Tumgik
#ruang rumah sehat
terusberanjak · 6 months
Text
Damai
Meski segala hal masih terlihat berantakan, masih merasa tak tau bagaimana kamu bisa menjalani hari esok, masih merasa penat di kepalamu belum jua sirna, setidaknya melalui hal-hal ini kamu jadi tau bahwa membahagiakan diri sendiri juga ternyata adalah hal yang berharga, bukan? Mari mulai sekarang belajar menjadi teman baik bagi diri sendiri, menjadi teman dengar yang baik, menjadi rumah yang menenangkan bagi diri sendiri, menjadi bahagia untuk diri yang sehat dan kuat.
@terusberanjak
75 notes · View notes
apriliakinasih · 2 months
Text
Disentil
Kadang-kadang, kita memang butuh untuk 'disentil'. Agar kita sadar bahwa kita telah lupa untuk mensyukuri apa yang kita punya. Nikmat-nikmat dari Tuhan yang terus kita rasakan, kadang luput dari rasa syukur. Kita menganggapnya hal yang biasa. Kita berpikir bahwa itu sudah sewajarnya. Hal itu karena nikmat tersebut terus-menerus kita rasakan, sehingga tidak terasa istimewa.
Karena dirasa biasa saja dan tidak istimewa, kita kemudian menyia-nyiakannya. Namun, ketika nikmat tersebut dicabut, meski hanya untuk sementara waktu, barulah kita menyadari bahwa apa yang kita anggap biasa sebenarnya adalah nikmat yang luar biasa.
Kita tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa menghitung nikmat Tuhan. Ada banyak sekali nikmat yang telah kita terima. Izinkan saya mengambil contoh kecilnya saja.
Begini. Ada kalanya, saat malam hari, saya diminta ibu untuk menutup gorden jendela ruang tamu. Di saat-saat seperti itu, saya tidak langsung menutupnya. Akan tetapi, saya menyempatkan diri untuk memandang ke luar jendela, memandangi jalan yang telah sepi, dan juga dedaunan di depan rumah yang bergoyang diterpa angin.
Dalam hati, saya kemudian bersyukur kepada Allah, telah memberikan tempat tinggal pada saya dan keluarga. Sebuah tempat yang nyaman, yang melindungi kami dari panas dan hujan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika saya harus berada dalam kondisi yang sebaliknya, hidup di jalanan dan tidak punya tempat tinggal.
Kedua, nikmat yang kadang kala tidak kita sadari: listrik. Kalau sudah mati listrik, kadang-kadang bisa membuat kita mati gaya. Banyak aktivitas kita di rumah yang membutuhkan energi listrik, bukan? Bahkan, untuk memasak sekali pun, kita sering memanfaatkan listrik. Misalnya saja untuk menyalakan blender, chopper, atau oven.
Kemarin, listrik di rumah sedang korsleting. Kejadiannya saat malam hari. Saya yang tidak bisa pisah dengan kipas angin ketika tidur, merasa tersiksa karena kondisi di dalam kamar panas sekali. Kamar dalam kondisi tertutup ditambah cuacanya yang memang panas. Lengkap sudah. Saya juga tidak bisa menyalakan lampu. Hal ini membuat saya sadar, bahwa selama ini saya telah menganggap nikmat listrik yang menyala adalah hal yang biasa. Kalau sudah begini, baru terasa sekali bahwa listrik adalah salah satu nikmat yang begitu istimewa.
Ketiga, nikmat sehat. Ya, ketika tubuh terasa baik-baik saja, nikmat sehat kita anggap biasa saja. Kalau sudah sakit, baru kita menyadari betapa mahalnya sehat itu.
Begitulah. Masih banyak contoh lain dari nikmat yang kita dapatkan. Pokoknya, we'd better not take things for granted. Sesederhana apa pun kelihatannya, mari kita syukuri nikmat tersebut, agar Allah menambah nikmat-Nya untuk kita.
(2 Mei 2024| 21:19 WIB)
13 notes · View notes
yasmijn · 4 months
Text
01
Udah lama ga nulis di Tumblr tapi di H-1 pemilu ini aku merasa perlu banget menulis dan menyatakan bahwa besok aku akan nyoblos 01. Anies-Muhaimin. Dan siapa tau tulisanku bisa meyakinkan kamu-kamu yang masih belum yakin mau coblos siapa tapi jelas gak mau golput. Dan please, for everyone's sake.... jangan coblos 02.
Alasan utama aku pilih 01 sih karena (1) Asal bukan Prabowo, dan (2) Gak mau coblos PDIP. Cuma ya kalau realistis dan gak gengsi untuk mengakui dan diri mau obyektif, Anies Baswedan memang adalah orang yang paling pantas untuk jadi presiden Indonesia di antara ketiga capres yang kita punya sekarang. Secara pendidikan, rekam jejaknya sedari bangku sekolah, kuliah, menjadi rektor termuda Indonesia, menggagas dan menjalankan Indonesia Mengajar, menjadi Mendikbud walau dicopot tak sampai 2 tahun menjabat, dan yang paling baru adalah Gubernur DKI Jakarta.
Tumblr media
Karena dari awal aku memang condong ke Anies, ya otomatis aku memang lebih ingin mengkonsumsi dan mencari konten mengenai beliau. Awalnya tentu aja kemakan ribut-ribut kontroversi deklarasi Cak Imin yang tiba-tiba maju jadi cawapres Anies padahal (1) awalnya AHY digadang-gadang jadi cawapres beliau, dan (2) awalnya Cak Imin akan dipasangkan jadi cawapres Prabowo. Langsung deh dicap dobel oportunis - yang satu "mengkhianati" Demokrat, dan yang satu lihai oportunistik mengambil kesempatan menjadi cawapres di koalisi yang hampir runtuh karena gak sampai 20% presidential treshold.
Kalau mau denger Pak Anies address tuduhan satu ini, bisa tonton di video berikut:
youtube
Cuma asli deh kalau u emang serius pengen tahu kebenaran dan ingin mendengarkan untuk paham, kalau cari di Youtube semua penjelasan mengenai isu-isu Anies dan Muhaimin semuanya ada, kok. Dan semuanya bisa aku terima dengan akal sehat. Balik lagi, semua tergantung niat.
Banyak banget konten Bocor Alus Politik yang udah w konsumsi di sebulan terakhir haha.
Poin kedua yang bikin aku semakin bulat untuk coblos beliau adalah karena pendekatan kampanye-nya yang.... berbeda. Berbasis dialog, sungguh idealis, menyediakan ruang untuk siapapun, di berbagai kota dan berbagai setting, dengan berbagai partisipan yang dengan bersemangat menyampaikan masalah dan kegelisahan apa yang ingin mereka cari jalan keluarnya. Sebenarnya untuk bisa merasa cukup aman dan nyaman untuk angkat suara di sebuah forum sangat besar, itu juga adalah hal yang nggak semua pemimpin dan calon pemimpin bisa ciptakan.
Ada dua episode Desak Anies yang bikin w nangis selama nonton... yang pertama adalah tentang perempuan:
youtube
Dan tentang buruh dan ojol.....
youtube
Pas denger para audiens ngomong w rasanya sedih banget. Banyak banget ragam masalah yang dihadapi banyak lapisan masyarakat... masalah-masalah yang tak terbayang. Bahwa ada banyak yang masih belum mendapatkan keadilan dan kelayakan hidup seperti "mitra" ojol dan juga pekerja rumah tangga.
