Tumgik
orgvnisme · 7 years
Text
Single Review: Imigran Angin - Kita Akan Bersuara
Empat pria dari negeri angin yang bermigrasi ke negeri api untuk menyuarakan kesejukkan. Fithor Faris, Khalid Albakaziy, Ranindra MK dan Sofran F. Nararya, mereka lah keempat pria tersebut.
Jujur saja, saat melihat judul lagunya, seketika saya teringat akan refrain pada lagu milik Nike Ardila. [Kemudian saya nyanyikan di dalam benak: kita akan bersuaraaa, walau dirimu kekurangaaan... Begitu kira-kira] setelah mencari kebenarannya di peramban Google Chrome, saya tau, ternyata saya salah. Haha. Baiklah, sebelum jossu saya habis, mari kembali ke pokok pembahasan. Imigran Angin merupakan grup musik baru yang diisi oleh orang-orang berpengalaman (baca: tua). Menurut analisa dangkal saya, grup ini mempunyai entitas khas yang membuat mereka berbeda dengan grup musik lain, yang memainkan ragam musik sejenis. Karena baru kali pertama saya menikmati racikan musik seperti ini, atau mungkin juga karena pengetahuan musik saya yang terlalu sedikit.
Kehadiran Imigran Angin sekaligus melahirkan kembali grup musik dengan lirik Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai KBBI. Bermusik sekaligus mengedukasi, sungguh pekerjaan yang mulia.
"Kita Akan Bersuara" resmi dilepas pada 12 Mei lalu, berbarengan dengan peringatan Tragedi Mei 98. Setelah saya membaca liriknya, bukan tanpa alasan mereka melepas single pertamanya tepat pada hari peringatan tersebut. "Kita Akan Bersuara" seakan bercerita tentang sulitnya perjuangan untuk mendapatkan kebebasan berpendapat. Tentang keberanian pemuda untuk menentang rezim yang berkuasa pada saat itu.
Itu hanya analisa dangkal saya saja, sih. Hehe.
Tujuh detik pertama setelah saya menekan tombol play pada layar video Youtube, saya merasakan sentuhan lembut dari Elskavon. Lalu, masuknya drum di detik kedelapan terasa seperti hentakan yang diberikan oleh trio Russian Circle. Pada detik ke-38, ketika vokal yang diiringi dengan musik 8-bit masuk mengisi bagian lagu, saya terperangah dan pemikiran saya mengenai musik 8-bit yang hanya cocok untuk ragam musik pop punk, runtuh.
Racikan yang menurut saya tak lazim ini sangat nikmat untuk dikonsumsi. Layaknya memakan pisang goreng dengan topping saus pedas, atau melahap mie instan yang dicampur dengan air dari teh artifisial siap seduh. Memang tak lazim, tapi juga tak berbahaya. Saya pernah mencobanya dan tak akan menolak kalau diminta untuk memakannya lagi, karena bumbu tambahan tersebut tak mengurangi kenikmatan menu utama.
Saya sangat menyukai grup dengan komposisi musik yang menurut saya futuristik, dan hal itu dimiliki oleh Imigran Angin. Mungkin dua atau tiga tahun setelah debut album mereka rilis, akan banyak grup musik dengan komposisi yang menyerupai Imigran Angin. Ah, itu juga hanya analisa dangkal saya saja. Hehe.
Pada suatu malam yang ceria, [seharusnya] saya berkesempatan untuk melihat penampilan langsung mereka. Namun, karena saat itu saya sedang mencoba menenangkan kedua tangan ini yang bergetar dengan sendirinya, jadi saya harus ikhlas untuk mendengarkannya dari kejauhan. Malam itu, sungguh tak ada kekhidmatan yang saya rasakan dalam menonton konser. Tapi, rasa penasaran saya terbayar setelah mendengarkan single teranyar mereka.
Lagu ini sangat saya rekomendasikan untuk para konsumen musik ambien yang ingin mencicipi racikan baru. Penikmat Russian Circle, This Will Destroy You, Explosion In the Sky dan Elskavon wajib mendengarkan Imigran Angin!
Oh iya, video liriknya juga sangat ikonik. Adegan kesukaan saya adalah ketika kipas angin terjatuh. Sungguh sebuah plot twist yang tak terduga. Semoga saja di bawahnya tersedia matras atau disediakan sesuatu yang empuk, agar tidak rusak. Sayang sekali kan kalau rusak, mereparasinya pasti susah.
Baiklah, karena jossu saya sudah habis dari 15 menit yang lalu, lebih baik saya akhiri saja tulisan ini. Saya tunggu album debutnya, Masfit cs. Hehe.
