Tumgik
#nomad kota
palilious · 3 months
Text
Tumblr media
Kota
82 notes · View notes
anirobot · 1 year
Video
youtube
Hantit jutaavat Siperian kesässä!
0 notes
twnenglish · 7 months
Text
Inspiring story of Ritesh Agarwal: Founder, CEO of OYO Rooms
Tumblr media
Ritesh Agarwal Early Life and Education
Ritesh Agarwal was born into a business family in Bissam Cuttack, Orissa, and attended Rayagada's Sacred Heart School. For him, growing up in Rayagada, Odisha, was all about having fun and learning, but his methods were far different from those of other children. He had a lot of fun messing around with the computer and looking for opportunities to make mistakes so he could learn new things. As a result, he developed a strong interest in software! Ritesh left for Kota to join IIT in 2009, and it didn't take him long to realize that Kota was anything but a location to learn to code. He used to spend his free time relaxing and traveling. He even started drafting a book titled 'Indian Engineering Colleges: A complete encyclopedia of Top 100 Engineering Colleges,' which he ended up inscribing. This book became quite popular on Flipkart and was quickly sold out.
Success Story of Ritesh Agarwal
Let's uncover the success story of Ritesh Agarwal!
Beginning of His Entrepreneurial Journey 
Ritesh Agarwal was a nomad who traveled across the country before founding OYO, and it was during these journeys that he realized the problem with affordable motels. As a result, at the age of 17, he founded Oravel Travels, a company modeled after Airbnb. However, it later became known as OYO rooms. He saw that the issue with affordable hotels was more than just availability, so in May 2013, he established OYO to address additional difficulties.
Ritesh Agarwal Net Worth
Ritesh Agarwal is one of India's richest young men, with a net worth of around $612.1 million (Rs. 4,547 crores). According to the Hurun report, Ritesh Agarwal's net worth has decreased, and he has lost his billionaire status as a result of COVID-19.
According to Wikipedia, Ritesh earned the title of India's second-youngest billionaire in 2021.
Kevin David Lehmann took the top spot as the world's youngest billionaire, with a net worth of $3.3 billion, according to Forbes' 2021 list.
He was a billionaire withholding $1.1 billion, according to Hurun Rich List 2020.
Launch of OYO 
OYO Rooms reached out to prospective hotels, or a hotel owner may reach out to them, and OYO's team would visit the location, audit the hotel to identify the improvements that would be required to standardize the property according to OYO standards and share the information with the hotels. Following the launch, Bhawna Agarwal, the former CEO of e-commerce giant SeventyMM, joined the team to provide crucial business advice. Ritesh was awarded a fund of 30 lakhs from VentureNursery, a startup accelerator that brought together a group of investors to nurture entrepreneurs. OYO Rooms raised 14 crores from DSG Consumer and four crores from LightSpeed Venture later in 2014.
The meaning of OYO is “ON YOUR OWN”
OYO Rooms reached out to prospective hotels, or a hotel owner may reach out to them, and OYO's team would visit the location, audit the hotel, and share the findings with the hotels. Bhawna Agarwal, the former CEO of e-commerce giant SeventyMM, was back in the team to provide business advice. Ritesh was awarded a fund of 30 lakhs from VentureNursery, a startup accelerator that brings together a group of investors to help entrepreneurs grow. OYO Rooms raised 14 million dollars from DSG Consumer and 4 million dollars from Lightspeed Venture later that year.
To Read This Full ARTICLE, Click Here
0 notes
padangkita · 11 months
Text
Pemko Padang Matangkan Persiapan Kedatangan Rombongan Campervan International 
Padang, Padangkita.com – Pemerintah Kota Padang matangkan persiapan untuk menyambut rombongan Campervan International atau pegiat wisata minat khusus Nomadic asal Swiss dan Jerman akan singgah ke Sumatra Barat khususnya Kota Padang. Bertempat di gedung Bagindo Aziz Chan Youth Center Padang, Dinas Pariwisata Kota Padang menggelar rapat kordinasi serta menampung sejumlah masukan dari berbagai pihak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
latribune · 1 year
Link
0 notes
benamood · 1 year
Text
Makanan adalah Cara Paling Demokratis Menikmati Perbedaan
Lagi-lagi soal memasak dan makanan. Awalnya saya berfikir bahwa makanan adalah hal biasa karena itu adalah kebutuhan. Namun seiring berjalan waktu dan usia tanpa saya sadari, ternyata makanan adalah cara paling demokratis untuk kita mengerti sekitar dan belajar menerima perbedaan. Sejauh mana lidahmu bisa menerima masakan orang lain? Apakah kita terlalu egois dengan lidah yang terbiasa dengan masakan ibu kita di rumah. belum cukup demokratiskah kita dengan masakan orang lain? 
Dapur kebersamaan adalah gagasan yang cukup menyita perhatian saya. Awal saya mendengar gagasan tersebut dari sebuah vidio di Youtube yang menceritakan seorang nomad yang hobbi berkelana. Berkelana baginya adalah kehidupan, ia bisa menemukan interaksi sosial dalam perjalanannya dan menemukan jati diri selama interaksi sosial itu berlangsung. Intereraksi sosial menuntut adanya perkumpulan dan interaksi satu sama lain. Maka ia selalu menciptakan dapur kebersamaan di setiap perjalanannya, berpindahnya ia dari satu rumah ke rumah yang lainnya, dari satu kawan ke kawan yang lainnya. 
Dapur kebersamaan ialah dapur yang mengajarkan arti hidup. Di dalam dapur tersebut kamu akan menemukan kebersamaan dan kehangatan dalam satu meja makan yang dipenuhi makanan sederhana, meski sederhana bukan berarti ia bernilai kecil, tidak. Kamu dituntut berperan aktif untuk mencairkan suasana sekitarmu, kamu tak lantas diam dan makan saja. makanan hanya sarana agar kamu dan yang lainnya berkumpul, ruang telah tercipta maka berperanlah. 
Saya yakin setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda. Jika pun sama pasti dengan cerita atau kisah yang berbeda. 
Ketika dapur kebersamaan itu terjadi maka ceritakanlah apa yang kamu alami dan rasakan,  ceritakanlah dalam satu meja kecil sederhana di temani alunan irama tawa dan canda kebersamaan dirimu dan yang lainnya. Betapa indahnya, kan?
Bisa dibilang saya termasuk pribadi yang beruntung yang sempat merasakan dapur kebersamaan tersebut. Baik itu dalam ruang lingkup kecil, keluarga di rumah. Maupun ruang lingkup besar, keluarga di dalam perantaun dan sanak saudara di luar kota misalnya. Karena faktanya, banyak dari kawan saya sendiri pun yang turut tidak merasakan dapur kebersamaan, mereka tak memiliki ruang perkumpulan bersama anggota keluarganya. Akibatnya Keluarga tidak menjadi ruang kembali untuk menemukan kebahagian.
1 note · View note
Text
Mengenal Digital Nomad
Tumblr media
Digital nomad adalah orang yang bekerja secara mandiri dan menghasilkan pendapatan dengan menggunakan teknologi digital, seperti laptop, smartphone, dan akses internet, dari mana saja di dunia. Gaya hidup digital nomad ini memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi dunia sambil menjalankan bisnis atau karir mereka, tanpa terikat pada satu lokasi fisik tertentu.
Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi global telah memungkinkan banyak pekerjaan dilakukan secara online atau jarak jauh, memungkinkan digital nomad untuk bekerja di mana saja, kapan saja. Misalnya, pekerjaan di bidang teknologi, desain grafis, penulisan, penerjemahan, dan layanan konsultasi adalah jenis pekerjaan yang sangat cocok untuk digital nomad.
Digital nomad memiliki kebebasan untuk memilih tempat di mana mereka ingin bekerja. Mereka dapat memilih tempat-tempat eksotis atau tempat yang lebih terpencil dan tenang, seperti pulau tropis, pegunungan, atau kota-kota kecil. Mereka juga dapat memilih untuk bekerja dari rumah atau kafe, tergantung pada preferensi pribadi mereka.
Meskipun gaya hidup digital nomad memberikan kebebasan dan fleksibilitas, namun juga memerlukan keterampilan manajemen waktu yang baik serta kemampuan untuk menavigasi tantangan seperti koneksi internet yang tidak stabil atau perbedaan zona waktu.
Salah satu keuntungan utama menjadi digital nomad adalah fleksibilitas dalam mengatur waktu dan jadwal kerja. Digital nomad dapat mengatur waktu kerja mereka sendiri dan menyesuaikannya dengan aktivitas atau kebutuhan pribadi lainnya. Misalnya, mereka dapat bekerja pada malam hari atau akhir pekan jika itu lebih cocok bagi mereka. Mereka juga dapat mengambil waktu liburan ketika mereka membutuhkannya dan bekerja lebih keras di lain waktu.
Selain fleksibilitas waktu, digital nomad juga memiliki fleksibilitas dalam memilih pekerjaan mereka. Mereka dapat memilih pekerjaan yang mereka sukai dan yang cocok dengan keahlian mereka. Mereka juga dapat memilih pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk bekerja jarak jauh.
