Tumgik
#hilyah kamilah
hilyahkamilah · 2 years
Text
Catatan Malam Minggu #54
Berada di fase hibernasi. Melakukan kegiatan-kegiatan santai, seperti membaca dan menonton.
Bagiku, menonton sama halnya seperti membaca. Sama-sama penting, sama-sama bisa mendapatkan Insight.
Entah itu menonton film, YouTube, atau sekedar Reels dan Tiktok. Toh mereka hanyalah media, isinya bisa kita pilah-pilah.
Aku memperhatikan beberapa video YouTube tentang morning routine. Ada banyak sekali, juga banyak versi jam bangun tidur dan aktivitas pagi hari.
Menariknya, rata-rata mengikuti gaya bangun pagi Robin Sharma, jam 5 pagi. Lalu memulai kegiatan dengan meditasi, olahraga, baca, atau belajar.
Beberapa ada yang bangun jam 6 atau jam 7 pagi. Itulah pagi, bangun lebih cepat dari biasanya. Kegiatannya pun sama seperti orang-orang yang bangun jam 5 pagi.
Kemudian para muslim-muslimah bangun lebih pagi lagi. Jam 3.30 atau jam 4.30 pagi. Tentu saja ada yang berbeda dengan aktivitas mereka. Memulai hari dengan Tahajud, tadarus, kemudian shalat subuh. Kemudian melakukan kegiatan yang sama dengan yang lain. Olahraga, baca atau belajar, sarapan dan lainnya.
Lalu ternyata aku menemukan ada yang lebih pagi lagi bangunnya. Bahkan bisa kita sebut masih dini hari.
Seorang pembuat roti di Jepang sudah mulai beraktivitas dari jam 2 pagi. Wow. Jadi ingat di buku Ikigai, pergi pagi-pagi untuk mencari ikan yang lebih segar.
Aku pun ingat pedagang sayur dekat rumah, jam 5 pagi selepas subuh sudah buka warung sayurannya, dan beliau baru saja pulang dari pasar menjelang subuh. Bisa jadi ia mulai beraktivitas pagi hari sejak jam 12 malam atau jam 1 pagi.
Ada orang-orang yang sedang berjuang membangun produktivitas pagi hari dengan memulai konsistensi kebiasaan. Ada yang bangun pagi karena sudah menjadi kebiasaan dan kewajiban. Ada juga memang sudah menjadi bagian pekerjaan, bagian kehidupan.
Setiap orang punya alasan mengapa mereka harus bangun lebih pagi. Hasilnya pun ya memang mereka mendapat keuntungan dari bangun lebih pagi.
Tidak ada keraguan dari perintah Allah dan Rasul-Nya. Di antara isya sampai sepertiga malam adalah waktu tidur terbaik. Dan pagi adalah waktu yang dipenuhi keberkahan.
Tangerang, 25 Februari 2022.
4 notes · View notes
shirajoko · 3 years
Photo
Tumblr media
Gambaran Qiyamu Lail Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu "Dahulu aku bertetangga dengan Umar bin al-Khaththab, maka aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih baik daripada Umar. Sesungguhnya malamnya dihabiskan dengan shalat, dan di waktu siang dia berpuasa dan memenuhi kebutuhan orang-orang." (Al-Abbas bin Abdul Munththalib) ===================== 🔰 Gambaran Qiyamul Lail Umar Bin Khattab RA ◆◇ Umar masuk Islam dalam keadaan kuat, berhijrah dalam keadaan kuat, dan terbunuh dalam keadaan kuat. ◆◇ Setan takut kepadanya, Hurmuzan gemetar karena melihatnya dan dinasti Bani Sasan hancur olehnya, ◆◇ Dalam Hilyah al-Auliya', Al-Abbas bin Abdul Munththalib berkata, "Dahulu aku bertetangga dengan Umar bin al-Khaththab, maka aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih baik daripada Umar. Sesungguhnya malamnya dihabiskan dengan shalat, dan di waktu siang dia berpuasa dan memenuhi kebutuhan orang-orang. ◆◇ Dalam kitab Madarijus Salikin, karangan Ibnul Qayyim telah disebutkan, dari Zaid bin Aslam, dari bapaknya, bahwa pada suatu malam Umar bin Al-Khaththab melaksanakan shalat sebanyak yang dikehendaki oleh Allah, hingga manakala tiba di akhir malam, dia membangunkan keluarganya untuk shalat, dia berkata kepada mereka, "Shalat... Shalat...!" Kemudian dia membaca ayat ini : وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِا لصَّلٰوةِ وَا صْطَبِرْ عَلَيْهَا  ۗ لَا نَسْــئَلُكَ رِزْقًا  ۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَ  ۗ وَا لْعَا قِبَةُ لِلتَّقْوٰى "Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan sholat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Ta-Ha : 132) ◆◇ Dalam Al Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir berkata, "Umar mengimami orang-orang melaksanakan Shalat Isya', kemudian dia masuk ke rumahnya, maka dia terus-menerus shalat sampai fajar." Wallohu'alam 📚 Sumber : Kaanu Minal Laili Maa Yahja'uun 🍂🍂🌼🌼🍂🍁🍂🌼🌼🍂🍂 ==========☆☆☆============ ═❁💰SEDEKAH KUTUB💰❁ ═ 💰 Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai ☎ Syiar Dakwah – No.Rek : 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah mendapatkannnya 📱Konfirmasi : https://wa.me/6285749376876 (B (di Dpd Kutub Blitar) https://www.instagram.com/p/CNkGm0esCoJ/?igshid=wzb904m3onfg
0 notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Catatan Malam Minggu #55
"If it were easy everyone would do it."
Kalimat tersebut adalah permulaan newsletter yang dikirimkan oleh Matt D'Avella, seorang YouTuber yang gemar membagikan tips produktif dan menantang dirinya untuk melakukan suatu perubahan. Konten-kontennya sering menginspirasi aku untuk membuat berbagai macam tantangan membuat kebiasaan baru.
Aku setuju. Jika itu mudah, semua orang akan melakukannya.
Nyatanya membuat kebiasaan baik baru itu sulit. Apalagi kalo ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, sebelumnya kita sudah melakukan hal-hal yang lebih buruk.
Makan makanan seenaknya di lidah, tanpa memikirkan konsekuensi ke organ tubuh. Sekarang memilih makan yang bikin enak kinerja organ tubuh, tidak sekedar memanjakan lidah yang hanya beberapa detik itu.
Melakukan kegiatan suka-suka, tanpa memikirkan konsekuensi. Rebahan sepanjang hari, tanpa memikirkan bahwa ada amanah anggota tubuh yang harus dibawa gerak.
Sekarang, minimal sadar. Bahwa hidup bukan sekedar hidup, ada banyak yang harus dijaga dan diperjuangkan. Misalnya diri sendiri dan organ tubu di dalamnya, hati dan jiwa juga perlu dirawat.
Memulai itu sulit. Istiqomah pada kebaikan jelas sangat sulit.
Tapi bukan tidak bisa. Pilihannya mau memilih jalan yang sulit itu, yang hanya sedikit orang mau memilihnya. Atau ya pilih aja yang tidak sulit, meski tanpa kita sadari ada kemungkinan 'hukuman' di kejauhan sana.
Aku menyadari dalam proses ini kadang aku merasa lelah dan jenuh. Aku sering melakukannya hanya untuk memenuhi target dan menggugurkan kewajiban, tanpa memaknai proses perubahan yang aku lakukan.
Faktanya, ketika aku jenuh dan lelah kemudian aku meninggalkan kebiasaan-kebiasaan baik itu dalam beberapa hari. Aku sadar, bahwa ini bukan sekedar memenuhi kewajiban, tapi benar-benar aku membutuhkannya.
Contohnya, bangun lebih pagi. Terbiasa bangun jam 3.30 atau jam 4.00 kemudian baru 2 hari aku bangun jam 5.30 bahkan jam 6.00 membuat aku keteteran menjalani hari. Dan ketika kesulitan menjalani hari itu bikin stres dan banyak tanggungjawab yang ditinggal begitu saja.
Dengan melakukan beberapa kebiasaan secara konsisten juga membentuk body clock atau jam biologis dalam 24 jam.
Berlelah-lelah dalam membentuk kebiasaan sampai tubuh dan jiwa terbiasa.
Kalau sudah terbiasa, habit baru itu bukan lagi sebuah tantangan. Sudah menjadi bagian hidup. Barulah kita mencari makna.
Terkadang kita hanya perlu memulai saja meski kita belum mengetahui 'mengapa saya mau melakukan ini' karena ya ketika kita mau berubah, kita sudah punya alasan. Walau belum memiliki alasan kuat. Juga belum menemukan manfaat dari habit baru.