****
Cara pikir beliau runtut, punya kerangka pikir yang jelas, berbasis nilai, bisa menyampaikan semua ide dengan baik, jelas, sopan, dan memberikan ruang untuk berdialog. Sempet juga liat video dimana Pak Anies menjelaskan gimana akhirnya dia bisa meyakinkan pemilik lahan untuk menjual lahannya ke pemerintah melalui diskusi... gimana akhirnya dia bisa meyakinkan sebuah musholla untuk memberikan persetujuan pendirian gereja dengan berdiskusi juga... bagaimana cara pikir beliau sampai akhirnya beliau kembali memperbolehkan ojek untuk lewat Jl Thamrin. Dimana sebelumnya Ahok mensterilkan ruas jalan itu dari kendaraan roda dua.
Anies bilang bahwa Jakarta itu untuk semua orang, inilah demokrasi yang sebenarnya, dimana jalan termahal di republik ini bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari yang paling miskin sampai ke yang paling kaya sekalipun. W juga jadi mikir, bahwa ya pernah banget w mikir bahwa motor tuh ganggu di jalan, bikin macet - tapi w melupakan bahwa w dan mereka adalah sama-sama penduduk kota ini. Yang haknya seharusnya sama, tidak dibedakan. (Cuma ya tolong lah tetep tau aturan).
Untuk lengkapnya tonton deh di sini (bisa start di menit ke 40):
youtube
Fyi di tahun 2019 w nyoblos Prabowo. Waktu itu sih karena memang gak suka sama Jokowi sekaligus kasian sama Prabowo karena kok kayaknya pengen banget jadi presiden (kasih lah). Cuma ya di 2019 dan 2024 spirit w tetap sama: mencari perubahan.
Di tahun 2024 ini kita sangat beruntung bisa mendapatkan capres seperti Anies Baswedan, yang bikin anak-anak muda bisa lebih kritis dan berpartisipasi melalui dialog dan juga gerakan-gerakan sangat pop seperti kpopification dari fandomo Pak Anies di @aniesbubble dan juga menggerakkan volunteer untuk bikin event-event independent self-funded juga website yang keren banget seperti ini (harus dibuka di hp):
Inti dari intinya adalah.... w takut sih jujur menyambut pemilu esok hari.
****
Semoga Allah merahmati kita semua.
19 notes · View notes
wedangrondehangat · 7 months
Text
Tumblr media
Terkadang ini soal sudut pandang.
Saya sebenarnya hampir-hampir sama dengan mbak tersebut. Mungkin sebagaimana perempuan pada umumnya, terkadang gemas melihat suami meletakkan barang tidak pada tempatnya lagi. Meski sebenarnya saya bukan perempuan yang rajin-rajin amat untuk membersihkan.
Saya teringat kisah tentang pasangan yang berpisah karena sang suami selalu membuang sisa rokoknya di pot milik si istri. Mungkin bagi orang lain terlihat sepele, tetapi hal itu dilakukan berulangkali bahkan mungkin bertahun-tahun sampai sang istri lelah mengingatkan. "Seumur hidup itu terlalu lama, nak.." ujarnya pada sang anak sewaktu hendak berpisah.
Saya setuju bahwa seumur hidup itu terlalu lama untuk dihabiskan bersama orang yang tidak tepat.
Saya pun kerap kesal ketika suami menumpahkan kopi sehingga menimbulkan bercak di lantai atau dalam kulkas. Ia juga kerap tidak membenahi perlengkapan laptopnya, meletakkan celana dan baju sesukanya, peralatan mandi berserakan tidak kembali pada tempatnya, tetapi ia tidak setiap hari seperti itu, meski memang sering.
Di sisi lain, jika saya marah mungkin bisa saja melukai hatinya dan membuatnya berpikir bahwa saya ini pribadi yang suka marah-marah.
Akhirnya saya mencoba mengubah sudut pandang. Bagaimana jika saya adalah dia? Apa yang selama ini dilakukannya terhadap saya ketika saya membuat kesalahan?
Jika diingat-ingat ada begitu banyak kelakukan saya terhadapnya yang berhak membuatnya marah besar, tetapi ia bahkan tidak marah sama sekali. Saya pernah mematahkan pondasi televisi yang ia beli dengan tabungannya sendiri, menumpahkan kopi ke atas laptopnya sampai laptop tersebut rusak padahal sedang ada proyek yang ia garap, bahkan yang terfatal saya melewatkan tanggal ulang tahunnya karena saya salah mengingat tanggal!
Suami saya banyak mentolerir sikap saya, tidak suka melarang, mengizinkan saya pulang kampung berminggu-minggu, memberikan nyaris seluruh penghasilannya untuk saya kelola, tidak menuntut rumah harus bersih, tidak menuntut harus masak.
Perempuan-perempuan yang belum menikah mungkin bisa membicarakan soal poin-poin kecil pada paragraf di atas kepada calon pasangan terlebih dahulu. Poin-poin itu berdampak sangat besar terhadap kehidupan perempuan nantinya setelah menikah. Banyak perempuan yang tertekan karena kerap dilarang, berbakti di bawah tekanan, tidak diberi ruang untuk dirinya sendiri, tidak punya waktu untuk me time, dan lain-lain.
Sebagaimana makhluk tuhan pada umumnya, suami saya juga tidak lepas dari segala kekurangan di balik segala kebaikannya. Sisi-sisi yang kurang tersebut saya anggap sebagai ujian dalam pernikahan sambil meyakini bahwa Allah memberi cobaan telah satu paket dengan solusi atau penyelesaiannya. Meyakini bahwa ada hikmah yang indah di balik setiap cobaan dari-Nya.
Saat berkunjung ke salah satu sesepuh yang telah berusia 90 tahun di Jawa beberapa waktu lalu, saya bertanya apa rahasia bisa berumur panjang dan sehat seperti beliau. Pesan beliau kepada saya:
Satu, sabar.
Dua, Jangan marah-marah.
Tiga, vitamin L alias "luweh" kalau kata orang Jawa. Luweh maksudnya terserah, bodo amat. Jangan baper, jangan terlalu memikirkan apa kata orang, jika ada masalah jangan dipikir terlalu lama.
Melalui tulisan ini saya ingin mengingatkan—utamanya pada diri sendiri bahwa setiap orang, termasuk diri kita sendiri maupun pasangan kita pasti memiliki kekurangan. Namun, hal itu sepatutnya tidak membuat kita buta atas segala kebaikannya.
Kekurangan yang saya maksud pun adalah hal-hal yang masih bisa ditolerir. Kita tahu batas tolerir kita masing-masing.
Dalam melihat persoalan, cobalah sesekali mengganti kacamata kita. Mungkin bisa mengubah apa yang tadinya begitu merunyamkan menjadi lebih menentramkan. Ingat-ingat juga 3 pesan dari sesepuh yang saya tuliskan. Sabar, jangan marah-marah, dan luweh! Semoga kita bisa sama-sama belajar menerapkannya, aamiin~
Catatan 22 Oktober 2023
12 notes · View notes
nonaabuabu · 2 years
Text
SURAT UNTUK SANDYAKALA
Tumblr media
picture by pinterest
Hai Kala, apa kabar?
