Tumgik
#bung hatta
totoxl-geeeunraa · 6 months
Text
TOTOXL | Muhammad Hatta, sang wakil presiden
Muhammad Hatta: Bapak Bangsa yang Visioner, jujur dan cerdas
TOTOXL Muhammad Hatta, yang sering disebut sebagai Bung Hatta, adalah salah satu tokoh yang paling penting dalam sejarah Indonesia modern. Sebagai tokoh proklamator kemerdekaan bersama Soekarno dan wakil presiden pertama Indonesia, Hatta memainkan peran kunci dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan negara Indonesia
Tumblr media
Muhammad Hatta, sedikit familiar namun tidak terlalu familiar seperti Soekarno, Soeharto, dan lain-lain, bukan? Muhammad Hatta atau yang dikenal dengan bung Hatta merupakan mantan wakil presiden pertama Indonesia yang sangat cerdas dan menjadi salah satu toko sentral dalam pemerintahan Soekarno kala itu, sebelum hengkangnya bung Hatta dalam masa pemerintahan bung Karno, Hatta merasa bahwa ia sudah tak cocok lagi, tak sepemikiran dengan bung Karno yang kala itu nampaknya mendukung Indonesia menjadi negara pro komunisme.
Tumblr media
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Muhammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902, di Bukittinggi, Sumatera Barat, dari keluarga berlatar belakang perjuangan dan pendidikan. Dia belajar di Hollandsch-Inlandsche School (sekarang SMA Negeri 1 Bukittinggi) dan kemudian melanjutkan pendidikannya ke Belanda, di mana dia mendapatkan gelar ekonomi dari Erasmus Universiteit Rotterdam, merupakan seseorang dengan kecerdasan diatas rata-rata tidak membuat Bung Hatta sombong dan lupa diri, ia merupakan seseorang yang sangat sederhana dan jauh dari kata duniawi.
Perjuangan Kemerdekaan
Hatta terlibat aktif dalam gerakan nasionalis Indonesia sejak usia muda. Bersama Soekarno, dia mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) pada 1927 dan menjadi salah satu arsitek utama dalam konsep Indonesia sebagai negara kesatuan. Dia terlibat dalam berbagai perjuangan politik dan sosial untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.
Tumblr media
Peran sebagai Wakil Presiden Pertama
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Hatta diangkat sebagai Wakil Presiden pertama, dengan Soekarno sebagai Presiden. Periode jabatannya ditandai dengan berbagai tantangan, termasuk perang kemerdekaan melawan Belanda, pembentukan dasar-dasar negara, dan upaya memperjuangkan kedaulatan dan persatuan bangsa, lalu bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan terkait tak lagi se-visi misi dengan presiden Soekarno yang kala itu dikenal sangat-sangat pro sayap kiri atau komunis, yang dimana tidak disetujui secara besar-besaran oleh para petinggi Indonesia kala itu.
Visi Ekonomi dan Pembangunan
Sebagai seorang ekonom, Hatta memiliki visi yang jelas tentang pembangunan ekonomi Indonesia. Dia memainkan peran penting dalam merumuskan kebijakan ekonomi nasional yang berpihak pada kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berkelanjutan. Konsep ekonomi sosialis yang dianutnya menekankan pentingnya pemerataan hasil-hasil pembangunan dan pengembangan sumber daya alam.
Pendidikan dan Intelektualitas seorang bung Hatta
Selain peran politiknya, Hatta juga sangat peduli pada pendidikan dan intelektualitas bangsa. Dia mendirikan Universitas Indonesia pada tahun 1950 dan berjuang untuk memperluas akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Hatta percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bangsa, dan kini Universitas Indonesia menjadi salah satu Universitas terbaik di seluruh negeri nusantara, yang dimana berarti Bung Hatta sudah berhasil memajukan tingkat pendidikan generasi muda negeri ini.
Warisan dan Pengaruh bung Hatta
Meskipun tidak lagi aktif dalam politik setelah masa jabatannya sebagai Wakil Presiden, Hatta tetap menjadi simbol perjuangan, kearifan, dan keberanian dalam memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan sosial. Warisannya masih terasa kuat dalam politik dan budaya Indonesia hingga hari ini, dan dia dihormati sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah bangsa ini.