1 note · View note
orgvnisme · 7 years
Text
Album Review: The Gang of Harry Roesli - Philosophy Gang (Reissue)
"Sexy country, where are you? Gone or run?" Sebenarnya sudah lama saya ingin mengulas "Philosophy Gang," album debut dari The Gang of Harry Roesli. Tepatnya saat pertama kali saya mendengarkan ketujuh nomor pada album musik ini melalui Youtube.
Tapi, bagi saya kurang sedap saja kalau belum menggenggam dan memiliki fisiknya secara utuh.
Sebelumnya, telinga saya sudah lebih dulu diperdengarkan salah satu lagu dari tujuh nomor "Philosophy Gang" oleh sang empunya DU-68, toko musik di dekat tempat indekos saya, melalui turntable miliknya. Ya, beliau mempunyai format piringan hitam "Philosophy Gang" yang beredar pada 1973 silam. Keren sekali, ya. Tadinya saya ingin memberi mahar seharga format kaset pita dari album musik semata wayang milik Guruh Gipsy, tapi beliau menolaknya. Sialnya saya. Haha.
Malam ini [Seketika saya terngiang lagu Bang Haji Rhoma Irama, "Malam Terakhir," dan saya menyenandungkannya dalam hati: Malam ini, malam terakhir bagi kita... Haha]. Ya, malam ini (12/5) adalah akhir dari penantian yang cukup panjang dan berliku, akhirnya saya berkesempatan juga untuk memiliki "Philosophy Gang" dalam format cakram padat yang belum lama ini diproduksi ulang berbarengan dengan format piringan hitam. Namun sangat disayangkan, format cakram padatnya hanya di produksi dengan jumlah yang sangat terbatas.
Jewel case dengan selongsong selalu menjadi kombinasi kemasan sederhana yang klasik, namun terlihat mewah dan kokoh. "Philosophy Gang" berselimut selongsong hitam doff, dibumbui dengan cetakan glossy black in black pada tulisan "Harry Roesli Gang - Philosophy Gang." Terdapat booklet yang berisi lirik dan sekilas kisah perjalanan Harry Roesli dalam bermusik yang ditulis oleh sahabatnya, Herry Dim.
Saya sempat terperangah sebelum detik kelima pada lagu nomor satu berlalu, kemudian kaki ini mulai bergoyang mengikuti masuknya ketukan drum yang seakan menyelaraskan suara kibor dan membuat "Peacock Dog" semakin goyang-able. Seperti mendapat kejutan di hari ulang tahun yang belum pernah saya rasakan. Haha. Kualitas suara yang sangat bagus, remasternya tak main-main. Saya hampir tidak menyangka kalau bakal sebagus ini. Awalnya, memang tidak berharap terlalu tinggi pada kualitas suara. Karena saya ingat dengan cerita teman saya, ia pernah membeli album musik semata wayang milik Sharkmove, "Ghede Chokras." Saat itu, album musik tersebut diproduksi ulang untuk kali pertama dalam format cakram padat, dan kualitas suaranya sangat jauh di bawah harapannya. Sungguh sial nasibnya. Namun dalam kasus ini, saya hanya berharap kualitas suaranya sama seperti yang saya dengarkan melalui piringan hitam atau Youtube. Kalau kalian penikmat karya-karya si biang bengal dari Bandung ini, wajib punya format cakram padatnya!
Menurut analisa dangkal saya, "Philosophy Gang" merupakan salah satu album musik yang sangat sulit didapatkan dan sangat banyak yang mencari. Kenapa bisa begitu? Pertama, karena diproduksi dengan jumlah yang terbatas dan hanya format piringan hitam. Yang kedua, album musik milik si biang bengal dari Bandung dan teman-temannya ini hanya beredar di Singapura, karena desain sampul dan liriknya tidak sesuai dengan titah sang empunya negara dan dianggap menentang rezim yang berkuasa pada saat itu. Hehe.
Ya, meskipun tak diproduksi dalam format kaset pita, segenap jiwa dan raga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada La Munai Records yang telah memproduksi ulang album musik ini dalam format cakram padat. Saya sangat senang sekali.
Bagi millenials yang kerap datang ke gigs dan bergaya ala hipster 70an, saya sangat merekomendasikan album musik ini. Agar kalian tak melulu menulis "The Doors" pada kolom pencarian Youtube. Hehe.
0 notes
orgvnisme · 7 years
Text
Identitas Peraga Poster Top Collection
Saat umur saya masih sangat belia, ingin sekali rasanya mencoba gaya rambut seperti abang-abang yang wajahnya terpampang pada poster bertuliskan Top Collection.
