Tumgik
#untukmu
jemarimenari93 · 3 months
Text
aku akan terus berusaha ikhlas, meskipun tak terbalas, Dan aku akan tetap tulus, meskipun semua luka tak bisa dihapus
9 notes · View notes
sajak-bumi · 10 months
Text
Tulisan Malam Ini
Sebenarnya ada tulisan untuk malam ini. Hanya saja menjadi tidak ada karena objeknya telah tiada. Jadinya, malam ini aku hanya ingin bercecuap saja tanpa makna. Siapa tahu lara yang sedang menerpa, turut berlari ke alam baka.
Sajak Bumi - Dinni Mawaddah
7 notes · View notes
n-kusuma · 3 months
Text
Rindu untukmu
semesta merindukan bumi,
meyampaikannya melalui hujan
siang merindukan malam,
menyampaikannya melalui senja
aku merindukanmu,
dan menyampaikannya melalui doa
sudah terlampau lama aku menunggu kau yang tak kunjung kembali,
dan disini aku terjebak sendiri.
| n.kusuma
2 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
2. How would you describe yourself?
Kamu bukanlah apa yang kamu capai atau kenakan, kamu adalah apa yang ada di dalam dirimu dan kamu rasakan. Karena apa salahnya menjadi biasa-biasa saja?
Tumblr media
Banyak yang terjadi dalam hidup kita, membentuk siapa diri kita saat ini. Secara sadar ataupun tidak, semuanya berpengaruh pada kepribadian, pola pikir hingga cara kita menjalani kehidupan. Kalau saja kita sadar, tak ada yang salah dan yang benar kecuali yang ada tuntunan agama dalam menjalani kehidupan.
Kalau sebelumnya di pertanyaan “who are you”, aku bercerita tentang diriku, yang pernah merasa “menjadi manusia seutuhnya” hanya karena memiliki jabatan yang membaut diri merasa berdaya. Iya, rasanya bangga dan juga senang saat bisa menjawab “saya Hasna, dengan jabatan di perusahaan A”--- ah tapi tak ada salahnya juga kok merasa bangga akan pencapaiaan kita pribadi!
Miskonsepsi definisi dan konsep diri.
Kita pasti tak lagi asing dengan beragam teori dan tes kepribadian; DISC, MBTI, Enneagram, Gallup Strength hingga Proto-psikologis. Yang sebenarnya mampu membantu kita mengenali diri kita lebih lanjut, tapi tak bisa menjadi acuan pasti tentang arti diri kita “sebenarnya”.
Lagi-lagi tes kepribadian mungkin memang dilakukan secara ilmiah sehingga didapatkan beberapa bentuk kepribadian dengan ‘kecenderungan’ masing-masing. Tapi bukan berarti itu yang mendefinisikan diri kita. Lucunya, tes kepribadian malah sering kita jadikan pembenaran “yaa wajar aku kan tipe ENFP yang sukanya challenge aja” dan malah membatasi diri kita dari sesuatu yang harusnya bisa kita lalui.
Tes kepribadian lagi-lagi hanya membantumu mengenali kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaanmu yang bisa berubah seiring waktu kamu bertumbuh, bukan patokan saklek yang mendefinisikan dirimu.
Lalu bagaimana cara mendefinisikan diri?
Kita bukanlah saat kita memiliki sebuah jabatan
Kita bukanlah apa hasil tes kepribadian yang kamu dapatkan
Kita bukanlah sekedar harapan-harapan yang disemogakan
Aku pernah berlari hingga terseok mengejar sebuah “pencapaiaan”, namun saat ku raih apa yang ku inginkan aku merasa hampa. Ambisi membawaku melebur dalam diri yang kemudian bertanya “lalu apa?”. Aku merasa cukup dan lalu tak tahu lagi harus kemana.
Aku pernah berlomba dengan kawan yang memiliki deretan penghargaan, merasa berharga karena apa yang ku peroleh dapat ku banggakan. Namun mengapa hanya lelah yang kemudian aku rasakan?
