Tumgik
#teatro dell'opera di roma
dance-world · 8 months
Text
Tumblr media
Mirko Melandri - Teatro Massimo and Teatro dell'Opera di Roma - photo by Giovanni Vecchi
164 notes · View notes
shredsandpatches · 5 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
fellas...
(John Relyea as Mefistofele and Joshua Guerrero as Faust in Mefistofele, Teatro dell'Opera di Roma, November 2023)
22 notes · View notes
kanodisk · 4 months
Text
Roda Putar
Tumblr media
[𝟷𝟷 𝙼𝚊𝚛𝚎𝚝 𝟸𝟶𝟸𝟺, 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚛𝚞.]
Giri Sebasta dan sekelebat harapnya. Pikirnya, ia sudah tidak mau berharap akan hati baru setelah hatinya ia letakkan begitu saja, pada sudut-sudut kenangan usang yang pemiliknya hilang. Tadinya, ia sudah mengikuti mau semesta, tentang penghakiman atas kesalahannya di masa lampau. Arah gelap dan dosanya begitu pelik, Tuhan saja rasanya sudah jengah atas peratapan dosa tanpa arah yang tempo hari ia ratapkan. Bahkan, tembok ratapan yang sudah ia penuhi air mata itu seakan membeku atas harapnya. Suram, gelap, hilang arah.
Giri Sebasta sudah abai pada dunia dan rotasinya, berputar pada satu sudut, namun sudut yang ia singgahi tumpul—membuat ujungnya samar.
Giri sudah putus asa pada cinta, tentang logika dan hati yang tidak pernah satu. Logika menyuruhnya berlari, sementara hatinya berhenti pada sudut tumpul dengan ujung samar. Berada pada batas antara luka dan duka, senang dan tenang, hingga gelap dan temaram.
Cinta, baginya hanyalah asa dan pengharapan ketika raga yang dipeluk utuh oleh damainya angin utara. Membawa hiruk pikuk isi kepalanya ke Selatan, dan berakhir hilang. Hingar bingar Utara-Selatan yang selalu ia harapkan, dulu. Atau, tentang nyaman yang tinggal. Dengan seseorang sebagai alas hatinya bertumbuh, dengan seseorang yang rela ia riuhkan namanya pada bingar kepalanya.
Dan satu-satunya tempat terbaik untuk melepas penat, Roma. Tempat terbaik untuk membawa diri ketika asanya samar. Kota abadi, menawarkan kedamaian dan candu untuk Giri. Pesona klasik Roma selalu berhasi membawa Giri untuk ingat akan hal-hal kecil, tentangnya dan garis horizontal dengan Tuhan.
•••••
Malam hari, selepas opera dan musikal favoritnya, Giri berhenti sejenak—menikmati angin Roma dengan sinar temaram lampunya. Teatro dell'Opera, tidak pernah gagal untuk membuat lautan persona jatuh cinta.
Ketika asap rokok itu ia hembuskan dan mengepung udara di sekitarnya, Giri menangkap langkah asing yang berhenti lalu duduk bersamanya. Sejenak, Giri hanya mematung dan membiarkan abu rokoknya semakin panjang.
" Kenapa? ", Giri memulai. " Tersesat atau lupa arah hotelmu? "
Pemuda itu bingung, ia menoleh untuk memastikan apakah Giri berbicara dengannya atau sosok lain yang ntah siapa ia tidak tau.
" Aku? "
" Menurutmu? "
Giri mematikan rokoknya; menginjaknya dan menyeretnya agar tidak membekas pada tanah kota cantik itu.
" Oh. Begini, aku hanya tidak paham dengan temanku. Ia tidak bisa dihubungi dan... "
Pemuda itu menjeda, sambil mengutak-ngatik ponselnya.
" Hanya begini, aku harus apa? "
Giri melihat ponsel pemuda itu, menatap keduanya bergantian.
" Telfon atau tunggu sampai ia balas. "
Tidak habis pikir, masih ada manusia aneh yang menunggu pesan temannya, bahkan mungkin temannya tidak menyalakan data sehingga pesan itu tidak sampai.
Giri hampir lupa, hanya ia yang hatinya tumpul, pemuda itu tidak.
