Tumgik
#kitbuqa
Text
1260 - The Mongol expansion had reached the Middle East, and their power enabled them to crush the established states up to the Holy Land. The Holy Land was being claimed by an Egyptian Dynasty with Turkic origins, and as such, would also have mastery of horsemanship and archery. Would the Mongols meet their match?
ainjalut #galilee #jezreelvalley #mongol #mamluk #mongolempire #qutuz #kitbuqa
0 notes
Tumblr media
THE BATTLE OF 'AYN JALUT, SEPTEMBER 1260
'Ayn Jalut stands tall as the most famous Mongol defeat; a Mamluk army commander by Sultan Qutuz and Baybars defeated a Mongol force under Kitbuqa Noyan.
The battle though is a surprisingly tough one to study; it's noted in numerous contemporary sources, but most descriptions only focus on a small aspect, and none give an overall account. The closet we get to an overview is the version given by Rashid al-Din, which makes the battle a feigned-retreat employed by the Mamluks... except this version is totally contradicted by all the Mamluk versions of the battle. Given that Rashid al-Din's account also features a dramatic lengthy, and fictional, speech between Kitbuqa and Qutuz, it seems Rashid's entire version is probably his creation.
The best reconstructions (based off the accounts from Mamluk chronicles and other contemporaries) suggest that the battle took the following form:
1) Mongols arrive first at 'Ayn Jalut; a period of skirmishing between the Mamluk vanguard under Baybars and the Mongols. Baybars withdraws to await arrival of Qutuz with the main army
2) on September 3rd, the Mamluk force arrives at 'Ayn Jalut and form up for battle early in the morning. They begin to slowly advance against the Mongols
3) Kitbuqa responds with attacks along the Mamluk line; volleys of arrows before charging in with Mongol heavy cavalry. Kitbuqa appears to underestimate Mamluk resolve and expects they will break quickly
4) the Mongol charge forces the Mamluk lines back and they nearly break; Qutuz and Baybars rally the Mamluk army. The Mongols pull back, reform and lead another charge.
5) Once more the Mamluks nearly break, and again rallied by Qutuz with cries of "wa-islamah," and his personal bravery in leading a counter charge.
6) perhaps at this point in the battle, either on his own initiative or prior communication with Mamluks, the Mongols' 'Ayyubid vassal on their left flank, al-Ashraf Musa, flees the field.
Tumblr media
7) this allows Mamluks to encircle the Mongol army; likely around this point Kitbuqa is killed. His army now breaks, pursued by the Mamluks. Baybars dismounts to chase some on foot up a nearby hill.
8) there is no rallying of the Mongol army at Baysan; this is a faulty reading by al-Maqrizi in the 15th century.
9) none of the accounts of the battle support the use of firearms in the fighting; this only comes from slightly later military treatises aiming to glorify the use of these weapons.
You can learn more about Mongol wars with the Mamluks and the battle of 'Ayn Jalut in my latest video:
youtube
9 notes · View notes
farilhm-blog · 5 years
Text
Sosok Yang Hilang
Seperti biasanya suasana pasar pagi itu sangatlah ramai. Semua orang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Para pedagang dengan begitu semangatnya menjajakan serta barang dagangan mereka kepada semua pengunjung pasar yang melintas di depan lapak-lapak dagangan mereka. Tak hanya pedagang yang sibuk pagi itu, kuli angkut pun sudah bercucuran keringat sebelum matahari sempurna menampakkan dirinya. Dengan seluruh kesibukan pasar tersebut, tak ayal pasar tersebut menjadi pasar tersibuk di seantero negri mesir yang saat itu berada dibawah kekuasaan dinasti mamluk.
Ditengah-tengah kesibukan semua orang pagi itu. Segerombolan anak kecil dengan riangnya berlarian di antara lapak-lapak pedangang. Saat mereka asik berlarian saling mengejar satu sama lain. salah satu diantara anak-anak itu menabrak lapak penjual tembikar yang membuat dagangannya berantakan dan beberapa diantara pecah karena jatuh dari tumpukan yang paling atas. Habislah anak itu dimarahi dan dimaki oleh sang pemilik lapak tersebut. Melihat adik kembarnya dimarahi dan dimaki oleh pemilik lapak Sang kakak pun langsung membela adiknya disaat semua teman bermainnya memilih berdiam diri dan bersembunyi di balik barang dagangan yang ada disekitar mereka. Akhirnya kedua saudara kembar itu pun dimarahi oleh pemilik lapak tembikar.
