Tumgik
#dasawarsa
kelanapermana · 2 years
Text
Tumblr media
Dasawarsa
Senandung tentangmu adalah kekecewaan Membutuhkanku untuk bercanda gurau Senandung tentangmu juga adalah ketakutan Membutuhkanku untuk membahu
aku masih dengan anganku tulus, ikhlas dengan segala pilihanmu tapi maukah kau melihat ke arahku? Sekali lagi, semoga hilang ragumu
14 notes · View notes
karlrutkarutshaqif · 5 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
@swmmngclub.kl & @intothefray_records PRESENTS
AS SUNS, FOSFORUS AND LOVE RETREAT
@dasawarsa.my
Date: 20th April 2024
Venue: Drum Asia, Hartamas
Time: 7pm - 12am
0 notes
lilanathania · 9 months
Text
Tiga Dasawarsa
Lewat masa remaja, saya sudah tak pernah menunggu-nunggu momen ulang tahun. Logis saja, pertambahan usia sebetulnya terjadi setiap hari, mengapa harus dirayakan pada satu tanggal tertentu? Namun, khusus hari ini, saya ingin mengajak kalian semua merayakan ulang tahun saya yang ketiga puluh. Perayaan ala Lila, alias merayakan dengan tulisan.
Tumblr media
Sejak awal tahun 2023, entah mengapa saya sudah merasa sangat tidak sabar menunggu datangnya tanggal 7 November. Draft tulisan ini bahkan mulai pertama kali saya buat di bulan Maret! Saya sampai geli sendiri. Mungkin karena ini akan menjadi sebuah babak baru hidup saya sebagai manusia berkepala tiga.
Sebelum Anda semua mengucapkan selamat, sepanjang tahun ini saya sudah banyak mengapresiasi diri sendiri. Saya lihat, Lila sudah tumbuh menjadi orang yang lebih kuat. Dengan segala tantangan hidup yang menerpa, saya selalu memilih untuk menjadi diri sendiri. Walau berkali-kali gagal dan jatuh, saya selalu bangkit dan melangkah lagi. Tentu tak lepas dari uluran tangan keluarga dan teman-teman yang ikut meminjamkan bahu serta mengusap air mata.
Mungkin seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan makin banyak merenung. Sepanjang tahun ini, saya kerap memikirkan target-target yang meleset, impian yang belum tercapai, dan kejutan-kejutan lain dalam hidup. Hari ini, saat ini, saya berada di satu kondisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jauh lebih baik dari apa yang pernah saya doakan, tapi juga jauh dari kata selesai.
Perjalanan hidup mempertemukan saya pada berbagai jenis orang. Boleh dibilang, saya sudah berjumpa dengan orang yang sangat tulus dan sangat jahanam :)) Di dunia profesional maupun pertemanan, saya sudah memperoleh banyak kebaikan, ketulusan, kejahatan, pelajaran, dan kenangan tak terlupakan. Semua itu memperkaya dan membentuk diri seorang Lila.
Tidak ada satupun yang saya sesali, semua pilihan dan keputusan membentuk saya menjadi pribadi yang seperti ini. Saya bersyukur bahwa dengan semua ujian yang ada, selalu ada orang-orang yang berdiri di samping saya. Sesulit apapun cobaan yang datang, pasti ada keluarga dan sahabat yang merangkul dan berkata, “Lila, kamu bisa.” Itulah yang saya pegang. Ketika dunia terasa begitu kejam, ada orang-orang yang percaya dan tahu semua niat serta isi hati terdalam.
Di usia 30 ini, saya justru merasa hidup masih begitu panjang. Ada sangat banyak hal yang masih ingin saya pelajari. Begitu banyak buku yang ingin saya baca. Berbagai macam budaya yang ingin saya resapi. Saya siap menjalani sebuah babak baru dalam hidup.
Di tahun ini saya juga mulai melihat hidup dengan cara yang sedikit berbeda. Dulu, saya banyak menunda bila merasa satu hal bisa dijalankan di masa depan. Sekarang, saya lebih suka melakukan sesuatu sesegera mungkin selama masih bisa (baik itu tentang pekerjaan, impian, hobi, hingga pertimbangan pilihan-pilihan sulit). Hidup sering mengingatkan bahwa sebuah momen tidak akan datang dua kali. Jika bisa sekarang, mengapa harus nanti? Carpe diem.