Namun, ada juga tantangan dalam menjadi digital nomad. Salah satunya adalah kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang stabil. Karena mereka sering berpindah-pindah tempat, digital nomad mungkin kesulitan dalam membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang lain atau menemukan teman yang dekat.
Selain itu, digital nomad juga dapat menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Dengan fleksibilitas yang diberikan, seringkali sulit bagi digital nomad untuk memisahkan antara waktu kerja dan waktu bersantai.
Selain itu, ada juga tantangan praktis seperti mencari akses internet yang stabil dan memadai di tempat-tempat baru, menjaga kesehatan mental dan fisik, serta menghadapi perbedaan bahasa dan budaya.
1 note · View note
sinemeter · 1 year
Text
nomadland
Tumblr media
“I’m not homeless. I’m just houseless.”
Fern mengendarai mobil van-nya menuju Quartzsite di Arizona, sebuah gurun yang dijadikan titik kumpul tahunan para nomad yang─sama seperti dirinya─menghabiskan sisa hidup mereka mengembara ke setiap sudut Amerika tanpa pernah mau menetap.
Rubber Tramp Rendezvous (RTR) digelar tiap tahun di Quartzsite, Arizona. Acara kumpul-kumpul itu digagas oleh Bob Wells, “nabinya” kaum nomad di Amerika, suri teladan bagi orang-orang yang memilih tinggal di dalam van─atau mungkin juga mobil yang lebih besar lagi. Tujuan acara itu besar dan penting, yaitu sebagai wadah support system bagi para pelaku nomad yang walaupun mereka asing satu sama lain namun rasa senasib sepenanggungan membuat mereka saling menguatkan, saling mengisi energi, saling berbagi kisah dan tawa.
Tentu ada sesi ceramah dari Bob Wells yang disaksikan serentak oleh para nomad sambil duduk di atas kursi lipat masing-masing. Ia berapi-api mengutuk kapitalisme, mengutuk “tirani dollar”, dan mengakui para nomad sebagai korban dari sistem ketamakan yang berlangsung lama di Amerika. Ia tak segan menyebut nomad sebagai kelas yang terbuang dari masyarakat, kelas yang mungkin tidak diakui keberadaannya dalam sistem kewargaan modern karena pengembara tidak punya teritori pribadi yang tangible. Apalagi para nomad itu adalah manusia-manusia lanjut usia, yang sudah berada di luar barisan tenaga kerja produktif, merekalah para orang tua malang yang terusir dari rumah gara-gara situasi ekonomi dan harus “berjuang” di jalanan untuk menyambung hidup.
Resesi Besar yang menerjang Amerika mendorong banyak perusahaan gulung tikar atau memangkas banyak karyawan terutama karyawan usia senior yang “dipaksa” pensiun lebih cepat. Fern (Frances McDormand) adalah salah satu korban. Sebelumnya ia bekerja sebagai karyawan HRD di sebuah pabrik gipsum besar yang terletak di kota industri Empire, Nevada. Di kota itu ia telah tinggal selama bertahun-tahun di sebuah rumah dinas pemberian kantornya. Sayangnya, Resesi Besar membuat perusahaan itu bangkrut seketika. Bukan hanya itu, seisi kota Empire pun harus ikut “ditutup” karena tak bisa lagi beroperasi, sehingga Fern harus terkena imbas terusir dari rumah di usia 60 tahunan dan harus mencari pekerjaan baru.
Fern memilih menjual beberapa barang milik pribadinya demi membeli sebuah mobil van bekas. Ia memilih hidup mengembara di jalan, mencoba peruntungan dari pekerjaan-pekerjaan kecil dan temporer yang bisa ia dapatkan di daerah-daerah yang ia singgahi. Ia mendedikasikan dirinya sebagai pengembara full-time, tak mau lagi menambatkan hati di satu kota, rumah, atau perusahaan karena ia tahu bahwa yang dibutuhkan untuk berdamai dengan kesedihannya adalah perspektif yang baru. Dan untuk mendapat perspektif yang baru itu maka ia pun harus menjadi orang yang baru dengan menjalani pengalaman hidup yang baru pula.
Apa yang disampaikan Bob Wells dalam ceramahnya bukanlah sebentuk orasi untuk membakar semangat protes atau berdemonstrasi menggugat pemerintah. Yang duduk di hadapannya adalah orang-orang tua yang, sama seperti dirinya, sudah tidak pantas lagi membikin huru-hara. Apa yang disampaikan Bob justru sebenarnya bertujuan memadamkan api amarah, luka, atau sakit hati yang masih tersisa dalam perasaan para nomad. Ketika Bob mengumpamakan mereka sebagai, “The workhouse that is willing to work itself to death and then be put out to pasture. And that’s what happens to so many of us”: poin utama yang disampaikannya adalah mengenai empati, kebersamaan, dan kekuatan untuk menerima kondisi diri dengan perasaan lapang.
Sebagai outsider, yang terpenting bagi mereka adalah tidak berkubang terlalu lama mendefinisikan kekalahan. Yang terpenting adalah memanfaatkan waktu dan momentum yang ada dengan sebaik-baiknya agar bisa memaknai setiap keadaan yang menimpa sebagai peluang kelahiran diri yang baru.
Dan khusus bagi Fern, inilah fase terbaiknya untuk mengganti ingatan-ingatan lamanya dengan sesuatu yang lebih layak diingat lama-lama.    
Memutar Arah, Menyatu dengan Alam
Di usia 60-an, Fern sebatang kara. Suaminya meninggal dunia, perusahaan tempatnya bekerja bangkrut dan bersamaan dengan itu lingkungan tempat tinggalnya dikosongkan. Bahkan, seisi kota tempatnya tinggal dikosongkan. Dengan kemungkinan mendapatkan pekerjaan baru yang sangat kecil di kotanya itu, maka Fern memutuskan untuk pergi mengembara di dalam van, menyerahkan nasibnya kepada lintasan aspal yang akan membimbing pencariannya.
Ia memotong rambutnya jadi sangat pendek. Entah untuk buang sial atau sebagai pernyataan bahwa dirinya siap menjadi orang yang baru. Belum pernah sebelumnya ia tinggal di dalam van dan hidup di jalan, maka keputusannya itu tentu merupakan langkah yang amat besar sekaligus berani. Ia mempersiapkan banyak hal; kasur, kabinet kayu, toilet duduk, piring-piring peninggalan almarhum ayahnya, semua itu ia tempatkan di dalam van-nya. Jelas sekali ia merencanakan untuk hidup lebih lama di dalam van, bahkan mungkin sampai akhir hayatnya ia akan terus berperan sebagai nomad.
Bukan hal yang mudah untuk menjalani hidup sebagai nomad sendirian, apalagi di masa-masa permulaan. Setiap kali memasuki kota atau area baru, hal utama yang dicari Fern adalah motel atau perkemahan RV dan lowongan pekerjaan. Yang pertama cenderung lebih mudah didapatkan daripada yang kedua. Pasar tenaga kerja tidak lagi menyediakan kerjaan kantoran untuk orang-orang seusia Fern, orang-orang yang justru tidak boleh terlalu banyak melakukan aktivitas fisik. Tapi ironisnya, pekerjaan-pekerjaan kasar adalah opsi terbaik yang dimiliki Fern saat ini, tipe-tipe pekerjaan kontrak pendek yang tidak bisa menjamin pemenuhan kebutuhan finansial di hari tua.
Fern harus mengambil pekerjaan-pekerjaan seperti itu demi bertahan hidup sebagai seorang nomad. Maka ia pun bekerja sebagai karyawan packing di pabrik Amazon, staf kitchen di restoran cepat saji lokal, staf operasional di Taman Nasional Badlands, sampai buruh di sebuah pabrik pengolahan gula. Semuanya bukan pekerjaan tetap, tidak terikat kontrak panjang, dan gaji yang didapat tentu tidak cukup untuk disisihkan menabung. Namun Fern tetap membutuhkannya, bukan semata-mata karena butuh uang tapi karena ia juga butuh mengaktualisasikan dirinya dengan bekerja; tanpa gengsi, tanpa banyak minta, dan tanpa penyesalan.  
Justru dari melakoni pekerjaan-pekerjaan “remeh” itulah Fern dipertemukan dengan orang-orang yang senasib dengannya. Fern berkenalan dengan Linda May, seorang wanita yang rambutnya sudah dipenuhi uban tapi masih tetap enerjik, yang juga jadi korban Resesi Besar. Bukan hanya itu, Linda May juga adalah seorang nomad yang mengembara dengan mobil van-nya. Dengan cepat keduanya menjalin pertemanan, berbagi aktivitas bersama di waktu luang mereka, saling bertukar kisah tentang perjalanan hidup masing-masing.
