Text
Update kehidupan
After a long-long day to go akhirnya kembali lagi ke tumblr tersayang ini, mungkin ada tulisan yang sebenarnya sudah tidak relevan dengan kondisi dan pemikiran saat ini tapi saya tidak akan menghapusnya. Biarlah platform ini jadi saksi perkembangan hidup HAHAHA.
Sebenarnya tulisan ini cuma untuk curhat aja kalau saya masih ada di bumi Allah ini. Mungkin kedepannya diusahakan untuk bisa lebih sering nulis disini seperti dahulu kala. Karena udah terlanjur nulis, gimana kalau kita share hasil jalan-jalan minggu lalu. Let’s check it out!
Saat ini saya adalah seorang karyawan perusahaan swasta yang bisnisnya bergerak di bidang jasa pengendalian hama yang beban kerjanya cukup membuat susah bernafas dan berasa hidup dalam aquarium isi ikan hiu (you know what I mean, right?). Atas latar belakang seperti itu biasanya saya menyempatkan diri untuk berlibur kecil di akhir pekan.
8 November 2020 saya tidak sengaja menemukan air terjun ini di google maps, namanya Curug Citiis. Curug ini terletak di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Menurut informasi dari penjual makanan yang ada disana, biasanya curug ini menjadi destinasi bagi pesepeda.
Jika berminat kesana, bisa search keyword ini di google maps atau klik tulisan di bawah ini ya.
Curug Citiis Kav Kurma Jonggol, Sukaresmi, Bogor, West Java 16830

Looks like hidden waterfall
Sesampainya di lokasi akan ada bale yang bisa digunakan untuk istirahat melepas penat. Disana juga ada warung kecil yang menyediakan makanan dan minuman ringan untuk menemani kita menikmati panorama alam. Mungkin karena belum banyak orang yang datang, tanaman disana masih terjaga asri dan rapi. Di daerah Jonggol ini memang terdapat banyak tempat wisata curug yang bisa kita datangi, semoga saja ke depannya curug ini bisa lebih terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan.
Secara keseluruhan air yang mengalir di curug ini memang tidak sejernih Curug Leuwi Hejo, dkk. Mungkin karena sedang musim hujan dan tidak terlalu banyak batuan, lebih didominasi tanah merah sehingga airnya terlihat coklat. Namun untuk menyepi tempat ini layak dikunjungi, selain lokasinya lebih dekat dibandingkan curug lainnya (dari Cikarang) dan masih sepi (waktu itu saya datang di sore hari).
Berikut hasil dokumentasi saya yang sudah di edit menggunakan aplikasi Adobe Lightroom dan Snapseed, adapun foto diambil menggunakan kamera handphone Samsung A50S mode auto.


Kesimpulannya untuk Curug Citiis ini:
+ Lokasi lebih dekat dari jalan besar, akses menuju curug pun tidak diperlukan jalan kaki yang terlalu jauh
+ Masih sepi pengunjung
+ Banyak terdapat tempat istirahat (bale) dan terdapat warung untuk jajan
- Akses jalan kecil sehingga untuk menggunakan mobil agak sulit dijangkau
- Jalan menuju curug masih berupa batu
Sekian info update kehidupan sekaligus jalan-jalan singkat saya, sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
Annyeong, stay healthy everyone...
4 notes
·
View notes
Text
I talk to... many people
Long holiday is like fresh air for me. At this time I can go somewhere and meet my friends. But not for now, I need to talk to myself and fortunately I don’t have a busy appointment for this weekend. I know I’m the kind of person who always needs a routine review for what I’ve done, sometimes every month, 3 months, longer or shorter it depends on the situation. So, now I try to brainstorm myself, try to remember what do I really want to do in this life? And why I should do that? And what’s my effort I had done to reach it.
Sometimes I think “Am I in the right way?” “Am I in my way?”. Trust me it’s really hard to go out from my comfort zone. I’ve to learn so many things. I’ve to compete with other people while I know they’re more expert than I am. I’ve to learn how to think positive, more wise, more firmly and how to do decision making, not only for me but for my team, for my job. It’s challenging.
My dream is still the same, be a researcher or a lecturer. But, I think it’s hard if I’m too strike to myself, I’ve to compromise with this situation without forgetting my dream. It just needs a longer time, I’ve to be more patient.
I try to love what I do now. Someone told me if you love what you do, even it’s hard it’ll be done. If you hate it, even it’s simple it’ll hard. Minus me is if I don’t like, I want to stop if the result does not like what I expect. But if I love, I do not stop even all the people judge me. For example, writing. I don’t stop even my Thesis Supervisor says “your proposal is like a children’s writing”. For me, writing is my way to take my mind out, so I chose to don’t care.
In this weekend, I learn:
I’ve to give my best version of me for my job. It called responsibility. Maybe it’s like work overtime without complaining.
Think and do, until finish.
Don’t be lazy, afraid, organize your day and always ask for Allah SWT’s help.
Try to routine watch TedX on Youtube.
Read something useful every day, make schedule and goals for every single day.
Discipline!
Always think positively.
It takes so many times, takes my holiday time. But now I’m ready to see tomorrow. I know maybe I’m not walking straight, but I believe I can meet my goals.
0 notes
Text
Ber-Gaul
Ga bisa dipungkiri kalo lingkungan adalah salah satu faktor pembentuk karakter. Keluarga, yang merupakan lingkungan pertama kita pasti sedikit banyak berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Contohnya saya yang dirumah ngelakuin segala sesuatunya sendiri, ga punya ART (re: Asisten Rumah Tangga) tumbuh jadi orang yang ga enakan kalo minta tolong sama orang lain. Mungkin itu cuma contoh kecilnya yang mungkin berbeda tiap individunya. Pas udah mulai gede sekolah dan tetangga sekitar rumah yang jadi lingkungan kedua, selanjutnya seiring bertambah umur makin luas juga lingkungan kita.
Lingkungan yang mau aku bahas disini, ya lingkungan kedua ini. Kenapa? Ya soalnya mungkin ga dipungkiri kalo kita pasti punya keinginan buat tampil baik didepan orang lain, punya banyak temen, disukai orang banyak. Tentunya hal-hal ini memunculkan kebahagiaan buat orang tersebut. Tapiiii, jangan sampe karena pengen banyak orang yang suka, kita menempuh cara yang ga baik. Jangan sampe demi mendapatkan satu sahabat baru tapi mengorbankan sahabat yang lainnya.
Menurutku caranya bisa dengan menyadari kalo kita bukan mahluk yang sempurna, pasti punya kelebihan dan kekurangan. Dan yang paling penting adalah GA MALU BUAT MENGAKUINYA. Kalo sampe saat ini kalian masih belum tau apa kekurangan dan kelebihan diri coba luangin waktunya sebentar aja buat mikirin diri sendiri ini. Hal ini menurutku penting loh, ini juga yang menentukan tingkah laku kita sehari-hari.
Oiya aku ngutip dari kata-kata orang bijak juga “What you're supposed to do when you don't like a thing is change it. If you can't change it, change the way you think about it. Don't complain” :)
Dan karena aku lagi suka nonton Harry Potter, jadinya aku kutip juga kata-kata Sirius Black di seri Harry Potter and the Order of the Phoenix.



