Text
Sebuah Nama
Akan ada masanya, seseorang itu datang membawa kesungguhan. Dibuktikan dengan caranya ia meluluhkan hatimu maupun keluargamu. Dengan jalan yang paling mulia di sisi-Nya.
Akan ada masanya, seseorang itu akan menjadi teman hidupmu selamanya. Berusaha menyeimbangkan perbedaan yang ada diantara kamu dan dia. Berjalan beriringan menghadapi segala rintangan dunia.
Akan ada masanya, perjalananmu dengan dia tak selalu manis. Bahkan hendak karam. Namun, mengalah dan mengerti lah kunci utama meraih ketenangan di bahtera rumah tangga.
Siapapun nama yang akan datang dengan kesungguhan berbalut ketakwaan, semoga itu bagian dari rencana-Nya yang indah.
~Kota Khatulistiwa, 24 Januari 2021

8 notes
·
View notes
Text
Terkadang memilah teman bercerita itu perlu. Pandai menjaga rahasia dan siap mendengar tanpa menyela. Juga pandai menawarkan solusi.
Ya, semua manusia bisa begitu. Tapi itu bukanlah sebaik-baik patokan.
Hati manusia yang mudah berbolak-balik bukanlah sandaran kita.
Jika tak sesuai ekspetasi hanyalah menimbulkan kecewa.
Lantas kita hanya perlu yakin,
Ada yang tak pernah lelah mendengar tangis kita yaitu Dia.
Kala dahi kita menyentuh sajadah dan berdoa.
~Pontianak, 28 Desember 2020
#writingtohealing
1 note
·
View note
Text
Coba saja baca kisah orang-orang terbaik dimasa lalu. akan banyak kita temukan intisari hidupnya adalah untuk memperjuangkan orang lain, bukan untuk membahagiakan dirinya sendiri.
372 notes
·
View notes
Text
Pasang Surut
Jangan gundah ketika rezekimu sedang surut. Disitulah Dia menguji seberapa kuatnya hatimu. Bertahankah atau memilih menyerah?
Ketika rezekimu sedang pasang layaknya air laut, jangan jadikan hatimu sempit. Lalu lupa dan enggan memberi sedikit bagian rezeki dari-Nya kepada mereka yang membutuhkan. Maka jadikanlah pula usahamu sebagai ladang ibadah. Bukan sekadar menerima untung dan rugi.
Perkara rezeki itu biarlah Dia yang menentukan. Kita tidak pernah tahu dari arah mana Dia memberi rezeki itu. Sebaik-baiknya kita adalah yang tak pernah luput doa dan gigih berjuang. Sebaik-baik rezeki adalah yang engkau gunakan di jalan kebaikan.
Pontianak, 18 September 2020
0 notes
Text
Jika engkau tak berniat ingin menasehatinya, setidaknya jangan mengumbar keburukannya di depan orang lain. Jangan membuat orang lain ikut terseret perbuatan gibah.
Jika engkau ingin menasehatinya, nasehatilah dengan cara empat mata bukan di khalayak ramai. Dan gunakanlah bahasa yang baik.
Ya, sederhana saja. Pilih berkata baik atau lebih baik diam. Karena menjaga perasaan orang lain itu perlu. Menasehatinya adalah sebuah kebaikan dan mengumbar aibnya akan menjadi penyakit.