Semangat berproses pada kebiasaan baik. Semoga lelah menjadi Lillah.
Tangerang, 4 Maret 2023.
5 notes · View notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Catatan Malam Minggu #51
Kembali lagi dari hibernasi yang cukup lama. Benar-benar gak tau mau menulis apa, rasanya ya sepertinya ga ada yang mau dibahas. Mungkin karena ga ada pemantik juga. Akhirnya semua hal hanya berputar-putar di pikiran.
Tapi sebenarnya masih tetap produktif kok. Baca buku, nonton, dan memperhatikan apa yang sedang viral juga seru kok. Seperti melihat sesuatu dengan sudut pandang orang lain.
Dari beberapa kejadian belakangan ini jadi belajar banget tentang mempersiapkan mental, ilmu, empati, dan lainnya.
Berita tentang kericuhan, tentang KDRT, tentang bencana, tentang iklim yang semakin kacau, sampai tentang ancaman resesi.
Kita tidak pernah tau apa yang akan benar-benar terjadi di masa depan. Meskipun beberapa hal bisa diprediksi secara pasti dengan beberapa teori. Tapi apakah prediksi akan terjadi masih sebuah rahasia, atau prediksi itu menjadi nyata cepat atau lambat. Kita hanya bisa mempersiapkan diri. Banyak membekali diri.
Buka mata, buka hati, buka pikiran. Melihat lebih luas, mendengar lebih banyak, berdoa tak pernah putus.
Semoga sehat sehat aja ya. Aamiin.
Tangerang, 15 Oktober 2022
5 notes · View notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Catatan Malam Minggu #52
Pada catatan malam minggu kali ini aku hanya ingin mengeluarkan unek-unek saja. Ada beberapa hal yang membuat aku banyak berpikir.
Beberapa kali menonton video YouTube dari beberapa content creator atau Youtuber Indonesia yang awalnya mereka sekolah atau berkarya di luar negeri tapi tiba-tiba pulang ke Indonesia lalu menjadi full time content creator.
Bukan suatu masalah sebenarnya. Karena memang rezeki itu bisa ada di mana saja dan mungkin saat ini rezeki mereka melalui konten yang mereka tampilkan dan usahakan. Aku tahu memang bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Apalagi memang lebih banyak cuan ya kalau mereka sudah mendapatkan adsense atau kerjasama marketing lainnya.
Tapi menurutku memang agak disayangkan, karena mereka sendiri sebetulnya punya privileged secara keilmuan, relasi dan pengalaman yang bisa memberikan impact lebih kepada masyarakat Indonesia.
Seperti halnya penelitian, karena kita kekurangan peneliti (scientist) untuk banyak bidang keilmuan. Padahal di masa depan hasil penelitian itu akan sangat bermanfaat. Kita juga membutuhkan tenaga ahli untuk mengelola banyaknya anugerah kekayaan alam. Kita butuh seseorang yang bisa membuat perusahaan yang banyak membuka lowongan kerja atau mengelola BUMN. Kita butuh seseorang yang kegiatannya bermanfaat untuk masyarakat dan bukan sekedar hiburan.
Aku melihat sekarang banyak content creator Indonesia pulang menjadi full time content creator kontennya tentang entertainment atau hiburan. Sangat disayangkan ya karena mereka sebetulnya punya kesempatan lebih untuk berbuat banyak kepada masyarakat Indonesia.
Tapi kan memang realitanya setiap orang butuh kehidupan yang lebih baik secara finansial. Apalagi kalau sekarang kan ramai tentang pencapaian seseorang. Harus mencapai kesejahteraan finansial di usia dibawah 30 tahun, 20 tahun harus punya apa, 30 tahun harus punya apa, 40 tahun harus punya apa. Dan akhirnya semuanya tertuju kesana. Ketika mereka mendapatkan itu mereka akan fokus kepada hal itu.
Walaupun sebetulnya kita bisa saja menjadikan idealisme dan realita berjalan beriringan. Realitanya kita butuh mencapai kesejahteraan finansial, idealismenya kita bisa berbuat lebih kepada masyarakat secara luas. Sebuah sistem yang diwariskan, sebuah ilmu yang dimanfaatkan.
Aku tahu beberapa content creator yang masih bisa menyatukan kehidupan profesional dan kehidupan digital mereka. Tetap bisa berbuat kepada masyarakat secara luas.
Tidak ada salahnya juga mereka memilih menjadi full time content creator atau bisa tetap menjadi seorang profesional di sesuai bidang keilmuan mereka atau mereka bisa menggabungkan keduanya.
Karena sejatinya hidup bukan sekedar kesuksesan pribadi atau kelompok, tapi kesuksesan bersama. Bermanfaat untuk semuanya.
Tangerang, 12 November 2022.
1 note · View note
hilyahkamilah · 1 year
Text
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa; (Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.
[Qs. Ali Imran: 132-134]
Dari Uqbah bin Amir Al-Jahmy ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda kepadanya, "Wahai Uqbah maukah kamu aku tunjukkan akhlak yang paling baik, bagi penghuni dunia dan akhirat? (Yaitu) engkau menyambung (persaudaraan) orang yang memutus persaudaraanmu, memberi hadiah kepada orang yang tidak pernah memberimu hadiah dan memaafkan orang yang menzalimimu."
[HR. Al-Hakim]
Beberapa poin yang bisa kita tadabburi dari dua pedoman hidup manusia (Qur'an dan Hadits) di atas, ada beberapa akhlak baik bagi orang-orang bertakwa yang bisa kita lakukan:
• Berinfaq
• Menahan amarah/ emosi
• Memaafkan
• Silaturahmi
• Memberikan hadiah
Baarakallah fiikum
1 Ramadan 1444 H
0 notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Catatan Malam Minggu #53
Sleep Training.
Sejak pertengahan November 2022 mulai hidup tertata dengan membuat To Do List setiap hari. Beberapa list dikelompokkan pada bagan tertentu, seperti kegiatan pagi, belajar, ibadah, domestik rumah, sampai kegiatan malam.
Kegiatan lainnya sudah terlatih dan tinggal menjalani saja.
Ada satu kegiatan yang dikerjakan sambil latihan. Tidur sesuai jadwal.
Pengen banget bisa tidur 8 jam tiap malam, tapi bahkan ketika sedang haid pun paling maksimal bisa tidur 7 jam. Apalagi ketika sedang tidak haid. Paling bisa 5-6 jam.
Yaudah gapapa sih, yang penting ada ritmenya dulu deh. Paling tidak, tidak begadang. Minimal bisa tidur lelap di antara jam 23.00-02.00 itu aja targetnya. Tidur lelap 4 jam.
Bagaimana aku melatih jadwal tidurku?
Awalnya, aku membuat alarm pada jam 21.20 untuk menghentikan semua aktivitas dan bersiap-siap untuk tidur. Menyiapkan tempat tidur yang nyaman, bersih-bersih badan, skincare malam, sampai berdoa.
Semua berjalan lancar.
Sampai di Januari 2023, setelah pulang liburan aku jadi mudah mager. Bahkan untuk mematikan saklar lampu pun mager, padahal aku lebih nyaman tidur dalam gelap.
Akhirnya aku memanfaatkan aplikasi lampu kamarku untuk mematikan lampu, atau bahkan langsung memberikan perintah google assistant.
Ternyata masalah baru muncul, karena biasanya hp ada di meja yang jauh dari jangkauan, kini masih digunakan menjelang tidur. Ada distraksi, dan gagal tidur jam 22.00 malah tidur tengah malam.
Aku baru ingat kalau di aplikasi lampu atau via google assistant bisa membuat alarm kapan harus mematikan dan menyalakan lampu kamar.
Akhirnya aku atur alarm mati-nyala lampu, kemudian silent hp karena internet harus tetap nyala, dan letakan hp di meja yang jauh dari jangkauan.
Kembali pada rutinitas menyiapkan diri menuju tidur lelap sambil baca buku. Begitu lampu sudah mati, ya sudah tutup buku langsung tidur.
Begitupun ketika bangun tidur, karena lampu sudah nyala jadi aku bisa langsung semangat.
Ternyata menggunakan alarm lampu cukup efektif untuk menghindari dari distraksi hp. Hal ini juga membuatku terlatih. Lampu mati waktunya tidur, lampu nyala waktunya bangun.
Aku rasa dengan mengatur beberapa hal tersebut membuat tidurku cukup berkualitas. Ketika sedang tidak haid aku bisa tidur 5-6 jam. Sementara ketika sedang haid aku bisa tidur 7 jam.
Tapi tidur yang berkualitas itu 8 jam. Betul, semoga aku bisa memajukan jam tidurku. Bukan memundurkan jam bangun tidur. Sebab, sejatinya hidup kita untuk ibadah.