Berteman dengan baik adalah memahami kalo setiap manusia itu ga ada yang sempurna, dibalik semua kelebihan pasti ada kekurangan begitupun sebaliknya. Please don’t complain, just prove it.

img source: pinterest.co.uk
2 notes
·
View notes
Text
Yang lebih baik
Kehidupan pasca-kampus awalnya yang jadi titik balik, ini kaya persimpangan yang bikin bingung kalo kita ga ada tujuan hidup. Banyak pintu yang bisa kamu masukin, tapi pasti khawatir bakal salah pilih. Kalo salah pilih, resikonya waktu bakal habis disitu dengan hati yang tidak sreg. Di sisi lain idealisme pengen terus jalan, tapi butuh uang buat hidup.
Tapi suatu hari, di saat kebingungan tidak kunjung dapat jawaban, ada orang yang kasih pertanyaan sesederhana “Buat apa sekolah?” dan “Tujuan hidup di dunia apa?”. Setelah dijawab sebisa mungkin, tapi jawabannya masih ngambang, ga bikin penanyanya puas, maka di PRin lah si pertanyaan ini.
Disini Mayang mulai bener-bener belajar apa sih sebenernya tujuan manusia ada di dunia. Pasti dari kita sering denger kan di ceramah gitu yang isinya nyebutin kalo “Tujuan manusia hidup di dunia adalah sebagai khalifah” tapi ga pernah nanya lebih lanjut apa sih sebenernya tugasnya, tanggung jawabnya, kewajibannya. Jadi ujung-ujungnya ga dapet si esensinya, dan nguap gitu aja kelupaan. Karena katanya pada dasarnya sifat dasar manusia itu pelupa, ini kenapa di Al-Qur’an suka ditulisin sesuatu itu diulang-ulang.
Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik. Artinya perempuan dulu yang baik, sebelum mengharapkan laki-laki yang baik. Karena ga bisa dipungkiri kalo perempuan lah kelak yang bakal jadi ibu, madrasah pertama bagi anak-anaknya. Secara tidak langsung, anak-anak bakal tumbuh dengan apa yang ditanamkan orang tuanya, terutama ibunya.
Ada cerita nyata soal ini, kemarin kebetulan diminta bantuan buat daftar sekolah temennya Adek ke SMA lalu banyak ngobrol lah Mayang dengan anak ini. Aku tau berapa NEM anak ini, ga terlalu gede tapi dibilang kecil juga engga. Pas aku tanya “les ga?” (di Bandung anak SD, SMP, SMA kalo mau ujian udah bisa dibilang wajib ngambil les tambahan). Dia bilang “engga, belajar di rumah aja sama umi” disitu Mayang impressed aja, di zaman kaya gini masih ada yang begini. Dan emang bener ternyata setelah ngobrol-ngobrol lebih lanjut, emang mereka deket banget. Uminya bisa liat suatu masalah dari perpektif yang beda, ketika orang-orang liat kalo anaknya itu “bandel” tapi dia selalu kasih pengertian dengan ga membentak dan menghakimi, tapi nasehat dan diskusi baik-baik. Jadi anak pun berasa di dengar pendapatnya dan paham esensi kenapa sih sesuatu dilarang, hubungan orangtua-anak pun lebih terjaga.
Ada juga anak yang bikin Mayang “hmm” dan dengerin banget omongan orang satu ini. Kepo kan ya Mayang, darimana ini anak bisa se-kokoh ini pondasinya. Kalo dari sekolah doang, berarti anak-anak lain yang sekolah disitu juga bakal kaya gini, tapi nyatanya engga. Mau nanya langsung, bingung harus nanyanya gimana. Nah hari ini Alhamdulillah, terjawablah. Ternyata di rumah, orang tuanya suka ngadain kajian tentang suatu topik. Selain ngebangun komunikasi antar orangtua-anak tadi, tapi juga belajar diskusi dan kaya self-reminder aja. Kan tadi itu sifat manusia si pelupa, jadi harus terus diulang-ulang, diinget-inget, akhirnya nempel dan jadi pondasi diri.
