Holla, Everyone!! Selamat datang dan semoga ada manfaat dari setiap tulisan yang ditulis馃悑
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Part 2 - Mati
Memasuki fase kepala dua adalah bagian dari perjalanan hidup yang terasa begitu sulit, setidaknya untuk saat ini. Membayangkan sudah berapa lama waktu yang habis direnggut, namun tak ada hasil yang dapat dipeluk adalah pikiran yang menjelma menjadi kemelut.
Waktu terasa cepat berlalu sedang asa masih tak mau dirayu. Banyak hal yang diinginkan untuk segera berlalu, namun waktu seolah belum memberi izin untuknya berlalu.
Masalah hadir silih-berganti. Perasaan ingin lari selalu datang menghampiri. Ada kalanya kecemasan hadir, membuat rasa ingin mati menjadi titik akhir.
Menyerah. Satu kata yang selalu datang menghantui dengan Mati menjadi tujuan akhir.
Fase kepala dua adalah di mana omongan luar tak lagi dapat diserap dengan mentah. Bukan lagi anak kecil yang dapat dikibuli dengan omongan penuh sampah. Raga ingin diam, namun batin selalu membantah.
Jam 24.00 bukan lagi waktu spesial untuk sekadar ber-overthinking, karena nyatanya pikiran penuh kecamuk itu hadir tanpa mau mengenal waktu lagi. Bila tak ada lagi ruang untuk sembunyi, tangis tak lagi bisa menyudahi, maka pikiran untuk Mati sudah biasa menghantui.
Namun Wahai, garis takdir sudah Tuhan tulis dalam buku-Nya, bukan? Jika waktumu belum habis, maka sia-sia saja usahamu untuk lari dengan cara Mati.
Bertahanlah! Setidaknya untuk hal-hal kecil dalam hidupmu. Memang tak mudah, tetapi setidaknya masih ada alasan untukmu melanjutkan semuanya.
0 notes
Text
Part 1 - Kematian

27 Juli 2021
Nirmala baru saja menyongsong sinar panasnya. Lalu lalang transportasi perlahan berjalan memelankan lajunya. Dari arah barat, segerombalan manusia berjalan di tengah jalan raya. Di barisan tengah, empat orang menyongsong keranda dengan kain warna hijau yang membalutinya. Tak banyak seperti biasanya, segerombolan manusia ini mungkin tak sampai dua puluh orang. Aku menatapnya dengan sedikit helaan napas, "Kematian lagi."
Saat itu, sudah terhitung satu tahun wabah penyakit ini menjadi momok mencekam bagi kami. Semua kegiatan di luar rumah dihentikan, dianjurkan untuk melakukan semua hal di rumah saja, demi mencegah penyebaran penyakit ini, katanya.
Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar. Meski berada di dalam rumah terlihat lebih nyaman, namun pada akhirnya tetaplah lahir rasa bosan. Kegiatan sekolah dilakukan di rumah, tidak ada lagi suasana ramai kantin tempat murid-murid melepas dahaga. Pekerjaan dilakukan di rumah, tidak ada lagi keramaian malam di tongkrongan warung sebelah. Semua ditutup, rasa bosan pun hidup.
Virus menyebar tanpa perlu permisi, tanpa perlu mengenal ia siapa dan di mana. Sakit. Itu adalah hal yang hampir semua orang alami, yang bertahan adalah orang-orang yang waktunya belum habis, dan yang gugur adalah ia yang waktunya sudah habis.
"Kali ini siapa?" Suara di sebelahku tiba-tiba datang membuyarkan lamunan.
"Entahlah," seruku yang tak mempunyai jawaban untuk pertanyaannya.
"Ini yang kedua?" tanyanya lagi.
"Tidak, ini yang ketiga. Yang kedua sudah lewat tadi. Kalau tidak salah dengar katanya orang komplek sebelah," jawabku sembari melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
"Sakit?" Tanyanya lagi.
"Ya, seperti biasa." Aku menjawab dengan sedikit seringai di bibir. 'Ku lanjutkan kembali pekerjaanku, menyapu lantai toko yang tak pernah sepi dari debu.
"Beras satu kilo, Nak." Tanpa sadar ternyata sudah ada pelanggan yang berdiri di depan toko.
"Oh, iya sebentar, Bu," seruku sambil meletakkan sapu dan bergegas melayani Ibu-ibu itu.
"Tau tidak, Bu, itu yang meninggal tadi orang mana?" tanya ibu yang sudah duduk di sampingku.
"Katanya, sih, Pak Tono, orang Komplek Manggis." Percakapan pun berlanjut dengan aku yang masih sibuk menyiapkan pesanan ibu-ibu itu.
"Kematian memang tak bisa dihindari. Tak dapat diduga juga kapan datangnya. Umur manusia tidak ada yang tahu sampai kapan batasnya," celetuk ibu-ibu itu sambil mengambil pesanannya yang sudah disiapkan.
"Berapa semuanya, Nak?"
"25 ribu, Bu," jawabku sambil melihat kalkulator yang 'ku gunakan untuk menghitung jumlah pesanan ibu itu.
"Ini, ya, uang pas. Makasih, Nak. Mari, Bu," pamitnya pada ibuku.
"Sami-sami, Bu."
"Iya, Bu."
Percakapan hari itu berakhir dengan siaran kematian dari mushollah komplek.
"Innalilahi wa Inna ilaihi Roji'un, Bu Yati. Padahal baru kemarin dilarikan ke rumah sakit," seru Ibu yang terlihat kaget mendengar siaran kematian tetangga kami.
Memang kematian adalah pasti. Tak seorang pun bisa lari. Satu hari, lima orang gugur, begitu selanjutnya. Meski keluarga belum siap, namun takdir tetap tak bisa ditolak. Ikhlas dan menerima adalah kuncinya.
2 notes
路
View notes
Text
"Aku dan Diriku"