Dari Linda May-lah Fern tahu tentang Bob Wells dan event RTR-nya. Walaupun awalnya Fern sempat tak tertarik untuk datang, namun hasrat untuk berbagi rasa dengan orang-orang lain yang senasib mengubah pikirannya. Keputusan tersebut tentunya layak disyukuri Fern. RTR membawanya lebih dari sekadar berkumpul bersama para nomad manula, tapi lebih jauh lagi membimbingnya untuk membangun relasi yang kuat dengan alam sekitar. “I think connecting to nature and to a real community and tribe will make all the difference for you,” begitu nasihat Bob Wells kepadanya. “Alam” yang digarisbawahi itu tampaknya memang bukan sekadar pohon, hewan liar, atau gurun pasir, tapi lingkup besar yang meliputi jalan hidup serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Menyatu dengan “alam” adalah menyatu dengan diri, oleh karenanya ini juga adalah tentang penerimaan.
Swankie, salah seorang nomad yang kemudian sempat berinteraksi intens dengan Fern setelah acara RTR bubar, menuturkan konsep yang diyakininya tentang menyatu dengan alam:
Swankie: “I’m gonna be 75 this year and I think I’ve lived a pretty good life. I’ve seen some really neat things, kayaking, all those places. And, you know, moose in the wild. A moose family on a river in Idaho. And big, white pelicans landing just six feet over my kayak on a lake in Colorado. Or, come around a bend, was a cliff, and find hundreds and hundreds of swallow nests on the wall of the cliff. And the swallows flying all around. And reflecting in the water so it looks like I’m flying with the swallows and they’re under me, and over me, and all around me. And the little babies are hatching out and egg shells are falling out of the nests, landing on the water and floating on the water. These little white shells. It’s like, well, just so awesome. I felt like I’d done enough. My life was complete. If I died right then, that moment, it’d be perfectly fine.”  
Setidaknya ada dua hal yang sedang berusaha diterima Fern. Yang pertama adalah tentang kehilangan pekerjaan dan kehidupan lamanya sebagai seseorang yang bisa dikatakan “settled”.  Yang kedua adalah tentang kehilangan suami tercintanya yang membuatnya sekarang harus menghadapi kenyataan pahit hidup seorang diri. Pertemuannya dengan para nomad di RTR menyadarkan Fern bahwa dirinya membutuhkan support system untuk memproses segala kejadian yang menimpanya secara lebih bijak.  Bukan support system yang membantunya mengabaikan atau mengecil-ngecilkan masalah yang menimpanya, tetapi yang membantunya membuka perspektif baru dalam memandang masalah tersebut sehingga ia pun jadi lebih siap mengatasinya.
Artinya, Fern harus bisa menyikapi pilihan hidup nomadennya bukan sebagai pelarian tapi disadari sebagai perjalanan penting yang tidak seperti perjalanan lainnya.
Tumblr media
Merentangkan Kaki, Melebarkan Mata
Suatu ketika mobil van Fern mogok dan harus masuk bengkel. Kerusakannya cukup parah dan memakan biaya sampai-sampai montir bengkel menyarankan Fern agar menjual van-nya saja. Fern yang membutuhkan uang untuk memperbaiki “rumahnya” itu akhirnya menghubungi adiknya, Dolly, untuk meminjam sejumlah dana. Fern pun datang mengunjungi rumah adik satu-satunya itu yang tampak berdiri di sebuah kompleks perumahan elit.
Kondisi Fern dan Dolly memang berbanding terbalik. Fern tampak lusuh dengan kerut-kerut di wajah hasil terpaan angin dan cuaca jalanan yang tak selalu bersahabat. Sementara Dolly tampak rapi, elegan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dengan kerut-kerut di wajah yang tampak selalu diterpa skincare dan produk-produk perawatan kecantikan lainnya. Namun, perbedaan tersebut tentu tidak menghalangi relasi hangat mereka sebagai kakak-beradik yang sudah lama tak jumpa.
Fern memang datang dengan kikuk dan mungkin juga banyak menahan rasa malu karena harus meminjam uang dari adiknya. Untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan hidup di jalan Fern akhirnya dapat kesempatan singgah di rumah lagi, tempat di mana segala kebutuhan manusiawi tersedia dalam ruang-ruang yang luas yang terlindung oleh atap. Ia pun bisa merasakan lagi tidur di atas kasur empuk di dalam kamar yang tidak membatasi ruang geraknya.
Fern boleh jadi merasa bangga dengan kehidupan mapan dan pencapaian yang dimiliki Dolly dan keluarga kecilnya. Namun, di balik itu semua, sang adik ternyata menyimpan kekaguman yang lebih besar terhadap sang kakak yang dilihatnya sebagai sosok yang tak mungkin tergantikan dalam hidupnya.
Dolly: “You left home as soon as you could, you married Bo after just knowing him a few months, and then you moved to the middle of nowhere with him. And then even after Bo passed away, you still stayed in Empire. I just didn’t get it. I mean you could have left…”
Fern: “Yeah. See, that’s why I can’t come here.”
Dolly: “I never said this to you before, and maybe I should have. You know, when you were growing up, you were eccentric to other people. You maybe seemed weird, but it was just because you were braver, and more honest than everybody else. And you could see me when I was hiding from everybody. And sometimes you could see me before I saw myself. I needed that in my life. And you’re my sister. I would have loved having you around all these years. You left a big hole by leaving.”
Bagi Dolly, Fern adalah perwujudan dari integritas dan karakter kuat yang terpupuk dari sejak mereka kecil. Bukan tentang kepemilikan harta, kelas ekonomi, atau status sosial, tapi Fern adalah tentang kepribadian, idealisme, dan yang terpenting lagi, orisinalitas, sehingga bagi Dolly dalam segala situasi Fern tetaplah sosok yang konsisten sebagai yang “satu-satunya”. Itu sebabnya Dolly tidak merasa malu sama sekali dengan kondisi kakaknya dan bahkan dengan senang hati menawarkannya untuk tinggal bersama, lebih lama.
Namun Fern tidak bisa menetap. Ia seorang nomad dan tempatnya bukan di rumah. Tawaran untuk tinggal di rumah tidak hanya datang dari Dolly, tapi juga dari seseorang bernama Dave, seorang nomad seperti dirinya yang pada satu titik memutuskan untuk “hijrah” sebagai penghuni rumah.
Fern dan Dave pertama kali bertemu di event RTR ketika keduanya terlibat barter di lapak barang bekas. Keduanya kemudian dipertemukan kembali di beberapa kesempatan secara tak sengaja dan menjalin hubungan pertemanan yang terbilang cukup dekat. Keduanya sempat mengambil kerja sambilan bareng di beberapa tempat. Tidak dipungkiri di antara keduanya memang sedikit terselip benih asmara, terutama berasal dari Dave yang beberapa kali menampakkan bentuk perhatian khusus kepada Fern.
Pada satu titik, Dave memutuskan untuk meninggalkan kehidupan sebagai seorang nomad. Pemicunya adalah kelahiran cucu pertama dari anak laki-laki yang hubungan dengannya selalu merenggang. Dave diminta untuk tinggal di rumah anak laki-lakinya itu agar bisa menjaga cucunya. Bagi Dave, ajakan tersebut merupakan kesempatan kedua untuk menebus “dosa” masa lalunya di mana ia kerap pergi meninggalkan keluarganya. Kehadiran sang cucu dirasakan Dave sebagai anugerah yang membawanya pulang dan mengikatnya kembali dengan rumah.
Maka Dave pun mengundang Fern untuk datang ke rumah anaknya. Dalam sebuah momen semi-privat, Dave bahkan mengajak Fern untuk tinggal bersamanya di sana. Namun Fern tidak bisa membohongi hatinya. Ia kesulitan tidur di atas kasur yang disediakan khusus untuknya di kamar tamu, dan di tengah malam ia lebih memilih beranjak tidur di dalam van-nya yang walaupun sempit tapi bisa membuatnya tidur lebih nyaman. Rasa nyaman yang didapatkan Fern di dalam van bututnya itu turut menganalogikan tambatan hati Fern terhadap kehidupan jalanannya yang secara tidak langsung memvalidasi komitmen cintanya kepada sang almarhum suami.
Disadari atau tidak, kehidupan nomaden yang dijalankan Fern memang seolah mewakili perjalanan spiritualnya dalam menelaah perasaan cintanya terhadap almarhum suami. Rumah bagi Fern bukan hanya perihal hidup menetap di dalam sebuah bangunan, tapi yang lebih penting lagi adalah tentang dengan siapa ia berbagi hidup serta tujuan-tujuan besar yang mendasarinya. Tawaran tinggal di rumah bersama Dave bisa jadi dirasakan Fern sebagai “godaan” untuk pindah ke lain hati, “godaan” untuk move on. Masalahnya adalah Fern pun ternyata belum siap untuk move on karena perenungannya terhadap kepergian suaminya itu juga masih belum tuntas. Ia masih bingung memaknai kesendiriannya, memaknai bentuk perasaan yang merasuki hati kecilnya berkali-kali.  