Ibu bilang, gaul boleh sama siapa aja tapi dari diri sendirinya udah harus kuat prinsipnya, jangan sampe kebawa arus sama yang lain. Malah harusnya kita saling mengingatkan kalo merasa udah dapet titik balik, hidayah dari Allah buat jadi manusia yang lebih baik lagi. Kasian, biar berkah juga hidayah kita. Kan seneng kalo orang lain bisa lebih baik lewat kita. Islam bukan menyelamatkan diri sendiri, tapi selamat bersama-sama, apalagi orang-orang terdekat kita. Tapi kalo ga bisa bikin orang lain lebih baik, setidaknya jangan kebawa, kalo ga bisa mewarnai setidaknya jangan terwarnai, gitu katanya.
Kenapa sih Allah suka dengan pemuda/I yang shalih? Karena godaan pemuda/I itu lebih besar, egonya lebih tinggi, makanya kalo bisa ngatasin itu semua ya keren banget katanya. Selain itu menurut pendapat Mayang sih ke depannya kan si pemuda/I ini bakal jadi pemimpin sesuatu, entah di lingkungannya, di negaranya, bahkan yang terkecil buat keluarga dan dirinya sendiri.
Satu hal yang Mayang belajar dari sini adalah, orang yang keliatan baik itu ga selamanya benar. Mereka tetep manusia biasa, bisa khilaf, bisa salah, punya nafsu juga, tapi setidaknya mereka berani melawan ego dan nafsu dirinya buat jadi lebih baik lagi. Makanya jangan takut salah, ayo belajar bareng-bareng, da kalo Mayang ditanya sesuatu juga belum tentu bisa kejawab, tapi Mayang ada kemauan buat belajar dan cari tau. Da belajar mah harus terus selama kita masih hidup di bumi Allah ini.
*ditulis disini bukan sosoan pengen dibaca orang ato biar pada tau Mayang lagi berproses, tapi biar ilmu yang didapet terdokumentasikan, ada notulensinya, bisa dibaca lagi suatu hari biar ga pernah lupa dan juga siapa tau bermanfaat buat orang lain.
-tobecontinued-
1 note
·
View note
Text
Hi 2017 !
Minggu, 5 Februari 2017, hari 36 di tahun 2017, 3 hari setelah penutupan PDM XXII, hari dimana papa pulang dari rumah sakit. Banyak yang terjadi di awal tahun ini, yang bikin Mayang belajar lagi.
Ternyata hampir 8 bulan ke belakang Mayang egois banget ya, pencapaian yang didapet cuma buat sendiri, memaksa orang lain buat mewujudkan apa yang Mayang pengen dengan ga liat kondisi sebenarnya kaya apa. Pantes aja banyak menelan kekecewaan padahal udah usaha mati-matian. Belum lagi tiap masalah yang disimpen sendiri. May, May. Padahal kalo kamu mau jalan selangkah aja tuh banyak orang yang peduli, tapi Mayang cuma diem mengurung diri, membatasi diri dan terlalu percaya sama apa yang dibaca dengan perspektif sendiri tanpa dicerna mendalam.

Pas minggu materi kelas yang sering ilang buat ngedraft, maafkan Mayang teman-teman. Sampai akhirnya tiba di medan operasi PDM XXII, yang awalnya sempet bingung mau pergi apa engga, bakal kuat apa engga dengan sekelumit masalah yang berkecamuk di otak.

hidup untuk makan, masak, beberes, binjas, jagain siswa dan tentunya ketawa

10 hari tanpa social media, laptop dan alat elektronik lainnya tapi bareng dulur-dulur super semangat nan ceria bikin mikir “buat apa lulus cepet tapi ninggalin temen lagi susah” “kamu kemana aja sih May punya ade-ade se-keren ini ga dimaksimalin, ga dibimbing bener-bener” “May, kamu masih punya tanggung jawab buat nemenin mereka sampe ga ada lagi pertanyaan ceu kenapa sih gini, ceu initeh apa sih”


Buat Mayang PDM tuh bukan cuma pendidikan buat siswanya, tapi buat kolatnya juga. Disini kita sama-sama susah, harus disiplin, ga mager, ga manja dan peka satu sama lain. Ini yang bikin Mahatva selalu dihati, mereka selalu ada meskipun kamu pergi ke ujung dunia sekalipun. Karena yang diciptakan di alam akan selalu abadi.

