Tumgik
#mengenali diri
aainaalyaa · 1 year
Text
Tumblr media
“Segalanya, pada akhirnya membawa Anda pulang. Terdapat perkara-perkara tertentu yang tidak boleh diterjemahkan dalam dunia yang nyata, hingga kesucian berkat menjadi satu, seperti nafas, disayangi tidak dikira, sehingga secara keseluruhannya, kalian telah menjadi makna perjalanan.
— Mle. AainaA-Ridtz A R, Saat Saat Terakhir
0 notes
meng-u-las · 11 months
Text
Menghadapi Hasil yang tidak sesuai dugaan
Tumblr media
Photo by N I on Unsplash
Dalam hidup ini tentu kita memiliki target yang ingin dicapai, baik itu dalam kehidupan, pendidikan atau pekerjaan. Namun di sisi lain, kita menyadari dengan penuh bahwa keadaan di dunia ini tidak bisa kita kendalikan, satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri, sehinggu bukan hal yang langka kita menjumpai bahwa target yang ingin kita capai, akibat satu dan lain hal, tidak bisa tercapai atau tertunda, menghadapi situasi tersebut kita memerlukan beberapa kemampuan untuk bisa tetap bertahan, karena hal yang paling umum terjadi kita justru terlarut dalam emosi kekecewaan yang sebetulnya kalau kita ubah sudut pandang kita, masih ada banyak cara untuk menggapai target kita tersebut. Oleh sebab itu melalui tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca untuk sedikit berefleksi terhadap kondisi yang tidak sesuai dugaan atau perkiraan.
Banyak hal diluar kendali kita
Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, dalam menjalani kehidupan ini kita harus selalu menetapkan pola pikir bahwa banyak hal berada di luar kendali kita, seperti dalam perjalanan dari rumah ke kantor, bisa saja di tengah jalan terjadi kecelakaan dan lain sebagainya, sehingga membuat perjalanan kita terlambat, oleh karena-nya sangat penting untuk mempersiapkan rencana cadangan saat sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita, dalam hal berangkat ke kantor, kita bisa mempertimbangkan untuk memberikan spare waktu lebih, sehingga apabila terjadi hal diluar dugaan seperti kecelakaan, kita lantas bisa berganti moda transportasi atau bisa mengambil jalan lain, intinya selalu siapkan rencana cadangan.
Ada banyak jalan menuju Roma
Mengutip kata-kata bijak tersebut, sebetulnya kita jangan menutup jalan kita sendiri dengan pola pikir yang salah, sering kali saat suatu cara tidak atau belum berhasil, kita cenderung untuk menutup berbagai kemungkinan lainnya yang bisa kita coba terlebih dahulu sebelum memutuskan bahwa kita sudah gagal, seperti perjalanan ke Roma yang bisa dicapai dengan jalur laut, udara ataupun darat, mungkin untuk mencapai target kita, kita perlu mencoba cara atau jalur lain, saat menghadapi hambatan di depan kita, intinya jangan menutup jalur lainnya sebelum kita benar-benar mencoba dan mendapatkan hasilnya.
Terkadang yang kita butuhkan adalah mencoba sekali lagi
Ada satu film yang sampai saat ini begitu berkesan untuk saya, judulnya "Hacksaw Ridge" di film tersebut ada seorang tokoh bernama Desmond Doss yang diperankan oleh Andrew Garfield, film itu mengambil latar saat perang dunia ke 2, dalam satu ketika tentara Amerika menghadapi tentara Jepang, disaat itu tentara Amerika baru saja mengalami serangan dari tentara Jepang, sehingga banyak berjatuhan korban di pihak Amerika, disaat semua orang ingin menyelamatkan dirinya masing-masing, Desmond Doss justru berusaha menyelamatkan semua rekan-rekannya yang masih bisa terselamatkan, salah satu kata-kata Desmond Doss yang berkesan adalah
"Please, Lord. Help me get one more. Help me get one more.",
mungkin konteksnya agak berbeda, tapi ketika kita berusaha untuk terus memotivasi diri kita untuk terus mencoba sekali lagi (disertai dengan doa), mungkin kita akan berhasil di kesempatan berikutnya, kita tidak pernah tahu
Menghadapi Kegagalan dengan pola pikir baru
Setiap orang pernah mengalami kegagalan, namun apa yang kita katakan kepada diri kita (atau orang lain) itu bisa betul-betul mengubah kehidupan seseorang. Saat kita berkata yang buruk terhadap diri kita akibat kegagalan tersebut, berhati-hatilah, itu bisa menjadi semacam afirmasi negatif, selalu berikan diri kita kata-kata positif yang membangun (memang tidak mudah), selalu ingat saat kita berhasil mencapai sesuatu, bagaimana puji-pujian yang kita dapatkan membuat kita bersemangat, jangan jadikan kegagalan sebagai alasan kita untuk memberikan label buruk terhadap diri kita. Mungkin saat kita gagal, itu adalah saat kita bisa berefleksi terhadap apa yang sudah kita lakukan, apakah kita kurang persiapan atau apakah ada hal yang belum pernah kita lakukan, bersedih boleh, tapi ingat hidup terus berjalan, jangan terlarut dalam kegagalan apalagi sampai memberikan cap negatif terhadap diri kita.
Kenali diri kita sejak awal
Dari semuanya yang terpenting adalah kita berusaha mengenali diri kita sendiri, apa yang kita mau, apa kekuatan dan kelemahan kita dan lain sebagainya, tentu siapapun bisa asal menetapkan target, tapi ketika kita sudah mengenali siapa diri kita, kita bisa membuat target yang jauh lebih realistis tanpa harus menyiksa diri kita sendiri, karena memang tidak semua target bisa dan harus tercapai, saat kita mengenali diri kita sendiri, kita tentu tahu hal apa saja yang bisa dan harus kita capai
Kurang lebih itulah bahan refleksi bersama minggu ini, terkait dengan menghadapi hasil yang tidak sesuai dugaan, tulisan ini hanya sebagai pengingat untuk diri kita masing-masing, bahwa tidak selalu hasil sesuai yang kita inginkan, tapi bagaimana kita bisa menghadapi kondisi tersebutlah yang membedakan mereka yang berhasil dengan mereka yang menyerah (saya tidak bilang orang yang tidak berhasil dengan gagal, karena kebanyakan mereka menyerah lebih dahulu dan mencap dirinya gagal). Semoga tulisan ini bermanfaat!
4 notes · View notes
belindatanto · 1 year
Text
Jika bisa lompat satu tahun kedepan, apa yang ingin kamu capai dalam satu tahun terakhir?
Tulisan ini mungkin agak kaku, karena ternyata sudah lama sejak terakhir saya nulis. Oke, langsung aja.
Pencapaian yang ingin saya capai dalam satu tahun terakhir adalah konsisten berolahraga. dan bangun jam 5 pagi setiap harinya.
Alasannya ingin konsisten berolahraga adalah karena saya mulai merasakan manfaat dari olahraga itu sendiri. Memang setiap mau pergi berolahraga atau mau mulai berolahraga itu lumayan sulit. Ga bisa dipungkiri kalo rasa malas berolahraga itu hadir setiap hari, tapi ketika sudah mulai berolahraga, malah jadi ketagihan dan ingin menyelesaikannya dengan tuntas. Target saya adalah ikut kelas muaythai 3x seminggu.
Sebenarnya akhir-akhir ini saya sudah bangun sekitar jam 7. Dan ini merupakan suatu pencapaian juga, karena ternyata saya bisa bangun lagi dan disiplin untuk bangun disekitaran jam yang sama setiap harinya. Dan karena itu, saya mulai menyadari bahwa mood saya jauh lebih baik ketika saya bangun pagi. Simple, karena ternyata dengan bangun pagi, saya punya spare waktu luang lebih banyak sebelum saya bersiap-siap untuk ke kantor. Dan kenapa sekarang targetnya malah bangun jam 5 pagi, karena saya ingin menjadi produktif di pagi hari. Alasannya terbesarnya ada 2. Pertama, karena di jam 5 pagi, akan lebih sedikit distraksi, sehingga bisa mengerjakan sesuatu tanpa harus waswas dan bisa lebih santai tapi serius. Kedua, seperti ditulis diawal paragraf ini, karena ketika saya punya waktu lebih untuk bersiap-siap, mood saya lebih baik, saya tidak diburu-buru waktu. Ya, intinya akan lebih nyaman bagi saya untuk melanjutkan hari apabila rutinitas pagi saya sudah terlaksana dengan baik dan terkontrol.
3 notes · View notes
yunusaziz · 7 months
Text
Tumblr media
"Ada waktu menyendiri yang begitu indah, dimana engkau tidak bermaksud membenci siapapun, atau berhenti untuk mencintai, engkau juga tidak bermaksud menjauhi siapapun, engkau hanya ingin lebih dekat dan memahami dirimu sendiri.'
Ada saat-saat dimana kesunyian dan kesendirian adalah waktu yang teramat indah. Waktu dimana semua poros pikiran, perasaan dan raga yang kamu miliki hanya berfokus untukmu, hanya dirimu seorang. Dan disaat itu, perlahan kamu mengenali dan memahami dirimu kembali.
Adakalanya, waktu yang demikian itu memang tercipta bukan tanpa sebab, melainkan hadir karena suatu keadaan yang mendorong bahkan memaksamu untuk berada dalam posisi itu. Mungkin akibat dikecewakan, kehilangan, atau bahkan ditinggalkan. Ataupun, jika tanpa sebab sekalipun, juga tidak apa jika kamu memilih melakukan itu.
Sekali lagi, tidak apa jika akhirnya kamu memilih untuk mengasingkan diri sejenak. Bukan bermaksud untuk menjauh dari keramaian, atau merasa kalah akan keadaan, hanya saja kamu memang membutuhkannya agar lebih dapat kenal dan dekat dengan dirimu sendiri.
Di masa-masa yang hening itu, coba untuk lebih mengenal siapa dirimu, berkontemplasi atas apa saja yang terjadi, kemudian mengambil hikmah sebanyak-banyaknya dan mendefinisikan ulang atas apa sejatinya yang kamu cari di dalam hidup ini.
Jika kamu masih memiliki kesempatan untuk hidup, maka rawat dan cintailah itu dengan tidak memilih menyerah dan pasrah akan keadaan. Yakinlah, bahwa Tuhan selalu membersamaimu.
337 notes · View notes
penasstuff · 1 month
Text
Jati Diri Wanita
Dalam segala kelebihan dan kelemahan yang Allah karuniakan, ada peran besar yang mendominasi dirinya dalam kehidupan.
Ada sebuah ungkapan " jika baik wanita, maka baik pula sebuah keluarga". Maka menjadi sangat penting untuk diri-diri wanita untuk semakin mengenali jati diri yang Allah telah tetapkan. Seperti dalam Al-Qur'an dan sunnah.
Jika seorang wanita mengenali jati dirinya, maka ia akan mampu bersikap dengan setiap keadaan yang ia alami. Bagaimana saat bersama Rabbnya, bersama memperlakulan dirinya, oranglain serta lingkungan.
Mendidik generasi, membersamai anak2 serta mendampingi suami adalah diantara tugas wanita. Jika sebuah keluarga dibersamai oleh wanita yang kokoh iman dan ketaqwaanya, maka generasi yang akan terbentuk pun akan kokoh pula...
Bismillah
Yuk semangat belajar
125 notes · View notes
gizantara · 1 month
Text
Tutup Pintu
Tumblr media
Kalau "ingin dilihat" itu awal mula cinta, aku tidak ingin dilihat kamu. Kalau "ingin melihat" itu awal dari rindu, aku tidak sekalipun ingin melihat kamu. Cinta dan rindu itu hanya milik Yang Layak. Kamu siapa?
Kalau "ingin dipahami" itu awal mula kesepian, maka aku cuma ingin ditemani oleh Allah sebab hanya Dia yang paling paham aku. Kalau "ingin memahami" itu awal dari pengenalan yang baik, maka aku ingin memahami-Nya sebagaimana Dia memperkenalkan diri. Dialah Tuanku, satu-satunya yang layak dilayani.
Kalau "ingin didengar" itu ungkapan dari rasa butuh maka aku hanya butuh Dia. Kalau "ingin mendengar" itu berarti penurunan ego, maka di hadapan Yang Maha Tinggi egoku tak punya arti. Sebab dialah hakimku, satu-satunya yang layak didengar dan dimuliakan.
Sekarang aku cuma ingin dilihat Allah dan melihat-lihat kekuasaan-Nya dalam setiap naik turunnya perjalananku. Sekarang aku cuma ingin namanya menjalar di daun telingaku. Supaya kebijaksanaan-Nya terpahat di batang otakku, kebaikan-Nya hinggap di cabang daya ingatku, dan kasihnya menjadi buah di bibirku.
Supaya terkesan Dia padaku.
Membaca ayat-ayat-Nya adalah sebaik-baik kita melihat. Maka tak ada lagi tempat bagi siapapun yang hendak menghalangi pemandangan itu. Jadi beberapa pintu memang harus ditutup agar kita tidak melihat, tidak dilihat, tidak mendengar, dan tidak didengar oleh orang yang tak perlu tahu kita tetap baik-baik saja tanpanya sebab Allah will take care of us. Karena, seperti yang Nabi Ibrahim katakan pada Azar, "sungguh Tuhanku Baik sekali padaku," sementara tak ada yang baik dari manusia kecuali Allah yang menurunkan baginya kebaikan.
Tersadar makna "iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin" bahwa sebelum bilang:
"Ya Allah, lihat aku sekarang, hehe!"
"Ya Allah, dengerin ya aku mau cerita."
"Ya Allah, Engkau ngerti kan isi hatiku?"
Pastiin udah bilang:
"Oh, ini ya maksud Engkau? Kalau gitu, mau-Mu aku gimana? Aku ikut mau-Mu sekarang, perasaanku belakangan."
"Maaf ya sempet salah paham sama Engkau. Janji bakal terus memperbarui pemahaman tentang Engkau."
"Ya Allah, aku sok-sokan banget ya menggurui Engkau harusnya begini begitu. Aku pasti bodoh banget di mata-Mu."
"Pengaturanmu menyelamatkanku, terima kasih Ya Allah."
"Aku melihat langit dan aku temukan kerendahan hati."
"Aku senang deh jadi milik-Mu. Kalau boleh ngulang hidup sekali lagi, aku mau jadi hamba-Mu lagi!"
"Sebuah kehormatan dipilih Engkau menjadi khalifah di bumi."
"Engkau senang dan ridha kah dengan ini? Kalau iya, aku bakal mengulanginya lagi besok dan seterusnya sampai ruhku tiba di sisi-Mu."
"Beneran cuma Engkau yang paling layak atas semua jerih payah ini. Maaf pernah salah menuju. Akan kulakukan yang lebih baik dan memuaskan daripada kepada yang salah tuju kemarin!"
Kini hidup jadi serangkaian kompetisi tentang siapa yang paling mengesankan-Nya. Maka menghambalah dengan versi terbaik diri kita. Untuk mengetahui versi terbaik itu, membaca ayat-ayat Allah dalam diri menjadi wajib (re: mengenali potensi). Pahami bahwa Allah menitipkan sesuatu dalam diri yang cuma kita yang bisa mengolahnya. Pahami keinginan Allah atas diri kita serta sadari Dia memperlakukan kita jauh lebih baik dari siapapun.
Yang Maha Melihat takkan diam saja lihat kita berjerih payah. Barangkali Dia memang sudah siapkan tempat di sisi-Nya atas nama kita, oleh sebab kita cuma ingin dilihat oleh-Nya. Barangkali Dia juga cuma ingin tempat itu diisi oleh kita. Jadi jangan disia-siakan ya, kesempatan itu?
— Giza. Kamu siapa, memangnya?
112 notes · View notes
o-agassy · 2 months
Text
Proses mengenali diri sendiri ternyata masih tetap berjalan tanpa kita sadari
Parameter utama untuk "sadar" bahwa kita sudah dewasa adalah kemampuan untuk menentukan prioritas dan kesadaran secara intelektual bahwa kita harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang kita ambil.
Dimana setiap keputusan akan ada resiko dan konsekuensi yang harus kita jalani secara simultan.
"Kesadaran" tentang tanggung jawab, komitmen, dan pemahaman resiko-konsekuensi inilah yang mahal. Ini yang menjadikan kita dewasa.
sayangnya, kita tidak diajarkan ini dulu, kita harus mencarinya perlahan, terjatuh, dimaki orang, menangis dan akhirnya bangkit lagi untuk sekian kalinya, hanya untuk menjadi waras dan sadar bahwa kita sekarang sudah jadi "Dewasa"
60 notes · View notes
kurniawangunadi · 3 months
Text
Ramadan #18
Memahami bahwa di umur-umur sekarang, hal yang lebih dicari adalah ketenangan.
Lebih mudah untuk mengurangi daftar orang yang gemar ghibah, gemar mengeluh, selalu berpikir negatif, dan hal-hal lain yang membuat ketenangan semakin jauh.
Lebih mudah untuk menolak ajakan yang menguras energi dan fokus, yang tak sesuai tujuan.
Lebih mudah untuk melakukan sesuatu meski sendirian, lebih terbiasa sendiri.
Lebih mudah untuk menilai mana yang fit dengan diri atau tidak.
Lebih mudah untuk merelakan sesuatu yang tak sesuai dengan harapan.
Lebih mudah mengenali orang yang baik dan yang cukup tahu saja.
Dan banyak hal lain yang terasa lebih dibuat lapang, lebih tepatnya di lapang-lapangkan. Agar hidup yang semakin banyak tuntutan ini tak menjadi beban, cukup dijalani perlahan dengan penuh keyakinan dan keimanan.
Itu sudah lebih dari cukup.
105 notes · View notes
