Tumgik
#sindiran halus
arioagio · 27 days
Text
Tumblr media
Don't be scared of what might happen. you are gonna be okay. God is good. 💗
2 notes · View notes
mamadkhalik · 1 year
Text
Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah : Kita Sendiri
Kawan, bagaimana kabarmu hari ini? bagaimana kabar dakwah? bagaimana kabar saudaramu?
Apakah engkau merasa lelah dengan rutinitas ini? dari rapat yang berputar, telat menyambut seruan, atau bahkan nasihat yang tak diindahkan?
Dari semua dikerjakan, apakah engkau dibalas dengan kesinisan, atau sindiran halus? Kadangkala mereka bercanda. Tapi hatimu sakit.
Namun sebelum itu, apakah engkau pernah dengar kalimat ini?
"Salah satu musuh terbesar kita adalah diri sendiri."
Benar kawan, salah satu musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Dari kemalasan, keikhlasan, pemahaman, juga prasangka!
Aku tak hendak menyalahkanmu. Meskipun sindiran, candaan melampau batas, atau bahkan tak menyambut seruan juga tak bisa dibenarkan.
Tapi, ingatlah sejenak kebelakang saat Rasulullah Shallalhu alaihi wassalam dan para sahabat berdakwah, mereka dicemooh oleh keluargaanya, dirampas hak-haknya, bahkan dihinakan sampai dibunuh.
Ummu Kulsum dan Ruqayyah gagal menikah hanya karena mengikuti dakwah Ayahnya. Serupa dengan Khadijah, diasingkan keluarganya, dirampas kekayaanya.
Tentunya masih banyak lagi cerita heroik lainya.
Ketika akhirnya engkau berikrar di Jalan ini dengan menyebut Tuhan dan Rasul-Nya, sudah sekuat apa untuk memegang amanah ini? dan tentunya, sudah sesiap apa?
Kawan, saat kau berhenti disini, berhenti pula orang dibelakangmu, orang yang menganggapmu layak untuk diikuti, dari caption media sosial, nasihat di warung kopi, atau sekadar ajakan lainya.
Kalau berhenti hanya karena sindirian dari orang luar sana atau bahkan saudara sendiri, itu tak sebanding dengan pengorbanan generasi pendahulu juga balasan yang akan kau dapat buah dari keistiqomahan.
Memang begini dakwah, jalanya panjang, orangnya sedikit, tapi dari itu semua pasti ada balasan yang tak ternilai harganya, tentang kesabaran juga pengorbanan yang dibangun dari niat ikhlas mengharap ridhoNya.
Rasullullah berkata kepada Abu Thalib,
"Wahai Paman! Demi Allah, andaikata, mereka mampu meletakan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku berhenti berdakwah, hingga Allah memenangkan dakwah ini atau aku mati karena itu, aku tidak akan meninggalkan dakwah ini!"
Amar Ar-Risalah, Zaid Bin Haritsah "The Way Home"
74 notes · View notes
parasitlajang · 2 years
Text
Setelah tiga dan enam;
Setelah melewati tiga puluh enam kamu mulai merenungi banyak tahun yang sudah kamu lewati dengan susah payah. Kamu mulai berpikir ulang tentang hidupmu dan mulai merencanakan ingin berakhir seperti apa. Lalu kemudian kamu juga mulai menyimpulkan bahwa memang tak penting menerima ucapan selamat ulang tahun, mengunyah dengan riang kue tart yang dilempar ke wajahmu, menerima hadiah-hadiah kecil; karena semua itu tak lebih tak bukan hanya sebuah 'peringatan' dan sindiran, bahwa seperti tahun-tahun sebelumnya, hidupmu selalu payah. Jadi buat apa merayakan hidupmu yang begitu-begitu saja?
Bukankah sudah lebih dari cukup untuk mulai menerima dan terbiasa bahwa kita tidaklah mesti punya impian, cita-cita dengan harapan-harapan yang segunung. Bukankah tidak apa-apa dengan tidak memiliki dan tidak menjadi apa-apa? Bukankah hidup tidaklah harus sempurna dan bahagia?
Sebab, setelah melewati tiga puluh enam, sementara kamu lajang dan tidak menikah, kamu lalu dapat berbicara tentang banyak hal; karena kamu layak, kamu berhak didengar dan bersuara. mengingat peristiwa apa saja yang sudah kamu lalui untuk sampai pada angka setelah tiga puluh enam.
Ketika bangun di pagi hari, kamu tak lagi gusar ketika mendapati kerut-kerut halus di pipimu semakin tampak jelas, saar sedang tertawa. Atau kantung mata yang semakin gelap, dan helai-helai putih yang mulai menyembul ketika kamu sedang menyisir rambut. Kamu tak lagi diselimuti perasaan bersalah saat kamu memilih untuk mendahulukan kepentinganmu sendiri daripada orang lain. Kamu semakin nyaman menghabiskan waktu sendirian; menangis di tengah gelap malam yang sepi, menghabiskan waktu seharian nonton anime, drama netflix, atau hanya duduk melamun saja. dan itu bukanlah sebuah hal yang buruk.
Sebab, setelah melewati tiga puluh enam kamu akan rutin memperbarui diri, dan mulai berhenti mempertanyakan nilai-nilai yang kamu punyai. Kamu juga mulai intens berbicara dengan dirimu sendiri; dari hati ke hati. Hal-hal kecil apa yang mudah membuatmu sedih, marah, bahkan merasa tak berharga. Tubuh yang mana yang masih gemar menyakiti dirinya sendiri dengan makian umpatan yang tak layak didengar. Terkadang sesekali menggerutu di depan cermin, memperhatikan dan mencela pantulan wajah itu. Kamu bahkan tahu, gadis kecil yang selalu menanti pelukan darimu itu selalu berada di sana. Dengan mata kecilnya, ia selalu memandangmu. Jari jemari yang ringkih itu, terus mengulurkan tangan; meminta pelukan. Gadis yang pernah kau jumpai dalam mimpimu; dengan setelan baju berwarna ungu,dan rok warna senada dengan bunga-bunga. Gadis yang tak pernah tersenyum; yang selalu terabai dan sendirian, yang di hatinya ada lubang-lubang gelap tempatmu memelihara luka-luka di masa lalu. Yang kepadanya, kamu pernah berhutang kata maaf; dan kamu tahu, gadis kecil yang malang itu tidak perlu lagi menanggung lebih dalam lagi, lebih lama lagi, semua trauma-trauma itu. Dan untuk semua luka-lukamu, bukanlah salahnya.