Refleksi ini sebetulnya teruntuk saya sendiri, tapi semoga menggema juga di hati. Semoga menjadi afirmasi untuk semua usahamu.
Kamu hebat.
Semua upayamu tak akan sia-sia.
Selamat!
26 notes · View notes
langitawaan · 2 years
Text
109.
Pesanmu tertinggal, pada salah satu almari yang biasa kita telusuri. Mungkin kau sengaja, agar kelak ketika aku berkunjung lagi, aku menemukannya lalu membacanya dengan penuh penyesalan.
Benar, setitik penyesalan menyusupi. Mengambil alih logika yang selama ini mendominasi. Tapi, selebihnya, aku bersukacita sebab telah merelakanmu akhirnya aku mendapati diriku utuh kembali.
Sampai jumpa, Kekasih. Abadilah kau dalam sajak panjang penuh pembelajaran yang di dalamnya 'kan ku ceritakan kau sebagai tokoh yang pernah mewarnai hari hingga mentari menggantung di ufuk Barat lalu pagi datang membawa kabar untuk saling memunggungi.
Kisah usai, setelah mendekati satu dasawarsa.
Terik, 12.53 | 15 Januari 2023.
56 notes · View notes
zulfazzakiyah · 4 months
Text
Awal Pekan tak Biasa
Mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Beberapa tetes embun nampak menghiasi jendela. Pada griya menawan di ujung belokan sana. Kehidupan baru pada semesta akan dimulai dengan segera. Ditandai dengan terdengarnya teriakan seorang wanita. Tak pernah berubah kebiasaan itu, meski sudah tiga dasawarsa.
Tak seperti biasanya pagi ini. Tiada terdengar tawa dan cerita yang terbagi. Tidak ada duduk bersama untuk menikmati secangkir teh dan kopi. Lantaran terburu-burunya pergi sang lelaki. Sembari menahan sedikit pegal hati. Tersebab terbukanya mata yang kurang dini.
Mentari pun mulai menampakan panas teriknya di siang hari. Pukul dua belas tepat, tatkala sang wanita sedang menggoreng ikan dua biji. Minyak pada wajan bersibaran tak terkendali. Menyebabkan tangannya amat nyeri. Tumpah tak karuan air mata di pipi. Seraya bibir mengemu dengan raut muka menahan keki.
Senja telah tiba dengan rembulan mulai menyapa. Puluhan bintang menghiasi luasnya angkasa. Menambah cantik dan indahnya penutup masa. Akhir waktu yang selalu istimewa. Namun tak nampak pada kedua insan pada griya. Raut muka penuh kesal menyelimuti paras keduanya. Tak ada senyuman, bahkan kecupan seperti biasa. Masing-masing saling bermasam muka. Akhirnya satu tugasku telah terselesaikan dengan sempurna.
Hari yang selama ini aku nantikan tibalah juga. Meski harus menunggu selama puluhan purnama. Inginku sesekali hadir menyapanya. Lantaran pasangan ini selalu tenang dan mesra. Rupanya aku bisa berkunjung seketika. Pada griya yang selalu bahagia. Sebagai salah satu yang jarang mereka rasa. Menjadi emosi membara, pada awal pekan istimewa.
3 notes · View notes
coffilosofia · 4 months
Text
TABULA RASA
Aku masih ingat ketika itu, hari-hari dimana pelukan kita masih saling menenangkan. Setidaknya aku menjadi tempat yang kau tuju, meski aku tak yakin apakah dekapku masih menghangatkan engkau yang merasa kedinginan. Saat kemauan kita saling berseteru, semesta malam masih menyisakan ruang bagi kita untuk beradu bimbang.
Aku sering bertanya-tanya apakah kita masih menuju pada tujuan yang sama.
Matahari belum juga naik sepenggalah ketika ragu mengusikmu. Engkau cerminkan seluruh lelah di raut wajahmu setiapkali kita bertemu. Selain luruh airmataku, heningmu adalah satu-satunya suara yang dapat terdengar olehku. Seringnya engkau meninggalkan aku penuh tanya akan kemana semua ini bermuara. Aku menghadapi segala ketidakpastian sendirian; yang mana aku masih jua bersikukuh untuk bertahan.