Bukankah tidur yang cukup juga membuat nyaman beribadah? Bukan biar tidur cukup lalu melupakan ibadah.
Jadi beginilah caraku untuk melatih pola tidurku:
1. Mengatur jadwal kegiatan
2. Alarm waktu untuk siap-siap tidur
3. Bersih-bersih badan
4. Bersihkan tempat tidur, dan siapkan untuk posisi nyaman
5. Menggunakan bantuan teknologi untuk mengatur pencahayaan
6. Maksimalkan jam tidur lelap
7. Jangan lupa doa dan dzikir saat menjelang dan bangun tidur
Tangerang, 21 Januari 2023.
1 note · View note
hilyahkamilah · 2 years
Text
November 2022
Inilah salah satu momen terbaik dalam hidup saya. Dibalik kekacauan saya harus memutar otak dan dituntut kreatif.
Bagaimana mengelola waktu, ada banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan. Sementara otak bingung mau memprioritaskan apa, memulainya dari mana. Mulai merasa diri ini menyebalkan, karena hanya kebingungan dalam kebengongan.
Tugas tidak segera selesai, hiburan dan liburan pun tidak digapai.
Akhirnya mencoba kembali membuat daftar tugas harian. Kali ini mencoba bikin banyak daftar, tidak apa-apa hanya bisa sebentar atau sekedar memenuhi kewajiban sudah mencentang daftar tugas.
Hasilnya? Dalam beberapa hari semua tugas selesai, saya masih bisa meluangkan waktu untuk belajar, tentu saja tetap bisa bersenang-senang.
Tumblr media
Setiap tugas dikelompokkan. Rutinitas pagi hari, rutinitas untuk kesehatan, target belajar dan mengembangkan diri, rutinitas urusan domestik rumah, pekerjaan, rutinitas sore hari, sampai rutinitas ibadah.
Setiap tugas dilakukan hanya sebentar, hanya beberapa menit, bahkan yang paling lama hanya satu jam. Setiap hari konsisten, yang penting dilaksanakan. Hasilnya akan terwujud dalam beberapa hari.
Setiap daftar tugas dievaluasi menjelang tidur malam. Kemudian setelah selesai evaluasi langsung membuat daftar tugas buat besokannya. Ketika bangun tidur, langsung sat set mulai mengerjakan satu persatu tugas harian.
Sirkadian tubuh lebih teratur, tugas selesai tepat waktu tapi tidak merasa terforsir, pemanfaatan waktu lebih maksimal, lebih fokus, tubuh pun tidak kelelahan.
Akhirnya menemukan solusi hidup tanpa prokrastinasi. Tanpa mengulur waktu, dan tidak menunda-nunda.
0 notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Tumblr media
Saya telah memposting 81 kali di tahun 2022
Itu 13 postingan lebih banyak daripada tahun 2021!
77 postingan dibuat (95)
4 postingan direblog (5)
Blog yang paling sering saya reblog:
@slythereeen
@hellopersimmonpie
@hilyahkamilah
Saya memberi tagar pada 25 postingan saya di tahun 2022
#0 - 24 postingan
#hilyah kamilah - 25 postingan
#catatan - 24 postingan
#tulisan - 24 postingan
#hikmah - 23 postingan
#self reminder - 21 postingan
#opini - 19 postingan
#catatan malam minggu - 18 postingan
#ntms - 17 postingan
#quotes - 16 postingan
Longest Tag: 20 character
#catatan malam minggu
Postingan Teratas Saya di Tahun 2022:
#5
Seberapa penting afirmasi dari orang lain?
"I don't need their validation." Aku menemukan kalimat ini di FYP Tiktok. Ada dua content creator , yaitu wangsitfirmantika dan murtiws (cmiiw) mengatakan ya kita tidak perlu membutuhkan validasi atau afirmasi dari orang lain.
Aku setuju dengan kalimat itu. Bisa dibilang kalimat yang bisa bikin kita hidup tenang. Tidak terlalu peduli dengan perkataan orang lain, apalagi perkataan yang menjatuhkan atau mengejek.
Aku rasa beberapa buku bisa kita baca. Seperti buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson dan buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Belajar untuk hidup santai dan bodo amat untuk perkataan yang tidak mengenakan, dan tentu saja bisa stoik. Kita tidak bisa mengendalikan pemikiran dan perkataan orang lain, tapi bisa cuek dan biarkan saja, tidak perlu overthinking.
Beberapa orang mungkin bisa melakukan hal itu karena sebelumnya punya pengalaman yang sama. Beberapa orang sudah melakukan hal tersebut karena sudah belajar, beberapa orang karena terinspirasi, bahkan beberapa orang sudah menjadikan hal tersebut bagian dari karakter. Tidak membutuhkan validasi dan afirmasi dari orang lain. Hanya percaya kepada dirinya sendiri, yakin dengan value yang dimiliki.
Tetapi, setiap orang merupakan makhluk sosial. Butuh nasihat, butuh diskusi, butuh kritik dari orang lain. Percayalah meski kita orang yang obyektif, terkadang kita tidak mengenal diri kita sendiri. Hanya melihat dengan sudut pandang kita yang kadang membuat kita jadi playing victim, ya kadang juga jadi terlalu percaya diri.
Kita juga butuh berada di lingkungan yang mendukung untuk diskusi secara terbuka apa yang menjadi kekurangan atau kekuatan kita. Apa yang perlu kurangi, dihilangkan, diperbaiki. Apa yang perlu ditingkatkan, atau dimaksimalkan. Butuh kacamata atau sudut pandang orang lain.
HK | 2/6/22.
5 nota - Diposting 2 Juni 2022
#4
Catatan Malam Minggu #36
Memulai hari tanpa resolusi setiap tahun, menghadapi waktu dengan kesiapan akan kejutan. Nyatanya bisa drop juga, bisa merasa payah.
Inilah yang aku rasakan pada Januari ini. Aktivitas yang belum normal membuat aku memiliki banyak waktu untuk mengulik media sosial. Juga sedikit waktu untuk meratapi diri.
Pada layar kaca aku melihat pencapaian teman-temanku, atau orang-orang yang seumuran denganku, bahkan orang-orang yang di bawah usiaku. Melihatnya bikin aku memandangi diri ini.
Apa saja yang sudah aku lakukan? Apa yang sudah aku capai? Apa yang sudah aku lalui? Sudah sejauh mana? Mengapa masih jalan di tempat?
Untuk sementara, aku sempat menangis.
Tetapi aku sadar, setiap orang memiliki fase hidupnya masing-masing. Sama seperti diriku yang tidak memperlihatkan masa masa perjuangan di media sosial, begitupun orang-orang hanya memperlihatkan hasil dari berbagai macam proses dari berbagai macam jatuh bangun.
Aku ingat tahun lalu seorang teman curhat tentang hal ini. Saat itu aku mengatakan, " Mungkin saat ini kamu merasa payah sebab kamu punya pembanding." Padahal sebelumnya kita merasa hidup kita biasa saja, bahkan luar biasa. Tetapi karena hadirnya pembanding membuat diri ini merasa kecil.
Akhirnya aku gunakan kembali mantra itu,
Berbahagialah melihat orang lain bahagia.
Terus menerus aku ucapkan itu. Awalnya itu hanya untuk menenangkan diriku. Tanpa sadar aku mendoakan orang-orang yang aku kenal secara personal bahkan tanpa diminta.
Mendoakan kebahagiaannya, kesuksesannya, kesehatannya. Memohon langkah-langkah hidupnya senantiasa diiringi kemudahan oleh-Nya.
Aku senang terlibat pada kebahagiaan seseorang, meski dengan cara yang sederhana dan tidak terlihat. Sebab aku bahagia melihat orang lain bahagia, terlebih kebahagiaan orang-orang terdekatku.
Melegakan. Tidak lagi merasa sedih dan payah. Buat apa lagi sedih dan marah ketika orang-orang sedang bahagia, bukankah kita bisa turut bahagia.
Sedih secukupnya, bahagia seterusnya.
Ah, akhirnya aku merasakan fase yang orang-orang lewati. Merasa kalah, merasa payah. Pada waktu ini pula kesempatan aku mengevaluasi diri, berterimakasih kepada diri sendiri telah melewati banyak hal, tentu bersyukur atas segala hal nikmat dan hidayahNya.
Sedih secukupnya, bahagia seterusnya, bersyukur selamanya.
Tangerang, 15 Januari 2022.
7 nota - Diposting 15 Januari 2022
#3
Sebelum Sepasang #9
Nyatanya kesiapan menikah tidak hanya untuk sepasang calon pengantin. Tetapi orang tua dan keluarga pun turut perlu diperhatikan kesiapan untuk menikahkan anaknya.