Setelah habis dimarahi, mereka pun kembali ke rumah mereka dalam keadaan Si adik menangis karena masih takut akan amarah penjual tembikar di pasar. Sesampainya di rumah ibu mereka langsung menanyakan apa yang menyebapkan Si adik menangis. “Kenapa Syakir menangis?” tanya ibu “Aku habis dimarahi oleh penjual tembikar bu” jawab Syakir “Apa yang membuat penjual tembikar itu marah padamu nak?” “Aku memecahkan barang dagangannya bu” “Pantas saja kamu dimarahi, lain kali hati- hati jika sedang bermain dan jangan berlebihan. Kalian terlihat sangat kotor, bersihkanlah tubuh kalian! Setelah itu langsunglah ke dapur ibu sudah membuat makan siang untuk kalian” Baik bu!” patuh kedua saudara kembar tersebut.
Keesokan harinya Syukur dan Syakir bangun pagi-pagi sekali karena hari ini ayah mereka pulang setelah berdagang keluar mesir selama tiga bulan. Pagi itu senyum mereka tak henti-hentinya tersimpul dari bibir mereka. Mereka sudah sangat rindu dengan sosok ayah mereka. Ketika matahari terik menyinari bumi mesir sosok yang mereka tunggu pun sampai. Dengan begitu gembira mereka berdua langsung memeluk sosok ayah dengan penuh kerinduan. Hari itu pun dihabiskan mereka menceritakan semua yang terjadi saat ayah mereka berdagang keluar mesir.
Satu bulan berlalu, tiba saatnya untuk ayah mereka kembali pergi berdagang bersama kafilah dagannya ke luar negri mesir. Berbeda dengan kepergian – kepergian sebelumnya, pada kepergian kali ini ayah mereka menawarkan untuk mereka ikut berdagang ke luar negri mesir. Negri yang dituju pada perjalanan kali ini adalah Negri Cina. Dengan begitu antusiasnya mereka langsung mengiyakan tawaran ayahnya. Setelah semua perbekalan siap, berangkatlah kafilah dagang yang didalamnya terdapat saudara kembar Syukur dan Syakir.
Kafila dagang itu tiba dengan tepat waktu sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Syakir dan Syukur pun begitu senang dan antusias dengan negri tersebut karena fisik rakyat cina yang begitu berbeda dengan orang mesir. Dan hari-hari mereka di negri cina pun dilalui dengan penuh kegembiran karena mereka mendapatkan banyak pengetahuan baru yang tidak ada di kampung halaman mereka. Tapi semua itu hilang sudah ketika rombongan itu selesai dengan urusan perdagangan di negri cina. Ketika mereka menempuh perjalanan pulang kafila dagang itu dirampok yang menyebapkan setengah dari rombongan tersebut meninggal dan mirisnya ayah mereka termasuk kedalam korban keganasan perampok tersebut. Tak hanya itu, Syukur pun tak ditemukan diantara mayat-mayat dan orang yang selamat. Hal itu menyebakan Syakir menangis tersedu-sedu. Dengan penuh kesedihan rombongan yang tersisa kembali ke mesir dengan membawa kesedihan yang mendalam.
Sesampainya di mesir kesedihan itu semakin menjadi-jadi, ibu Syakir tak henti-hentinya menangis mendengar berita buruk tersebut. Tak terkira kesedihan yang menimpa ibu Syakir karenaditinggal suami dan anak pertamanya.
Dengan seluruh luka yang didapat pada kejadian tersebut membuat Syakir ingin membalaskan semua kesedihan yang menimpa Ia dan Ibunya. Anak 12 tahun itupun bertekad untuk menjadi seorang prajurit perang kaum muslimin agar ketika Ia bertemu dengan Para perampok Ia dapat melakukan perlawanan. Tidak seperti saat sekarang yang Ia lakukan hanya menangis tanpa bisa melakukan perlawanan berarti. Mulai hari itu Syakir berlatih setiap hari. Setiap pagi Syakir habiskan waktunya untuk berlatih fisik, mulai dari berlari, mengangkat beban, hingga berenang. Waktu siangnya Syakir gunakan untuk belajar ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya. Dan sore harinya Syakir berlatih berkuda, memanah juga bermain pedang.