Meskipun berliku-liku, jalan telah terlanjur terukur panjang.
Aku melalui satu dasawarsa seolah hal itu hanya hitungan hari saja. Tak ada yang berubah dari upayamu. Aku tak lagi melihat binar itu, yang dulu pernah sangat memuja aku. Tak jua aku melihat inginmu untukku tetap ada dalam hidupmu. Engkau datang dan pergi semau-maumu.
Entah aku yang keras kepala atau aku tengah terbutakan egoku semata. Nyatanya berjuang tidak dapat dilakukan sendirian.
Gemuruh badai menutupi jarak pandang. Gelapnya mengepung dari segala penjuru kehidupan. Adamu penuh ketiadaan. Aku seolah berdiri di tepi jurang menunggu untuk kau selamatkan. Akan tetapi engkau hanya menatapku dengan sorot mata yang tak lagi dapat kumaknai. Maka kuberanikan untuk menyelamatkan diriku sendiri. Aku tak lagi peduli saat aku terseok-seok dan tersayat perih, yang aku tahu aku harus melanjutkan perjalanan.
Suatu hari badai berlalu. Cerah langit penuh kumpulan awan yang saling berseloroh tentang nasib-nasib manusia. Hari itu kau datang dari pengembaraan. Engkau menawarkan kembali rasa yang engkau katakan dulu sempat hilang, kau meneguhkan penyesalan. Entah mengapa aku merasa hadirmu tak lagi aku butuhkan.
Cinta harusnya terasa menentramkan, bukan?
Engkau tak hendak pergi dan akupun tak dapat beranjak dari lingkar janji yang mengikat kita. Aku tak lagi ingin menghentikan pasir waktu terburai dari genggaman kita yang sudah tak lagi saling menyamankan. Aku masih menantikan kejutan dari gurat-gurat pada Langit yang tertulis untuk kita di masa depan.
Untuk sekarang biar saja sayap-sayap senyap memenuhi jarak antara kita dan hatiku yang telah hampa; mati rasa.
3 notes · View notes
danispratama · 1 year
Text
Bilang Bapakmu, aku siap jadi menantunya.
Mungkin itu yang aku pinta darimu jika kita bertemu jauh sebelum waktu ini berlalu hampir setengah dasawarsa.
Tapi tak apa. Aku tetap bahagia. Mengenalmu hanya lewat sosial media tak menjadi masalah berarti. Mengetahui kamu baik, selalu berusaha menjadi hamba yang taat padanya, menjaga diri dari segala yang membuatnya murka sudah cukup bagiku untuk terus mendoa.
Kau, semoga baik-baik di sana.
10 notes · View notes
dinikhsanudin · 1 year
Text
Tumblr media
Putih Abu-Abu
Di sudut ruang kelas aku pernah menulis satu catatan. Sebuah catatan yang kusimpan rapi di ruang imajinasi. Ruang yang tanpa sengaja aku ciptakan sendiri, di mana sisi jendela-jendelanya tercipta dari sinar mentari pagi dan daun pintunya terbentuk atas raut merekah senja sore hari. Aku percaya kelak suatu hari nanti catatan itu akan kubaca kembali.
 
Aku masih ingat raut wajah orang-orang yang berjasa. Yang pernah mengajarkan cara membaca, cara melihat, cara mendengar, sebelum seutuhnya menilai. Setiap helaian makna yang kutulis kala itu adalah garis cahaya yang akan mengantarkan pada suatu tempat yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Mereka pernah mengatakan "Bermimpilah setinggi langit, gapailah bintang-bintang dan jadilah kejora yang bersinar terang". Begitulah kurang lebih suara yang ditangkap oleh daun telinga yang bahkan hingga saat ini masih menggema hingga ke dasar dada.
 
Selang satu dasawarsa berlalu, kurasa aku masih di tempat biasa. Entah apakah karena aku yang tak pandai berlari, atau terlalu nyaman berdamai di tepi, atau mungkin aku yang kurang pandai mensyukuri.