Semua informasi berlalu lalang tentang orang-orang terdekat, teman seumur, ataupun orang yang tak ku kenal yang bercerita tentang prestasi mereka di sosial media. Tak munafik, kadang aku merasa insecure iri hati dan merasa diri tak berharga lagi. Hingga akhirnya lupa arah akan mana yang menjadi tujuan.
Ya, aku menulis segala hal yang ku inginkan dalam hidup. Tanpa memilah dan memilih mana yang mau ku jadikan rangkaian cerita perjalanan seorang Hasna. Mengapa ingin terus berlomba, menjadi lebih keren dan memiliki segudang hal untuk diceritakan?
Siapa aku sebenarnya?
Ternyata itu semua bukan aku
Kita adalah serangkaian proses yang kita coba jalankan.
Sebuah realita tiba-tiba menamparku, yang membuatku tersadar bahwa apa yang aku dapat dan banggakan selama ini akan dengan mudah hilang bahkan minus saat Tuhan berkehendak. Ya, semudah itu hingga menyesal pun hanya menghabiskan energi.
Realita yang membuatku tak kuasa lagi berlari dan mulai refleksi diri, karena sebuah pertanyaan “Apa sih definisi seorang Hasna? Apakah pencapaiaannya? Apakah jabatannya? Apakah karena pujian yang disanding padanya? Atau apa karena yang dimilikinya?”
Saat kondisi 0, yang bisa ku lakukan ternyata hanya menangis, semua pencapaiaan tak lagi terasa berharga dan semua pujian tak lagi menjadi penyemangat. Perasaan tak berdaya hingga beragam pertanyaan ke diri sendiri malah menambah beban perasaan.
Ya, kondisi yang akhirnya membuatku lelah sendiri dan tersadar “ternyata selama ini aku hanya berlari untuk sampai ke tujuan, lupa menikmati proses, lupa memahami bahwa diri kita yang sebenarnya adalah tentang kita yang mau berjuang”
Itulah seni menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Ya, aku sadar bahwa aku memang tak sepintar teman-teman yang diterima di perusahaan multinasional. Aku pun tak secerdik teman-teman pebisnis yang sudah untuk ratusan juta. Aku bukan orang yang memiliki talenta untuk bisa menjadi ahlinya sekali. 
Yang dulu aku menilai, aku harus menjadi “seseorang” agar bisa menjadi hidup secara utuh. Tapi ternyata, itu semua hanyalah sebuah bias manusia yang tak jarang membuat kita lupa bahwa “sekedar hidup, juga membuat kita menjadi manusia”.
Analogi simpelnya adalah lihat kakek nenek kita yang sudah berusia diatas 70 tahun, bagaimana mereka bisa menikmati hidup? cukup dengan bernapas dan bersyukur melihat anak cucunya. Tak harus menjadi kaya ataupun memiliki segudang prestasi.
Pencapaiaan bukanlah hal biasa yang harus kamu kejar selalu. Tetapi memahami dan menerima diri kita sebagai orang yang “biasa-biasa saja” membuat kita dapat melihat bahwa hidup karena hal-hal sederhana itu “cukup”.
Menjadi biasa-biasa saja membaut kita sadar, bahwa masih banyak hal dalam hidup kita yang harus ditingkatkan tapi bukan untuk kita kejar. Menjadi biasa-biasa saja membuat kita paham; bahwa kita hanyalah satu dari ribuan manusia yang memiliki keunikannya dan cukup menjadi diri kita sendiri saja.
Menjadi biasa-biasa saja membuat kita sadar, bahwa proses adalah apa yang membentuk diri kita.
Sadari, kita berharga karena kita menghargai diri kita. Tak masalah memiliki keinginan ataupun mencari pencapaiaan, tapi yang lebih terpenting adalah memahami bahwa kamu menikmati setiap proses yang kamu lalui.
-------------
Dalam rangka kembali mengenali diri sendiri, aku mencoba menchallenge diri untuk menyediakan waktu 15 menit per hari menulis dengan menjawab 101 question yo ask yourself in life.