Pada saat usia Syakir menginjak 19 tahun Ia pun mengikuti tes untuk menjadi pasukan tentara Muslim. Tes tersebut Syakir lakukan dengan mudah karena Ia sudah berlatih setiap hari sejak umurnya 12 tahun. Dengan keahlian berkuda yang Syakir miliki, Syakir pun diterima menjadi pasukan berkuda kaum muslimin.
Syakir muda bermetamorfisis menjadi seorang prajurit berkuda yang handal. Kecakapan Syakir dalam berkuda membuat Ia dikirim ke beberapa ekspedisi militer. Dan dalam ekspedisi militer yang ditugaskan untuknya, Syakir berhasil menyelesaikannya dengan sangat baik. Nama Syakir pun semakin terkenal dikalangan prajurit dan Syakir pun digadang-gadang akan menjadi komandan pasukan. Titel itupun akhirnya Ia dapat pada usia 22 tahun, usia yang sangat belia untuk ukuran seorang komandan pasukan.
Tak lama setelah Syakir diangkat menjadi komandan pasukan, tepatnya pada 1258 masehi terdengarlah kabar bahwa dinasti Abbasiyah di Baghdad telah luluh lantah ditaklukan oleh Dinasti Mongol. Pusat kekhalifahan umat Muslim itu hancur tak tersisa oleh kebiadapan orang-orang Mongol. Buku-buku dibakar kemudian dibuang ke Sungai Tigris, hingga warna Sungai Tigris menjadi hitam karna tinta serta hasil bakaran buku yang dibuang ke sungai tersebut. Termasuk yang menjadi korban dari keganasan Ilkhanate adalah Bait Al-Hikmah, perpustakaan terbesar pada zaman itu.
Tak hanya ilmu pengetahuan yang habis oleh keganasan bangsa mongol (Ilkhanate), korban jiwa dari penyerangan Mongol juga sangat banyak, diperkirakan dua ratus ribu hingga satu juta nyawa melayang pada penyerangan tersebut. Hingga menyebabkan Kemah dari pemimpin mereka yaitu Hulaghu Khan harus dipindahkan ke luar Kota, karena bau busuk yang sangat menyengat di dalam kota. Sungai Tigris juga berubah menjadi merah karena darah dari mayat-mayat korban penyerangan bangsa Mongol.
Mendengar kejadian tersebut sulthan yang menjabat saat itu, Saifuddin Qutuz mengambil tindakan dengan menyiapkan pasukan untuk menghadapi gempuran serangan Mongol. Beliau tahu persis kemana arah invasi Mongol selanjutnya. Serangan selanjutnya pasti ke Dinasti Mamaluk di Mesir. Beliau memanggil seluruh pasukan tentara untuk bersiap melawan keganasan Dinasti Mongol dan menunjuk Ruknuddin Baibars sebagai panglima perang.
Segala persiapan pun dimulai, pandai besi mulai menempa besi-besi untuk dijadikan pedang juga anak panah , baju-baju perang mulai dikeluarkan dari gudang persenjataan, kuda-kuda gagah mulai dikeluarkan dari kandang pemeliharaan. Termasuk Syakir pun menyiapkan seluruh keperluan perang. Syakir sudah sangat menanti kesempatan ini, dendam lama tentang keluarganya yang berantakan karena perompak yang berasal dari bangsa Mongol terus membara setiap hari.
               Ketika semua persiapan sudah selesai, Saifuddin Qutuz memanggil semua komandan pasukan untuk membahas tentang strategi yang akan digunakan pada peperangan ini. Rapat pun dimulai, Syakir pun turut hadir dalam rapat itu untuk merumuskan strategi yang akan digunakan. Setelah perdebatan yang cukup panjang karena sebagian komandan pasukan yang gentar ketika mendengar bahwa yang akan mereka hadapi adalah Ilhkanate yang telah menghancurkan Baghdad. Akhirnya strategi yang digunkan adalah mereka tidak akan menunggu Mongol sampai ke pusat pemerintahan Dinasti Mamaluk, melaiinkan mereka akan menghadapi mereka di daerah bernama Ain Jalut.
               Hari pertempuran pun tiba, tepat pada tanggal 3 September 1260, dua tahun setelah Baghdad luluh lantah oleh Mongol. Terdapat kurang lebih 20.000 pasukan muslim yang siap berperang melawan Ilkhanate yang dikomandoi oleh Ruknuddin Baibars. Di sisi yang berlawanan Hulaghu Khan menunjuk Kitbuqa sebagai panglima perang dengan 20.000 pasukan yang dikomandoinya. Kedua belah pihak berkemah di tanah suci Palestina.