Kematian dan Penghormatan
Muhammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980, sejak berhentinya ia dari kursi wakil presiden, ia hidup sederhana dan cenderung miskin sepanjang hidupnya, namun, dibalik itu semua, dibalik ketidak-familiaran ia di mata rakyat, tidak ada catatan gelap yang menyangkut bung Hatta, membuat siapapun yang mendengar ceritanya akan mencintainya dengan amat sangat dan menghormatinya dengan sepenuh hati.
Bung Hatta sudah meninggal berpuluh-puluh tahun lamanya, namun warisannya tetap hidup dalam setiap tonggak sejarah Indonesia. Pemerintah dan rakyat Indonesia terus menghormatinya sebagai salah satu bapak bangsa yang ikonis dan visioner, yang tekad dan dedikasinya telah membawa Indonesia menuju kemerdekaan dan kemajuan, selamat jalan bung, kiranya segala jasamu dan kebaikan yang kau tabur akan kau tuai di jalan Allah. TOTOXL
Tumblr media
0 notes
kbanews · 2 years
Text
Anies Baswedan: Pemimpin Harus Punya Integritas, Hadapi Globalisasi Tanamkan Ke-Indonesiaan
JAKARTA | KBA –  Selalu tersenyum, itulah ciri  paling mudah diingat pada sosok Anies Baswedan. Pria kelahiran, Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini tidak hanya menorehkan tinta emas sebagai intelektual muda berprestasi dunia tapi juga calon presiden  terkuat di negeri ini menuju Presiden RI 2024. Berbincang dengan Anies Baswedan memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Aura dan hawa presiden…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
coretanthuf · 2 months
Text
perlu dicatat, menjadi pendiam bukan tanda kelemahan atau rendahnya value seseorang. bahkan dalam banyak hal, banyak bicara yang tak perlu menunjukkan kedangkalan dan tinggi nya ego.
ada begitu banyak hal yang bisa kita pelajari ketika diam. kita ingat pada sosok Bung Hatta. Ia memilih menjadi pendiam namun ketika diberi kesempatan, Ia bicara gagasan penting bagi bangsa dan ditakuti oleh lawan politiknya.
dalam konteks tertentu diam menunjukkan apatis, penolakan, atau cara untuk menghindari tanggungjawab. namun dalam hal lain, diam dibutuhkan sebagai bentuk kehati-hatian dan kesopanan. Bicaralah jika harus bicara. Diamlah jika harus diam.
orang yang tak banyak bicara biasanya punya self control yang baik. disegani. mempunyai arti yang lebih ketika bicara. maka tak jarang pemimpin memegang prinsip "silentium est aureum". silence is golden.
Pak Harto, "The Smiling General", contohnya. Sifat diamnya menjadi hal yang disegani. mukanya yang selalu tersenyum memiliki sejuta arti komando dibalik keheningannya.
sometime speaking is good. but when you know yourself and the situation, saying nothing would be better. telebih di era media sosial, semua orang dapat berkomentar terhadap banyak hal. maka menjadi pendiam terhadap hal yang tak dipahami, lebih mengantarkan pada keselamatan. baik bagi kita maupun orang lain.
sesorang yang memilih menjadi diam butuh self control yang kuat. kemudian akan tumbuh menjadi pribadi yang hati-hati, tidak mudah judge, berpikir luas, dan tak mudah terbawa arus. menjadi diam itu pilihan dan butuh kedewasaan.
"Falyaqul khoiron, au liyashmut", berkatalah yang baik atau diam.
23 notes · View notes
segudangpikiran · 2 months
Text
Hatta: Aku Datang karena Sejarah
Penulis: Sergius Sutanto
https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/55361
Tumblr media
Buku ini lebih menceritakan kisah Mohammad Hatta setelah melepaskan jabatan wakil presiden. Bung Hatta kembali mengenang kisah kehidupannya mulai dari masa kanak-kanak, aktivitas beliau dalam organisasi, kehidupan beliau selama dipenjara di Belanda, diasingkan di beberapa tempat, kemudian beliau juga mengenang perjuangan yang beliau lakukan hingga tercapai kemerdekaan Indonesia. Setelah mengenang kisah masa lalu Beliau, diceritakan juga tentang kehidupan Bung Hatta yang mengalami masa sulit selama pemerintahan demokrasi terpimpin. Buku ini mampu memberikan pesan, kesan dan hal-hal positif kepada pembaca walaupun ada kekurangan seperti masih terdapat beberapa kisah dari Bung Hatta yang tidak tertulis.