Di awal februari ini juga yang bikin kaget karena pertama kalinya papa masuk rumah sakit. 21 tahun Mayang hidup di bumi ini belum pernah sekalipun papa masuk rumah sakit. Dan ini yang cukup bikin down tapi Alhamdulillah-nya sekarang udah bisa pulang. Semoga papa ga bandel lagi ya dan mau kurangin rokok sama kopinya. Hm. Semoga!
0 notes
Text
Kopi Di Kaki Gunung Dempo

image from: cnnindonesia.com
Tren ngopi dewasa ini sudah merupakan suatu gaya hidup masyarakat di kota-kota besar, hal ini terlihat dari banyaknya kedai kopi yang bermunculan. Padahal nyatanya budaya ngopi ini sudah ada dari zaman dahulu, kopi dipandang sebagai simbol keakraban. Di samping fenomena ini kita sebagai mahasiswa pertanian tentunya penasaran bagaimana perjalanan kopi dari kebun sehingga bisa sampai kepada para penikmatnya.
Dikutip dari Ditjen Perkebunan, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran nyata dalam mendukung perekonomian Indonesia. Ya, kopi adalah salah satu komoditas penghasil devisa negara. Pada tahun 2005 Indonesia mengekspor kopi robusta sebesar 4.847 ribu karung atau 17,25 persen dari ekspor kopi robusta dunia.
Robusta adalah jenis kopi yang umum ditanam di Indonesia. Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Tentunya faktor ini yang akan berpengaruh terhadap cita rasa kopi yang dihasilkan. Rasa kopi dari suatu daerah tentunya akan berbeda dengan rasa kopi dari daerah lainnya.
Kopi lampung merupakan salah satu merek kopi yang terkenal di Indonesia bahkan mancanegara. Tapi tahukah kalian jika ternyata kopi ini bukan sepenuhnya diproduksi di Lampung. Setelah ditelusuri merek kopi lampung merupakan daerah pemasaran dari kopi Pagar Alam, Palembang.

Pada September 2014 lalu Mahatva sempat melakukan ekspedisi anggota muda ke Gunung Dempo. Bentuk ekspedisi di Mahatva tidak hanya menekankan kepada eksplorasi alam dan teknik hidup di alam bebas, tapi juga dituntut untuk peka terhadap lingkungan sekitar tempat ekspedisi. Salah satunya adalah isu mengenai kopi Pagar Alam ini.
Menurut data Dishutbun Kota Pagar Alam dari Januari hingga Juli 2013, hasil produksi kopi di Pagar Alam mencapai 9.183 ton. Jumlah tersebut dihasilkan dari luas lahan 8.323 hektar di kota tersebut. Dari lima kecamatan yang ada di Kota Pagar Alam, Dempo Utara dan Tengah merupakan penghasil biji kopi terbanyak dibandingkan tiga wilayah lainnya. Hampir 80 persen hasil panen kopi dihasilkan dari dua kecamatan tersebut.

Dusun Talang Sukananti merupakan salah satu dusun yang terdapat di Kecamatan Dempo Utara. Dusun ini merupakan akses jalan untuk menuju jalur pendakian Gunung Dempo. Meskipun disana sejauh mata memandang adalah pemandangan kebun teh PTPN VII, tapi usaha tani kopi di dusun ini adalah salah satu produk unggulan. Terlepas pemasaran dari kopi Pagar Alam yang masih dimonopoli oleh merek kopi Lampung.
Kopi yang di tanam di Dusun Talang Sukananti adalah jenis kopi robusta. Kopi robusta yang ditanam di Dusun Talang Sukananti ditanam dari biji, sehingga masa produktif tanaman kopi lebih lama. Tanaman kopi dapat dipanen pada usia 5-6 tahun dan memiliki masa produktif sekitar 40 tahun. Terhitung ada 12 petani kopi yang masih aktif bertani kopi di Dusun Talang Sukananti. Petani kopi di Dusun Talang Sukananti umumnya adalah usaha turun temurun sehingga belum mengalami pergantian tanaman. Kopi Pagar Alam dipanen 1 kali dalam setahun dengan rata-rata panen 2 ton per hektar.
Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil menurut Soedarsono Hadisaputro (1967) salah satunya adalah usahatani yang dapat menghasilkan pendapatan untuk dipergunakan membayar semua alat–bahan yang diperlukan dalam usahatani. Parameter pengukuran keberhasilan usahatani yang dapat digunakan adalah analisis biaya dan pendapatan. Pendapatan berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan petani tersebut.

Tim ekspedisi Gunung Dempo menganalisis usahatani dan tingkat kesejahteraan petani kopi di Dusun Talang Sukananti. Hasilnya tingkat kesejahteraan petani kopi menurut World Bank adalah 9 petani masing masing berada diatas garis kemiskinan dan 2 petani berada di garis kemiskinan. Sedangkan menurut pendekatan Sajogyo seluruh petani kopi kopi Dusun Talang Sukananti tingkat kesejahteraannya termasuk dalam kategori diatas garis kemiskinan.
Untuk aspek usahatani, produksi kopi menghasilkan nilai BEP sales sebesar Rp. 2.776, BEP produknya sebesar 14,53 kg dan nilai R/C sebesar 10,34. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya kopi di Dusun Talang Sukananti sangat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
#coffee#dempo#talangsukananti#kopi#sumatera#kopilampung#kopisumatera#indonesia#gunungdempo#sumateraselatan#potensi#pertanian#lokal#agriculture#farmer
1 note
·
View note
Text
Gift fr KR. Missha Mask !!
This my first english article so if still a lot of flaws please understandable guys.
My friend, Salma have just come back from Korea. She has done a summer school programme in Ajou University. Yesterday she give me this mask and today I’ve just try use it.
Let’s take a look

