Tumgik
#Cara melawan setan yang mengganggu
punteuet · 2 years
Text
Cara Melawan Setan Dengan Mudah
Cara Melawan Setan Dengan Mudah
Ahmadalfajri.com – Cara Melawan Setan Dengan Mudah Cara Melawan Setan Dengan Mudah Hikmah diciptakan manusia dan jin adalah untuk beribadah kepada Allah. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah yang terdapat di dalam Alquran. Manusia sebagai hamba Allah memiliki sangat banyak kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan perintah syariat. Manusia juga memiliki kewajiban untuk menghindari…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Setelah Menanggung Kesukaran, Kasihku kepada Tuhan Bahkan Lebih Kuat
Oleh Saudara Zhou Rui, Provinsi Jiangxi
Namaku Zhou Rui dan aku seorang Kristen di Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Sejak aku mulai memahami berbagai hal, aku melihat orang tuaku bekerja keras di ladang dari pagi hingga malam demi mencari nafkah. Meskipun telah berupaya dengan keras, mereka hampir tidak menghasilkan uang sepeser pun setiap tahun, jadi keluarga kami selalu hidup dalam kemiskinan yang cukup parah.
Setiap kali aku melihat orang-orang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang hidupnya cukup nyaman tanpa perlu bekerja keras, aku merasa iri kepada mereka, sehingga aku membulatkan tekad: setelah dewasa, aku pasti akan berhasil dalam karier atau mendapatkan jabatan di pemerintahan untuk memperbaiki kemiskinan dan keterbelakangan keluargaku sehingga orang tuaku juga bisa menjalani kehidupan orang kaya. Namun, aku berjuang demi cita-cita ini selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah bisa mendapatkan apa yang kuinginkan; aku terus menjalani kehidupan yang miskin. Aku sering menghela napas dalam kekhawatiran karena tidak menunjukkan hasil sama sekali betapapun sibuknya aku, dan lambat laun aku kehilangan keyakinan dalam hidupku. Tepat pada saat aku mulai tawar hati dan putus asa terhadap kehidupan, keselamatan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman kualami dalam hidupku. Dari firman-Nya aku memahami beberapa kebenaran dan aku jadi mengetahui akar penyebab penderitaan manusia di dunia. Aku juga mengerti bagaimana manusia seharusnya hidup agar bisa menjalani kehidupan yang paling bermakna dan berharga. Sejak saat itu, meskipun sedang berada dalam kebingungan dan ketidakberdayaan, aku menemukan arah dalam hidupku. Dengan meninggalkan depresi dan kesedihan, aku merasakan semangat dan kesempatan baru untuk mengubah hidupku, serta melihat pengharapan akan kehidupan. Kemudian, agar orang-orang yang masih hidup dalam penderitaan dan ketidakberdayaan juga bisa mendapatkan keselamatan yang sangat langka ini, aku mulai pergi dari satu tempat ke tempat lain, dengan penuh semangat memberitakan keselamatan Tuhan pada akhir zaman. Namun, yang tidak kuduga adalah bahwa dalam proses penyebaran Injil, aku ditangkap dua kali oleh pemerintah Tiongkok dan mengalami penyiksaan kejam yang tak berperikemanusiaan …. Di dalam lubang gelap yang buruk ini, Tuhan Yang Mahakuasa tidak pernah meninggalkan aku; firman-Nya memberiku iman dan kekuatan, berulang-ulang menuntunku untuk menang atas kuasa gelap Iblis dan memperkuat kasihku kepada-Nya.