Bagi yang belum tau, poster top collection adalah poster yang kerap kita jumpai di gerai pangkas rambut. Di dalamnya menampilkan sejumlah foto yang seakan-akan menyuguhkan banyak sekali pilihan gaya rambut terbaik. Padahal kalau diperhatikan dengan baik, ada beberapa gaya rambut yang sama sekali tak menarik untuk ditiru. Dan sepertinya, pada saat itu pun hanya segelintir orang yang menginginkan rambutnya dijadikan seperti salah satu peraga, atau bahkan tak ada permintaan sama sekali. Tapi, mengapa saya malah menginginkannya? Haha.
Pada umumnya poster tersebut bertulisakan 'Top Collection'. Dan kalau saya tidak salah ingat, ada dua versi lainnya dengan tulisan yang berbeda, '70's Top Collection' dan '80's Top Collection'. Berarti dua poster tersebut diproduksi pada tahun 70an dan 80an, atau mungkin saja ketiganya diproduksi secara bersamaan. Saya pun tak tau kebenarannya. Lalu, sejak kapan poster tersebut memulai eksistensinya di berbagai dinding gerai pangkas rambut? Bagi yang tau, tolong beri saya pencerahan.
Ada beberapa pertanyaan yang selalu menghantui saya, ketika melihat foto abang-abang old school pada poster top collection; siapakah para peraga pada poster tersebut? darimanakah asalnya? Mungkin mereka memang model profesional, di tempat asalnya. Atau mungkin saja itu adalah foto orang-orang yang gagal casting?
Dan sepertinya hanya tuhan dan juru foto saja yang mengetahui, siapa mereka sebenarnya. Lagi pula, apa mereka tau kalau foto wajahnya terpampang di berbagai gerai pangkas rambut? Saya rasa mereka tak mengetahuinya. Saya juga yakin, perusahaan percetakan yang mencetak sejumlah poster tersebut tak mengetahuinya. Atau bahkan tak izin pada fotografer dan modelnya. Ah, itu sih hanya analisa dangkal saya saja. Hehe.
Tapi apakah hingga saat ini, poster top collection zaman saya masih belia tetap menghiasi dinding gerai pangkas rambut? Saya tak tau, karena sudah hampir satu tahun saya tak mencukur rambut. Bagi yang tau, tolong berikan saya pencerahan lagi. Ya, semoga saja sudah diganti oleh poster yang menampilkan foto dengan gaya rambut masa kini, lebih bagus untuk ditiru.
0 notes
orgvnisme · 7 years
Text
Nikmat Memiliki Benda Keramat
Saya hanya amatiran yang memulai perburuan rilisan fisik secara intensif sejak 3 - 4 tahun lalu.
Saat itu, saya hanya memburu cakram padat dari grup musik atau musisi kesukaan saya. Terkadang, kalau saya melihat album dengan desain sampul yang menarik hati saya comot juga. Lalu, saya bawa ke kasir untuk dibayar.
Perayaan Cassette Store Day 2016 lah yang membangkitkan selera saya terhadap rilisan fisik dalam format kaset pita. Entah kenapa, saya merasa kaset pita mempunyai keintiman yang tidak dimiliki oleh format lain. Ibarat kisah cinta Johnny Cash dan June Carter, seperti itulah kemesraan kaset pita dan pemiliknya. Soksok-an banget, ya. Haha.
Memiliki kaset pita seperti merawat benda keramat, harus apik. Tak begitu sulit, tapi hanya butuh kesabaran ekstra.
Menurut analisa dangkal saya di era digital yang semakin frontal seperti saat ini, hanya 40% dari muda-mudi yang mencapai kata 'gila' dalam hal perburuan rilisan fisik, atau bisa saja kurang dari 40%. Tapi ada kemungkinan analisa dangkal saya salah. Hehe.
Ketika saya menghadiri perayaan Record Store Day 2017 yang di selenggarakan oleh salah satu kota, saya hanya melihat beberapa remaja masa kini yang datang untuk membeli rilisan fisik. Pesta rilisan fisik tersebut masih didominasi oleh remaja pada masanya. Atau jangan-jangan itu adalah mereka dan analisa saya yang salah? Haha.
Menurut analisa dangkal saya [lagi], perubahan pola konsumsi musik ke digital platform dan streaming musik yang menjadi penyebab turunnya tradisi membeli rilisan fisik. Mungkin bagi mereka, dengan satu tombol saja sudah sangat memuaskan hasrat pendengaran.