               Panglima Baibars memilih taktik dengan memancing keluar pasukan berkuda Mongol yang terkenal hebat sekaligus kejam kearah lembah sempit. Setelah sampai di lembah sempit, pasukan Mongol pun terjebak pada lembah sempit itu kemudian pasukan berkuda Muslimin menyerang dengan kekuatan penuh setelah mereka bersembunyi di dekat lembah tersebut.
               Syakir pun ikut serta pada serangan balik tersebut. Dengan kemampuan berkuda dan memainkan pedangnya, banyak prajurit mongol yang meregang nyawa karena Syakir. Ketika sudah banyak prajurit yang Syakir lawan ia bertemu sosok yang sangat tak asing baginya. Dengan penuh pertanyaan serta kebingungan Syakir menatap sosok tersebut. Syakir yakin sekali yang Ia lihat adalah kakaknya.
               Syakir pun menghampiri sosok tersebut sambil berteriak “Syukuuur!!!”, sosok tersebut tidak bergeming sama sekali ia masih sibuk mengayunkan pedangnya kepada lawan tandingnya. Makin bingung Syakir dengan tanggapan dari sosok tersebut, sampai akhirnya lawan tanding sosok tersebut telah kalah dan Syakir pun menjadi lawan selanjutnya.
               Adu pedang antara mereka pun dimulai, nampak percikan-percikan api kecil terlahir dari pedang mereka yang beradu. Keringat pun bercucuran dari dua pria gagah tersebut. Tak bisa dipungkiri kemampuan bertarung yang dimiliki oleh sosok yang mirip dengan Syukur tak bisa diremehkan. Syakir yang seorang komandan pun cukup kewalahan dalam menghadapinya. Disela-sela pertarungan tersebut Syakir masih memanggil-manggil “Syukur itulah kau???!!”  sosok tersebut masih diam tak bergeming. Sampai akhirnya pukulan telak mengenai wajah Syakir yang menyebabkan Syakir tersungkur dan pelipisnya berdarah.
               Tak menyerah, Syakir pun bangkit dan mengayunkan pedangnya ke arah kaki kanan sosok yang mirip dengan Syukur, sosok tersebut pun tersungkur karena serangan tiba-tiba itu. Syakir pun menghampiri dan mengarahkan pedangnya ke leher sosok tersebut dan berkata “Syukur! sadarlah ini aku adikmu Syakir!” masih tak bergeming, bahkan sosok tersebut malah mengambil kesempatan untuk membalikan keadaan ketika Syakir lengah. Keadaan pun terbalik kini pedang yang tadinya dihunuskan oleh Syakir malah berbalik menghunus kearah dirinya. Syakir masih yakin bahwa sosok itu adalah kakaknya. Syakir pun tak menyerah Ia kembali menyerukan semua peristiwa-peristiwa yang mereka pernah alami sambil berkata “ Syukuuur!!! Sadarlah!!!”.
               Semakin sering Ia menuturkan semua kenangan indah mereka, sosok tersebut semakin ragu dengan apa yang dilakukannya. Melihat kelengahan tersebut Syakir pun memanfaatkannya, Ia bangkit dan menendang pedang itu jauh-jauh. Syakir pun mendekat dan menatap mata sosok tersebut. Jelas sekali tatapan kosong yang Syakir lihat, mata itu seperti mata orang yang telah kehilangan akal sehatnya. Sekali lagi Syakir berteriak “ Syukuur!!! Sadarlah!! Ibu sangat menantimu di rumah”. Mendengar kata ibu mata kosong tersebut mulai mengalirkan air mata, perlahan mata kosongnya memudar dan mulai jelas cahaya pada bola matanya.
               Syukur pun sadar, setelah sekian lama pikirannya dicuci serta ingatannya dihilangkan oleh Bangsa Mongol. Ingatan Syukur menghilang karna setelah penyerangan terhadap kafila dagang tersebut Ia diambil dan dijadikan budak oleh para perompak. Kemudian Ia disiksa dan dijadikan pasukan perang oleh Bangsa Mongol. Pada saat penyiksaan itulah Syukur kehilangan ingatannya karena benturan yang cukup keras pada bagian kepalanya.