This is the packaging

It’s my face with mask (disorderly. sorry first time. LOL)

It’s my face after use this mask
You know what is my impression? Amazing! Haha It’s so affluent but I feel like that. When I see my face in the mirror, it look like Korean Girl so smooth, moist and shiny.
When I say it to Salma, she recomend me to use this mask twice in a week. I think I’ll buy it some to make my face looks like Korean Idol hahaha. Pray for me guys :D
0 notes
Text
Kesedihan Sang Semut

image from: moslem-eagle.blogspot.com
Seperti hari sebelumnya, terlihat sesosok semut di kala sore menjelang. Namun kali ini ada yang berbeda. YA! Langkahnya, semut itu berjalan dengan langkah gontai. Terlihat sedih.
Sesampainya di sarang, sang semut mulai bercerita pada saudaranya. Ternyata kali ini satu lagi kawannya akan pergi. Meski setelah menceritakan kesedihannya dia merasa sedikit lega, tapi otaknya terus berfikir. Berfikir terus memikirkan hal ini. Sampai keesokan harinya sang semut pun jatuh sakit. Dia tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia kesal, dia marah. Mengapa satu per satu kawannya pergi dan tak lagi bisa bersamanya. Apa dia terlalu malas bekerja? Apa temannya memang tidak lagi peduli padanya? Apa memang takdir memang tidak mengizinkannya pergi? Terlalu banyak pertanyaan yang muncul dan tidak seorang pun dapat menjawab pertanyaannya.
Sehingga dia ingin menceritakan pada kakaknya yang paling bijak, namun dia terlalu sibuk sampai akhirnya sang semut pun memendam masalahnya sendiri. Dia berkeliling seluruh negeri untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Namun tetap tidak ditemukan jawaban yang memuaskan. Sampai akhirnya dia lelah. Lelah mencari, lelah bercerita. Sang semut pun memutuskan untuk pulang ke rumah, dan pada saat itulah ia melihat selembar kain yang dilihatnya setiap hari. Sajadah. YA! Inilah jawaban atas semua pertanyaannya. Disinilah seharusnya dia menceritakan semua masalahnya, menangis sejadi-jadinya tanpa satupun yang ditutup tutupi.
Ia menyesal, seharusnya ia lebih menaruh perhatiannya disini, bukan yang lain. Ia menyesal mengapa hanya pada saat sedih dia kembali kesini, menangis disini. Tapi saat senang? ditengok pun tidak. Tapi kain ini tetap setia menunggu kedatangan sang pemilik.
Tapi, apakah sang semut bisa terus setia menunggu seperti sajadah?
0 notes
Text
Main sama Janet
Magang
Ha iya nih liburan panjang semester ini kami para mahasiswa semester 6 akhir diharusin buat magang di salah satu perusahaan/instansi pemerintah yang relevan sama bidang yang kita ambil. Dan........ Janet-ku milih tempat magang yang ga di Bandung, doi magang di Malang. Yah sebulan pisah deh ya kita. Maka dari itu sebelum pisah jauh kita main dulu deh sekalian halal bi halal alasan.
Awalnya kita mau makan di Vermount biar ala ala makan cantik gitu, tapi ga jadi soalnya Janet ngidam makanan korea Toppoki katanya. Setelah mikir mikir chat sana sini, kita mutusin buat ga cuma makan tapi main juga. Niatnya mau ke dago soalnya kalo lembang udah pasti macet cet cet. Tujuan awalnya Cafe D’pakar, kita sama-sama gatau nih tempatnya dimana. Tapi berkat the power of Waze ketemulah kita sama si Cafe D’pakar ini, tapi sayang seribu sayang doi masih tutup dan cuma bisa masuk buat foto-foto tapi harus bayar 25rb free minuman. Dasar jiwa kita yang ogah rugi, ga jadi deh kita ke si Cafe D’pakar itu. Turun lagi dah tuh kite, padahal jalannya aduhai tanjakan mayan ekstrem.
Pikir pikir kemana dah ya buat ngobrol ngopi nongkrong gitu sekitaran dago atas, udah nanggung disitu. Akhirnya udah keliling keliling, ke Roemah Kopi deh kita masuknya. Ngobrol sana sini, ga kerasa udah magrib aja. Ga lupa foto dulu kenang-kenangan kita jalan.

Ala-ala kekinian
Beres dari Roemah Kopi kita lanjut lagi tuh cari makanan korea, kita pilih ke Mujigae Ciwalk. Sampe disana keliling Ciwalk bentar, terus langsung makan deh. Gara-gara cuma berdua jadi kita ga perlu waiting list yeay senangnya. Rezeki bgt.