Seorang turis lokal yang sempat Fern temui saat sedang magang sebagai kru di Taman Nasional Badlands pernah menuturkan tentang makna di balik cincin pernikahan yang dikenakan Fern, “That ring is a circle. And it never ends. And that means that your love never ends”. Pernyataan yang tentu saja diamini sepenuh hati oleh Fern. Namun, sebenarnya bukan pengakuan cinta yang ia cari. Lebih dari itu, yang ia butuhkan adalah definisi baru akan relasinya dengan sang suami, pemaknaan terhadap segala memori dan emosi dari orang yang sudah tidak bisa lagi mendampinginya di dunia.  
Pertemuan dan perkenalannya dengan para nomad jelas telah memberikan Fern identitas baru terkait eksistensi dirinya. Dengan menjadi nomad Fern berarti tidak perlu menciptakan ikatan baru terhadap tempat, orang-orang, atau suasana tertentu yang ada di sekitarnya. Ia terbebas dari semua itu; ia bisa mendatangi atau meninggalkan suatu tempat kapan pun ia mau, ia membiarkan orang-orang datang dan pergi tanpa harus menunggu dirinya, ia bisa berpindah dari satu keadaan ke keadaan lain tanpa harus terbebani oleh keraguan.
Namun, untuk berdamai dengan kepergian suaminya Fern butuh lebih dari sekadar keyakinan bahwa almarhum suaminya itu akan tetap menjaganya di mana pun berada. Ia butuh pemaknaan lain, perspektif baru yang tidak hanya memberinya kekuatan asa tetapi juga kelapangan dada untuk mengikhlaskan situasi. Pada acara RTR tahun berikutnya, Fern mendapatkan pelajaran berharga dari Bob Wells yang membuka visi baru terkait kehidupan.  
Bob: “One of the things I love most about this life is that there’s no final goodbye. You know, I’ve met hundreds of people out here and I don’t ever say a final goodbye. I always just say, ‘I’ll see you down the road.’ And I do. Whether it’s a month, or a year, or sometimes years, I see them again. And I can look down the road and I can be certain in my heart that I’ll see my son again. You’ll see Bo again. And you can remember your lives together then.”
Bagi Bob, setiap manusia pada hakikatnya adalah nomad yang tak pernah menetap di suatu tempat. Kematian dipandang sebagai proses perpindahan tempat dari dunia ke alam lain, alam yang kelak juga akan didatangi oleh mereka yang hidup. Maka, tidak pernah ada kata perpisahan, melainkan selalu ada pertemuan kembali di tempat dan waktu yang tak pernah bisa kita tebak. Kemungkinan tersebut akan selalu ada, sehingga bagi Bob ucapan “Sampai jumpa lagi” bukan hanya sapaan khas milik kaum nomad tetapi juga seluruh umat manusia di dunia.
Dengan begitu, Fern setidaknya bisa melihat bahwa fase yang sedang dijajaki dalam hidupnya ini merupakan kesempatan besar untuk memperbarui dirinya kembali. Dia setidaknya bisa bersyukur karena tidak harus menghabiskan masa tuanya sebatang kara dengan cara menetap di suatu tempat yang lama-lama mengungkung dirinya dalam keterbatasan yang jelas. Dia setidaknya masih bisa bergerak maju meninggalkan kenangan lama dan merangkai kenangan baru yang akan turut dibawanya sampai akhir (“I maybe spent too much of my life just remembering”). Setidaknya Fern bisa mempersiapkan diri sebelum reuni bersama almarhum suaminya dengan sekumpulan pengalaman dan kenangan untuk dikisahkan. Karena pada akhirnya, badan memang bisa berpindah-pindah tetapi memorilah yang akan terus menetap.
Tumblr media
oleh: Ikra Amesta
0 notes
avaliveradio · 1 year
Text
Groundbreaking Hip Hop with Jacqueline Jax on AVA Live Radio December 2022
We air our Hip Hop Music Show every month as an Exclusive Featured Spotify episode that will post to replay after it airs. 
AVA Live Radio hosted by Jacqueline Jax is a podcast that puts an unfiltered provocative spin on new music and what’s behind the releases. This show talks about what’s happening In todays active HipHop scene as of December 2022.
Hip Hop with Jacqueline Jax
Listen on Spotify: <here>
*This show is exclusive to Spotify and all royalties from the show pay to the artists directly through spotify. In addition, listeners can replay your single right on spotify while listening to our show or jump directly to the artists spotify page for more tracks by that artist.
Follow the playlist
Featured Hip Hop Lineup:
Dylan Owen - The Best Ships
Released by: Nowhere Kids
Genre: Pop Punk, Rap, Alternative Hip-Hop
Similar artists: Abhi the Nomad, Kota the Friend, Sonreal, Sol, Ryan Caraveo, Watsky, Sage Francis
"An upbeat, fun song from the heart building on the phrase "the best ships are friendships." The final single from my upcoming EP." The Best Ships is the final lead single from my upcoming EP 'Take Care Of Yourself' releasing December 1st. It is inspired by a midnight drive through my town with my crew. I took the saying "the best ships are friendships," imagined my old beat up sedan car as a pirate ship, and made this fun, upbeat anthem.  Without my friends the past few years I might have walked the plank. They picked me up, called me long distance, and told me to record some songs. They even invited me out to Los Angeles to make my dream version of this EP a reality. Those are the songs you're hearing now.
https://open.spotify.com/track/15XYwFoHbHVHGDZ1CWhmhV?si=3fd3366f30c247d8
Dylan Owen x Laeland - Take Care Of Yourself
Released by: Nowhere Kids
Genre: Rap, Hip-Hop / Conscious Hip-Hop, Alternative Hip-Hop
Similar artists: Abhi the Nomad, Kota the Friend, Sonreal, Sol, Ryan Caraveo, Watsky, Sage Francis
Take Care Of Yourself is the title track off my new EP, out today, featuring Laeland. I remember writing and recording this in the attic of a small house in upstate New York. Back then, I felt like I might never release music again, hence the seemingly endless pause between my last album and this one. 3 years. I felt pretty deeply alone in those days. But something magical happened in the making of this 8-song project. I had friends call me, reach out, invite me to play shows with them, welcome me onto their couches in Los Angeles and challenge me to make the best music of my life. I tried as hard as I could to rise to the occasions in front of me. And here we are today. Without those worst nights, I would not have the perspective I have right now.
https://open.spotify.com/track/59Jrg8sdBhnIEsDtT0XYyH?si=843129d4a9304d6b
Xersize - End of Days
Released by: Rexius Records
Genre: Hip-Hop, Conscious Hip-Hop, Alternative Hip-Hop
Similar artists: NF, Token
"My third song as a signed artist is a heavy, story driven and unapologetic track with a cathartic message."
A passion beyond adversity. Swedish rap artist Xersize has a strong drive to create music. Influenced by artists such as Eminem and Machine Gun Kelly, his devotion to art and creation has been a transcendental force behind his success.
https://open.spotify.com/track/0uLcwQCm8voWFTkpj6Mosu?si=b9e95a5adc6f4860
Taija New - So Long
Genre: Contemporary R&B, Hip-Hop / Conscious Hip-Hop
"So Long" is a story about being in a relationship with an opportunist and severing ties upon the realization of this cold fact. Taija New, a.k.a. the Newbian King, is a Rhythmic Pop entertainer who humbly began her musical journey at open mics in her hometown , Springfield, Massachusetts, where she honed her skills for live performance. News of Taija’s performances traveled the old-fashioned way, by word-of-mouth, as her evolution from an unpolished act to an undeniable force developed quickly; eventually gaining the attention of regional show directors.
https://open.spotify.com/track/5tUijEm8BUiBf7jgkKsM5n?si=b744dd813b7e4f04
Aryeh-Or - No Good Reason
Released by: Frequency of Love
Genre:  Old-school Hip-Hop Hip-Hop / Conscious Hip-Hop
Moods: Happy, Energetic, Sexy
No Good Reason is a throw back to the classic era of Rap/Pop duets and lyrical interplay between male and female vocalists. A song about attraction at first sight, No Good Reason is all about lust and trust. It's sexy, it's smart and it's something we all can relate to. This is the first song of Aryeh-Or's recently released Yesterday's Lovers EP which has gained an impressive 30k streams in it's first week.
https://open.spotify.com/track/5IM0qUTydjmuRfTsQiKL9K?si=731e1287628a4d3f
Snotty Nose Rez Kids -HOT PLANET
Genre: Groundbreaking Hip Hop / Rap /Trap (Hip-hop)Rap
Moods: Energetic
Released by: Distorted Muse / Fontana North
Similar artists: Flatbush Zombies, Outkast, Earthgang, Slum Village, Run the Jewels, ASAP rocky
The charismatic hip-hop duo Snotty Nose Rez Kids made up of Yung Trybez and Young D are coming out with fire on their new Album ’I'M GOOD, HBU?’ The album composed of a blazing series of uptempo tracks like ‘HOT PLANET’ was born out of a significant change in the mental well-being of Yung Trybez and Young D.