@lufti-quraini | Pontianak, 12 September 2020
2 notes
·
View notes
Photo

Islam sedemikian mengatur segala perkara dari bangun tidur hingga tertidur lagi. Semua aspek hidup manusia di atur oleh norma-norma agama. Tidak terkecuali bagaimana Islam mengajarkan umatnya agar menjaga penampilan dan kebersihan diri, baik itu menyangkut fisik maupun hatinya (dengan ketakwaan). Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang dikenal sebagai pribadi yang baik penampilan dan akhlaknya. Memperhatikan penampilan disini bukan dimaknai secara berlebihan, lelaki dan perempuan berbeda sifat dan watak dasarnya. Karena berhias dan terlalu sering memperhatikan penampilan adalah sifat wanita dan laki-laki dilarang bahkan dilaknat Allah Ta'ala dan Rasul-Nya jika menyerupai wanita, begitupun sebaliknya. Yang paling mendasar bagi keduanya adalah kewajiban menutup auratnya, lalu menjaga kebersihan diri, sebagaimana Islam menuntun umatnya agar menjaga dan menyempurnakan wudhu, termasuk jika tidak memberatkan; disunnahkan untuk bersiwak setiap akan shalat. Terkhusus laki-laki, ketika menghadiri shalat jum'at disunnahkan untuk mandi, memakai wewangian, dan memakai pakaian yang baik. Bahkan dalam bab adab ketika menghadiri shalat berjamaah yang cukup panjang adalah dilarangnya menghadiri shalat berjamaah bagi laki-laki jika ada pada dirinya bau yang tidak sedap, sampai ia menghilangkan bau tidak sedap tersebut agar tidak ada yang terganggu. Maka sudah sepantasnya kita memperhatikan hal ini, dan aspek niat sangat penting juga untuk diperhatikan, agar bernilai pahala. Karena seseorang diberi pahala, sesuai dengan kadar niatnya. Seperti halnya seseorang menjaga dirinya agar tidak isbal, namun niatnya bukan untuk menegakkan sunnah, sekedar mengikuti trend, agar dipandang keren oleh manusia, maka tidak akan menjadi pahala baginya, dan seterusnya. Wallahu a'lam. Narasi menstigmakan “Good looking” sebagai ciri radikalisme jangan sampai menyurutkan langkah kita sebagai laki-laki untuk tetap menjaga sunnah nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. https://www.instagram.com/p/CE5dwFQhALr/?igshid=n9048ru0n15
165 notes
·
View notes
Text
Jangan lupa memanjatkan doa-doa mulia terlebih saat hujan, ya.
Kota Pontianak , 6 September 2020
0 notes
Text
Jika kau ingin temukan bahagia tanpa sesak di dada, berhentilah berharap pada manusia.
Mati-matian mengejar pengharapan, namun hanya kekecewaan yang didapatkan.
Mati-matian ingin mendapat pujian, namun akhirnya terabaikan bahkan diremehkan.
Mati-matian curhat panjang perihal masalah, namun mereka menertawakanmu diatas penderitaan bukan menolongmu.
Sesekali periksa hatimu, barangkali cintamu pada-Nya kurang.
Syukurmu pada-Nya kurang.
Mengingat-Nya pun hanya kadang-kadang.
Iya, bahagia itu dimulai dari hanya berharap pada-Nya. Bahwa hidup sesuai aturan-Nya.
Segalanya telah Dia beri sesuai kadar kemampuan hamba-Nya.
Berharap itu tak dilarang. Namun perhatikan lagi dimana engkau menggantungkan harapan.
-Pontianak, 1 Mei 2020
1 note
·
View note
Text
Sebuah dialog...
B: jika dihadapkan pada pilihan, yang sekedar hanif dan paham agama secara menyeluruh, kamu pilih mana?
A: tentu saja yang paham agama.
B: kenapa?
A: saya tidak mau buat pr pasca nikah. Perempuan mah dibimbing bukan membimbing. Kalau merasa bekalmu belum cukup jangan macam-macam. Sok sokan mewarnai nanti justru malah jadi yang terwarnai.
***
Maka pilihlah ia yang mumpuni mengajarimu Qur'an dan hikmah. Yang membawamu lebih dekat kepadaNya, memahamkanmu kepada dinull haq ini. Yang selalu merasa diawasi oleh Robbnya sehingga takut melakukan maksiat dikala sendiri maupun ketika berjama'ah.
Duh diri, jadilah demikian!!
Er~HunSaa
64 notes
·
View notes
Text
Tetapi perihal hati, perihal baik atau buruk kah ia, cukup Allah saja sebagai satu-satunya penilai mutlak atasnya.
Sebab kita tidak pernah tahu niat apa yang dibawa oleh hati masing-masing manusia.
Er~HunSaa
105 notes
·
View notes
Text
“Jangan usil dengan singa yang sedang tertidur, mungkin menurutmu diamnya lucu, tapi mengusik kenyamanannya adalah bunuh diri yang tidak kau sengaja.”