payungbercerita · 4 months
Text
Jatuh dengan Berani
Aku sudah memperkenalkanmu pada duniaku dengan hangat dan sumringah. Bukan lagi dengan ketakutan, bukan juga dengan rasa keinginan untuk memiliki. Sebab takdir pertemuan ini saja sudah terasa cukup dan membuatku bersyukur berkali-kali.
Aku tidak ingin lagi bersembunyi pada kata-kata yang menyedihkan. Pada harapan yang menyiksa. Pada penolakan akan kebahagiaan yang seolah tak layak untuk aku miliki.
Kali ini, aku lebih suka menikmatinya sebagai pertemanan yang harus saling mendukung. Pada kerja sama yang membuat kita berkembang. Pada kepercayaan yang membuat tirai ketidakmungkinan akan mimpi itu dengan sendirinya runtuh.
Entah mengapa aku bisa seberani ini menghadapi resikonya. Apa karena cerita lalu sudah membuatku sadar bahwa penyiksaan itu benar adanya. Ia tersimpan pada rasa keinginan untuk memiliki padahal kita hanyalah manusia yang hatinya ada dalam genggaman yang Maha Besar. Tidak bisa bergerak kecuali atas kehedak-Nya. Tidak pernah memiliki seutuhnya.
Doaku kini tak lagi berpaku pada lirih pinta dipersatukan, tapi berubah pada kemudahan jika memang kami diridhai oleh-Nya.
Tidak lagi meminta untuk dijauhkan, tapi meminta untuk diredakan segala deras perasaan, jika memang bukan takdir-Nya.
Dewasa ini, menutup diri dari pembelajaran yang hendak Ia beri adalah diskusi yang akan menjadi panjang. Aku menyadarinya saat ujian pada hal yang sama menjadi topik panjang yang entah sampai kapan aku dapat dikatakan benar-benar "selesai".
Mari melapangkan dada untuk menerima bahwa setiap kali Tuhan menitipkan rasa padamu terhadap seseorang, itu merupakan bentuk keinginan-Nya agar kamu belajar banyak hal darinya untuk mengenali dirimu sendiri.
100 notes · View notes
nalza73 · 1 year
Text
PUcUK MUDA
  Ini adalah kisah benar yang terjadi pada diriku lebih kurang 18 tahun yang lampau.Waktu itu aku berusia hampir 18 tahun dan baru saja menamatkan zaman persekolahan aku. Selepas menduduki peperiksaan SPM, aku bekerja sementara dengan sebuah syarikat pembalakan. Tugas aku memerlukan aku tinggal di hutan untuk mengira hasil kayu balak yang dikeluarkan. Lokasi tempat aku bekerja lebih kurang 70 km dari pekan terdekat mempunyai lebih kurang 25 pekerja.
Disitulah tempat aku berkenalan dengan Hajjah Zainon, tukang masak di kongsi tersebut. Aku paggil dia Kak Non. Janda berumur lebih kurang 55 tahun. Orangnya agak awet muda, pakaian selalu menutup aurat dan aku tengok dia beriman orangnya. Maklumlah, sembahyang dan puasa, tidak pernah tinggal. Kak Non ni orangnya agak pendiam tetapi yang aku hairan, walaupun umurnya 55 tahun, tapi tak nampak pula kedut kedut pada wajahnya. Mungkin kuat makan jamu agaknya.
Selain dari tugas aku mengira hasil kayu balak, aku juga perlu ke pasar untuk membeli barang keperluan dapur. Dalam seminggu adalah 2 kali aku ke pasar. Jadi selalu jugalah Kak Non temankan aku. Dia lebih arif dalam soal memilih lauk pauk yang sesuai untuk makanan pekerja balak. Tukang masaklah katakan. Aku turutkan saja apa kemahuannya kerana dia yang lebih memahami hal masakan. Oleh kerana perjalanan pergi dan balik ke pasar amat jauh, lebih kurang 2 jam menggunakan kenderaan pacuan 4 roda, selalu jugalah kami berbual-bual masa tersebut. Setelah mengenali Kak Non lebih kurang 3 bulan, barulah sikap pendiamnya agak berubah sikit. Mahu juga dia berbual panjang dengan aku. Maka terbukalah kisah hidupnya yang boleh tahan juga hebatnya. Setelah pulang dari menunaikan fardu haji, dia bercerai dengan bekas suaminya setelah dimadukan. Dia rela dimadukan tapi bekas suaminya lebih sayangkan isteri mudanya. Kak Non ni anak orang yang agak berada, tidak pernah bekerja seumur hidupnya. Jadi tukang masak ni pun kerana bosan hidup sendirian di rumah. Anak-anaknya sudah berumah tangga dan hidup sendiri. Oleh kerana sendirian di rumah, dia bekerja di hutan. Ada ramai kawan, katanya. Antara ramai pekerja di kongsi balak itu, akulah yang paling rapat dengannya. Mungkin juga kerana aku selalu ke pasar dengannya. Mungkin juga kerana aku selalu berbual panjang dengannya.
Nak dijadikan cerita, masa itu penghujung tahun, jadi musim hujan berlarutan. Bila musim begini, kerja balak tidak dapat diteruskan dengan sempurna. Jadi tidak ramailah pekerja di kongsi balak. Hari itu, sudah dua hari hujan berterusan, jadi ramailah pekerja yang balik kampung. Tinggallah kami berdua saja. Ini adalah peraturan kongsi balak dimana dalam satu satu masa, sekurang-kurangnya mesti ada dua pekerja untuk mengawal kongsi. Tidak boleh ditinggalkan kosong tanpa penghuni.
Hari itu, hujan turun tanpa henti. Lepas makan tengahari, aku duduk sendirian di dapur. Entah macam mana, terus tertidur atas pangkin kayu depan bilik Kak Non. Bila aku sedar, hari sudah petang. Aku dapati Kak Non duduk berhampiran dengan aku sambil tersenyum memandang aku. Sumpah aku cakap, gaya senyumannya, raut wajahnya memang menawan hati. Awet mudalah katakan. Kalau dia tidak beritahu umurnya 55 tahun, memang aku agak lebih kurang 40 lebih saja. Dah lewat ni, pegilah mandi, nanti kita makan malam sama sama, kata Kak Non. Aku terus bingkas bangun dan menuju ke sungai untuk mandi.
Lepas makan malam, kami duduk berbual-bual dekat pangkin kayu depan bilik Kak Non. Masa itu, langit sudah gelap, hujan turun semula. Hanya lampu pelita yang menerangi suasana di dapur. Kak Non minta diri untuk sembahyang isyak. Lebih kurang setengah jam, dia kembali semula duduk berhampiran aku. Kali ini, dia memakai baju tidur labuh berbunga batik tanpa tudung. Rambutnya separas belakang dibiarkan ditiup angin. Wangi sungguh.
Sambil kami berbual sempat juga dia bergurau senda dengan aku. Kadang-kadang dia mengusik dan sekali sekala sempat juga dia mencubit peha aku. Hairan juga aku, belum pernah Kak Non berkelakuan begini. Mungkin Kak Non agak berani kerana tiada orang lain di situ agaknya, kataku dalam hati.
Kak Non panggil aku adik, maklumlah umur kami berbeza jauh. Aku layak jadi anaknya kalau hendak dikira umur kami. Masa berbual, Kak Non banyak bertanya soal-soal peribadi aku. Hairan aku masa itu. Aku masih ingat lagi soalan-soalannya. 'Adik, dah ada girl friend?' tanyanya. 'Belum' jawabku denga ikhlas. Memang aku tiada girl friend masa itu, maklumlah aku ini budak kampung sikit, kurang social, tambahan pula tempat tinggal aku bukan di kota besar macam KL. Aku tidak pandai soal-soal dating, internet, chit chat macam budak-budak zaman sekarang. 'Ye ke ni?' Tanya Kak Non lagi. 'Betul kak' jawabku. 'Tak pernah romen?' Tanya Kak Non lagi. Tersentak aku sambil tunduk tersipu-sipu. Memang aku tiada pengalaman kerana aku sememangnya masih teruna masa itu. 'Tak' jawapku perlahan. 'Ye ke ni?' Tanya Kak Non. 'Betul, tak pernah romen tapi pernah tengok video blue' jawapku. Kak Non ketawa kecil. 'Kenapa kak ketawa?' Aku bertanya perlahan. 'Masa tengok tu stim tak?' Tanya Kak Non. Aku hanya tersenyum tanpa menjawab soalannya.
Nak dipendekkan cerita, selepas minum air kopi, Kak Non minta diri untuk kemas tempat tidur. Aku diam saja. Lebih kurang 10 minit, dia muncul semula lalu berkata, ' Adik, kak takut tidur sorang, hujan lebat ni, guruh dan kilat pulak tu, temankan kak tidur dalam bilik ye?' Aku terdiam sambil merenung wajahnya yang tersenyum. Sumpah aku cakap, tidak terlintas dalam otak aku mengenai seks masa itu. Aku betul-betul tiada pengalaman dalam hal ini. 'Alaaa, bolehlah adik, tolong kak ye?' rengek Kak Non dengan begitu manja sekali. Tak sampai hati aku nak hampakan permintaannya. Aku masih terdiam sambil merenung wajahnya. Tiba-tiba tanpa diduga, dia menarik tanganku terus agak rapat ketubuhnya. Dadaku tergesel sedikit dengan buah dadanya. Aku masih lagi terdiam sambil berdiri depan pintu biliknya. Kak Non terus menarik tanganku masuk kebiliknya. 'Adik, tidur kat sini, kakak tidur sebelah sana, ok?' kata Kak Non. Aku angguk saja. Bilik itu tidaklah sebesar mana tapi kalau tidur sebaris dalam keadaaan memanjang, bolehlah tidur lebih kurang empat orang. Jadi aku tidur tepi dinding sini, Kak Non tidur tepi dinding sana, jarak antara kami berbaring adalah lebih kurang 5 kaki lebih.
Aku terus baring sambil berselimut. Aku nampak Kak Non pun sama tapi masih lagi memandang aku sambil tersenyum. Aku diam saja. Suasana dalam bilik agak samar-samar yang hanya diterangi lampu pelita. Masa itu pula, hujan turun dengan lebat disusuli dengan guruh dan kilat yang sabung menyabung. Angin pula bertiup agak kencang. Tiba-tiba, lampu pelita padam. Mungkin kehabisan minyak agaknya. Aku bingkas bangun untuk menyalakan semula api tapi Kak Non cakap, 'tak payahlah adik, dah lewat malam ni, tak payahlah pasang lagi, tidurlah'. Aku pun baring semula. Masa baring, aku masih lagi terdengar Kak Non agak gelisah. Kejap baring mengiring, kejap menelentang dan sekejap lagi meniarap. Aku diam saja sambil memejamkan mata untuk tidur.
Tiba-tiba aku terasa ada sesuatu yang menghimpit tubuhku. Aku cuba bingkas bangun tapi terasa ada tangan yang menekan dadaku supaya berbaring semula. Belum sempat aku berkata-kata, tapak tangan sudah menekup mulutku. "Shhhh adik, diam la akak ni" aku terdengar suara Kak Non berbisik di telinga aku. "Kenapa ni kak?' tanyaku. 'Kak takutlah bunyi guruh tadi tu, bagi akak tidur sebelah adik ye?' tanya Kak Non. Sambil bercakap tu, Kak Non terus tidur mengiring sambil tangan sebelahnya memeluk erat tubuhku. Kepalanya dirapatkan ke lenganku. Buah dadanya pula terus menghimpit tubuhku. Terasa masih keras lagi. Hidung aku terasa segar dengan bau minyak wangi yang dipakai oleh Kak Non. Aku hanya diam sambil memejamkan mata. Hairannya, mataku enggan tidur walau dipaksa keras olehku.
Aku terasa pelukkan Kak Non makin lama makin kemas. Dalam kegelapan malam, aku dapat merasakan Kak Non menarik selimut yang membaluti tubuhku dan merapatkan tubuhnya padaku. Sambil membetulkan selimut, tangannya antara sengaja dengan tidak menyentuh pelirku beberapa kali. Apa lagi, mulalah keras tegak pelirku dibuatnya. Pelukkan Kak Non makin erat dan hairannya, aku seperti tidak boleh berkata-kata lagi. Aku hanya diam seribu bahasa.
'Dik, tolong akak ye?' kata Kak Non. 'Apa dia kak?' jawabku dengan perlahan. 'Akak dah lama tak main, dekat 5 tahun tak rasa pelir, akak betul-betul nak malam ni, tolong jangan hampakan harapan akak ye?'. Masa itu, tangan Kak Non sudah menjalar ke dalam kain pelikat yang aku pakai. Sudah tabiat aku tidur tanpa memakai seluar dalam. Tangan Kak Non sudah menggengam erat pelirku yang tegang. 'Adik tak pernah main dengan orang lain sebelum ini kak, adik tak reti' jawapku. Aku betul-betul ikhlas kerana sememangnya aku tiada pengalaman dalam seks. 'Tak apa, adik duduk diam aje, biar akak ajar, adik buat aje apa yang akak suruh' , jawap Kak Non berbisik ke telinga aku.
Kak Non bingkas bangun, menyalakan lampu pelita yang terpadam awal tadi. Dia menarik selimut yang membaluti tubuhku. Aku terlentang dengan kain pelikat yang sudah longgar ikatan. Aku masih berbaju singlet. Kak Non baring meniarap atas tubuhku. Terasa berat juga hempatan tubuhnya, tapi dia pandai mengimbangi berat badannya. Lututnya ditekan ke tilam bagi meringankan berat tubuhnya. Kak Non mengucup mulutku dan aku terasa lidahnya dijalarkan ke dalam mulutku. Kak Non mencium pipiku kiri kanan bertubi-tubi. Selepas itu, Kak Non duduk mengiring dan menanggalkan baju tidur labuhnya. Maka terserlahlah buah dadanya yang sederhana besar tapi masih lagi dibaluti coli. Aku baru sedar ketika itu Kak Non tidak memakai seluar dalam. Dengan pantas Kak Non memegang tanganku dan dilekatkan ke celah kelangkangnya. Terasa bulu burit Kak Non yang lebat dan kasar itu. Masa itulah, Kak Non menanggalkan colinya. Tanpa berkata apa-apa, Kak Non sekali lagi baring meniarap atas tubuhku tapi kali ini agak tinggi sedikit parasnya. Buah dada Kak Non betul-betul di atas mukaku. Kak Non menghempapkan buah dadanya ke mukaku dan berkata, 'adik, hisap puting akak, sebelah lagi adik ramas kuat-kuat, ye?' Aku terus mengulum puting Kak Non dan meramas-ramas sebelah lagi. Sambil itu Kak Non menggesel celah kangkangnya ke arah pelirku. Pelirku makin lama makin keras aku rasa. Aku terasa air lendir Kak Non meleleh terkena pelirku. Mulutku terus mengulum puting buah dadanya sambil sebelah lagi tanganku meramas-ramas. 'hiiisssssshhh sedapnya adik, hisap lagi, hisap lama lama, sedapnya, hiiissssssssshhhhhhhh'. Kak Non tak henti henti mengerang dan merintih. Kuat betul suaranya, hinggakan tak sedar hujan di luar makin lebat. Guruh dan kilat saling sabung menyabung. Selepas 10 minit, Kak Non baring di sebelah pahaku. Mulutnya terus mengulum kepala pelirku. Ikhlas, aku belum pernah merasa kenikmatan seperti ini. Melancap tu biasalah, tapi pengalaman pelirku dihisap adalah kali pertama. Tak boleh aku bandingkan kenikmatannya dengan perkara lain dalam dunia ini. Agaknya, inilah yang dikatakan syurga dunia. Sambil mengulum kepala pelir, tangan Kak Non meramas ramas mesra buah pelir. Aduh, nikmatnya tak boleh nak diceritakan. Bila Kak Non memasukkan kesemua pelirku dalam mulutnya, punggungku terangkat tanda nikmat yang teramat sangat. Kak Non terus mengulum tanpa henti, sambil hujung lidahnya dijelir jelirkan menyentuh kepala pelirku. Mataku pejam rapat. Inilah kali pertama aku merasa kenikmatan seks yang sebenarnya. Selama ini aku hanya pernah tengok blue film saja.
Selepas kira kira 15 minit, Kak Non mengubah kedudukan tubuhnya. Dia meniarap atas tubuhku tapi cara terbalik, stail 69. Mulutnya terus mengulum pelirku sambil buritnya digeselkan ke mukaku. 'Adik, jilat burit akak, tolonglah, akak betul betul gian ni, tolonglah dik'. Aku terus merapatkan mulutku ke burit Kak Non. Terasa air lendir meleleh di bibirku. Tak tahu aku nak cerita bagai mana rasa air lendir itu. Masin ada, pahit ada, pendek kata macam macam rasalah. Aku terus menjilat bibir burit Kak Non sambil tanganku meramas ramas kedua dua daging punggungnya. 'aduuuhhhhh sedapnya, hiiissshhh haaaaaaaahhhhhh sedapnya adik, jilat lagi, lama lama, aduuhhhhhhh sedapnya dik, hiiiiiiiii huuuuuuuuuuuu' Kak Non terus menerus mengerang dan merintih. Bila aku jelirkan lidahku ke dalam lubangnya, terus Kak Non membenamkan celah kangkangnya rapat ke mukaku. Hampir hampir lemas aku dibuatnya. 'Adik, hisap kelentik akak, cepat cepat'. Aku terus merapatkan bibirku dan menghisap biji kelentitnya. 'aduuuhhh wuuuuuu sedapnya, sedapnya adik, hisap lagi, hisap lagi, huuuuuhh wwwwuuuuuuuu sedapnya' Kak Non terus merintih dan mengerang tak henti henti. Punggungnya kejap tinggi kejap rendah. Aku terus memaut kemas punggung Kak Non sambil mulut dan lidahku terus menerus menjilat buritnya.
Seketika kemudian, Kak Non bingkas bangun. Tangannya melancap pelirku. Kemudian Kak Non duduk mencangkung atas tubuhku. Celah kangkangnya betul betul di atas pelirku. Dua tapak kakinya memijak tilam. Kak Non mengangkat tinggi punggungnya sambil tangannya memegang erat batang pelirku. Bila punggungnya direndahkan, aku terasa kepala pelirku menyentuh bibir burit kak Non. Tangan Kak Non terus menggesel gesel kepala pelirku pada bibir buritnya.