 
Tuan, tolonglah aku bagaimana cara keluar dari satu titik ini.
 
Berkali-kali aku menghitung lelah, bahkan kini aku telah lebih pandai dari bunga-bunga letih yang tertiup angin, batu karang yang dihempas sang ombak, dan pecahan-pecahan kaca yang tak bisa terangkai utuh kembali. Aku pernah merasakan sesaknya patah, pedihnya luka, dan jenuhnya menunggu.
 
Tentu, atau barangkali, di dekat pohon genus Picea yang kupandangi setiap pagi waktu itu kini masih menyimpan banyak cerita yang singgah sementara atau sebaliknya tumbuh menjadi kenangan selamanya. Dari setiap corak yang mewarnai tangga lalu turun sejenak pada sebuah tempat hamparan di mana kita sama-sama berdiri menatap mimpi. Seperti cerita tentang Peri yang pernah aku tulis di lain hari, aku masih di sini mencoba berdiri sendiri.
 
Bola-bola kecil yang kusentuh, papan hitam putih yang selalu diam kemudian tertawa, dan para kursi tempat duduk yang pandai mendongeng, menjadi pengiring cerita di kala hujan jatuh di bawah sinar matahari. Terik panasnya pernah reda ketika sempat kupandangi sejenak. Elok dan indah wajahnya menyadarkanku jika aku tak sepantasnya tak sadar diri.
 
Jika kuputar kembali dahulu kita pernah beramai-ramai bermalam sepi di tempat ini, berhiaskan hangat api yang menyala dan mendengar cerita-cerita yang membuat kita sama-sama tertawa. Berjalan melintasi keheningan, menanti sang fajar, dan menenggelamkan wajah ke dalam dinginnya udara di gerbang mentari.
 
Aku menjadi manusia aneh yang duduk terdiam di sudut jendela. Memandangi lalu lalang, dan sesekali menyendiri untuk membaca ulang sajak di tempat di mana buku-buku rahasia itu disandarkan.
Kita selalu memiliki kisah masing-masing yang dibalut sesal. Namun aku menyadari dari sanalah kita tumbuh dewasa.
 
Kali ini aku tidak banyak bercerita tentang kepedihan, hanya seikat bunga yang kuletakan di tepi barisan kata. Tidak banyak yang tahu.
 
Di akhir kata, aku ingin membaca ulang kembali catatan kecil yang kutulis tepat di  Sabtu malam. Ketika keheningan membawa malam menjadi tumbuh, tumpukan doa-doa yang jatuh, bintang-bintang sedang ramai bercerita, dan sang bulan yang sedang cantik-cantiknya, sepertimu.
 
Putih Abu-Abu
 
Tanpa sengaja kita bertemu
Bersama saling melengkapi
Menyatukan serpihan menjadi sebuah cerita
Tak terasa
Kini tiba waktunya mengetuk pintu masa depan
Suatu saat nanti kita akan punya kehidupan masing-masing
Dan semua ini akan menjadi bingkai kenangan di masa tua
Sampai jumpa, kawan
 
(Mei 2012)
 
- d.i -
3 notes · View notes
thebeeandhishoney · 1 year
Text
Tumblr media
Seperti kata Sal Priadi: “Besok kita pergi makan!”
Besok pagi, setelah mandi dan rapi-rapi, genggam tanganku erat, ya! Aku akan ajak kamu berjalan-jalan kecil berkeliling kota, mencumbu tiap sudut dari inci ke inci, akan ku ceritakan bagaimana bentuk bangunan-bangunan itu sebelum mereka dipermak. Kau tahu kalau aku pengamat handal. Semua sisi dari kota ini menarik, unik, dan bikin penasaran. Kalau kau tanya kenapa toko itu bentuknya seperti itu? Kemungkinan besar aku tahu. Kemungkinan besar aku telah menyingkap tirai tak kasat mata di balik toko itu yang tak semua orang tahu (dan peduli).