Aku menulis surat ini kala sabit menghiasi langit malam. Berteman lagu Ruang Rindu milik Letto, beberapa lembar kertas biru, dengan segelas kopi jahe kesukaanmu tanpa makanan penutup apapun. Bersama semua itu aku mengingat beberapa bait tentang kita.
Barangkali yang kutulis ini adalah apa yang telah kau tahu dariku. Barangkali pula itu sesuatu yang bosan kau dengar. Tapi akan tetap aku katakan, sebab rasanya jika tidak aku tuliskan maka aku tak cukup mampu menjelaskan mengapa dua lembar kertas ini sampai padamu.
Kal, terima kasih pernah membuatku merasa dicintai. Aku tak pernah memiliki perasaan semenyenangkan itu seumur hidup sebelum kita bertemu. Aku menjadi mengerti mengapa banyak orang yang menanggalkan akal sehatnya demi perasaan itu —karena tak peduli bagaimana dunia melihatmu, saat ada satu orang yang memelukmu ketika hidup sedang hancur-hancurnya, maka semua akan terasa baik-baik saja.
Maka, terima kasih untuk hadirmu kala malam kelam itu, di saat hidupku sedang hancur-hancurnya.
Kala, saat kau baca ini, aku sudah melewati banyak tahap untuk tetap membiarkanmu hidup di hatiku. Aku tak membiarkan siapapun mengetuknya dan menyingkirkan setiap nama yang mencoba menyusup dalam ruang hatiku. Aku ingin mencintaimu tanpa dibatasi ruang dan waktu, karena rasanya tak ada yang berhak mendapatkan cintaku melebihi kau.
Tapi Kal, benarlah kata orang, yang abadi adalah perubahan. Maka izinkan aku sampaikan ingkar, karena berlabuh pada rumah yang membuatku rela tenggelam tanpa pegangan; bukan dirimu.
Kal, kau benar perihal cinta. Cinta bukanlah tentang siapa yang mencintai siapa, tapi tentang siapa yang rela memberikan cinta itu kepada siapa. Aku tak mengerti kerelaan itu saat kau membicarakannya dengan tatapan penuh sekaligus layu saat itu, namun ketika di satu waktu seseorang mengambil alih duniaku, aku kehilangan kesempatan bahkan untuk sekedar mengatakan aku belum bersedia.
Aku mengerti, kita terlalu penuh perhitungan dulu, dan cinta tak miliki nilai absolutnya sehingga cinta yang kita bagi hanya sebatas untung dan rugi. Kau memberikanku banyak keuntungan itu, tapi tak kulihat wajahmu bersinar dengan apa yang aku beri. Meski terlambat aku sadari, seberapa besar pun aku menciptakan ilusi untuk memberikan cinta itu sepenuh hati, aku gagal memberikan segala rasa selayaknya kau memberi. Maaf untuk itu.
Hari ini, saat aku menulis namamu di kertas biru itu, aku telah menjadi seseorang yang memahami cinta itu dari kedua sisi, yang mencintai dan dicintai.
Kal, kupikir dulu aku hanya akan jatuh hati pada lelaki sepertimu, dan kupikir itu terjadi di saat kehancuranku pula. Ternyata aku menemukannya saat duniaku sedang terang benderang, aku sedang baik-baiknya. Sehingga hal pertama yang kami bagi adalah tawa, hingga debar itu menjadi nyata bahkan saat kami berbagi tangisan.
Aku menerimanya bukan karena ia satu-satunya yang membuatku merasa dicintai, bukan karena dia yang aku butuhkan dan bukan karena dia selalu bersedia ada. Tapi karena aku, aku ingin dia untuk seluruh hidupku, tak lebih dan tak kurang.
Dia lebih dari cukup. Dia tak membuatku banyak bertanya hingga tak ada sedikitpun ragu. Meski berulang kali aku mencari celah, menyingkirkannya dengan segala kurangnya, tapi aku selalu sampai pada titik pemahaman; harus dia maka aku rela.
Mungkin kisah ini nanti akan panjang, maka untuk sekarang sekian dulu. Datanglah jika luang Kal, aku menunggumu.
Sehat selalu, akan selalu ada tempat dihatiku atas namamu. Lelaki bermata sayu yang memelukku saat dunia hancur lebur. Aku menyayangimu Kal, seperti malam kepada fajar yang membiarkannya bertemu langit biru.
Tertanda Angin Utara
120 notes · View notes
gdsmonoton · 11 months
Text
Tumblr media
Ruang Di Sudut Pikiran (13)
사람 ≠ 사랑 (People ≠ Love)
Seharusnya, aku bahas RDSP 12.5 perihal kelanjutan Amygdala. Tetapi karena merasa belum cukup ilmu untuk ditulis, aku lanjut publish isi pikiranku yang lain.
Sudah sejak 7 atau 8 tahun yang lalu, aku merasa bahwa orang-orang dan kasih sayang sangat bertolak belakang. Bukan berarti tidak ada satupun manusia yang saling berbagi kasih sayang, tetapi ya... langka saja yang benar-benar tulus.
Waktu aku lagi di masa Anak Usia Dini, suatu hari aku pernah bermain sepeda bersama anak-anak sebayaku di lingkungan rumah, suatu hari lainnya aku hanya memandang dari balik pintu pagar memperhatikan mereka semua merayakan hari ulang tahun salah satu teman sebayaku tanpa mengundangku.
Aku berdiri dengan kepala yang begitu berisik menuntut sebuah jawaban dari pertanyaan dengan kata awal 'kenapa' atau 'mengapa'. Dan aku tidak pernah menyuarakan kebisingan itu pada siapapun hingga detik ini.
Aku juga pernah mendengar sebuah kalimat: "Kita bersahabat ya! Aku, kamu, si A, dan si B. Selamanya!" Di suatu hari yang cerah di sekolah.
Tetapi di hari lain di tempat yang sama, jelas aku mendengar kalimat: "Tidak usah bicara sama Chaca, tidak usah ditemani. Biarin dia sendirian. Anaknya aneh."
Kala itu, sebuah belati yang tak nampak wujudnya menyayat beberapa kali pada hatiku, meninggalkan luka imajiner yang sampai saat ini masih berbekas jelas pada memoriku.
Atau ketika SMP? Ketika aku berhasil membagi mungkin sedikit dari kepercayaanku atas kalimat: "Cerita saja dengan kami kalau ada apa-apa.", mulut yang sama justru mematahkan kepercayaan itu sendiri.
Selanjutnya yang terjadi? Gak kok, gak berat. Cuma difitnah dan disindir-sindir aja setiap hari tanpa ada satupun yang mau konfirmasi kebenarannya. Hari-hari di sekolah bagaikan neraka, tapi tidak semenyiksa dan sepanas neraka pada akhir kehidupan dunia 'kan?
Kalimat: "Aku menerimamu apa adanya" kini terasa seperti alunan gombalan sampah yang tak lagi membuat hatiku menghangat. Karena nyatanya, tak ada yang mampu melakukan itu selain diriku sendiri.
"Gak usah sok berprestasi, sok pinter."
"Kapan presentasi jelekmu selesai? Ngantuk, tahu."
"Sok cantik, padahal lo jelek banget."
It's okay, ada beberapa hal yang gak bisa aku kendaliin. Salah satunya mulut gak bermoral orang-orang yang kudengar saat aku kelas 10 SMA.
Semua hal itu terangkum dan seolah tersimpan dalam lembaran kertas yang terkubur jauh di dalam ruang memori kepalaku.