" Kabari aku kalau temanmu sudah membalas, nomorku sudah aku simpan. "
" Tidak baik menunggu pesan itu di sini, kembalilah ke tempatmu. Walaupun ini kota Tuhan, tetapi penjahat di sini semuanya atheis. Tidak kenal Tuhannya, bahkan keluarganya pun mereka tidak tau. "
Batinnya, dialog ini sungguh kaku. Namun tidak ada istimewa yang tinggal, Giri bangkit dan meninggalkan pemuda itu di sana. Sebenernya tidak benar-benar meninggalkan, ia mengamati pemuda itu di balik kemudinya. Hingga punggung itu menjauh dan hilang dari sudut mata Giri.
Situasi yang sungguh sulit ia abaikan, pasalnya ini adalah kali pertama ia peduli pada orang tak dikenal. Pelan tapi pasti, Giri melajukan mobilnya dan membelah indahnya Roma, tidak lupa dengan binar indah pada dua mata pemuda yang tinggal dan memenuhi ruang kepalanya.
Aneh.
•••••
Lagi-lagi tentang Roma dan cintanya.
Jatuh cinta terbaik yang ditawarkan semesta, ditemani opera yang mengalun indah, belum lagi lampu-lampu cantik yang visualisasinya tidak bisa ia tukarkan dengan apapun. Tidak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasa.
Penat yang Giri lepaskan di bangku-bangku sudut kota, kala hatinya runtuh, menangis, berteriak tak terdengar, hingga meraung tanpa satu pun air mata yang keluar. Tragis, tubuhnya bahkan tidak selaras dengan hati. Langit Romalah yang memeluk semua resah tak bertuan pada hati Giri, menyambutnya hangat dengan menawarkan banyak gemintang agar arahnya tidak hilang. Roma mampu memeluk pelik Giri yang sulit ia ucapkan. Nyaman. Hangat. Damai. Begitulah kiranya, sudut pandang Giri tentang Roma dan pesonanya.
Magis kota itu mampu membuat tapak kakinya ringan, seluas apapun langkahnya. Pelarian paling indah ketika nikmat tidak lagi berada pada jemarinya. Pelarian paling damai, ketika ekspektasi tentang semesta melesat jauh, dan meninggalkan Giri sendiri. Aspal Roma, akan selalu menjadi alas paling indah untuk ia jejaki.
;— Roma, 11 Maret 2024
Tentang Giri dan pemuda tak dikenal.
Tumblr media
4 notes · View notes
opera-ghosts · 1 year
Text
Tumblr media
This historic postcard shows the young Pietro Mascagni. On May 17, 1890, his opera "Cavalleria rusticana" was im Teatro dell'Opera di Roma, premiered. The composer, who was only 27 years old have the greatest success and was a star overnight. This work has been played until today at the Metropolitan Opera in New York 653 times.
9 notes · View notes
4operalove · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Mario del Monaco nei panni di Andrea Chenier, GIORDANO
Immagine 1 Con María Callas ed il Maestro Antonino Votto, Teatro alla Scala di Milano 1955
Immagine 2 Idem
Immagine 3 Mario del Monaco con Renata Tebaldi, Teatro dell'Opera di Roma, colore per Einar Jason Russo su Facebook.
Tutti i Diritti di Autore per Teatro dell'Opera di Roma.
Immagine 4 Idem Imm 3
Immagine 5 Colore per Einar Jason Russo su Facebook
Immagine 6 Idem Imm 5
Immagine 7 Idem Imm 6
Immagine 8 Idem Imm 7
Immagine 9 Idem Imm 8.