Suatu hari pada bulan Juni 2003; dua orang saudara dan aku pergi ke sebuah desa untuk menyebarkan Injil, ketika kami dilaporkan oleh orang jahat. Lima atau enam polisi dalam tiga mobil polisi melaju ke arah kami dan memborgol kami tanpa mengajukan satu pertanyaan pun. Sambil mendorong dan menendang kami, mereka memaksa kami masuk ke mobil dan membawa kami ke Biro Keamanan Umum (BKU). Di dalam mobil aku tidak merasa takut sama sekali. Aku selalu merasa bahwa tujuan menyebarkan Injil adalah untuk membawa keselamatan kepada manusia, jadi kami tidak melakukan kesalahan apa pun; begitu kami tiba di BKU, aku akan menjelaskan situasinya, dan polisi akan membiarkan kami pergi. Namun, aku tidak menyangka bahwa polisi pemerintah Tiongkok lebih kejam dan lebih biadab daripada para bajingan atau penguasa yang jahat. Setelah kami tiba di BKU, polisi bahkan tidak memberi kami kesempatan untuk menjelaskan sebelum memisahkan kami dan menginterogasi kami sendiri-sendiri. Tak lama setelah aku masuk ke ruang interogasi, seorang polisi membentakku, "Kebijakan Partai Komunis adalah 'Kelonggaran bagi mereka yang mengaku, dan kekejaman bagi mereka yang menentang.' Apa kau tahu itu?" Selanjutnya, dia bertanya tentang data pribadiku. Melihat jawabanku tidak memuaskannya, seorang polisi lainnya mendekatiku dan mendengus, "Huh. Kau tidak mau bekerja sama. Kami harus memberimu pelajaran, lalu lihat saja, apa itu akan membuatmu mengatakan yang sebenarnya." Kemudian dia melambaikan tangannya dan berkata, "Bawakan beberapa batu bata ke sini supaya kita bisa menghukumnya!" Tak lama setelah dia mengatakan ini, dua polisi menghampiri, memegang salah satu tanganku, dan menariknya dari atas pundakku ke bawah ke arah punggungku sambil menarik tanganku yang lain ke atas, dan kemudian memborgolnya dengan paksa. Seketika aku merasakan sakit yang tak tertahankan, seakan-akan lenganku akan patah. Bagaimana bisa orang yang begitu lemah seperti aku menanggung siksaan seperti itu? Sesaat kemudian aku rebah ke lantai. Melihat ini, polisi jahat itu dengan tiba-tiba mengangkat borgol itu ke atas dan menempelkan dua batu bata di antara tangan dan punggungku. Rasa nyeri yang tiba-tiba terasa menembus jantungku, seakan-akan ribuan semut mengunyah tulang-tulangku. Dalam kesakitan yang luar biasa, aku menggunakan seluruh sisa kekuatanku untuk memohon kepada Tuhan: "Tuhan Yang Mahakuasa, selamatkanlah aku. Tuhan Yang Mahakuasa, selamatkanlah aku …." Meskipun pada saat itu, aku baru menerima keselamatan Tuhan pada akhir zaman sekitar tiga bulan, belum diperlengkapi dengan banyak firman-Nya, dan hanya mengerti sedikit kebenaran, namun demikian, karena aku terus menerus berdoa, Tuhan memberiku iman dan kekuatan dan menanamkan keyakinan yang teguh di dalam diriku: aku harus menjadi kesaksian bagi Tuhan; aku sama sekali tidak boleh menyerah kepada Iblis! Setelah itu, aku mengertakkan gigiku dan sama sekali menolak untuk mengatakan sepatah kata pun. Bingung dan jengkel, para polisi jahat itu mencoba cara jahat lain dalam upaya menaklukkanku: mereka meletakkan dua batu bata di lantai dan memaksaku berlutut di atasnya; pada saat yang sama, mereka menarik borgolku dengan keras. Lenganku langsung sakit tak tertahankan, rasanya seperti patah. Aku berlutut di sana selama beberapa menit sebelum rebah lagi ke lantai, dan kemudian para polisi itu dengan kasar menarik borgolku untuk membuatku bangun, dan memaksaku untuk terus berlutut. Dengan cara ini mereka menyiksaku berulang kali. Saat itu adalah puncak musim panas, jadi aku merasa kesakitan dan kepanasan; butir-butir keringat menetes terus menerus dari wajahku. Aku mengalami kesulitan untuk tetap berlutut sehingga sulit bernapas, dan aku hampir pingsan. Meskipun demikian, gerombolan polisi jahat ini terlihat sangat senang melihat penderitaanku. "Merasa nyaman?" kata salah seorang dari mereka. "Kalau kau terus menolak