Tumgik
#Tadabbur
edgarhamas · 4 months
Text
Kamu lebih bisa powerful justru ketika tidak semua hal kamu share di media sosial.
When you build in silence, people don't know what to attack. Oversharing bisa terlalu membuka dirimu sehingga banyak celah lemahmu dipelajari dengan baik oleh mereka yang tak suka padamu.
Maka lagi-lagi saatnya mengingatkan diri saya dan kita tentang nasihat Imam Asy Syafi'i...
"Terlalu membuka diri bisa membuatmu berkawan dengan circle buruk. Menutup diri total bisa mencipta permusuhan. Maka, jadilah orang yang tahu kapan membuka diri, kapan punya privasi." (Hilyatul Auliya)
774 notes · View notes
suhyla · 6 months
Text
At the height of his calamity, after losing two more sons upon the already painful loss of Yusuf, Yaqoub makes a conscious decision to exercise patience. Not just any patience, but beautiful patience. A patience that made him expect only the best from Allah. A patience that made him say, perhaps such a painful calamity is happening so that Allah can reunite me with all my sons. Perhaps behind this tragedy is what I have longed for all these years. Perhaps this is the beginning of my relief. Allah is the Most Knowing, the Wise. This cannot be happening without a purpose.
It does not befit a servant of Allah to know the vastness of His mercy and assume that anything other than tremendous good awaits in the most seemingly tragic moments. Allah does everything for a reason. But we need to practice beautiful patience. We need to assume only the best of Allah because whoever knows Allah knows that He is the Most Merciful. So surely, every pain will be followed with great relief. Every sadness only exists because an even greater happiness will come out of it. Everything we go through is to prepare us for the good that will inevitably come. It is part of the process. When you know Allah, you hear patience knowing that what is to come out of your calamity is greater than anything you could dream of.
Yaqoub was so sure of Allah’s mercy that he not only expected only good from Allah, but he told his sons to go look for Yusuf, whom he lost decades ago. The sons were focused on the brothers they just lost. Imagine their incredulity when Yaqoub tells them to look for Yusuf and his brothers. Not just the brothers in Egypt. They did not take him seriously.
But what followed Yaqoub’s great expectations of Allah and his certainty in Allah’s mercy? Allah soon gave him glad tidings of Yusuf not only being alive and a Prophet, but becoming the Aziz of Egypt. His son, who was overpowered by his brothers, has been given power over a kingdom by Allah. His son whom he lost in the most heart-wrenching way was under Allah’s care and achieved even more than he would have had he remained in his father’s arms. Every little detail was accounted for. Every harm was followed by an even greater reward. Every pain was followed by an even greater happiness. The generosity of Allah was manifest. Allah gave Yaqoub more than he expected of Him.
instagram
61 notes · View notes
khoridohidayat · 4 months
Text
Dari Ketakutan, ke Ketakutan yang Lain
Aku ngerasa bahwa hidup itu adalah menjalani satu ketakutan ke ketakutan yang lain. Iya, paham, ini adalah pendangan yang sangat negatif. Tapi kalau kita liat lagi ke belakang, ketika kita kecil, kita takut ngga naik kelas. Takut ngga lulus SD, SMP atau jenjang pendidikan yang lain. Dulu kita takut ngga punya teman. Ketika kita masuk usia dua puluhan, kita takut belum berjodoh dengan seseorang padahal usia terus bertambah tak bisa dijeda. Ada yang relate?
Hidup itu lari dari satu ketakutan ke ketakutan yang lain. Bahkan ketika seseorang telah menikah, ada juga bayang bayang takut tidak mempunyai keturunan. Ketika mempunyai anak, kita takut anak itu terlahir “tidak sempurna”. Belum lagi tentang biaya membangun rumah yang sudah melampung tinggi, yang nggak dibarengi dengan kenaikan gajji yang sepadan. Gimana caranya orang punya rumah senilai 400jt kalau gaji bulanannya 4jt. Gaji itupun belum dipotong biaya bensin dan makan sehari-hari.
Jika hidup adalah lari dari ketakutan ke ketakutan yang lain, bagaimana kita bisa menjalani hidup ini dengan tenang? Padahal Allah sendiri mengatakan bahwa hidup itu adalah keajaiban. Ketika kita bisa bangun lagi di pagi hari, it means that Allah gives you chance to revert back, than enjoy what you want, anything.