Sebab, setelah melewati tiga puluh enam kamu mulai terbiasa juga mengendalikan harapan; kamu hanya ingin menikmati hidup dengan cara yang sederhana saja. Kamu ingin menyaksikan semua kegilaan-kegilaan hidup dengan pikiran terbuka; berhenti mengikuti arus, menentang segala yang tak kamu sukai, menyukai apa yang orang-orang benci-membenci apa yang orang-orang sukai, melakukan hal-hal yang tak orang lakukan.
Kamu mulai mengakrabi kekecewaan, dan lelucon-lelucon buruk hidupmu yang terkadang kamu tangisi tertawai secara bersamaan. Sesekali menggerutu dan berbicara pada dirimu sendiri; bahwa betapa kamu ingin luput dan melenyap; berada dalam suatu tempat yang jauh asing dan tak bernama. Di sanalah lalu kau menyaksikan kilasan-kilasan balik masa lalumu: masa depan. Lalu sampailah kamu pada keinginan sederhana; kamu hanya ingin bangun tidur dengan semangat baru seperti usiamu belum genap dua puluh; dengan rambut singa, kaos kaki hangat berbulu warna biru, kamu lantas menuju dapur untuk merebus air; lalu mengaduk kopi dengan sedikit gula di cuaca dingin pagi hari.
Sayangku, maaf. Jika setelah tiga puluh enam kita baru berbicara sedekat ini. Kita tahu, kamu tak lagi sendiri. Sekian waktu kita bergumul melawan trauma; betapa beratnya menerima rasa sakit dan hal-hal buruk yang sudah kita lewati di tahun-tahun sebelumnya. Tapi kamu tahu kau tak perlu lagi merasa sendiri. Kau masih akan melihat diriku yang terkadang suka menyakiti diri diam-diam; suka mengenang betapa pahit dan buruknya kejadian-kejadian masa lalu yang pernah kau terima. Maaf, aku pernah abai dan tak menerimamu. Membiarkanmu terseok-seok sendiri dengan lubang-lubang yang terus menganga. Di sana, di tempat paling jauh dan gelap kau pernah berada; menggigil sendirian. Tapi sekarang aku disini, menggenggam tanganmu. Kau, gadis kecil yang malang dan kuat. Lihatlah, betapa cantik dirimu. Semua bukan salahmu, ayo sembuh bersama-sama. Kita akan terus bertumbuh dan kamu akan semakin mencintaiku.
Selamat bulan kelahiran; setelah tiga puluh enam, kita masih punya banyak kesempatan. Aku percaya kamu, aku maafkan kamu, aku terima kamu seutuh-utuhnya.
#kado monolog
26 notes · View notes
alusihana · 3 months
Text
Akhir-akhir ini lagi mode 'silent treatment' ke beberapa temen yang menurut aku udah melampaui batas kesabaran ku.
Bercanda atau apapun maksudnya, saat itu suasana hati saya boleh dibilang sedang tidak siap buat menerima respon dengan 'aman'. Yaa. Sedetik setelah saya membaca kalimat demi kalimat yang mereka sampaikan, saya terdiam. Rasanya sindiran halus yang dimaksud 'bercanda' tidak lolos quality control untuk dapat ditertawakan.
Hingga saat ini, terhitung tiga hari setelah pesan singkat dalam obrolan grup itu berlalu, aku masih juga mampu menangis bila teringatnya. Kini rasanya seperti enggan untuk mengajak 'bercanda' bahkan sekedar menyapa.
Dahlahh. Sakit si kalau inget.
Cuman yaaa cukup tau aja, ternyata mungkin kita hanya cukup sekedar teman / rekan biasa. Aku sudah enggan menjadi bagian dalam pertemanan itu. Sudah, lebih baik kita menjadi teman yang sekedar berteman. Tidak perlu lebih.
Terima kasih, semoga tidak merepotkan.
1 note · View note
manusiayangsukaindomi · 6 months
Text
butuh banyak kata buat menjelaskan bagaimana sempurnanya dirinya biar dia tidak selalu merasa buruk
tanpa melihat sisiku yang begitu banyak minusnya
seperti sindiran halus saja hahaha
tapi dengan kenyataan yang memang abanyak kekurangan aku harus bagaimana?
harus kah aku mengatakan jika aku tidak layak untuknya?
itu tidak merubah apapun, karena jika memang aku cinta kepadanya bukan kah aku harus berusaha bagaimana caranya mendapatkan kelayakan itu?
tapi saat ini usahanya masih nihil sih wkwkwkak
0 notes
fiw99-blog · 7 months
Text
Tumblr media
Di ranah Minang, kita harus tau tata cara berbicara. Walaupun w ni dari Jawa dan urang awak memaklumi akan tetapi w juga harus bisa belajar dengan cepat agar memudahkan adaptasi di tempat kerja w. Tata bicara dikenal dengan Kato Nan Ampek dan w mesti tau tu aturan nya. Sepatu w turan tsb terikat bagi putera dan puteri Minangkabau dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pemikirannya dalam kehidupan sehari-hari cuman w yg sebagai bukan putera daerah mau tidak mau harus mempelajari aturan tsb sehingga jangan sampai ada kesalahpahaman antara kita, hahaha.