Tulisan ini berkolaborasi dengan ilustrasi dari @byakilaa
106 notes · View notes
laroybaff · 1 year
Text
Bingung
Ntah kenapa setelah mendengarmu membicarakan semuanya, masih ada sedikit bara api yang menyala, dan ntah kenapa bara itu mengeluarkan api lagi, hingga membuat bara lain ikut membara kembali.
ntah harus percaya apa tidak, kau memang ahli membuatku percaya.
tapi kelogisanku masih saja bertolak belakang dengan semua itu, karena masih ada sisa air yang menggenang diantara bara bara itu.
2 notes · View notes
devitwiqoadikkworld · 2 years
Text
Cerita sore
Tak sengaja sekali, aku memperhatikan mereka yang sedang meni'mati haqiqatnya kehidupan
Pengalaman hidup yang memancarkan cahaya sebuah kehidupan untuk terus berlanjut, memberikan sebaik baiknya kehidupan.
Di setiap penat yang menyapa mereka, tak pernah sekalipun mereka menjerit kelelahan .
Di balik pengetahuan hidup adalah sebenar benarnya kelelahan yang tak berkesudahan .
Untuk jiwa jiwa yang merasa terkurung.
siapapun itu, Aku harap kamu rela membebaskan jiwamu yang penuh karya indah ini
Menjadi sebaik baiknya kehidupan yang hidup Menjadi kalimat terindah di antara bait bait puisi yang mencari titik, untuk merasa pulang
2 notes · View notes
nurulweye · 1 month
Text
Berpuluh-puluh kilometer telah kutempuh, berharap di ujung jalan itu senyummu hadir… Nyatanya, kecewa yang kutelan justru berlipat-lipat; sebab hanya bayangmu saja yg nyata, (sedang) ragamu memeluk impian lain.
Untukmu, yg pandai menyakiti namun sulit mengucapkan 'maaf'…
0 notes
gadisneptunus · 6 months
Text
Sebuah pesan untukmu.
Siapapun kamu jika hari ini kamu mendapatkan pesan ini, mungkin kamu adalah sosok yang Allah gariskan untuk menjadi teman perjalanan ku beribadah hingga nanti kita bermuara di syurga Nya.
Jujur, bahkan sampai detik ini aku belum percaya bahwa 'laki-laki baik' itu memang ada. Kalau bukan karena syariat Nya, dan juga sunnah nabi-Nya, mungkin aku adalah orang di barisan pertama dalam hal melajang. Lalu bisa kah kamu membuktikan bahwa aku tidak salah dalam memilih mu untuk menjadi lelaki ku ?
Sudah terlalu banyak aku menyaksikan luka yang justru dibuat oleh cinta pertamaku sendiri. Manusia yang katanya 'mencintaiku tanpa alasan' justru menjadi sebab utama aku mengeluarkan air mata. Sudah terlalu banyak janji manis yang membuatku muak karena tak di indahkan oleh sosok pertama yang mengenalkanku pada dunia.
Ya. Kamu tak salah baca. Aku adalah perempuan yang sudah memiliki banyak luka. Sejak saat itu, aku tak pernah lagi percaya dengan laki-laki. Karena menurutku semua laki-laki itu sama saja. Hanya mampu menggoreskan luka di hati perempuan. Apakah benar bahwa laki-laki itu tidak memiliki perasaan ?
Ku mohon, bisa kah kamu meyakinkan ku sekali lagi?
Tolong katakan, bahwa kamu bisa mematahkan segala stigma buruk ku terhadap mahluk bernama 'laki-laki'. Bisa kah kamu melakukannya?
Sungguh, berada di fase ini adalah hal yang paling aku benci. Hati dan logika ku sangat tak sejalan. Semakin aku mencari alasan untuk menolak mu, semakin keyakinan itu bertambah dan bereplika. Aku sungguh sangat dilema.
Maaf, aku memang jauh dari kata sempurna. Maaf jika nanti, aku tak akan mudah percaya dengan kata kata atau janji manis mu. Maaf bila luka masa laluku belum juga sembuh hingga aku butuh diyakinkan berkali- kali.