Tteokbokki
Makanan udah abis, tapi ngobrol ga abis abis. Kita sampe setengah 10 malem masih di Mujigae, luar biasa ya ciwi-ciwi. Disini juga kita iseng foto ala-ala lagi biar bisa di-update ke path he he he

So-so sibuk
Takut kemaleman akhirnya pulang deh kita, liat si Mujigaenya juga udah agak sepi hehe betah banget kita kalo udah cerita. Janski hati-hati di Malang ya, bawa ilmu yang banyak biar ntar ya minimal bisa ngurus anggrek sendiri la ya.
See you on August Net!
1 note
·
View note
Text
Mer-babu

Alhamdulillah masih dikasih kesempatan nih buat yang kedua kalinya silaturahmi ke gunung cantik ini. Kali ini saya pergi bersama ke-5 sahabat tersayang dengan komposisi 3-3 triple date lol cnd, kita pure temenan. Yaitu ucup, ceu ije, a agung, kang teddy, sucinta dan aku, Mayang.
Kami berangkat dari Bandung menggunakan kereta ekonomi Kahuripan di stasiun Kiaracondong ke stasiun Purwosari, Solo. Layaknya warga Indonesia biasa pada umumnya pasti aja ada anggota yang ngaret, janji jam 7 pergi jam 7 -_- tapi alhamdulillah masih kekejar nih kereta walaupun di injury time dan hampir ga dapet bagasi buat simpen carrier huft.

Wajah-wajah lelah nan kucel.
Setelah selama kurang lebih 9 jam duduk di kereta ekonomi yang yahud, sampailah kami di stasiun Purwosari sekitar pukul 5.30 pagi. Tidak menunggu lama, kami langsung mandi, siap-siap dan packing. Pukul 7 pagi kami sudah ditunggu oleh mobil carteran.

Dimana-mana wefie, namanya juga turis wkwk
Perjalanan dari stasiun Purwosari sampai ke titik awal pendakian jalur Selo ini sekitar 3 jam. Segitu itu udah termasuk di jalan ada belanja sebagian perbekalan sama makan dulu jadi baru sampai ke Basecamp Selo Pa Parman jam 10an. KIta packing barang yang bakal dibawa ngedaki, makan, siap-siap, foto-foto jadi baru mulai banget ngedakinya jam 11 siang.

Berdoa dulu biar selamat

Masih di depan Basecamp Pa Parman
Basecamp ke Pos 1 kita butuh waktu sekitar 2 jam, sedangkan dari Pos 1 ke Pos 2 sekitar 1,5 jam. Sampe di Pos 2 kita istirahat shalat dzuhur dulu sambil nyemil-nyemil kecil soalnya udah lumayan mulai kerasa laper wkwk.

Pos 2
Oiya di Pos 2 ini juga kita sempet ikut program penghijauan, namanya Trees Investor. Yang diadain sama komunitas Green Force. Caranya cuma dengan donasi 10rb apa seikhlasnya gitu lupa, nah kita bakal dapet 1 tanaman/orang buat ditanem ditempat. Jadi selain wisata kita bisa bantu hijauin lagi Merbabu ini biar tetep kejaga buat anak cucu nanti.
Ini dia best of the best nya Merbabu, mulai disini beneran nanjak tanpa ampun. Tanjakannya lumayan bikin napas jadi setengah. Makanya biar ga bete selama jalan kita sempetin foto-foto yang banyak, soalnya jalurnya juga udah lumayan kebuka dan BAGUS BANGET PEMANDANGANNYA, sekali lagi INDAH BANGET GAIS. Selama perjalanan dari Pos 2 ke tujuan tempat camp kita Sabana 2 kita ga istirahat terlalu lama, paling narik nafas sama minum-minum dikit. Selain itu ga berenti terlalu lama juga soalnya udaranya udah mulai dingin banget, jadi kalo berenti lama malah jadi cape terus males jalan lagi terus satu lagi udah mulai mendung sih.

Akrab banget ya Pa-Bu

Cowo-cowo gemayku wq
Dan akhirnya sekitar jam 17.30 kita sampailah di Sabana 2. Udah sampe sini tuh rasanya plong banget, soalnya dijalan udah kepikiran bakal kemaleman di jalan ke ujanan, dsb. Pas banget sampe pas banget ujan, ga mikir lama kita langsung bongkar carrier dan pasang tenda sebagian masak dan beres-beres amanin barang dari ujan yang makin deres.
Kita rencana mau summit ke puncak buat berburu sunrise jadi masih jam 9 pun udah pada siap-siap tidur. Kebangun jam 3 dan om Teddy super berisik ngebangunin kita semua, Sucinta yang dengan rajinnya masak nasi goreng buat tenaga muncak kita, berhubung saya super kebluk jadilah ga kebagian tuh si nasgor. Hiks teganya. Setimpal sih soalnya dari semalem ga bantu masak apapun si saya, langsung masuk tenda ganti baju tiduran HAHAHA. Kapan lagi naik gunung bisa seasik sesantai ini, cuma sama mereka WKWK.

Sebelum nanjak lagi kita so asik aja ngobrol sama tetangga soalnya doi berhasil bikin api unggun dan kita super kedinginan jadi ya JB-JB lah
Akhirnya kita baru mulai ngedaki sekitar jam 4.30 subuh dan ternyata disana sepanjang jalur, rame banget parah. Awalnya sih masih gercep buat naik, soalnya dingin banget anginnya juga gede jadi kalo diem super kerasa banget dinginnya. Setelah berjuang melawan dingin yang bikin ngantuk selama sejam sampailah kita di Puncak Merbabu, Kenteng Songo adalah puncak yang utamanya. Dan subhanallah rame banget juga, ini udah kaya pasar. Ga mikir lama kita langsung cari spot buat dapet foto bagus dan liat sunrise Merbabu 28 Mei 2016.

