Tumgik
#delftlyfe
yasmijn · 3 years
Text
Sebelum pergi sekolah
Postingan para awardee udah mulai bermunculan nih di linimasa sosmed, dan kayanya kantor-kantor lagi pada ketir kali yah karena akan ada the great migration wkwk. Mau nulis ini sebagai catatan general aja sih untuk temen-temen yang kepengen S2 di luar negeri. Aku nulis ini sebagai orang yang sempet S2 di TU Delft yang mayoritas jurusannya adalah hard engineering dan juga science (w sendiri sih ngambil manajemen 🙃). Ini hasil dari ngobrol dan observasi sama sesama mahasiswa, dan jujur ada satu hal utama yang baru aku sadari setelah beneran sampe disana:
Kuliah itu susah.
Mungkin karena emang niat utama w kurang lurus kali ya jadinya yang giniannya malah ga dipikirin haha :( emang alasan utama pengen S2 di luar negeri kan karena ingin melihat dunia wk. Gelar adalah bonus. Strategi paling masuk akal ya sekolah pake beasiswa. Kalo ngga, kayanya lebih kecil lagi kesempatan ini bisa kudapatkan. 
Pas awal-awalnya nyampe Delft kan pasti ngobrol lah ya dengan para pendahulu, terus sharing-sharing cerita-cerita. Dari situ aku baru tau bahwa yang lulus tepat waktu itu jarang WKWK padahal kalau di TU Delft, mahasiswa harus bayar ~1,500 euro/bulan kalau udah lewat durasi kuliah. Beasiswa w aja waktu itu cuma 950 euro. Wk. Makanya orang-orang tuh udah pada nabung dan menyiapkan dana talangan buat jaga-jaga kalau sampe lulus lebih dari bulan Agustus. 
Selain itu, switching dari sistem semesteran ke kuarter itu jujur mengagetkan 🙃🙃🙃🙃 yang biasanya 4 bulan baru beres, ini tiap 7 minggu langsung ujian. Kalau semesteran kan ada UTS sama UAS ya, jadi kalau UTS burax masih bisa berharap tambalan dari UAS. Kalo ini ngga. Kalo jelek yaudah bye sampai jumpa di periode resit atau remedial. Yang selalu diadakan seminggu sebelum exam period kuarter depannya. Jadi kebayang lah gimana stresnya kalau ada yang resit karena belajarnya jadi harus berkali-kali lipat. Terus kalau masih belum lulus juga, otomatis baru bisa resit lagi setahun kemudian. Plus kalo ada matkul Q4 yang harus resit, jadwalnya adalah di tengah-tengah summer break yang berarti bye rencana pulkam atau liburan panjang. 
Lumayan juga ada beberapa case temen yang bahkan setelah 4 kali ujian pun (2 kali periode exam biasa, 2 kali periode resit) masih belum lulus juga, jadi biasanya harus nego lagi sama dosennya - entah jadi oral exam atau dapet kesempatan tambahan. Selain itu, penting juga untuk bilang di awal banget ke dosen pembimbing bahwa kita adalah mahasiswa internasional yang gabisa banget mundurin kelulusan karena budgetary constraint. Di TU Delft, jadwal sidang terakhir kalau nggak mau bayar extra tuition adalah 31 Agustus. 
Kalau udah masuk exam period, wih itu satu pelosok kampus semua penuh sama manusia (banyak study space dimana-mana). Orang-orang udah antri di luar perpustakaan dari jam 7 pagi (perpus buka jam setengah 8) dan baru pulang jam 2 pagi. Belajar terus 😢 Tapi asli sangat memotivasi sih liat semua orang belajar tuh huft, bikin takut dan memberi tekanan ekstra. Gabisa belajar di rumah, malah jadi buang-buang waktu. W sendiri kerjanya ngejapriin orang-orang untuk jb karena gabisa belajar sendiri. 