Tapi tetap saja, semuanya kembali pada selera masing-masing. Iya, kan? (Kalimat penutupnya sengaja seperti ini, agar terkesan tak memihak kubu manapun. Haha)
1 note · View note
orgvnisme · 7 years
Text
Manusia Super Butuh Pekerjaan Manusia
Meta-human atau superhero atau manusia super. Ya, banyak sekali karakter manusia super yang disuguhkan, baik itu oleh DC maupun Marvel.
Saya ingin membahas sedikit tentang beberapa manusia super, mungkin lima; tiga dari DC dan sisanya Marvel. Hmm... atau enam saja, deh. Agar tidak menimbulkan rasa iri dan dengki di antara kedua perusahaan yang banyak memproduksi meta-human dan monster tersebut.
Bagi kalian para meta-humania atau superheroholic atau apapun itu, saya kurang paham penyebutannya. Pasti kalian sudah tau pekerjaan para pahlawan super. Ya, membantu umat manusia dari serangan para makhluk yang berjiwa gelap. Tapi apa kalian juga tau pekerjaan lain para pahlawan super? Mungkin sudah banyak yang tau, tapi mungkin juga ada yang belum.
Karena Batman adalah superhero kesukaan saya jadi dimulai dari dia saja, ya. Haha.
Batman atau dalam kehidupan siang lebih dikenal sebagai Bruce Wayne, the real lucky bastard, hidup dengan harta yang berlimpah ruah. Ia mendapatkan seabrek warisan sejak kecil dari Ayah dan Ibunya; Thomas Wayne dan Martha Wayne, yang meninggal di tangan berandalan. Bruce tinggal di rumah yang lebih mirip istana, Wayne Manor, dan diurus oleh satu-satunya pembantu: Alfred Pennyworth. Hebat kau, Alfred.
Meskipun memiliki semuanya, tetap saja ia harus bekerja. Apa pekerjaan seorang Bruce Wayne? Ya, menjalankan perusahaan keluarga Wayne.
Batman [mungkin] merupakan satu-satunya superhero yang tidak memiliki kekuatan super, ia hanya ahli bela diri dan banyak uang. Menurut analisa dangkal saya, uang adalah kekuatan super yang hakiki. Tidak perlu jauh-jauh ke Amerika Serikat, Inggris, atau Jepang untuk membuktikannya. Di Indonesia, orang-orang yang memiliki banyak uang dapat meloloskan diri dari penjara. Tanpa merusak pintu dan jeruji; bahkan atap dan dinding penjara pun masih utuh. Hebat, kan?
Tapi Bruce Wayne bukan orang seperti itu. Dengan uangnya, ia membekali Batman dengan kostum anti peluru, senjata canggih yang menurut saya cukup efisien, serta didukung oleh Batmobile, Batwing dan segala macam kendaraannya yang sangat futuristik. Ya, setidaknya kekuatan milik Batman masih bisa diwujudkan dalam dunia nyata.
Untung saja Bruce Wayne memilih warna hitam untuk kostum Batman. Jika saja ia memilih warna hijau, pasti setiap jam tiga pagi Batman akan menggunakan tongkat untuk memukul tiang listrik sebanyak tiga kali. Haha.
Kemudian ada dua superhero asal DC dan Marvel; Superman dan Spiderman.
Kal-El adalah seorang netizen biasa dari Planet Krypton yang menjadi Superman di Planet Bumi. Saat masih bayi ia dikirim ke Bumi oleh Ayah dan Ibunya agar selamat dari kehancuran Krypton. Lalu ditemukan oleh sepasang suami-istri [yang awalnya bahagia] asal Smallville, Kansas; Jonathan Kent dan Martha Kent. Kemudian sepasang suami-istri yang awalnya bahagia tersebut memberikannya nama; dialah Clark Joseph Kent, penghuni Krypton yang pansos di Bumi.
Sedangkan Peter Parker adalah seorang mahasiswa sains biasa yang tersengat seekor laba-laba beracun, kemudian menjelma sebagai Spiderman. Ia tinggal bersama Paman dan Bibinya. Kemudian ia jatuh cinta kepada tetangganya, Mary Jane.
Sebagai Clark Kent dan Peter Parker, mereka juga mempunyai pekerjaan dan sama-sama bekerja di perusahaan media cetak. Clark bekerja sebagai jurnalis untuk Daily Planet. Sedangkan Peter Parker adalah juru foto di Daily Bugle.