Aku terasa air lendir Kak Non meleleh. Bila kepala pelirku menyentuh biji kelentit, kak Non merintih. 'aduhhh sedapnya dik, sedapnya, lama dah akak tak rasa sedap macam ni'. Seketika kemudian, Kak Non memegang erat batang pelirku, dihalakan ke arah lubang buritnya, terus dia menekan punggungnya ke bawah. Aku terasa batang pelirku masuk ke dalam lubang burit, ketat sikit tapi kerana licin air lendir, senang saja terus rapat ke pangkal. Maka hilanglah teruna aku di tangan (burit ?) Hajjah Zainon. Sedapnya tak boleh nak diceritakan.
Bila pangkal pelirku rapat ke tundunnya, Kak Non mengerang, 'hhhuuuuuuuhssss sedapnya adik, tak sangka besar pelir adik, panjang pulak tu, sedapnya …….' Aku terasa Kak Non mengemut ngemut, kepala pelirku kembang dibuatnya. Nikmatnya tak boleh nak dibayangkan. Aku terus meramas ramas buah dadanya dengan geram sambil menggentel gentel putingnya. Kak Non terus mengangkat punggungnya dan kemudian dibenamkan kembali rapat ke pangkal. Mataku pejam tanda nikmat yang bukan kepalang.
Selepas beberapa kali duduk bangun, aku terasa batang pelirku agak basah. Mungkin kerana air lendir Kak Non yang banyak. Bila Kak Non mengangkat punggungnya, terdengar bunyi air berdecik dan bila punggungnya dihempapkan kembali, bunyi itu berulang kembali. Seolah olah berjalan dalam lumpur yang becak. Mulut Kak Non tak henti henti merintih dan mengerang. 'adik ….. sedapnya adik, dah lama akak tak rasa sedap macam ni, hhhuuuuuuuuuhh hiiiisssssssshhh sedapnya, sedapnyaaaaaaa………'
Kira kira 15 minit kemudian, Kak Non mengangkat punggungnya agak tinggi dan tercabutlah pelirku dari dalam lubang buritnya. 'akak penatlah, biar akak baring, adik pula yang buat'. 'adik tak reti' jawabku ikhlas, sememangnya aku tiada pengalaman dalam seks. 'Tak apa, nanti akak ajar' Kak Non pantas menjawab. Aku bingkas bangun dan Kak Non baring terlentang di atas tilam. Kangkangnya terbuka luas. 'Baring atas akak, cepat' katanya. Aku terus baring meniarap atas tubuh Kak Non. Muka kami bersentuh dan dadaku menghempap buah dadanya. Sepantas kilat, Kak Non memaut tengkukku dan bibirku terus dikucupnya. Aku terasa lidahnya menjalar ke dalam mulutku dan kemudian lidahku terus dikulumnya.
'Angkat punggung adik' kata Kak Non. Bila punggungku terangkat, tangan Kak Non terus memegang batang pelirku dan digesel geselkan ke bibir buritnya. Aku terasa licin memandangkan air lendir Kak Non keluar dengan banyak. Bulunya sudah basah kuyup seolah olah tikus jatuh dalam air. Bila kepala pelirku menyentuh biji kelentitnya, Kak Non mengerang dan merintih lagi. 'hhhaaaaaahh waaaah sedapnya dik, tekan pelir adik dalam lubang akak'. Bila punggungku dirapatkan, aku terasa batang pelirku menjunam laju ke dalam lubang burit Kak Non. Mungkin kerana air lendir yang banyak, senang saja pelirku sudah rapat ke pangkal. 'waaaaaaaaa sedapnya adikkkkkkkkk, hhhaaaaaaaa hussssssssssssss
sedapnyaaaaaaaaa' rintih Kak Non. 'Sedapnya, adik sorong tarik macam akak buat tadi' kata Kak Non. Walaupun aku tiada pengalaman seks, tapi aku selalu menonton video lucah jadi aku faham apa makna kata kata Kak Non tadi. Aku terus mengangkat punggungku, bila terasa kepala pelirku hampir terkeluar dari lubang burit, aku terus membenamkan kembali punggungku. Bila pelirku rapat ke pangkal, Kak Non mengemut ngemut dengan kuat membuatkan kepala pelirku kembang. Nikmatnya sedap bukan kepalang. Sambil merintih dan mengerang, kedua dua tangan kak Non terus memaut erat belakangku. Kangkangnya dibuka seluas yang boleh bagi memudahkan aku menyorong dan menarik pelirku. Mulutnya dilekatkan ke bibirku dan kemudian mengulum lidahku. Aku terus menyorong dan menarik sambil kak Non tak henti henti mengerang. 'addduuuuuuuhhh sedapnya, sedapnya, cepatlah kak tak tahan ni, rasa nak sampai dah, tolonglah adik, sedapnyaaaaaaaaa hhhhuuuhhhhhhhh hhhhiiiiiiiiissshh waaaaaaaaaaaa sedapnya'.
Kira kira 20 minit, aku terasa air maniku hendak terpancut. 'akak, adik rasa nak keluar air ni' kataku. 'eloklah tu dik, akak pun nak sampai dah ni, hiiiiisssssssshhh adik sorong tarik laju laju ye, cepatlah, akak tak tahan dah ni, waaaaaaaa sedapnya adik' kata Kak Non. Aku terus menyorong dan menarik dengan laju, sambil itu Kak Non terus mengangkat ngangkat punggungnya, kejap tinggi kejap rendah, seirama dengan sorong tarik pelirku.
'hhaaaahhhh Akak, nak keluar air ni' kataku dan dibalas olehnya, 'yelah, akak pun nak sampai dah ni'. Seketika kemudian, aku terasa air maniku hendak terpancut, aku terus menyorong tarik dengan laju, dan bila air maniku terpancut, aku membenamkan pelirku rapat ke dalam lubang burit Kak Non. 'hhahhhhhhhh sedapnya akak, sedapnyaaaaaaaaaa' kataku. Kak Non memelukku dengan erat. 'hhuuuuuuuuhhhh wwwwaaaaaaaaa sedapnyaaaaaaaaaaaaa adik. Sedapnya akak dah ssampai ni, wwwwwwwwuuuuuh sedapnya, kata Kak Non. Aku terasa pelirku hangat dan bau air mani menusuk ke lubang hidungku. Aku terdampar lesu di atas tubuh Kak Non yang juga aku nampak seolah olah pengsan. Matanya pejam rapat, nafasnya aku rasa keluar masuk dengan cepat sekali.
Selepas 15 minit, barulah kami dapat bersuara. 'Adik, sedapnya akak dapat main dengan adik, dah lama akak tak main macam ni, tau, sedapnya tak boleh nak dibayangkan, nanti lain kali kita buat lagi ye' kata Kak Non. Aku hanya senyum sambil terus memeluknya dengan erat. Kak Non membalas pelukkanku dan pipiku dicium bertubi tubi. 'Terimakasih dik kerana sudi puaskan nafsu akak, akak sayang adik, tau'.
564 notes · View notes
nonaabuabu · 4 days
Text
SEDANG MUAK
Kau juga pasti pernah, suatu hari terbangun dan muak melihat kanal-kanal berita. Bukan karena mereka mewartakan yang salah dan penuh hoaks (meski ini ada), tapi muak saja dengan semua isi beritanya. Apalagi ketika kau membuka sosial media, bukan hanya pemangku kebijakan yang ingin kau maki, tapi tetanggamu, teman-temanmu bahkan keluargamu yang pemikirannya picik hanya tentang kuasa, uang dan uang.
Kau bicara etika, idealisme dipertanyakan. Kau bicara moral, sumbangsihmu dipertanyakan. Apapun yang kau bicarakan tidak laku jika tidak mendatangkan nilai materi yang bisa dijamah.
Sedang mereka bersembunyi dibalik kebebasan diri, hak-hak manusia, pencapaian setinggi langit, kebahagiaan bersama, tanpa peduli seberapa banyak etika, moral, aturan dan kebajikan yang dikhianati.
Korupsi didaulat upaya mengais rezeki, kolusi menjadi tradisi, sedang nepotisme menjelma sebagai relasi.
Hukum dan agama menjadi alat, sedangkan bahannya adalah kebijakan-kebijakan penuh muslihat. Hasilnya kau lihat saja, jika masih ada tersisa dari dirimu yang mengenali integritas.
Aku muak.
Untuk pertama kalinya aku muak melihat orang-orang bicara hak asasi manusia. Aku muak melihat keserakahan yang masih bersembunyi dalam kelompok agama. Aku muak melihat tirani yang turut dirayakan banyak warga. Aku muak bahkan untuk melihat diriku sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa.
—YH Harahap
30 notes · View notes
meng-u-las · 2 years
Text
Podcast - Inspigo - Creating an Authentic Performance (Soleh Solihun)
Tumblr media
Dalam salah satu Podcast di Platform Inspigo yang tidak sengaja saya dengarkan, dengan pembicara Soleh Solihun dan Bimo Kusumo dengan judul "Creating an Authentic Performance", saya bisa mendapatkan beberapa pelajaran yang tentunya berguna untuk menjalani hidup ataupun menjalani karir. Soleh Solihun sendiri memulai karirnya sebagai seorang jurnalis, kemudian berjalannya waktu, Soleh Solihun semakin dikenal sebagai seorang stand-up komedian, kemudian menjadi produser film bahkan aktor, tapi dari seluruh karya-nya, kita sebagai penikmat karya-karyanya bisa mendapatkan suatu benang merah, bahwa Soleh Solihun memiliki karakter yang konsisten dari waktu ke waktu dan tentunya otentik, sehingga saat kita melihat karyanya, kita bisa dengan lantang berkata, ini karya-nya "Soleh Solihun".
Pelajaran pertama yang bisa kita dapatkan dari sosok Soleh adalah Jangan Ikut-ikutan atau jangan pernah berusaha merubah diri kita karena ingin diterima oleh orang lain, terutama apabila terkait trend, seperti contohnya nongkrong di warung Kopi, padahal kita tahu kita tidak suka minum kopi, tapi karena tidak ingin tertinggal dengan orang lain, kita memaksa diri kita untuk ikut trend minum kopi, selain tidak menyenangkan, tindakan tersebut menghilangkan karakter sejati diri kita. Biasakan dalam melakukan sesuatu, kita mengetahui alasan kenapa kita melakukan hal tersebut.
Dalam menjalani hidup ini, pastikan kita mengenali diri kita sendiri, apa yang kita sukai dan apa yang tidak kita sukai, tujuannya adalah agar kita lebih menikmati kehidupan kita sendiri dan dari sanalah kita juga bisa menemukan karakter sejati yang kita miliki dan kita bisa mempertahankannya seiring berjalannya waktu.
Selain itu dengan mengenali diri sendiri, tentunya kita bisa memperbaiki kualitas diri kita untuk semakin baik, setiap orang memiliki patokannya masing-masing, sebagai contoh, apabila saat ini sebagai karyawan, kita sering datang terlambat ke kantor, mungkin kita bisa memulai perbaikan diri dengan datang ke kantor tepat waktu, tentunya yang bisa menentukan perbaikan adalah diri kita sendiri, karena kitalah yang lebih mengenali apa yang dibutuhkan diri kita dibandingkan dengan orang lain.
Dalam menjalankan pekerjaan, jangan pernah mengutuk atau menjelek-jelekkan perusahaan atau pemberi pekerjaan, selain memperburuk suasana, hal tersebut juga tidak berguna. Jikalau kita sampai di suatu titik kita begitu membenci pekerjaan kita, jalan terbaik adalah tinggalkan pekerjaan tersebut, apabila belum bisa meninggalkan, jalankan dengan baik, karena bagaimanapun kesal karena pekerjaan jauh lebih baik dibandingkan kesal karena tidak memiliki pekerjaan. Hal ini pula lah yang menjadi pengingat untuk diri saya sendiri dan teman-teman pembaca, jangan pernah menjelek-jelekkan perusahaan, meskipun kita tahu suatu pekerjaan memiliki kekurangan, tapi percayalah dimanapun akan sama saja, pasti kita akan bertemu dengan berbagai masalah, kuncinya adalah mendengarkan suara hati, kalau pekerjaan saat ini sudah tidak sesuai dengan hati nurani kita, selalu ada kesempatan untuk berpindah, jangan pernah berpikir diri kita adalah pekerjaan kita.
Tentunya ada hal lain yang bisa kita pelajari, tapi kebetulan hal tersebut bisa "Kena" ke saya karenanya saya coba tuliskan disini, teman-teman bisa langsung mendengarkan di platform Inspigo. Selamat Mendengarkan dan belajar!
1 note · View note
kayyishwr · 1 month
Text
Al Kayyis
"Aziz" "Ayis" Aih susah bener nama itu haha. Begitulah ketika orang pertama kali bertemu, kemudian mendengar namaku. Oh iya, sebelum baca sampai bawah, ini tulisan yang boleh diskip, atau jika dirasa kok terkesan narsis, silakan diunfoll sajo.
Sudah lama sebenernya aku ingin bercerita soal nama ini; tapi karena belum ada 'teman' cerita, jadi kita tulis saja.
Sebenarnya, yang lebih susah dari namaku ini, bukan dipelafalannya. Justru di si empunya nama, dalam mengemban amanah memiliki nama ini
"Artinya apa emang?" begitu juga banyak orang tanya. Sepertinya kita sangat asing ya dengan nama ini. Ku jawab saja "kamu mau dijawab pake hadist atau kamus bahasa arab Al Munawwir?" fyi, dulu aku suka banget baca kamus, cari-cari arti kata – karena aku seawam dan sebodoh itu soal bahasa arab, jadi pas tau jadi lebih puas
"Dua-duanya boleh deh", Oke!
"Kalau di al Munawwir itu, kayyis punya arti, manis hehe" jelas bikin kaget yang denger, "kalau di hadist itu, artinya cerdas" tambah bikin kaget yak haha
"Dulu itu abimu, emang nge fans banget sama hadist itu, makanya kamu dinamain Kayyis", kata bulikku menambahkan. Oh iya bunyi hadistnya gini
“Al kayyisu man daana nafsahu wal amila limaa ba’dal mauut.”
"Orang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya dan beramal sebagai bekal setelah mati" begitulah kira-kira bunyi hadist sekaligus artinya. Berat? banget!
Mengemban amanah sebuah nama itu tidak mudah. Maka, sejatinya dalam perspektif islam, penamaan itu sangat penting bagi sebuah objek. Misal kasus warung mie terlaris abad ini; Gacoan. Mereka harus mengubah nama, supaya mendapat sertifikat halal.
Begitulah persoalan nama. Maka kadang aku berfikir dan sekaligus bersyukur. Berfikir, kok punya nama berat banget, bersyukur punya nama yang ada di hadist sekaligus di Quran – al hawariy.
Terakhir, mengenali nama kita masing-masing itu juga salah satu bentuk seni mengenal diri sendiri. Karena nama adalah identitas, maka semoga dengan menjaga arti dan makna dari nama kita, terjaga pula akhlak kita – insyaAllah
Oh ya, mari terus saling mendoakan ya, agar kita semua, umat akhir zaman terhindar dari fitnah-fitnah yang ada, diberikan kekuatan untuk konsisten dalam kebaikan dan kebenaran. Eh, jadi apa arti namamu? Gimana kalau namamu, namaku, jadi satu?
29 notes · View notes
yunusaziz · 7 months
Text
Dear, people pleaser.
Jika tidak sanggup, kenapa tidak katakan saja sedari mula? Padahal gampang loh kamu cukup berucap semisal, "Maaf tidak bisa, sedang ada tanggung jawab lain yang harus saya selesaikan."
Kamu harus tahu batasan dirimu. Bukan hal bijak untuk harus dan terus 'perform' baik di hadapan semua orang. Kamu ini manusia biasa, diciptakan lemah dan terbatas. Bisa capek, bisa penat, bahkan sakit.
Memangnya apa sih yang ditakutkan? Takut distempel buruk jika tidak mengiyakan seseorang?
Berbuat baik itu memang kewajiban kok, tapi bukan yang untuk mencari validasi atau pengakuan dari seseorang, melainkan yang muncul karena dorongan hati. Ada keikhlasan, kebijaksanaan dan ketulusan.
Hal itu hanya dapat dilakukan ketika kamu punya batasan yang sehat, yang kamu mulai dengan mengenali dan memahami siapa dirimu. Sebab, kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan memahamimu?
Lagipula, apasih yang diharapkan dari manusia, tidak kapok apa sering dikecewakan? Dengan berkata tidak, jika memang orang itu butuh bantuan, dia akan mencari orang lain. Kalau dia memang orang yang baik, pasti akan memahami keadaanmu. Percayalah, seseorang malah lebih menghargai kejujuran daripada sekedar ucapan kesanggupan padahal sebaliknya.
Berusaha menyenangkan semua orang, tanpa memperhatikan diri, justru malah dapat berdampak buruk terhadap diri sendiri loh. Sudah kamu korbankan semua milikmu, tetapi yang berbalik justru kecewa, akibat tidak diapresiasilah, dianggaplah, dsb.
Jadi, intinya jika ingin berbuat baik, berbuat baiklah kepada seseorang karena dirimu. Karena kamu bisa, dan bahkan butuh, misalnya sebagai jalan menempuh ridho Rabb-mu. Ingat, jika ingin menolong seseorang, pastikan terlebih dulu kamu tidak menyakiti dirimu ya..
Jadi mulai sekarang, berhenti ya buat merasa nggak enakan dalam mengiyakan seseorang. Mulai buat belajar kenali diri. Kamu bukan sosok yang sempurna, yang harus selalu ada. Pun kebahagiaan orang lain juga bukan tanggungjawabmu kok~
Jadi santai aja, jadilah manusia yang merdeka. Yang bebas dari 'belenggu' dan 'sekat' orang lain. Your life is precious!✨
261 notes · View notes
badboyyyyy · 1 year
Text
PENSYARAHKU
Tumblr media Tumblr media
Setelah keputusan SPM diumumkan, aku bersyukur kerana lulus dengan agak cemerlang juga. Aku meneruskan pengajian ku di IPTA Shah Alam kerana institusi pengajian tersebut yang paling murah dan termampu oleh ku. Sebelum mendaftar sebagai pelajar di Shah Alam, aku menemui abang Yahya dan keluarganya untuk meluahkan rasa terima kasih ku di atas segala pertolongan yang dihulurkan, terutamanya Kak Ani yang tak pernah berkira dengan aku, walaupun aku pernah mengambil kesempatan terhadap dirinya dengan menyetubuhinya hingga menyebabkan dirinya mengandung.