Aku jadi ingat kisah beberapa temanku.
Ada yang harus menunggu usia tertentu, Ada yang harus sejahtera finansial dahulu, ada yang tidak boleh melangkahi kakaknya, tidak boleh kalau belum selesai pendidikan, tidak boleh kalau ini, tidak boleh kalau itu, dan sebagainya.
Butuh waktu untuk meyakinkan orang tua, butuh usaha mendapatkan restu orang tua untuk menikah.
Hhm, terkadang aku merasa hal itu terkesan menyulitkan.
Dulu, ketika aku mendengar kisah ini aku berpendapat bahwa orang tua mereka menyulitkan dan bahkan aku bersu'udzhon mereka telah zholim terhadap anaknya. Astaghfirullah, tidak boleh berprasangka.
Aku juga jadi teringat, ketika aku di sebuah angkutan umum ada dua orang ibu yang saling bercerita, " Kalau anak laki-laki mah jangan totalitas ngurusnya, paling kalau udah nikah lebih pentingin istrinya." Lalu ibu disebelahnya menimpali, " Anak perempuan juga, kita udah urus bener-bener eh dia dibawa lakinya." Aku mendengar nada kesal mereka, sambil terdiam dan jujur agak sedikit marah.
Aku jadi berpikir dan bertanya-tanya. Mengapa orang tua sangat khawatir untuk melepas anaknya? Bisakah setelah menikah nanti aku tetap bisa berbakti kepada orang tua? Mengapa ibu-ibu di angkutan umum berkata seperti itu? Apakah ketaatan istri kepada suami menghalangi baktinya kepada orang tua? Apakah tanggungjawab sebagai suami menghambat birrul walidain? Apakah aku bisa turut birrul walidain terhadap orang tua pasangan? Apa yang bisa aku lakukan agar orang tua tak lagi khawatir?
Banyak sekali pertanyaan dalam pikiranku.
Sejujurnya aku sedih dan sedikit takut. Aku cerita ke ibuku tentang obrolan dua ibu-ibu tadi. Bahkan aku sampai menangis, " Aku aja yang bukan anaknya sedih banget loh denger mereka ngomong begitu."
Dari kisah-kisah itu, aku bertanya kepada kedua orang tuaku, apa yang mereka rasakan ketika anak-anaknya akan atau sudah menikah, apa yang mereka harapkan ketika anak-anaknya menikah.
Sebelumnya, pada tahun 2020 aku pernah merekam wawancara ini. Aku dengarkan berulang kali agar aku mengingatnya. Tapi seiring berjalan hari aku pun masih tanya jawab akan hal ini kepada bapak mama.
Apa yang orang tua rasakan ketika anak-anaknya menikah? Mereka bilang, pasti senang dan bahagia melihat anak menikah. Senang mereka menemukan seseorang yang akan mendampingi, menemukan seseorang yang akan dicintai dan menerima cintanya. Tetapi, di lain sisi merasa terharu anak-anak sudah dewasa, sedikit sedih ketika mereka mulai hidup mandiri dan meninggalkan rumah. Tetapi itu semua harus dilalui.
Bapak mama bilang, mereka bahagia ketika anak laki-lakinya menyayangi sepenuh hati dan bertanggungjawab terhadap anak dan istrinya. Mereka bahagia ketika anak perempuannya taat dan bahagia bersama suami dan anaknya. Mereka pun turut bahagia ketika anak laki-lakinya dan anak perempuannya bisa turut berbakti kepada orang tua pasangannya. Itu artinya mereka berhasil mendidik anak-anaknya.
Akhirnya aku sadar. Ini bukan perkara menyulitkan, bukan perkara tidak mau melepas anaknya. Setiap orang punya pengalaman hidup, begitupun pengalaman kehidupan pernikahan kehidupan rumah tangga orang tua. Itulah yang mereka rasakan. Ada perasaan kekhawatiran, wajar.
Bahkan bapak mama pernah merasa khawatir untuk menikahkan kakak pertamaku. Mereka masih mempertanyakan, apakah benar ia sudah siap menikah. Mereka kenal betul anak-anaknya. Sampai bapak mama sudah merasa yakin kakakku untuk menikah ya diizinkan lalu diantar untuk melamar.
Orang tua yang khawatir terhadap kehidupan baru anak-anaknya, itu adalah hal wajar. Orang tua yang mendidik dan mendampingi anaknya sejak dalam kandungan, mereka tau anak-anaknya. Seorang anak tetaplah seorang anak, meski sudah dewasa sekalipun.
Ada yang khawatir, kemudian cukup diiringi doa. Ada yang khawatir langsung bicara atau menunjukkan sikap. Perihal bahasa komunikasi orang tua saja.
Melihat anak menjadi dewasa dan mandiri saja membuat orang tua merasa tak lagi dibutuhkan. Ketika anak menikah, jelas semakin merasa sepi. Tetapi, itulah proses hidup. Melihat anak menaiki tangga kehidupan baru lagi, melihat anak sudah ada teman hidupnya, melihat anak bahagia. Rasa khawatir itu musnah, digantikan oleh bahagia.
Begitulah, keridhoan Allah terletak pada keridhoan Orang tua. Bukankah dalam sebuah pernikahan adalah ridho Allah yang dicari? Maka perjuangkanlah dengan cara-cara yang Allah ridhoi.
Anak adalah amanah dari Allah untuk dididik oleh orang tuanya. Begitupun orang tua adalah amanah dari Allah untuk berbakti kepadanya.
Jangan pertanyakan atau membandingkan, semacam " Pilih mana? Pasangan atau orang tua? " Itu adalah pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan.
Seseorang turut berbahagia ketika memiliki pasangan yang berbakti kepada orang tuanya. Begitupun dengan orang tua yang berbahagia memiliki anak yang bertanggungjawab atau taat kepada pasangannya.
Semoga setiap orang bisa menjadi pasangan yang bertanggungjawab atau taat, sambil bisa birrul walidain terhadap orang tuanya maupun orang tua pasangannya. Semoga Allah jadikan keluarga besar itu berkumpul di Surga-Nya kelak. Aamiin.
HK | Tangerang, 21/04/2022.
11 nota - Diposting 21 April 2022
#2
Sekarang menemukan esensi menabung. Bukan tentang mengumpulkan sejumlah harta untuk mencapai sesuatu.
Tetapi tentang menunda keinginan dan menahan diri dari sesuatu yang belum perlu.
Tidak semuanya harus hari ini, harus saat ini.
15 nota - Diposting 7 Maret 2022
Postingan #1 saya di 2022
Catatan Malam Minggu #39
" Kalau Allah masih kasih cobaan atau ujian, berarti Allah masih sayang."
~ kata seseorang
Rasanya ingin kita balas perkataan itu, ' yaudah kamu rasain aja gimana ketika menghadapi ujian hidup'. Seperti kata seseorang yang sempat viral itu, bahwa kemiskinan adalah privilege. Hahaha.
Sekarang, akhirnya aku mulai menemukan makna dari perkataan itu. Mengapa ujian atau cobaan bisa jadi itu adalah bentuk kasih sayang.
Coba flashback, kapan ibadah semakin rajin? Pada situasi apa kita berdoa dengan sangat khusyuk, pada situasi apa menambah sholat sunnah, perbanyak dzikir?
Ya, saat dalam keadaan sulit.
Saat mendapatkan musibah, baru muhasabah, baru taubat.
Faktanya seperti itu. Kita akan kembali kepada Allah saat situasi sulit, sedih, sakit, dan banyak keadaan kesempitan lainnya.
Bayangkan, ketika dalam situasi membahagiakan? Mengucapkan ' Alhamdulillah' dan sujud syukur saja dirasakan sudah cukup.
Coba ingat ingat lagi. Ketika liburan, apakah ibadah sunnah tetap dilaksanakan? Ah, ibadah wajib aja menggunakan rukhsoh. Iya, aku sedang menyindir diriku sendiri.
Faktanya ibadah yang banyak kuantitasnya, bagus kualitasnya belum menjadi habit. Belum menjadi bagian dari kepribadian kita. Ini tentu masih menjadi PR. Bahwa apapun situasinya, baik sulit atau senang kita akan bahagia berdekatan dengan Allah Ta'ala.
Sama seperti melakukan kegiatan menyenangkan lainnya, bahwa kita akan bahagia melakukan kegiatan itu. Seperti halnya ibadah, seperti halnya berdekatan dan bermesraan dengan Allah Ta'ala.
Aku jadi ingat kisah Buya Hamka sampai sholat taubat karena terlalu mencintai istrinya, beliau takut cinta kepada istrinya melampaui cintanya kepada Allah.