Maaf telah merepotkanmu. Ku harap kamu sanggup dan tak menyerah kepada ku. Karena setelah janji suci itu kamu ikrarkan, artinya kamu juga siap untuk memeluk segala kurang ku. Sederhana saja, aku hanya butuh diyakinkan lagi. Aku janji ini nggak akan lama. Aku juga mau sembuh dari luka luka itu.
Entah kebetulan macam apa yang sedang Allah rencanakan. Aku tak paham. Bahkan hadirmu di hidupku adalah sebuah ketidakmungkinan yang pernah aku semoga kan. Namun tetap, aku tak pernah punya keberaninan untuk menyebut namamu dalam doaku.
Ku harap kamu memang sengaja dihadirkan untuk mengobati luka - luka ku.
Mungkin jalan di depan sana sangat tak mudah. Selalu akan ada batu terjal, rintangan yang menghadang bahkan ombak tak akan segan untuk datang menerjang.
Tapi percayalah ketika aku telah memilihmu, maka aku adalah perempuan kedua setelah ibumu yang akan selalu menguatkan langkah kaki mu. Aku bisa menjadi tempat mu 'pulang' di mana pun kamu membutuhkan kenyamanan itu. Aku bersedia menjadi pendengar setia untuk setiap kisah mu. Singkat nya aku siap menjadi 'rumah' bagimu.
Terimakasih telah memperjuangkan ku.
Bogor, 15 November 2023
0 notes
kelolacerita · 1 year
Text
Tahukah kamu bahwa beranjak pergi bukan berarti melarikan diri lari dari tanggung jawab
Bisa jadi kamu telah melakukan semua yang terbaik yang kamu bisa hanya saja masih belum cukup bukan karena kamu gagal atau tidak berusaha tapi karena terlalu banyak yang salah disekitarmu, terlalu banyak kebohongan, terlalu banyak kepentingan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai yang kamu pegang, terlalu banyak mimpi yang tertunda
Kamu tak salah tapi tak benar juga tergantung menurut sisi mana kamu dipandang
Pergilah jika mau pergi, jika sudah saatnya pergi
Tuhan Maha Tahu sejauh mana kau berjuang
Tuhan Maha Tahu takdir terbaik untukmu
Bisa jadi perginya kamu sekarang adalah tuntunan Tuhan menuju arah kebahagiaan yang telah digariskan
Bahkan mungkin jika kamu masih disana akan memperdalam konflik batin atau memperluas kekeliruan
Pergilah sekarang ...
Dan ajak aku jika kamu butuh teman
Senyumlah ...
Senyumku disini ada dan mendoakan yang terbaik untuk semua orang
0 notes
handsome-kakigori · 1 month
Text
Tumblr media
2:37 a.m, head empty, but Ichigo in pink remains supreme
437 notes · View notes
jemarimenari93 · 3 months
Text
aku memang seseorang yang mudah tersinggung, kenapa harus membersamai seseorang yang suka bercandanya kelewatan
3 notes · View notes
f-c-blog · 2 years
Text
kini yang ku lakukan hanya untuk memperbesar kemungkinan,
semua hasil ku berikan pada Tuhan
mungkin kau disana tak hiraukan keberadaan ku,
atau, pun, mungkin kau tak menginginkan ku,
namun, kau bisa apa, bila takdir telah usai di tulis,
yang kau ingin, tak kau dapat, yang kau tak mau, malah mendekat,
maka kini, siapakan yang paling banyak berdo'a, siapakah yang paling bertekad untuk mendapakatnya, maka itu yang akan di terima-Nya, dan dikembalikan oleh-Nya, kepadanya..
1 note · View note
n-kusuma · 3 months
Text
Hujan
Hujan.
aku menyukai hujan. sama halnya aku menyukaimu.
aku berharap hujan lebih sering datang, begitu pula aku mengharapkanmu.
aku berharap hujan tak cepat pergi, begitu pula engkau.
aku berharap hujan menemani malam-malamku, begitu pula engkau.
kuharap suatu hari nanti kau akan datang bersama hujan.
kuharap suatu hari nanti kau, aku, dan hujan akan melebur bersama dalam sebuah kenangan.
hanya kita. kau. aku.
dan hujan.
|n.kusuma
6 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
1. Who are you?
Tumblr media
Pertanyaan yang sering ditemukan setiap kali bertemu orang baru. Jawabannya seringkali spontan dan klise atau bahkan template yang selalu berulang; menjawab dengan nama, tempat tinggal, asal daerah ataupun kesibukan saat ini entah di pendidikan atau pekerjaan. Sebuah pertanyaan yang kadang kala membuat kita bingung dan cenderung tak menghargai diri kita; kok aku begini doang ya ternyata...