Sampai sekarang saya tidak tahu, Universitas apa yang berhasil meluluskan makhluk Krypton. Bagi yang tahu kampusnya Superman, tolong kasih tahu saya. Atau jangan-jangan, Superman adalah alumni FIKOM Unpad? Kang Soleh, mengaku saja, tidak apa-apa.
Sebelumnya saya masih bingung, mengapa Peter Parker, seorang anak muda yang mendapatkan beasiswa sains di Empire State University harus bekerja sebagai pekerja lepas di Daily Bugle. Ya memang sih, Parker sudah hobi dengan fotografi sejak ia masih SMA. Saat ini, saya sudah tidak bingung lagi, karena saya mengalami hal seperti itu. Pun terjadi pada teman-teman saya. Hehe.
Lalu, apakah Daily Planet dan Daily Bugle adalah perusahaan yang saling bersaing? Sepertinya tidak. Superman dan Spiderman pun tidak pernah bertemu, padahal mereka hidup dan tinggal di negara yang sama. Sangat disayangkan sekali.
Sepertinya sudah terlalu panjang tulisan ini. Kalau saya akhiri, tulisan ini hanya membahas tiga manusia super saja dan tidak jelas juga bahasannya. Kalau tidak saya akhiri, pasti makin tidak jelas.
Baiklah. Sekuat apapun para manusia super, mereka pasti membutuhkan pekerjaan seperti manusia, karena mereka juga butuh segelas kopi untuk bertahan dari gemerlapnya dunia ini. Lalu, mereka juga harus membayar sewa kost. Sehebat-hebatnya Superman, dia tidak bisa tidur sambil terbang, kan? Haha.
Menurut analisa dangkal saya, mungkin hanya Thor yang tak membutuhkan benda-benda dari dunia fana. Jadi ia tak membutuhkan pekerjaan. Atau secara diam-diam ia telah melamar pekerjaan di sebuah perusahaan? Lalu apa pekerjaannya? Apakah ia menjadi pekerja lepas di PLN? Kasih tahu saya, ya.
0 notes
orgvnisme · 7 years
Photo
Tumblr media
Duo Kribo Yang Tiada Duanya
Ahmad Albar. Godbless? Duo Kribo!
Ucok Harahap. AKA? Duo Kribo!
Dua orang ini yang membuat hati saya berkata, ini baru mantap, saat pertama kali mendengar Neraka Jahanam.
Menurut analisa dangkal saya, dua orang ‘gila’ ini merupakan pelopor bagi musik keras dengan lirik yang berani. Berbicara mengenai kehidupan nyata dengan mengangkat isu sosial, sesekali dapat menusuk. Liar terkadang juga mendayu. Tapi tak berlebihan, porsinya pas.
Duo Kribo merupakan rumah bagi jiwa liar seorang Ahmad Albar. Keliarannya dalam bermusik tergambar jelas pada tiap lagu yang ia dendangkan bersama grup ini.
Lalu, bagaimana dengan Godbless? Albar sangat kharismatik ketika sedang bersama Godbless. Sedangkan karier solonya, ia berhasil mengumandangkan ragam musik gambus yang sedikit bercampur dengan dangdut: Zakia. Ya, Ahmad Albar terlalu keren untuk dangdut. Tak hanya dangdut, bahkan pop juga ia ‘sikat’. Keren sekali, ya.
Mungkin saja jika musisi sekelas Ahmad Albar menjalani semua ini di luar negeri, Inggris misalnya, sudah pasti ia akan hidup dengan kaya raya dan bergelimang harta meskipun sudah tidak manggung lagi. Ya, karena copyright di Inggris sudah berjalan dengan benar dan semestinya. Sudah ah, saya tidak mau membahas masalah itu di tulisan ini. Hehe.
Bagaimana dengan Ucok Harahap?
Jika dilihat sekilas, Ucok seperti tamu di grup ini. Karena jiwanya tak terlihat utuh, sisi liar Ucok tak sepenuhnya dikeluarkan. Sejatinya, rumah Ucok memang berada di AKA. Ketika saya mendengarkan lagu AKA untuk pertama kalinya [Saya lebih dulu mendengar Duo Kribo daripada AKA], ini baru Ucok, kata saya dalam hati. Empat orang yang ahli dalam bermusik, kemudian bertemu di grup yang sama. Sungguh sebuah mukjizat.
Lalu, mengapa Ucok meninggalkan AKA? Saya tidak bisa menceritakannya di sini karena itu adalah sebuah kisah yang sangat panjang sekali. Ya, lebih baik kalian membacanya di buku Antara Rock, Wanita dan Keruntuhan, buku yang menceritakan perjalanan hidup seorang Ucok Harahap. Keren. Sedih dan menyentuh hati.
