'De liefde slaapt met de oorlog'
Het boekje heet: De macht van de liefde, werd geschreven door Imme Dros en van tekeningen voorzien door Harrie Geelen. In het werkje behandelt Dros de Griekse mythen van Pygmalion, Narkissos, Tereus, Orfeus en Helena. Voorafgaand aan al dat moois en die cultuurbepalende verhalen, een introductie:
Achter ons in de zee van tijd ligt het land van de mythen, tweeduizend eilanden rijk, elk eiland met…
View On WordPress
0 notes
Satu Hati Dua Dunia
Cinta selalu saja membawa kita pada kisah hidup yang tak terduga, penuh kejutan dan ketakjuban. Cinta tak segan-segan akan menenggelamkan kita pada kisah tragis dan traumatis. Cinta memang selalu unik, ia bukan hanya kisah romantis namun juga kisah yang penuh deraian air mata.
Aku teringat sebuah kisah dari mitologi Yunani kuno, kisah ini disebut mitologi cinta. Tetapi bukan kisah cinta yang romantis melainkan kisah cinta yang tragis.
Dalam kisahnya, konon Orfeus adalah seorang anak dari Dewa Apollo. Dewa Apollo dalam mitologi Yunani adalah dewa cahaya, musik dll. Dari ayahnyalah konon Orfeus mendapatkan bakat memainkan Lira.
Orfeus adalah pemuda yang pandai, ia bermusik dan membuat semua yang mendengarnya hanyut dalam alunan nada yang ia mainkan. Manusia, pohon, binatang bahkan bebatuan pun ikut bergerak karena musiknya.
Suatu hari Orfeus diperkenalkan dengan seorang gadis yang cantik dan menawan oleh Egent sahabatnya. Wanita itu Konon seorang Nimfa. Saat pertama bertemu, jiwa Orfeus langsung tertawan di dalam bola mata Euridike.
Setelah sekian waktu berlalu, cinta mereka semakin kuat. Mereka pun berniat menikah. Lalu tiba-tiba suatu musibah terjadi yang menyebabkan Euridike meninggal dunia.
Orfeus sangat terpukul, dunia seakan runtuh seketika. Lalu dalam kesedihannya ia memainkan musik yang begitu sedih menggambarkan hatinya yang hancur, hingga para Nimfa dan Dewa tak sanggup menahan tangis mendengarnya. Lalu Orfeus pun oleh para Dewa disarankan turun ke dunia bawah menjemput Euridike.
Sambil memainkan Lira, ia melewati para arwah dan penjaga dunia bawah. Semua orang hanyut dalam musik Orfeus, hingga mereka yang mengalami siksaan pun melupakan penderitaannya sejenak.
Sampailah Orfeus di hadapan Hades dan Persefone istrinya, sang penguasa dunia bawah. Dengan musiknya, Orfeus membuat Hades takjub dengan alunannya yang begitu indah. Lalu Hades mengizinkan Orfeus mengajukan satu permintaan. Orfeus pun meminta untuk membawa kembali Euridike ke dunia atas.
Hades mengabulkannya dengan syarat Orfeus berjalan tanpa boleh menoleh ke belakang hingga mereka sampai ke dunia atas. Orfeus lalu menyetujuinya.
Merekapun berjalan ke dunia atas dengan penuh perasaan gembira. Namun di antara kegembiraan itu, Orfeus sedikit khawatir apakah Euridike masih ada di belakangnya. Saat Orfeus sampai di permukaan bumi, ia langsung menoleh ke belakang, ia sempat melihat Euridike, namun Euridike masih berada di pintu dunia atas. Sesuai kesepakatan, Euridike pun menghilang, kali ini untuk selamanya. Orfeus lagi-lagi berduka.
Begitulah cinta, seseorang bahkan akan berjuang demi seseorang yang dicintainya meskipun harus melewati kematian.
Walaupun kematian membuat jarak yang jauh, cinta masih akan tetap tumbuh, bahkan kian subur meskipun mata tak dapat lagi saling menatap dan kata tak lagi dapat bersahutan.
Bahkan langit dan bumi saling mencintai meskipun mereka tak dapat menyatu. Awan dan rerumputan, api dan air, siang dan malam, gelap dan terang. Masing-masing di sisi yang berbeda tapi saling merindukan.
Dan Orfeus, mungkin saja akan tetap hidup sambil memainkan Lira menghibur para Nimfa dan Dewa-dewa sambil berharap di dunia yang jauh di sana, Euridike mendengar ratapan cintanya dan kerinduan yang bersarang di hatinya.
.
.
@nidzomizzuddien
1 note
·
View note
I'm sure glad Achlys and Orfeus are my only fantrolls, sure would be an overkill if there were 12 more of these mentally ill guys.
[askbox is fully open rn btw, if you wanted to leave a message to these two]
33 notes
·
View notes