Tahun pertama pengajian aku dalam bidang kejuruteraan adalah sama seperti pelajar lain, kesibukan dengan pelajaran dan ko-kurikulum menyebabkan aku melupakan sekejap aktiviti seks dan perempuan. Bukannya ku tak tergoda dengan dengan kecantikan awek dan pensyarah UiTM tu, tetapi pelajaran yang menjadi keutamaan ku ketika itu.

Tahun kedua pengajian, keadaan lebih mencabar dengan subjek yang susah-susah belaka. Tambahan lagi aku aktif bersukan dan merupakan salah seorang pemain bola sepak untuk pasukan UiTM ketika itu. Subjek yang paling susah aku rasakan ketika itu ialah subjek microprocessor yang diajar oleh Puan Wahidah. Aku bukannya tidak boleh menerima apa yang diajar olehnya, tetapi tumpuan aku terjejas ketika Puan Wahidah memberi syarahan.

Puan Wahidah merupakan pensyarah Kajian Kejuruteraan yang paling menawan dengan potongan badan yang menjadi idaman setiap pelajar lelaki dalam kelasnya, agaknyalah, termasuklah aku. Beliau seorang yang murah dengan senyuman, apatah lagi dua lesung pipit yang menawan yang memang menjejaskan tumpuan aku ketika di dalam kelas. Batang zakar aku sentiasa keras menegang ketika mengikuti kuliah Puan Wahidah. Namun begitu beliau telah pun berumah tangga tetapi masih belum dikurniakan cahaya mata.