Dan sebenarnya ya aku baik-baik saja sekilas mata memandang. Aku masih hidup, sehat, tetap berusaha berprestasi dan proses mencintai seluruh kekurangan diri.
Tetapi aku pada akhirnya sadar bahwa manusia tidak pantas disandingkan selalu dengan rasa cinta. Manusia tidak penuh cinta seperti yang aku suka dengar pada lagu anak-anak di masa lalu.
Manusia tidak selalu saling menyayangi, manusia justru terlampau sering saling menyakiti tanpa senjata fisik.
•••
Kenapa judulnya 사람 ≠ 사랑 ???
사람 (saram) : dalam bahasa korea berarti manusia/orang.
사랑 (sarang): dalam bahasa korea berarti cinta.
Tulisannya sekilas terlihat seperti sama, tetapi jelas cara mengucapkannya berbeda. Begitu pula manusia dan kasih sayang yang sering disandingkan bersama.
"Manusia adalah makhluk penuh kasih sayang."
Bohong. Mungkin yang berkata seperti itu lupa akan sifat alamiah manusia, yaitu: berubah seiring waktu berjalan.
Yang menyayangi, akan menjadi paling membenci
Yang mencintai, akan menjadi paling asing.
Yang berkata menerima apa adanya, akan menjadi yang paling enggan.
Begitulah manusia berubah digerogoti waktu.
Berkali-kali, tidak hanya satu atau dua kali. Ditinggal, atau mungkin meninggalkan. Manusia selalu berputar pada lingkaran semacam itu.
Seperti lirik lagu BTS Suga alias AgustD berjudul People:
Everyone would live on
Everyone would love
Everyone would fade away
People change — like I have
Living a life in the world, there’s nothing that lasts forever,
Everything is just a happening that passes by.
Manusia, siapapun akan mencintai, akan menyayangi, akan hadir dan berada di sisi. Sebelum akhirnya memudar dan hilang. Manusia berubah, dan gak menutup kemungkinan bahwa aku juga berubah. 
Mereka berubah, aku berubah.
Kita hidup di dunia yang tidak ada satupun hal yang abadi. Semua terjadi begitu saja, berlalu dan pergi. Seolah tidak pernah terjadi apapun.
Orang-orang di sekitarku berubah, dan dipandangan mereka aku pun berubah; pandanganku berubah, bahwa manusia dan cinta tidak selalu jadi paket yang sempurna. Tidak.
-gds_monoton
14 notes · View notes
senantiyasa · 17 days
Text
aku ingin menjadi rumah
aku ingin menjadi rumah. bagi diriku yang tidak sempurna (sebagaimana manusia lainnya) ini. aku ingin menjadi rumah, bagi baiknya diri yang sedang kuusahakan. aku ingin menjadi rumah, bagi buruknya diri yang sedang kuupayakan untuk tersisihkan. aku ingin menjadi rumah yang aman dan nyaman untuk diriku sendiri.
di rumahku, aku bisa memeluk segala yang ada pada diriku. berhasil-berhasilnya, juga gagal-gagalnya. di rumahku, aku bisa duduk dengan tenang dan tidak terburu-buru ke sana kemari. di rumahku, meskipun aku tahu tidak selalu aku punya waktu, aku bisa berbaring dengan ringan.
rumahku tidak akan besar. ukurannya kecil saja, perabotannya pun belum lengkap. pelan-pelan jumlahnya akan bertambah, tapi kalau hilang suatu saat nanti pun tidak masalah. ada tanaman-tanaman yang tanahnya rajin kusirami dengan air. ada sayur-sayuran yang butuh tenaga untuk merawatnya, tapi menjadi asupan harian yang sehat. tidak harus ada kucing karena aku tidak begitu suka hewan itu.
di rumahku, tenangnya menjelma hangat. di rumahku, riuhnya menjelma gembira. di rumahku, semua perasaan dirayakan. bahagia disambut dengan tangan terbuka, begitu pula sedih yang terkadang datang meminta secangkir teh tanpa gula. kecewa juga sesekali tiba, setelahnya giliran penerimaan yang berkeliling ruang keluarga.
aku ingin menjadi rumah.
suatu saat nanti, mungkin ada rumah lain yang bersedia kudatangi. makin lama, rumah itu mungkin berkenan kutambahi dekorasinya. pemilik rumah lain itu mungkin bersedia juga bila aku sering berkunjung dan memasakkannya sup makaroni jamur. sebaliknya, suatu saat nanti, mungkin rumahku bersedia didatangi pemilik rumah lain. makin lama, rumahku bertambah satu set alat makan dan alat mandinya. aku mungkin berkenan pula pemilik rumah itu sering bermain dan membaca di teras rumahku.
mungkin waktu itu akan tiba. tapi, selagi penghuni rumahku masih satu-satunya adalah aku, aku mau menikmati setiap inci rumahku. mengenali setiap sudutnya. menjaga dan merawat setiap permukaannya dengan hati.
aku ingin menjadi rumah untuk diriku sendiri. yang aman, nyaman, walau harus repot setiap saat kurawat dengan hati.
senantiyasa, 2024.
4 notes · View notes
meyeva · 2 months
Text
Pengingat buat diri ku sendiri
ada satu dua berita kematian yg bisa dibilang mendadak. Aku dapat kabar, guru SMA ku meninggal. Memang tidak dekat secara personal karena memang jurusan ku dan mata pelajaran beliau itu berbeda. Tp Maa syaa Allah beliau ini setiap kali lewat depan kelas sehabis mengajar dikelas sebelah, sangat ramah dan suka sekali bercanda. Jadi raut wajah beliau yang ceria ke siapapun,,, bahasa santun beliau ketika menyapa itu teringat jelas diingatan. Menurut cerita yang ku dengar, hari Sabtu beliau masih masuk sekolah, bahkan pulang sekolah beliau masih sempat hadir diacara syukuran salah satu rekan sesama guru. Qadarullah, sebelumnya beliau memang mengalami kecelakaan kecil saat sedang ke kebun. Salah satu ranting kayu berduri mengenai kaki beliau,,,, cuma masih sehat dan masuk sekolah. Pulang dr acara syukuran kondisi beliau menggigil, dan dilarikan ke klinik terdekat tapi kondisi beliau memburuk dan dirujuk ke rumah sakit daerah, beliau masuk ruang ICU,,, dan sehari sempat dirawat diruang ICU,,, qadarullah Senin malamnya beliau meninggal. Aku tertegun mendengar bagaimana begitu cepat kejadiannya. Sabtu masih sekolah tapi hari Senin beliau sudah tidak ada. Bagaimanapun kondisinya, kematian adalah sesuatu yang pasti. Jadi diingatkan lagi, supaya tidak lalai. Supaya ingat suatu saat kita juga akan pulang. Sejatinya kita sedang berada diantrian menuju kematian. :(
2 notes · View notes
bersuara · 2 months
Text
Tumblr media
Membakar batok kelapa untuk mengusir nyamuk.
Jadi, di depan rumah tanteku dibuatlah pos/saung dengan alasan untuk duduk pasien yang periksa ke sepupuku (anak dari tanteku). Tapi, ternyata duduk di pos tuh adem dan nyaman (bisa rebahan karena disediakan kipas angin). Pasien tetap duduk di depan klinik, yang memakai pos jadinya malah keluarga sendiri hahaha.