Sungguh aku ingin berlatih memiliki sikap seperti itu. Takut kecintaanku akan keindahan dunia melampaui cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.
Bagaimana ya caranya biar baik dalam situasi senang atau sulit memiliki kuantitas dan kualitas ibadah yang sama baiknya sama bagusnya. Sungguh aku masih latihan. Aku harap tidak menyerah berlatih. Kamu juga.
Jangan membuat Allah cemburu. Hamba yang 'bucin' kepada Tuhannya. Senantiasa berusaha melakukan apa-apa yang dicintai-Nya.
Mungkin itu yang bisa kita lakukan, yang harus kita asah terus menerus. Jangan bosan untuk terus mencintai-Nya sepenuh hati.
Tangerang, 5 Maret 2022.
16 nota - Diposting 5 Maret 2022
Dapatkan Ulasan Tahun 2022 Tumblr Anda →
0 notes
hilyahkamilah · 3 years
Text
Sebelum Sepasang #8
Sabar adalah bagian dari ikhtiar.
Suatu hari seorang teman bercerita, bahwa ia telah gagal ta'aruf sebanyak tujuh kali. Semuanya tidak dilanjutkan oleh pihak laki-laki. Sementara seseorang lainnya telah gagal ta'aruf sebanyak dua kali. Lainnya, tidak melanjutkan komitmen dan berpisah di tengah jalan. Kisah lainnya tak kunjung turun restu orangtua.
Dengan beberapa kejadian di atas, di luaran sana orang-orang bertanya 'kapan nikah?' orang-orang berkata 'sudah jangan pilih pilih.' Bagaimana mau memilih jika sejak awal pun tak punya kesempatan memilih.
Tetapi, kalaupun ada kesempatan untuk memilih jelas perlu 'pilih pilih.' Tentu harus memilih dengan siapa kita akan menghabiskan sisa umur.
Orang-orang di luaran sana berkata 'jangan lama lama dekatnya buruan dihalalkan.' Bagaimana mau buru buru jika waktu tak kunjung tiba, seiring restu tak kunjung tiba.
Ah, aku jadi ingat ungkapan seorang teman, "Hilyah jangan coba coba untuk pacaran! " Aku bertanya, "Mengapa? Apakah kamu menyesal?" Ia menjawab, "Pacaran adalah dosa yang paling panjang. Mau putus sudah terlanjur sayang, mau nikah tetapi tidak dipermudah."
Saat itu aku hanya bisa tertawa dengan nasehatnya. Ya aku bisa tertawa karena aku memang tidak pacaran, jadi itu terkesan lucu. Tapi bagi teman-teman yang pacaran tentu itu 'ngenes.'
Makanya jangan pacaran.
Ya kita perlu terus menerus mengingatkan sejak awal sebelum mereka terjerumus untuk pacaran, untuk tidak melibatkan hati sebelum akad. Jangan coba coba. Jaga hati sampai akad terlaksana, sampai saksi bilang sah. Jangan mempersulit diri, jangan menambah dosa dengan sengaja.
Pada akhirnya, kita perlu bersabar. Sabar bagian dari ikhtiar bukan?
Sabar yang bagaimana?
Sabar untuk berproses menjadi siap menikah. Mempersiapkan fisik, mempersiapkan psikologis, mempersiapkan ilmu, mempersiapkan pengelolaan finansial, tentu mempersiapkan mental.
Sabar untuk melatih diri dengan peran-peran baru. Peran sebagai pasangan suami/istri, peran sebagai teman bicara, partner seumur hidup, peran sebagai anak dari orangtua pasangan, peran sebagai anggota dari keluarga pasangan, peran sebagai orangtua, peran sebagai tetangga di lingkungan.
Sabar untuk menanti. Memang betul, seseorang yang baik itu pasti akan ketemu. Sabar menunggu, sabar untuk bertemu seseorang yang tepat di waktu yang tepat menurut taqdir Allah.
Setiap orang pada doanya,
Setiap orang pada prosesnya,
Setiap orang pada ikhtiarnya,
Setiap orang pada tawakkalnya,
Setiap orang pada sabarnya.
Kalau kata sepupuku, dalam proses menemukan seseorang yang kelak menjadi partner seumur hidup, sebagai teman sehidup sesurga rasanya "Entah mengapa seperti bertemu dengan kepingan puzzle yang hilang. " Merasa tenang dan nyaman dengannya, dengan apapun pada dirinya.
Taaruf itu melelahkan. Setiap waktu dirundung ketidakpastian sehingga mood menjadi kembali kepasrahan kepada Allah Ta'ala. Berpikir apakah dia yang selama ini aku cari, berpikir apakah dia akan memilihku. Ketika aku mulai yakin orang-orang di sekitar akan bertanya "apakah dia orangnya? " Ya aku dan dirinya pun sama-sama tidak tahu menahu.
Ta'aruf memang melelahkan. Tetapi dalam sebuah pernikahan ialah ridho Allah yang dicari, maka perjuangkanlah dengan cara-cara yang Allah ridhoi.
Pada hujungnya hanya berdoa, "Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika al adzhiim."
"Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu." Terus menerus itu.
Allah yang menggerakkan hati ini kepada siapa ia memahat.
Ketika istikharah terjawab ' Ya' bersabarlah melalui tahap demi tahap berikutnya. Ketika istikharah terjawab ' Tidak' bersabarlah untuk mengulangi prosesnya.
Bukankah sabar juga bagian dari ikhtiar?
HK | Tangerang, 09/12/21.
47 notes · View notes
hilyahkamilah · 3 years
Text
Catatan Malam Minggu #34
Beberapa kali baca buku tentang habit; seperti Hello Habits dari Fumio Sasaki, Atomic Habits dari James Clear, dan Zen Habits dari Leo Babauta. Tak cukup satu buku, perlu melihat sudut pandang dan cerita pengalaman yang lain.
Sebetulnya beberapa kebiasaan sudah berjalan dengan baik sejak lama, tetapi konsistensi masih naik turun. Maka aku baca buku untuk menjaga semangat dan konsistensi melakukan kebiasaan-kebiasaan baik yang produktif serta tidak membuang waktu berlalu sia-sia.
Tumblr media
Contohnya ini yang baru saja mulai aku lakukan. Membuat alarm sebagai batasan. Pukul 03.40 batasan aku harus bangun pagi. Sekitar 30 menit sebelum subuh, beberapa menit untuk berusaha terjaga sejak bangun tidur dan usahakan untuk dapat sholat tahajjud. Aku bukan seseorang yang bisa langsung beranjak ketika bangun tidur, pasti butuh untuk bengong dan memikirkan apa yang aku mimpikan dalam tidur.
Pukul 15.15 ini adalah batasan kegiatan siang hari. Sebetulnya lebih sering digunakan sebagai alarm bangun tidur siang, jadi jam berapapun aku tidur siang aku harus bangun jam segitu untuk persiapan sholat ashar. Ini terkesan sepele, tapi aku membutuhkan ini karena aku sering kebablasan ketika tidur siang. Misal aku baru selesai kegiatan siang pukul 14.00 terus tidur, kemungkinan aku bisa bangun pukul 16.00-16.30. Itu akan menghambat kegiatan sore hari.
Pukul 21.30 adalah batasan aktivitas malam hari. Pada waktu tersebut aku harus meletakkan handphone jauh dari tempat tidur, lalu merapihkan dan membersihkan tempat tidur. Kemudian aku membersihkan diri seperti sikat gigi, cuci muka, sikat kaki, bahkan luluran singkat pun akan aku lakukan supaya tidurku lebih nyaman. Tentu jangan lupa untuk berwudhu sebelum tidur. Hal ini aku lakukan supaya aku tidak begadang atau tidur terlalu larut malam.
Batasan-batasan waktu yang dibuat ini membantu aku untuk tetap produktif dan tidak menyia-nyiakan waktu. Terlalu asyik beraktivitas terkadang membuat lupa waktu tidur sehingga akan begadang dan akhirnya bangun terlambat sehingga urusan berikutnya pun akan terhambat.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Aku melakukan beberapa challenge untuk kebiasaan-kebiasaan baru. Menjadikan hal tersebut sebagai sebuah tantangan yang tercatat membuatku ingin terus melakukannya. Terkadang aku pun memberikan self-reward setelah melalui berbagai macam tantangan tersebut.
Tumblr media
Jujur melakukan tantangan ini terinspirasi dari akun YouTube Matt D'Avella yang sering melakukan tantangan, seperti hari tanpa gula dan lainnya. Ini cukup ampuh, aku pun pernah menyelesaikan 30 Days Vegan Challenge.
Tumblr media
Tak lupa aku berusaha mengevaluasi diri dengan menulis Habits Tracker. Disini aku menulis tentang apa saja yang aku makan, ada kejadian apa, dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dilakukan.