Puan Wahidah mengenali aku mungkin kerana telah beberapa kali aku menolongnya disaat beliau kesusahan. Seingat aku yang pertamanya ketika aku menolongnya melakukan jump start keretanya yang kerosakan bateri.

Kali kedua aku menolongnya ketika beliau terperangkap dalam lif bangunan kejuruteraan selepas waktu pejabat dan yang ketiga ketika beliau terlanggar motosikal budak India dekat bandar Kelang. Yang kebetulan melalui kawasan itu setelah tamat perlawanan bolasepak berjaya melindungi Puan Wahidah dan mententeramkan budak India tersebut. Kes tersebut dapat diselesaikan di situ sahaja tanpa melaporkan kepada pihak polis.

Namun begitu pencapaian aku yang merosot dalam subjek micro-p mendapat perhatian Puan Wahidah. Pernah dalam satu ujian bulanan aku seorang sahaja yang gagal dalam subjek tersebut di saat pelajar lain mencatat keputusan yang cemerlang. Malu bukan kepalang tapi nak buat macam mana aku hilang tumpuan ketika dalam kelas.

Kedaaan tersebut menyebabkan Puan Wahidah memanggil aku ke biliknya selepas waktu kelas untuk berbincang masalah yang aku hadapi. Dia meminta aku berterus terang dengan nya mengenai masalah yang aku hadapi hingga menyebabkan aku hilang tumpuan ketika dalam kuliahnya. Manakan tahu beliau dapat membantu, terang Puan Wahidah di saat aku tunduk membisu mendengar ceramahnya.

“Adakah awak tidak meminati subjek yang menjadi teras dalam pengajian kejuruteraan elektrik atau awak tidak suka cara pengajaran saya,” Puan Wahidah meneruskan leterannya terhadap aku yang masih tunduk membisu.

Dalam hatiku berkata, patutkan aku berterus terang atau mencari helah lain untuk melepaskan diri ku. Memandangkan hanya aku dengan Puan Wahidah sahaja dalam bilik tersebut, akhir aku berterus terang dengannya.

“Puan saya minta maaf, bukannya saya tidak boleh menerima apa yang puan ajar, fikiran saya ke lain bila merenung wajah puan,” terang aku sambil tunduk.

“Apa yang berada dalam fikiran kamu?” tanya Puan Wahidah tenang.

“Entah lah puan saya nak cakap pun malu, mungkin ini disebabkan kelemahan diri saya sebagai seorang lelaki,” jawab ku berlapik yang sebenarnya aku malu menceritakan perkara sebenar.

“Saya rasa pelajar lelaki lain pun berfikiran macam awak juga, tetapi mereka boleh menerima subjek yang saya ajar,” sambung Puan Wahidah lagi.

“Sekarang berterus terang dengan saya apa yang awak fikirkan sehingga tumpuan awak terganggu,” desak Puan Wahidah lagi.

“Sebenarnya puan, saya tidak boleh memandang wajah puan lama-lama, nanti nafsu saya terangsang,” jawab ku menceritakan masalah sebenarnya.

Tersandar Puan Wahidah mendengar pengakuan ku.

“Jadi awak berkhayallah ye semasa kuliah saya dan berkeinginan untuk melakukan hubungan seks dengan saya ye! Tak begitu?” Puan Wahidah menginginkan kepastian dari ku.

“Tak lah sampai tahap itu puan,” jawab ku yang mula panas punggung ingin beredar.

“Maaf puan, saya bersalah dalam hal ini, saya berjanji akan mengubah sikap saya dan memberi perhatian dalam kelas puan, saya minta diri dululah,” sambung ku yang mula mengangkat punggung untuk beredar.

Aku lihat Puan Wahidah masih tersandar di kerusinya dengan wajah serius seolah-olah memikirkan sesuatu. Belum pun sempat aku melangkah keluar, Puan Wahidah memanggil aku kembali.

“Awak bermasalah dalam hal ini, awak kena lulus subjek ni, nanti saya fikirkan macam mana nak membantu, saya memang mengambil berat tentang diri awak,” terang Puan Wahidah yang mula tersenyum.

Berdebar dan kelu juga diri ku mendengar jawapan Puan Wahidah tersebut.

“Terima kasih atas sikap perihatin puan tu,” jawab ku lalu menghilangkan diri.

Malam itu aku tak dapat melelapkan mata memikirkan apa motif sebenar Puan Wahidah disebalik kata-katanya itu. Kenangan bersama makcik ku dan Kak Ani bermain-main dalam kepala ku, menyebabkan batang zakar ku mengeras mengenangkan peristiwa yang lalu.

Apalah diriku ini, baru nak jadi baik ke situ pulak fikirnya kutuk diri ku sendiri. Aku bertekad dalam apa jua keadaan pelajaran mesti diutamakan , aku mesti berusaha untuk lulus subjek micro-p tersebut.

Kerap juga Puan Wahidah menjeling ke arah ku ketika mengikuti kuliahnya. Aku pura-pura tekun mendengar syarahannya. Kali ini aku bernasib baik kerana dalam ujian bulanan seterusnya aku lulus jugak subjek tersebut walupun tidak cemerlang. Aku lega kerana tidak lagi disenarai sebagai pelajar yang di bawah pemerhatian.

Selepas mengumumkan keputusan ujian tersebut dan setelah tamat kuliahnya, Puan Wahidah meminta aku menemui nya selepas waktu kelas. Berdebar-debar juga aku, apa lagi ceramah yang aku kena dengar daripada Puan Wahidah, fikir ku.

Petang itu, selapas waktu kelas, aku menemui Puan Wahidah di biliknya. Bilik tersebut yang dikongsi dengan seoarang pensayarah permpuan yang lain dan dilengkapi dengan sofa. Aku memberi salam dan duduk di depannya. Puan Wahidah menjawab salam dan mengucap tahniah di aras kemajuan yang aku capai dalam subjeknya. Dengan wajah tersenyum beliau menyuyuh aku menutup pintu bilik.

“Private discussion,” katanya. Senyumannya tersebut menyebabkan batang zakar ku mula berdenyut dan menegang.

Aku mengambil buku nota untuk melindunginya daripada terlihat oleh Puan Wahidah.
“Saya dah fikirkan nya dan bersedia membantu awak setakat termampu, tetapi awak mesti berjanji akan terus cemerlang dalam subjek ini,” terang Puan Wahidah memulakan bicara.

Aku mengangguk sambil mendengar dengan teliti apa yang akan dikatakan oleh Puan Wahidah nanti.

“Perjanjian ni antara kita berdua sahaja, jangan dihebahkan kepada sesiapa pun dan ianya menjadi rahsia kita berdua,” sambung Puan Wahidah lagi.

Tanpa berfikir panjang aku hanya bersetuju dan berjanji merahsia rancangan yang akan dikemukakan oleh Puan Wahidah nanti. Aku kembali meletak buku nota di atas meja kerana tidak selesa dan membiarkan batang zakar ku menegang bebas, lantak lah biar Puan Wahidah tahu aku memang terangsang bila melihat wajah dia.

“Setelah difikirkan sedalam-dalamnya, baiklah saya sedia berkorban untuk awak untuk merealisasikan impian dan khayalan awak tu, tapi dengan syarat awak mesti skor A+ dalam subjek saya, selepas itu baru lah saya bersedia untuk melakukan hubungan seks dengan awak,” terang Puan Wahidah tersenyum.

Berpinar mataku mendengar tawaran Puan Wahidah tersebut, terasa air mazi ku mula membasahi kepala zakar ku, terkedu diam seribu bahasa diriku.

“Tapi dalam ujian yang lepas awak cuma dapat B, so tak bolehlah saya nak bagi semuanya pada awak hari ni,” sambung Puan Wahidah lagi sambil tergelak kecil.

Aku yang masih terkejut hanya mampu tersenyum dan mendengar sahaja apa yang diperkatakan oleh Puan Wahidah.

“Walau bagaimana pun saya tetap memberi peluang kat awak,” kata Puan Wahidah lagi sambil bangun dari kerusinya lalu mengunci pintu bilik lantas duduk di sofa yang tersedia di tengah bilik tersebut.