2 notes · View notes
tantradiashari · 4 months
Text
Menulis Untuk Apa?
Aku percaya bahwa pengalaman menulis adalah suatu proses panjang yang tidak bisa dinilai mudah. Orang tidak bisa menulis tanpa membaca.
Dari buku ke buku. Dari jalan ke jalan. Dari alam ke alam. Dari sejarah dan masa depan.
Kalau orang bilang menulis itu gampang, ya tergantung.
Menulis apa, untuk siapa, dan bagaimana.
Seorang mahasiswa pernah merasa campur aduk saat mengerjakan skripsinya. Perasaannya selalu dag dig dug karena tema skripsinya adalah hal yang baru ia pelajari dengan device yang kurang mumpuni. Setiap detiknya tegang oleh bunyi “dret-dret” notifikasi WA dari sang dosen. Di lain sisi, ia merasa bersyukur. Ia bersyukur karena dulu telah berani melamar sang dosen, di saat yang lain pasrah untuk dipilihkan. Ia bersyukur dibenturkan dengan banyak hal yang sepertinya dulu tidak akan sanggup dilalui. Ia bersyukur diajarkan cara berpikir dan menulis, sampai-sampai di meja dosen ia berkata, “Wah, jadi begitu, ya, Bu, caranya. Jujur selama kuliah 4 tahun ini saya baru bisa merasa menulis bagus waktu dibimbing Ibu. Empat tahun kemarin saya nulis apa dong, Bu, kalau begitu?” Beliau terkekeh. Meskipun begitu, anak yang baru belajar menulis ini selalu disuruhnya ikut ini-itu. “Ayo, coba apply saja. Nggak usah takut.”
Selepas seminar dan sidang, alih-alih merayakan euforia, ia lekas-lekas pergi ke loteng agar tak bertemu siapa-siapa. Ia merasa skripsinya terlalu payah untuk ditukar  dengan sebuah gelar. Ia merasa tidak maksimal dalam mengerjakan, padahal support sang dosen sungguh besar. Namun, ia juga merasa sayang jika jerih payahnya hanya teronggok di perpustakaan yang suram. Perpustakaan yang berfungsi sebagai ‘gudang skripsi’ alih-alih tempat membaca buku yang menyenangkan.
Setiap orang yang meninggalkan kampus dengan gelar, berjuang dengan tidak mudah. Ada yang riset berbulan-bulan. Ada yang harus melalui medan berat, waktu yang panjang, pengerjaan berulang yang membosankan dan kelelahan sampai hampir-hampir mengetuk pintu keputusasaan, lalu mengapa hasil riset ini TIDAK ADA YANG BACA?
Karena ngga menarik.
Karena terlalu rumit dimengerti.
Karena orang merasa tidak penting untuk dibaca.
Padahal setiap orang yang melakukan penelitian, mereka berkeyakinan bahwa riset ini penting, bukan untuk dirinya, tapi untuk orang lain, untuk umat. Jadi, bagaimana membuat orang lain mengerti bahwa ini adalah hal penting yang harus mereka tahu? Sesederhana membuatnya menjadi menarik.
Jadi kalau ditanya, kamu menulis untuk apa, Tantra?
Coba ingat-ingat kembali perjalanan panjang itu. Niat-niat baik itu. Dan tujuan-tujuan panjang yang mungkin hanya kamu dan Tuhan yang tahu. Coba ingatlah pesan Bung Hatta: “Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita” atau “Apa yang membuatmu takut, hadapilah dengan berani”. Juga jangan lupakan Tan Malaka pernah berkata, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda.” Teruslah bertumbuh, seperti padi yang tidak berisik.
2 notes · View notes
riaunews · 4 days
Text
Sri Mulyani Pamit Sambil Nangis ke DPR, Sinyal Tak Jadi Menteri di Kabinet Prabowo?