Ide si bengeut, so so-an ala ala

Subhanallah, indah banget hm

Alhamdulillah, entah kenapa suka banget foto ini

Merapi fr Top Merbabu
Udah puas foto-foto kita turun buat makan, siap siap packing pulang. Dari sabana 2 ke basecamp kita butuh waktu sekitar 3 jam, soalnye turun jadi gercep ye. Oiya dijalan pas turun, Sucinta sempet ketemu temen ndaki Semerunya juga loh. Ga nyangka, dunia emang kecil HA HA.
Sekian deh perjalanan Merbabu kali ini, insha Allah ke depannya masih bisa ada umur ada waktu ada temen dan pastinya ada biaya buat main ke gunung-gunung lagi. Aamiin.
Btw ini foto-foto landscape tadi diambil sama om Ted yang sebentar lagi mau pergi ke negeri sebrang nan jauh. Nih bonus PAP wkwk.

Berasa di New Zealand ye
Pulangnya sampe ke stasiun Purwosari, kita keabisan tiket pulang ke Bandung. Mau dari Jogja juga sama aja. Jadi ya terpaksa akhirnya pake Bis. Dan sesungguhnya agak tertipu sih ama ini bis, tapi males ceritain laginya. But super berkesan sih, Sucinta Ucup juara deh debat-debat ama Mas Mas Kenek Bisnya, subuh subuh pula. Salut !! Yang pasti cerita ini bakal jadi potongan puzzle kisah kuliahku yang semoga ga bakal lupa sampe kapanpun, yeah.
1 note
·
View note
Text
tidak se-Keramat namanya
Ada yang berbeda di simulasi Navigasi Darat PROGLANTAP kali ini. Ya! biasanya kami menggunakan Gunung Geulis sebagai medan latihan sekarang kita mulai explore bagian barat Bandung, tepatnya kawasan Ciater Subang.
Gunung Keramat, begitulah namanya tertera pada peta Rupa Bumi Indonesia keluaran Bakosurtanal ini. Namanya memang tidak se-populer gunung lainnya di Bandung, tingginya juga tidak menjulang malah lebih cocok disebut bukit. Sepintas tidak ada yang istimewa dari gunung ini, tapi keasrian tempatnya dan banyaknya jalur yang bisa ditempuh untuk menuju gunung ini lah yang kami cari. Banyaknya punggungan dan titik ekstrem lainnya membuat tempat ini cocok untuk dijadikan wahana latihan navigasi darat.

Gunung Keramat
Kami memulai perjalanan dari Sekretariat PMPR & PG Mahatva kampus Unpad Jatinangor pada hari Sabtu subuh pukul 05.00 menggunakan sepeda motor. Sekitar pukul 07.00 kami sampai di Mesjid Agung Lembang, disana kami sarapan dan beristirahat sejenak. Selesai melepas penat kami kembali melanjutkan perjalanan, kurang lebih pukul 8 pagi kami sampai di titik awal.

Gerbang Masuk Titik Awal
Seperti biasa meskipun sudah dilakukan survey sebelumnya kami menyambangi kediaman bapak RT setempat untuk melapor. Setelah semua perizinan selesai, kami lanjutkan dengan melakukan plotting dan pemanasan agar badan kembali segar.
Mulai pukul 9 pagi pergerakan dimulai, kami dibagi menjadi 2 tim dengan 4 orang di setiap tim-nya terdiri dari 2 Anggota Muda dan 2 orang pendamping. Tim saya mengawali perjalanan dengan meyusuri kebun warga kemudian masuk kebun teh sampai akhirnya bertemu dengan suatu persimpangan yang ternyata malah checkpoint 2 dan melewatkan checkpoint 1 sehingga akibatnya kami harus kembali lagi ke checkpoint 1.

Checkpoint 1

Checkpoint 2
Meskipun kami harus berbalik arah, awalnya kami tetap memimpin dengan mendaki terlebih dahulu. Namun sayangnya sang komandan operasi tim kami salah mengambil jalan sehingga membuat kami masuk ke dalam hutan-hutan yang lebat dengan lereng yang curam. Jalan semakin curam, tanah-tanah berguguran dari atas kepala kami, sehingga sang komandan operasi memutuskan untuk mencari jalan lain. Dan beruntungnya kami, jalan itu ditemukan! Kami terus berjalan mengikuti langkah sang komandan, sampai akhirnya sampailah kami di Puncak Gunung Keramat!

Puncak Gunung Keramat

Berkabut
Puncak gunung ini terkesan sepi, berkabut, tertutup juga sempit. Ternyata tim tetangga sudah sampai terlebih dahulu. Tidak membuang-buang waktu karena hari sudah sore dan hujan pun mulai datang kami langsung membuat bivak juga memasak supaya dapat segera beristirahat dengan nyaman.

Wefie dulu cekrek

Ngopi sambil api unggun-an biar always happy
Selesai menyiapkan bivak dan makan malam, kami melakukan evaluasi kegiatan sehari tadi supaya kesalahan yang dilakukan tidak diulangi kembali, selain itu kami juga melakukan briefing kegiatan untuk esok harinya.