Lalu, bagaimana cara mendefinisikan diri kita sendiri?
Kamu bukanlah apa jabatanmu
Aku pernah, ada di posisi  sedang memiliki sebuah jabatan atuapun bergaining position yang akhirnya membuat rasa kepercayaan diriku tinggi. Bangga dan dengan lantang menjawab “Saya Hasna” diikuti dengan penjelasan jabatan pada saat itu. Rasanya seperti I am on top of the world.
Tapi rasa sombong akan sesuatu yang fana itu ternyata membuat diri ini tertampar dan tersadarkan, ternyata lagi-lagi jabatan hanyalah sekedar jabatan, tak mendefinisikan siapa diri kita yang sebenarnya.
Ya, jabatan itu yang dulu ku elu-elukan. Menjadi sumber rasa berdayaku ternyata bukanlah milikku, tetapi milik perusahaan tempat aku bekerja yang dapat sewaktu-waktu digantikan oleh siapa saja. Aku diminta untuk menyelesaikan jabatanku dengan berbagai alasan yang tak ku mengerti dan hanya ada pilihan “baiklah, aku yang akan meminta selesai”. Seketika pun aku merasa hilang dan hampa, Siapa aku?
Mencoba bertanya ke diri sendiri
Hilang, galau, gundah hingga perasaan apakah aku tak seberharga itu mencabik-cabik pikiran dan perasaan. Penyesalan, kemarahan dan kekecewaan menjadi emosi yang menghampiri datang dan pergi. Tak jarang kutemui diriku menangis sesenggukan seorang diri tiba-tiba.
Sebenarnya, ada apa yang salah denganku? begitu tanyaku.
Ternyata aku tak sepenuhnya paham siapa diriku. Tak benar-benar tahu apa yang berhak mendefinisikan diriku. dan tak sadar bahwa aku bukanlah apa yang datang menghampiriku.
Kita bukanlah kekaguman orang lain terhadap kita
Kita bukanlah apa yang melekat di tubuh kita
Kita bukanlah jabatan yang saat ini ada
Kita bukanlah semua yang ada di sekeliling kita
Dan bukankah Kita adalah sebuah proses mengenali diri terus menerus sepanjang hidup?
Bersiap bukan berambisi
Ya, mungkin yang harus kita sadari bahwa hidup adalah sebuah proses terus menerus. Di setiap proses mungkin kita memiliki tujuan, tapi tujuan bukanlah yang mendefinisikan kita. Proseslah yang membentuk dan dapat membantu kita mengetahui diri kita sepenuhnya. Proseslah yang membuat kita untuk bersiap menjadi diri yang penuh harap.
Ibaratnya kita memiliki keinginan menjadi seorang CEO, itu mungkin hanyalah ambisi tentang sebuah tujuan. Kita tak pernah benar-benar paham apakah itu yang kita mau? apa yang harus dilalui untuk ke tahap itu? Apa saja yang diperlukan untuk menjadi CEO? Apakah akan selesai dengan menjadi seorang CEO? Lantas mengejar jabatan itu apakah akan membuat kita puas? Entahlah...
Yang mungkin bisa kita sadari, kalau hanya sekedar menjadi CEO ya sudah buat saja sebuah startup dan labeli diri kita menjadi CEO, seperti banyaknya fenomena anak muda sekarang. Tapi, kalau seperti itu lantas dimana kapabilitas kita? apakah menjadi CEO cukup? apakah kita bisa membawa pertumbuhan yang baik ke startup kita?