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Jakarta (Riaunews.com) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pamit undur diri kepada anggota DPR RI saat rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR. Dia pamit sambil menangis. Pada momen itu, dia pun mengutip pernyataan Wakil Presiden ke-1 RI Muhammad Hatta terkait kejujuran. “Saya ingat wejangan dari Wapres Bung Hatta yang mengatakan bahwa kurang cerdas dapat…
0 notes
ingatlah · 5 days
Text
Begini Cara Universitas Bung Hatta Dorong Gunuang Padang Jadi Destinasi Wisata Unggulan
INGATLAH.COM – Dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pariwisata dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s), dosen dan mahasiswa Universitas Bung Hatta melaksanakan kegiatan pendampingan dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) di objek wisata Gunuang Padang, Kota Padang. Kegiatan ini merupakan bagian dari tridharma perguruan tinggi dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat…
0 notes
edomedia · 10 days
Text
Asri Hadi Bertemu Putri Bung Hatta di Launching Buku Panggil Saya Mas Yos
Jakarta, EDITOR.ID,- Wartawan senior yang juga Ketua Dewan Redaksi EDITOR.ID Asri Hadi siang ini menjumpai putri Proklamator Republik Indonesia Bung Hatta, Gemala Hatta. Momen pertemuan yang berlangsung sangat akrab tersebut terjadi pada acara peresmian peluncuran buku berjudul “Panggil Saya Mas Yos” pada Rabu (11/9/2024), bertepatan dengan peringatan Hari Radio Nasional. Selain itu Asri Hadi…
0 notes
priangancom · 28 days
Text
Kisah Bung Hatta dan Sepatu Bally; Keinginan Sederhana yang Tak Pernah Terwujud
JAKARTA | Priangan.com – Bung Hatta. Begitu saapaan akrab pria bernama lengkap Mohammad Hatta ini. Ia adalah pahlawan nasional, tokoh proklamator, sekaligus mantan Wakil Presiden RI pertama. Kabar kematiannya pada tanggal 14 Maret 1980 tentu membuat sebagian besar masyarakat Indonesia sedih kala itu. Banyak orang merasa kehilangan salah satu tokoh besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia…
0 notes
el-habib47 · 1 month
Text
AKU HARUS BAGAIMANA?
Aku melihat burung Garuda
Terbang mengitari langit Indonesia
Aku melihat burung Garuda
Matanya ber kaca-kaca
penuh dengan air mata
Ia melihat sendiri
Peristiwa yang ada di bumi Pertiwi
Hutan di babat, merusak habitat para satwa
Sawah di sulap jadi istana para penguasa
Lantas, aku harus bagaimana?
Aku takut ia menceritakan pada bung Karno dan bung Hatta
Bahwa, Indonesia kini telah menjadi lumbung neraka
Lantas, aku harus bagaimana?
Perjuangan ku tak kunjung ada tanda
Kapal tua hilang arah, Nahkoda haus tahta
Penumpang terombang ambing tengah samudra
Nahkoda bertakhta iblis berkuasa
Kemerdekaan di batasi penguasa
Lantas, aku harus bagaimana?
79 tahun sudah setelah kemerdekaan 1945
Kesejahteraan tak kunjung menemui takdirnya
Sebab, ikhtiar tak sesuai jalur yang di tentukan
Bung Karno dan bung Hatta pasti kecewa
Lalu, Aku harus bagaimana?
Sendangguwo, 12 Agustus 2024
1 note · View note
youthoftheworld · 3 months
Text
Tumblr media
Efri Yoni Baikoeni pertama dari kanan bersama Andi Rahman dan Bupati Agam Dr H Andri Warman, S.E., MM serta kerabat di Kemenpora tahun 2023. (Foto Dok)?
KETIKA DITERIMA SEBAGAI PESERTA
Oleh: Efri Yoni
(Peserta Program Indonesia-Kanada dari Sumatera Barat, 1996-1997)
Saya adalah salah seorang dari 42 pemuda Indonesia yang dikirim menjadi duta bangsa dalam program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada tahun 1996-1997. Kegiatan ini adalah suatu program kerjasama kedua negara dengan mengirim pemuda terbaik untuk melihat dan menyelami kebudayaan masyarakat masing-masing. Program ini telah berjalan sejak tahun 1973 yang dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan khususnya Direktorat Pembinaan Generasi Muda dan Canada World Youth (CWY). Disamping itu tentu saja usaha ini dalam rangka saling menukar informasi pendidikan dan lain-lain. Dengan program ini, para peserta diharapkan mengambil nilai-nilai positif dan menerapkannya di negara masing-masing.