               Air mata pun mengalir deras dari kedua bola mata Syukur, ingatan-ingatan indah kecilnya kembali tergambar jelas, wajah ibunya yang sudah lama hilang kembali nampak dalam pikirannya. Syukur pun memeluk erat Syakir. Mereka berdua pun kembali ke Mesir dan Umat Islam pun memenangkan peperangan tersebut.
               Sesampainya di kota kelahiran mereka, ibu mereka pun kaget dengan pemandangan yang Ia lihat. Anak pertamanya yang Ia kira sudah meninggal ketika perampokan kafila dagang yang menewaskan suaminya kini berdiri dihadapannya. Air mata pun terurai dari bola mata Sang Ibu, rasa bahagia yang tak bisa didefinisikan dengan apapun meluap-luap di dalam hatinya. Syukur pun merasakan hal yang sama, rasa rindu yang telah terpendam bertahun-tahun kini telah terobati setelah bertemu sosok Ibunda. Syukur berlari dan langsung memeluk dengan erat Ibunya, pelukan hangat yang telah hilang selama belasan tahun kini telah ia rasakan kembali.
0 notes
belajarislamonline · 7 years
Photo
Tumblr media
Peristiwa di Bulan Ramadhan: Pertempuran Ain Jalut
(25 Ramadan 658 H / 3 September 1260 M)
Pertempuran Ain Jalut adalah pertempuran yang terjadi di Palestina Utara antara tentara Muslim dari Bani Mameluk (Mesir) dengan tentara Mongol. Dalam perang itu, untuk pertama kalinya bangsa Mongol mengalami kekalahan telak dan tidak mampu melakukan pembalasan. Padahal Mongol (Tartar) telah menguasai banyak daerah Islam dan berhasil menjatuhkan Khilafah Abbasiah. Mereka juga telah membunuh Khalifah Mu’tashim Billah di Baghdad pada 656 H/1256 M.
Pertempuran ini berawal dari ambisi Hulaku (Hulega), cucu Genghis Khan, yang berniat menaklukkan Mesir dan Maghribi setelah ekspansi Mongol meluas sampai ke wilayah Gaza. Hulaku mengirim kurir untuk mengantarkan surat ancaman kepada Mahmud Saifudin Qutuz selaku penguasa wilayah Mesir. Isi suratnya antara lain berbunyi, “Kami telah menghancurkan tanah itu, menjadikan anak-anak mereka yatim-piatu, menyiksa dan membunuh mereka, serta menjadikan pemimpin mereka tawanan. Apakah Anda pikir Anda bisa melepaskan diri dari kami?”
Sultan Qutuz memberikan jawaban yang tak diduga oleh pimpinan Mongol. Delegasi Mongol dibunuh dan mayat mereka dibiarkan tergantung di dalam kota. Kedua belah pihak kemudian berkemah di tanah suci Palestina pada bulan Juli 1260 dan akhirnya berhadapan di Ain Jalut pada tanggal 3 September dengan kekuatan yang hampir sama yaitu ± 20.000 tentara. Bani Mameluk saat itu dipimpin oleh Mahmud Saifuddin Qutuz dan panglima Baibars, sedangkan tentara Mongol dipimpin panglima Kitbuqa.
Taktik yang dipakai oleh panglima Baibars adalah dengan memancing keluar pasukan berkuda Mongol yang terkenal hebat sekaligus kejam ke arah lembah sempit sehingga terjebak, baru kemudian pasukan kuda mereka melakukan serangan balik dengan kekuatan penuh yang sebelumnya memang sudah bersembunyi di dekat lembah tersebut. Taktik ini menuai sukses besar. Pihak Mongol dipukul mundur dan panglima perang mereka, Kitbuqa berhasil ditawan dan akhirnya dieksekusi.
Pertempuran Ain Jalut menjadi tempat pertama kali dipakainya senjata mutakhir  berupa peluru bubuk mesiu pada tombak api dan meriam genggam yang disebut “midfa”. Berdasarkan catatan sejarah, komposisi bubuk mesiu yang dipakai pada pertempuran Ain Jalut ada empat jenis campuran bubuk. Bubuk yang daya ledaknya paling tinggi memiliki komposisi yang hampir serupa dengan bubuk mesiu modern, terdiri atas potasium nitrat, sulfur, dan karbon. Campuran ini memiliki kekuatan yang lebih besar daripada bubuk mesiu yang ada di Tiongkok dan Eropa pada masa itu.