Source pict : Rey_Pict (Mine)
Tahun demi tahun berganti, begitu pula聽usia, begitu pula hidup.
Dua puluh tahun hidup di dunia yang penuh dengan keberagaman ini, tidaklah mudah. Seperti halnya menghadapi sebuah keberagaman pendapat.
Saat pertama kali mengenal kerasnya bertetangga, aku cukup kaget dengan perilaku dan sifat orang-orang di sekitarku. Aku mencoba mengerti dan mengamatinya diam-diam.
Sejak saat itu emosiku perlahan terkontrol, tidak lagi terlalu sensitif dengan perbedaan聽di sekitar, dan mulai bisa meredam nafsu-nafsu untuk menghujat.
Tahun berlalu, aku聽masuk聽ke聽jenjang聽perguruan聽tinggi, yang mengharuskanku beradaptasi lagi dengan lingkungan baru, karena letak sekolah yang berada di luar kota.
Lingkungan baru, pergaulan baru, teman baru, semua serba baru.
Aku lagi-lagi harus mengamati.
Ternyata tidak mudah.
___________
Dua tahun,
Sudah selama itu berada di kota baru ini, ternyata tidak cukup membuatku paham.
Aku sudah hidup selama itu, dan telah bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam karakter dan sifat.
Namun hal semacam itu ternyata tidak cukup membuat mentalku kuat. Aku terkadang masih saja merasa resah dengan perbedaan. Aku terkadang masih merasa marah jika tidak sependapat.
Waktu terus berlalu, pelan-pelan aku belajar banyak tentang hal itu. Pelan-pelan aku berdamai dengan masalahku. Pelan-pelan aku mencoba untuk memahami hal semacam itu.
Sekian cerita dari saya馃悑
Tulisan ini ditulis satu tahun lalu
Salam manis dari Orca 馃悑
1 note
路
View note
Text
"Pertemuan Saya dengan Anak Luar Biasa"
Beberapa hari lalu, tepatnya hari Senin, 30 Agustus 2021, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya bertemu dan berinteraksi langsung dengan seorang Anak Luar Biasa yang sejak kecil menyandang penyakit gangguan perkembangan otak yang memengaruhi penderitanya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Benar, anak luar biasa yang saya temui ini Autis. Anak saleh yang setiap waktu sholat tiba selalu mengharuskan dirinya untuk pergi ke masjid yang letaknya cukup jauh dengan rumahnya ini, tiba-tiba mendatangi rumah saya.
Awalnya, saya takut, maafkan kebodohan saya ini. Namun setelah beberapa saat, saya menyesali semua rasa takut saya. Dia anak yang baik. Semua yang dilakukannya di rumah saya harus melalui izin dari saya dan keluarga saya, jadi dia tidak melakukan hal tanpa seizin pemilik rumah. Sebagus itu tata kramanya.
Setiap saya membantu dia untuk melakukan sesuatu, ucapan terima kasih selalu terucap dari dirinya.
"Terima kasih, Mbak Rubyy, sudah berbagi." Kalimat ini berulang kali terucap dari anak luar biasa ini.
Tiba saat ayahnya datang menjemput, anak ini menghampiri ayah saya dan lagi-lagi berterima kasih dengan ucapan yang lebih panjang dan berulang-ulang.
"Terima kasih sudah berbagi rumahnya lama. Sudah saya do'akan. Aamiin." Begitulah ucap anak luar biasa ini sebelum akhirnya pulang bersama ayahnya.
Pertemuan ini, rasanya sangat menyentuh hati saya. Ada sebuah perasaan ingin lebih mengenal dan terus menemaninya, karena sejauh ini, saya lihat keluarganya sangat tertutup, ya, semua itu pasti karena satu dan dua hal.
____
Don't judge a book by its cover
Sangat benar. Buktinya, jika kita hanya melihat dari sisi luarnya saja, mungkin anak luar biasa ini terlihat seperti ODGJ- yang "maaf" akan sering mengamuk. Padahal, ODGJ pun jika tidak diusik juga tidak akan mengamuk. Ya, sama dengan anak luar biasa ini, jika dia tidak merasa terganggu, maka dia tidak akan mengamuk.
Orang normal saja, jika terus-terusan diganggu, pasti ada perasaan untuk marah dan mengamuk, namun mereka lebih bisa mengontrol emosi saja.
Sekian, cerita dari saya馃悑
Salam manis dari Orca馃悑馃悑
1 note
路
View note
Text
Holla, Everyone!