Terus kata temen-temenku, jauh banget hal yang dipelajari pas S1 sama S2. Temenku ada yang ambil S1 Teknik Sipil, terus lanjut S2-nya Structural Engineering. Waktu aku tanya, dia bilang dia gangerti sama sekali apa yang diajarin di TU Delft, dan jadinya balik belajar dari 0 lagi 🙃🙃🙃 Kalau case temen-temen Bouwkunde-ku, ada yang ambil Arsi dan Urbanism - mereka gak pernah berenti kerja deh asli. Sungguh pilihan teman lembur dan belajar yang paling tepat. 
Ada juga sih orang-orang yang kuliahnya nggak diberesin, atau tiba-tiba menghilang aja gitu -,- ya banyak lah bermacam-macam kasus. 
Btw untuk memberikan gambaran lebih realistis tentang dunia perkuliahan di tempat yang kalian tuju, bisa banget cari-cari info di Quora. Lumayan helpful dan bisa mempersiapkan jiwa dan raga sebelum kuliah. Terutama untuk yang mau ambil engineering di TU Delft yah (mungkin tulisan yang mayan fearmongering ini tidak terlalu applicable di konteks lain dan w gamau sotoy akan kondisi pembelajaran di kampus-kampus Belanda atau Eropa lainnya) (btw tulisan ini tidak bermaksud sedikitpun untuk bilang bahwa kuliah di jurusan non-engineering/science dan di kampus selain TU Delft itu gak susah - I simply have no knowledge to write about any of them). 
Kalo nyari di Quora pun sebenernya akan tau bahwa MoT (jurusan S2-ku) itu kurang oke 🥲🥲🥲🥲🥲 [cmn yh sebagai manusia yang butuh banget beasiswa I can’t afford to be pilih-pilih].
11 notes · View notes
yasmijn · 3 years
Text
Atlas Obscura
When I’m planning a trip, I go on TripAdvisor and the blogs of random strangers on the internet to standardize my itinerary with typical touristy places (like Eiffel Tower and Arc de Triompe in Paris, Little Venice in Colmar).
But I also go to Atlas Obscura. Especially when I had to make my locally-Netherlands trip worthwhile. Like the one time I had to put Rotterdam as a travel destination, even though I go there like every other week or even twice a week 🙃 I had to put something new on the list. 
So I went to Atlas Obscura to find cool, hidden, and unusual things to do in Rotterdam. Have any of you notice this small pup when you walking through Oude Binnenweg? 
Tumblr media
Went to Amsterdam for God-knows how many times, to look for three tiny houses squeezed between two narrow buildings. Saw a crashed UFO on a building near Utrecht station. Crossed the river by taking underground St. Anna’s tunnel in Antwerp and tried super old wooden escalator. Saw the gigantic metronome in Prague, on top of Letna Park. Took the Budapest Chairlift and went to a thermal bath.
Anyway, it’s always so much fun to look after the small details of a city. This one is particularly interesting: 
Tumblr media
(I’ve been to Utrecht several times but I didn’t remember if I have seen the poem or not)
2 notes · View notes
yasmijn · 4 years
Photo
Tumblr media
One of so many days spent playing games and eating all day long.
6 notes · View notes
yasmijn · 4 years
Text
Tulisan spesial tentang masa yang spesial
Saya terlalu dipenuhi rasa khawatir tentang barang bawaan yang begitu berlebih sampai hari-hari terakhir di Delft tidak diisi dengan perasaan melankolis dan kesedihan yang sungguh-sungguh. Gelombang kesedihan pertama muncul di Stasiun Delft, ketika teman-teman menyerahkan kado buku foto Hema, dan gelombang kedua yang lebih parah ketika saya duduk di kursi pesawat; mulai membaca pesan-pesan yang dituliskan di dalamnya. 