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” - (QS Al Jumuah 9-10)
Yang guru ya berati mengajar dengan baik. Yang pebisnis ya berati semangat buat ketemu client. Yang dokter ya berati mendedikasikan dirinya buat kesehatan pasien.
Menyebarkan manfaat. Membangun legacy. Karena pada akhirnya kita akan meninggal.
Dan harapannya, ketika kita bertemu dengan Allah nanti, kita bisa mengatakan “Ya Rabb, aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menaatimu dan menebarkan manfaat ke manusia, sebisa yang aku bisa. Dan aku bersyukur dengan kehidupan dunia yang dulu pernah Engkau berikan. Dan hari ini, aku memohon doa dan rahmat kepadaMu agar aku bisa berkumpul lagi dengan keluargaku lagi di surga yang Engkau janjikan bagi orang-orang yang beriman.”
37 notes · View notes
aksarahumaira · 5 months
Text
Al-Quran Bukanlah Beban!
Tumblr media
Gimana kabarnya setelah Ramadhan? Gimana kedekatan kita dengan Quran? Adakah shalat malam yang kita rutinkan di bulan Ramadhan justru tertinggal di bulan selainnya? Adakah semangat kita menyusut pasca Ramadhan?
______
Beberapa hari ini rasanya nggak tenang banget, tau sih penyebabnya... apalagi kalau bukan karena intensitas dengan Quran berkurang, dzikir yang sedikit, kurangnya muhasabah..
Kalau udah begini cuma bisa beristighfar terus-menerus, minta ampun sama Allah khawatir ada banyak dosa yang memang belum di ampuni olehNya, entah di masa lalu atau justru beberapa hari kebelakang. Sampai-sampai aku berpikir, "yaa Rabb, sekeras apa hati hamba sampai beberapa hari ini tilawah 1juz perhari aja engga selesai?". Dan puncak dari kesedihan itu ketika lihat hafalan teman yang jauh lebih banyak, dan aku ngerasa stuck gini-gini aja :)
Entah bagaimana caranya, dibulan ini Allah kasih kesempatan aku untuk menghafal sebagian dari surat Thaha. Ketika memahami arti dari ayat ke 2, "Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah." Allah engga menurunkan Al-Quran untuk membuat kita susah. Dan itu tercatat dalam kalamNya!
Rasanyaaa ketika mengulang-ngulang ayat ini, Allah tuh lagi ngehibur aku banget dengan ayatnya :")
Al-Quran ada, bukanlah beban bagi seorang hamba. Buat yang engga mau ambil pelajaran aja sudah Allah mudahkan, apalagi buat orang-orang yang berusaha selangkah lebih dekat dengan Al-Quran!
Ketika setoran, mentorku mendoakan, "semoga setiap tetes air mata ketika mentadabburkan tiap ayatnya bahkan tiap katanya, jadi wasilah pelembut hati ya Kak" --saking aku ga bisa menyusun kata-kata yang tepat selain tangisan karena satu ayat.
Semoga bagi yang membaca juga, Allah lembutkan hatinya untuk istiqomah dengan Al-Qur'an diluar Ramadhan ya. Semoga lisan kita Allah jaga hanya untuk mengeluarkan kata penuh kebaikan dan hikmah saja :")
Depok, 29 April 2024
25 notes · View notes
notetaeker · 6 months
Text
Yesterday after fasting I felt really horrible/sick so I'm not fasting today and I started my morning today very depressed and heartbroken that my body wasn't taking it well. I decided to go thru the the fasting ayahs from surah baqara (You know the 'fasting has been prescribed for you as it has been prescribed for those before yaou so that you may attain taqwa etc) because that's where Allah says you don't need to fast if you're sick.
And subhanallah right after that part, the next sentence is literally 'Allah wants ease for you, Allah doesn't want you to be in difficulty' and it literally brought tears to my eyes. Truly Allah really knows what's in our hearts, and that not being able to fast would make us (me) feel so incredibly sad and like a failure and needlessly guilty. And because Allah knows how we think he reminded us immediately that going thru the fast even though it's difficult because of sickness is not what he wants from us. I feel so seen and comforted. Crazy how I have read this ayah for years since I was a kid and it really hit for me today.