4 notes · View notes
fashionbooksmilano · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Il teatro degli artisti
da Picasso a Calder, da De Chirico a Guttuso
Fondazione Giacomini Meo Fiorot / Musei Mazzucchelli
A cura di M.Capella
SilvanaEditoriale, Cinisello Balsamo 2007, 400 pagine, 23x27 cm,  Inglese, Italiano, ISBN  978-8836608867
euro 40,00
email if you want to buy :[email protected]
Figurini, bozzetti, elementi scenici e costumi realizzati per gli spettacoli del Teatro dell'Opera di Roma nel corso di oltre un secolo di vita. Culla del teatro musicale del Novecento, l'Opera romana ha avuto un rapporto privilegiato con pittori e scultori, oltre che con scenografi e registi. Tale intensa produzione ha lasciato in eredità numerosi e rari materiali che, dopo un lungo e attento riordino, vengono presentati per la prima volta. Il volume propone oltre trecento opere create da alcune delle più note personalità artistiche del Novecento, quali Afro Basaldella, Alberto Burri, Corrado Cagli, Alexander Calder, Felice Casorati, Giorgio De Chirico, Filippo De Pisis, Renato Guttuso, Giacomo Manzù, Pablo Picasso, Arnaldo Pomodoro, Enrico Prampolini, Luchino Visconti e Franco Zeffirelli. Accanto a queste opere vengono presentati gli splendidi costumi di scena indossati nel XX secolo da alcuni dei più grandi interpreti del canto e della danza: Beniamino Gigli, Giacomo Lauri Volpi, Maria Caniglia, Maria Callas, Renata Tebaldi, Anna Moffo, Magda Olivero, Giulietta Simionato, Montserrat Caballè, Alfredo Kraus, Luciano Pavarotti, Aurel Milloss, Rudolf Nureyev, Carla Fracci, Zizi Jeanmaire, Alessandra Ferri e Roberto Bolle.
27/10/22
orders to:     [email protected]
ordini a:        [email protected]
twitter:         @fashionbooksmi
instagram:   fashionbooksmilano, designbooksmilano tumblr:          fashionbooksmilano, designbooksmilano
14 notes · View notes
callas23 · 1 year
Text
Tumblr media
Ebe Stignani, Franco Corelli and María Callas nei panni di Adalgisa, Pollione e Norma nel Capolavoro BELLINIANO "Norma*, Teatro dell'Opera di Roma, Roma, Italia 🇮🇹 1958.
Tutti i Diritti per Teatro dell'Opera di Roma.
4 notes · View notes
Text
youtube
Pietro Mascagni (1863-1945) - Parisina: Act IV: E tuo per sempre (Stella dell'Assassino, Ugo d'Este, La Madre)
Artist: Katia Angeloni, Artist: Giuseppe Vendittelli
Conductor: Gianandrea Gavazzeni
Orchestra: Orchestra del Teatro dell'Opera di Roma
1 note · View note
blogger200066 · 3 months
Text
Roman Rhapsody: A Musical Journey Through Rome
Rome, the eternal city, is a symphony of history, culture, and music. Imagine strolling through ancient streets, where each cobblestone whispers tales of emperors and gladiators, while being serenaded by the melodious tunes of Italian music. This is the essence of "Roman Rhapsody: A Musical Journey Through Rome," a unique travel exhibition featured at IITM (India International Travel Mart) that invites you to experience the city in a harmonious blend of past and present.
The exhibition begins with an introduction to the rich musical heritage of Rome. From Gregorian chants echoing through medieval churches to the operatic masterpieces of Verdi and Puccini, music has always been an integral part of Roman culture. Visitors are immersed in this musical tapestry through interactive displays, showcasing the evolution of Roman music over the centuries.
One of the highlights of the exhibition is a virtual concert that takes you on a journey through Rome's musical history. Using state-of-the-art technology, you'll be transported to iconic venues such as the Teatro dell'Opera di Roma and the ancient Theatre of Pompey, where you'll witness performances by legendary musicians who have graced these stages.
As you continue your journey, you'll discover the influence of Roman music on the world stage. From the classical compositions of Vivaldi and Mozart to the modern-day hits of Italian pop, Roman music has left an indelible mark on global music culture. Interactive exhibits allow you to explore this legacy, from the grandeur of the Roman Empire to the vibrant music scene of modern-day Rome.
Read these articles:
Dutch Delights: Discovering the Netherlands' Beauty
Australian Adventures: Exploring Australia's Outback
South African Safari: A Wildlife Adventure
The IITM travel exhibition also explores the role of music in Roman daily life. From street performers in Piazza Navona to the lively sounds of traditional Roman folk music, music is an integral part of the city's vibrant street culture. Visitors can immerse themselves in this musical world through live demonstrations and workshops, where they can learn to play traditional Roman instruments such as the mandolin and the accordion.
No journey through Rome would be complete without experiencing the city's famed opera scene. The IITM travel exhibition offers a behind-the-scenes look at the world of opera, from costume design to set construction. Visitors can even step into the shoes of an opera singer, with interactive displays that allow them to perform arias from famous operas.
As you reach the finale of your musical journey, you'll be treated to a grand finale concert, featuring a fusion of classical and contemporary Roman music. It's a fitting tribute to the city's musical heritage, and a reminder that Rome is not just a place, but a living, breathing symphony of sound.