Dari manakah saya akan memulai cerita ini? Sebab perjalanan selama 9 bulan tentu cukup banyak yang bisa saya ceritakan. Baiklah saya akan bercerita dari awal yang saya anggap penting untuk diceritakan.
Motivasi sejak kecil
Ketika saya masih Sekolah Dasar di tahun 1981, Ayah saya berlangganan surat kabar “Haluan” beberapa tahun lamanya untuk mencoba menutupi kehausan kami akan informasi. Keluarga lainnya telah banyak memiliki pesawat televisi. Dalam taraf membaca yang masih rendah saya membaca berita tentang kegiatan Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada di Desa Koto Merapak. Berita tersebut langsung menarik perhatian, apalagi desa tetangga itu hanya berjarak 4 km dari rumah.
Dari berita dan cerita guru-guru di sekolah, seluk beluk kegiatan itu telah memotivasi kami agar suatu saat nanti dapat mengikuti program menarik tersebut. Pergaulan dengan bangsa kulit putih bagi saya ibarat mengikuti jejak Bung Hatta semasa sekolah di Negeri Belanda seperti dalam riwayat hidupnya yang telah pernah saya baca. Sekalipun saya masih “hijau” setidaknya obsesi itu selalu mengikuti pikiran-pikiran saya. Pada tahun 1984-1985 waktu kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD) saya telah mengikuti kursus Bahasa Inggris di sekolah yang diajarkan oleh Uda Asrizal. Saya menyukai pelajaran itu dan menjadikannya sebagai prioritas pertama dari berbagai mata pelajaran. Sayapun selalu mendapat nilai-nilai memuaskan.
Sebagai kegiatan tambahan, saya juga disuruh guru untuk belajar tarian daerah seperti: Tari Persambahan, Tari Panen, Tari Payung, Tari Gelombang dalam rangka perpisahan sekolah serta perlombaan. Ketika kedatangan Bupati ke desa kami, saya pun pernah tampil menyambut tamu-tamu penting tersebut. Sementara untuk mengisi waktu luang saya belajar melukis, kaligrafi, menghafal pepatah petitih Minangkabau, belajar meniup “saluang”, “barandai” teater tradisional, public speaking dan lain-lain.
Secara umum pelaksanaan program ini dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan pengalaman pribadi bagi peserta program dan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan negara masing-masing. Penekanan kedua sisi ini mutlak perlu dilakukan mengingat proses pembangunan memerlukan waktu yang panjang. Tentu saja keterlibatan generasi muda di dalamnya tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Untuk itu di dalam program ini keterlibatan peserta secara aktif dalam setiap kegiatan sangat diutamakan. Hal ini disesuaikan dengan kondisi fisik di lapangan dan kemampuan daerah masing-masing.
Sebagai institusi yang berwenang, Kanwil Depdikbud Sumatera Barat menyebarkan informasi ke berbagai perguruan tinggi dan organisasi kepemudaan di tingkat propinsi, lembaga pendidikan, kursus-kursus untuk mengirimkan calon utusannya dalam program.
Pada waktu saya kuliah di Sastra Inggris, Unand khususnya semester 6, saya membaca pengumuman tentang adanya pembukaan Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Luar Negeri yang ditempelkan di papan pengumuman Dekanat Fakultas Sastra. Saya langsung menghubungi pihak Kanwil Depdikbud sebagai pelaksana seleksi untuk mendaftarkan diri bersama dengan Yarsil, Dewi Syukhrani, Teddi Irawan, Yuniar dan lain-lain. Kami kemudian berdiskusi bersama menyiapkan diri. Kebetulan Pak Drs. Samuel Gunawan, MA juga memberikan kami rekomendasi untuk mewakil Fakultas Sastra, Universitas Andalas. Pada waktu itu terdapat sekitar 90 orang pelamar lainnya di kantor Kakanwil Sumbar.
Seleksi yang dimulai tanggal 25 Mei 1996 itu dilaksanakan dalam dua hari melalui tes wawancara oleh anggota PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) yaitu para alumni program. Beberapa jenis materi harus kami lalui, tentunya dengan menggunakan bahasa Inggris seperti: Minangkabau culture oleh Nenen Illahi, international issues oleh Yanti Usman, national issues oleh ibu Dra. Ilza Mahyuni,MA music performance oleh Esanov dan Yong Barnas. Khusus pertunjukan kesenian kami harus membawa sendiri alat musik yang dikuasai. Saya membawa alat musik seruling. Dari seluruh peserta akhirnya terpilih 10 orang untuk seleksi kedua.