20 notes · View notes
petrichorsff · 6 months
Text
Obat overthinking
manusia, mungkin tak pernah asing dan jauh dari rasa kekhawatiran tinggi, juga overthinking yg bisa dibilang jadi makanan sehari². seolah² hidup di penuhi dengan ketidaktenangan, takut berlebihan, dan rasa kalut tak karuan. sampai brusaha cari solusi sana sini tapi yang ada mungkin masih belum bisa pulih diobati.
teringat sebuah kisah, dan mari belajar dari kisah tersebut, kisah nabi yang namanya disebut paling banyak dalam Al-Quran. iya, nabi Musa. ketika ia dihadapkan dengan musuhnya firaun, pemimpin Mesir di kala itu yang masyhur dengan kecongkakannya, tidak adil, kufur, dan amat kejam kala itu, nabi Musa dan kaumnya memutuskan untuk meninggalkan Mesir, kemudian mengetahui akan pergerakan kaum nabi Musa tersebut, firaun beserta kaumnya mengejar dan pada keesokan paginya, akhirnya firaun berhasil melihat kaum nabi Musa begitupula sebaliknya. spontan pengikut nabi Musa panik, mereka mengira bahwa rombongan firaun akan berhasil menangkap mereka, terlebih ketika pergerakan mereka harus terhenti karena Laut Merah tepat di hadapan. disaat genting dan mencekam, segala hal mampu membuat orang takut berlebih bahkan mungkin nyaris putus asa. namun indahnya, kisah nabi Musa yang dengan tenang dan penuh keyakinan menjawab keresahan kaumnya
قال كلا إن معي ربي سيهدين :
“sekali kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Allaah bersamaku dan Ia akan memberiku petunjuk"
seketika ketenangan hadir dan keyakinan kembali mengisi hati mereka, kemudian Allaah beri wahyu kepadanya untuk mengetukkan tongkatnya, dan terbelah lah laut Merah itu. kemudian Allah selamatkan nabi Musa beserta kaumnya dan Allaah tenggelamkan firaun dan para pengikutnya.
begitulah ketika Allaah berkehendak, ketika manusia mampu menaruh harapannya yang begitu tinggi, hati yang begitu tenang dan keyakinan yang begitu kuat akan pertolongan Allaah, maka mudah bagi Allaah untuk mengubah semua apa yang tak bisa dicapai logika dan akal manusia. maka jangan pernah tanya bagaimana caranya Allaah akan bantu kita, sebab itu kendali yang Kuasa, tapi bagaimana kita menaruh penuh harapan, keyakinan, bahwa Allaah tak pernah lengah atas hambaNya.
alaa inna nashrallaahi qarib.
📍030424
18 notes · View notes
galaksihati · 2 months
Text
Pada akhirnya kita hanya ingin membuktikan kepada Allah....
8 notes · View notes
diksifaa · 6 months
Text
Butuh Kekuatan
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Al-Fatihah:5)
Semakin dewasa, jiwa dan ruh kita semakin rapuh jua lemah jika tak ada kekuatan dan keyakinan spiritual yang meyakinkannya untuk terus kuat. Doa lah yang berperan sebagai media utama menjadi sebuah pegangan agar manusia tetap kuat. Karena doa adalah salah satu cara bagaimana bisa kita berkomunikasi dengan Rabb. Jika kita berdoa dengan yakin, naluri jiwa kita akan menjadi kuat tanpa kita sadari.
Kenapa harus kuat ? Karena ternyata semakin bertambah angka di usia kita, akan mempengaruhi kualitas dan level hidup yang dihadapi sehingga butuh kuat.
Berbicara bertambah usia, tradisi manusia juga tak lain tak bukan adalah mendoakan. Sungguh doa adalah hal paling romantis yang pernah ada. Orang-orang sekitar menuturkan berbagai doa baik kepada kita, pun kita mengaminkan segalanya. Dan benar-benar meminta Allah untuk mengijabah semua doa-doa dari orang baik itu.
Memasuki angka 23. Perlahan aku merangkum, mengutip, tiap untaian doa-doa manis sebagai perayaan manis yang dihaturkan kepadaku pada hari lahirku. Terima kasih. Hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikanmu✨
Doa-doa ku masih sama dengan doa-doa tahun lalu, syukur atas nikmat hidup dan segalanya pada Rabbku, doa untuk orang tuaku tercinta, keluargaku, sahabat dan teman. Dan doaku untuk diriku sendiri, semoga mendewasa lebih baik lagi.