Lanjut ke inti saja w ambil pengetahuan ni dari internet yang kurang lebih menjelaskan bahwa "Kato Nan Ampek adalah 4 etika dalam berbicara. Masyarakat Minang mempunyai tatanan untuk berbicara dalam keseharian, seperti berbicara kepada yang tua, tokoh masyarakat, pemimpin, yang lebih muda, teman sebaya, berbicara kepada menantu (sumando), maupun didalam forum". Itu penjelasan singkat dari Kato nan ampek jadi semakin halus penghayatan seseorang terhadap kato Nan ampek ini, maka semakin bernilailah keberadatan orang yang bersangkutan. Bagi mereka yang tidak menerapkan Kato Nan Ampek dalam berkomunikasi, semakin rendahlah keadabannya atau istilahnya indak tau di nan ampek (tidak tahu adat).
Lanjut ke pembahasan selanjutnya, "Kato Nan Ampek tersebut adalah kato mandaki, kato manurun, kato mandata dan kato malereang".
Poin pertama : Kato mandaki atau kata mendaki maksudnya bagaimana kita menyatakan pikiran kita dengan cara berkomunikasi terhadap seseorang yang posisinya lebih tinggi dari kita, seperti orang tua kita, guru, ulama, tokoh masyarakat, termasuk pemimpin kita. Hal yang sangat terlarang bila kita memanggil namanya saja atau memberi kata sandang ‘Si’.
Poin Kedua : kato manurun atau kata menurun adalah cara berkomunikasi dengan seseorang yang posisinya di bawah kita atau lebih muda usianya dari kita. Kato manurun ini kadang disalah artikan sebagian orang. Kato manurun bukan berarti mambuang aie ka lurah (bukan berarti kita bisa bicara semena-mena). Ketika kita berbicara dengan yang lebih muda tetaplah harus juga pandai menghargai dan tidak semena mena. Tidak merasa paling tahu atau paling benar.
Poin ketiga : Kato mandata atau kata mendatar merupakan cara bertutur kata kepada teman sejawat atau teman sebaya kita. Kepada teman sebaya tutur kata kita mungkin tidak sebagaimana kepada orang yang lebih tua, tetapi kata-kata itu tetap harus dalam koridor saling menghargai. Walaupun dengan teman sebaya kita harus tetap saling menghargai dalam bicara. Petitih Minang mengatakan, “Diagak mangko diagiah, dijua mangko dibali,” yang artinya dalam berbicara hendaklah berfikir terlebih dahulu, dan memberikan jawaban yang tidak menyinggung lawan bicara.
Poin Keempat : Kato Malereang atau Kata Melereng adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan pihak yang rasanya janggal apabila mengungkapkan perasaan/pikiran kepadanya secara gamblang dan terus terang. Dalam Kato malereang ini digunakan kata-kata berkiasbanding. Umpamanya antara mertua dengan menantu atau sebaliknya. Kato malereang banyak mengandung kata-kata sindiran, ada yang positif dan ada pula yang negatif.
Ya begitulah sekilas dri yang pernah w pelajari berdasarkan hasil yang ditemukan selama w ngukur tanah dan berhadapan langsung dengan masyarakat Minangkabau, sekian.
KATO NAN AMPEK
0 notes
areabrocaa · 1 year
Text
Tentang penantian panjang yang belum berujung juga.
Lebaran demi lebaran menjadi penguatan mental diri ini.
Tahun ini mereka (keluarga) sudah di fase sarkasme, sdh tidak lagi bertanya “kapan”, mungkin sdh lelah tapi mulai dgn sindiran” halus dan to the point.
Lagi lagi aku tidak bisa menjawab apapun dan diam saja.
Aku takut mengeluarkan kata kata yg tidak semestinya.
Mulai dari ada sepupu yg umurnya jauh di bawahku membawa pacarnya ke rumah saat lebaran dan dikenalkan ke semua anggota keluarga pdhl bru pacaran tp mereka seolah menyiratkan bangga dan bahagia kalo sdh ada calon mantu.
Terus, ada juga yg bilang “nanti aja mikirin spesialis”, mending bikin undangan sajaa”
Aku menatap wajah ayah ibu di setiap sindiran itu dtg, ada raut ketakutan dan kekhawatiran bahkan ibu sampe bilang “yuk kami makin tua, kalo bisa masih mau lihat ayuk nikah”.
Lagi lagi aku terdiam kemudian lari dan menangis.
Sungguh, bukan keinginan aku belum menikah saat ini tapi keinginan Allah.
Insyaallah ikhtiar sdh dilakukan, doa sdh dilangitkan sekian tahun sejak wisuda pun aku sdh ingin menikah tapi Allah belum hadirkan yg tepat, Allah blm Acc.
Bahkan umroh 2022, di multazam kakbah, di khususkan doa terutama adalah Allah hadirkan penggenap hati ini.
YaAllah, insyaallah sdh di tahap faham, mengerti bahwa semua adalah qadarullah, menikah bukan hanya sekedar mengganti status tapi memilih orang yang akan menemani membersamai seumur hidup hingga kematian memisahkan.
YaAllah, insyaallah penantian ini adalah sekolah sabar, latihan sabar dan berhadiah pahala dan surgaMu aaamiin
YaAllah, semoga aku bisa mengisi kekosongan hati ini hanya diisi untuk mencintai Mu yaAllah bukan manusia apalagi dunia.
Semoga sesak di dada ini akan penuh dengan rasa syukur dan rasa cintaa kpd Mu yg semakin besaar yaAllah hingga seseorg yg dtg nanti adalah org yg juga mengisi hatinya mencintai Mu dan kami tidak akan pernah menggeser cinta kami kpd Mu. Tapi kami saling mencintai karena Mu, karena mau Mu, keinginan Mu dan hanya berfokus kepada apa yang Allah perintahkan.
Aaamiiin ya Rabbal alamin.
RSI Siti Khadijah Palembang, 24/4/2023 🩵
1 note · View note
nuritawa · 1 year
Text
Dengar Kembali (Episode 2)
"Lho, Aruna dateng juga ternyata."
Aku tersenyum mendapatkan sambutan setelah melewati pintu pagar.
Dalam tradisi keluarga ku tidak ada yang namanya hari spesial untuk bertemu. Kapan saja bisa dijadikan hari berkumpul keluarga. Maklum kebanyakan keluarga tinggal disatu kota yang sama. Jadi, apa itu hari raya atau hari libur? Mereka hanya pelengkap dari acara keluarga ini, eh, keluarga ku.