"Tentang Sebuah Rasa Peduli dan Tidak Peduli"
So, here we go. 馃悑馃惓馃悑
Saya adalah orang yang introvert atau bahkan bisa disebut Ansos馃憖? Benar, itu saya beberapa tahun yang lalu sebelum mengenal keaktifan sosial media. Saya adalah orang cenderung tidak peduli dengan banyak hal, seperti masalah orang lain, masalah yang menurut saya tidak akan berdampak apa-apa bagi saya, bahkan saya tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil, seperti bagaimana penampilan saya.
Dulu, sebelum mengenal dunia yang luar biasa ini, saya berpikir bahwa semua hal adalah hanya tentang diri saya sendiri. "Saya dengan urusan saya, kamu dengan urusan kamu" . Setidak peduli itu saya akan semua hal yang ada di dunia ini. Tidak ada yang salah dengan kata-kata itu. Saya tidak harus mengurus urusan orang lain, dan orang lain tidak seharusnya mengurus urusan saya.
Namun ternyata setelah dipikir-pikir lagi, untuk hidup di dunia yang penuh warna dan rasa ini, kita harusnya dapat menerima segala hal yang ada di dunia, seperti komentar dan masukan orang lain, bukan?
Saya ambil satu contoh kecil yaitu "Cara berpakaian atau penampilan"
Dulu, saya tidak peduli tentang bagaimana saya berpakaian, tidak peduli dengan komentar orang lain tentang bagaimana harusnya saya berpakaian dan komentar-komentar lain yang bahkan terdengar cukup pedas. Saya pernah berpikir, "Toh, ini baju saya, saya yang berpakaian, saya yang malu kalau jelek, saya yang bangga kalau cantik, dan itu tidak ada urusannya dengan kalian." Tapi, setelah dipikir lagi, saya salah. Hal sekecil itu harusnya tidak hanya saya pikirkan untuk diri saya sendiri. Saya seharusnya juga memikirkan tentang, bagaimana teman atau orang-orang yang sedang bersama saya. Apakah mereka nyaman dengan penampilan saya? Bukan hanya memikirkan, Apakah saya nyaman dengan pakaian ini?
Bukan harus selalu peduli dengan semua komentar orang lain, namun paling tidak kita juga harus memikirkan dampak apa yang akan kita hasilkan untuk orang lain ketika kita melakukan sesuatu. Intinya, jangan egois. Kita nyaman namun ternyata mereka tak nyaman. Setidaknya, jika tidak mau terlalu repot dengan omongan orang lain, kita bisa meminimalisir semuanya, seperti berpakaian yang sopan dan tidak terlalu nyeleneh, yang penting nyaman dan tidak terlalu membuat risih.
Kasihan orang yang bersama kita, bukan? Setidaknya kita menghargai dia yang sudah berpakaian rapi dengan kita yang juga berpakaian rapi, dan bukan sebaliknya.
Note:
Tapi, bukan semua hal dari orang lain harus kita ambil ya. Ambil yang baik-baik saja dan buang yang menurut kita tidak baik. Jadi, ketika pendapat orang lain itu terlihat baik untuk kita lakukan, mungkin hal itu bisa dipertimbangkan lagi, namun jika komentar itu hanya membuat kita down dan overthinking, sebaiknya tidak usah.
Sekian, salam manis dari Orca馃悑
6 notes
路
View notes
Text
Holla, July.
Beberapa orang yang menjadi support systemku, lahir di bulan ini.
Haha, support system berkedok crush.
Sebenarnya apa yang aku harapkan dari manusia yang terkadang hanya akan memberi rasa kecewa? Harusnya aku hanya berharap pada Tuhan saja, bukan? Tapi apa salah jika aku hanya membutuhkan beberapa orang dalam hidup yang fana ini untuk kujadikan patokan semangat hidup? Satu orang menjadi contoh bagaimana cara menghadapi kerasnya kehidupan, satu lagi menjadi contoh bagaimana aku harus melihat masa depan, yang terakhir menjadi contoh bagaimana aku harus bertindak di kemudian.
Hey, mereka yang bahkan tak akan pernah menyadari dan melihat rasa sayang ini. Terima kasih. Terima kasih sudah bertahan dengan segala macam hal di dunia ini. Terima kasih untuk setidaknya bisa menjadi penyemangat.
I do really love all of you, Guys馃挋
2 notes
路
View notes
Photo