Tapiiiii resiko duduk atau ngadem di pos ketika malam tuh ya digigitin nyamuk meskipun sudah ada kipas angin. Jadi, untuk mengusir nyamuk, sepupuku memiliki ide membakar batok kelapa. Nyamuknya sih jadi kabur, tapi asap dari batok kelapanya membuat baju jadi bau asap, pernafasan pun jadi ngga sehat.
Karena kesabaranku setipis tisu, aku langsung beranjak masuk ke dalam rumah tanteku dan memilih untuk rebahan di ruang tamu saja hahaha.
- 23 April 2024
4 notes · View notes
ceritapermata · 2 months
Text
Tumblr media
Part paling sedih dari lebaran adalah melepas sanak saudara kembali ke perantauan.
Iya! Rasanya campur aduk. Baru bersuka cita tiba-tiba harus kembali terpisah. Baru saja berdekapan harus kembali berjarak. Tapi yg namanya hidup bukankah seperti itu?
Sebagai orang yang tinggal di kampung halaman. Ada bahagia yg tidak dapat diungkapkan saat menyambut sanak saudara dari tanah rantau. Tidak peduli mereka membawa banyak oleh-oleh atau tidak, pulang dengan sekarung emas atau tidak, kehadirannya saja sungguh sangat menghangatkan hati. Rumah-rumah kembali ramai, gelak tawa terdengar di setiap sudut ruang. Bercengkrama dan juga mendengar cerita kehidupan mereka. Ah ingin rasanya berlama-lama.
Selamat kembali ke tanah rantau semua sanak saudara, semangat kembali ke rutinitas. Untuk anak rantau yg sedang berjuang, baik berjuang dalam pendidikan maupun karir semoga diberikan kekuatan dan ketangguhan oleh-Nya. Semoga selalu sehat dan bahagia di manapun berada. Salam dari penghuni kampung halaman yg sebentar lagi juga akan merantau haha
3 notes · View notes
nurlinaism · 3 months
Text
07 Desember 2023, hari dimana pertemuan terakhir kita. Suasana hujan dengan gemuruh petir dan sambaran kilat, semakin membuat suasana menjadi sendu. Malam ini aku sedang duduk di teras rumah, sambil melihat hujan deras disertai gemuruh petir dan kilat yang saling menyambar.
Ingatan ku seketika kembali pada pertemuan terakhir kita. Di jam yang sama, kita duduk di depan salah satu kedai Teh di Kota Surabaya, saling mengisi ruang waktu yang kosong dengan pikiran masing-masing, aku dengan pikiran "bisakah kita kembali memperbaiki hubungan kita?", dan kamu dengan pikiran yang entah diriku tidak tahu seperti apa, tapi dari pembicaraan kita waktu itu, aku yakin betul bahwa kamu sedang memikirkan bagaimana caramu supaya tidak menyakiti diriku, padahal sudah jelas, dengan kamu mengakhiri hubungan kita aku sudah merasakan sakit.
Sekuat apapun mempertahankan seseorang, tapi ketika orang itu ingin pergi, ya sudah. Biarkan pergi. Terlalu egois untuk memaksanya tinggal. Saat ini, diriku sudah mencoba rela, meskipun masih berusaha.
Sakitku sudah mengering, sebentar lagi paling sudah mengelupas lalu sembuh. Semoga kamu bahagia selalu, asing ini akan menjadi asing sampai entah kapan. Sehat selalu mas.
Aku sudah baik-baik saja.
nurlinaism, 05 April 2023
3 notes · View notes
yasmijn · 1 year
Text
The day my grandmother passed away
Kami semua tahu kanker Nini sudah metastasis ke paru-paru, tulang, dan liver di bulan November 2022, setelah Nini sering batuk-batuk dan mengeluhkan paru-parunya yang terasa sesak. Dulu Nini didiagnosis kanker payudara, tapi sejak masektomi, kemoterapi, mencoba berbagai pengobatan alternatif, tidak lagi makan daging merah dan mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, ia sudah bebas kanker selama tujuh tahun terakhir. 
Sudah 28 hari terakhir Nini ada di rumah sakit, kunjungan keduanya tahun ini. Tujuan awalnya adalah mengeluarkan cairan dari paru-parunya yang mengalami efusi pleura - dokter bilang biasanya setelah seminggu cairan sudah habis dan pasien bisa pulang. Keluarga juga masih optimis karena apa sih yang tidak mungkin? Tapi sampai kemarin, cairan dan paru-parunya masih terus keluar, jadi dia belum bisa pulang. Sampai akhir, masing-masing paru-parunya sudah mengeluarkan 7 liter cairan. Dokter juga bingung, dan kesimpulan akhirnya adalah: ya itu disebabkan oleh kankernya. 
Sebenarnya selama di rumah sakit pun kondisinya masih cukup baik, sudah lebih semangat makan, dan terlihat lebih segar. Cuma memang dalam 2 minggu terakhir kondisinya sering drop, tidak sadar, dan waktu hari Selasa malam (dua hari yang lalu) aku mengunjunginya, Nini sedang tidak sadar, detak jantungnya sudah irregular, dan bahunya naik-turun ketika mengambil nafas, terlihat sesak. Ngeliatnya bikin takut dan sangat sedih. Ternyata kata Arka Nini sudah seperti itu dari minggu lalu. Malam itu Nini sempat sadar dan menjawab ketika aku ngomong, dan beliau juga ngomong ke Mama (minta mukena karena mau solat, minta minum). Malam itu mama nginep di RS untuk nemenin.
Kemarin pagi aku pergi ke rumah sakit jam setengah 8 untuk jemput mama, dan di hari itu ada banyak saudara yang datang untuk menjenguk jadi ruangannya penuh. Karena aku ada meeting kantor dan juga janji dengan orang lain, akhirnya baru bisa pergi jam 9.50-an. Waktu kami pergi, di kamar ada suster dan 2 orang adik Mama. Lokasi RS-nya di Cihampelas, jadi waktu pulang harus ambil Pasupati dan turun di Taman Sari. Di Taman Sari tiba-tiba adik Mama bilang bahwa semuanya sebaiknya pergi ke RS. Mama telfon dia tapi nggak diangkat, lalu dia ganti menelfon suster - dan saat itulah kami tahu bahwa Nini sudah nggak ada. Nini berpulang jam 10 pagi kemarin di RS Advent Bandung.
Ternyata mengurus kepulangan itu nggak sebentar ya. Dari jam 10, dokter dan suster baru mulai melepaskan infus dan selang-selang mungkin sejam setelahnya, dan dari situ Nini dimandikan di fasilitas ruang jenazah rumah sakit. Jam setengah 2-an kami semua baru bisa pulang mengantarkan Nini ke rumah. Nini disolatkan di ruang keluarga, dan aku sempat cium keningnya sebelum rombongan berangkat ke tempat pemakaman. Aku bilang “Sampai ketemu lagi, Ni.” 
Jam setengah 4 rombongan berangkat, dan pemakaman selesai dilakukan jam setengah 6 sore. Nini dimakamkan di taman pemakaman keluarga di Cibodas, Lembang. 