Summary:
"Roman Rhapsody: A Musical Journey Through Rome" is a celebration of the timeless beauty of Rome and its music, presented at IITM (India International Travel Mart). It's a reminder that in Rome, every street corner is a stage, and every moment is an opportunity to be swept away by the magic of music. So come, join us on this musical odyssey through the heart of Rome, and let the music of the eternal city fill your soul with joy.
0 notes
Text
Ultime Notizie Roma: Cronaca, Attualità e Eventi nella Capitale
Tutte le ULTIME NOTIZIE Roma: economia, politica, elezioni, lavoro e impresa, problemi con i migranti. Sul quotidiano Roma-24 si parla degli avvenimenti più attuali online.
Benvenuti su Romanotizia.it, il punto di riferimento per tutte le notizie Roma, dove troverete le ultime notizie Roma, aggiornamenti in tempo reale su eventi, cronaca e molto altro ancora. La nostra missione è fornire una copertura completa e accurata su ciò che accade nella capitale, offrendo ai nostri lettori informazioni utili e dettagliate.
Cronaca Roma
La cronaca di Roma è sempre ricca di eventi e avvenimenti che catturano l'attenzione di residenti e visitatori. Nelle ultime settimane, la città è stata teatro di vari episodi significativi. Dall'arresto di una banda specializzata in furti in appartamento alla scoperta di un giro di droga nel quartiere di San Basilio, le forze dell'ordine sono costantemente impegnate per garantire la sicurezza dei cittadini.
Un recente episodio di cronaca nera ha visto un clamoroso inseguimento nel quartiere di Tor Bella Monaca, dove la polizia ha intercettato e arrestato un noto latitante. Le indagini continuano per svelare i legami del malvivente con altre organizzazioni criminali attive sul territorio romano.
Attualità e Politica
Roma è anche il cuore pulsante della politica italiana. Gli ultimi sviluppi vedono la giunta capitolina impegnata in una serie di riforme volte a migliorare la vivibilità della città. Tra i principali temi in discussione ci sono la gestione dei rifiuti, il miglioramento della rete dei trasporti pubblici e l'implementazione di nuovi spazi verdi.
Un recente dibattito ha riguardato la proposta di introdurre una zona a traffico limitato (ZTL) notturna per combattere l'inquinamento e ridurre il traffico nel centro storico. La misura, ancora in fase di valutazione, ha suscitato diverse reazioni tra cittadini e commercianti.
Eventi Culturali e Spettacoli
Roma, con la sua ricca storia e cultura, offre un calendario fitto di eventi e spettacoli. Le prossime settimane vedranno l'apertura della tanto attesa mostra su Caravaggio ai Musei Capitolini, un evento imperdibile per gli amanti dell'arte. Inoltre, il Teatro dell'Opera di Roma presenterà una nuova produzione de "La Traviata", con la partecipazione di artisti di fama internazionale.
Non mancano poi le iniziative per i più giovani. La Festa del Cinema di Roma tornerà ad ottobre con una selezione di film e documentari provenienti da tutto il mondo. Un'occasione unica per gli appassionati di cinema di vivere da vicino il glamour del tappeto rosso e di partecipare a incontri con registi e attori.
Notizie di Servizio e Utilità
Per chi vive o lavora a Roma, le notizie di servizio sono fondamentali per affrontare la quotidianità nella capitale. Gli ultimi aggiornamenti riguardano il piano straordinario di manutenzione delle strade, con lavori programmati in varie zone della città per migliorare la viabilità e la sicurezza stradale.
Importanti novità anche per i pendolari: è stata annunciata l'apertura di nuove stazioni della metropolitana Linea C, che collegheranno il centro con le periferie esterne, rendendo gli spostamenti più rapidi ed efficienti.
Sport
Il calcio rimane uno degli argomenti più seguiti dai romani. Le squadre della capitale, AS Roma e SS Lazio, sono pronte a dare battaglia nella nuova stagione calcistica. I tifosi seguono con passione le vicende dei loro beniamini, sperando in una stagione ricca di successi e soddisfazioni.