Persiapan Istirahat Malam
Keesokan harinya kegiatan berjalan sesuai rencana, dan kami pun dapat turun dengan selamat melalui jalur yang berbeda sesuai dengan yang telah direncanakan dalam peta. Sekitar pukul 11 siang kami pun sampai di titik awal kembali, dan bersiap untuk pulang ke Jatinangor. Ditutup dengan evaluasi kegiatan keseluruhan di sekretariat, maka berakhirlah latihan hari itu.
0 notes
Text
Bro-Sis Hiking
Cita-cita meracuni si ade dengan dunia per-gunung-an akhirnya kejadian juga. Kita akhirnya milih Gunung Manglayang buat pendakian pertama si ade.
Gunung Manglayang bertempat di antara Kabupaten Sumedang dan Bandung, ketinggiannya sekitar 1818 mdpl. Gunung yang notabene ada dibelakang kampus tercinta walaupun ga terlalu tinggi tapi ga bisa dianggep remeh. Jalurnya yang super licin dan terjal bakal sukses bikin sakit badan seminggu, apalagi kalo emang kita jarang olahraga, makin makin dah tuh.
Kita pake jalur Batu Kuda, daridulu penasaran banget sama ini jalur. Si saya bawa ade yang masih smp kelas 2 dan belum pernah naik gunung sama sekali ke Manglayang pake jalur yang belum pernah saya coba, kan ntap degdeg-an nya.

Batu Kuda tuh salah satu tempat wisata alam gitu di Bandung Timur. Tempatnya di Cileunyi pertigaan setelah jalan 1 arah selesai. Kalo dari arah Bandung ada di sebelah kiri, dari situ jalan terus nanjak sampe ujung ntar juga ada petunjuk arahnya. Sampe disana kita bakal diminta 5ribu rupiah/orang buat masuk kawasan Perhutani. Biaya lainnya paling 5ribu lagi kasih ke abang parkirnya buat nitip motor semaleman. Disana banyak warung-warung juga jadi kalo emang gamau repot, cuma mau camping cantik atau foto-foto doang juga bisa, siapin aja duit yang banyak soalnya udara disana dingin jadi bakal sering laper haha.

Kita sampe disana sekitar jam 11an dan lagi musim ujan jadi kudu buru-buru naik biar ga keujanan dijalan. Setelah tanya-tanya jalur sama salah satu anggota komunitas yang kelola kawasan itu, kita bersiap naik.

Sekitar jam 11.15 kita mulai pendakian. Dari gerbang ada jalan ke kiri yang langsung naik ke atas, nah itu jalur buat menuju Manglayang. Vegetasi awalnya pohon-pohon pinus yang bikin mata seger gitu, dilanjut sama lahan kosong gitu, terus mulai masuk ke hutan. Ditengah jalan kita ketemu batu yang gede banget, kalo cuacanya lagi bagus bagus tuh foto disitu.

Jalan terus jalan terus, sekitar jam 2 mulai mendung, gerimis dan akhirnya ujan badai. Kita akhirnya pake jas ujan sambil terus jalan karena takut sampe puncaknya kemaleman. Jalurnya ga ujan aja udah licin dan terjal parah, pas ujan udah kaya jalan di sungai kecil gitu, air ga abis abis ngalir dari atas. Tapi alhamdulillah-nya kita selamat sampe Puncak Manglayang sekitar jam 3 setengah 4an. Disitu udah dingin parah, ga lama-lama kita langsung pasang tenda dan beres beres lanjut masak.


Di puncak Manglayang hari itu cuma kita berdua doang, bener-bener ga ada siapapun banget. Emang sih itu hari Senin apa Selasa gitu lupa, jadi ya wajar aja sepi banget. Ujan udah berenti juga, sekitar jam 5an ada 3 orang yang dateng dari arah Prisma (Jalur Baru Bereum) dan ga lama muncul lagi 2 orang dari jalur yang kaya kita tapi sayangnya mereka semua ga nginep :(. Kita melewatkan malem itu berdua doang di Puncak Manglayang dan jam 8an udah mulai ujan lagi sampe subuh. Tapi disitu kaya baru pertama kali kita Q-time lagi cerita-cerita lagi dari sejak entah kapan yang pasti udah lama banget.
Pagi harinya kita kebangun soalnya mau ke Prisma, di Manglayang, puncak utama itu ketutup dan puncak bayangannya (Re: Prisma) itu yang bagusnya. Ga pake lama abis solat subuh kita langsung siap-siap bawa makanan sama minuman secukupnya buat ke Puncak Prisma, Perjalanan dari puncak utama ke Prisma paling sekitar 30 menit soalnya turunan terus.
Jalur dari Puncak Utama ke Prisma ntap banget terjalnya, emang semua jalur Manglayang mah terjal :(. Tapi itu semua kebayar, soalnya pas sampe Prisma awan-nya tuhhhhhh berombak banget, kaya kapas ditambah gunung-gunung lain yang berdiri gagah, juara banget pemandangan saat itu.

Setelah puas foto-foto, kita balik lagi ke puncak utama masak makanan dan packing siap-siap turun. Kita turun sekitar jam 9 pagi lewat jalur Batu Kuda lagi dan sampe dibawah sekitar jam 11an. Setelah istirahat sebentar, kita langsung lanjutin perjalanan pulang kerumah.
2 notes
·
View notes
Photo
Kareumbi. I love you !
0 notes
Photo

maskot "Heros of Agriculture" 😁 #SuperMAN2013 (at Fakultas Pertanian)
1 note
·
View note
Photo

regram @harutihamdani SuperMAN 2013, 2nd november 2013 at Bale Pertanian Mandiri Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
0 notes
Quote
other things
"teruslah merasa kurang untuk bisa terus belajar"
0 notes