I'M GOOD, HBU? is about Trybez and D letting their fans know that, despite the darkness that they dove into to heal from the past two years of Life After, they're good. They've weathered the storm. The “HBU?” part of the album title is SNRK checking in on their fans.
https://open.spotify.com/track/5DgL7Iz88RjLTYv0llQREe?si=1e7f3a3b1d5c40a5
ACKSisDEAD - Private Numbers
Rap Hip-Hop / Conscious Hip-Hop, Alternative Hip-Hop
Moods: Energetic, Dark, Aggressive
Airborne Veteran and rapper currently living in South Africa. The 6th single that I recorded but only my 5th song to be released. This track was recorded In my friend's studio about 3 months ago but I've been saving cash to upload it and promote it. “For being so new to releasing music, you've got a strong presence and natural talent for delivering your message with a powerful statement. It's a professional production and although a bit long, I love the song. Looking forward to sharing it.”
https://open.spotify.com/track/363Y75Q8ykc3NxIxamXTSW?si=d3eda1e574424e6f
Mr. Monkei- Good Morning America
Released by: Mr. Monkei Entertainment
Genre: Rap
"Good Morning America is about the reality of every day Americans not shown in film and tv. The truth that not all Americans have money and many are homeless or on the brink of homelessness." The song aims at expressing the daily struggle of the everyday American, what the rest of the world doesn't see. The American dream doesn't exist. The truth is that not all Americans have money.
https://open.spotify.com/track/1HhMwSdjOYalukQSklCvIS?si=d61bafc91b434e28
The KyTa U- Exotic
Exotic! A gangster love story, that talks about deep relationships, problems with love and trusting people. Trying to find out a person's true intentions; Questioning whether or not they will go to extreme lengths for you.  youtube.com/watch?v=EhK3NNAufW8
Phenomeinal - Purge
Released by: A.L.P.H.A LEAGUE
Genre: Trap (Hip-hop)Drill Uk/NY drill. Dark, grimy, Hardcore
Similar artists: Pop Smoke
https://open.spotify.com/track/5gcNtTJQnCMrWiy8M42V6V?si=cfa0ad5ccbac41f5
Vinny Lunar x Low Beams - In My Blood
Genre: Contemporary R&B
Similar artists: Sango, Soulection, Kaytranada, Craig David
In My Blood, Vinny Lunar’s final single from Chauffeur, his joint EP with Low Beams expresses aggression, pride, and triumph over trauma. “Now their changing their ways and their own identities.
In this fifth single from the upcoming EP Chauffeur, the Indian-Australian rapper and R&B Singer unabashedly addresses the inherent color-based trauma and contradictions around colorism that plague modern society. 
https://open.spotify.com/track/7JbGHM2J4DA866m9W4501o?si=857691683f804b71
Johnny Mcfly - Rock with me
Genre:: Hip-Hop, Conscious Hip-HopDrill, Gangsta Rap
Similar artists: Eli fross, sleepy hallow, sheff g, Ron suno
Hip Hop artist, Johnny Mcfly is a NYC based upcoming independent music creator trying to gain an organic following that will engage with his content. He focuses on producing quality music to help him build a strong foundation from the gate. “Rock with me” is the newest single from Johnny Mcfly available on all streaming platforms along with the official video. The song is fun with a video delivering a very tongue in cheek version of Gangsta Rap. I think you’ll agree that this artist addresses his craft with a light hearted style and doesn’t take himself too seriously. It’s unique in this genre and I find it refreshing.
https://youtu.be/BirGbaJbOvU
N. C. Palma - LAS - ORD
Genre: Trap (Hip-hop) Rap
Released by: Palma Media Group
Similar artists: Russ, Bas, J. Cole, Jack Harlow, Felly
Hailing from Chicago’s Northern suburbs, N. C. Palma’s start in music had more to do with good timing than a longstanding dream. After linking up with Vernon Hills’ Studio KAI just after they opened their doors, regular releases followed. While N. C. Palma remains independent, the quality of the music stands for itself. With a particular focus on versatility and true-to-life content, fans connect with the music not simply because it’s good to listen to, but because in a way, they’ve lived it too.
https://open.spotify.com/track/5KUPaNJQyVW4U9TfpP6Hli?si=ad30d42ebbcf4de3
G4G x Sofiya Nzau - Fafa
Released by: Manna Records
Hip-Hop / Conscious Hip-Hop / Alternative Hip-Hop
Moods: Energetic, Aggressive, Moody
This is a song that stretches from Chicago to Kenya and is an emotional rollercoaster that brings awareness to the unspeakable. Much needed especially during the current headlines. This song was inspired by a viral video of Zulu children singing a song that stems from their heritage and culture. I started rapping at the age of 7 years old. I remember watching Kool Moe Dee rapping in a Santa Claus suit in the hip hop classic "Beat Street" I was hooked!
https://open.spotify.com/track/6werYP4YSYsM950glbkX6V?si=7daa713a683649b4
ScoobE - D.Y.G.M.
Released by: Bizzy Records
Genre: Hip-Hop / Conscious Hip-HopIndie Pop
Similar artists: If Mac Miller and Don Toliver had a baby
"My name is ScoobE, I just dropped my latest single titled D.Y.G.M. (Do you get me). This song is the second single off my up and coming tape "A Heart Full of Holes" to be released early next year. It portrays the feeling of being lost in life, keeping up with normal things like work and relationships while battling any mental issues, and the pressure that comes with.
With moody synths and wavey-airy vocals in the beat, it sets an emotional tone complimented by a heavy bouncy beat. Sometimes we all want to be understood but we don't realise that getting to that point takes dedication and being truly content with yourself. The world advises not to care what others think, you have to be you and only you to stand out.
https://open.spotify.com/track/4HiIYVqoOGSOdxaXblDpgj?si=182019ffd9de4469
Difracto x Mr.E -  Beyond
I'm a French Electronic Music Producer and I released few days ago my new single called Beyond feat. Mr.E. It is an alternative Electronic/HipHop song.
https://open.spotify.com/track/2KKLWluwT7JtFPnAoVffkD?si=441434253f89439b
More Fresh Hip Hop Release Radar Playlist :
Indie Music Spin features a great lineup of indie bands and singles you don’t want to miss. They update their site weekly with different flavors of music from quality creators. <here>
1 note · View note
myfairholidaysfan · 2 years
Photo
Tumblr media
Select Golden Triangle tour package and visit the most famous cities in India - Delhi, Agra, and Jaipur. Delhi, the capital city will offer a perfect mix of everything from food to culture to religion, Agra will give you an insight into the Mughal glory, and Jaipur will take you to the bygone era of the Rajputana grandeur. Golden Traingle Tour Package from Delhi 04 Nights and 05 Days only at ₹10999/- per person (minimum for 4 adults) Click here package itinerary - https://bit.ly/Golden-triangle-tour Contact us for more details - (M) 9582560106, 9971124567 Email - [email protected] #delhi #agra #jaipur #udaipur #jodhpur #bikaner #bundi #bhilwara #bharatpur #alwar #kota #jaisalmer #jhalawar #sikar #rajasthan #rajasthan_tourism #india #incredibleindia #Rajputana #sriganganagar #hanumangarh #jalore #jairajputana #wanderlust #travelthroughtheworld #nomad #delhi #agra #GoldenTriangle #jaipurlove https://www.instagram.com/p/CiZYygahvXe/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
peonyangel · 2 years
Note
ayyye kota ur gf is homeless now too! u two have something in common again
I'll actually beat the shit out of you. What do you MEAN she's homeless?? Why you gotta be a dick about it too. The life of a nomadic man isn't all that shitty dickwad.
Anyway, where is she. Preferably before I lose my shit thank you.