Non solo calcio, però. Roma è anche sede di importanti eventi sportivi internazionali, come la Maratona di Roma e il torneo di tennis degli Internazionali BNL d'Italia, che attirano ogni anno migliaia di atleti e appassionati.Per rimanere sempre aggiornati su tutte le notizie Roma, visitate Romanotizia.it. Qui troverete le ULTIME NOTIZIE Roma e le notizie di cronaca Roma più rilevanti, insieme a un'ampia gamma di contenuti che coprono tutti gli aspetti della vita nella Città Eterna.
1 note · View note
dance-world · 7 months
Text
Tumblr media
Samuele De Luca -  Teatro dell'Opera di Roma - Opera Bałtycka w Gdańsku
93 notes · View notes
shredsandpatches · 5 months
Text
Tumblr media
Teatro la Fenice's new production of Mefistofele (with Alex Esposito in the title role) opens tonight so I've been seeing a lot of preview pics on the bird site, including this one and a video of the chorus from the end of this scene (which does look cool despite the schlubby costumes on the two leads, why are they putting Alex Esposito in sweatpants, come on, they put him in fishnets for Gounod!). ANYWAY it got me thinking about the various props I've seen used for the globe in "Ecco il mondo." For the uninitiated: this scene is set at Walpurgisnacht, the witches' sabbath and the primary event of the infernal social calendar. At one point the chorus presents their sexy demon overlord with a globe, symbolizing his mastery over the world and prompting Mefistofele's aria about the folly of humanity, at the end of which he smashes it. (The original libretto mentions a glass globe, and they did have sugar glass in the 1870s so I think that's probably what it would have been.)
Anyway, if you look at the video from later in the scene you can see that disco ball earth looks substantially redder and more burnt out by the end of the scene, a lighting effect which I am guessing takes place at the end of the aria. Which is pretty cool! I rather like that! Not as much as something that can go boom, but still pretty neat.
Other prop choices I've seen, roughly in order of how much I liked them:
Nothing (Festspielhaus Baden-Baden 2016, ft. Erwin Schrott). Come on. Why would you do it this way. I love this production quite a lot (and I actually otherwise really liked their Walpurgisnacht staging) but sometimes it makes questionable choices and this was one of them. Projecting equations all over the giant stage skull does not count. LET MEPH SMASH THINGS.
Giant blue lighted globe (I forget what production this was, but I saw this scene on youtube and couldn't find it when I looked just now). Pretty attractive visually, and stood out amid an otherwise red-dominated scene. Also the closest on this list to authorial intent (and, let's be real, Boito would certainly have used a lighted globe if it were possible to do safely at the time). However, you lose a lot of the impact if your singer has to carefully drop the prop globe into a trapdoor. This is kind of a common theme in this post and a principle by which I would abide: if you can't break it, use something else.
Cow heart (Bayerische Staatsoper 2015, ft. Rene Pape). Well, it's certainly creatively gross! I'll give it points for that. It was definitely not the worst idea this production had in re: Walpurgisnacht. But there are also a few problems: one is the destructibility issue outlined in the last entry. If you do something gross like that it's not gonna be as effective if it doesn't get to go splat, which obviously the prop cannot do. Another is that it doesn't really go with the symbolism of the aria (why is the world a cow heart, specifically?). A third is that the scene had already placed a bunch of writhing pregnant women downstage which made me worry that things were going to go a LOT darker than they actually did. I neither need nor want to see sacrificial baby yeeting in Mefistofele, but if your production is generally committed to maximum squalor, you probably shouldn't do anything that would make the audience imagine it and consequently doubt that commitment.
Paper globe (Teatro dell'Opera di Roma 2023, ft. John Relyea). A solid choice! He spikes it into an oil drum fire pit and and it makes a nicely scary-looking flame for an instant. It would have looked cooler if it were bigger, but it was definitely visually interesting (unlike most of the scene, alas; Relyea was typically fantastic but the director did not give him much to work with in this sequence beyond dressing him like Mussolini) and appropriately destructive.
Latex balloon (San Francisco Opera 1989, ft. Samuel Ramey). This one sometimes draws sniffs from opera purists for being cheap and tacky, but honestly that's entirely on-theme: behold the world! It's a piece of crap! This staging is iconic for a reason (it's on the cover of the dvd) and the simple balloon is satisfyingly destructible (Ramey dramatically stabs it with a very large pin), easy to bat around before destroying it, and inexpensive to replace. Full marks. Of course, this is a famous enough production that any other one that goes that route will probably be seen to be alluding to it.