Puan Wahidah membuka tudung kepalanya, mendedahkan wajahnya yang sebenar, memang ayu dan jelita wajah Puan Wahidah dengan rambut yang ikal mengurai ala-ala Julia Robert. Dia tersenyum memandang aku yang masih terpaku memandang wajahnya.

“Saya nak balik 15 minit lagi, tapi sebelum tu saya bagi peluang kat awak untuk sentuh dan pegang mana-mana bahagian tubuh saya yang awak suka, tapi secara luaran sahaja tau, bahagian dalam tidak dibenarkan sehingga awak berjaya skor A+,” kata Puan Wahidah dalam senyuman yang menggoda.

“Apa tunggu lagi, marilah sini,” sambungnya lagi.

Dada ku berombak kencang menahan gelora nafsu, zakar ku keras menegang sehingga jelas tertonjol kedepan di sebalik seluar ku. Tanpa bertangguh aku memeluk dan mencium pipi Puan Wahidah. Bahagian pertama yang aku sentuh dan pegang serta meramas ialah buah dadanya yang montok, gebu dan menggunung tinggi itu. Puan Wahidah hanya memejam mata dan membiar apa saja aku meramas-ramas buah dada nya yang masih berbalut dengan baju dan colinya itu.

Sambil meramas buah dadanya, mencium pipi dan lehernya, Puan Wahidah mendongakkan kepala untuk memberi ruang kepada ku, namun begitu beliau mengingatkan aku supaya tidak menggigit lehernya kerana ditakuti berbekas. Zakar menegang ke tahap maksimum ketika itu dan air mazi mula keluar.

Kalau di ikutkan nafsu ingin sahaja aku merogol Puan Wahidah ketika itu, tapi pertimbangan akal ku masih waras, oleh itu peluang yang diberikan oleh Puan Wahidah aku guna sepenuh nya untuk menikmati kehangatan tubuhnya itu. Ketika aku hanyut menikmati kehangatan dan kelembutan tubuh Puan Wahidah, tiba-tiba beliau mencelah.

“Opsss ok time out, enjoy time finished,” kata nya sambil menghela panjang nafasnya, mungkin beliau juga terangsang agaknya.

“Baiklah sekarang awak dah dapat dan rasa apa yang awak inginkan, dalam kelas nanti jangan fikir yang bukan-bukan lagi tau,” pesan Puan Wahidah kepada diri ku yang cuba menenangkan diri ku daripada gelora nafsu yang melanda.

Selepas mengenakan tudung kepalanya kembali dan membaiki make-upnya Puan Wahidah menyuruh aku keluar dulu. Sebelum itu sempat lagi aku mengambil kesempatan untuk mencium pipinya dan meramas teteknya sebelum aku keluar meninggalkan bilik tersebut.

“Ingat dan janji tau, awak mesti skor A+, awak akan dapat rasa semua nanti,” pesan Puan Wahidah sambil mengenyit matanya.

Aku berjanji dan tersenyum padanya. Dalam perjalanan ke tempat letak motosikal , aku terpaksa cover zakar ku yang masih menegang dengan buku nota untuk melindungi daripada di ketahui oleh orang lain.

Malam itu sekali lagi aku tidak dapat melelapkan mata ku, kerana membayangkan kenikmatan lubang burit Puan Wahidah yang tersedia untuk aku nikmati seandainya aku berjaya skor A+ dalam subjeknya. Malam itu aku pulun studi micro-p sampai pagi.

Selepas kejadian tersebut aku lebih berani dan mesra dengan Puan Wahidah. Malah aku aktif mengambil bahagian ketika kuliahnya. Puan Wahidah lega melihat perubahan diri ku. D sebalik matlamat pelajaran aku juga meletak matlamat untuk menikmati tubuh Puan Wahidah yang sangat aku idam-idamkan itu sebagai objektif utama atas usaha aku tersebut.

Suatu petang selepas waktu kelas aku ke lab. komputer untuk menyiapkan assignment yang diberi oleh pensyarah. Aku memilih waktu waktu petang kerana di waktu begini kebiasaannya tidak ramai pelajar yang menggunakan lab. tersebut. Sedang aku tekun menyiapkan kerja yang diberi, Puan Wahidah datang menyapaku dari belakang.

“Oops puan, tak balik lagi ke?” tanya ku dalam nada terkejut.

“Tak lagi, ada banyak kerja nak kena siap ni, dah la tu nak kena submit besok pulak tu,” jawab nya menyeluruh.

“Banyak ke assignment?” tanya Puan Wahidah lagi.

“Ada la sikit tapi lambat lagi nak kena submit,” jawab ku.

“Kenapa puan? Ada apa-apa yang boleh saya tolong ke?” tanya ku menawarkan diri.

“Kalau awak tak berkeberatan memang saya nak minta tolong ni,” jawab Puan Wahidah berterus terang.

“Baiklah puan punya pasal saya tak kisah, kerja sambung ekor beruang pun saya sanggup,” jawab ku dalam nada bergurau.

“Kalau begitu jom lah ikut saya,” pinta Puan Wahidah tersenyum girang.

Aku mengekorinya ke bilik printing, di mana aku diterang oleh Puan Wahidah kerja-kerja yang patut dilaksanakan. Aku diberi tugas untuk membuat compilation dan binding dokumen penyelidikan Puan Wahidah yang akan diserahkan kepada Ketua Dekan keesokkannya. Manakala Puan Wahidah pula menyiapkan kertas pembentangan untuk besok dibiliknya.

Kerja-kerja tersebut tidak menjadi masalah kepada ku kerana sudah biasa melakukannya ketika bekerja dengan abang Yahya dahulu. Dalam masa 2 jam sahaja aku dapat menyiapkan apa yang dikehendaki oleh Puan Wahidah. Aku menghantar dokumen penyelidikan tersebut ke bilik Puan Wahidah. Dalam nada terkejut tapi gembira Puan Wahidah menegur aku.

“Eh dah siap ke? Cepatnya,” katanya.

“Sudah siap, puan checklah dulu,” jawab ku.

Puan Wahidah memeriksa dokumen yang aku susun dan binding tadi.

“Ump, good job, bagus, nasib baiklah awak tolong saya, ishh kalau tak, entah apalah lagi reason yang saya nak bagi kat Ketua Dekan tu,” rungut Puan Wahidah lagi.

Ketika itu jam sudah pun pukul 10.00 malam.

“Awak dah makan ke?” tanya Puan Wahidah lagi.

“Belum puan,” jawab ku jujur, memang lapar pun ketika itu.

“Kesian, saya pun belum. Awak temankan saya sekejap, sikit lagi nak siap ni. Lepas tu kita pergi makan sama-sama, saya belanja,” sambung Puan Wahidah.

“Eh boleh saja,” jawab ku ringkas.

Puan Wahidah meminta aku menutup pintu biliknya, manakan tahu takut-takut pak guard datang meronda. Puan Wahidah membuka tudung kepalanya menyerlahkan keayuan wajah nya. Batang zakar ku yang tadi tenang mula menegang bila melihat keayuan wajah Puan Wahidah.

“Suami Puan tak marah ke, pulang lewat sebegini?” tanya ku sebagai memulakan perbualan.

“Dia tak ada malam ni, seminggu dah out station kat Jepun, kalau tak de urusan lain, lusa dia baliklah,” jawab Puan Wahidah.

Perbualan kami banyak tertumpu kepada persoalan semasa, peribadi dan pelajaran sahaja. Dari situ aku dapat mengetahui suaminya bekerja dan menjawat jawatan tinggi dalam kerajaan.

“Beruntunglah puan, dapat suami yang berpangkat tinggi,” puji ku mengakhiri perbualan setelah Puan Wahidah menyiapkan kerjanya.

“Kebahagian tu tak semestinya dilihat daripada harta benda dan pangkat sahaja,” jawabnya sambil memakai kembali tudungnya.

“Baik pulak awak malam ini? Saya buka tudung tadi sebenarnya bagi peluang kat awak, manalah tahu kot-kot awak nak cium saya,” kata Puan Wahidah mula mengubah topik.

“Laa kenapa Puan tak offer tadi,” jawab ku hampa.

“Kan saya dah bagi lesen besar kat awak, pandai-pandailah sendiri,” jawab Puan Wahidah dalam nada sinis.

“Tak apalah awak akan dapat lagi lain kali, jom kita pergi makan dulu,” sambung Puan Wahidah lagi.

“Awak nak makan apa?” tanya Puan Wahidah lagi.

“Apa-apa pun bolehlah puan,” jawab ku ringkas yang tengah kelaparan itu.

“Kalau macam tu kita makan kat Mc Donald je lah, kat Seksyen 3,” sambung Puan Wahidah mencadangkan tempatnya.

Aku hanya mengangguk setuju, orang nak belanja mana boleh tolak rezeki.

“Kita jumpa kat sana,” sambungnya lagi sambil menghulurkan wang untuk aku memesan makanan terlebih dahulu. Maklumlah aku naik motosikal je, manakala dia pula berkereta.

Ketika menjamu selera set burger yang dipesan, Puan Wahidah telah menceritakan yang dihadapinya berhubung dengan campur tangan mertua dan ipar duainya dalam urusan rumah tangganya. Ibu mertua dan iparnya sering menyindirnya kerana walaupun lebih setahun beliau mendirikan rumah tangga bersama suaminya tetapi masih belum hamil.

Mereka berdua ada membuat pemeriksaan doktor, beliau sihat dan subur cuma suaminya sahaja ada mengidap darah tinggi dan kencing manis peringkat awal. Mungkin kesan daripada ubatan yang diambil oleh menyebabkan zakar suaminya kurang berfungsi bila berhubungan seks dan beliau sering kecewa dengan masalah tersebut. Sebab itu lah Puan Wahidah menggunakan masalah yang aku hadapi untuk menyelesaikan masalah yang melanda dirinya sekarang.

Aku bertanya kenapa beliau memilih diriku. Puan Wahidah menjawab itu mungkin secara kebetulan, kerana aku berani berterus-terang dengannya. Sekali lagi beliau meminta aku merahsiakan perjanjian kami. Sekali lagi aku berikrar untuk menyimpan rahsia tersebut, kerana yang sedap nya aku juga nanti, buaya mana nak menolak bangkai.

Sembang punya sembang tak sedar jam sudah 12.30 tengah malam, aku terkejut dan mengelabah kerana pintu masuk utama UiTM ditutup pada jam 12.00 tengah malam. Mampus aku apalah aku nak kelentong Pak Guard tu. Puan Wahidah menenangkan aku.

“Ala jangan gelabahlah, kalau dah tutup, tidur je rumah saya malam ni, bukan ada sesiapa pun,” katanya.

“Ada sesuatu yang saya nak bagi kat awak,” sambung nya lagi sambil tersenyum.

Aku melihat mata Puan Wahidah semakin kuyu, mengantuk kot, fikir ku.

“Awak tinggal motosikal awak kat sini, jom naik kereta ikut saya balik,” pelawa Puan Wahidah.

Dalam perjalanan tersebut Puan Wahidah memberitahu ku, entah kenapa malam ini nafsu seks mudah terangsang. Pengakuannya tersebut menyebabkan batang zakar ku mula mengeras dan aku terpaksa membetulkan parkingnya dalam seluar ku.

“Awak terangsang ke?” tanya Puan Wahidah sambil tersenyum.

Aku hanya tersenyum sambil mendiamkan diri.

“Entahlah saya pun sama, mungkin saya tengah subur kot, selalunya ketika itu saya memang mudah terangsang kerana itu saya bersedia menyerahkan tubuh saya untuk awak malam ini,” terang Puan Wahidah tanpa dipinta.

“Awak pernah buat hubungan seks dengan perempuan tak?” tanya Puan Wahidah lagi.

Berderau darah saya mendengar soalan tersebut.

“Saya manalah ada bini, nak buat benda tu puan, dalam mimpi tu adalah,” jawab ku berbohong.

“Tetapi saya banyak membaca buku-buku yang berkaitan dengan hubungan seks ni,” sambung ku lagi.

“Ooo.. kiranya awak ni berilmu juga lah dalam bab ni ye!” Puan Wahidah mencelah.

“Sebenarnya saya pun takut juga nak buat benda ini, terasa macam nak menempuh malam pertama pulak,” sambung Puan Wahidah sambil tergelak kecil.

Aku diam sahaja.

“Awaklah orang yang kedua selepas suami saya yang berjaya menyentuh tubuh saya sejauh ini,” sambung nya lagi.

Sedar tak sedar sudah sampai di rumah Puan Wahidah. Puan Wahidah mempelawa ku masuk dan mengajak aku ke biliknya. Besar juga rumah Puan Wahidah yang dilengkapi dengan perabot yang mahal-mahal. Puan Wahidah menghulur aku tuala dan kain pelikat untuk menyalin baju dan membersihkan diri ku. Selepas itu dia meminta diri untuk mandi.