0 notes
turisiancom · 2 years
Text
TURISIAN.com – Untuk pertama kalinya, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta ikut mabil bagian dalam event Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2022. "Tahun ini merupakan pertama kalinya Disparekraf DKI Jakarta ikut serta dalam kegiatan BBTF 2022. Dalam kegiatan ini, kami memiliki harapan untuk pemulihan sektor pariwisata di Jakarta pasca pandemi COVID-19," kata Kepala Disparekraf DKI Jakarta, Andika Permata, dalam siaran pers, Jumat 17 Juni 2022. Pameran perjalanan ini berlangsung secara hibrida, dalam dan luar jaringan, pada 13 sampai 17 Juni. Selama kegiatan ini, Disparekraf DKI Jakarta membuka kios (stand) untuk memfasilitasi delegasi yaitu PT Pembangunan Jaya Ancol, Jakarta Experience Board (JXB) dan Inspiro Group. BACA JUGA: Pesta Kesenian Bali 2022, Event Terbesar dan Terlama Berbasis Lokalitas Partisipasi Dinas dalam acara ini adalah salah satu upaya membangkitkan industri pariwisata ibu kota yang terdampak pandemi virus corona. Disparekraf mendorong PT Pembangunan Jaya Ancol agar dapat mempromosikan lini bisnisnya. Seperti rekreasi, resort, kuliner, retail, MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) hingga properti. "Tidak hanya berpromosi. Namun dapat memanfaatkan peluang untuk memperluas networking (jejaring). Khususnya dalam menjual paket/produk wisata yang dimiliki oleh Ancol," kata Andika. Selain itu juga mampu mendatangkan kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang lebih banyak lagi untuk datang ke Jakarta. "Terutama, dalam usaha memajukan industri pariwisata melalui sesi bisnis dan promosi," lanjutnya. Beri Kesempatan Kepada JXB Disparekraf DKI memberi kesempatan pada Badan Usaha Milik Daerah JXB untuk mengamati acara tersebut. Dengan keikutsertaannya pada perhelatan BBTF 2022 ini berharap bisa memberikan nilai tambah pada sektor pariwisata. Jakarta Experience Board saat ini mengelola tujuh hotel. Dan menyelenggarakan berbagai kegiatan kreatif pada ruang publik Jakarta untuk menciptakan ekosistem pariwisata. BACA JUGA: Pengelola Wisata Sudah Harus Gunakan Reservasi Tiket  Daring "Hadirnya JXB dalam BBTF kali ini akan menjadi kesempatan bagi JXB untuk mempelajari dan mengobservasi pelaksanaan perhelatan serupa," katanya. "Tentunya, JXB juga membuka ruang diskusi bagi para buyer maupun calon kolaborator terkait peluang kerja sama maupun pengembangan produk pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan mereka," sambung Andika. Sementara bagi Inspiro Group, mereka bisa mempromosikan acara Jakarta Marathon yang bakal berlangsung pada 16 Oktober mendatang kepada calon pembeli potensial. BACA JUGA: Bali Park Dasong Tawarkan Wisata MTB, Penggemar Sepeda Gunung Wajib ke Sini! Disparekraf pada acara itu memperkenalkan program Digital Nomad Island bagi para pelaku "digital nomad" untuk bekerja dari Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu. "Program tersebut memiliki beberapa fitur diantaranya konektivitas, akomodasi yang beragam mulai dari tenda hingga cottage dengan eksterior yang unik, fasilitas seperti restoran, kolam renang, ruang rapat, tempat ibadah, area olahraga air dan paket wisata lainnya," kata Andika terkait Bali Beyond Travel Fair. Melalui pameran ini, Disparekraf DKI menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Jakarta. *** Sumber: Antaranews
0 notes
ocheravastee · 3 years
Text
MP3: Abhi The Nomad – Rockstar Ft. Kota the Friend
MP3: Abhi The Nomad – Rockstar Ft. Kota the Friend
Download Abhi The Nomad – Rockstar Ft Kota the Friend MP3 Ahbi The Nomad returns with a new song “Rockstar”, which features Kota The Friend and we got it for you, download fast and feel the vibes. Do you Love songs like this one? Then bookmark our page, we will update you with more highly ranked latest music Lyrics audio mp3 and Video mp4 for quick download. Stay tuned, follow or join our various…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
true--north · 2 years
Text
Tumblr media
For Honeymaren it was just ancient legends, fairy tales that the Elders taught the children sitting at the campfire.
"Ahtohallan knows everything."
"When the Fifth Spirit comes, then..."
As a child, Honeymaren heard this from her mother and grandmother countless times. She didn't believe in them, not really. She didn't believe that Ahtohallan exists, that the Fifth Spirit would ever come. She thought they need to learn to cope on their own. Survive with what they have, protect their tribe. To live without the former blessings of the Spirits. With a land that withered and dried up more and more every year, for an unknown reason.
However, the older people said that they heard something, some strange call on that terrible day of the Battle... But who knows what it was? Maybe it was just the Spirit of the Wind – grandma said that sometimes you could hear a song in the lament of the northwind. A melody that will make your heart shrink from a loss unknown to you and make you want to return home to your kota as soon as possible.
"Do you still dream of the sky?" sometimes she teased Ryder mockingly, "Look at the ground, or you'll trip and break your nose!"
And of course the brother stumbled over the root of the tree, and at first he was offended, but then they couldn't stand it and laughed together.
Honeymaren always tried to stand firmly on the ground.
But one unusual evening, which changed everything, she found herself of all people telling Elsa the ancient beliefs of the tribe, and moreover – maybe even believing in them.
This queen of of the enemy kingdom from the South made them all believe again. She and her friends burst into their quiet Forest, in which nothing had changed for three decades, and simply declared: "I will free the Forest."
Everyone around gasped, and Honeymaren felt her heart beat faster, in which hope suddenly blossomed.
The Forest was filled with magic again. With the arrival of Elsa, Nature seemed to come to life.
Then, when they were sitting around the campfire, and Yeana left to take care of preparing a feast for the guests and even the Arendellian soldiers, Elsa began to ask her about the customs and manners of their tribe, about the life of free forest nomads. The Northuldra girl saw a lively interest on Elsa's face. It seemed to her that Elsa was fascinated by their Forest and Honeymaren felt proud of her people. To which, as it turned out, the royal family from the Aren Valley belongs. And that was the most amazing thing. In a sense, even more than the fact that Elsa had power over the Spirits of the Nature Elements. Who could have thought that Arendelle and Northuldra have been united all along.
Honeymaren heard what people were whispering in the crowd: "See the sky again!"
"She can save us!"
"What if she is the answer we have been waiting for for a long time?.."
And so she decided to tell Elsa, now not a stranger, something from the ancient legends. Her mind told her that all this was impossible, but her heart whispered about something else: it felt that Elsa, the daughter of Northuldra, the daughter of Arendelle, was marked with a special unprecedented gift. What if she was chosen to find the Fifth Spirit? And to right everything?
Together, in unison, they sang an ancient song about Ahtohallan, and for a moment it seemed to her that Elsa was one of them, that Elsa belonged to the Forest from the very birth as well as Honeymaren herself.
But suddenly it was over. The earth shook from the thunderous footsteps of the Spirits of the Earth. Something was wrong-they had never come so close to the camp before. Honeymaren threw Elsa a short "Hide!" and hurried to hide in her kota, realising to her horror that Ryder was not at home.
But the next morning her brother returned. It was such a relief for her, so she even didn't scold him. Yelana announced the gathering and the transition to The Lichen Meadows – away from the Giants. Although Honeymaren was sure that they would not come again, since Elsa had gone further North – after all, it seems that it was she who was needed by the Spirits. In the turmoil of the gathering, people no longer talked about the sky and liberation, but Honeymaren felt that everything around her seemed to be waiting. There was a sort of tension in the air. What will happen next? Will Elsa and her friends solve the secrets of the past? Those secrets to which they themselves did not know the answers.
And Elsa did it. She was found.
"You know, you belong up here," Honeymaren said a little shyly to Elsa, who stood in front of her in a sparkling white garment and told them about the beauty and greatness of Ahtohallan.
Yelana nodded approvingly.
"You're the Fifth Spirit we've been waiting for," she said solemnly.
Elsa smiled gratefully at the leader.
"If Northuldra accepts me..."
"Our home is your home, Chosen by Ahtohallan. Let's go."
Elsa took Yelana's arm and they walked forward. After a moment, Elsa turned around and reached her hand out to Honeymaren.
And they went into the Forest together. Honeymaren was smiling. Destiny awaits, and the cold autumn sky is so bright blue.
18 notes · View notes
erichipostsblog · 3 years
Text
Erice Utsumi
⊱ ───ஓ๑♡๑ஓ ─── ⊰
Namanya adalah Erice Utsumi (宇 津 見 エ リ セ), seorang gadis berusia 14 tahun yang tinggal di kota tepi laut Akihabara (Mosaic City). Dia dibesarkan oleh neneknya, Chitose Manazuru, tetapi sekarang hidup sendiri. Dia mengubah kafe maid yang terbengkalai jadi apartemennya.
Karena dia tinggal di kota wisata, dia sering memakai baju renang perak dan jaket saat berkeliling kota.
Rambut merah Erice sebenarnya adalah perangkat yang mirip dengan smartphone, memungkinkannya untuk melakukan panggilan dan menggunakan aplikasi.
Di dunia di mana setiap orang memiliki Grail yang dapat memanggil seorang Servant, dia adalah satu-satunya orang yang tidak memilikinya. Dia bertemu seorang anak kecil, Servant terakhir yang dipanggil di dunia Requiem.
Pekerjaan Erice sebagai Nightwatch adalah membunuh para Servant yang melanggar aturan yang ditetapkan oleh Grail. Makanya dia disebut sebagai Grim Reaper.
Erice sangat tidak suka Turnamen HGW, karena ia melihatnya sebagai kegiatan mengeksploitasi pahlawan besar sejarah manusia. Dia sangat mengagumi Francis Drake karena menjadi seorang penjelajah dan wanita yang kuat, dan berpikir kalau gurunya, Caren Fujimura, membiarkan celana dalamnya terbuka daripada mengenakan rok atau celana itu keren. Selera berbusananya mengikuti gurunya.
Erice diam-diam menyimpan kebencian terhadap Master dan Servant, karena dia adalah satu-satunya orang di dunia yang tidak memiliki Servant. Dia membandingkan kalau hidup di dunianya tanpa Servant itu kaya kalau seseorang punya penglihatan yang buruk tetapi diberitahu bahwa dia tidak diperbolehkan mengenakan kacamata, atau misal diberi tahu bahwa dia harus bepergian ke suatu tempat dengan berjalan kaki sementara semua orang menggunakan kereta atau bis. Ketika dia berbicara dengan Voyager ketika memandikannya pada malam pertama mereka bertemu, dia menangis dan berharap Voyager bisa menjadi Servantnya.