Tumblr media
Nini itu bukan nenek jauh di mata yang hanya aku temui setahun sekali ketika Idul Fitri. Sejak kami pindah ke Bandung, ya rumah Nini adalah titik kumpul untuk segala hal. Pertama kali di Bandung kami ikut tinggal di sana, sebelum akhirnya pindah ke Cigadung dan ke Dago Pakar. Karena Mama yang sibuk antar jemput anak setiap hari ke sekolah dan juga berbagai tempat kursus, dan juga sering minta bantuan supir Nini untuk antar-antar kami untuk kegiatan ekstrakurikuler, rumah Nini adalah titik kumpul yang paling nyaman untuk semua orang karena lokasinya yang strategis di Siliwangi (kami interchangeably bilang rumah ini sebagai Siliwangi/Rumah Nini). Aku bisa ketemu Nini hampir tiap hari, dan cerita-ceritanya aku dengarkan langsung dari Nini dan bukan dari tangan kedua ketiga. Semua temanku, dari SMP sampai S2, hampir pasti sudah pernah mampir di Siliwangi dan ketemu Nini. 
Nini itu kuat dan sehat banget. Mama sama Nini itu bertahun-tahun mengadakan yoga bareng di teras belakang rumah - temen mama itu ya temennya Nini juga. Mereka ikut pengajian bareng di Hegarmanah. Akupuntur bareng. Pun ketika keluargaku liburan ala backpacker ke luar negeri, Nini selalu bisa ngikutin pace kami yang penuh jalan kaki dan naik turun public transport tanpa mengeluh. Nini itu kuat. Sampai akhir sebelum kesadarannya hilang pun sebenarnya ia masih duduk dengan tegak, masih terlihat kuat dan mampu. Dan kami juga tahu bahwa Nini masih bisa pulang. Karena Nini kuat. 
Ada banyak sekali hal di kehidupanku yang belum terjadi, dan aku sangat sangat berharap Nini masih ada untuk mendengar kabar-kabar bahagia dari mulutku. Pernikahanku, kehamilan pertamaku, kelahiran anak pertamaku dan mungkin cicit kedua atau ketiganya, rumah pertamaku.... hal-hal yang belum terjadi dan nantinya pasti akan membuat hatiku sedih karena meskipun aku senang, aku akan sadar bahwa aku sudah tidak bisa lagi memberitahukannya langsung kepadanya dan melihat senyumnya lagi.
Aku sayang sekali padanya, dan aku tahu bahwa aku akan selalu merindukannya.
Kesedihan ini datang seperti ombak, kadang kecil, kadang besar, dan kadang seperti sebuah tsunami. Kemarin tangisku bisa meledak karena hal-hal sederhana, seperti ketika aku melihat keranda yang sudah menunggu di depan lift rumah sakit, dan ketika aku melihat bendera kuning berkibar di depan rumah Nini yang sudah dipenuhi para pelayat. Rasanya masih sulit diterima bahwa dalam enam bulan aku akan kehilangan nenek yang sangat aku sayang.
Tumblr media
Aku yakin Allah sudah menyiapkan tempat terbaik untuknya - tempat yang penuh rahmat, bebas, lepas, mulia, luas, jernih dan sejuk. Aku harap aku bisa bertemu lagi dengannya nanti.
Good bye Nini, I will never not miss you. 
*
In loving memory of my wonderful grandmother, Kusumahhani binti Abdullah 02 April 1947 - 10 Mei 2023
22 notes · View notes
fazalisans · 3 months
Text
Dirawat (lagi)
12 Maret 2024.
Hari ini hari ke 3 sekaligus hari terakhir ibu dirawat (lagi), dan jadi hari pertama Ramadhan juga (ya sebenarnya kami sudah puasa dari kemarin, ikut putusan muhammadiyah), tapi biar gak ribet, anggap aja sekarang tanggal 1. Tadi malam ibu sudah pulang dan langsung istirahat.
Sedikit TMI, sebenarnya kondisi ibu masih sangat baik untuk dirawat (setidaknya itu yang terlihat). Tapi ada kekhawatiran dari hasil ct-scan minggu lalu, ada penyumbatan pembuluh darah di 2 titik menuju jantung, dan disarankan untuk kateter.
Saat dapat hasil ct-scan, 3 hari sebelum ibu dirawat, aku nonton video podcastnya Raditya Dika yang kebetulan ngundang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dan fokus menangani kasus penyempitan pembuluh. Dokternya cerita juga tentang bahaya penyakit jantung koroner yang diam-diam mematikan. Persis sama penyakit ibu selama ini.
Hari sabtu kemarin ibu ke igd, niatnya biar bisa konsultasi sama dokter lebih cepat, karena kalau daftar manual baru dapet jadwal tanggal 15, tapi karena dokternya lagi gak ada di tempat, dan ibu juga kelihatan lemas, jadi langsung dirawat hari itu juga, observasi kondisi jantung dan dikasih pengencer darah seperti biasa.
4 bulan yang lalu juga kondisinya sama, ibu mau konsul ke dokter sesuai jadwal setelah 1 tahun lepas obat (emang suka bandel), dan waktu dilihat kondisinya, dokter langsung larang pulang, karena curiga ada potensi serangan jantung ringan. Akhirnya dikasih obat suntik pengencer darah 6 dosis untuk 3 hari, biar ibu bisa istirahat total juga.
Kemarin, waktu lagi nunggu ibu di rumah sakit, ibu cerita kondisi waktu lagi nunggu ruang rawat inap di igd. Cerita yang cukup membuat aku sedikit khawatir.
Jadi ceritanya, waktu ibu lagi nunggu di igd, ada ibu-ibu paruh baya (lebih tua dari ibu sedikit) datang sama anaknya, mengeluh sakit jantung juga. Si ibu ini bilang kalau beliau pasien dr. Henny, dokter yang sama dengan dokternya ibu, katanya beliau emang dokter jantung paling bagus di hermina. Tapi waktu dicek, gak ada rekam medis beliau di rumah sakit ini, si ibu bilang memang sudah lama gak konsul ke dokter, sekitar 2-3 tahun.
Si ibu itu langsung diperiksa ECG, dan karena ruangan lagi penuh dokter igd langsung menyarankan masuk ruang ICU. Anaknya menolak, alasannya biaya yang mahal, mamanya juga masih kelihatan sehat, gak ada tanda-tanda mengkawatirkan menurut si anak. Ibunya langsung bilang, "ya udah, pulang lagi aja, gak usah dirawat". Akhirnya ibu anak ini keluar igd.
Selang 2-3 jam, anaknya kembali lagi ke igd, dengan kodisi yang berbeda. Sepertinya ibunya benar-benar serangan jantung, dan langsung ditangani perawat, tapi karena terlambat ditangani (dan sudah takdir dari Allah), beliau meninggal dunia saat itu juga. Anaknya kelihatan sangat menyesal, menangis dan meraung-raung cukup lama, menunggu kerabatnya datang, dan bingung harus berbuat apa. Karena cukup mengganggu pasien lain di igd, si anak diamankan ke area luar ruangan, dan bertemu kerabatnya.
Dengar cerita itu aku jadi makin sadar kalau penyakit jantung itu menang silent killer yang menyeramkan. Kita gak pernah tahu kapan serangan jantung akan terjadi, seringnya malah kelihatan sehat-sehat aja, tiba-tiba kolaps dan terlambat ditangani. Rutin minum obat dan konsultasi ke dokter harus dilakukan setiap bulan, karena kadang dokter emang lebih tahu soal kondisi pasien dibanding pasien dan keluarganya sendiri. Pokoknya nurut aja udah. Dokter juga udah sekolah lama buat jadi spesialis, percaya aja.