Kita berjalan-jalan melewati gang-gang kecil bau ikan asin dijemur yang banyak kucingnya. Kalau kau tidak lagi takut kucing, kita bisa ajak kucing-kucing itu berdansa. Kita bilang ‘permisi’ pada setiap orang yang sedang menjemur baju atau menepuk-nepuk kasur. Kalau kau lelah, boleh beristirahat sebentar di warung kelontong sambil membeli es teh botolan! Nanti kita lanjut lagi berjalan-jalan sampai kaki terasa berat, pundak terasa ringan. Ada banyak topik yang kita bisa bicarakan sambil bergandeng tangan.
Sebut tempat mana yang mau kau tuju. Toko buku? Kita bisa mampir ke sana. Kalau ini tahun 2010, kita bisa mampir ke rental DVD untuk menyewa satu film yang bisa kita tonton sepulang nanti. Bukit di belakang kota juga menarik jika kau mau duduk-duduk menanti sore sambil mengunyah cimol atau batagor dengan sedikit kecap, atau bakso (yang bumbunya hanya cuka dan sambal). Kita bisa menanti matahari pergi di atas rumput-rumput hijau, aku akan bawa anti-nyamuk buat mengusir serangga yang iseng mampir dari ilalang-ilalang di sekitar bukit. Aku mau senja datang perlahan, tanpa awan dan tanpa hujan, menjemput rombongan bulan dan bintang-bintang dengan damai. Aku mau kita seperti itu. Jika tak ada lagi tanganku di genggamanmu aku mau melepasmu seperti sore yang pergi pelan-pelan, sempat mengecup kening langit sebelum ia pergi dan membenahi selimut biar malam tak terasa sepi. Rengkuh aku dalam pelukmu; sebagai imbalan, aku akan bisikkan kata-kata damai.
Untuk saat ini, mari pulang bersamaku. Kita sudahi hari-hari yang penat dengan makan malam di meja makan yang tersaji hangat. Apapun yang mau kau makan, biar aku yang masak. Kau boleh duduk santai di bawah lampu gantung ruang makan yang warnanya kuning temaram. Kau boleh minta aku berceloteh tentang hariku yang berwarna—kadang kelabu kadang ungu janda, sebagai gantinya aku beri kamu satu peluk untuk harimu yang pelik. Kau diizinkan untuk menangis di atas bahuku. Pakai baik-baik, ya. Kau boleh mengadu seperti seorang bayi. Apapun yang terjadi di harimu, aku siap mendengarkan. Kalau kau butuh kecupan, punya sejuta untuk diberikan kapan pun kau mau. Telingaku masih dua, dua-duanya terbuka lebar untuk setiap cerita. Kita bisa makan berdua di ruang makan dengan masakan hangat yang berasap, ditemani dua cangkir teh, ditemani gelak-tawa yang renyah atau sedu-sedan yang sepadan. Apapun itu.
Untuk saat ini, kita lupakan sejenak rencana menjemput sore yang tadi. Kita nikmati siang dengan terik dan hujannya. Kota ini belum sepenuhnya kita telusuri, hari masih panjang. Terus berpegangan tangan dan ingat kemana kau pulang, rumah yang tentram di balik bukit yang kebunnya diisi mawar. Di akhir dari setiap hari yang buruk akan selalu ada gerbang dan tangan yang terbuka lebar, semangkuk masakan panas untuk berdua, dan sepoci teh untuk dibagi.
Besok kita pergi makan, ya. Besoknya lagi. Lusanya. Seminggu penuh. Dua minggu. Satu bulan. Satu tahun. Satu dasawarsa.
Kita akan selalu pergi makan di kedai yang tenar di sosial media, di rumah makan yang baru buka, di emperan, di resto bintang lima, di dapur rumah kita, dimanapun! Setiap hari. Anggap itu hadiah dariku karena setiap hari kamu selalu membanggakan. Aku ingin mengapresiasi kerja kerasmu dengan semangkuk soto tanpa kecap atau ramen kesukaanmu (walau aku masih harus banyak belajar).
6 notes · View notes
michael-jarda · 2 years
Text
[Outline] Bomb City, Pretty Women: Betapa Repotnya Masyarakat Pemuja Good Looking
***
Awalnya aku ingin menulis sekali lagi sedikit resensi film yang aku tonton tadi malam. Pertama film Bomb City (rilis 2017) dan film Pretty Woman dari tiga dasawarsa silam. Dua film ini sama-sama menggambarkan realita masyarakat pada umumnya , 'sok ngatur’ memberi stempel ukuran moral jika sudah berurusan dengan cara berpenampilan/berpakaian.