—
231 notes
·
View notes
Text
Malu
Tiga anak TPA sedang riuh di tempat wudhu. Saat itu kumandang adzan maghrib sudah hampir selesai dilantunkan muadzin. Ketiganya ikut bergegas untuk berwudhu seperti peserta shalat berjamaah yang lain. Satu anak di antaranya terlihat sudah selesai lebih dulu, sehingga menuntun ke dua temannya agar urutan anggota tubuh yang perlu dibasuh benar. Sesekali ia menginterupsi temannya agar mendahulukan bagian kanan dulu sebelum yang kiri.
“Tangan yang kanan dulu.”
“Sikutnya belum tuh.”
Betapa menggemaskan ketika melihat adegan itu, mengalir seperti air yang sedang mengalir. Tidak ada kesan canggung untuk memberitahu temannya yang salah, tidak ada kesan menggurui meskipun lebih mengerti dari yang lainnya. Gambaran kepedulian itu begitu indah. Seolah sedang berbagi kebaikan bersama. Untuk wudhu yang sempurna. Untuk shalat berjamaah yang lebih utama.
Tapi, ada kejadian yang lucu setelah itu. Selesai mengambil wudhu, kemudian ketiganya berbaris menghadap kiblat seraya menengadahkan doa bersama.
“Tunggu… tunggu.” Anak yang paling kecil di antara ketiganya merasa belum siap. Masih menurunkan gulungan celana.
“Udah belum?” Anak yang paling besar mencoba memastikan.
Kedua temannya itu kompak mengangguk.
“Bismillahirrahmanirrahim..” Kompak ketiganya mengawali dengan basmalah. Aku yang kebetulan melihatnya semakin takjub dan tidak sabar mendengar lantunan doa berikutnya.
“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa…” Masih dengan suara yang lantang dan kompak.
Loh? aku spontan mengerutkan dahi.
“ba’da maa amaatanaa…”
Aduh kok jadi doa bangun tidur? Tiba-tiba saja mulut ini ketelepasan bertanya. Dan sedikit menyesal karena itu.
“wa ilaihin nushur.” Mereka menuntaskan doanya bersamaan dengan memandang ke arahku dengan ekspresi bingung.
Duh, dek. Sungguh menyaksikan kepolosan kalian membuat senyum ini sumringah. Tapi, hati tiba-tiba mencelos. Terlepas dari salahnya doa yang mereka baca. Betapa sebagai orang yang umurnya semakin ‘tua’, seiring berjalannya waktu malah lebih banyak lupa untuk mengawali sesuatu dengan doa. Dari perkara doa ketika bangun tidur, hingga doa-doa lain yang mengiringi aktivitas sehari-hari. Betapa seringnya kita tanpa sadar menghilangkan begitu saja nilai keberkahannya.
Malu.
@quotezie
126 notes
·
View notes
Text
Catatan Pinggiran
Ada pemandangan cukup mengiris hati ketika melihat anak-anak kecil menjajakan dagangan di pinggir-pinggir jalan ataupun lampu merah.
Seperti hari ini, ada sekitar dua orang anak perempuan dan mungkin yang dewasanya adalah orang tuanya yang menjajakan air mineral. Sedangkan anak-anak kecil tersebut membawa sekotak vitamin yang mereka jajakan dan tawarkan ke setiap kendaraan yang berhenti di lampu merah.
Saya memperhatikan salah satu diantara mereka yang datang mendekat, lalu;
“Vitaminnya kak”
“Berapa harganya dek?”
“10 ribu tiga lembar”
“Hmm, boleh ga kalau 10 ribu 1 lembar?”
Seketika mukanya memperlihatkan kebingungan, sayapun tersenyum lebar melihat dia kebingungan.
“Boleh ga?”
Dia memutar kepalanya dan berteriak memanggil bapaknya, lalu meminta izin agar bisa menjual seharga yang saya tawar :D
Bapaknya mungkin tidak begitu mendengar suara kecilnya, beliau hanya menganggukkan kepalanya karena sedang sibuk menjajakan dagangannya juga.
“Nah, di bolehin kan? Terima kasih yaa.. hati-hati jualannya. Itu yang disana bapaknya bukan?” “Iya kak, itu bapak.”
Satu pelajaran berharga yang selalu saya dapatkan dari orang-orang seperti mereka adalah, dimana orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan adalah bukan orang-orang yang mengemis meminta belas kasihan. Tetapi mereka yang bertahan dengan kemiskinannya/kesulitannya tanpa meminta-minta.