bicara, kami punya banyak cara untuk menanganimu!" Melihatku tidak menjawab, mereka marah karena frustrasi dan berkata, "Jadi kau merasa belum cukup ya? Lagi!" … Setelah dua atau tiga jam penyiksaan ini, aku merasakan sakit dari kepala sampai ujung kaki dan tidak memiliki kekuatan lagi. Aku rebah ke lantai dan tidak mampu bergerak, dan bahkan kehilangan kendali atas kandung kemih dan ususku. Menghadapi siksaan kejam dari para polisi jahat ini, aku benar-benar membenci diriku sendiri karena telah begitu buta dan bodoh sebelumnya; dengan naif, aku berasumsi bahwa BKU akan menjadi tempat yang bernalar dan bahwa para polisi akan menegakkan keadilan dan membebaskanku. Aku tidak pernah menyangka bahwa mereka akan begitu jahat dan kejam untuk berusaha memaksakan pengakuan dari mulutku melalui penyiksaan tanpa bukti sedikit pun, menyiksaku sampai hampir mati. Mereka benar-benar luar biasa jahatnya! Aku terbaring di lantai seakan-akan hancur berkeping-keping dan tidak mampu bergerak bahkan jika aku menginginkannya. Aku tidak tahu bagaimana mereka berencana untuk menyiksaku lebih lanjut, aku juga tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan. Dalam penderitaan dan ketidakberdayaanku, yang bisa kulakukan adalah terus memohon kepada Tuhan untuk memberiku kekuatan sehingga aku bisa terus bertahan. Tuhan mendengar permohonanku, dan mengasihaniku, membuatku mengingat salah satu ucapan-Nya: "Sekarang adalah momen yang penting. Jangan berkecil hati atau patah semangat. Engkau harus melihat ke depan dalam segala hal dan tidak berbalik …. mengorbankan segalanya dan meninggalkan semua keterikatan dan mengejar dengan segenap kekuatanmu" ("Bab 20, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan memberiku iman dan kekuatan yang luar biasa. Firman-Nya sungguh benar! Karena aku berjalan di jalan terang dan kebenaran, aku seharusnya memiliki iman untuk terus bertahan; bahkan jika sampai pada napas terakhirku, aku tetap harus bertahan sampai akhir! Firman Tuhan memberikan semangat hidup, memampukanku memiliki iman dan keberanian yang dapat digunakan untuk melawan setan-setan jahat ini sampai akhir, dan aku juga perlahan-lahan mendapatkan kembali sebagian kekuatan fisikku. Setelah itu, polisi jahat itu terus menginterogasiku, dan terus menginjak-injak kakiku dengan kejam sampai kakiku hancur dan berdarah. Meskipun demikian, aku tidak merasakan sakit lagi. Aku tahu ini karena perbuatan Tuhan yang luar biasa; telah mengasihaniku dan menunjukkan perhatian pada kelemahanku, Dia telah meringankan penderitaanku. Belakangan, para polisi jahat itu menahan kami dengan tuduhan "mengganggu ketertiban umum." Malam itu, mereka memborgol kami masing-masing ke balok semen terpisah yang beratnya tiga atau empat ratus pon. Kami dirantai ke balok semen itu hingga keesokan malamnya, saat mereka kembali membawa kami ke rumah tahanan setempat.
Memasuki rumah tahanan rasanya seperti dibuang ke neraka. Petugas lapas memaksaku untuk merangkai bola lampu berwarna. Awalnya, aku dipaksa merangkai enam ribu bola lampu per hari, tetapi setelah itu, jumlahnya meningkat setiap hari sampai akhirnya mencapai dua belas ribu. Akibat beban kerja harian yang berlebihan ini, aku bekerja sangat keras, tetapi tetap tidak mampu menyelesaikan tugas. Aku tidak punya pilihan selain terus merangkainya sepanjang malam. Terkadang aku benar-benar tidak tahan lagi, dan ingin tidur, tetapi begitu aku terlihat oleh mereka, aku akan dipukuli dengan kejam. Petugas lapas itu bahkan dengan suara keras menghasut para penindas di penjara itu, "Kalau para narapidana ini tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya atau tidak melakukannya dengan benar, kalian harus memberi mereka beberapa suntikan 'penisilin.'" Yang mereka maksudkan dengan memberikan suntikan "penisilin" adalah membenturkan lutut ke selangkangan seorang narapidana, menyikut bagian tengah