===
Pertama Bomb City. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang penganut punk sejak dalam pikiran. Ia harus meregang nyawa dilindas mobil seorang anak sekolah klimis, kaya, superstar, pintar,---dalam sebuah tawuran.
Tragis! Si pembunuh lolos dari jerat hukum. Apa pasal?
Ya, karena dia berpakaian rapi, anak seorang jutawan, sekaligus atlet berprestasi di daerah tersebut. Sedangkan, si Brian anak punk  justru disalahkan habis-habisan hanya karena dia berbeda dari anak kebanyakan. Aku gantung dulu cerita Bomb City sampai di sini.
Tumblr media
Kedua, Pretty Women, ini film fiksi, menceritakan seorang pengusaha kaya sukses tersandung asmara dengan “perempuantunasusila”. Setidaknya pertemuan di jalan pada suatu malam gelisah itu mengakar dari ujung kaki hingga ke perasaan. 
Terpaksa, dan lagi, aku gantung kisah Vivien si “Pretty Women” di sini. Akan membutuhkan analisis yang rumit dan berbelit jika dibahas mendalam. 
Tumblr media
Benda material yang menyatukan dua film di atas penting dipaparkan di sini: 
Film ini sama-sama mempunyai obyek sakral: mobil! Jika kisah Pretty Woman bermula dari pertemuan WTS dengan pria yang tak ahli bawa mobil bergigi, maka Bomb City adalah petaka yang diakibatkan mobil.
Penilaian masyarakat dari cara berpakaian sama-sama menjadi irisan kedua film. Jika di Pretty Women butik-butik kelas dunia sampai meremehkan WTS bernama Vivien karena berpakaian seperti gelandangan, maka di Bomb City, derajat kemanusiaan dilihat dari seberapa seragam dan rapi cara seseorang berpakaian.
8 notes · View notes
ediebhaskarasblog · 1 year
Text
Tumblr media
Dodo Zakaria (7 Juli 1960 – 22 Oktober 2007) adalah pemusik dan penulis lagu Indonesia. Karya-karyanya populer pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Dia adalah pianis yang mumpuni. Dia juga komposer yang andal. Banyak penyanyi yang telah menyanyikan karya-karya Dodo mulai dari genre pop hingga rock sekalipun, seperti Vina Panduwinata, Utha Likumahuwa, Kiki Maria, Dian Pramana Poetra, Deddy Dhukun, Achmad Albar, Nicky Astria, Neno Warisman, Fariz RM, Malyda, Euis Darliah, dan Gito Rollies. Artis lainnya yang juga menyayikan karya almarhum, adalah Deddy Stanzah, Tika Bisono, Lydia & Imaniar, Peter F Gontha, Syaharani, Iis Dahlia, January Christy, Andi Meriem Matalatta, Chrisye, Grace Simon,Emilia Contessa, Irianti Erningpraja, Ismi Aziz, Henry Manuputty, Molluccas, Glenn Fredly, dan Ratu.
Sebagian di antaranya menjadi hit besar, seperti "Di Dadaku Ada Kamu" dan "Kumpul Bocah" melalui Vina Panduwinata maupun "Esokkan Masih Ada" dan "Mereka Bukan Kita" dari Utha Likumahuwa.
Menguak dasawarsa 80-an, Dodo kembali terkait dalam sebuah grup band bernuansa jazz rock dengan dominasi alat tiup yang kemudian diberi nama Drakhma. Drakhma yang diambil dari nama mata uang Yunani ini terdiri dari Dodo Zakaria (keyboard), Dani Mamesah (drum), Ricky Basuki (vokal), Rudy Gagola (bass), Giedon Tengker (gitar), Wawan Tagalos (trombone,flute), Chalik (saxophone) dan Eddy (trumpet), serta sederet penyanyi latar wanita: Rieta Amelia, Uce Anwar, Christine Budiardjo, Daisy Maengkom, dan Eva Diana Sari. Kelompok ini sempat merilis tiga album masing-masing bertajuk Hari Esok, Citra Bahagia, dan Tiada Kusadari.