Sengaja menulis jika hal itu sudah tercapai, bukan terlebih dahulu merencanakan.
Seperti yang aku katakan di awal tahun, aku ingin hidup tanpa resolusi. Aku ingin membentuk sebuah kebiasaan, seharusnya itu sudah dilakukan secara otomatis tanpa direncanakan. Maka ketika ada kebiasaan baru yang ingin aku bentuk, aku akan membuat challenge selama 30 hari.
Jika kebiasaan baru belum terbentuk setelah 30 hari mencoba, maka aku harus mencoba lagi atau mengganti ke kebiasaan yang bisa aku lakukan atau tidak memberatkan.
Aku pernah berhasil 46 hari menulis Habits Tracker, setelah itu sempat skip sekitar satu bulan. Aku ingin uji coba apakah benar kebiasaan-kebiasaan itu sudah menjadi otomatis sehingga tidak perlu lagi untuk evaluasi diri.
Nyatanya tidak. Habits tracker bukan sekedar catatan biasa. Ia adalah penilai objektif, dan membantuku untuk bermuhasabah. Sebab terkadang aku alpa dan sering memaklumi diri sendiri ketika sedang lelah, namun banyak alasan ini yang malah jadi kebiasaan.
Hidup dengan 'teratur' memang terasa melelahkan dibanding hidup 'seenaknya' bebas tanpa rencana tanpa evaluasi. Tetapi seseorang yang biasa-biasa saja pun perlu hidup yang sehat secara lahir bathin.
Bukankah 'Demi Masa' sebagai pengingat kita? Untuk tidak membiarkan nikmat sehat dan waktu luang menjadi sia-sia.
Pergunakan dengan sebaik-baiknya apa yang telah Allah berikan. Aku sedang berproses, tolong didoakan agar istiqomah pada jalan kebaikan. Aamiin.
Tangerang, 11 Desember 2021.
20 notes · View notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Sebelum Sepasang #9
Nyatanya kesiapan menikah tidak hanya untuk sepasang calon pengantin. Tetapi orang tua dan keluarga pun turut perlu diperhatikan kesiapan untuk menikahkan anaknya.
Aku jadi ingat kisah beberapa temanku.
Ada yang harus menunggu usia tertentu, Ada yang harus sejahtera finansial dahulu, ada yang tidak boleh melangkahi kakaknya, tidak boleh kalau belum selesai pendidikan, tidak boleh kalau ini, tidak boleh kalau itu, dan sebagainya.
Butuh waktu untuk meyakinkan orang tua, butuh usaha mendapatkan restu orang tua untuk menikah.
Hhm, terkadang aku merasa hal itu terkesan menyulitkan.
Dulu, ketika aku mendengar kisah ini aku berpendapat bahwa orang tua mereka menyulitkan dan bahkan aku bersu'udzhon mereka telah zholim terhadap anaknya. Astaghfirullah, tidak boleh berprasangka.
Aku juga jadi teringat, ketika aku di sebuah angkutan umum ada dua orang ibu yang saling bercerita, " Kalau anak laki-laki mah jangan totalitas ngurusnya, paling kalau udah nikah lebih pentingin istrinya." Lalu ibu disebelahnya menimpali, " Anak perempuan juga, kita udah urus bener-bener eh dia dibawa lakinya." Aku mendengar nada kesal mereka, sambil terdiam dan jujur agak sedikit marah.
Aku jadi berpikir dan bertanya-tanya. Mengapa orang tua sangat khawatir untuk melepas anaknya? Bisakah setelah menikah nanti aku tetap bisa berbakti kepada orang tua? Mengapa ibu-ibu di angkutan umum berkata seperti itu? Apakah ketaatan istri kepada suami menghalangi baktinya kepada orang tua? Apakah tanggungjawab sebagai suami menghambat birrul walidain? Apakah aku bisa turut birrul walidain terhadap orang tua pasangan? Apa yang bisa aku lakukan agar orang tua tak lagi khawatir?
Banyak sekali pertanyaan dalam pikiranku.
Sejujurnya aku sedih dan sedikit takut. Aku cerita ke ibuku tentang obrolan dua ibu-ibu tadi. Bahkan aku sampai menangis, " Aku aja yang bukan anaknya sedih banget loh denger mereka ngomong begitu."
Dari kisah-kisah itu, aku bertanya kepada kedua orang tuaku, apa yang mereka rasakan ketika anak-anaknya akan atau sudah menikah, apa yang mereka harapkan ketika anak-anaknya menikah.
Sebelumnya, pada tahun 2020 aku pernah merekam wawancara ini. Aku dengarkan berulang kali agar aku mengingatnya. Tapi seiring berjalan hari aku pun masih tanya jawab akan hal ini kepada bapak mama.
Apa yang orang tua rasakan ketika anak-anaknya menikah? Mereka bilang, pasti senang dan bahagia melihat anak menikah. Senang mereka menemukan seseorang yang akan mendampingi, menemukan seseorang yang akan dicintai dan menerima cintanya. Tetapi, di lain sisi merasa terharu anak-anak sudah dewasa, sedikit sedih ketika mereka mulai hidup mandiri dan meninggalkan rumah. Tetapi itu semua harus dilalui.
Bapak mama bilang, mereka bahagia ketika anak laki-lakinya menyayangi sepenuh hati dan bertanggungjawab terhadap anak dan istrinya. Mereka bahagia ketika anak perempuannya taat dan bahagia bersama suami dan anaknya. Mereka pun turut bahagia ketika anak laki-lakinya dan anak perempuannya bisa turut berbakti kepada orang tua pasangannya. Itu artinya mereka berhasil mendidik anak-anaknya.
Akhirnya aku sadar. Ini bukan perkara menyulitkan, bukan perkara tidak mau melepas anaknya. Setiap orang punya pengalaman hidup, begitupun pengalaman kehidupan pernikahan kehidupan rumah tangga orang tua. Itulah yang mereka rasakan. Ada perasaan kekhawatiran, wajar.
Bahkan bapak mama pernah merasa khawatir untuk menikahkan kakak pertamaku. Mereka masih mempertanyakan, apakah benar ia sudah siap menikah. Mereka kenal betul anak-anaknya. Sampai bapak mama sudah merasa yakin kakakku untuk menikah ya diizinkan lalu diantar untuk melamar.
Orang tua yang khawatir terhadap kehidupan baru anak-anaknya, itu adalah hal wajar. Orang tua yang mendidik dan mendampingi anaknya sejak dalam kandungan, mereka tau anak-anaknya. Seorang anak tetaplah seorang anak, meski sudah dewasa sekalipun.
Ada yang khawatir, kemudian cukup diiringi doa. Ada yang khawatir langsung bicara atau menunjukkan sikap. Perihal bahasa komunikasi orang tua saja.
Melihat anak menjadi dewasa dan mandiri saja membuat orang tua merasa tak lagi dibutuhkan. Ketika anak menikah, jelas semakin merasa sepi. Tetapi, itulah proses hidup. Melihat anak menaiki tangga kehidupan baru lagi, melihat anak sudah ada teman hidupnya, melihat anak bahagia. Rasa khawatir itu musnah, digantikan oleh bahagia.
Begitulah, keridhoan Allah terletak pada keridhoan Orang tua. Bukankah dalam sebuah pernikahan adalah ridho Allah yang dicari? Maka perjuangkanlah dengan cara-cara yang Allah ridhoi.
Anak adalah amanah dari Allah untuk dididik oleh orang tuanya. Begitupun orang tua adalah amanah dari Allah untuk berbakti kepadanya.
Jangan pertanyakan atau membandingkan, semacam " Pilih mana? Pasangan atau orang tua? " Itu adalah pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan.
Seseorang turut berbahagia ketika memiliki pasangan yang berbakti kepada orang tuanya. Begitupun dengan orang tua yang berbahagia memiliki anak yang bertanggungjawab atau taat kepada pasangannya.
Semoga setiap orang bisa menjadi pasangan yang bertanggungjawab atau taat, sambil bisa birrul walidain terhadap orang tuanya maupun orang tua pasangannya. Semoga Allah jadikan keluarga besar itu berkumpul di Surga-Nya kelak. Aamiin.
HK | Tangerang, 21/04/2022.
14 notes · View notes
hilyahkamilah · 3 years
Text
Sebelum Sepasang #7
Jadilah diri sendiri, tak perlu merendah. Biar Allah yang menentukan.
“Sepertinya ia tidak mau denganku, sebab aku tidak sarjana sementara ia seorang sarjana.”
“Keluargaku sederhana sementara ia dari keluarga yang berada.”
“Ilmu agamaku biasa saja dibanding ia yang shalihah, bagaimana nanti aku mengimaminya?”