Sebelum pengumuman itu, kami menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Apalagi orang tua saya. Begitu tahu kalau saya melamar menjadi peserta, beliau selalu menanyakan perkembangannya setiap saya pulang kampung. Tidak lupa Ayah berpesan agar banyak berdoa dan berpuasa sunnah. Semoga usaha kita dikabulkan-Nya. Ayah juga memberitahu bahwa beliau selalu berdoa agar saya dapat meraih peluang emas itu. Pengakuan itu menunjukkan beliau sangat mendukung keinginan saya sehingga menambah semangat untuk berpacu dengan puluhan calon peserta lain.
Alhamdulillah doa beliau. Doa Ibu dan doa seluruh keluarga dikabulkan Allah SWT. Tanggal 16 Juli 1996, saya masuk final dan berhak ikutserta dalam seleksi kedua yang hanya diikuti 9 finalis. Masa ujian dilaksanakan di Asrama Haji Jalan H.R. Rasuna Said, Padang selama dua hari. Materi yang diberikan cukup bervariasi dan terfokus seperti: debat masalah ekonomi, politik, budaya, ideologi baik lokal maupun internasional. Bahasa Inggris digunakan sebagai media dan dipandu oleh alumni PCMI. Kegiatan meliputi pembuatan paket culture show, olah raga, city exploration, pengenalan content of program, aplikasi nilai moral, agama, kepribadian, kepemimpinan, dan lain sebagainya. Terakhir peserta diwawancarai langsung oleh Bapak Kakanwil Depdikbud Sumatera Barat, Bapak Drs. Basri AS, MM.
Dari hasil seleksi akhir ini terpilih 3 orang utusan Sumbar untuk program luar negeri yaitu: Saya, Efri Yoni Baikoeni untuk Program Indonesia-Kanada sedangkan Novriandi Mahyudin (Nov) dan Emma Yunita (Ita) untuk Program Kapal Asean-Jepang.
Berita itu juga dimuat di media massa lokal seperti “Singgalang” dan “Haluan” tanggal 17 Juli 1996. Nama dan foto kami juga di-release termasuk aktivitas organisasi sehingga berita itu cepat menjalar kepada masyarakat khususnya warga Tanjung Alam yang merasa mendapat “tuah”. Saya dan keluarga tentu saja sangat bangga dan beruntung.
Setelah mendapatkan calon resmi, Binmud mengadakan pertemuan berkala antara calon peserta dengan pihak terkait. Umumnya dengan alumni PCMI yang bertujuan untuk mempersiapkan syarat-syarat administratif dan teknis. Diantaranya adalah menjalani test medis (medical check up), pembelian souvenir, pakaian adat, surat tugas dari Binmud, surat mencari sponsor, surat istirahat kuliah dari fakultas, surat ijin orang tua dan pengadaaan brosur pariwisata.
Ayah menyambut dengan rasa syukur dan gembira. Beliau ikut serta mempersiapkan diri saya dari segi mental. Beliau dengan arif selalu menasehati agar tidak sombong dan angkuh. “Anggaplah iko sebagai rahmat. Syukurilah agar Tuhan menambah nikmaiknyo ka awak” dan berharap dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan baik.
Sebulan sebelum kepergian itu Ayah banyak memberi nasehat. Beliau menyuruh saya menemui keluarga terdekat sebagai pupuk silaturrahmi sekaligus ungkapan terima kasih atas dukungan keluarga besar termasuk keluarga bako di Tanjung Medan. Saya pamit kepada: Umi Dalima, Pak Cik Subin, Uni Alita dan Atmi serta Pak Tuo Mukhtar Karim. Tidak lupa kami ke Pekan Baru menemui Tek Nursyamsi dan Uda Ir. Hamdi Hamid, SU. Setiap orang yang ditemui dan rumah yang dikunjungi, saya meminta doa restu agar “missi” saya tercapai dalam keadaan sehat walafiat dan dapat kembali ke kampung halaman dalam keadaan selamat. Ayah menyertai saya mengunjungi tempat tertentu untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai kebudayaan Minangkabau. Seperti ke Ustano Pagaruyung, Pusat Kerajinan “Amai Setia” di Koto Gadang disamping membeli barang-barang souvenir yang akan dibawa ke Kanada untuk keluarga angkat.