Pertempuran ini pun mendapat dukungan ulama di garis belakang, yaitu Syekh-ul-Ulama’ Al-Izz bin AbdisSalam. Beliaulah yang mengobarkan semangat, jihad melalui mimbar-mimbar masjid. Beliau juga yang menyerukan kepada rakyat untuk menyediakan perlengkapan perang.
Sumber:
http://ift.tt/2rvVfEw
http://ift.tt/2s53bcZ
Filed under: Lamhah Tarikhiyyah Tagged: Ain Jalut, Ramadhan Baca selengkapnya di: http://ift.tt/2s5sFXK
0 notes
belajarislamonline · 7 years
Link
(25 Ramadan 658 H / 3 September 1260 M)
Pertempuran Ain Jalut adalah pertempuran yang terjadi di Palestina Utara antara tentara Muslim dari Bani Mameluk (Mesir) dengan tentara Mongol. Dalam perang itu, untuk pertama kalinya bangsa Mongol mengalami kekalahan telak dan tidak mampu melakukan pembalasan. Padahal Mongol (Tartar) telah menguasai banyak daerah Islam dan berhasil menjatuhkan Khilafah Abbasiah. Mereka juga telah membunuh Khalifah Mu’tashim Billah di Baghdad pada 656 H/1256 M.
Pertempuran ini berawal dari ambisi Hulaku (Hulega), cucu Genghis Khan, yang berniat menaklukkan Mesir dan Maghribi setelah ekspansi Mongol meluas sampai ke wilayah Gaza. Hulaku mengirim kurir untuk mengantarkan surat ancaman kepada Mahmud Saifudin Qutuz selaku penguasa wilayah Mesir. Isi suratnya antara lain berbunyi, “Kami telah menghancurkan tanah itu, menjadikan anak-anak mereka yatim-piatu, menyiksa dan membunuh mereka, serta menjadikan pemimpin mereka tawanan. Apakah Anda pikir Anda bisa melepaskan diri dari kami?”
Sultan Qutuz memberikan jawaban yang tak diduga oleh pimpinan Mongol. Delegasi Mongol dibunuh dan mayat mereka dibiarkan tergantung di dalam kota. Kedua belah pihak kemudian berkemah di tanah suci Palestina pada bulan Juli 1260 dan akhirnya berhadapan di Ain Jalut pada tanggal 3 September dengan kekuatan yang hampir sama yaitu ± 20.000 tentara. Bani Mameluk saat itu dipimpin oleh Mahmud Saifuddin Qutuz dan panglima Baibars, sedangkan tentara Mongol dipimpin panglima Kitbuqa.
Taktik yang dipakai oleh panglima Baibars adalah dengan memancing keluar pasukan berkuda Mongol yang terkenal hebat sekaligus kejam ke arah lembah sempit sehingga terjebak, baru kemudian pasukan kuda mereka melakukan serangan balik dengan kekuatan penuh yang sebelumnya memang sudah bersembunyi di dekat lembah tersebut. Taktik ini menuai sukses besar. Pihak Mongol dipukul mundur dan panglima perang mereka, Kitbuqa berhasil ditawan dan akhirnya dieksekusi.
Pertempuran Ain Jalut menjadi tempat pertama kali dipakainya senjata mutakhir  berupa peluru bubuk mesiu pada tombak api dan meriam genggam yang disebut “midfa”. Berdasarkan catatan sejarah, komposisi bubuk mesiu yang dipakai pada pertempuran Ain Jalut ada empat jenis campuran bubuk. Bubuk yang daya ledaknya paling tinggi memiliki komposisi yang hampir serupa dengan bubuk mesiu modern, terdiri atas potasium nitrat, sulfur, dan karbon. Campuran ini memiliki kekuatan yang lebih besar daripada bubuk mesiu yang ada di Tiongkok dan Eropa pada masa itu.
Pertempuran ini pun mendapat dukungan ulama di garis belakang, yaitu Syekh-ul-Ulama’ Al-Izz bin AbdisSalam. Beliaulah yang mengobarkan semangat, jihad melalui mimbar-mimbar masjid. Beliau juga yang menyerukan kepada rakyat untuk menyediakan perlengkapan perang.
Sumber:
http://ift.tt/2rvVfEw
http://ift.tt/2s53bcZ
Filed under: Lamhah Tarikhiyyah Tagged: Ain Jalut, Ramadhan Baca selengkapnya di: http://ift.tt/2s5sFXK
0 notes