Tumblr media
Tanpa melebih-lebihkan, saya mau bilang disini bahwa dua tahun yang saya habiskan di Delft adalah dua tahun terbaik selama 26 tahun di kehidupan saya yang singkat ini. Empat tahun S1 juga adalah fase yang teramat menyenangkan, tapi berbeda. Tidak bisa dibandingkan. Di antara September 2018 dan September 2020, saya belajar banyak sekali. Saya bertemu banyak sekali manusia. Terlibat dalam berbagai obrolan, dari yang serius sampai serius sekali - dari yang sepele sampai tidak penting juga. Dan banyak sekali waktu yang kuhabiskan untuk berpikir.
Saya lanjut S2 hanya karena saya ingin tinggal di luar negeri dan saya ingin belajar lagi. Tidak ada ekspektasi berlebih terutama masalah pertemanan, tapi nyatanya saya bisa pulang ke Indonesia dengan teman-teman baru yang begitu baik dan punya idealisme - hubungan yang ingin saya jaga sampai tua nanti. Obrolan-obrolan sampai dini hari yang penting, tentang masa depan yang bukan hanya tentang bekerja dengan gaji puluhan juta sebulan sebagai ekspatriat di Belanda tapi tentang kebaikan yang bisa diberikan pada sekitar. Untuk hidup dengan sebuah tujuan yang bukan uang. Pun juga tidak berharap untuk bisa berteman baik dengan orang asing (banyak usaha yang harus dikeluarkan), tapi nyatanya saya bisa mengobrol tentang banyak sekali hal personal dengan seseorang. 
Melalui obrolan dengan teman-teman internasional, saya juga belajar banyak. Tentang ragam bahasa di Etiopia, pandangan tentang isu Kashmir dari seorang teman India yang beragama muslim, hidup sebagai orang bukan Shia di Iran, krisis tanpa akhir di Venezuela juga tentang bagaimana orang-orang minum bersama di bar untuk merayakan kematian Chavez, kehidupan di Vietnam, beratnya menjadi seorang perempuan di India juga tegasnya perkastaan di sana. Obrolan antar sesama warga dunia ketiga yang seringkali diakhiri dengan diam, membuat hati lebih berat dan kepala lebih pusing daripada sebelumnya. 
Semua keputusan yang tepat untuk bepergian sebelum adanya CoVID-19 — ke Norwegia dan Swedia di akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019 untuk melihat aurora dan nimbrung di kerumunan anak Stockholm, liburan ke Italia dan Roma bersama dua teman rumah di Februari 2019, libur lima hari Paskah dan musim semi ke Zurich, Budapest, Vienna, perjalanan akhir pekan di bulan Mei 2019 untuk menonton konser Ghibli di Praha, ikut roadtrip ziarah Katolik ke selatan Prancis di musim panas 2019 sambung trip spontan ke Budapest dan Vienna (lagi) bersama Wida, nonton konser Hans Zimmer dan John Mayer di Bijlmer, juga keliling museum di pelosok Belanda menggunakan Museumkaart dan langganan Weekend Vrij terutama di bulan-bulan terakhirku. Mempelajari sejarah kolonialisme di Indonesia dari sisi Belanda melalui potongan-potongan pameran di berbagai museum.
Terlibat dalam kepengurusan Indelftnesia 2019 juga adalah salah satu memori terbaik selama S2. Masuk dengan konsep kasar mengenai kisah pewayangan empat punakawan yang ingin disadur menjadi sebuah teater - entah berapa banyak waktu yang saya habiskan untuk menulis skrip dari awal sampai akhir, merekam dan mengedit file audio narator, mendesain panggung, rapat dengan orang venue, merekam adegan wayang kulit dengan peralatan seadanya, sampai menjadi operator audio visual di hari-H. Tidak akan lupa rasa haru yang muncul ketika mendengarkan satu auditorium ikut menyanyikan lagu Tanah Air. Bangga dan rindu.