Because I am obsessed with this opera and have an unattainable fantasy of directing it I have a lot of thoughts about all kinds of staging details, and so I would definitely return to the "inflatable earth" well, but distinguish it by getting Faust into the act: the second and third verse of the aria, after all, are about how dumb and generally shitty humans are. (And I think it's important for stagings of this sequence not to lose sight of him, which sometimes happens.) I'm picturing Meph dragging Faust up "onstage" and handing the globe off to him, as a representative of said dumb shitty humans (a lot of teasing interspersed with aggressive flirting going on here ofc). At the climactic "Ecco il mondo!" he flicks a finger in Faust's direction, and the globe explodes in his hands, to the great delight of the chorus. It's different, and it's a nice moment for making your singers cooperate in selling it (Faust, of course, has the more difficult job here since he'd have to play startled at a stage effect he is largely responsible for carrying off). My throughline for Mefistofele is that it's fundamentally a toxic, destructive love story that's still somehow weirdly ennobling for the participants on some level, and the Walpurgisnacht scene is a pivotal moment in that arc (it's where Meph's switch flips from "I want to win my wager" to "I want Faust") so that staging choice would be a another little thing that makes that relationship central.
18 notes · View notes
vorticimagazine · 4 months
Text
"Ciuffi Cocò", opera teatrale in lingua greca
Tumblr media
Cari lettori di Vortici.it con questo articolo vogliamo farvi fare un viaggio nella Grecia della seconda metà del '900, grazie a un’opera teatrale dal titolo Ciuffi Cocò: il nomignolo che una nonna, Cleri Piniou Saracini, scomparsa nel 2022, dà al suo nipotino mentre gli racconta della sua infanzia, attraverso parole, musica e fotografie. L'opera teatrale è tratta dal libro bilingue Cleri, la vita che mi hai regalato! di Angelo Saracini, marito della protagonista, insegnante presso la Scuola Italiana di Atene, pittore, scenografo, impegnato in movimenti politici italiani e greci. È stato presidente del Comites in Grecia ed è Cavaliere del lavoro della Repubblica Italiana. Lo scenario, invece, è di Irini Hiratou, che riesce a trasformare il testo in poesia, spettacolo, teatro musicale grazie al suo raro e raffinato talento artistico, con cui dà una voce e un respiro particolare ad un'anima che rimarrà viva ed eterna, che viaggia oltre il testo scritto. Una particolarità di questo spettacolo è anche il dialogo continuo fra musica e parole, dove gli strumenti collaborano al racconto partecipando alla recitazione. Nella drammatizzazione scenica musicale, questo soprannome diventa il pretesto, per dare spazio ad un monologo - dialogo carico di emozioni e ricordi di Cleri Piniou, in un contesto esistenziale, ideologico e politico, attraverso la conversazione con l'amato nipote Angelo, soprannominato proprio Ciuffi Cocò: personaggio cardine di un volto allusivo che rimanda simbolicamente a ogni bambino innocente e alle nuove generazioni sofferenti, che vacillano tra conflitti e comportamenti esistenziali. La sinossi dell'opera teatrale: L'opera teatrale racconta attraverso la vita una donna influenzata dalla politica ancor prima della nascita, in un momento di intensa agitazione politica e sociale in Grecia – quello della guerra civile –, che osservando il cielo stellato, si chiedeva cosa significasse quel seno sorridente e rigoglioso, che mentre grondava quel meraviglioso "liquido" bianco, diceva: "Il mondo è pieno di gente cattiva". La turbolenta vita di Cleri Piniou Saracini, in fuga dalle persecuzioni politiche, inizia proprio su una barca, che assurge a simbolo di una vita burrascosa e pericolosa: Scappammo dall’isola di Thassos,  Ciuffi Cocò…su una barca…  di corsa e frettolosi… la barca così leggera e veloce sembrava che avesse le ali e volasse sulle onde  ecco perché la chiamai... "LIKNISTI”(snodata)… e così navigavamo su acque limpide e fluide…per salvarci! mio padre, mia madre, mia sorella di due anni ed io… emozionata e confusa nel ventre di mia madre sentivo le