki dengan kaus oblong berwarna putih itu menatap kedua remaja yang sedang selonjoran di sofa. "Oh, hi Jud. I didn't see you there."
Judy hanya menganggukan kepalanya saja.
"Kenapa lo nanya gue? I already tried to tell her but it doesn't work. I think you should start to ask Ci Cade about it." suara Odette. Kale mengusap wajahnya pasrah, kemudian memanggil seseorang yang dipanggil 'Ci Cade' ― ketua band mereka.
"Joanne selalu aja sakit sebelom tampil, makanya suka buat si Kale kesel, secara dia doang yang bisa megang drum selain Joanne di band." ujar Odette tanpa Judy minta, "Oh ya, gimana fotonya?"
Remaja Pradhana itu mengerutkan kening, "Ga mau nanya komentar gua soal performance lo dulu?"
"Ga perlu, gue udah tau komentar lo pasti positif." ujar Odette sukses membuat Judy memutar bola matanya.
"Liat fotonya dong, bagus nggak?"
"Udah nanti aja, ada yang perlu di foto lagi nggak?" tanya Judy. "Foto band udah sebelom stage, mau foto― "
"FOTO KELAS AYO!" pinta Odette dengan semangat. Kemudian perempuan itu langsung menghubungi teman-teman sekelasnya, meminta mereka untuk berkumpul.
Tidak perlu menunggu lama untuk ketiga lelaki dengan ketiga jenis kipas yang berbeda itu datang. Sama-sama dengan ekspresi wajah yang sudah siap mati di tempat, yang satu menggenggam kipas angin portable yang besar, dan yang satunya lagi menggenggam kipas angin portable yang kecil. Tidak lupa dengan kipas sate, berkat hasil curian dari gerobak sate 'Mang Odji' ― Caesar, Ben, Dylan dengan segera menyerbu sofa yang sedang diduduki oleh kedua sahabat itu.
"WOI APAAN SIH!" sergah Odette, "Sempit anjir."
"Ya elah det, masa lo tega sama kita sih." Lelaki yang bernama Dylan itu membalas, berusaha merubah posisi pantatnya agar leluasa dengan tempat yang tersisa, "Aduh minggir dikit lah Caes, pantat lo kegedean!"
"Odet odet, beda pelafalan beda arti."
"Emang odet artinya apaan?" tanya Ben sementara yang ditanya hanya mengedikkan bahu, sukses membuat lelaki itu mendengus kesal. Sekarang mereka sibuk dengan handphone mereka masing-masing. Dengan modal sofa yang kecil, mereka memaksa diri mereka untuk beradaptasi, karena mereka sama-sama ingin beristirahat.
Beberapa menit kemudian, mulai muncul beberapa teman sekelas mereka lainnya seperti Sonya dan Charlotte. Pipi perempuan berdarah Tionghoa itu terlihat merah karena terik matahari di luar sana. Sementara Sonya, ia tak perlu berpikir panjang untuk merebut dan menggunakan kipas portable besar milik Caesar. "HEH KIPAS SI TUAN MUDA!" teriak Dylan, sukses membuat Sonya melirik tajam. Sonya arahkan kipas tersebut sesekali pada Charlotte, sementara Charlotte mengerutkan kening. "Kalian ngapain?" tanyanya, dibuat heran dengan kelima pantat temannya yang dapat muat hanya dalam 2 buah sofa. "Kok bisa muat, emangnya ga kesempitan?" Kelima temannya itu hanya meringis, dengan Judy yang diam-diam mendorong pantat Caesar hingga lelaki itu terjatuh. "Tadi emang ada banyak gangguan sih Char," "WOI AH! KENAPA― " "Gais, dapet traktiran dari wakil ketua kelas kita nih!" Tak sempat Caesar menyuarakan protes, semua yang ada disana langsung berseru ria menyambut traktiran yang ada. Cherry, perempuan yang tadi berujar serta Dea ― sang wakil ketua kelas lantas menghampiri mereka, tentu tidak lupa dengan Keane, dan Andrew yang kesulitan membawa 2 kardus kaleng soda berserta dengan 3 L1MO Pizza dari restoran Pizza Hut itu. "EH ANJIR! BU WAKETU KOK TUMBEN BAIK SIH BU WAKETU?" timpal Ben, yang sontak mendapat tatapan sinis dari Dea. "Tapi Bu Waketu, kita mau makan dimana nih? Ga mungkin kan kita makan di backstage?" "Lah emang ga boleh makan di backstage?" tanya Dea. "Ga boleh De, katanya backstagenya baru dirapiin soalnya." jawab Judy. "Eh iya sumpah De, aduh!" Odette memukul keningnya, "Ethan sama Kale makan nya berantakan, jadi semua pada ga dibolehin makan di backstage lagi." Seketika mereka semua langsung menghela nafas, bingung memikirkan nasib ketiga pizza berukuran 3 meter itu dengan 2 kardus kaleng soda yang berada di tangan Keane dan Andrew. "Ah!" Seakan mendapat ide, Cherry berujar, "Apa makan di kelas aja? Kelasnya juga kaga dikunci kan?" "Eh iya boleh tuh, apa mau sekalian foto di kelas juga?" Sonya memberikan usul. Sementara Ben menyahut, "JANGAN ANJIR, gue mau foto bareng Ci Cadence dulu." Sontak mereka semua menghela nafas, mendengus kasar seakan berkata ― yang benar-benar sajalah. Odette, yang memang merupakan salah satu dari anggota band langsung bersuara, "Nantian aja lah, Ben. Ci Cade lagi sibuk."