Aku duduk di tepi katil sambil memerhatikan bilik tidur nya, batang zakar ku mencanak keras ketika itu. Nafsu aku cukup terangsang melihat kan Puan Wahidah yang hanya berkemban dengan tuala mandi tadi. Keayuan wajahnya serta keindahan tubuh nya memang menjadi idaman setiap lelaki.

“Pergilah bersihkan diri dulu, barulah selesa tidur,” tegur Puan Wahidah yang baru sahaja selesai mandi.

Aku bergegas membersihkan diri ku kerana tak sabar nak mengerjakan tubuh Puan Wahidah. Setelah membersihkan diri, aku melihat Puan Wahidah berbaring di katil dengan memakai bau tidur satin yang singkat dan cukup menghairahkan.

Dengan hanya memakai tuala aku berbaring di sebelah Puan Wahidah. Beliau memadamkan lampu utama dan memasang lampu tidur yang agak malap, sambil tersenyum beliau memalingkan tubuhnya mengadap ku serta merapatkan tubuhnya dengan tubuh ku. Kami berpelukan dan saling cium mencium satu sama lain. Namun begitu beliau melarang aku melakukan love bite kerana takut berbekas katanya.

Tangan ku aktif meramas buah dada dan mengentel-gentel putingnya yang mula mengeras. Puan Wahidah melucutkan tuala yang aku pakai lalu mendedahkan batang zakar ku yang keras menegang dengan kepala yang kembang berkilat.

“Wow! Kerasnya, naik seram saya dengan saiz zakar awak ni,” tegur Puan Wahidah sambil memegang dan melancap batang zakar ku.

Aku menanggalkan baju tidur Puan Wahidah sambil dibantu olehnya. Berpinar mata ku menahan nafsu melihatkan keindahan tubuh Puan Wahidah yang tidak ditutupi dengan seurat benang pun. Tubuhnya yang putih melepak, buah dadanya yang mekar menggunung serta faraj yang bakal aku nikamti malam ini dilitupi bulu-bulu hitam yang nipis terjaga rapi.

Pengalaman aku menyetubuhi Kak Ani dan makcik ku dulu menyebabkan aku tidak tergesa-gesa melaksanakan tugas tersebut. Aku kembali memeluk, mencium dan meramas buah dada Puan Wahidah yang sudah menyerah dan pasrah dengan sahaja dengan apa yang aku lakukan terhadapp tubuhnya.

Perlahan-lahan aku naik ke atas tubuh Puan Wahidah lalu menindihnya. Aku parking kepala zakar ku betul-betul pada lubang farajnya yang sudah lembap itu. Terasa hangat dan sensasi kepala zakar ku, walaupun aku hanya mengesel-gesel permukaan farajnya sahaja. Aku menumpu perhatian untuk menikmati bahagain atas tubuh Puan Wahidah dahulu sebelum mengerjakan bahagian bawahnya pula. Habis seluruh tubuh Puan Wahidah aku cium.

Setelah puas mengerjakan bahagian atas tubuh Puan Wahidah, aku meluaskan kangkangan Puan Wahidah dan mula bercelapak dicelahnya tetapi aku tak berani menjilat faraj Puan Wahidah. Aku gosok kepala zakar ku pada liang farajnya dan melaga-laga kepala zakar ku pada kelentitnya sehingga Puan Wahidah mengerang dan mengeliat penuh nafsu.

Aku kembali menindih tubuh nya dan menyua kepala zakar ku yang kembang berkilat itu betul-betul pada muara faraj Puan Wahidah yang sudah basah itu. Aku mula menekan kepala zakar ku memasuki lubang faraj Puan Wahidah. Terdongak kepala Puan Wahidah yang menerima tekanan zakar ku yang cuba memasuki farajnya.

“Awak tolong masukan perlahan-lahan ye, inilah pertama kali faraj saya menerima kemasukan zakar yang besar dan panjang, berganda-ganda saiznya berbanding kepunyaan suami saya,” bisik nya kepada aku.

“Baik puan,” balas ku sambil menjilat telinganya untuk meningkat rangsangan nafsunya.

Perlahan-lahan aku menekan zakar ku yang cuba memasuki lubang faraj Puan Wahidah yang ku rasakan hangat dan agak ketat itu. Memang sukar juga kepala zakar ku yang kembang itu untuk memasuki lubang farajnya seolah-olah lubang yang ada tidak dapat menampung saiz batang zakar ku yang agak besar.

Aku kembali mengeluarkan batang zakar ku dan dengan berani aku menjilat faraj Puan Wahidah untuk melicinkan lagi laluan farajnya. Terangkat punggung Puan Wahidah menahan asakan lidah ku pada farajnya, kepala ku dikepit kuat olehnya, diiringi suara erangan yang kuat Puan Wahidah memancutkan air maninya sehinga membasahi muka ku.

Sekali lagi aku mengangkangkan kaki Puan Wahidah dan mengosok-gosok kepala zakar ku pada muara burit Puan Wahidah yang sudah lencun itu. Perlahan-lahan aku menekan kepala zakar ku ke dalam rongga farajnya. Puan Wahidah mengerang bila kepala zakar ku mula memasuki rongga farajnya. Namun begitu hanya suku sahaja batang zakar ku yang berjaya memasuki rongga farajnya, di tahap itu aku rasakan kepala zakar ku di halang oleh satu selaput.

“Masih dara lagi kah Puan Wahidah ni?” fikir ku.

Setiap kali aku menguatkan tekanan kepala zakar ku untuk melepasi selaput tersebut, Puan Wahidah akan mengerang dan mendesis seolah-seolah kesakitan. Aku mencabut kepala zakar ku dan menyapunya dengan air liur untuk melicinkan dan menyenangkan kemasukan zakar ku ke dalam lubang burit Puan Wahidah.

Aku kembali menindih Puan Wahidah dan cuba untuk memasukkan kepala zakar ku ke dalam lubang buritnya sekali lagi. Bila sampai sahaja pada lapisan penghalang tersebut aku menguatkan tekanan zakar pada buritnya…

Blesss… kepala zakar ku melepasi selaput tersebut dan perlahan-lahan aku meneruskan kemaraan batang zakar ku sehingga tenggelam ke dasar burit Puan Wahidah.

“Arkkkkkkkkk…” Puan Wahidah mengerang panjang bila batang zakar ku berjaya memasuki lubang buritnya.

Aku melihat berkerut muka Puan Wahidah dan mengalir air matanya, aku tidak tahu samada dia menhan kesakitan atau sebaliknya. Tangannya memeluk kemas tubuh ku sehinggakan aku dapat merasa badannya yang menggigil-gigil sambil pahanya mengepit kuat pinggang ku. Aku tidak pasti samada Puan Wahidah menahan kesakitan atau pun kenikmatan, yang penting aku telah berjaya mendapatkan apa yang aku idamkan selama ini.

Aku membiarkan batang zakarku yang keras dan tegang itu terendam di dasar burit Puan Wahidah yang hangat dan masih ketat itu. Aku mula merasakan burit Puan Wahidah mula mengemut dan mencengkam batang aku seolah-olah menghisap keseluruhan batang zakar aku tersebut. Cukup geli dan sensasi aku rasakan ketika itu.

Aku mengayak-ngayak punggung ku supaya pangkal zakar ku bersentuhan dan bergeser dengan kelentit Puan Wahidah. Setelah mengayak-ngayak punggung ku dua tiga kali, Puan Wahidah memeluk kemas tubuh ku serta jari jemari mencengkam belakang ku yang terasa kepedihannya.

Serentak dengan itu badan Puan Wahidah mula mengejang dan dikuti dengan erangan keluhan yang panjang. Cairan hangat aku rasakan menyembur keluar dari dalam rongga buritnya yang masih mencengkam kuat batang zakar ku. Terasa begitu lencun burit Puan Wahidah ketika itu, selepas itu tubuhnya terkulai lesu.

Aku tahu Puan Wahidah telah pun mencapai klimaksnya yang pertama. Aku membiarkan batang terendam sehinggalah tenaga Puan Wahidah kembali pulih. Ketika itu aku meneruskan aksi meramas dan menghisap puting teteknya yang gebu itu.

Dengan wajah kuyu Puan Wahidah tersenyum memandang wajah ku, ketika itu aku memulakan aksi sorong tarik batang zakar ku ke dalam lubang buritnya. Air mani Puan Wahidah yang telah banyak keluar tadi memudahkan serta melicinkan aksi tersebut. Sasaran aku kali ini adalah batu merinyamnya, sambil melakukan aksi keluar masuk tersebut aku mencari-cari kedudukan batu merinyamnya.

Setelah memastikan kedudukan batu merinyam tersebut aku menyerang dengan tusukan yang dalam sehingga kepala zakar ku bergeseran dengan batu tersebut. Setelah beberapa tusukan pada tempat tersebut, sekali lagi Puan Wahidah mengerang dan mengejangkan tubuhnya. Sekali lagi aku rasakan cairan hangat memenuhi rongga buritnya yang memang sudah lencun itu untuk klimaksnya yang ke dua.

Belum pun sempai 15 minit aku mengerjakan burit Puan Wahidah, beliau telah pun klimaks dua kali dimana kali ini beliau betul-betul tidak bermaya di mana matanya terpejam kuyu dan tubuhnya terkangkang seolah-olah tidur lena.

Aku membalikkan tubuh Puan Wahidah dan meletak bantal pada ari-arinya untuk meninggikan bahagian punggung nya. Beliau yang telah keletihan hanya mengikut sahaja kemahuan ku tanpa membantah. Aku memeluk tubuhnya dari belakang serta meramas-ramas teteknya yang masih tegang, lalu memasukkan batang zakar ku ke dalam rongga burit nya yang sedia menanti.

Puan Wahidah kembali mengerang bila menekan batang zakar ku santak hingga keseluruhan 7 inci batang zakar tenggelam dalam lubang buritnya hingga ke dasarnya di mana kepala zakar ku bersentuhan dengan pintu rahimnya. Setelah beberapa ketika aku menghayun batang ku keluar masuk dari lubang buritnya sehingga menghasilkan bunyi plup-plap-plup-plap dimana batang ku berlaga dengan belahan punggungnya. Terhenjut-henjut Puan Wahidah menahan asakan batang ku pada buritnya.

Lebih kurang 20 minit aku mengerjakan lubang buritnya, batang zakar ku mula terasa kegelian dan bersedia untuk memancutkan air mani ku. Aku menekan sedalam-dalamnya kedalam burit Puan Wahidah sehingga kepala zakar ku rapat pada pintu rahimnya. Terdongak kepala Puan Wahidah menahan kesenakan dalam nikmat sambil mengerang panjang dan mengemut batang aku ketika dia menerima berdas-das pancutan air mani ku yang memenuhi rahim dan rongga buritnya. Bagaikan telaga yang dipenuhi air aku rasakan rongga burit Puan Wahidah ketika itu kerana campuran air mani kami berdua.

Aku masih lagi memancutkan air mani aku sehingga ke titisan yang terakhir untuk dilepaskan dalam rongga burit Puan Wahidah. Disebabkan kedudukan punggungnya yang lebih tinggi kerana dilapik dengan bantal, hanya sedikit sahaja air mani yang meleleh keluar dari lubangnya, selebihnya bertakung dalam rongga burit dan rahimnya. Puan Wahidah terdampar kelesuan, manakala ku pula masih lagi menindih tubuhnya dalam keadaan batang zakar masih terendam didalam rongga buritnya.

Bila batang aku dah mengendur aku mencabutnya dari dalam rongga burit Puan Wahidah dan menelentangkan tubuhnya yang masih berbogel. Aku mengambil tuala lembut dan membersihkan buritnya dari sisa air mani yang masih mengalir keluar. Aku menyelimutkan tubuhnya dan kami pun tertidur keletihan.

Aku cukup puas malam ini kerana dapat menikmati tubuh yang ku idam dan khayalkan selama ini. Ketika itu aku melihat jam sudah pun 2 pagi, hampir satu jam lebih juga aku mengerjakan burit Puan Wahidah.

Bila aku terjaga keesokan nya hari sudah pun siang, jam menunjukkan hampir 8 pagi. Aku bingkas bangun terus mencuci muka ku, tak sempat nak mandi wajib kerana kelas ku hari itu bermula jam 8 pagi. Aku mengejutkan Puan Wahidah untuk mengucapkan selamat jalan. Sempat juga aku mencium mulutnya dan meramas teteknya ketika itu.

Aku naik teksi ke McDonald untuk mengambil motosikal yang aku tinggalkan semalam. Ramai kawan-kawan aku menegur diriku yang kelihatan tak bermaya pagi itu. Aku menerangkan kepada mereka yang aku membuat kerja part time malam tadi.

Selepas kelas habis jam 10 pagi aku bergegas pulang ke kolej untuk mandi wajib. Aku tersenyum kepuasan bila mengingatkan kembali kejadian semalam, silap-silap boleh termengandung Puan Wahidah akibat perbuatan aku malam tadi.