Tapi, tapi, tapi. Untuk ukuran seorang tamu, Ucok lebih dari itu. Bisa dibilang, Albar lebih dulu menempati rumah yang ia beli bersama dengan Ucok.
Duo Kribo itu ibarat jus buah yang biasa kalian buat di rumah. Ya, bagi yang suka saja. Buahnya menggambarkan jiwa liar seorang Ahmad Albar, dengan air mineral yang berperan sebagai alter ego dari Ucok Harahap. Ditambah sedikit gula untuk pemanis: Ian Antono. Sungguh sebuah keseimbangan yang enak, segar dan menyehatkan. Hehe.
Racikan yang sangat luar biasa keren, ya. Jadi, Duo Kribo memang tak ada duanya. Dengan siapapun kalian membandingkannya, saya tetap pilih mereka. Godbless maupun AKA. Hehe.
0 notes
orgvnisme · 7 years
Photo
Tumblr media
Bagian Satu
Hai, namaku Sasha Williams Jr., aku anak tunggal dari pasangan Andy Williams dan Alexandra Dawson, pada awalnya, sebelum adikku dilahirkan ke dunia pada tahun 1996. Christabel Williams Jr. nama adikku, dia sangat lucu.
Aku bahagia karena bisa memiliki adik yang sangat menggemaskan, apalagi umurku dengan Christabel hanya berjarak 3 tahun. Kami saling berbagi, tidak pernah memperebutkan suatu hal baik itu makanan, mainan, boneka dan hal lainnya. Hubungan baik kami hanya bertahan hingga aku berumur sepuluh tahun. Saat itu aku mulai merasa “Mengapa ibu dan ayah pilih kasih?!” Ya, mereka memang menyayangi Christabel, terlalu sayang. Hingga apapun yang ia perbuat, ibu dan ayah selalu menganggapnya benar.
Entahlah, mungkin aku terlalu cemburu dengannya. Dan perasaan itu tak pernah hilang hingga diary ini kubuat.
Suatu hari ketika liburan musim panas tahun 2000, kami sekeluarga pergi piknik ke sebuah taman di London Utara. Momen tersebut benar-benar merubah semuanya.
“Ibu, aku ingin bermain di dekat danau. Boleh ya, Bu?” pinta Christabel dengan mimik memelas. “Iya, tapi jangan terlalu lama. Kembalilah sebelum makan siang,” jelas Ibu. Aku lantas berlari mengikutinya sambil memeluk Mandy, boneka yang selalu menemaniku.
Sesampainya di pinggir danau -yang hanya berjarak -/+ 20 meter dari tempat ibu dan ayah, kami berbaring sambil bermain tebak awan. “Kak, coba deh tebak, awan itu berbentuk apa?” tanyanya sambil menunjuk ke arah awan tersebut. “Hmm, seperti wajahmu yang sedang menangis ketika ngompol. Haha,” ujarku meledeknya. “Aku ngga pernah ngompol!” ujarnya kesal. Permainan tebak awan tidak berlangsung lama, kami harus kembali untuk makan siang.
Sebelum kembali, dengan mimik memelas Christabel bertanya, “Kak, Mindy boleh jadi temanku ngga?” “Kamu kan sudah punya banyak boneka di kamar,” ujarku menolak. “Tapi ngga ada yang seperti Mindy,” jelasnya sambil melangkah mendekatiku. “Boleh ya, kak?” mintanya sambil menarik Mindy, berusaha melepaskannya dari pelukanku. Aku berusaha melepaskan tangannya dari Mindy, lalu Christabel yang tak mau mengalah lantas mendorongku hingga aku terjatuh dan kepalaku membentur batu. Aku tersadar di tempat tidur rumah sakit.
Seminggu setelah insiden tersebut, semuanya berubah. Ibu, Ayah, Kehidupanku, dan Christabel. Ibu dan Ayah tidak lagi membenarkan apapun yang dilakukannya. Kini Christabel sudah tidak satu kamar lagi denganku, ayah sangat khawatir jika insiden seperti di taman terulang kembali. Dan sejak saat itu, adikku menjadi sangat tertutup.
Insiden taman sudah hampir setahun berlalu, tetapi sejumlah hal-hal aneh mulai berdatangan secara terus-menerus, seperti beberapa boneka milik teman-teman kami yang tiba-tiba kehilangan kepalanya, lalu kucing milik tetangga yang kerap kali ditemukan tergeletak tak berdaya di depan rumah kami dengan kondisi mengenaskan. Mata sebelah kanannya hilang.