Tumblr media
Sebagai anak rumahan yang seumur-umur tinggal bersama orang tua, ini juga adalah kali pertama saya tinggal sendiri secara independen. Menyenangkan. Dan juga bikin pusing. Urusan rumah yang seakan tidak habis-habis, terutama ketika menerima tagihan pajak, selisih tagihan energi yang tidak masuk akal, juga ribetnya mengurus terminasi kontrak. Jendela kamar mandi yang jatuh karena ditiup angin kode oranye, membuat kami harus mandi dalam dinginnya hembusan angin selama berbulan-bulan. Saluran air dapur yang mampet karena penuh sisa makanan. Tetangga yang marah-marah. Sepeda yang rusak di tengah hujan padahal sudah telat datang ujian. Kedinginan di musim dingin. Kepanasan sampai mau meleleh waktu musim panas. Bingung mau makan apa, masak apa. Hampir bangkrut di bulan Agustus karena uang habis dipakai jalan-jalan sedangkan uang beasiswa baru ditransfer pada minggu ketiga bulan September.
Tentang ilmu? Dapat, sih, tapi tidak sesuai ekspektasi. Banyak pengulangan dari materi yang didapatkan di Teknik Industri, jauh lebih dangkal, dan fokus yang terlalu besar pada filosofi, etika, dan teori inovasi. Kurang aplikatif dalam dunia kerja karena terlalu akademik. Tapi paling nggak mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Ekonomi dan Manajemen Finansial. Di malam terakhir Wida di Belanda, saya bertanya apakah ada hal yang ia sesali selama kuliah di sini, lalu Prinka balas bertanya hal yang sama. Jujur, saya menyesal karena tidak belajar lebih keras lagi. Nilai memang tidak penting tapi punya capaian lebih (cumlaude, honours) akan membantu dalam rencana-rencana yang saya punya. Penyesalan kedua adalah tidak mencari kesempatan magang di perusahaan, dengan alasan utama karena saya merasa inferior dan takut berbeda. Takut ditolak di awal dan takut beradaptasi. 
Menurut saya, tema besar dari dua tahun yang saya habiskan di Belanda adalah kebebasan. Bebas dari ikatan apapun dengan pemberi beasiswa. Bebas mau melakukan apapun, pergi kemanapun, dengan siapapun. Bebas menjalankan hidup, berencana, dan mengeksekusinya tanpa campur tangan banyak pihak. 
Saya adalah manusia yang beruntung atas kesempatan luar biasa ini. Bukan hanya tempatnya, tapi juga waktu dan orang-orangnya. 
Kalau kata Dirk Wittenborn, 'We are the sum of all people we have ever met; you change the tribe and the tribe changes you.' 
My biggest thank you to the aggregate of people that I have met during my life in the Netherlands — I hope that we all have changed; for the better.
Tumblr media
13 notes · View notes
yasmijn · 3 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Delft chapter Jakarta. Berhubung w lagi di Jakarta dari Rabu sampe Jumat kemarin, hari Kamis janjian ketemuan sama orang-orang. Awalnya mau janjian ketemu sama Bang Songko, Ka Bella, sama Ahtar tapi ternyata Prinka-Wida-Nanta janjian di Citos juga he-he jadi abis makan bareng grup pertama beresnya nyamperin ciwi-ciwi BK di Genki Sushi. Tapi karena jam 9 semuanya tutup, jadilah kami harus segera angkat kaki dari Citos.
Terus naik mobil Prinka deh muter-muter daerah sono, ke Drive Thru McD, terus parkir bentar sambil ngabisin kentang dan float. Update cerita-cerita tapi cuma sepotong dan gak thorough karena waktunya singkat juga. Jam 11 bubar jalan.
Sad banget dulu pas di Delft emang segampang itu mau ketemu orang-orang, udah mana tinggal di kota super kecil yang kemana-mana tinggal sepedaan bentar aja, dan emang kegiatan utama memang cuma kuliah doang. Dulu biasa banget sih janjian-janjian impromptu atau yaudah tiba-tiba chat bilang mau kesana, ngajak makan kemana, atau janjian di library, atau ke Delftse Hout, atau ke Den Haag. 