Erice memiliki masalah dalam mempercayai Servant anak kecil karena pertemuannya dengan Avenger Louis XVII ketika dia masih muda, yang menggunakan kepercayaan dan persahabatannya dan kemudian mengubah itu untuk melawannya.
Buku anak-anak “The Little Prince” sangat penting baginya, dan dia memiliki sepasang kacamata penerbang dan mainan replika pesawat yang diterbangkan oleh penulisnya, Antoine de Saint-Exupéry.
Erice menyesalkan bagaimana manusia di masanya tidak memiliki keinginan untuk menjelajahi ruang angkasa lagi. Ini juga alasan kenapa dia tidak suka gagasan menggunakan pahlawan masa lalu untuk urusan masa ini, karena hanya akan menghalangi laju peradaban.
Oh iya, latar cerita Requiem itu 56 tahun setelah Neil Armstrong mendarat di bulan, sekaligus saat wahana Voyager diperkirakan tidak akan sanggup lagi memasok energi, yaitu tahun 2025.
Karena sangat terikat pada pentingnya efisiensi dalam segala hal, Erice lebih memilih barang, alat, dan pakaian yang praktis, fungsional, dan tahan lama. Sedangkan untuk makanan, dia suka makan hal-hal yang pedas dan dengan nilai gizi tinggi meski tidak terlalu peduli dengan rasanya. Dia membenci penyihir, meskipun dia juga menggunakan sihir pada hal lain.
Erice cukup berpengalaman menangani Heroic Spirit dari Barat dan Timur pada zaman modern dan kuno karena dia menghabiskan sebagian besar waktu luangnya dengan mempelajari mereka. Melalui ini, dia menggunakan pengetahuannya yang luas untuk berurusan dengan Heroic Spirit sebagai Grim Reaper, dan pada saat yang sama memegang rasa hormat yang mendalam terhadap kehidupan yang pernah mereka jalani.
Meski dia mungkin berkata, “Tidak juga…. Di Mosaic City hal-hal semacam itu hanya kehidupan sehari-hari yang normal...”, di Chaldea, dia diam-diam pingsan setiap hari, sangat bersemangat sehingga darah mengalir sampai ke kepalanya dan hampir membuatnya mimisan.
Oh iya, di Requiem, dia juga dilatih mainan tombak sama Longinus.
ATK: 1,520/9,122
HP: 1,918/11,991
Grail ATK: 11,045
Grail HP: 14,539
Voice Actor: Kitō Akari
Illustrator: NOCO
Attribute: Man
Growth Curve: Semi S
Star Absorption: 87
Star Generation: 12%
NP Charge ATK: 0.63%
NP Charge DEF: 4%
Death Rate: 32%
Alignments: Lawful・Neutral
Gender: Female
Height/Weight: 158cm ・ 48kg
Source: Fate/Requiem
Region: Japan, Mosaic City (Akihabara)/Shinjuku
Role: instakiller, Anti-Servant, mob-cleaner, potential spammer, star maker
Traits: Divine, Female, Humanoid, Living Human, Riding, Servant, Weak to Enuma Elish
DECK
QQAABEx
Q: 4 hit
A: 3 hit
B: 3 hit
Ex: 5 hit
Untuk NP gain, chain terbaik dia adalah AQAEx. Dengan NP charge atk 0,63%, Arts up 30% dari skill 1 level 10, Quick up 7% dari passive, asumsikan ga crit maupun overkill, jadinya:
Arts + Quick + Arts + Extra
= 9,26% + 6,56% + 16,63% + 6,3%
= 38,76%
Dia juga bisa melakukan Arts chain lewat NPAA. Asumsikan jumlah musuh masih 3, jadinya:
NP + Arts + Arts + Extra
= 22,11% + 12,95% + 16,63% + 6,3%
= 57,99%
Untuk stargen, chain terbaik dia adalah QBQEx. Dengan stargen 12%, Quick up 7% dari passive, asumsikan ga crit maupun overkill, jadinya:
Quick + Buster + Quick + Extra
= 470,4% + 141% + 898,4% + 660%
= (4 star dan 70,4% untuk 5 star) + (1 star dan 41% untuk 2 star) + (8 star dan 98,4% untuk 9 star) + (6 star dan 60% untuk 7 star)
= 19~23 star
BOND CE
Name: Caudron Simoun
Illustrator: ?
Min/Max ATK: 100/100
Min/Max HP: 100/100
Stars: 4★
Cost: 9
Max Level: 80
Craft Essence ID: 1221
Effect: When equipped on Utsumi Erice, increases party's Quick and Arts performance by 10% while she is on the field.
Lore:
Caudron C.630 Simoun.
Registration Name "F-ANRY"
Author Antoine de Saint-Exupery's boarding plane.
This is an exquisite wooden model made with it as a prototype. Utsumi Erice keep it as his father's relic.
Exupery used this plane to challenge the air race between Paris and Saigon, and crashed in the Libyan desert.
It is said that he got the idea of the novel "The Prince of the Stars" from it.
After being crashed, Exupery, who was born with a love for airplanes, bought new airframes and was heavily in debt.
Like this, he experienced several crashes and accidents in his life,
At the age of 23, the marriage contract was terminated due to an accident.
At 35, he crashed in the desert. Before getting help from the Bedouin nomads, he survived four days with one day's worth of water.
Later, at the age of 44, although he was attacked by an unarmed body to complete the military reconnaissance mission, he was shot down and eventually became a non-returning person.
He was a lovable famous novelist, who was always looking for the sky.
"...Well, there's such an anecdote.
 The model of a crashed airplane is really cool.
 I'm quite pleased."
NOBLE PHANTASM
Name: Ame no Sakahoko - Reversed Spear of Heaven
Rank: B
Classification: Anti-Army
Type: Arts
Hit-Count: 3
Range: 1~14
Maximum number of argets: 1000
Effect: Deals damage (NP5 750%) to all enemies + Removes their defensive buffs.
Overcharge Effect: Chance (30~80% tergantung OC) to Instant-Kill them (Activates first)
“An empty boat wandering in the reeds
Squeeze the swamp hoops from Yomi no Okami's (Izanami’s) boat!
Here, shout! “Reversed Spear of Heaven, Ame no Sakahoko”!
Drop, drop…”
-Lancer
Ame-no-Sakahoko adalah Noble Phantasm milik Erice.
Sebuah ritual memunculkan kekuatan genesis yang dipegang oleh Dewa Izanagi dan Izanami untuk “membalikkan”.
Erice, yang telah mewarisi kekuatan para dewa alam baka, mendapatkan kemampuan unik ini dengan menjadi Quasi-Servant.
Menggunakan replika Genesis Divine Construct "Ame no Nuhoko" yang pernah dipegang oleh Dewa Izanagi dan Izanami, Erice mampu mengaduk ruang dan waktu sambil menghitung formasinya dan mengembalikan semua struktur, materi, makna, dan nasib kembali ke kekacauan asal. Dalam kasus bila seorang Servant yang menjadi target, struktur Spirit Originnya diruntuhkan dan dipotong dari ruang dan waktu.
Noble Phantasm ini mewujudkan aliran entropi yang terbalik ke dunia bawah. Jika Ame no Nuhoko digunakan untuk menciptakan 14 pulau Jepang, maka Ame no Sakahoko bisa mengembalikan semuanya seperti sedia kala, saat daratan Jepang belum tercipta. Ame no Sakahoko juga lah yang dikatakan menyegel Oryou.
Untuk kalkulasi NP damage, kita kumpulin data dulu. Dengan stat atk 10122 di level 80 (udah 1000 Fou), NP5 750%, Arts up 30% dari skill 1 level 10, divinity 100, base multiplier 1,05x, jadinya sekitar 23.933,51/enemy, di bawah Quirinus tanpa stack Roma dan di atas Lancer Altria. Kalo musuhnya Servant dan dia make skill 3, jadinya 31.083,57/enemy.
Berhubung dia ini freebie, damage segitu sebenernya biasa-biasa aja (ga jelek kok). Namun, karena dia punya serangan khusus ke Servant, damage dia jadi mudah terangkat.
ACTIVE SKILL
1. Dread Spirit Peacekeeper
Rank: A
Effect: Increases own Arts performance (30% di level 10) for 3 turns + Grants self-Evasion for 2 attacks, 3 turns.
Cooldown: 8/7/6
Erice terlahir dengan tubuh yang dihuni oleh sejumlah roh jahat yang ia sebut "Dread Spirit", yang merupakan jiwa-jiwa orang-orang yang ditolak oleh Throne of Heroes. Salah satu akibat dari dirasuki itu adalah munculnya semacam materi lumpur hitam yang lengket di permukaan tubuhnya.