Seiring dengan kejadian tersebut, bau busuk mulai tercium dari kamar Christabel. Ketika ibu dan ayah ingin memeriksa, ia selalu menolak dan menguncinya dari dalam. Ayah berusaha mendobrak kamar Christabel yang berada di lantai dua, ketika berhasil masuk, betapa terkejutnya ayah melihat Christabel sedang berusaha memindahkan semua mata kucing dari kolong tempat tidurnya ke dalam kantong yang ada di lemarinya. “Aku ngga tahu, aku takut,” ujarnya seraya menoleh ke arah pintu yang berhasil didobrak Ayah. “Bu, hubungi pihak berwajib!” teriak Ayah. Ibu yang berada di dekat tangga diam saja, seperti tidak tega melaporkan anaknya. Ayah yang sudah kepalang geram, lantas menelepon pihak berwajib, dan dengan segera dua polisi pria datang dan membawa Christabel ke asrama rehabilitasi mental di London Timur. Di sana ia akan menjalani percobaan selama satu tahun dan pihak keluarga hanya boleh mengunjunginya satu kali dalam dua minggu.
Tahun pertama Christabel telah selesai, tapi ia tetap dalam pengawasan perawat selama satu minggu di rumah. Hari ketiga ia berada di rumah, hal mengerikan yang seperti sebelumnya kembali terjadi. Bahkan di malam sebelum hari penentuan, apakah ia boleh tetap di rumah atau harus tinggal di asrama selama satu tahun lagi, perawat menemukan dua ekor merpati tanpa mata dan paruh, serta tiga badan kucing tanpa kepala yang menggantung di dalam lemari Christabel.
Aku sangat sedih saat mengetahui bahwa adikku harus tinggal lebih lama lagi di asrama. Karena dengan begitu, aku juga harus menahan kembali keinginanku untuk bermain dengan mata dan bagian tubuh kucing, serta binatang lainnya.
Bersambung di diary berikutnya, ya :)
1 note · View note
orgvnisme · 7 years
Photo
Tumblr media
Musik Antik
Ngobrolin soal musik pasti ngga akan pernah lepas dari bahasan mengenai album musik dan merchandise, atau gossip terhangat para musisi papan atas hingga kelas teri. Terkadang, gue pribadi suka sih bergossip. Tapi belakangan ini, lebih suka kalo ngebahas album musik. Hehe.
Sebagai insan yang gemar mengoleksi album rilisan fisik, gue adalah pemain baru (malah belum bisa dibilang mengoleksi). Memang awal membeli sebuah album rilisan fisik sudah gue mulai dari tahun 2011, 6 tahun lalu, tapi ngga rutin. Album rilisan fisik yang gue punya pertama kali adalah format cakram padat. Sepertinya gue juga sudah lupa, album apa dan band apa, ya? Hmm. Kalau ngga Psycroptic - Ob(servant), yaa Dead Vertical - Perang Neraka Bumi.
Daaaann, event Cassette Store Day 2016 lalu memberikan sebuah pelajaran sekaligus pengalaman baru untuk gue, ya, dinamika berburu kaset pita. Saat ini, gue merasa menjadi orang norak, biasalah, seperti anak kecil yang baru kenal dengan hal baru gitu. Lalu, merasa sangat puas kalau mendapatkan kaset pita yang diinginkan -terkadang langsung difoto dan unggah ke medsos- (hal ini sama aja sih kayak orang-orang pada umumnya, pasti sangat puas), pun ketika gue berburu cakram padat.
Sebagai anak baru, gue ingin sedikit bercerita tentang dinamika berburu dan merawat kaset pita, ya walaupun terakhir kali gue bersentuhan dengan kaset pita -sebelum CSD 2016- saat masih piyik, yang gue dengar adalah sanggar cerita (kalau ngga salah), dongeng-dongeng sebelum tidur gitu deh. Tapi, sekarang gue menjadi salah satu dari pemburu kaset pita (asik yekan). Hehe.
Kaset bukan satu-satunya bentuk rilisan fisik yang antik, karena piringan hitam lah yang ada lebih dulu. Lalu, kenapa gue bilang antik? Karena (menurut gue), selain sudah jarang yang memproduksi, nilai jual dan belinya juga lumayan tinggi (kecuali kalian berburu di pasar loak).
Lokananta, Solo, merupakan tempat produksi kaset pita dengan kualitas terbaik di Indonesia. Dan kabarnya, alat produksi kaset di sana banyak yang tidak berfungsi. Mungkin (menurut gue lagi) itu salah satu penyebab, mengapa musisi atau grup musik lokal jarang memproduksi kaset pita.