Namun aku menyadari satu hal. Semakin bertambahnya angka, semakin haru dan mengutamakan syukur syukur dan syukur. Mensyukuri apa yang ada, dan mencintai setiap yang ada. Bukan mencari yang tidak ada dan menjadi kecewa. Pun harus lebih banyak menyemai prasangka-prasangka baik terhadap setiap titik perjuangan yang dilalui.
Reminder untuk diriku
Mendewasa itu keharusan. Dan fase ini akan selalu menjadi pelajaran. Jangan lupa meminta petunjuk dan menghamba menjadi sebaik-baik hamba pada Rabbul'alamiin, agar mendapat petujuk jalan yang lurus.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus" (Al-fatihah:6)
Terima kasih narablog menjadi perayaan manis untuk hari lahirku kali ini. Tak perlu mencari yang kurang, dgn semua yang ada aku bahagia
~Faa
#tautannarablog6 #edisikaget #day13
13 notes · View notes
lightup0nlight · 9 months
Text
Tumblr media
I want to share a beneficial tadabbur that our teacher taught us. Allah subhanahu wa ta'ala says:
🌺 ❛Verily, he (i.e. shaytan) has no power over those who believe, and put their trust only in their Rabb. His (shaytan’s) power is only over those who obey and follow him, and those who join partners with Him (Allah).❜ 【Surah an-Nahl 16:99-100】
In these aayat, Allah says that shaytan actually has zero power over us, and that the only people he has control of are those who obey and follow his ways.
Meaning, his tricks are weak. Shaytan cannot force us to do an evil act, he can only whisper suggestions (waswas) to us. Allah says in another aayah:
🌺 ❛And shaytan will say when the matter has been decided: Verily, Allah promised you a promise of truth. And I too promised you, but I betrayed you. I had no authority over you except that I called you, so you responded to me. So blame me not, but blame yourselves…❜ 【Surah Ibrahim 14:22】
So how can someone be under the influence of shaytan, when his plots and tricks are themselves weak to begin with?
Because those who let themselves be overpowered by the weak tricks of shaytan have actually allowed themselves to be even weaker than that. Subhana Allah. How the heart stirred hearing those words.
So I remind myself and then others: — we are not strong when we are rebellious to our parents, — we are not strong when we are being a nuisance to our community, — we are not strong nor cool when we curse or use a bad language, — we are not strong when we look down and feel superior over others.
Because, while we may look strong, we’re actually very weak for falling into the deceptive ploys of shaytan. So do not allow shaytan to dictate what “strength” is.
May Allah forgive us. We seek refuge with Allah from the accursed shaytan.
Your sister in Deen, Aida Msr ©
11 notes · View notes
sabaryangindah · 1 year
Text
Tentram dan Lega dengan Pilihan Allaah.
Menenangkan rasanya, saat membiarkan semua mengalir begitu saja. Meluaskan hati untuk sebaik-baiknya penerimaan. Tanpa rasa khawatir, tanpa rasa menyesal. Karena mengetahui, segala sesuatu telah ditetapkan.
"Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allaah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
Surah Al-Baqarah, ayat 216
39 notes · View notes
nakindonesia · 16 days
Text
Qaraar: Perjalanan dari Rahim Ibu ke Rumah Akhir
View this post on Instagram A post shared by NAK Indonesia (@nakindonesia) 🖊️ Ustaz Nouman Ali Khan🌐 https://www.facebook.com/share/p/FRfgXuXSK2fvEEUX/ Dulu, ada saatnya kita ada di dalam rahim ibu kita. Memang kita nggak ingat, tapi Allah ingin kita merenungkan hal itu dalam Surah Al-Mursalaat. Dia menetapkan asal kita yang hina, cairan yang lemah, ماء مهين, di dalam rahim yang Dia gambarkan…
2 notes · View notes
edgarhamas · 3 days
Text
Makin dewasa, sadarkah kamu apa salah satu tempat yang paling ngeri?
The same place as last year. Kondisi yang itu-itu saja yang sama sejak tahun kemarin. Tapi aku ingin beri saran: jangan gunakan mata kepala melihat hal yang kau anggap sama.
Gunakan mata hati dan prasangka baik pada Allah. Mungkin kau sedang ditempa, disiapkan.
Berbaik sangkalah, sembari memantaskan diri. Sebentar lagi takdir terbaik-Nya akan datang.