Kenangan adalah fosil, tidak akan bisa menjadi abu, malah memiliki kekuatan untuk mendikte jarum-jarum jam agar berputar ke kiri. Sapardi Djoko Damono馃尮 https://www.instagram.com/p/CJHSCc0BlCS/?igshid=weqdlo7e01qc
2 notes
路
View notes
Photo

"Karena Yang Mencinta Tak Akan Melupa". Alhamdulillah, Antologi cerpen kedua saya鈽猴笍. Sudah mulai PO dari tanggal 23 Oktober-1 November. 馃槉 Yuk ikutan PO. DM me for more info鈽猴笍. #pobuku #bukubaru #antologicerpen #antologi #preorder #book #writenforyou #read #literasi #menulis #writefromhome https://www.instagram.com/p/CG08qJEhK5L/?igshid=bl1uquho9xj5
#pobuku#bukubaru#antologicerpen#antologi#preorder#book#writenforyou#read#literasi#menulis#writefromhome
2 notes
路
View notes
Photo

"Saya tidak percaya pada inspirasi, saya percaya pada niat. Niat untuk menulis, jangan menunggu inspirasi," Sapardi Djoko Damono 馃尮 #platinumclassvolume1 https://www.instagram.com/p/CGSarokhmrH/?igshid=1u7y4z1od0dig
2 notes
路
View notes
Photo

30 Antologi Cerpen Romansa Islami Event : Menulis dari Rumah Ada Tuhan Di Antara Kita "Hasil interpretasi para peserta atas tema yang kami sodorkan tak terlampau mengejutkan sekalipun tetap menyenangkan. Ada hal-hal baru yang barangkali berguna untuk menambah wawasan Anda mengenai seluk-beluk percintaan dalam lingkup agama Islam, dan ada hal-hal usang yang membuat Anda mengernyitkan dahi kala membacanya; bagaimanapun, inilah karakteristik antologi cerpen: kita tak bisa mengharapkan kesamaan dalam keterampilan menulis dan ketajaman berpikir karena ia digarap oleh banyak kepala". - Kukuh Purwanto Bismillahirrohmanirrohim, Seperti yang sudah saya info kan beberapa minggu lalu di ig story saya. Ini adalah buku Antologi Cerpen pertama saya yang Alhamdulillah sudah terbit dan akan mulai Pre-Order BESOK. So, Are you curious Guys? Jangan buang-buang waktu lagi segera ikuti Pre-Ordernya dan kalian akan mendapatkan diskon dari harga aslinya馃槉馃槉 Yang mau ikutan PO bisa langsung DM saya馃槉 #platinumpublisher 聽#penerbitindie 聽#penerbitbuku 聽#antologicerpenplatinum #antologi 聽#preorder #peorderbuku #antologicerpen https://www.instagram.com/p/CFE92ibhxg4/?igshid=x2ip5akr77r9
#platinumpublisher#penerbitindie#penerbitbuku#antologicerpenplatinum#antologi#preorder#peorderbuku#antologicerpen
2 notes
路
View notes
Text