Urusan ajal emang udah diatur, mau siap atau nggak, kalau udah takdirnya, manusia gak bisa lagi mengelak, tapi kita cuma bisa berusaha dan menjaga kesehatan semampu kita.
Intinya, alhamdulillah ibu udah selesai staycation di rumah sakit, dan sekarang harus lebih galak lagi buat ngingetin soal minum obat dan jadwal kontrol ke dokter.
Btw, ibu belum cerita ke dokternya soal izin mau umroh, katanya nanti aja izinnya, waktu kontrol minggu depan, (dokternya galak soalnya wkwk). Semoga semuanya aman, lancar sampai selesai umroh, bisa ibadah dengan sehat, dan kalau harus operasi bisa dapet jadwal operasi segera 🥺🙏🏻
3 notes · View notes
truegreys · 1 year
Text
Kabar dari Kamar Kecil
Bagian Terakhir - Keputusan Kecil yang Amat Gemilang
Tara akhirnya menceritakan kondisinya dengan Moy kepada ibunya. 
“Ibu gak akan ngehalangin kamu. Hanya kamu dan Kismoyo yang bisa memutuskan. Pilihlah pilihan yang menurut kamu paling mendekatkan diri kamu dengan Allah.” 
Mendengar saran dari ibunya, Tara langsung menghubungi Moy–menanyakan kabarnya–karena ia tidak mungkin terus-terusan berada di rumah ibunya. Ia sudah memasrahkan semuanya. Apapun keputusan yang mereka berdua ambil nanti, Tara akan menerima dengan kelapangan hati. Tara hanya akan berusaha memperjuangkan pernikahannya jika memang Moy ingin juga. Ia tidak mau memaksakan apapun.  
Tanpa diduga, Moy langsung mengajak Tara untuk bertemu di tempat pertama mereka bertemu–-sebuah café  di tengah kota. Moy berniat untuk mengakhiri pernikahan mereka di tempat mereka memulai semuanya, di tempat ia pertama memulai semuanya.
“Kamu gak cukur kumis?” Tanya Tara berbasa-basi.
“Iya. Lebih keren, kan?”
“Menurut aku, kamu keren, kok, mau gimana juga.” Jawaban Tara tulus. Ia memang tak pernah memandang fisik sebegitunya. Ia hanya perlu kebaikan dan ketulusan hati, yang ternyata selama ini ia keliru kenali.
“Aku mungkin pernah cerita ini. Pilihanku untuk ambil jurusan di SMA, jurusan di kuliah, sampai kerja adalah saran dari Bunda. Tapi, belakangan aku jadi saran bahwa keputusanku selama ini selalu dipilih Bunda…termasuk nikah sama kamu.”
Tara menahan hatinya yang bergejolak. Ia tahu bahwa percakapan ini akan dan harus terjadi sekeras apapun ia ingin kabur.
“Waktu kita berantem, Bunda nyaranin untuk nikah lagi. Pilihannya adalah selesai sama kamu terus nikah lagi atau punya istri dua.” 
Tara masih memberikan Moy ruang untuk bercerita. Setidaknya ia kini tahu bahwa Moy disuruh menikah oleh Bunda denganya, dan Bunda pula yang menyuruh anaknya untuk mengakhiri pernikahannya. Seseorang memang bisa berubah sebegitunya. Tara kesal, tapi kekesalannya tak akan membawanya ke manapun.
“Tujuanku nikah dari awal udah salah. Bunda ingin punya banyak cucu. Kejadian yang kita alami selama ini, bikin aku sadar kalau…ini semua salahku.”
Tara meneguk air mineral yang barusan ia pesan. Seolah diteguknya pula semua kata-kata Moy. Tara memang pasrah, tapi bukan berarti semua itu tidak menyakitkan.
“Aku gak bisa terusin pernikahan ini. Aku merasa perlu beresin masalah aku dengan Bunda.”
“Aku punya satu syarat.” Tara menjawab segala pernyataan Moy dengan persetujuan berupa syarat.
“Aku ingin kamu cek kesuburan.” Mendengarnya, Moy langsung setuju. Moy paham bahwa Tara yang selama ini disebut bermasalah karena PCOS-nya. Setidaknya, dengan dilakukannya tes kesuburan yang saat itu tak Bundanya izinkan, Moy bisa meringankan rasa penasaran Tara selama ini.
“Kamu bener-bener gak pernah bahagia sama aku?” Tanya Tara.
“Pernah, kok. Waktu aku nungguin kamu keluar dari kamar kecil buat cek kehamilan dan ternyata kamu hamil.” 
Pertemuan itu ditutup dengan senyum getir Moy dan Tara.
***
Hasil tes kesuburan menunjukkan sperma Moy abnormal. Wajar karena Tara tahu selama ini suaminyalah yang banyak merokok dan pola hidupnya tidak sehat. Hasilnya Tara kirim langsung ke alamat Bunda. Tara ingin menyampaikan kepada Bunda bahwa kehamilan  bukan hanya peran perempuan, tapi juga laki-laki. 
Awalnya Bunda menyambut perpisahan Moy dan Tara dengan riang. Semua berubah ketika paket dokumen yang dikirim Tara sampai di tangannya. Ditambah, Moy memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan pindah kota untuk memulai hidup baru tanpa bayang-bayang Bunda.
Moy menjual rumah yang ia bangun bersama Tara, lalu membagi hasilnya dengan Tara. Proses perceraian berjalan lancar. Moy maupun Tara hanya perlu menandatangani berkas-berkas dan hadir di persidangan. Sekilas Tara merasa perpisahan ini begitu lucu. Perjalanan yang kata orang begitu rumit, tapi ternyata Tara jalani dengan begitu ringan. Seolah keputusan untuk berpisah adalah persoalan kecil. Sebaliknya, Moy merasa keputusan kecil yang dirasakan Tara adalah langkah paling berani yang pernah ia tapaki. Semuanya memang tergantung pada sudut pandang masing-masing pelaku.
Selepas semuanya selesai, Moy mulai menemukan lagi tujuan-tujuan yang selama ini diabaikannya. Ia tetap menghubungi Bunda karena tidak mau menjadi anak durhaka. Tapi, ia mulai membatasi dirinya. Ia mulai memutuskan banyak hal untuk dirinya sendiri. Moy mulai merubah sebutannya untuk kamar kecil dengan toilet. Ia tak lagi menggunakan kata-kata ‘kamar kecil’ seperti yang diajarkan Bundanya.
Moy sesekali melihat Tara di media sosial.  Tara ternyata membuat komunitas yang mendukung perempuan dengan PCOS. Ia bisa melihat bagaimana gemilangnya Tara seperti sebelum Tara bertemu dengannya. Binar itu kembali hadir selepas perpisahan  mereka.
Keputusannya kini sudah tepat. Moy tidak akan lagi menanti kabar-kabar dari kamar kecil yang selama ini tak pernah benar-benar ia inginkan.
TAMAT
Klik ini untuk baca Bagian 1!
13 notes · View notes
ratnadh · 1 year
Text
"Ku tahu aku tak sempurna.. Bukan berarti aku tak berhak bahagia.. "
Sepenggal lirik lagu yg dibawakan Aurel yg dulu tak kumengerti artinya.. sekarang nyata terjadi dihidupku.