Selasa, 17 September 2024
190 notes · View notes
suhyla · 6 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
It is your actions that make you who you are, and every action is recorded based on your intention. When you see the excellent manner with which Yusuf carried himself despite all the pain he faced at the hands at those closest to him, you appreciate how valuable it is to know that you are dealing with Allah when you deal with His creation. You do good for the sake of Allah, regardless of how others may perceive it, spin it, interpret it, deny it, etc. Regardless of how they respond to it. Regardless of whether no one sees or appreciates it all except Allah.
You purify your heart of any evil, even if others do not do the same for you. You learn to restrain your tongue, knowing that not everything needs responding to. You learn the value of silence. You learn the strength it takes to smile to those who hurt you and respond to any harm with good, because it isn’t easy. It isn’t easy unless you choose to do it for the sake of Allah.
Yusuf loved his brothers for the sake of Allah. Not for any other reason. If the strength of their bond was dependent on their relationship as brothers, then clearly that was not enough to spare him from their evil. Yusuf’s own kindness and character was also not enough to earn their love. Treating others well when they treat you well means your brotherhood is beneficial to the extent that you gain from it.
But when you love and interact with others for the sake of Allah, you learn to more easily overlook things. You learn to carry yourself with elegance and character. You learn to value your relationship with Allah enough to choose to only act with good. Even in the face of pain and harm. Because at the end of the day, Allah will reward you for all that you choose to forgive for His sake. For every time you restrained yourself for His sake. For every time you decided to share your pain with Him so it did not become the source of anyone else’s pain.
The Quran is full of stories and every detail has layers upon layers of meaning. It’s so beautiful reflecting over the details Allah chooses to include, the way these details are described, and the way they appear in certain surahs vs others. May we always reflect over the Quran 🤍
12 notes · View notes
khoridohidayat · 2 years
Text
“Kemudian, apa alasamu untuk menikahi anak putriku Nak?”
Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari laki-laki paruh baya yang berada didepanku. Disampingnya, duduk seorang gadis teduh berdandan sederhana, ditemani oleh ibunya yang juga berpakaian rapi ketika itu.
Aku yang sudah sedari tadi berbicara panjang lebar basa basi dengan dua orang paruh baya ini mulai memutar otak untuk menjawab pertanyaan ini dengan baik, tertata dan mengena.
Aku menegakkan punggungku, menghirup nafas dengan rileks, dan merapikan sedikit bajuku yang sudah cukup lusuh karena tebaran angin sore itu.
Disituasi itu, apa yang harus aku lakukan? Kamu sebagai pembaca, apa hal yang bakal kamu lakukan jika kamu berada disituasi itu? Kalau aku, mungkin, aku akan cukup bingung menjawabnya.
Karena, kadang, apa yang kita lakukan sering kali tanpa alasan. Tentang makanan yang kita makan, apakah kita betul memikirkan nutrisinya? Tentang kebiasaan scrolling social media yang kita lakukan setiap hari, apakah kita membatasinya? Tentang mengerjakan tugas sekarang atau nanti, apakah kita memang sudah menghitungnya betul-betul? Sepertinya banyak hal didalam hidup kita yang dilakukan secara otomatis, tanpa sadar.
Tapi untuk ini, aku tak bisa melakukan secara otomatis, aku harus mempunyai alasan. Tapi apa. Aku masih mencarinya.
Aku berhenti sejenak, menghidup nafas cukup dalam dan melepaskannya dengan perlahan. Pikiranku menelusuri ruang perasaan didalam hati, berharap aku bisa menemukan jawaban itu. Aku menyelam kedalam diriku dengan serius, ada hal yang harus aku jawab. Ada seseorang yang membutuhkan jawabannya. Kenapa ya aku memilih dia? Apakah karena cantik? Sepertinya bukan itu poin utamanya. Apakah karena dia pendengar? Iya memang, tapi hatiku berkata bahwa aku mempunyai alasan yang lebih tinggi daripada itu. Apakah karena pekerjaannya? Sebentar-sebentar, sepertinya aku tahu. Oke, aku menemukan alasannya!
“Saya ingin menyelamatkan diriku dan anak keturunanku, Ayah.” Kataku
Sejenak ruangan tamu rumah ini menjadi hening. Suara detikan jam dinding terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara angin dari sebuah kipas di pojok ruangan juga menjadi terdengar lebih kencang. Waktu seperti berhenti ketika itu. Dan nampaknya perempuan itu juga tidak paham dengan apa yang baru saja aku sampaikan.