Minggu, 19 Juli 2020
Pak, selamat beristirahat. Juli ini rasanya semua hari akan mendung. Hujan di pelupuk mata tak segan untuk jatuh dengan derasnya. Pak, terima kasih. Terima kasih untuk membuatku mencintai kata. Terima kasih untuk membuatku tau arti sebuah kata. Terima kasih untuk membuatku tau bagaimana indahnya sebuah kata. Pak, setiap yang datang pasti pergi, namun kau abadi dalam karyamu. Pak, Maaf untuk tak berhenti menangisimu. 馃拹馃崈
3 notes
路
View notes
Video
Puisi adalah teman. Puisi adalah dirinya. Puisi adalah cermin. Puisi adalah satu hal yang ia tahu sangat ia butuhkan detik ini. Tapi... Puisi juga duka terbesarnya. Puisi adalah kerangka pengingat rasa sakit yang ia Terbitkan untuk sesosok senja yang begitu ia cintai. Ia benci puisi. Ia benci karena hanya dengan puisi ia berani jujur. Ia benci karena apa yang nuraninya bisikan pada aliran darahnya adalah benar. Dengan mencintai Jani sudah ia berikan dirinya seluruhnya. Tanpa Jani itu berarti ia berdiri tanpa dirinya sendiri. Biru-Kata-@rintiksedu #videostar #editvideo #photooftheday #photoshoot #photographer #v铆deo #rintiksedu #katarintiksedu #ntsana #rintiksedu #senjasorehari #senja (di Dermaga panarukan Situbondo) https://www.instagram.com/p/CCqjVBcjBFx/?igshid=4qn20ivl1qyo
#videostar#editvideo#photooftheday#photoshoot#photographer#v铆deo#rintiksedu#katarintiksedu#ntsana#senjasorehari#senja
2 notes
路
View notes
Photo

Awan kemerah merahan itu Pada akhirnya membawa riuh Pada hati yang bergemuruh. Kaset usang yang dibawanya, Begitu saja memutar kenangan pilu. Ditontonkannya lagi puing puing berlagu sendu itu馃崈 #nofilter #senjasore #senja #sajak #photooftheday #photoshoots https://www.instagram.com/p/CBYaEUODFmB/?igshid=1701e7n66ruqj
1 note
路
View note
Photo

Aku suka melisankanmu, Ping. Sebab kau memang diciptakan untuk aku baca. Selama ini kau bagiku adalah terutama bunyi dan huruf. Aku selalu mendengarmu dimanapun meski tidak melihatmu, meski tidak selalu bisa menatap dan merasa ujudmu. Aku bisa memejamkan mata tetapi tidak akan bisa memejamkan telinga. Kalau pun kututup telingaku, kau tetap saja terdengar sebagai gabung di pusat kesadaranku. Aku suka mengingat-ingat Pak Wir akhir-akhir ini, Ping, dan berpikir bahwa kau tidak lain sederet rumus matematika yang pernah diajarkannya. Aku harus membacamu keras-keras agar bisa mendengarmu agar bisa mendengarkan suaraku sendiri. Agar bisa menghapalmu. _Yang Fana adalah waktu_ @damonosapardi #lightroompresets #photooftheday馃摲 #editphotos #puisisapardidjokodamono #yangfanaadalahwaktu (di Kampung Blekok) https://www.instagram.com/p/B-e7lSkDez2/?igshid=ye3f2r1hxglk
1 note
路
View note
Photo

Pada saat yang lain kau terdengar sebagai dongeng yang dulu suka aku bacakan di depan teman-temanku disekolah. Aku membaca mu keras-keras agar bisa mendengar apa yang kubaca. Kau adalah huruf huruf yang terterah di halaman-halaman buku dongeng dan lenyap menjelma bunyi yang tidak mengenal tanda baca: tidak mengenal koma tidak mengenal titik tidak mengenal tanda kutip tidak mengenal tanda seru. Tidak untuk dilihat tetapi untuk di dengar. Di dengarkan. Mungkin sudah sangat banyak orang yang mendengarmu, tetapi aku yakin hanya aku yang mendengarkanmu. Yang Fana adalah Waktu_ @damonosapardi #lightroom #snapseed #editphoto #sapardidjokodamono #yangfanaadalahwaktu #photooftheday https://www.instagram.com/p/B99H-zXBEPR/?igshid=jlkkoyufhz0p
1 note
路
View note
Photo

Bertani馃崈 (di Kampung Kuliner Belimbing Karangsari) https://www.instagram.com/p/B83lC01Bgun/?igshid=ylckv51korq6
1 note
路
View note
Photo

Hidup ini panggung sandiwara. Ya memang benar adanya, semua yang disampaikan kepada orang lain adalah dongeng, dan dongeng jenis apa pun harus terjadi di panggung; terjadi di tempat dan waktu tertentu agar tokoh-tokoh yang bermain di panggungnya bisa melakukan ini-itu sesuai dengan wataknya. @damonosapardi _Suti #situbondo #quotes #sapardidjokodamonoquotes #lightroom #photooftheday https://www.instagram.com/p/B8JvpnKh4Vd/?igshid=19oem8qvupxaw
1 note
路
View note