Ketika kuliah Puan Wahidah dia asyik menjeling dan menguji diriku sahaja, mungkin untuk memastikan aku tidak berkhayal agaknya. Beliau juga mengingatkan kelasnya, ujian akhir akan diadakan pada akhir bulan tersebut. Aku memang sudah bersedia menghadapi ujian tersebut sebab aku tahu apa ganjaran yang aku dapat sekira nya dapat score A dalam ujian tersebut.

Sebagaimana yang dijangkakan soalan ujian subjek mikro-p hari itu tidak lah susah sangat, mungkin disebabkan aku sudah bersedia agaknya. Aku yakin dapat score A untuk ujian tersebut. Puan Wahidah ada bertanya kepada aku samada aku boleh menjawabnya atau tidak, aku hanya mengangguk kepala.

Ketika keputusan ujian diumumkan, sememangnya aku berjaya mendapat A dalam ujian tersebut. Aku mendapat message daripada Puan Wahidah supaya menemuinya selepas waktu kelas di bilik beliau.

Petang tersebut aku menemui Puan Wahidah di biliknya. Dia kelihatan sugul dan bersedih. Melihat keadaan tersebut, batang aku yang tadi mengeras perlahan-lahan mengendur kerana simpati.

“Kenapa puan ada masalah ke? Ada apa-apa yang boleh saya bantu?” tanya ku menawarkan bantuan.

“Saya minta maaf kerana tidak dapat menunaikan janji saya pada awak tempoh hari dan saya rasa kita patut memutuskan perhubungan kita setakat ini sahaja. Suami saya dapat mengesan perhubungan kita,” jelas Puan Wahidah.

“Ooo.. macam tu,” aku mengangguk.

“Macam mana dia boleh tahu?” tanya ku inginkan kepastian.

“Selepas kita melakukan hubungan seks malam tu, keesokkannya suami saya pulang dari out station tanpa diduga, sampai je di rumah dia terus meminta untuk menyetubuhi saya. Sebagai isteri sememangnya saya mesti melayan kemahuannya.

Setelah selesai menyetubuhi saya, dia dapati kelainan pada lubang faraj saya yang menyebabkan dia meragui kesetiaan saya terhadapnya. Dia dapati lubang faraj saya dah longgar dan mudah ditembusi oleh zakarnya. Keadaan tersebut menyebabkan dia menaruh syak wasangka yang saya telah curang dengannya dan bersedia memaafkan sekiranya saya membuat pengakuan secara jujur.

Saya mengaku telah curang demi untuk menyelamat rumah tangga saya. Dia juga ingin tahu dengan siapa saya telah curang, saya terpaksa menyebut nama awak dan demi keselamatan diri awak kita hentikan hubungan kita setakat ini,” terang Puan Wahidah lagi.

“Atas kekurangan diri dia, dia bersedia memaafkan saya tapi jangan mengulanginya lagi,” sambung Puan Wahidah lagi.

“Macam mana suami pun boleh tahu ye? Setahu saya bila dah kahwin faraj perempuan sama je, dah tak dara lagi,” tanya ku kemusykilan.

Puan Wahidah tersenyum.

“Memang la, tapi awak merupakan orang kedua selepas suami saya yang berjaya menyetubuhi diri saya, tapi saiz zakar suami saya tidaklah sebesar dan sepanjang zakar awak. Itulah pertama kali faraj saya menerima kemasukan batang zakar yang besar dan panjang menyebabkan rongga faraj saya menjadi besar, sebab itulah bila suami saya rasakan perubahan pada faraj saya yang menjadi longgar,” terang Puan Wahidah.

“Kenapa Puan tak kemut kuat-kuat bagi dia rasa ketat sikit,” ujar ku dalam nada bergurau.

Puan Wahidah tersenyum mendengar usikan aku itu.

“Entahlah bila dah merasa batang zakar awak, zakar suami saya macam tiada rasa lagi,” sambung Puan Wahidah.

Ketika itu batang zakar aku kembali mengeras.

“Tak apalah puan, yang penting rumah tangga puan, janji puan tu tak penting sangat, lagi pun puan dah bagi apa yang sepatutnya,” ujar ku bila melihat jam yang hampir Maghrib.

“Kamu tak marah kat saya ke?” tanya Puan Wahidah.

“Saya harap semoga Puan kekal berbahagia dengan suami puan,” sambung ku lalu meminta diri untuk beredar.

Ketika aku hendak melangkah keluar, Puan Wahidah memanggil aku kembali.

“Awak terlupa sesuatu,” ujar Puan Wahidah sambil menunjuk pipinya.

Aku tersenyum dan faham Puan Wahidah mahukan aku mencium pipinya, peluang jangan dilepaskan aku kembali menutup pintu dan mengunci pintu biliknya.

Puan Wahidah menanggalkan tudungnya, keayuan wajah nya menyebabkan batang zakar ku kembali menegang keras. Menggigil tubuh ku menahan nafsu ketika mencium pipi Puan Wahidah. Kalau dikutkan nafsu ku ingin saja aku merogolnya ketika itu, tapi kematangan akal masih berfungsi dimana respect ku terhadapnya sebagai pensyarah ku masih ada. Biar dia yang menyerah bukan aku yang meminta. Ketika aku mencium pipi nya Puan Wahidah berbisik sesuatu kepada ku.

“Sebenarnya saya tak sampai hati hendak membiarkan awak dalam keadaan terangsang begini,” bisiknya.

“Tak apa lah saya bagi masa kat awak setengah jam kalau awak nak lepas nafsu awak dengan saya,” sambung Puan Wahidah lagi.

Apalagi setelah mendapat lampu hijau daripada Puan Wahidah aku terus meromen tubuhnya dengan rakus, bibirnya aku lumat buah dadanya aku ramas dan buritnya aku gosok sehinggalah Puan Wahidah benar-benar terangsang. Aku membaringkan Puan Wahidah di atas mejanya dengan kaki nya terjuntai ke bawah.

Aku menyelak kain baju kurung sehingga menampakkan buritnya yang masih ditutupi oleh seluar dalam berwarna pink. Aku cuba melucutkan seluar dalam tersebut, bagaikan faham Puan Wahidah mengangkat punggung nya. Aku memang tak tahan melihat burit Puan Wahidah yang tembam dan berbulu nipis serta telah basah dengan air buritnya.

Dengan segera aku mengeluarkan batang zakar yang mengeras tegang serta kepala yang berkilat. Aku menggosok-gosok kepala zakar ku pada permukaan faraj Puan Wahidah yang mengelinjang kegelian. Perlahan-lahan aku menekan kepala zakar ku kedalam rongga faraj Puan Wahidah, sehinggalah kesemua 7 inci batang zakar tenggelam dalam faraj Puan Wahidah.

Puan Wahidah mendesis dan mengerang, aku tak pasti samada itu erangan nikmat ataupun sakit. Seperti biasa aku akan merendam seketika batang zakar ku di dasar burit nya sambil menggesel-gesel kepala zakar ku pada batu merinyamnya. Akhir Puan Wahidah tak dapat bertahan dan mengerang panjang serta mengejang tubuhnya.

“Ooooooohhhh fuckkk nikmatnya,” erang Puan Wahidah, aku tahu dia dah klimaks.

Setelah dia pulih dari klimaksnya aku memulakan henjutan keluar masuk batang zakar ku ke dalam rongga buritnya dengan rentak pelahan tapi tusukan dalam. Lebih kurang 20 minit juga aku menghenjut buritnya sebelum aku memancutkan air mani ku yang aku peram selama 3 bulan ke dalam rongga buritnya.

Setelah habis titisan terakhir air mani aku dilepaskan dalam burit Puan Wahidah, aku terdampar kepenatan di atas tubuh Puan Wahidah yang mengosok-gosok belakang ku dan mencium pipi ku.

“Sedap tak?” tanyanya tersenyum.

Aku membalas senyuman dan mencabut batang zakar ku dari lubang burit nya dan mengambil tisu lalu membersih zakar ku dan burit Puan Wahidah dari sisa-sisa air mani yang masih mengalir keluar.

Setelah memakai kembali seluar dalamnya dan merapikan kembali pakaiannya Puan Wahidah duduk sebentar untuk menghilangkan penat melayan kemahuan seks ku tadi.

“Saya harap ni lah yang terakhir pertemuan kita, selepas ini kalau awak ada masalah kita jumpa kat kelas sahaja. Saya juga minta maaf kerana mengheret awak sekali dalam masalah saya ini,” keluh Puan Wahidah.

“Sepatutnya saya yang berterima kasih pada Puan kerana menyedarkan saya dan memberi peluang kepada saya untuk memenuhi impian saya. Saya juga minta maaf dan bertanggung jawab sekira saya adalah punca perselisihan keluarga puan,” ujar ku secara jujur dan matang.

Puan Wahidah tersenyum.

“Mungkin suami saya ingin berjumpa dengan awak dan ingin mengenali diri awak,” katanya sinis.

“Kenapa puan? Adakah dia ingin memukul saya?” tanya ku lagi.

“Saya harap tidaklah, sebab awak dah menghamilkan isterinya. Untuk pengetahuan awak suami saya tak mampu untuk menghamil diri saya kerana benihnya tak subur, tapi disebabkan ketelanjuran kita dahulu saya kini saya telah hamil dengan benih yang awak tanam dalam rahim saya. Mungkin sebab itu dia ingin mengeali awak sekira berlaku komplikasi terhadap anak bakal lahir nanti,” ujar Puan Wahidah lagi.

“Bagaimana penerimaan dia terhadap kandungan puan ni?” tanya aku lagi inginkan kepastian.

“Yang lepas tu lepaslah, dia dah maafkan saya dan menganggap kandungan ini adalah anaknya juga, demi kebahgiaan kami sekeluarga,” ujarnya lagi.

“Kalau macam tu legalah saya,” jawab ku.

Puan Wahidah tergelak.

“Nanti lepas belajar ni kahwin cepat-cepat, jangan bazirkan air mani tu, dah rasa nikmat nya bersetubuh kan!” ujarnya lagi.

Aku turut sama tergelak dan meminta diri untuk keluar, memandangkan hari dah hampir Maghrib, balik kolej kena mandi wajib lagi.
277 notes · View notes
gizantara · 5 months
Text
Akselerasi
"Menurut kamu kenapa?"
"Kenapa? Apanya yang kenapa?"
"Pertanyaan yang sering berulang di kepalamu. Sama seperti pertanyaan Rahwana kepada Tuhan tentang Sinta."
"Tuhan, kalau dia tidak pernah untukku, kenapa Engkau bangun megah perasaan ini?"
"Iya. Menurut kamu kenapa?"
"Aku gak akan sebingung ini kalau tahu jawabannya."
"Sebagian orang datang ke hidup kamu untuk belajar. Entah dia yang belajar, entah kamu yang belajar. Barangkali menurut Tuhan, ada jenis-jenis pembelajaran tertentu yang harus pakai cinta untuk dapat dipahami. Jadi proses belajar tersebut bisa terakselerasi. Aku setuju dengan apa yang Cania bilang soal Sabda, bahwa love is super useful as learning booster."
"Kalau gitu, bisakah proses akselerasi ini berlangsung selamanya?"
"Jawaban mutlaknya, Tuhan yang tahu. Jawaban oportunisnya, ada kemungkinan kita nggak bertakdir. Jawaban agamisnya, sekarang bukan kondisi yang pantas bagi satu sama lain untuk belajar dengan cinta. Jawaban teknisnya, seperti kata Zarry Hendrik, bahwa ada beberapa hubungan yang selesai karena salah satunya kurang sabar menunggu yang lainnya belajar."
"Karena sifat mencintai itu tidak memaksa, aku akan menghargai keputusanmu. Pada akhirnya ini bukan lagi tentang kamu yang mungkin gak sabar atau aku yang mungkin lamban belajar. Ini bukan salah siapapun."
"Jadi tolong jangan salahkan dirimu. Dan terima kasih, pengalaman belajarnya yang seru dan berkesan. Aku paling suka bagaimana denganmu aku berhasil mengenali jenis-jenis emosi baru dan meletakkannya pada tempatnya dengan porsi yang sesuai. Itu bekal berharga buatku. Bagian mana yang jadi favoritmu?"
"Tidak ada hal lain selain kamu mengajariku melakukan perjalanan mengenal diri sendiri. Itu langkah awal untuk menyayangi diriku sendiri, kan?"
"Yup. Selamat melanjutkan pembelajaran masing-masing! Tugasku menemanimu sudah selesai, semoga kita bisa mencapai versi terbaik diri kita di hadapan Tuhan kita."
Dan mereka pun berlalu bersama ketetapan Allah atas mereka. Kiranya sampai di sini, mudah-mudahan Allah ampuni yang lalu dan berkahi langkah mereka di kemudian hari oleh sebab patuh dan sabar.
— Giza dan sebuah usaha menjawab pertanyaan seseorang dalam story-nya
88 notes · View notes