“Aku kurang paham dengan jawabanmu, bisa tolong jelaskan lebih lanjut?” Kata pria paruh baya itu
Baik, aku menghela nafas lebih dalam, mengatur intonasi dan ritme paragraf-paragraf panjang yang akan aku keluarkan. Tak lupa, aku juga membaca doa untuk memperlancar lisanku, yaitu doa yang sama ketika Nabi Musa diperintah oleh Allah untuk menghadap penguasa Mesir ketika itu .
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Paragraf pertama aku buka dengan sebuah teori psikologi
Jadi maksud saya seperti ini, Ayah. Saya selalu percaya, bahwa baik buruknya seseorang sangat bergantung pada lingkungannya. Orang akan menjadi baik jika dia berkumpul dengan orang baik. Dan juga sebaliknya, orang akan menjadi “jahat” jika dia berkumpul dengan orang yang kurang baik. Iman juga seperti itu. Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, bahwa hati manusia itu sangat lemah. Dia harus terus diikat dengan pertemanan yang baik.
Saat ini, dunia sudah tidak seaman dahulu. Banyak orang menganggap bahwa berpacaran adalah hal yang lumrah. Menonton tayangan tidak senonoh juga sepertinya sudah menjadi bagian hidup bagi beberapa orang diluar sana. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, banyak anak SMP dan SMA di suatu kabupaten mengajukan pernikahan dini. Bukan karena memang sudah siap menikah, tetapi mereka telah hamil diluar nikah.
Kejadian seperti ini yang membuat saya takut. Bagaimana jika anak saya juga seperti itu. Bagaimana jika pada suatu saat nanti anak saya merengek untuk pergi satu malam bersama pacarnya. Apa jadinya jika dia pergi bersama pacarnya kemudian dengan rela pahanya dipegang-pegang oleh pacarnya dan dia tidak merasa risih sedikitpun. Mungkin terlihat klise, tapi saya benar-benar pernah melihatnya di jalan, dengan kedua mata kepala saya.
Disisi lain, orangtua juga tak kalah berzinanya. Ada isteri yang selingkuh dengan rekan sekantornya karena dia lebih mendengarkan dan menerima apa adanya daripada suaminya. Ada juga suami yang mempunyai hubungan asmara lain dengan asistennya, yang lebih muda, yang lebih cantik, dan yang lebih sering bertemu dikantornya. Bahkan ada juga orang yang sampai sengaja check in di hotel bersama teman sekantor atau asistennya untuk melakukan hubungan haram itu.
Saya takut jika itu akan terjadi di keluarga saya. Saya boleh menerima cobaan apapun, asal jangan cobaan dalam keluarga dan agama. Karena konon itu adalah cobaan yang paling berat di dunia dan jarang ada orang yang bisa melewatinya dengan baik.
Oleh karena itu, saya harus memilih pasangan yang salihah. Orang yang telah menjaga dirinya. Perempuan yang juga telah berkomitmen lama untuk menjaga hawa nafsunya dengan tidak bermesraan dengan seseorang jika belum sah. Dan, aku melihat, bahwa puteri bapak adalah muslimah yang taat.
Saya pernah mendengar dari sahabatnya bahwa dia selalu shalat hajat sebelum tidur, menjaga shalat tahajjudnya seperti dia menjaga barang yang dicintainya, bahkan sahabatnya juga pernah melihat dia tak sengaja tertidur diatas sajadahnya dengan memeluk mushafnya akibat lelah menuntaskan target bacaan hariannya.
Saya mempercayakan hidupku untuk dilengkapi oleh dia.
Saya sangat selektif dalam memilih teman, maka saya juga berhak selektif dalam memilih pasangan.
Orang yang membeli sepatu mungkin hanya menyesal satu atau dua minggu ketika dia memilih barang yang salah. Orang hanya akan kesal selama satu atau dua tahun jika salah memilih pekerjaan. Tapi, soal pasangan, akan seberapa menyesal jika orang telah salah memilih pasangan?
Saya ingin menyelamatkan diri dari lingkungan yang tidak sehat. Saya ingin menyelamatkan anak dan isteriku dari zina yang telah dihiasi sedemikian rupa. Aku, juga ingin memilihkan ibu yang cerdas dan salihah untuk anakku nanti. Itulah satu alasanku untuk memilih dia sebagai pasangan saya.