punggungnya dengan keras sementara dia membungkuk kesakitan, dan kemudian menginjak kaki narapidana tersebut dengan tumit sepatu. Metode kejam ini terkadang bisa menyebabkan seseorang pingsan di tempat dan bahkan menjadi lumpuh seumur hidup. Di penjara jahat ini, aku melakukan kerja keras yang berat setiap hari dan masih harus menanggung pukulan yang kejam. Selain itu, tiga makanan yang diberikan setiap hari bahkan tidak layak untuk anjing atau babi: hidangan yang kami makan terbuat dari daun lobak yang tidak dibumbui dan bayam air (yang sering kali diselingi dengan daun dan akar busuk, pasir, dan lumpur), bersama dengan sekitar seratus lima puluh gram beras dan secangkir air yang telah digunakan untuk mencuci beras. Sepanjang hari, aku sangat lapar hingga perutku terus-menerus keroncongan. Dalam lingkungan seperti ini, aku hanya bisa mengandalkan Tuhan Yang Mahakuasa; setiap kali aku dipukuli, aku akan segera berdoa, memohon kepada Tuhan untuk memberiku iman dan kekuatan sehingga aku bisa mengalahkan godaan Iblis. Setelah lebih dari dua puluh hari dianiaya dan disiksa, tubuhku menjadi kurus sampai tidak bisa dikenali: aku tidak memiliki kekuatan di lengan dan kakiku, aku tidak dapat berdiri tegak, dan aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk merentangkan tanganku. Meskipun demikian, para penjaga gila itu bukan saja yang tidak peduli terhadap keadaanku yang parah, tetapi mereka bahkan menggelapkan beberapa ratus yuan yang dikirim keluargaku kepadaku. Seiring berjalannya waktu, kondisi fisikku semakin memburuk; aku menjadi sangat lemah sehingga aku tidak dapat menahan diri untuk berkeluh kesah, "Mengapa, di negara ini, orang yang percaya kepada Tuhan harus mengalami penderitaan yang seperti ini? Bukankah alasanku menyebarkan Injil adalah untuk membawa orang ke hadapan Tuhan untuk menerima keselamatan Tuhan? Dan aku bahkan tidak melakukan kejahatan apa pun …." Semakin aku memikirkan hal ini, semakin sulit bagiku untuk menanggungnya dan semakin aku merasa diperlakukan tidak adil. Yang bisa kulakukan hanyalah terus berdoa kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk mengasihani dan menyelamatkanku. Di tengah kesengsaraan dan ketidakberdayaanku, Tuhan membawaku untuk mengingat sebuah lagu pujian dari ucapan-Nya: "… 2. Mungkin engkau semua ingat firman ini: 'Sebab penderitaan ringan kami, yang hanya sementara, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang lebih besar dan kekal.' Firman ini adalah apa yang akan Tuhan genapi di akhir zaman. Dan firman ini akan digenapi atas diri mereka yang sangat menderita oleh karena si naga merah yang sangat besar di tanah tempat ia berada. Naga merah yang sangat besar menganiaya Tuhan dan merupakan musuh Tuhan, jadi di negeri ini, orang-orang yang percaya kepada Tuhan menjadi sasaran penghinaan dan penganiayaan. Itu sebabnya firman ini akan menjadi nyata di tengah-tengahmu. 3. Sangatlah sulit bagi Tuhan untuk melaksanakan pekerjaan-Nya di negeri si naga merah yang sangat besar, tetapi melalui kesulitan itu Tuhan melakukan tahap pekerjaan-Nya untuk menyatakan hikmat dan perbuatan-Nya yang menakjubkan. Tuhan memakai kesempatan ini untuk menyempurnakan sekelompok orang ini. Karena penderitaan orang-orang, kualitas mereka, dan semua watak iblis dalam diri orang-orang di negeri yang najis ini, Tuhan melakukan pekerjaan penyucian dan penaklukan-Nya supaya, dari sini, Dia dapat memperoleh kemuliaan dan mendapatkan mereka yang menjadi saksi atas perbuatan-Nya sebagai milik-Nya. Ini adalah makna sepenuhnya dari semua pengorbanan yang telah Tuhan kerjakan untuk sekelompok orang ini" ("Engkau Semua adalah Orang-orang yang akan Menerima Warisan Tuhan" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Firman Tuhan memberiku penghiburan dan dorongan yang luar biasa, dan memampukanku untuk memahami kehendak-Nya. Karena kami percaya kepada Tuhan di