Sekarang udah kembali ke realita aja 🙂
1 note · View note
yasmijn · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Ik ben geslaagd!
20 notes · View notes
yasmijn · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Delft Station and Schiphol Airport, 29 September 2020.
6 notes · View notes
yasmijn · 4 years
Text
Hari yang hilang
Kemarin terbangun jam setengah 9 pagi karena kaki menyentuh... permukaan air. Begitu buka mata lagi, ternyata lantai kamar sudah dibanjiri air hitam yang BAU banget, bau comberan - black water yang keluar dari drainase kamar mandi. Gak bisa jalan keluar kamar tanpa menginjak kubangan yang - kata Google - berbahaya untuk kesehatan. Tanaman peace lily punya Nindy aja sampai layu karena keracunan.
Plis lihat kekacauan ini:
Tumblr media
Seharian orang-orang rumah nggak bisa beraktivitas. Yang tersisa di rumah berkumpul di dapur, dengan dua jendela yang terbuka lebar, sambil makan dan mencoba untuk mengerjakan pekerjaan masing-masing. Di jam makan siang kami semua membuat draft email yang akan dikirimkan ke beheer rumah. Siangan sedikit, datang bapak-bapak untuk mem-vacuum air kotor. Sore hari di atas jam tiga, baru datang seorang pembersih biasa - dengan cairan dan lap pel biasa yang digunakan untuk membersihkan lantai. Perlu debat dulu, yang dimediasi oleh seorang Dutch, karena si cleaner awalnya keukeuh nggak mau membersihkan salah satu kamar sampai ke dalam. Sampai harus ngomong sama bosnya segala.
Kenapa sih. Gak kebayang di Indonesia ada GoClean dipanggil ke rumah terus ngadat gamau bersihin karena katanya ga kotor. 
Siangnya, ada email yang dikirim oleh beheer ke seluruh penghuni student housing. Bilang bahwa mereja sudah menemukan penyebab saluran air meledak (!!) dan itu adalah tumpukan tisu basah, pembalut, dan tampon yang menyumbat. Ada dua kamar dengan masing-masing 9 penghuni yang mengalami kejadian buruk kemarin. Koridor kami sempat didatangi oleh cleaner, tapi koridor yang satu lagi cuma di-vacuum doang.
Malamnya sekitar jam 9-an, ada email lagi dari beheer, bilang bahwa mereka akan mengirimkan emergency cleaning team untuk men-disinfek seluruh kamar. Mereka datang dengan hazmat lengkap dan ada lantai yang dibongkar karena blackwaternya meresap sampai ke bawah dan nggak bisa hilang. Kamar bau banget. Koridor juga. 
Jujur ga menyangka pengalaman kebanjiran air kotor pertama malah kualami di Belanda.
Karena terlalu absurd jadi baiknya kutulis di sini supaya nggak lupa.
Sungguh hari yang gak jelas.
7 notes · View notes
yasmijn · 4 years
Text
The sweetest ‘I love you’s
I am inherently grateful for the fact that I come from a culture where lives revolve around food. Food is central in our social interaction - we dine out, we send hampers of food during big days, we have people over and cook for them. Food is a language of love. A vast majority of my beautiful memories of being abroad in this past two years are related to food. Birthday dinners. Eating Chinese food. Ramen in Rotterdam. Bubble tea in Den Haag. A large plate of nasi padang komplit from Lapek Jo. Lunchboxes filled with Indonesian food. Free boxes handed out during both Eids. A plastic full of snacks, each made by a different person. 
Yesterday afternoon I went over to Bang Songko and Kak Bella’s house to give a box of Prinsesstårta I brought from Sweden and to take my portion of satay as their birthday treat. When we were talking, Mas Nabriz and Kartika came over to give a large portion of Nasi Mandhi they bought in De Hoven. And both Bang Songko and Kak Bella said that for the past few days they have been receiving food from a lot of people. Sushi ordered by their friend who is living in Taiwan. Pizza sent by an Italian friend. Then my Swedish cake and the middle-eastern dish. And as usual, the conversation was decorated with recommendations of tasty food to try - this time, frozen duck in Amazing Oriental that is also halal.