Kunjungan-kunjungan seperti ini juga sekaligus sebagai mencari “sponsor”. Keberangkatan ke luar negeri tentu memerlukan kantong yang tebal. Meskipun berbagai fasilitas disediakan pemerintah, namun saya tetap saja memerlukan dana besar untuk membeli souvenir, pembekalan dan persedian lainnya. Dengan pendekatan kekeluargaan serta surat rekomendasi dari Kanwil Depdikbud, saya mencoba mencari terobosan sendiri tanpa memberatkan keluarga, apalagi ayah. Saya mengirimkan proposal ke Direktur PT Semen Padang, Rektor Universitas Andalas dan Wali Kota Padang dan juga kepada para dermawan sekampung. Aktivitas saya dalam kegiatan kemasyarakatan selama ini ternyata sangat membantu. Kedatangan saya ibarat memetik buah yang sudah masak di batangnya. Mereka menyambut saya dengan hangat dan “welcome”. Uda H. Erizal Ahmad menyumbang Rp100 ribu. Uni Hj.Yunelli (Neng Bordir) dan Uda Yohanes St Sulaiman menyumbang sebesar Rp100 ribu. Pak H. Sumanto membekali dengan tiga mata uang sekaligus yaitu sebesar Rp300 ribu, S$100 dan ditambah dengan US$45 “Iko dollar Apak nan masih tasiso katika baliak dari Amerika dan Singapura patangko”, kata Apa Sumanto ketika menyerahkan amplop sumbangannya. Uni Elianetti menyumbang Rp100 ribu. Hj. Rosni menyumbang Rp50 ribu. H. Muhardi Rajab menyumbang Rp25 ribu. Uni H. Rosnida atas nama Muhammadiyah Ranting Tanjung Alam menyumbang Rp50 ribu. Ayah pun pada saat itu menitipkan uang sebesar Rp50 ribu.
Sementara itu dari proposal yang saya kirim ke instansi pemerintah, saya menerima sebesar Rp100 ribu dari Direktur PT Semen Padang. Sebesar Rp100 ribu dari Dekan Fakultas Sastra, Universitas Andalas dan sebesar Rp250 ribu dari Rektor Universitas Andalas. Untuk menutupi berbagai kekurangan sayapun rela menjual cincin hasil tabungan beasiswa sebesar Rp200 ribu. Saya merasa sangat gembira dengan tanggapan yang sangat antusias seolah memberikan harapan yang sangat besar.
Tanggal 4 Agustus 1996, kami dilepas oleh Bapak Gubernur Sumatera Barat, H. Hasan basri Durin bersama dengan utusan Paskibraka Sumbar: Irdan (siswa SMU I Padang) dan Dyah Puspita (siswa SMA Lubuk Alung). Nasehat dan wejangan yang disampaikan sangat berharga dan memotivasi kami agar dalam program dapat membawa nama baik Sumbar, menjaga diri dan nama baik keluarga, mengambil nilai yang bermanfaat dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.