negara ateis, kami ditakdirkan untuk menanggung kekerasan dan penganiayaan Iblis, si setan; namun, menjadi sasaran penderitaan ini diizinkan Tuhan, oleh karena itu, penderitaan seperti ini memiliki nilai dan makna. Justru melalui penganiayaan dan penderitaan seperti inilah, Tuhan menanamkan kebenaran di dalam diri kami, dengan demikian membuat kami memenuhi syarat untuk membawa janji-Nya. "Penderitaan" ini adalah berkat Tuhan, dan, dapat tetap setia kepada Tuhan melalui penderitaan ini adalah kesaksian kemenangan Tuhan atas Iblis, dan ini juga adalah bukti kuat bahwa aku telah didapatkan oleh Tuhan. "Hari ini," pikirku, "karena aku mengikuti Tuhan, aku menderita penganiayaan seperti itu di tangan para setan Partai Komunis Tiongkok, dan ini adalah Tuhan yang menunjukkan kepadaku perkenanan khusus, jadi sudah sepatutnya aku harus tunduk pada pengaturan Tuhan dan dengan senang hati menghadapi dan menerimanya dengan ketenangan pikiran yang tabah." Aku teringat ucapan Tuhan lainnya, yang diucapkan di Zaman Kasih Karunia: "Diberkatilah mereka yang dianiaya karena kebenaran: karena kerajaan surga adalah milik mereka" (Matius 5:10). Pada saat itu, aku memiliki iman dan kekuatan yang lebih besar: bagaimanapun Iblis dan setan-setannya menyiksaku, aku bertekad untuk tidak menyerah kepada mereka, dan aku bersumpah bahwa aku akan menjadi kesaksian dan memuaskan Tuhan! Dipenuhi otoritas dan kuasa, firman Tuhan telah mengusir kesedihan dan ketidakberdayaan yang kurasakan di dalam diriku, dan meringankan penderitaan fisik yang merusak yang telah kualami. Firman Tuhan membuatku melihat terang dalam kegelapan, dan rohku bertumbuh semakin kuat dan pantang menyerah.
Belakangan, meski tidak memiliki bukti, pemerintah Tiongkok memvonis hukuman satu tahun pendidikan ulang kepadaku melalui kerja paksa. Ketika polisi membawaku ke kamp kerja paksa, para penjaga penjara di sana melihat bahwa aku hampir tak lebih dari kulit dan tulang dan bahkan hampir tidak terlihat lagi seperti manusia. Takut aku akan mati, mereka tidak berani menerimaku, jadi para polisi itu tidak punya pilihan selain mengembalikan aku ke rumah tahanan. Pada saat itu, aku telah disiksa oleh polisi jahat itu sampai pada titik di mana aku tidak bisa makan, namun mereka bukan saja tidak memberiku perawatan medis, tetapi mereka bahkan mengatakan aku berpura-pura. Ketika mereka melihat bahwa aku tidak bisa menelan makanan sama sekali, mereka menyuruh seseorang untuk membuka mulutku dan dengan paksa menuangkan makanan ke mulutku. Ketika mereka melihatku kesulitan menelan, mereka memukuliku. Aku dicekoki makanan dan dipukuli seperti boneka kain sebanyak tiga kali. Setelah melihat bahwa mereka tidak bisa menuangkan makanan lagi ke mulutku, mereka tidak punya pilihan selain membawaku ke rumah sakit. Pemeriksaan mengungkapkan bahwa pembuluh darahku telah mengeras; darahku telah berubah menjadi adonan hitam, dan tidak dapat bersirkulasi dengan baik. Dokter berkata, "Jika orang ini ditahan lebih lama lagi, dia pasti akan mati." Meskipun demikian, polisi jahat yang penuh kebencian itu tetap tidak mau membebaskan aku. Belakangan, dengan nyawaku yang sudah di ujung tanduk, para tahanan lainnya mengatakan bahwa aku sudah tidak ada harapan lagi dan pasti mati. Saat itu aku sangat sedih; aku merasa bahwa aku masih muda dan baru saja menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, masih banyak yang bisa kunikmati, dan aku belum melihat hari kemuliaan Tuhan. Aku sungguh tidak pasrah disiksa sampai mati oleh pemerintah Tiongkok. Aku sama sekali membenci gerombolan polisi jahat yang tidak berperasaan ini, dan bahkan lebih membenci rezim jahat dan keji yang menentang Surga ini, yang adalah pemerintah Tiongkok. Rezim inilah yang telah merampas kebebasanku untuk mengikuti Tuhan yang benar, dan rezim inilah yang membawaku ke ambang kematian dan tidak mengizinkanku untuk menyembah