Tanpa diminta aku berkeliling bersalaman, menebar senyum baik-baik saja. Seperti biasa, dua puluh lima atau mungkin lebih orang yang ada diruangan ini akan membentuk forum sesuai umurnya masing-masing. Ibu akan berkumpul dengan tante dan sepupunya, kakak ku entah hilang kemana. Eh, biasanya sih jadi kesempatan buat genk war mobil legend. Ayah ku? Ya, tentu saja sibuk berkumpul membahas hobi mancing dengan semua bapak-bapak yang ada diruangan ini.
Yang mengkhwatirkan ini adalah forum seusiaku. Biasanya jadi rawan roasting, pamer pencapaian, dan tentunya sindir-sindiran halus mengenai hal-hal yang tidak sesuai dengan minat mereka.
"Hei, selamat ya, denger-denger dari Tante Tita katanya dapet promosi? Jadi, berapa digit sekarang gaji, mu?"
Oke, aksi tebar virus menjengkelkan sedang dimulai.
"Lumayan, sih, bisa buat program liburan ke Raja Ampat, hahaha," sepupuku terkekeh bangga. "Terus program beasiswa mu gimana? Udah ada hasil dari tes wawancara kemarin?"
"Feeling ku, sih, bakal lolos. Keliatan dari pengujiku seneng ngeliat cara ku menjawab." Si rambut pirang diujung ini mantap banget kalau jawab.
"Sesumbar amat, masih juga proses." Aku masih membatin, dan sedang bersiap.
"Kamu, Na, gimana? Jadi nambah semester lagi, nggak?"
Kannn, udah ku bilang.
Bukannya menjawab aku malah menyesap teh ku. Agak pahit tiba-tiba padahal beberapa menit yang lalu masih oke aja ini teh.
"Yaudah, sabar aja dulu, Na, take your time. Puas-puasin aja dulu pake biaya orang tua. Kalau udah kerja macam aku ini susah mau memanfaatkan orang tua."
"Bener juga sih, Kak, itu kenapa aku pengen dapet beasiswa ini aja. Biar Mama nggak usah repot bayar S2 ku."
Si paling telat lulus ini akan jadi bahan ledekan terus-terusan. Dulu waktu aku memilih jurusan masuk kuliah juga diroasting habis-habisan. Ditambah sekarang malah bernasib telat lulus. Lagipula aku sadar betul dengan pilihan ku. Menunda waktu kelulusan.
Ya, selain karena aku sudah berada dititik jenuh menghadapi perang ego ku dengan dosen pembimbing, karena aku memang sedang mencari apa yang ingin aku temukan.
Kalau dipikir-pikir orang tua ku sudah kepalang nanggung menahan malu akibat anaknya yang tidak segera lulus ini. Tapi, aku juga nanggung berjuang sedalam ini kalau melepas prinsip ku begitu saja, apa gunanya aku berdebat kesana kemari?
"Gimana, udah diroasting apa aja sama mereka?" Kakak ku tiba-tiba muncul disampingku dengan suara berbisik, "makanya cepet lulus, Runa!"
Aku melempar biji kacang rebus, sedang dia melewati ku begitu saja sambil terkekeh.
Yaampun, Tuhan beneran mengabulkan permintaan ku. Aku dibuat mati kutu tidak bisa menjawab apapun.
Jika aku diam seperti ini kemungkinan pertama mereka senang melihat ku terpojokan. Kalau aku berbicara mereka juga akan bersiap memberi argumen lain agar aku tetap terpojokan.
Aku masih diam menyusun kalimat.
Bersambung...
(nw)
1 note · View note
sharonturret32 · 2 years
Text
Beraneka ragam Keunggulan Serat Optik
Fiber optik biasa juga menggunakan serat optik adalah satu diantara teknologi yang berfungsi menyelenggarakan layanan internet digital. Cara membangun jaringan lan dengan fiber optik satelit menggunakan celah hampa dan udara, oleh karena itu fiber optik memakai media pengantar cahaya. Bahkan cara membangun jaringan LAN pada fiber optik sudah padat ditemukan sekarang karena betul-betul memiliki melacak keunggulan. Serat optik otonom adalah 1 buah teknologi yang memiliki kegunaan untuk menyilih sinyal listrik ke untuk bentuk sinar melalui plastik ataupun sendat kaca. Fiber optik ini mengalirkan lambang cahaya secara kecepatan semampai dari tunggal titik ke titik yang lain. Cahaya yang dipergunakan di dalam proses transmisi tadi diantaranya LED bahkan laser. Jenis2 serat optik yaitu seret mode tunggal atau single mode hewan multimode. Macam kabel tadi memiliki beragam karakteristik bertentangan dan dibedakan dalam hal diameter core, kecepatan bandwidth, dan reses jangkau. Di dalam penggunaannya fiber optik harus menggunakan prasarana converter terbengkalai yang adalah sebuah perlengkapan jaringan bersahaja dan produktif untuk menyatukan dua macam media heran semacam twisted pair serta fiber optik. Media converter dipergunakan berdasar pada luas di beragam front dan industri, LAN, konektivitas fiber tembaga dan masih banyak yg lain. Perangkat itu memiliki footprint kecil yang berguna bagi lemari senar, desktop, dengan instalasi fokus data. Perantara converter itu memiliki pertimbangan pada komunitas aplikasinya namun, cara menggunakan media converter fiber optik tergolong sama. Agar seri pada prasarana converter dapat lebih maksimum tentu saja kalian harus menggunakan kabel serat optik yang berkualitas. Jika menggunakan kabel yang bermutu tentu saja keberhasilan dari tali ini sanggup dirasakan beserta maksimal. Sedangkan beberapa