Bukittinggi, 26 Juni 2024
0 notes
sumbartodaynews · 4 months
Text
Pemkab Tanah Datar Siapkan Lahan 2.5 Hektare Terkait Rencana Relokasi Warga Terdampak Bencana
Tanah Datar, Sumbartodaynews-Bupati Tanah Datar Eka Putra, SE, MM ikuti rapat lanjutan terkait koordinasi rencana penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana banjir bandang yang melanda wilayah kabupaten Tanah Datar beberapa hari lalu di Istana Bung Hatta Kota Bukittinggi, Kamis (16/5). Rapat yang dipimpin langsung Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, S. Sos, MM tersebut juga diikuti…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
suhariete · 5 months
Text
Siapa Sangka Istri Bung Hatta Adalah Anak dari mantan Kekasihnya
Kisah cinta para tokoh penting atau negarawan Indonesia memang selalu menarik untuk diperbincangkan, termasuk kisah dari Mohammad Hatta atau akrab disapa Bung Hatta. Bung Hatta merupakan wakil Presiden pertama Republik Indonesia yang menikah dengan seorang perempuan bernama Rahmi Rachim. Keduanya terpaut usia 24 tahun, yang mana saat menikah Bung Hatta sudah menginjak 43 tahun, sementara Rahmi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
368mega-gacor · 6 months
Text
Pahlawan Negara Indonesia: Mengenang Jasa dan Pengorbanan Mereka yang Terdahulu
Indonesia, sebuah negara yang kaya akan sejarah perjuangan dan patriotisme, telah melahirkan banyak tokoh yang dianggap sebagai pahlawan nasional. Mereka adalah individu-individu yang dengan gagah berani melawan penjajah, memperjuangkan kemerdekaan, dan berjuang untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. Di antara mereka, beberapa tokoh yang paling terkenal adalah:
1. Soekarno Salah satu pendiri dan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, atau yang lebih dikenal sebagai Bung Karno, merupakan salah satu tokoh terpenting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Visinya dan kepemimpinannya telah mengilhami jutaan orang, dan ia dihormati sebagai salah satu bapak bangsa Indonesia.
2. Mohammad Hatta Partner politik Soekarno, Mohammad Hatta, atau Bung Hatta, juga memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan. Selain menjadi Wakil Presiden pertama Indonesia, Hatta juga dikenal karena kontribusinya dalam membangun fondasi ekonomi negara baru.
3. Kartini Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai salah satu pahlawan emansipasi wanita Indonesia. Melalui tulisannya yang terkenal, ia memperjuangkan hak-hak pendidikan dan kesetaraan bagi wanita, memberikan dorongan besar untuk perubahan sosial di masa itu.
4. Diponegoro Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang paling dihormati. Perjuangannya dalam Perang Diponegoro melawan penjajah Belanda di abad ke-19 menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme.
5. Cut Nyak Dien Pahlawan wanita Aceh ini terkenal karena peranannya dalam Perang Aceh melawan Belanda pada abad ke-19. Keberaniannya dan kepemimpinannya memotivasi banyak orang untuk berjuang demi kemerdekaan dan keadilan.
6. Tjut Meutia Tjut Meutia adalah seorang pejuang dari Minangkabau yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda pada masa awal perlawanan Indonesia terhadap penjajah. Namanya diabadikan sebagai simbol perjuangan dan keberanian wanita Indonesia.
7. Jenderal Sudirman Jenderal Soedirman adalah pemimpin militer Indonesia selama Perang Kemerdekaan yang menginspirasi banyak orang dengan keberaniannya dan semangat juangnya. Namanya diabadikan dalam sejarah sebagai salah satu tokoh militer terbesar Indonesia.
Pahlawan-pahlawan Indonesia ini dan banyak lagi yang lainnya telah meninggalkan warisan yang tak ternilai dalam sejarah bangsa ini. Mereka mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan, perjuangan, dan pengorbanan dalam mencapai cita-cita yang mulia. Dengan menghormati dan mengenang jasa mereka, kita dapat terus memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan yang mereka perjuangkan. Semoga semangat dan tekad para pahlawan ini terus menginspirasi dan mengarahkan kita dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
0 notes
andikarmdnnn · 6 months
Text
Mendayung Di Antara Dua Karang
“Mendayung di Antara Dua Karang” adalah buku karangan Mohammad Hatta yang diterbitkan di Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) Yogyakarta pada 2 September 1948. Buku ini membahas prinsip-prinsip politik luar negeri “bebas aktif” yang masih relevan hingga saat ini. Bung Hatta berpendapat bahwa Indonesia harus bersatu di tengah dan mempertahankan kedudukan globalnya dengan berpegang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ingatlah · 1 month
Text
Seorang Nelayan Hilang Di Laut Pantai Padang
PADANG – Sebuah kecelakaan laut terjadi di kawasan Karang Gabuo, belakang Kampus Universitas Bung Hatta, Kota Padang, pada Selasa malam (20/8). Laporan mengenai kejadian ini diterima oleh Padang Command Center (PCC) 112 pada pukul 21:19 WIB, yang kemudian segera diteruskan ke L3 BPBD Kota Padang. Padang – Seorang Masyarakat Melaporkan ke Layanan Padang Command Center 112 Kota Padang adanya…
0 notes