Tuhan yang benar. Partai Komunis dengan gila-gilaan menentang Tuhan, dengan kejam menganiaya umat Kristen, dan ingin membasmi semua orang yang percaya kepada Tuhan dan mengubah Tiongkok menjadi wilayah yang tak bertuhan. Iblis si setan yang jahat ini memang musuh yang sangat bertentangan dengan Tuhan, dan selain itu, ia adalah musuh yang tidak pernah dapat kumaafkan. Aku bersumpah, bahkan jika aku disiksa sampai mati pada hari itu, aku sama sekali tidak akan berkompromi atau menyerah kepada Iblis! Dalam kesedihan dan kemarahanku, aku teringat sesuatu yang pernah Tuhan katakan: "Ribuan tahun kebencian berkumpul di hati, dosa ribuan tahun tertulis di hati—bagaimana ini tidak melahirkan kebencian? Tuhan yang membalas dendam, menghancurkan seluruh musuh-Nya, tidak membiarkannya mengacau lebih lama lagi, dan tidak lagi membiarkannya berulah seperti yang diinginkannya! Sekaranglah waktunya: Manusia sudah lama mengumpulkan kekuatannya, mendedikasikan usahanya, membayar harga, untuk ini, untuk menyingkapkan wajah Iblis dan membuat orang-orang, yang selama ini dibutakan dan mengalami segala penderitaan dan kesulitan agar bangkit dari rasa sakit mereka dan meninggalkan si Iblis tua yang jahat ini" ("Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku semakin melihat dengan jelas wajah setan pemerintah Tiongkok yang kejam dan jahat, dan menyadari bahwa pada saat itu, aku sedang menghadapi peperangan rohani antara hidup dan mati, antara yang baik dan jahat. Tujuan pemerintah Tiongkok dalam menghancurkanku seperti ini adalah untuk memaksaku meninggalkan Tuhan dan mengkhianati Dia, tetapi Tuhan telah mengingatkan dan mendorongku untuk berdiri teguh, membebaskan diriku dari cengkeraman kematian yang ada atasku, dan menjadi kesaksian kemenangan bagi Tuhan. Aku tidak boleh menarik diri ke dalam sikap negatif; aku harus dengan tekun bekerja sama dengan Tuhan dan tunduk pada pengaturan dan rencana-Nya. Seperti Petrus, aku harus tunduk sampai mati, dan, di saat-saat terakhir hidupku, menjadi kesaksian yang kuat dan meyakinkan bagi Tuhan dan menghibur hati-Nya. Hidupku ada di tangan Tuhan dan, meskipun Iblis mungkin melukai dan membantai tubuh fisikku, dia tidak dapat memusnahkan jiwaku, apalagi melakukan apa pun untuk menghalangi tekadku untuk percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Entah aku selamat atau tidak pada hari itu, satu-satunya keinginanku adalah memercayakan hidupku kepada Tuhan dan menerima pengaturan-Nya; bahkan jika aku dimutilasi, aku sama sekali tidak akan menyerah kepada Iblis! Saat aku rela mengorbankan hidupku dan aku bertekad untuk menjadi kesaksian bagi Tuhan, Dia membuka jalan keluar bagiku dengan membangkitkan narapidana lain untuk memberiku makan. Ketika itu terjadi, aku dipenuhi dengan kegembiraan; jauh di lubuk hati aku tahu Tuhan ada di sisiku dan selalu menyertaiku. Selama ini, Dia telah mengawasi dan melindungiku, berempati dengan kelemahanku serta dengan saksama mengatur segalanya untukku. Di sarang setan yang gelap itu, meskipun tubuhku telah dirusak, di dalam hatiku aku tidak lagi merasakan begitu banyak penderitaan dan kesedihan. Setelah itu, para polisi jahat itu menahanku selama lima belas hari lagi, tetapi melihat bahwa nyawaku sudah di ujung tanduk dan aku bisa mati kapan saja, akhirnya mereka tidak punya pilihan selain melepaskanku. Awalnya bobotku lima puluh kilo lebih, tetapi selama hampir dua bulan aku dikurung, aku telah disiksa sampai hanya tinggal kulit dan tulang, bobotku tinggal dua puluh lima atau tiga puluh kilo, dan hidupku ada di antara hidup dan mati. Meskipun demikian, gerombolan monster ini masih ingin mendendaku sepuluh ribu yuan. Pada akhirnya, melihat bahwa keluargaku sama sekali tidak mungkin memiliki uang sebesar itu, mereka menuntut enam ratus yuan untuk menutupi biaya makananku, dan hanya setelah dibayar barulah mereka akan membebaskanku.