otoritas dari rantai fiber optik yang mampu kalian ketahui sebagai berikut. Keunggulan perdana dalam hati busuk kapasitas yang besar soalnya bisa mengantarkan data bertenaga besar sampai gigabyte masing-masing detik. Tdk hanya ini saja, terlebih jangkauan transmisinya sangat rumpang, hal itu membuat serat optik tidak sedikit digunakan pada perusahaan yang bergerak pada bidang internet digital. Seperti sungguh disebutkan yang atas jika komponen pembuatan fiber optik adalah plastik dan fiber serabut kaca. Lebih dari itu serat yang dihasilkan dari fiber optik nyatanya lebih halus jika dibandingkan sehelai rambut. Terlebih lagi wujudnya tersangkut kecil maka itu ruangan yang tersedia dengan cukup gede dan ini merupakan tanda lainnya. Fiber optik tdk memerlukan arus listrik jadi akan semakin aman terhindar dari korsleting. Tanpa adanya aliran listrik maka seloroh yang bersumber dari bakat radio dan sinyal elektromagnetik akan teduh, bahkan daya tahan dari kebel jenis ni tergolong longgar. Keunggulan yang lain dari kecepatan akses fenomena yang termasuk tinggi, terutama kecepatan itu tidak berimbas pada validitas data yang akan hadir. Hal ini sangat yuwana kemungkinannya petunjuk hilang tatkala memakai fiber optik. Selain keunggulan tepat ada kekurangannya yaitu mengempik dana yang besar olehkarena itu harga kabel jenis ni tergolong mahal. Tidak hanya bahan, kos pemasangan juga biaya pemeliharaan yang termasuk tinggi. Kenistaan lainnya selagi proses instalasi yang termasuk rumit sebab harus dikerjakan dengan resmi dan teliti. Kabel ni biasanya dipasang di salur dengan tepas melengkung alias berbelok, masalah ini patut, perlu, wajar, wajib, diperhatikan benar-benar supaya gelombangnya mampu bertindak dengan pesat. Jadi itulah kelebihan hewan kekurangan serat optik. Pastikan juga memakai Media Converter Fiber Optic Terbaik seharusnya pemasangan racun bertahan tradisional tanpa sindiran ke depanya yang tentunya membutuhkan pemeriksaan dengan gaji besar.
1 note · View note
aliansiair · 2 years
Photo
Tumblr media
Mari mengulik salah satu kebanggan Jawa Timur! Ya, kesenian ludruk! Kesenian Ludruk merupakan salah satu kesenian drama tradisional asal Jawa Timur. Ludruk biasanya ditampilkan oleh sekelompok orang atau grup yang kemudian dipentaskan di atas panggung. Cerita yang ditampilkan diambil dari kehidupan masyarakat sehari-hari, cerita perjuangan dan yang lain, diselingi dengan lawakan atau guyonan oleh pelakonnya, sembari diiringi lantunan alat musik gamelan. Pertunjukan tari remo sambil diselingi penampilan seorang tokoh yang memerankan "Pak Sakera", seorang jagoan Madura menjadi pembuka acara sebelum ludruk siap dipentaskan. Di lansir dari situs indonesaikaya.com, Ludruk mulai dikenal pada abad ke-12. Saat itu namanya Ludruk Bandhan. Ludruk Bandhan mempertunjukkan sejenis pameran kekuatan dan kekebalan yang bersifat magis dengan fokus pada kekuatan batin. Ludruk ini biasanya ditampilkan di tengah tanah lapang dengan diiringi alat musik kendang dan jidor. Pertunjukan Ludruk Bandhan seringkali ditampilkan sebagai pengobatan anak yang sedang sakit. Kemudian dari Ludruk Bandhan berkembang menjadi Lerok Pak Santik selama abad ke-17 sampai 18. Lerok berasal dari kata “lira”, yaitu alat musik petik seperti kecapi yang digunakan selama pertunjukan. Dalam pertunjukan, Pak Santik menari (ngremo) sembari berbicara sendiri mengungkapkan isi hatinya (kidungan). Dia mahir memakai mulut untuk menyuarakan bebunyian yang menyerupai alat musik. Kakinya seringkali menghentak-hentak tanah lapang sehingga menimbulkan bunyi gedrak-gedruk. Dari sinilah kemungkinan asal kata ludruk. Pada masa ini ludruk terus berkembang dengan munculnya unsur dialog, juga guyonan atau dagelan, serta muncul lebih banyak lakon (pelaku dalam cerita). Ludruk pun dikenal identik dengan guyonan. Kemudian pada tahun 1920-an muncul ludruk Cak Gondo Durasim, banyak perubahan dalam konsep dagelan. Ludruk lebih cenderung ke lawak halus, dengan permainan kata-kata serta sindiran sosial-politik. Ludruk digunakan sebagai sarana menyampaikan  ide-ide nasionalisme dan perlawanan terhadap penjajahan kala itu. Dilanjut dengan kemunculan Ludruk Marhaen yang terkenal pada era 1950-an hingga 1965 dengan semangat revolusionernya. Seni teater tradisional asli Jawa Timur ini sekilas akan tampak seperti kesenian  ketoprak (Jawa Tengah), lenong (DKI Jakarta) maupun longser (Jawa Barat), namun pada kenyataannya jauh berbeda. Hal ini diketahui dari cerita yang ditampilkan, ketiga kesenian di atas selalu menampilkan cerita zaman dulu (dongeng maupun sejarah) dan bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sedangkan ludruk menceritakan cerita hidup sehari-hari dari kalangan wong cilik, bersifat sangat menghibur sehingga membuat penontonnya tertawa terpingkal-pingkal.