The past two days I also went over to Mbak Wuri’s place to take Eid-al Adha dinner packages and I swear that they are the most generous people yet the best cook who just want to stuff you up with food. Also the case with Ramadan, where I get to eat delicious Indonesian dishes once to twice a week! I can’t count how many times I am in a situation where my fridge is full with food given by others, and I can happily tell you that I have never been hungry. Oh, the joy of eating delicious food with the people I cherish.
Every box of food I receive, and every invitation to eat together is stamped with an invisible ‘I love you, don’t die, please eat.’
And I love you too.
8 notes · View notes
yasmijn · 4 years
Text
Tinggal satu lagi
Menjelang kelulusan di TU Delft, ada lima check point yang harus dilewati. Yang kalau di BK (Bouwkunde - Faculty of Architecture and Built Environment) disebut sebagai P1 sampai P5. P1 adalah penyusunan proposal penelitian, P2 sebagai kickoff, P3 itu midterm, P4 greenlight, dan P5 adalah final defense. P2 (kickoff) dan P4 (greenlight) adalah pertemuan paling penting antara mahasiswa dan komite kelulusan. 
Di kickoff meeting, komite kelulusan akan menilai taraf kepentingan serta metodologi penelitian yang akan dilakukan. Setelah form kickoff ditanda tangan, maka waktu hitung mundur dimulai. Untuk tesis dengan beban 30 ECTS seperti di jurusanku, ada jatah 26 minggu untuk menyelesaikan semuanya. Untuk keperluan greenlight, kita harus mengumpulkan draft report yang sudah lengkap dari acknowledgment, summary, sampai appendix. Setelah itu, para anggota komite kelulusan akan memutuskan apakah hasil penelitian tersebut sudah pantas menjadi justifikasi kelulusan mahasiswa.
Di P5 (final defense), kita diminta untuk mempresentasikan hasil penelitian dalam 20 menit, dengan sesi tanya-jawab dan tetek-bengek kegiatan lainnya yang akan memakan total waktu 1.5 jam. Berjarak maksimal 6 minggu dari greenlight, dengan dokumen yang harus diupload ke repository maksimal 2 minggu sebelum sidang. 
Tanggal 3 Juni kemarin aku sudah melalui greenlight meeting, dengan pertemuan yang lumayan singkat dan komentar yang tidak terlalu banyak. Alhamdulillah, nggak terlalu banyak hal yang harus kuubah dan tambahkan. Jadi tinggal satu pertemuan lagi untuk sidang akhir, yang sayangnya tidak bisa dilakukan secara tatap muka karena Coronavirus belum usai juga. 
Transferan beasiswa juga tinggal sekali lagi. Ah.
8 notes · View notes
yasmijn · 4 years
Text
Drie meer manden
...or tiga bulan lagi.
Transferan beasiswa tinggal dua kali lagi. Tapi tiba-tiba dapet kerjaan untuk jadi teaching assistant - lumayan banget tuk menambah pundi-pundi. Untungnya kontrak rumah masih sampai 31 Agustus jadi kepusingan cari rumah bisa agak mundur sedikit. Hari Rabu depan udah greenlight, yang mana adalah sidang yang menentukan pantas/tidaknya aku lulus dengan draft report thesisku yang sekarang. Pertengahan Juli akan final defense, yang kemungkinan akan tetap dilaksanakan online. Sedih, gak bisa foto sambil sok-sokan nandatangan diploma dan foto bareng komite sambil pegang tube merah kampus.