Perlu kalian ketahui, Bumi Pertiwi merupakan negara kaset. Kalau ingin membeli sebuah video permainan untuk Plyastation, pasti kalian katakan ‘bang, beli kaset PS dong’. Padahal kan itu compact disc (CD). Hehe.
Memang ngga mudah untuk mendapatkan kaset pita incaran kita, apalagi jika yang kalian inginkan kaset pita dari musisi atau grup musik era 70-an. Kalau ada, harganya pasti selangit. Ingin rasanya banyak uang (Aamiin), kemudian berkata 'uang bukanlah segalanya.’
Lanjut. Kalau ingin mendapatkannya dengan harga miring, sering-sering lah mengunjungi pasar loak, dan jangan malu bertanya. Hehe.
'Mengacak-acak’ rak hingga tangan kotor adalah hal yang biasa bagi pemburu kaset pita. Katanya sih 'di situ seninya’.
Ada 4 lokasi yang gue jadikan arena berburu. Pertama, Jembatan Hitam (Jatinegara), masuknya dari gang di sebelah Hotel Rio. Ngga jauh dari gang, kira2 5 meter, ada 2 kios (di sebelah kiri) penjual kaset pita bekas. Lalu, masih di area itu, di sebrang gedung penjual barang antik. Bukan kios, emperan gitu, tapi kaset pita yang dijual gak kalah keren.
Kedua, masih di daerah Jatinegara, dekat halte Transjakarta Kebon Pala, di seberang gereja (Jendral Urip). Ketiga, DU-68 (Bandung), ruko lantai 2 di seberang pom bensin pertamina Dipatiukur. Dan yang keempat, Panorama Music milik Pak Ujang. Berlokasi di Bandung juga, tepatnya di pasar Astana Anyar (di seberang terminal).
Gue pribadi, lebih suka berkunjung langsung, ya mana tau dapat diskonan. Haha.
Hmm. Merawat kaset pita memang paling sulit jika dibandingkan dengan piringan hitam dan cakram padat. Tapi di zaman yang sangat canggih ini, ngga sulit, kan ada om google. Hanya perlu ketelatenan saja untuk merawat kaset pita dengan baik.
Jadi, gue akan mengakhiri celotehan ini dengan kata 'terima kasih, CSD Bandung 2016’. Gue berkesempatan untuk mendengarkan karya-karya terbaik di zamannya. Sekaligus menebus dosa gw yang sudah terlalu banyak, karena melakukan pengunduhan ilegal terhadap rilisan yang (pada saat itu) ngga bisa gue dapatkan.
'Berarti mas anti pembajakan, dong?’. F*ck, no! Amat sangat munafik sih, kalau gue bilang 'gue anti pembajakan’. Karena, untuk film aja gue masih mengunduh secara ilegal demi kepuasan sendiri. Hehe.
Hmm…sudah, ah. Mohon dimaafkan bila ada kata-kata yang salah dari diriku. Mwah!
1 note · View note
orgvnisme · 7 years
Photo
Tumblr media
:))
0 notes
orgvnisme · 8 years
Photo
Tumblr media
0 notes
orgvnisme · 8 years
Text
An Island
A long time ago Story of the legend in a small island Where criminals congregate Rest after working on the high seas
Drinking on the beach Drunk with the bitch
Release your anchor We will sink Man O’ War later Dancing on shore And drunk together
There is no threat and crime Just a drunken sailor, A beautiful chick, And the treasures
What should we do, lads? “Plundering!!!” Let’s get our prize! “Aye. Plunder and sink the Man O’ War!!!”
0 notes
orgvnisme · 8 years
Text
Fase 1
Aku tak berencana untuk ada Kamu, mereka, ataupun si perencana Apakah Tuhan cukup adil? Jika tidak, mengapa kita ada? Aku tak ingat apa yang Tuhan katakan Kamu, mereka, bahkan si pengingat Mengapa kita tak dapat mengingatnya? Jika ingat, maka Tuhan tak adil Dahulu sangat indah Sebagian kalian ingat, sebagian lainnya lenyap Hanya dengar dari cerita ibu dan ayah Celoteh dari mereka membuat kita merasa lengkap Mengapa harus kembali ke masa lalu? Apakah masa lalu benar-benar indah? Tuhan memberikan masa depan yang indah untuk aku dan kamu Tak ada yang seindah masa depan, jika kau membangunnya dengan megah Haruskah kita murka kepada Tuhan? Menyesalkah kalian ada? Lenyapkan lamunan, bangun masa depan cerah secara perlahan Jangan sampai gairah muda mereda
1 note · View note