0 notes
pictjoe · 2 years
Text
dan ternyata untuk saat ini SOSIAL MEDIA Adalah tempat untuk orang orang yang sakit, butuh healing dan semacamnya
yang mengharuskan mereka mengeluh curhat kepada publik, dan disaat yang sama orang orang yang melihat keluhan mereka pun tak perduli dan tak sering malah menjadi bahan julidsm semakin parah menjadi perdebatan saling menyebar sindiran halus yang no mention dan semua ikut menjadi sakit, tanpa ber-drama lama mereka bertambah sakit ( bisa dibilang menular )
the end
( apa yang menjadi sebab mungkin itu bukan dari orang lain tapi dari diri sendiri )
3 notes · View notes
noteday · 3 years
Photo
Tumblr media
JANGAN LUPA BERSYUKUR :)
Enaknya jadi kamu. Bangun pagi jam 8. Dzuhur tidur siang. Dengan dalih nyeri haid kamu tidur sampai ashar. Enaknya jadi kamu. Ibu bapakmu masih ada. Bahkan mereka tidak mengekang dan menuntutmu untuk ini itu. Mengerjakan pekerjaan rumah pun sebisa kamu saja. Paling kalau tidak mengerjakan kamu hanya dapat sindiran. Sindiranpun masih halus. Tidak ada bentakan. Apalagi main tangan. Sindiran paling tidak akan lama juga. Beberapa menit lalu semuanya kembali seperti semula.
Dengan semua enaknya kamu saat ini apa masih mau untuk mengeluh? Apa tidak malu kurang bersyukur? Apa tidak sedih belum banyak bahagiakan mereka? Tenang, tenang. Ada kejutan satu lagi. Mereka hanya minta kamu sehat dan bahagia?! Seenak itu hidupmu bukan?
Lalu kamu melihat disekelilingmu. Dia yang terus menerus ditimpa ujian. Mereka yang terus menerus mendapat tekanan. Dan kamu berbicara dalam hati bahwa merekalah pahlawan dan pejuang sejati. Kamu melupakan satu hal. Bahwa ujian tak hanya berupa bentuk kesulitan, namun kebahagiaan dan waktu luang justru lebih berbahaya darinya.
Saat kesulitan menghampiri, tak jarang manusia lirih mengadu tak bosan kepada Rabb-Nya. Meminta penuh harap untuk segera keluar dari segala bentuk masalah. Dan ya, itu terdengar mudah walaupun praktik nya sungguh luar biasa. Sedang jika manusia dalam kondisi bahagia tak sedikit mereka terlena. Tak sedikit mereka melupakan Sang Pemberi Nikmat. Mereka berjalan dengan ujian Allah berupa kebahagiaan tanpa air mata dan lirih dalam do'a. Ambillah ujianmu!
Tidak ada yang bisa kamu banding-bandingkan. Setiap manusia sudah diberikan ujian sesuai dengan kemampuannya. Sesuai dengan yang disanggupinya. Mereka kuat dengan jalan dan prosesnya masing-masing. Selalu libatkan Allah di setiap momennya. Semoga ada ampunan dan pahala atasnya. Karena dalam hidup bukan siapa yang paling bahagia dan siapa paling menderita. Tapi, seberapa siap bekal kita untuk menuju kehidupan abadi kelak. Jadikanlah ibadah dalam setiap momennya. Karena memang hanya itu tugas manusia dicipta. Selamat menjadi versi terbaik diri sendiri!  Allah menunggu doa terbaikmu!
1 note · View note
ayojalanterus · 3 years
Text
Salut! Terinspirasi Akidi Tio, Pemilik Warteg di Jakarta Ini Sumbang ‘2T’
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Seorang pemilik warteg di Jakarta terinspirasi oleh mendiang Akidi Tio hingga turut menyumbang ‘2T’ untuk masyarakat yang tentunya langsung diapresiasi luar biasa. Gebrakannya tersebut membuat heboh publik, apalagi belakangan ini polemik sumbangan 2T alias dua triliun rupiah yang diduga hoaks dari keluarga Akidi Tio menjadi topik hangat. Nah, ternyata kasus yang dilakukan Heriyanti, anak mendiang Akidi Tio, itu menginspirasi pemilik warteg di Jalan Taman Margasatwa Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan untuk ikut menyumbang. Namun, berbeda dengan keluarga Akidi Tio yang hingga kini baru sebatas ucapan, apa yang dilakukan oleh pemilik warteg ini sudah langsung dilaksanakan. Ia menamakan program sedekahnya dengan ‘sumbangan 2T’ yang diperuntukan bagi masyarakat terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kendati demikian, jangan salah paham dulu karena sumbangan ‘2T’ yang dimaksud di sini bukanlah uang berjumlah dua triliun rupiah seperti yang dijanjikan keluarga Akidi Tio, melainkan sebuah program berbagi ‘2 TELOR’. Ya, pemilik warteg membagi-bagikan nasi bungkus berisi dua telur dan sayur kepada masyarakat sekitar. Alasannya, si pemilik warteg, yakni Sonny Mahendra, tak ingin kalah berkontribusi seperti keluarga Akidi Tio. Bahkan, aksi program 2T versi warteg ini nyata dan langsung bisa dirasakan oleh masyarakat yang menyambutnya antusias. “Kan lagi ramai tentang sumbangan orang 2T ini. Saya pikir kita enggak usah muluk-muluk nyumbang banyak tapi masih enggak jelas,” terangnya, pada Sabtu, 7 Agustus 2021. “Saya bermaksud memberikan aksi real bahwa enggak usah banyak-banyak. Cukup berbagi dua telor, nasi, dan sayur saja sangat bermanfaat banget buat warga.” Warteg bernama Kharisma Bahari Elegant milik Sonny memiliki kuota sebanyak 300 nasi bungkus sampai akhir Agustus. Ia berharap aksi sosial 2T ini bisa membantu masyarakat untuk menghemat uang makan bagi mereka di tengah pandemi. Dengan begitu, uang yang tadinya seharusnya untuk membeli makan bisa dialihkan untuk kebutuhan lain. Sonny tak menampik aksinya ini juga sebagai sindiran halus bagi berita donasi Rp2 triliun yang berbuntut panjang. “Sebenarnya kami juga sedih, kalau soal sumbangan 2T ini enggak jadi. Apalagi kalau ternyata prank,” ungkapnya. “Semoga negeri ini bisa bangkit dan kompak bersama-sama menghadapi musibah pandemi ini,” tandas Sonny. [terkini]
from Konten Islam https://ift.tt/3lCyf1R via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/salut-terinspirasi-akidi-tio-pemilik.html
1 note · View note
icaanurmaa · 3 years
Text
Tumblr media
lIya, Teman Saja
Memilih bahagia diatas rasa poteknya teman itu hal yang wajar, maybe.