Sayangnya, memasuki 1985 formasi Drakhma yang juga sempat didukung Jelly Tobing dan Ekki Soekarno ini mengalami keretakan. Dani Mamesah dan Ricky Basuki membentuk kelompok Niagara. Rudy Gagola dan Rieta Amelia bersolo karier, dan Dodo Zakaria diajak bergabung dalam grup rock God Bless. Sayangnya, ketika bergabung bersama Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, dan Teddy Sujaya, God Bless lebih sering menyanyikan lagu-lagu mancanegara milik Def Leppard, Kiss, Bon Jovi, Van Halen, Autograph, Opus, dan lain sebagainya. Karena tak memiliki aura kreatif dalam berkarya, Dodo akhirnya mengundurkan diri dari God Bless.
Dodo akhirnya memang lebih intens dalam berkarya.
Lagu-lagunya kian banyak dinyanyikan penyanyi era 80-an hingga 90-an. Ia pun ikut aktif tergabung dalam wadah Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Indonesia (PAPPPRI). Kepeduliannya terhadap perkembangan musik pop Indonesia telah pula diwujudkannya dalam kompetisi bertajuk Indonesia Song Festival 2006 (Insof) yang digagasnya untuk menjaring bakat-bakat baru dalam dunia karya cipta lagu Indonesia.
5 notes · View notes
mariaeschwe · 2 years
Text
turn 16 y.o !!
Selasa lalu, 14 Februari 2023, aku menginjak usia satu koma enam dasawarsa dalam hidupku. Enam belas tahun sudah aku diizinkan oleh-Nya menghirup udara sekaligus menatap seisi bumi ini walau tak selalu sesegar oksigen dan tak selalu seindah pemandangan eloknya cakrawala di kala senja. 
Masih sama dengan diriku yang tak juga bertambah tinggi meski sudah menuju kepala dua. Layaknya seorang gadis kecil yang mungil dan lugu berbalut wajah polos, juga jiwaku yang masih belum tumbuh dewasa. 
Tapi satu tahun terakhir aku sudah mengalami banyak sekali hal yang entah kenapa -meski belum, mendewasakanku dengan cara luar biasa. Kadang digenggam erat, kadang ditatap tajam, lalu dipeluk hangat, lalu ditindas sinis, kemudian diberi senyum menyenangkan kembali. Kadang pula aku menangis, kadang tersenyum paksa, dan kadang tertawa lebar bahagia. 
Walau kadang diri ini masih suka bertingkah kekanak-kanakkan, merengek keras sesederhana karena roti cokelat kesayanganku direbut, tapi aku percaya pada diriku bahwa aku bangkit menuju dewasa karena aku pernah menangis diam-diam setelah semua orang berlalu sambil meyakinkan diriku sendiri semuanya akan baik-baik saja.
Terima kasih untuk sejuta cerita di masa 16 tahun yang berharga. Aku siap meniti tahun ke-17 aku hidup! ^^
2 notes · View notes
paradokskebodohan · 19 days
Text
Tumblr media
Kamu memasuki dasawarsa yang menekan...yang membuatmu tersadar bahwa tubuhmu semakin lemah, namun tetap tertimpa dunia yang makin meluas.
Kamu memasuki dasawarsa yang menekan..hanya untuk mengetahui, bahwa di dasawarsa sebelumnya, kamu ingin menjadi apapun...namun di dasawarsa ini, seperti kata Jung yang sialan itu, kamu hanya mengikuti apa yang dunia inginkan...
0 notes
anecdotesc · 21 days
Text
Memangnya— jika anak tidak menginginkan untuk terlahir kembali apakah merupakan sebuah kesalahan? 'Tuk apa jika terlahir kembali hanya dipandang sebelah mata dan penuh cacian makian yang bengis dan penuh kebencian. Malaikat menanyakan pertanyaan hampir tujuh puluh tujuh kali dengan tajuk dan tanya yang sama; hanya ingin aku sebagai insan yang rapuh ini menunggu sampai mayapada dan swarga mengiyakan suka-cita?