Bahkan Steve Jobs, pernah dikeluarkan dari perusahaan yang dibangunnya sendiri. Jabatan bukanlah akhir, menjadi CEO bisa jadi hanya ambisi yang terlahir. Tapi proses kita membentuk diri agar layak menjadi apa yang kita inginkan adalah sebuah proses yang tak boleh kita hindari.
Ya, bersiaplah dengan meningkatkan kapabilitas dan kualitas diri setiap hari.
Mungkin kamu bisa mencoba metode gap analysis yang dapat membantumu bersiap dalam menjadi versi terbaik dari dirimu. Agar kamu bisa mencoba belajar untuk mengenali dan mendefinisikan diri sendiri.
-------------
Dalam rangka kembali mengenali diri sendiri, aku mencoba menchallenge diri untuk menyediakan waktu 15 menit per hari menulis dengan menjawab 101 question yo ask yourself in life.
Tulisan ini berkolaborasi dengan ilustrasi dari @byakilaa 
27 notes · View notes
cukupmenyimak · 2 years
Text
Ode Untukmu
Tumblr media
06/06/2022 —45
0 notes
penaalmujahidah · 1 year
Text
Wahai kamu, wanita yang cantik hatinya..
Kenapa harus menangis setiap kali kamu saksikan satu persatu temanmu menikah? Berbahagialah sayang. Jangan kau tangisi dirimu yang masih saja terkurung dalam kesendirian. Tak usah merasa tertinggal. Kamu akan baik-baik saja meskipun belum menikah saat ini. Kita punya jatah waktu masing-masing. Tenanglah. Suatu saat engkau pun akan bahagia di waktu yang tepat. Segala tangisan kesepianmu, akan menyirami benih-benih kebahagiaan yang tumbuh mekar di saat paling tepat menurut Allah. Sabarlah, keterlambatan menikah bukanlah suatu aib. Jadi tak usah malu, tak usah merasa kalah. Sebab menikah bukanlah ajang perlombaan. Sekarang, selama masih ada waktu, selesaikanlah apa-apa yang perlu diselesaikan. Pelajarilah banyak hal, terutama tentang bagaimana menguatkan mental, meluaskan sabar, dan ruang penerimaan. Karena hakikatnya menikah adalah tentang bagaimana kita mampu bertahan dalam segala keadaan. Kelak kau akan dihadapkan pada kekurangan pasangan, pada rewelnya anak-anak, dan pada pekerjaan rumah tangga yang harus kau bereskan. Kuharap saat masa itu tiba kau bisa mengatasinya dengan benar. Pelajari bagaimana menjadi istri yang baik dan ibu yang baik. Agar dari rumahmu lahir sosok-sosok hebat yang membawa pengaruh besar bagi bangsa dan agama.
Sayang, kau harus bisa memahami dengan betul konsep menikah. Bahwa menikah adalah ibadah seumur hidup, yang tidak bisa langsung di akhiri setiap kali badai mengguncang kapal rumah tangga yang kau tumpangi. Aku berdoa, semoga kelak Allah pertemukan dirimu dengan sosok lelaki yang memiliki iman yang teguh, yang marahnya tidak menghina, dan memuliakanmu dengan cintanya.
Selamat menanti dengan anggun dan mensholihahkan diri sebelum bertemu dengan sosok yang sholih pilihan Allah.
Oh ya, satu lagi. Ingat kata Tere Liye, "Tidak usah terlalu cemas dan sedih jika tinggal kita sendirian yang belum menikah, sementara teman-teman terbaik sudah. Apalagi sudah tebal kuping terus ditanya kapan.
Karena dalam situasi tertentu, hal-hal paling indah selalu datang paling akhir. Persis seperti sunset, kalau kalian pernah menatap matahari tenggelam di pantai, momen paling brilian adalah di bagian terakhirnya."
Tetap bertumbuh sayang, selamat menanti dalam ketaatan. Karena kita tidak pernah tahu siapa yang lebih dulu menjemputmu. Entah seorang pangeran atau malaikat kematian. Namun, selama kamu dalam ketaatan in syaa Allah semuanya aman.
@penaalmujahidah
72 notes · View notes