Satu paragraf gagasanku telah terucap dengan lancar. Aku melihat orang tuanya mengangguk-angguk setuju dengan jawabanku. Hope it will be. Aku menghela nafas sejenak, menyadari ternyata keren juga ya aku bisa mempunyai gagasan yang kuat seperti itu. Ternyata berdebat di kelas tentang teori psikologi ketika S1 ada gunanya juga hari ini.
179 notes · View notes
aksarahumaira · 4 months
Text
Yang Lemah atas Dirinya Sendiri
Tumblr media
Pernah ga sih tiap tadabbur ayat Quran, serasa ditegur berulang kali? Rasanya ayat-ayatNya diturunkan buat negur hamba-hamba yang banyak lalai dan dosanya---sambil mengaca ke diri sendiri? (khususnya aku sih...)
"Sungguh, Hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. Maka janganlah engkau dipalingkan dari (Kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepada-Nya dan oleh orang yang mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa." (QS. Thaha: 15-16)
Padahal ayat ini bilang "jangan biarkan siapapun ngejauhin kamu dari shalat dan mengingat akhirat." Orang-orang yang dimaksud di ayat 16 adalah orang-orang yang mungkin ada banyak di zaman ini, mereka yang merasa dirinya sudah baik, engga perlu mikirin perkara agama, apalagi shalat dan mengingat akhirat. Orang yang mengikuti keinginan kosongnya.
Tapiii.... aku yang fakir ilmu ini malah mikir, "gimana kalau orang yang dimaksud dalam ayat ini tuh aku terhadap diriku sendiri?!". Gimana kalau justru diri kita sendiri yang ngebuat kita lalai dari mengingat Allah?.
Tiba-tiba mentorku mengingatkan tentang ayat kedua dari surat Al-Qiyamah, "Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)."
...adalah jiwa orang yang beriman yang menyesali apa yang terlewat darinya; jiwa itu akan memarahi dirinya atas keburukan yang dilakukannya “mengapa kamu melakukannya!” dan memarahi dirinya atas kebaikan “mengapa kamu tidak memperbanyaknya.”
Apa memang seharusnya kita lebih sering menengur diri kita sendiri yang lemah akan kelalaian?
Semoga Allah lembutkan hati kita yang banyak lalainya :")
Depok, 9 Mei 2024. Sudah lama tidak menulis~
20 notes · View notes
anidarhy · 19 days
Text
Manisnya Iman
Pada dasarnya, Hati hanya ingin halawatul iman, manisnya iman. Manisnya iman merupakan kepuasan hati, kepuasan jiwa. Adapun kepuasan syahwat seperti banyaknya harta bukanlah berarti kepuasan hati.
Bukankah ketika di Surga, kepuasan jiwa adalah kepuasan ternikmat? Ketika dikatakan padanya selamat, dan puncaknya adalah melihat sang Maha Indah, Rabbul 'alamin. Bukankah ini bentuk-bentuk kepuasan jiwa? Ya, kepuasan jiwa lebih hebat dibanding kepuasan syahwat atau kepuasan fisik.
Ketika seseorang menolak suatu pekerjaan tertentu, karena alasan prinsip disertai syariat. Mungkin sebagian rekannya merasa kasihan dengan kesederhanaannya atau gajinya yg tidak sebesar mereka. Berbagai tawaran menghampirinya, tetap ia tolak. Sebab mereka tidak tahu, bahwa ia telah menikmati manisnya iman yg tidak dirasakan oleh mereka di pekerjaannya itu.
Artinya dalam real life mungkin bisa kita analogikan gini, besarnya nominal (betul, kepuasan syahwat) tapi belum tentu ia merasakan manisnya iman (kepuasan hati) dari hasil pekerjaan tersebut.
Untuk merasakan apa yg ia rasakan (manisnya iman). Maka lakukan apa yg ia lakukan (misal berusaha taat dalam segala aspek). Hidup cuma sekali, rugi besar tidak merasakan kenikmatan iman. Maka, Tak usahlah risau dgn dia, dia sudah mendapatkan kepuasan lebih dari apa yg kamu dapatkan, kok. Yakni, Kepuasan hati dari manisnya Iman.
Sari-sari penjelasan Riyadhusshalihin episode 1507. Simak lengkapnya di youtube
Tumblr media
2 notes · View notes