Aku rasa; waktu yang semestinya ku tunggu lama akan berjumpa. Harus beribu abad? Beribu dasawarsa? Atau sembarang masa?
1 note · View note
skyfloo · 1 month
Text
Harapanku yang Salah
2023 lalu aku pergi menginjakkan kaki di Bandung
Berencana menghapus semua luka lama, sekaligus membuka lembaran baru yang bahagia
Singkat perjalanan aku pergi ke Braga
Kakakku bilang ada pameran seni bagus disana
Sesaat disana aku menemukan papan pengharapan
Yang bisa ditulis, dihapus, dibaca, mungkin juga disimpan ?
Aku menulis seperti semua orang cita-cita ku, doa-doaku, dan ..
Jodohku
Selesai menulis aku berbalik, aku melihat seorang laki-laki yang tentunya bukan kamu.
Tetapi dia memakai seragam yang sama denganmu
Aku langsung teringat dirimu
Otakku masih lugu. Kukira itu petunjuk Tuhan kalau Jodohku itu kamu
Beranjak dari Bandung aku mulai menyukaimu kembali setelah sekian lama, tentang kamu yang sudah kukubur, bukan kuhapus, karena sejak awal kamu tidak pernah hilang
Kemudian
Ini sudah setahun tetapi aku tidak menemukan jalan menuju kearahmu
Karena kamupun sangat jauh
Kupikir aku sudah mencapai umur untuk berpikir lebih dewasa
Hidupku bukan sebuah film, yang jika aku berharap lebih kepadamu
Kamu akan tiba-tiba muncul didepanku
Meskipun aku selalu berharap pada 1000 kemungkinan dan keajaiban
Kamu kurasa sudah mencapai kebahagiaanmu
Kepada wanita yang kelak bisa bersanding denganmu, aku ingin berkata kepadanya jika dia adalah wanita beruntung
Karena disini ada perempuan yang selalu menunggu sudah lebih dari dasawarsa
Tapi harus menyerah :)
0 notes
zulfazzakiyah · 7 months
Text
Si Keping Mini
Fajar telah tiba dengan rona jingga mewarnai cakrawala. Corak merah dan biru telang tak lupa menghiasinya. Dengan perlahan seketika langit menjadi biru muda. Pertanda hari baru telah tiba. Waktu keempat pada bulan ketiga.
Seperti halnya kedua kawanku. Aku pun memiliki jangka waktu. Terbilang muda dibanding kawan keduaku. Tak sampai dua pekan sebab hanya sepuluh hari usiaku. Namun, aku tetap diproduksi agar tetap seimbangnya tubuh tuanku. Meski sangat singkat, kehadiranku dapat mendeteksi akan terjadinya sesuatu.
Terkenang kejadian kala tuanku masih belia. Usia dua belas ketika baru masuk sekolah menengah pertama. Panas tubuhnya tiada pertanda akan turun pada tiga hari mula. Hari berikutnya suhu badan mulai reda. Namun, nyeri dan tak enak badan mulai dia rasa. Tak perlu lama langsung dibawanya tuanku untuk periksa. Rupanya jumlahku amat rendah pada tubuhnya. Terjawab pula saat itu demam berdarah menyerangnya. Syukur terucap jelas sebab tiga hari berikutnya tuanku tak lagi lara. Lantaran jumlahku meningkat drastis setelah mendapat penawar ampuh istimewa.
Nyaris tiga dasawarsa telah berlalu. Tak lagi kujumpa lara kala itu. Tuanku amat ahli dalam menjaga asupan tubuh yang bersetuju. Segala sayuran dan berbagai vitamin tak pernah lupa setiap waktu. Hingga kini nyaris empat dasawarsa usia tuanku. Nampak bugar dan berseri paras rupawan pemilik ragaku.
Tugas utama sebagai penggumpal ketika terjadi luka agar darah terhenti. Supaya lekas pulih dan tak ada infeksi. Melewati aliran darah bersama kedua kawan akrab ini. Yakni si tentara kehidupan dan sang pendistribusi. Bersama menjaga tuanku agar terap berseri. Aku adalah trombosit, si keping darah mini. Agar ketika terjadi luka, darah tak muncul kembali.
2 notes · View notes