Dan masih banyak kalimat kalimat insecure lainnya.
Kamu mencintainya, tetapi kamu juga merasa tidak pantas utuknya. Patah hati meski belum dimulai kisahnya.
Memang agak disayangkan, Ketika kita sudah menyerah meski belum melakukan apapun, belum memperjuangkannya. Semua hal-hal berputar-putar dalam pikiran akan rasa tidak pantas, rasa insecure, takut mengecewakan, atau bahkan takut dikecewakan.
Aku mencoba mencari tahu apa yang membuat seseorang insecure terhadap pasangan. Ah, bahkan masih calon pasangan.
Bermodal diskusi melalui chat WhatsApp dan mengobrol langsung dengan beberapa orang, baik laki-laki maupun perempuan.
Jangan dikira hanya laki-laki yang sering insecure. Perempuan pun bisa insecure loh.
Laki-laki biasanya insecure terhadap masalah finansial, Pendidikan, karir, dan strata sosial. Mereka para kaum adam ada kekhawatiran ketika kaum hawa lebih unggul daripada mereka. Hal ini membuat mereka minder, kurang dihormati, merasa berkurang marwahnya sebagai pemimpin. Ditambah lagi mereka banyak mendengar isu-isu penyebab keretakan rumah tangga salah satunya adalah Ketika istri lebih unggul daripada suami.
Insecure pada perempuan lebih menarik. Sebab lebih variatif. Ada yang insecure secara keilmuan sebab khawatir tidak bisa mengimbangi suaminya kelak. Ada yang khawatir akan karakternya yang mungkin tidak sesuai harapan suaminya. Bahkan ada yang mengkhawatirkan strata sosial yang tidak setara, sebab pangeran menikahi cinderella hanya ada di dongeng.
Tiap dari beberapa orang yang aku ajak diskusi memiliki rasa insecure yang berbeda. Tentu dengan alasan atau sebab yang berbeda-beda. Paling menarik adalah Ketika membahas sebab insecure karena “Jodoh adalah cerminan diri” dan mereka terus menerus memandang diri ‘apakah ia sesuai denganku? Apakah aku pantas untuknya?’ bahkan ada ‘aku ingin pasangan seperti ia, aku harus menjadi cerminannya, tapi sepertinya sulit.’
Ada yang lebih rumit. Ketika insecure itu muncul disebabkan oleh trust issues ataupun akibat trauma masa lalu. Sulit untuk membangun kepercayaan dengan orang lain. Mereka bukan hanya mengkhawatirkan dirinya apakah akan cocok dengan pasangannya, mereka juga mengkhawatirkan apakah orang lain akan menerima dirinya menerima kondisinya dan tidak akan menyakitinya.
Memang benar tidak semua orang insecure terhadap pasangan atau calon pasangan. Biasanya mereka yang tidak insecure karena merasa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, hidup berpasangan artinya siap menerima dan saling melengkapi. Ada juga yang merasa sudah punya value tersendiri jadi merasa tidak akan khawatir dengan satu orang yang lebih unggul dari apa yang terlihat.
Inilah salah satu persiapan secara mental. Harus sembuh, harus menata hati, harus membentuk mental, harus belajar membuka hati. Terimalah diri sendiri, terima apa yang Allah berikan berikut dengan kisah-kisah dibaliknya.
Cintai diri, love ourself first. Bagaimana kita akan mencintai orang lain jika belum bisa mencintai diri sendiri. Setiap individu itu berharga, setiap manusia punya kelebihan di samping kekurangan. Fokus kepada apa yang bisa dilakukan kepada apa yang bisa diberikan sebaik-baiknya untuk diri sendiri dan orang lain.
Fokus kepada peran masing-masing yang akan dilakukan dalam hidup berumah tangga nanti. Meski perempuan sudah mandiri, ia tetap butuh laki-laki disisinya. Begitupun laki-laki butuh perempuan untuk mendampinginya. Saling membutuhkan untuk itu saling melengkapi.
Jadilah seorang yang percaya diri, percaya dengan kemampuan, percaya kepada apa yang telah Allah amanahkan kepada manusia berupa fisik, karakter, akal, dan hati. Begitu adanya.
Lalu bagaimana dengan sekufu? Apakah insecure tentang kekhawatiran takut tidak sekufu?
Apa sih yang menjadi tujuan untuk menikah untuk berkomitmen? Apa yang menjadi visi, bagaimana misi-misi yang akan dijalankan? Apakah akan berada di satu jalur pemikiran? Apakah bisa mentoleransi atau menerima kelebihan dan kekurangan yang khas itu? Bagaimana cara masing-masing merespon suatu masalah?
Apakah sama? Apakah mirip? Apakah mendekati sama? Jawablah sendiri dalam hatimu, kamu akan menemukan jawabannya.
Aku jadi ingat perkataan salah seorang yang diskusi denganku,
“Jodoh itu kan memang taqdir, tapi tetap perlu diikhtiarkan. Dan ketemunya juga bakal melalui circle kita, entah itu circle secara offline atau online. Jadi gak jomplang-jomplang amat, toh kita ditaqdirkan bertemu di situasi itu. Tergantung bagaimana menerimanya dan ikhtiar berikutnya.”
Terimalah dirimu dahulu, untuk kemudian menerima orang lain.
Cintailah dirimu dahulu, kemudian mulailah mencintai orang lain.
Allah punya kado berupa rencana terbaik yang menunggu kamu buka.
Berbahagia dan tumbuhlah Bersama.
HK | Tangerang, 04/06/21.
86 notes · View notes
hilyahkamilah · 3 years
Text
Catatan Malam Minggu #39
" Kalau Allah masih kasih cobaan atau ujian, berarti Allah masih sayang."
~ kata seseorang
Rasanya ingin kita balas perkataan itu, ' yaudah kamu rasain aja gimana ketika menghadapi ujian hidup'. Seperti kata seseorang yang sempat viral itu, bahwa kemiskinan adalah privilege. Hahaha.
Sekarang, akhirnya aku mulai menemukan makna dari perkataan itu. Mengapa ujian atau cobaan bisa jadi itu adalah bentuk kasih sayang.
Coba flashback, kapan ibadah semakin rajin? Pada situasi apa kita berdoa dengan sangat khusyuk, pada situasi apa menambah sholat sunnah, perbanyak dzikir?
Ya, saat dalam keadaan sulit.
Saat mendapatkan musibah, baru muhasabah, baru taubat.
Faktanya seperti itu. Kita akan kembali kepada Allah saat situasi sulit, sedih, sakit, dan banyak keadaan kesempitan lainnya.
Bayangkan, ketika dalam situasi membahagiakan? Mengucapkan ' Alhamdulillah' dan sujud syukur saja dirasakan sudah cukup.
Coba ingat ingat lagi. Ketika liburan, apakah ibadah sunnah tetap dilaksanakan? Ah, ibadah wajib aja menggunakan rukhsoh. Iya, aku sedang menyindir diriku sendiri.
Faktanya ibadah yang banyak kuantitasnya, bagus kualitasnya belum menjadi habit. Belum menjadi bagian dari kepribadian kita. Ini tentu masih menjadi PR. Bahwa apapun situasinya, baik sulit atau senang kita akan bahagia berdekatan dengan Allah Ta'ala.
Sama seperti melakukan kegiatan menyenangkan lainnya, bahwa kita akan bahagia melakukan kegiatan itu. Seperti halnya ibadah, seperti halnya berdekatan dan bermesraan dengan Allah Ta'ala.
Aku jadi ingat kisah Buya Hamka sampai sholat taubat karena terlalu mencintai istrinya, beliau takut cinta kepada istrinya melampaui cintanya kepada Allah.
Sungguh aku ingin berlatih memiliki sikap seperti itu. Takut kecintaanku akan keindahan dunia melampaui cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.
Bagaimana ya caranya biar baik dalam situasi senang atau sulit memiliki kuantitas dan kualitas ibadah yang sama baiknya sama bagusnya. Sungguh aku masih latihan. Aku harap tidak menyerah berlatih. Kamu juga.
Jangan membuat Allah cemburu. Hamba yang 'bucin' kepada Tuhannya. Senantiasa berusaha melakukan apa-apa yang dicintai-Nya.
Mungkin itu yang bisa kita lakukan, yang harus kita asah terus menerus. Jangan bosan untuk terus mencintai-Nya sepenuh hati.
Tangerang, 5 Maret 2022.
17 notes · View notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Sebelum Sepasang #10
Marriage is everything beginning.
Aku pernah mendengar curahan hati seorang teman bahwa ia memiliki trust issue. Jangankan beranjak menuju pernikahan, membayangkan pun tidak. Sempat ia pernah berkata, "Mungkin aku tidak akan menikah."