Hingga ketika sudah bahagia dengan pilihannya, Kini bisa melontarkan kalimat;
"Bisa lebih bahagia dengan yang lebih Baik segalanya dari saya"
Kalimat yang sama persis dilontarkan orang yang pernah singgah di sedikit kehidupanku 2013 lalu.
Mungkin memang sudah hakekat sebagian kaum adam, melontarkan kata-kata yang menurutnya itu baik dan sopan tanpa menyakiti hati temannya
Atau bahkan mungkin, itu kalimat sindiran halus untuk kamu kaum adam, supaya tidak terus-terusan mengusik kehidupannya lagi yang sudah bahagia dengan pilihan hidupnya 🍂
CONGRATS !
-02april'21-
4 notes · View notes
mariamonataliani · 3 years
Text
no more toxic people
Pepatah bilang, mekarlah di manapun kamu tumbuh. Bersinarlah di manapun kamu berada. But, sometimes, kenyataannya tidak seideal itu.
Saya mengurai kembali peristiwa masa lampau. Bukan pada saat saya menulis ini, sekarang. Kala itu berada di lingkungan baru cukup terasa mengejutkan. Awalnya baik-baik saja. Dinamika sederhana kadang wira-wiri. Sentimen-sentimen kecil mewarnai. Perbedaan pendapat masih bisa dimengerti.
Saat itulah, saya memaknai apa yang orang-orang sebut sebagai toxic people. Bukan tanpa alasan. Berkali-kali saya memikirkan dan merenungkan. Namun pada akhirnya saya menyadari bahwa orang-orang beracun yang demikian itu memang ada.
As an introvert, saya punya cara beradaptasi dan bersosialisasi menyesuaikan kemampuan diri. Saya paham saya tak bisa berjam-jam ngobrol dengan orang tanpa value penting di dalamnya. Saya paham saya tak berminat mengikuti kegiatan yang tidak saya suka hanya karena ingin terlihat menonjol. Saya mengerti ada bagian dari diri saya yang tidak sederhana.
Suatu waktu, saya diharuskan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang entah pada waktu itu sangat sulit memahami diri saya. Mereka seringkali membuat batasan hingga jarak itu menganga begitu lebarnya. Saya sungguh merasa disalahpahami.
Sempat saya berselisih dengan seseorang. Entah saya harus menggambarkannya seperti apa. Pada orang ini, awalnya saya melihatnya biasa saja. Namun kritik saya padanya, ternyata menjadi senjata ampuh untuk meluluhlantakkan saya. Saya tahu, orang ini mulai menyebarkan berita tidak benar tentang saya. Hingga beberapa orang lainnya semakin terasa berjarak. Sebesar apapun usaha saya untuk mendekat ke arah mereka, jalinan relasi yang alami itu tidak terjadi. 
Saya merasa saya dan mereka hanyalah orang-orang yang berada di tempat yang sama, tak pula berbagi rasa, tak pula berbagi suka.
Pada suatu titik di waktu itu, it feels like I’m an outsider. Ya, untuk pertama kalinya saya benar-benar merasa seperti orang luar yang tak punya kawan. Tidak ada yang mendukung saya. Tidak ada yang memahami saya. Entah dengan cara bagaimana sosok saya digambarkan begitu salah olehnya.
Mulai dari situ, saya makin tertutup. Saya kehilangan kepercayaan. Saya takut untuk percaya lagi pada manusia. Bagi saya, orang-orang di sekitar saya saat itu hanya berpura-pura. No sincerity.
Maka ketika penarikan diri yang minimal itu saya lakukan secara alami, seseorang dari mereka mengatakan sesuatu yang bernada sindiran. Ketika saya bertanya suatu hal yang sederhana, orang itu memberikan jawaban yang begitu menohok. Seolah-olah ia ingin mengajari saya untuk lebih bersosialisasi.
Dalam hati saya hanya bisa berkata, ‘bagaimana akan bersosialisasi jika kalian memandangku saja sudah dengan sebelah mata?’ Dalam hati saya membatin, ‘tidak semua orang harus sepertimu, yang gemar bersosialisasi, ber-hahahihi, jilat sana-sini, nongkrong di mana-mana, hingga banyak dikenali.’
Kembali ke orang yang menyebar berita keliru tentang saya. Saya hampir tak habis pikir, ada orang macam dia. I’ve read a post about types of toxic people. Dan voila, seluruh tipe yang saya tulis di bawah ini ada padanya. Yep, she’s one of those super duper toxic people, indeed.
The narcissist. Selalu memandang dirinya lebih baik daripada orang lain. Melihat mitra kerjanya kesusahan, terkadang ia menikmati ‘kesusahan’ kawannya.
The controller. Opini yang ia bangun jadi lagu kebangsaan di komunitas kami. Keputusan yang diambil sebagian besar sejalan dengan kemauannya.
The drama magnet. Lidah memang tak bertulang. Gosip selalu bisa didapatkan darinya, pusaran dari segala hal yang entah benar entah tidak. Ngomongin orang. Menilai orang lain hanya dari kaca matanya seorang. Masalah kecil diperbesar hingga menyesakkan bagi orang lain.
The energy vampire. Entah apa yang ia pikirkan, ia nampak senang jika kawannya bermasalah, tersandung masalah, atau tak sengaja mencipta masalah. Negativitas ia sebarkan. Kritik-kritik halus ia sebar dari mulut ke mulut, entah sudah berapa kali tak terhitung.
The compulsive liar. Terkadang ia berdusta untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Terkadang ia bilang tak tahu supaya hanya ia yang tahu. Gaslighting juga tak terlupa. Menjadikan orang lain merasa salah padahal kenyataannya tidak seperti itu.