Masya Allah, tidakkah kita tersentuh dengan tubuh mereka yang tidak selayaknya menanggung beban sedemikian? Namun mereka lebih memilih berjuang menjemput rezeki yang halal lagi baik. Yang harusnya mampu menyadarkan setiap hati akan makna dibalik ketabahannya.
Kalau diberikan kesempatan bertemu mereka, siapapun mereka.. belilah dagangannya walaupun kita tidak butuh. Mudah-mudahan dengan begitu, sedikit mengurangi beban mereka. Mereka adalah guru-guru kehidupan.
250 notes
·
View notes
Text
Bukan yang paling utama kamu menikah tapi yang lebih utama adalah "dengan siapa kamu menikah"
Pilihlah yang baik agamanya, maka kamu akan beruntung.
Syaikh Sholih Al-Fauzan
272 notes
·
View notes
Text
"Sandal"
Di suatu pagi, saya terpaksa menghentikan langkah, sebelum sampai kembali ke rumah, setelah menyadari sandal yang saya pakai ternyata putus.
Sandal itu saya lepas. Lalu saya amati sejenak, rupanya memang talinya sudah retas, sudah terlalu lama saya pakai. Mungkin memang sudah waktunya mengganti dengan sandal yang baru. Begitulah saya, jika sudah nyaman menggunakan apapun, tidak pernah ingin saya ganti, sebelum sesuatu itu tidak bisa saya gunakan lagi.
Tentang sandal, saya baru menyadari betapa multi gunanya benda yang satu ini. Dulu sewaktu saya masih SD, saya sering memakainya untuk menghentikan laju roda sepeda saya. Padahal sepeda saya ada rem-nya, tapi rasanya lebih keren kalau saya menggunakan kaki, menahan ban dan menggunakan sandal untuk melambatkan putaran roda, teman-teman sayapun ternyata melakukan hal yang sama. Jadi tidak heran kalau sandal kami tipis sebelah, Itu karena 'mazhab sosial' anak-anak pada waktu itu, sandal adalah rem sepeda yang paling baik dan keren :D
Ketika saya beranjak remaja, sandal menjadi simbol sosial. Dan teman-teman sebaya saya pun lebih suka memakai sandal ketika ada kegiatan ekskul di sekolah. Saya juga belum mengerti apa yang disimbolkan, yang jelas saya selalu ingin memakai sandal yang bersih, disikat tiap hari kalau perlu. Ada kepuasan tersendiri kalau sandal yang saya pakai terlihat bersih. Dan kalau masih bisa digunakan, ga perlu harus ganti dengan yang baru.
Dan di masa kini, walaupun sudah agak 'tergeser' dengan yang namanya sepatu-sepatu bermerk di kalangan 'milenial'. Saya tetap nyaman memakai sandal ketika bepergian, diluar kegiatan yang mengharuskan saya memakai sepatu tentunya.
Sayapun menemukan fungsi baru dari sandal. Suatu hari ada kecoa yang terbang kesana kemari, dan berakhir hinggap di dekat teman-teman saya yang sibuk berlarian kesana-kemari karena ketakutan. Dengan refleksnya, saya mengambil sandal, dan ‘plak!’ OK, itu tambahan fungsi lain. Semoga saya tidak keliru, sudah membunuh kecoa yang membuat teman-teman saya lari ketakutan :D
Di hari lain saya melihat seseorang yang dikejar anjing, mungkin seperti halnya saya.. dengan refleksnya, seseorang tersebut melepas sandal dan melemparkannya kearah anjing yang mengejarnya. Reaksi spontan ketika diri merasa terancam.
Lesson learned: Jika sandal saja bisa ‘menjalankan’ banyak fungsi, menghasilkan banyak manfaat, saya yakin manusia bisa lebih. Bisa lebih bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan untuk orang lain… masa kalah sama sandal kan ya? :D
84 notes
·
View notes
Text
"Kalau hari ini kamu masih memanjakan diri dengan rebahan, jangan salahkan Tuhan ketika besok lusa teman kamu sudah sampai di puncak kesuksesan dan kamu masih belum menjadi siapa-siapa. Sebab kebiasaan kamu dan dia berbeda. Dia hobinya belajar, sedang kamu hobinya berleha-leha"
212 notes
·
View notes