Huft, aliran darahku agak deras. Dalam pikiranku aku sudah menyiapkan banyak kata-kata untuk menasehati, tetapi aku tahan. Ia temanku, tak sanggup menambah luka untuknya.
Satu lagi ada temanku yang juga memiliki trust issue mengalami ketakutan untuk menikah. Beberapa laki-laki dekat dengannya, bahkan ada yang beberapa tahun berkomitmen tentang perasaan. Ujungnya menyerah pada luka. Ia takut kembali terluka, takut apa yang terjadi di masa lalu terjadi lagi.
Seorang teman juga memiliki ketakutan pernikahan karena melihat apa yang terjadi dengan ketidakbahagiaan kehidupan pernikahan orang yang ia kenal dekat. Bahkan ini banyak terjadi pada netizen, aku melihat komentar-komentar netizen menjadi takut menikah karena faktanya pernikahan tak selalu tentang romantisme.
Takut menikah karena luka. Apakah semuanya seperti itu?
Ada yang pernah menghadap ke psikolog untuk memperbaiki pola pikir yang menganggap, "Orang baru yang hadir di dalam hidupku hanya bonus." Pikiran yang keliru. Mengapa bisa punya pikiran seperti itu?
Seseorang itu berasal dari keluarga yang hangat dan suportif. Ia tidak kekurangan sedikitpun kasih sayang dan cinta. Tidak merasa sendirian. Ia selalu merasa bahagia. Merasa cukup dengan apa yang hadir dalam hidupnya saat ini.
Di saat teman-temannya sudah menikah dan punya anak, ia baru menyadari bahwa ada yang salah dari pola pikirnya. Menganggap orang baru adalah bonus, sama saja tidak memberi ruang apapun sedikitpun.
Bahkan terkesan takut keluar dari zona aman dan zona nyaman. Egoisme dirinya yang tidak ingin berjuang. Bahkan muncul rasa khawatir, "Apakah ia akan sebaik keluargaku?"
Bukan hanya tentang luka, terlalu bahagia juga bisa memunculkan kekhawatiran dan ketakutan akan pernikahan. Ketidaksiapan akan perubahan.
Menikah adalah fitrah.
Fitrah manusia diciptakan berpasang-pasangan. Fitrah manusia untuk saling mengenal, untuk berbagi kasih sayang. Fitrah manusia sebagai jalan manusia membentuk generasi.
Hadirnya rasa tertarik, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Semuanya tumbuh karena fitrah.
Mungkin saja kita memiliki rasa khawatir ataupun rasa takut akan pernikahan. Tidak lain karena setiap manusia menginginkan keberkahan pernikahan berupa bertambahnya kebaikan dalam hidupnya. Tetapi manusia hidup dengan fitrahnya.
Kalau sudah siap, sembuhkan luka kembali hati terbuka.
Apa yang terjadi di masa lalu, biarlah. Bahkan apa yang dituliskan cerita tentang hari ini, bisa jadi besok berbeda lagi. Begitupun apa yang terjadi pada orang lain. Setiap buku memiliki kisahnya sendiri, alur ceritanya berbeda-beda.
Tentang masa depan, tentu masih rahasia. Tetapi masih bisa diusahakan, masih ada waktu untuk persiapan, dan akan selalu ada kesempatan.
Kalau hari ini sudah cukup kasih sayang dan kebahagiaan, hei bisa jadi hadirnya orang lain bisa membuat kebahagiaan berlipat-lipat. Seseorang yang baru itu bukan bonus, tetapi ia adalah bagian dari jalan cerita hidup. Salah satu tokoh utama dengan tujuan happy ending.
Pernikahan adalah buku baru, setiap lembarnya adalah kisah yang baru. Menikah adalah permulaan kehidupan terbaru.
Jika dahulu menghadapi kekhawatiran dan ketakutan sendirian, kali ini dihadapi dengan berduaan. Jika dahulu cukup bahagia dengan kesendirian, kali ini bertambah bahagia dengan berdua. Aku mendoakan semoga segala keresahan, trauma, dan luka masa lalu dapat disembuhkan. Membuat kisah baru yang lebih baik.
Dalam doaku; semoga kisah lembaran baru bersama seseorang yang ditakdirkan, akan selalu berada dalam kasih sayang keberkahan Allah SWT sejak prolog sampai epilog. Aamiin.
Selamat menempuh hidup baru.
HK | Tangerang, 24/07/2022.
6 notes · View notes
hilyahkamilah · 2 years
Text
Catatan Perjalanan #3
Beberapa waktu yang lalu aku banyak melakukan perjalanan bersama keluarga. Aku sudah membuat beberapa draft catatan, tapi aku tidak berhasil menyelesaikannya. Saat melakukan perjalanan dengan keluarga aku fokus quality time dengan mereka. Kalaupun aku bisa menulis catatan itu juga setelah selesai melakukan perjalanan. Hal itu membuat aku tidak bisa menyelesaikan catatan.
Aku tau bahwa itu hanyalah alasanku saja. Pembenaran atas kemalasan hehehehe.
Kali ini, aku rasa aku akan mampu menuliskan catatan ini. Sebab, kali ini aku melakukan perjalanan sendiri lagi.
Bandung, kota tujuanku berikutnya. Untuk memenuhi undangan pernikahan sahabatku. Tepat di ulang tahunku ia menikah. Benar-benar ya, merayakan ulang tahun di hari pernikahan sahabat, perjalanan sendirian pula.
Aku jadi punya waktu untuk bermuhasabah. Apalagi aku memilih untuk naik kereta daripada naik bus atau travel. Sejujurnya memang aku lebih suka perjalanan naik kereta ketika sendirian. Suasananya cukup mendukung. Meskipun kali ini aku tidak nyaman karena entah mengapa aku sering buang air kecil selama di kereta sementara aku duduk dekat jendela, jadi agak tidak enak untuk bolak balik ke toilet. Lumayan sekitar 1 jam menahan buang air kecil. Syukur Jakarta - Bandung cukup ditempuh kurang dari 3 jam.
Pada tanggal 21 - 22 Mei 2022 aku akan bertemu sahabat-sahabat yang telah membantuku selama kuliah dan merantau. Alhamdulillah sampai saat ini komunikasi kami berjalan dengan baik. Kerap kali kami chat berbagai macam hal receh, kadang telponan, sesekali.
Bertemu dan bertukar cerita dengan mereka. Saat ini, aku rasa secara karir mereka luar biasa. Tetapi tentu saja nyatanya ada saja kesulitan dan kegalauan.
Oiya, sebelum berangkat aku sempat ngobrol dengan sepupuku disini, ia bertanya " suka minder gak kalo ketemu temen-temen yang lebih sukses?" Awalnya aku gak kepikiran hal itu, tapi jadi kepikiran juga. Aku akan bertemu dengan teman-teman yang aku rasa saat ini mereka sudah cukup sukses. Tetapi, aku dan teman-teman komunikasinya cukup lancar, selama ini pun kami tak pernah membahas tentang pencapaian. Jadi sepertinya aku lebih ada perasaan bahagia bertemu teman daripada khawatir akan membandingkan pencapaian.
Benar saja, setelah aku bertemu teman-teman kami lebih banyak ngobrol tentang kesukaran, keresahan, kegalauan, dan banyak satir tanpa bawa perasaan.
Sebab, apapun jabatan dan pencapaian teman-teman kita saat ini, ya kan teman. Bab cerita kita itu berbeda. Bukan tentang pekerjaan atau jabatan, tetapi tentang masa sekolah, masa remaja, masa perjuangan, masa keresahan, masa kegalauan.
Kami pun datang untuk menjadi saksi perjalanan kisah asmara teman. Kami pun datang untuk seru-seruan. Pada dua hari itu bahkan kami tidak bisa mengatur mau mengunjungi tempat wisata atau restoran enak atau tempat estetik yang mana, tidak sempat. Waktu kami dihabiskan untuk mengobrol, bahkan foto pun baru bisa dilakukan saat kami mau pulang ke kota masing-masing.
Tidak banyak tempat yang kami kunjungi selama di Bandung. Hanya tempat makan yang kami temui ketika lapar, lalu mengobrol panjang. Perjalanan ke toko buku sambil mengobrol. Di penginapan pun dihabiskan dengan mengobrol. Selama Sabtu - Minggu di Bandung aku tidur tidak sampai 4 jam. Semua waktunya diambil untuk mengobrol.
Pertemuan yang sangat singkat. Padahal beberapa tahun yang lalu kami banyak menghabiskan waktu bersama.
Tidak perlu repot-repot untuk membuat list tempat yang akan dikunjungi. Nyatanya momen sederhana yang hangat itu sangat berarti dan memberi energi baru.
4 notes · View notes