Neneknya, Chitose Manazuru, mengajarinya cara mengendalikan roh-roh ini dan menggunakannya sebagai senjata. Menggunakan kekuatan mereka dapat menyebabkan luka di seluruh tubuh Erice, dan menyatukannya dengan darahnya bisa membentuk berbagai senjata. Dia dapat menggunakan kemampuan ini untuk merobek Saint Graph Servant, membunuh mereka. Kelemahan dari menggunakan mereka adalah, bahwa jika mereka tidak puas, luka akan terbuka di seluruh tubuhnya dan menyebabkan perdarahan eksternal dan internal. Roh-roh jahat di dalam tubuhnya terus-menerus kelaparan, dan jika kelaparan itu tidak ditangani, mereka akan mengkonsumsi tubuh Erice.
Dua dari para roh yang ada dalam tubuhnya mengajari Erice bagaimana cara bertahan dari kutukan dalam dirinya. Mereka mengajarinya untuk menjadi "ibu" dan menamai semua roh jahat sebagai "Raja Iblis Erlkönig" atau Erlking, artinya Raja Elf/Raja Peri dalam bahasa Jerman. Dia menggambarkan mereka sebagai "Hazel besar. Raja para peri, dihiasi dengan mahkota dan ekor. Penguasa Wilis, nimfa anggun dari pohon dedalu perak, dan penjaga gerbang kerajaan orang mati."
NPnya yang bisa menghancurkan Spirit Origin, dan serangan menggunakan roh dalam tubuhnya bisa menghancurkan Saint Graph Servant, membuatnya menjadi Servant yang mematikan..
Untuk gameplay, skill ini meningkatkan fungsi Arts dia baik dalam damage maupun NP gain. Skill ini juga memberi evade untuk 2 serangan selama 3 turn, membuatnya lebih durable.
2. Der Freischütz (Imitation)
Rank: B
Effect: Ignores Evasion for 1 turn + Increases own critical star absorption (600% di level 10) for 1 turn.
Cooldown: 6/5/4
Ini adalah bentuk serangan Erice yang paling umum, yang dia sebut Freischütz, menggunakan kekuatan Dread Spirit untuk menembakkan peluru dari tangannya. Ini adalah sebuah tiruan dari peluru ajaib yang digunakan oleh Zamiel sang Pemburu Iblis dari legenda Bohemia.
Btw, Erice dikomplen sama Moriarty kalo saat nembak, harusnya dia bilang “Freikügeln”, bukan “Freischütz”.
Untuk gameplay, ini membuatnya bisa menembus evade dan meningkatkan star absorbnya, membuat serangannya tidak bisa ditahan kecuali musuh punya invul atau def up yang tebel. Moriarty juga punya skill ini, tapi punya dia pierce invul. CD yang rendah membuat skill ini jadi tambah bagus.
3. Grim Reaper
Rank: B
Effect: Increases own Instant-Kill success rate (100% di level 10) for 3 turns + Increases own critical damage (30% di level 10) for 3 turns + Increases own damage against Servants (30% di level 10) for 3 turns.
Cooldown: 8/7/6
Bayang-bayang tentang keharusan memburu para Servant yang sudah mulai berperilaku liar dan menyimpang dari norma-norma HGW. Menampilkan pengetahuan luas yang ia miliki soal Heroic Spirit dan Anti-Heroes. Ini berasal dari kisahnya yang bekerja sebagai Nightwatch.
Untuk gameplay, skill ini meningkatkan peluang instakill di NPnya. Kalo diliat-liat, persentasenya sama kaya skill 1 Nitocris, menandakan kalo peluang instakillnya Erice juga ga bisa dianggap remeh. Skill ini juga meningkatkan crit damage dia, cocok dipasangin dengan skill 2. Yang bikin skill ini tambah keren adalah skill Anti-Servant, yang secara otomatis membuat jangkauannya lebih banyak dari Gilgamesh.
Oh iya, instakillnya emang keren, tapi itu juga bisa kerugian kalo kalian ngincer dia buat ngeloop.
PASSIVE SKILL
1. Magic Resistance (Spirit)
Rank: B+
Effect: Increases own debuff resistance by 10% + Further increases own debuff resistance against Undead enemies by 20%.
Membatalkan mantra dengan chant dibawah 3 ayat. Bahkan jika ditargetkan oleh High-Thaumaturgy dan Greater Ritual, sulit baginya untuk terpengaruh. + dalam rank-nya menandakan kalau dia jadi lebih kebal lagi terhadap musuh undead.
2. Riding
Rank: C+
Effect: Increases own Quick performance by 7%.
Sebagian besar kendaraan dan hewan dapat ditunggani dengan keterampilan diatas rata-rata. Namun, tidak bisa menunggangi Phantasmal Species seperti Monstrous Beast.
3. Independent Action
Rank: B
Effect: Increases own critical damage by 8%.
Memungkinkannya untuk tinggal di dunia selama 2 hari tanpa seorang Master. Namun, ini adalah nilai ideal yang dicapai dengan secara maksimal melestarikan Mana dan menghindari pertempuran dan penggunaan Noble Phantasm.
4. Divinity
Rank: E
Effect: Increases own damage by 100.
Belum ada penjelasan soal skill ini.
-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
1 note · View note
amygdvoila · 5 years
Text
The evolution of my music taste
with thoughts on the genre-less (or genre-bending) era and the current musical landscape.
———
“Want to help me with my ‘New-Indie/Alternative’ playlist?”
My question was met with a response I was admittedly expecting:  “Sure! But I don’t even know what that is anymore”.
And thus is the plight of the circa 2019, 20-somethin’, indie lovin’, Spotify playlist makin’ person.
Sometimes, I have no idea what genre of music I’m listening to. I just know that it’s good. (And that it’s not modern country) .............
If we want to simplify things, here are some examples of the evolution of my music taste with similar sounds from different time periods:
Belle and Sebastian --> Angus and Julia Stone --> Wild Child
Bear Hands --> Glass Animals --> Still Woozy
Miles Kane/Arctic Monkeys/The Wombats/Spoon --> Declan McKenna
Ray LaMontagne --> Hozier
Digable Planets --> Kooley High --> Smino
Alt-J --> Rainbow Kitten Surprise
Young Guns --> cleopatrick/Nothing But Thieves
Sonic Youth --> Best Coast --> Courtney Barnett/Wolf Alice
The Raconteurs --> The White Stripes --> The Dead Weather --> Jack White --> The Raconteurs 
( this is part joke about Jack’s undying relevance and part accurate to my listening progression )
Obviously, each new artist is not a “replacement” of the one from a previous era. But rather, it was my natural progression into something different yet familiar, while still loving what other artists have offered/continue to offer.  As I mainly listened to indie rock/alternative rock in the early to mid 2000s, I was also listening to Kanye and Kid Cudi and noticed their experimenting with modern indie.  I started diving more into hip-hop. I fell in love with Blu & Exile, went through an A Tribe Called Quest phase, then explored Tom Misch’s elegant fusion of nu jazz, hip-hop, and electronic.  Tom Misch was a turning point. From there, I became acquainted with Masego. Went down the rabbit hole, my friend joined Brockhampton lol, and then next thing you know I’m fuxing with Odie, Kota the Friend, and Abhi the Nomad while rediscovering the loml J. Cole.  Then I started noticing something interesting. Music was becoming more genre-less. Allan Rayman, for example, was featuring grunge and hip-hop. Yeek blends traditional indie with R&B and hip-hop. Some more examples of genre-bending/genre-less artists are Rex Orange County, Dominic Fike, and Kevin Abstract.
There is also the term “Anti-Pop” to characterize essentially what I am speculating on. It often describes not only the genre-bending direction where music is heading, but also the vibe of simplicity, rawness, and lo-fi production. Of course, some genres are still alive and well. Rock n’ Roll is still very much Rock n’ Roll with Greta Van Fleet doing a great job at that. The Head and the Heart keeps indie-folk rock relevant with their new album “Living Mirage”. Electronic, like hip-hop, is splitting rapidly into various sub-genres. However, it still maintains a universal, distinct PLUR culture. And that early 2000s indie/alternative rock I’ve been searching for? The sound is still around and finding ground. Michigander and Trash Panda are artists I’m so excited to watch blossom. Catfish and the Bottlemen and Arctic Monkeys are as alternative indie rock as alternative indie rock gets, have remained relevant, and are ironically refreshing for current music. Rainbow Kitten Surprise brings a novel direction to the genre with an exploration into hip-hop and folk rock elements. Tame Impala has fun with pushing psychedelic rock into the modern era. Twenty-One Pilots, although also a genre-bender, is reminiscent of a Blink 182 feel. Now with this ramble, I think what I’m getting at is 2018/2019 is a bit of a fascinating musical landscape that I’ve been yearning to pinpoint. There is a definite prioritization in a “vibe” over a genre in underground music, which allows for much experimentation especially in the lo-fi scene. Whether a genre stays purely in its genre in the year of 2019, or if it completely bends and blends with others to make something beautiful, it is an indication of artists and listeners showing an appreciation for classic sounds and also being even more willing to experiment with those sounds.
In 2019, I see an era of bolder musical innovation.
30 notes · View notes