vibrazioni del suo grembo, le lacrime di tristezza, i deboli battiti del suo cuore! Il ventre rotondo di una donna sdraiata e la vita e la morte su un’altalena sesto giorno …caldo insopportabile! (È colpa del sole?) Un sole allucinante e Caronte... pronto a traghettare! (…) La storia: Angelo e Cleri si conoscono a Roma, fra i banchi dell'Università, dopo che la giovane Cleri era arrivata in Italia per studiare architettura e laurearsi: è il 1965 quando affronta un viaggio di due giorni e due notti su un treno a vapore che parte da Atene, attraversa la Jugoslavia e la porta dritta in Italia, prima a Trieste e poi nella capitale. I due giovani studenti iniziano a frequentarsi sempre più assiduamente e Angelo porta Cleri a visitare le bellezze naturalistiche e monumentali nei dintorni di Roma, ma ben presto le loro giornate si legano ad un'intensa attività politica. Recepiscono la richiesta di aiuto dei compatrioti di Cleri e insieme ad altri studenti provenienti dalla Grecia stabilitisi in Italia, chiedono solidarietà per il popolo democratico per eccellenza, che ora veniva invaso dai carri armati e piegato alla dittatura. Contesti difficili: Nel frattempo il contesto politico si inasprisce anche in Italia, si avvicina il 1968 ed esplodono le contestazioni studentesche, che rendono più difficile battersi per la libertà della Grecia, soprattutto quando Cleri viene privata della cittadinanza greca proprio a causa del suo attivismo. Un impedimento non da poco per l'imminente matrimonio, che viene però arginato grazie a un permesso speciale del Vaticano, firmato dall'allora cardinale Montini, il futuro Papa Paolo VI. Dopo la laurea in architettura e un breve soggiorno a Venezia, i due partono alla volta della Grecia ma non riescono a consolidare la permanenza e affrontano un burrascoso viaggio di ritorno, con tutte le complicazioni del caso. Tornano in Italia, dove resistono poco tempo senza un'occupazione, da qui la decisione di ripiegare ancora verso la Grecia. Finalmente trovano entrambi la stabilità e la serenità familiare e professionale, Angelo come insegnante presso la Scuola Italiana di Atene, e Cleri come dirigente della Società Immobiliare pubblica K.E.D. per la ricostruzione statale ed economica della Grecia, e non solo, mentre nel 1975 nasce Raffaello Saracini. Proprio in Grecia, Cleri può dare sfogo al suo idealismo politico sostenendo vari leader della sinistra greca da Alexis Tsipras a Luca Katzeli. Dopo quattro anni di lotta, Cleri si spegne a causa di una malattia ma viene costantemente ricordata proprio grazie alle parole del marito Angelo, contenute nel memoriale della loro storia, Cleri, la vita che mi hai regalato! Una riflessione di Annapaola Di Ienno: Conosco molto bene l'autore Angelo Saracini e suo figlio Raffaello (il papà del piccolo Angelo) per motivi importanti che hanno segnato la mia esistenza. Cleri invece l'ho conosciuta da vicino in due occasioni. Sapevo poco della sua vita, ma istintivamente riconoscevo in lei una forza, un coraggio e una determinazione incredibili. L'incontro con il libro bilingue "Cleri la vita che mi hai regalato!"(Edizione bilingue 24 grammata) che ho letto con estrema attenzione ma, soprattutto, con particolare emozione, ha contribuito a farmela conoscere profondamente, scoprendo una persona ricca sotto ogni aspetto. La trasposizione teatrale di Irinis Hiratou “CIUFFI COCÒ" proposta a voi lettori di Vortici.it, è ovviamente in lingua greca e non ha sottotitoli in italiano, ma fidatevi di chi vi scrive e conosce perfettamente la lingua, essendosi integrata perfettamente con il popolo, avendo avuto la possibilità di viverci per 41 anni. Lasciatevi trasportare da tutto mentre ascoltate... parla un'anima che, attraverso la sua esistenza, ripercorre la storia moderna e contemporanea, di una Nazione, la Grecia che è la culla della Democrazia e che giustamente la preserva lottando strenuamente per conservarla, come ha dimostrato Cleri con la sua vita! Guardare lo spettacolo: https://www.youtube.com/watch?v=E3zCQjdlCBY Composizione musicale - Testi - Regia: Irini Hiratou. Montaggio del materiale di proiezione: Nikos Gravaris. Cleri Piniou Saracini è interpretata dall'attrice Marianna Geka. I musicisti suonano: Spyros Kostis-fisarmonica / Solis Barki-percussioni / Irini Hiratou-violino / Dimitris Kostis-corno. Per altri articoli di cultura sul nostro sito, fai clic qui. Annapaola Di Ienno e Benedetta Pisano    Read the full article