The green eyed. Saat orang lain lebih baik kinerjanya, ia tak terima. Sampai orang lain yang ia kerap tekan secara verbal di khalayak, sempat berkata pada saya ‘ada masalah apa sih dia sama aku? Apakah dia menjadikanku saingan? Kenapa tiap apa yang aku perbuat selalu ia kritisi di depan umum?’Lalu ketika orang lain bisa melakukan sesuatu yang lebih, si orang beracun ini bilang ‘biasa aja kali, aku juga bisa seperti itu’.
Selama lebih dari seperempat abad hidup saya, baru kali itu saya menemukan orang beracun macam dia. Meskipun, the truth is, kawanannya juga tak bersikap tulus pada saya. Di antara mereka saja, kejelekan masing-masing diumbar-umbar. Mereka ini kerap kali menilai orang secara serampangan. Tidak mencoba mengerti duduk perkaranya dulu, eh, sudah buat cap ini cap itu.
Makanya, as a team, saya menganggap kelompok besar yang saat itu terbentuk sangatlah lucu. Di dalamnya jelas-jelas ada kawanan yang lebih menonjol. Ada kawanan yang saking toxicnya, membuat orang-orang lain di kelompok itu menjadi tak kelihatan. Mengabu-abukan yang lain, meninggikan diri mereka sendiri.
Hingga pada suatu waktu yang tak bisa saya ingat, saya merasa terjebak di situasi yang begitu memuakkan. I feel trapped. Saya ingin segera keluar dari situ. Berhadapan dengan orang-orang yang tidak tulus, manipulatif, dan super egois, benar-benar menyiksa batin saya. Makanya keinginan saya saat itu adalah ingin segera pergi. Saya ingin cepat-cepat meninggalkan relasi yang tidak sehat semacam itu.
Pengalaman itu membuka mata saya. Pada hal-hal yang tak pernah saya alami sebelumnya. Pada karakter orang yang bisa sebegitu mematikannya. Ya, orang mungkin tak menyadari. Saat saya bersama mereka, barangkali penarikan diri saya itu bentuk tersirat dari gejala awal depresi. Didera dengan begitu banyak kelelahan rutinitas, saya tidak mendapat tempat istirahat secara psikis.
Sudah cukup saya bersinggungan dengan toxic people, sekali itu saja dalam hidup saya. Usai berpisah, saya kerap berharap supaya tak lagi menemukan karakter yang serupa.
Saya juga sadar, masih banyak orang yang peduli pada saya. Masih banyak orang yang bersikap tulus, orang-orang yang baik hatinya.
3 notes · View notes
gajahmakankata · 3 years
Text
Pagi tadi hujan
Ibu membangunkan ku, katanya "pakde kehujanan" dengan wajah yang sedikit bengkak karena semalaman ia tidak tidur
Ibuku menangis semalaman karena Pakde, kakak tercintanya berpulang
Pakde bukan hanya kakak tercinta atau terdekat bagi ibu
Baginya, pakde adalah pengganti mbah kung (bapaknya ibu) yang selalu ada disisi ibu, menelepon ibu setiap 2 atau sekali sehari tanpa pernah absen
Ibu pernah bercerita, saat ibu muda, mbah terlalu pilih kasih kepadanya, contohnya saat ingin makan sehabis ia pulang sekolah. Ibu tak diberi lauk. Mbah kung yang selalu bersama ibu selama ibu muda. Saat mbah kung pergi untuk selama-lamanya. Pakde lah yang menjadi penggantinya. Pakde ada dibaris terdepan untuk mendengarkan, menghibur, semua kesedihan ibu. Bahkan sampai papa meninggal. Pakde lah yang menjadi tempat ibu berkeluh kesah akan segala hal dihidupnya
Pakde juga seperti ayah bagiku. Wejangannya selalu halus, tidak pernah menyindir seperti pakde ku yang lain. Apapun yang ia berikan kepadaku tidak pernah diberikan dengan sindiran atau sarkas yang menyakitkan. Ia selalu berikan dengan diiringi doa, sama halnya saat ia memberikan nama kepada ku. Syaifadani Nareswari. Nama yang ia buat sambil mendoakan yang baik untuk hidupku.
Saat aku sudah mulai dewasa dan memikirkan hal-hal tentang pernikahan, aku sudah berpikir dan menetapkan Pakde lah yang boleh menjadi wali ku, karena pakde yang selalu mendukung apapun keputusanku. Pakde yang percaya bahwa aku sudah menjadi wanita dewasa dengan pilihan yang aku pilih sendiri
Pakde juga adalah satu-satunya pakde yang tidak pernah mempermalukanku dihadapan banyak orang saat keluarga kami sedang bercanda bersama. Pakde akan datang secara personal kepadaku "eva, coba latihan judo gih" "eva latihan karate atau taekwondo gih" sambil memperlihatkan beberapa jurus yang ia perlihatkan kepadaku, yang membuat kita berdua terkekeh.
Ternyata, aku baru tahu, pakde mau aku berolahraga, kuat, bisa melawan, bisa menjaga diri, terutama menjaga ibuku.
Pakde juga orang pertama yang membuat aku menyukai buku, buku pertama yang ia pinjamkan dan membuat aku cinta akan sastra adalah AKU Chairil Anwar. Ia yang menjelaskan apa saja isi dari puisi-puisi yang ada di dalam buku itu. Bukan, bukan dari film AADC aku tau buku Chairil Anwar tapi dari Pakde ku.
Di sini, dikota ini, banyak tempat-tempat yang sering aku lewati berkaitan erat dengan pakde. Warung soto bogor dan rumah makan padang adalah tempat yang paling ku ingat erat dengan Pakde
Kini pakde sudah tak ada lagi
Mungkin hal yang paling membuat ibu sedih adalah disaat terakhir Pakde, ibu tak bisa melihat langsung tempat terakhir pakde disemayamkan. Ibu hanya bisa terbaring menangis melihat proses pemakaman Pakde dari foto-foto dan video yang dikirimkan digrup keluarga.
Kemarin, eva mengantar Pakde ketempat terakhir Pakde beristirahat
Pakde sudah tenang... Insya allah, Pakde mendapat tempat yang terbaik :)
1 note · View note