Perjalanan menjadi ibu dimulai dari kehamilan yg alhamdulillah diuji dengan kondisi lemah yg mengharuskan saya untuk resign kerja lebih cepat..
Ikhtiar untuk lahiran normal dengan olahraga, mengurangi gula, dan berbagai cara lainnya..namun qadarullah..saya melahirkan dengan operasi caesar.. dan diuji dengan kondisi tensi tinggi sehingga harus ada perawatan intensive setelah melahirkan..
Saya di ruang HCU,anak saya diruang baby.. tidak ada pelekatan untuk menyusui karena kami terpisah.. kekhawatiran akan tensi yg tak kunjung turun membuat saya stress, dan stress ini membuat tensi semakin naik, dampaknya ASI saya tidak keluar di hari pertama kedua bahkan beberapa hari setelah melahirkan..
Dampak panjangnya, anak saya tidak bisa minum Asi dengan DBF, dia terlanjur nyaman dengan dot. Sudah berlatih dan konsultasi ke ahli laktasi, sampai sekarang belum ada kemajuan.. saya tetap berjuang untuk memberikan Asi kepada anak saya dengan cara pumping.
Selama pasca melahirkan, saya tinggal dengan orang tua saya karena tentu saya butuh bantuan untuk merawat saya dan anak saya.. Bukan tanpa resiko, dari awal saya sudah memprediksi.. akan ada banyak perdebatan tentang cara pengasuhan yg saya pelajari dengan yg orang tua saya terapkan.. sedih harus berdebat dengan orang tua sendiri, tetapi jika dibiarkan beberapa hal bisa beresiko jangka panjang ke anak saya..
--
Saya menyadari sebagai perempuan dengan saya tidak bekerja, saya sepenuhnya bergantung pada suami, saya mengabdikan diri saya untuk suami dan anak saya.. Banyak kata mereka yg berkomentar secara langsung atau mungkin hanya disimpan di kepala dan diekspresikan lewat hal lain.. kenapa sarjana jadi ibu rumah tangga? Apa tidak kasihan suami sendiri yg bekerja? Kenapa anaknya tidak dititipkan ke orang tua saja dan kamu yg masih muda bekerja?
Ya, saya punya prinsip sendiri.. anak saya adalah amanah dari Allah yg harus saya pertanggung jawabkan nantinya, saya ingin mengurus dia secara langsung..
Apakah saya tidak ingin bekerja? Saya tentu lebih senang jika saya bisa bekerja.. tapi hati saya tidak tega meninggalkan anak saya dengan orang lain, sekalipun itu orang tua saya sendiri.
---
Saya menyadari bahwa banyak yg berpendapat bahwa melahirkan Caesar itu tidak sakit.., bukan ibu sejati.. ada semacam stigma bahwa melahirkan caesar 'kasta prestasinya' lebih rendah daripada yg normal..
Jujur saya sudah tidak peduli dengan anggapan itu.. saya tidak perlu menjelaskan rasa sakit dan perjuangan untuk pulih pasca operasi dengan masih pengobatan untuk turun tensi.. resiko melahirkan tetap sama apapun caranya.. ah, dianggap tidak 'seberjuang' ibu yg lahiran normalpun terseraaah..
---
ASI
Karena saya masih berjuang agar anak saya mau direct breastfeeding.. saya masih perlu tebal muka dan telinga saat melihat, mendengar, membaca.. apapun statement orang tentang saya..
Tidak ada ikatan batin? Anaknya kurang dekapan ? Nanti asinya akan kering? Dan banyak lagi..
Saya masih berusaha tegarrr untuk hal ini..
---
Saya menuliskan semuanya disini, untuk menguras isi kepala saya.. meletakkan semua keruwetan perasaan dan berharap bisa benar benar saya letakkan agar saya bisa fokus dengan apa yg bisa saya lakukan untuk anak saya..
---
Untuk orang orang di dunia nyataku.. siapapun panjenengan semua adalah orang baik.. saya tau semua orang baik.. tapi kabar tidak baiknya, ada hal yg panjenengan lakukan yg mungkin tidak sengaja membuat saya tidak baik baik saja..
Saya perempuan yg melepaskan pekerjaan untuk mengabdi di rumah..
Saya perempuan yg melahirkan secara caesar dan mengasihi dengan asi perah..
Saya perempuan yg tidak sempat mengurus diri karena sedang belajar menjadi ibu untuk anak saya..
Saya perempuan yg sedang menata ulang kondisi psikologis saya.. agar lebih sehat dan menjadi ibu terbaik untuk anak saya..
Saya berhak bahagia atas kurangnya saya.
Saya berhak bahagia atas pilihan saya.
Jika panjenengan memang sangat urgent untuk berstatement atau mengekspresikan ketidaksetujuaan dengan hidup saya.. usahakan saya tidak melihat atau mendengar ya. Tolong. Setidaknya untuk saat ini.
7 notes · View notes
bungajurang · 8 months
Text
Marah-marah di kantor.
Pagi ini aku berangkat ke kantor dengan perasaan kacau. Rupanya sisa kekesalanku kemarin masih ada, bahkan setelah tidur dan rehat di rumah. Kemarin aku sampai di kantor pukul 8.30. Waktu yang normal untuk datang ke kantor bukan. Rekan kerja satu timku datang pukul 9.30, 10.30 dan yang terakhir pukul 11.30 WIB.
Padahal aku berniat mendiskusikan sesuatu. Teman-temanku datang siang membawa aura yang tidak menyenangkan. Entah mereka sedang punya masalah pribadi atau hanya karena kepanasan di jalan. Semua orang jadi sensitif.
Beberapa minggu ini aku mengambil pekerjaan sampingan. Kemarin aku beres-beres pukul 3 sore, pikirku, porsi pekerjaanku sudah aku lakukan. Sisanya akan aku selesaikan hari ini. Namun satu temanku nyeletuk, "Jam segini kok udah pulang." Aku refleks membalas, "Lha kamu jam 11.30 kok baru datang. Aku dah sampai sini jam 8.30, kerja dan sekarang aku mau ngerjain hal lain." Dia terdiam. Akupun membeku. "Ya salahnya berangkat pagi-pagi." lanjutnya sambil menatap layar laptop.
Aku menggendong tas. Pamit sekenanya. Lalu pergi.
Rupanya aku tidak cocok bekerja di lingkungan dengan jam kerja yang bebas. Kecuali posisi yang aku lamar menyebutkan statusku sebagai freelancer, aku lebih suka bekerja dengan waktu yang tetap. Mau 8-4, 9-5, bahkan 10-6 juga akan aku lakukan. Selama di luar waktu itu aku tidak lagi memegang pekerjaan utama.
Lha ini, kantorku tidak punya jam tetap. Semua rekan kerjaku berangkat sesuka hati. Tapi kalau ada yang pulang sebelum jam 4, pasti ditegur dan ditanya-tanyain. Padahal ia yang pulang itu sudah datang sejak pagi.
Doa yang selalu aku ucapkan pada pagi hari, selama beberapa bulan terakhir, adalah aku ingin mendapat pekerjaan yang bisa membantuku berkembang, pekerjaan dengan lingkungan yang sehat, kantor yang menyediakan ruang atau meja pribadi untuk pekerjanya, dan soal upah, selama itu sesuai dengan standar upah minimum di daerah itu, aku akan baik-baik saja (kecuali UMR DIY).
4 notes · View notes