0 notes
cinquecolonnemagazine · 5 months
Text
Terme di Caracalla: rivivono i fasti dell'antica Roma
Le terme di Caracalla sono pronte a rivivere i fasti dell'antica Roma. Un nuovo progetto, infatti, riqualificherà completamente uno dei siti archeologici simbolo della città eterna per dare un'esperienza di visita completamente nuova. La prima novità che gli spettatori vedranno sarà l'acqua, elemento essenziale delle terme. Saranno, inoltre, riaperti spazi finora rimasti chiusi. L'inaugurazione avverrà sabato 13 aprile con una serie di eventi culturali. L'acqua, anima delle terme Con il progetto di riqualificazione del sito archeologico, lo spettatore vivrà un'esperienza di visita completamente diversa da quella vissuta finora. Il primo step di questo ambizioso progetto è stato far tornare l'acqua, elemento principe di un complesso termale. L'acqua, che mancava nel sito dal V secolo quando è iniziata la fase di abbandono del complesso, tornerà alla vista dei visitatori con un'enorme vasca dalle forme minimali e contemporanee. Progettata dall'architetto Hannes Peer insieme a Paolo Bornello, la vasca darà vita a uno specchio d'acqua di mille metri quadrati nel quale si rifletteranno le imponenti rovine. Sarà, inoltre, sormontata su un lato da un palcoscenico leggero destinato agli spettacoli; ospiterà delle fontane che proporranno giochi d'acqua e di colori. L'acqua sarà presente anche all'interno delle strutture anticamente dedicate alla cura del corpo mentre altri zampilli e nuvole di vapore si libreranno a ridosso delle mura del complesso per rievocare l'atmosfera di un tempo. Passeggiare e meditare Come illustrato dalla direttrice delle terme, Mirella Serlorenzi, anche l'area verde del sito sarà trasformata. Diventerà un giardino botanico valorizzato con architetture effimere ed essenze odorose. L'impegno della direttrice è far ricomparire anche farfalle e api. Tutto concorrerà a ricreare un luogo in cui passeggiare e meditare com'era un tempo. Le terme di Caracalla, infatti, erano un luogo deputato alla cura del corpo e della mente in linea con la filosofia antico romana "mens sana in corpore sano". Il progetto, che procederà a step, prevede anche la riapertura al pubblico di due aree verdi e dell'antico ingresso sulla via di Caracalla, lo stesso utilizzato dagli antichi romani duemila anni fa, dove sarà collocata una nuova biglietteria. Terme di Caracalla: simbolo dell'antica Roma Le terme di Caracalla rappresentano un degli esempi più grandiosi di terme romane. Furono realizzate tra il 212 e il 216 d.C. sul colle romano dell'Aventino. Furono superate solo dalle terme di Diocleziano costruite nel 306. Dismesse durante la guerra gotica, l'area su cui insistevano le terme fu riutilizzata a fini abitativi e come zona agricola. Divenne un grande vigneto. Nel VI secolo fu utilizzato come cava per il reperimento di materiali di pregio come marmi e metalli. Dal XVI secolo, in occasione di diversi scavi, sono state rinvenute diverse opere molte delle quali sono entrate nella collezione Farnese. Nei tempi moderni, le rovine delle terme di Caracalla, con la loro imponenza, sono state una suggestiva cornice a eventi musicali di vario genere: da concerti di artisti moderni a opere liriche. Non a caso Paolo Conte, nel 2018, ha deciso di ambientarvi la tappa romana del suo tour per festeggiare i 50 anni di Azzurro. Tra quelle stesse rovine hanno riecheggiato le musiche del maestro Ennio Morricone. Dal 1937, inoltre, ogni anno la stagione estiva del Teatro dell'Opera di Roma si ambienta a Caracalla. In copertina foto di Gianni Crestani da Pixabay Read the full article
0 notes
4operalove · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
VIRGINIA ZEANI 🌸🌸🌸 con il suo sposo NICOLA ROSSI LEMENI 🌸🌸🌸
Foto 6 I Diritti per Teatro dell'Opera di Roma
3 notes · View notes
operaandart · 6 months
Text
Un dì all'azzurro spazio Teatro dell'Opera di Roma
youtube
0 notes