Dari minggu lalu sebenarnya udah mulai cari-cari pekerjaan yang sekiranya nggak membutuhkan kemampuan berbahasa Belanda, yang lumayan tricky juga berhubung jurusan S2-ku lumayan broad dan nontechnical. Berhubung diri ini juga gak punya aspirasi karir spesifik (jujur dari dulu selalu bingung kalau dihadapkan dengan pilihan karir yang ditawarkan perusahaan yang berkisar antara HR/Sales/Marketing/Operations/Supply Chain dan sebagainya - yang mana yang aku bisa?), jadilah aku mencari posisi-posisi dengan keyword graduate program. Apapun, deh. Kalo direct hiring aku gak yakin juga mau menjual apa. Karena jujur kemarin dua tahun kerja di sektor publik yang banyak mengandalkan soft skill???  
Terus jujur aja baru mulai ambil-ambil online course yang sekiranya bisa mengisi CV. Ngambil SQL dan Tableau di Udemy. Sebenarnya dulu pas S1 sempet belajar beberapa software selain basic Ms. Office macam Ms. Access, Lingo, SolidWorks, bahkan software simulasi yang bahkan aku lupa judulnya. Tapi karena pasca lulus gak dipake jadi yaudah, menguap. Level keamatiran diri ini? Baru tau kalo SQL dibaca layaknya sequel #maaf #sorry. 
Berhubung hidup disini perbulannya mahal, dan mulai bulan September aku hanya bisa mengandalkan tabungan, yang jelas aku menetapkan batas akhir tinggal di Belanda dan berusaha cari kerja. Sampai November aja, sesuai masa berlaku residence permit. Kondisi dunia yang lagi CoVID ini juga nggak kondusif. Kalaupun pulang, kayaknya masih memungkinkan juga untuk apply-apply kerja jarak jauh, dan visa zoekjaar pun bisa diurus dari Indonesia. Siapa tau nanti jadi qualify buat dapet 30% ruling? Lagipula nggak tau juga deh nanti, bulan September bakal tinggal dimana.
Sungguh waktu yang cukup tidak jelas untuk kembali menjadi pengangguran.
6 notes · View notes
yasmijn · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ulang tahun part-2.
Oktober 2019.
4 notes · View notes
yasmijn · 5 years
Text
A post on birthday: a birthday post
To me, birthday is the same as any other day. It’s a day that started with the sun rises, your missing your first class because you repeatedly snoozed the alarm, your checking out all your social media and finding new memes to start your day with a laugh, your trying to keep up with the schedules and group assignments and the need to buy groceries because you can’t eat Indomie for five days in a row (or can you?). Then you open Youtube then shortly realized that it’s almost midnight and you haven’t really get anything done in a day. So you decide to go to sleep. Then tomorrow comes.
Maybe.
The truth is, some birthdays are harder than the others. And some are the best days you could ever remember that you don’t mind it turning into a groundhog day. Some are, like I mentioned, same like any other day that you barely remember what happened.
I like the birthday I had this year. I like how the day went. I had no class, woke up to a few birthday messages from friends and family. Received a bouquet of flowers and Van Gogh-themed gift from Kak Rena. Made some cireng from a tutorial I found on YouTube. Went out to Happy Tosti then to Coffeecompany to finish up the platform building to-do list, briefly came back home to prepare some stuff then leave again, cooked some dinner followed with watching some videos on Youtube and a bit of a documentary in Netflix, when my friends started to send me Whatsapp messages telling me to go home because everybody’s waiting. So I went home, and they drilled me with questions. 
There was a cake, candles that won’t go out, two extra large pizzas, a half-eaten bucket of cotton candy, shrimp pasta, flowers, a cup of chai masala latte, salmon panini, a bunch of friends, tiny gifts, a cute doodle on a HVS-turned-to-giftwrapping-paper, pictures, laughters, and interrogation. 
I like how my 25th birthday went. It was just the right amount of everything. 
12 notes · View notes
yasmijn · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Foto waktu ulang tahun yang belum sempat di-post di sini.
Oktober 2019.
3 notes · View notes
yasmijn · 5 years
Photo
Tumblr media
Erik, Prinka, Wida, Yasmin
2 notes · View notes
yasmijn · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
InDelftnesia 2020!
1 note · View note