"Yaudah-yaudah." "Yaudah apaan? Gantian lo yang bawa!" Andrew dengan Keane langsung memberikan dua kardus kaleng soda bersama 3 L1MO Pizza tersebut pada ketiga lelaki yang sedang bersama dengan mereka. "APA-APAAN?!" ― Berhasil melalui siang hari bak neraka, mereka pada akhirnya sampai di ruang kelas 11 ― MIPA 3 SMA Pelita Bangsa. Tak perlu berpikir panjang, Judy dengan cepat mengambil tripod yang terletak di loker berwarna abu-abu. Sang wakil ketua kelas tentu tidak tinggal diam. Ia lantas meminta teman-temannya untuk ikut menata kursi-kursi yang ada, agar mereka dapat berfoto dengan cepat. "Emangnya harus pake kursi ya?" Dea lantas mendengus, mendengar pertanyaan Ben. "Kan bisa aja konsepnya lesehan." Perempuan itu lupa, memang bukan kelas Xl–MIPA 3 yang apabila disuruh, tidak mengeluh terlebih dahulu. "Lo pikir rumah makan? Udah ah, ditata aja!"
Judy yang tengah menonton perdebatan mereka, lantas memalingkan wajah ― menemukan kedua siswa dengan nametag yang sama dengannya telah datang membuka pintu dengan ekspresi yang sama juga. Ekspresi kelelahan setelah menghadapi panas matahari di siang hari itu. "Hai, Dek Jud!" ujar Michael, melambaikan tangan kirinya ke arah Judy, sukses membuat perempuan yang ia sapa merengut bukan main. Tau tidak mengapa Michael memanggilnya 'Dek Jud'? Tentu itu suatu nama panggilan yang asing bukan? 'Dek Jud' sendiri adalah singkatan dari 'Adek Judy'. Ia seharusnya tidak perlu mendapatkan nama panggilan itu, jika usia nya tidak terpaut satu tahun lebih muda dibandingkan usia teman-teman sekelas nya. Padahal Isa, temannya yang berada di Xl–MIPA 1 tidak pernah dianggap lebih muda oleh teman-teman sekelasnya ― meski memang usia Isa tidak jauh berbeda dengan teman-temannya yang lahir pada tahun 2001. "Hai Jud!" Adeline, perempuan yang berdiri di sebelah Michael itu ikut menyapa. Judy pun melambaikan tangannya balik, sembari tersenyum dengan lebar. "Pilih kasih lo Dek Jud! masa Adel disapa balik gue nggak?" "Setidaknya manggil nama Judy pake nama yang bener dulu." pukul Adel, kemudian mendorong bahu Michael. Melihat ada dua siswa yang menganggur disana, Dylan tidak bisa tinggal diam. Ia kemudian berteriak, "WOI DUA MANUSIA SOK SIBUK! BANTU-BANTU DIKIT NAPA?" "ADUH, IYA SABAR! Kita belom selesai nafas, lu dah kasih kerjaan aja!" sahut Adel sembari duduk di lantai, disertai juga dengan Michael. Mereka berdua pun turut membantu Judy untuk mengatur tripod dengan kamera tersebut. Pada akhirnya persiapan foto bersama itu telah selesai. Kursi-kursi sudah ditata dengan rapi begitupun dengan tripod dan kamera yang sudah siap dengan posisinya.
1 note · View note