Mengalami penyiksaan dan perlakuan kejam yang tidak berperikemanusiaan di tangan pemerintah Tiongkok membuatku merasa seakan-akan aku baru saja lolos dari pintu gerbang neraka. Aku bisa keluar dalam keadaan hidup semata-mata berkat pemeliharaan dan perlindungan Tuhan; Dia menunjukkan keselamatan besar-Nya kepadaku. Merenungkan kasih Tuhan, aku merasa sangat tersentuh, dan mendapatkan penghargaan yang lebih dalam lagi atas betapa berharganya firman Tuhan. Setelah itu, aku rajin membaca ucapan-ucapan-Nya setiap hari, dan sering berdoa kepada Tuhan. Lambat laun, aku semakin memahami pekerjaan yang Tuhan lakukan demi menyelamatkan umat manusia pada akhir zaman. Setelah beberapa saat, di bawah pemeliharaan Tuhan, tubuhku berangsur-angsur pulih, dan aku mulai lagi menyebarkan Injil dan memberi kesaksian tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Namun, selama rezim jahat tetap berdiri, mereka tidak akan pernah berhenti mencoba mengganggu dan menghancurkan pekerjaan Tuhan. Belakangan, aku kembali menjadi sasaran pengejaran dan penangkapan gila-gilaan oleh polisi pemerintah Tiongkok.
Suatu hari di bulan November 2004, angin musim dingin bertiup dengan sangat dingin dan udara dipenuhi oleh dengan butiran salju tebal. Sementara menyebarkan Injil, beberapa saudara-saudari dan aku secara diam-diam diikuti oleh polisi PKT. Pada jam 8 malam itu, kami sedang di tengah pertemuan, ketika kami tiba-tiba mendengar suara ketukan yang mendesak dan teriakan di pintu: "Buka! Buka pintunya! Kami dari Biro Keamanan Umum! Kalau kalian tidak buka pintu ini sekarang, kami akan mendobraknya! …" Tanpa berpikir panjang, kami segera menyembunyikan pemutar VCD, buku, dan materi lainnya. Sesaat kemudian, lima atau enam polisi mendobrak pintu, menyerbu masuk seperti segerombolan penjahat atau perampok. Salah seorang dari mereka berteriak, "Jangan ada yang bergerak! Taruh tangan kalian di kepala dan jongkok di dekat dinding!" Langsung, beberapa polisi bergegas masuk ke setiap kamar dan memorakporandakan seluruh tempat itu. Mereka menyita empat pemutar VCD portabel dan beberapa buku tentang iman kepada Tuhan. Segera setelah itu, mereka memaksa kami masuk ke mobil polisi dan membawa kami ke kantor polisi setempat. Dalam perjalanan ke sana, adegan demi adegan penyiksaan mengerikan yang kualami oleh para polisi jahat setahun yang lalu melintas dalam ingatanku, dan mau tak mau aku merasa agak gelisah, tidak tahu apa lagi yang akan dilakukan para polisi jahat ini untuk menyiksaku kali ini. Takut aku tidak akan sanggup menanggung kekejaman mereka dan bahwa pada akhirnya aku akan melakukan sesuatu untuk mengkhianati Tuhan, aku berdoa dengan sungguh-sungguh di dalam hati kepada-Nya. Tiba-tiba aku teringat beberapa firman Tuhan yang telah kami baca selama ibadah beberapa hari sebelumnya: "Aku penuh harapan untuk saudara-saudari-Ku, dan Aku percaya bahwa engkau semua tidak berkecil hati atau putus asa, dan tidak peduli apa pun yang Tuhan lakukan, engkau semua seperti panci api—engkau tidak akan pernah suam dan engkau dapat bertahan sampai akhir, sampai pekerjaan Tuhan sepenuhnya terungkap …" ("Jalan … (8)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Dan semoga kita semua bersumpah di hadapan Tuhan: 'Akan bekerja sama! Pengabdian sampai akhir hayat! Jangan pernah berpisah, selalu bersama!' Semoga saudara dan saudari-Ku menetapkan tekad ini di hadapan Tuhan, sehingga hati kita tidak tersesat dan kehendak kita tidak tergoyahkan!" ("Jalan … (5)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan menggetarkan hatiku. Aku berpikir tentang bagaimana Tuhan telah turun dari surga ke bumi dan mengalami begitu banyak ujian dan kesengsaraan dalam pekerjaan-Nya demi membawa keselamatan bagi umat manusia. Adalah harapan-Nya agar manusia akan tetap setia kepada-Nya sampai akhir, seberapapun sulitnya keadaan mereka. Sebagai orang yang dipilih oleh Tuhan, dan yang telah menikmati pembekalan ucapan-ucapan-Nya, aku harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. "Bagaimanapun beratnya aku menderita atau disiksa," pikirku, "hatiku harus tetap penuh iman; perasaanku terhadap Tuhan tidak boleh berubah, dan keinginanku tidak boleh goyah. Aku harus menjadi kesaksian yang kuat untuk Tuhan, dan sama sekali tidak boleh menyerah atau tunduk kepada Iblis. Selain itu, aku tidak boleh mengkhianati Tuhan hanya agar hidupku lewat begitu saja tanpa memiliki tujuan yang berarti. Tuhan adalah Pribadi yang kuandalkan, dan lebih dari itu, Dia adalah andalanku yang setia. Selama aku sungguh-sungguh bekerja sama dengan Tuhan, Dia pasti akan memimpinku untuk menang atas Iblis." Jadi, dalam hati aku bertekad di hadapan Tuhan, "Ya Tuhan! Bahkan jika aku harus mengorbankan hidupku, aku akan menjadi kesaksian bagimu. Penderitaan macam apa pun yang kualami, aku akan tetap berpegang pada jalan yang benar. Aku sama sekali menolak untuk menyerah kepada Iblis!" Diperkuat oleh firman Tuhan, imanku bertumbuh seratus kali lipat, dan aku menemukan iman dan tekad untuk mengorbankan segalanya demi menjadi kesaksian bagi Tuhan.
Segera setelah kami sampai di kantor polisi, para polisi itu bergegas menghangatkan diri di dekat tungku perapian. Mereka semua memelototiku, dan dengan alis berkerut dan mata yang penuh kemarahan, mereka menginterogasiku dengan suara keras: "Mulai bicara! Siapa namamu? Sudah berapa banyak orang yang telah kau sebarkan Injil? Dengan siapa kau berhubungan? Siapa pemimpin gerejamu?" Melihat bahwa aku bertekad untuk tetap diam, salah seorang dari polisi jahat itu memperlihatkan sifatnya yang kasar dengan menghampiri dan dengan beringas mencekik leherku. Dia kemudian membantingkan kepalaku ke dinding, berulang kali, sampai aku merasa pusing dan telingaku berdenging. Selanjutnya, dia mengangkat tinjunya dan memukuli wajah dan kepalaku dengan ganas sambil berteriak, "Kaulah pemimpin sialan itu, bukan? Ayo bicara! Kalau tidak, aku akan menggantungmu dari atas gedung dan membiarkanmu beku sampai mati!" Para polisi jahat itu memukuliku dengan kejam selama setengah jam penuh atau lebih, sampai aku merasa pusing dan hidungku berdarah-darah. Melihat bahwa mereka tidak bisa mendapatkan jawaban yang mereka inginkan, mereka membawaku ke BKU. Dalam perjalanan, aku memikirkan tentang pemukulan gila yang baru saja kuterima dari para polisi jahat itu, dan gelombang ketakutan yang tak terduga melintasiku. Aku berpikir dalam hati, "Karena mereka telah menyiksaku dengan kejam tepat setelah aku tiba di kantor polisi setempat, lalu perlakuan kejam seperti apa yang akan dilakukan polisi di BKU untuk menyiksaku? Segala sesuatunya terlihat buruk bagiku. Kali ini mungkin aku tidak akan keluar hidup-hidup…." Sementara aku merenungkan hal ini, hatiku dipenuhi dengan perasaan putus asa dan kesedihan yang tak terlukiskan. Di tengah kesedihan dan ketidakberdayaanku, tiba-tiba aku teringat bagaimana Tuhan telah membuatku secara ajaib bertahan hidup tahun sebelumnya ketika para polisi jahat telah menyiksaku sampai hampir mati. Aku segera menjadi tenang, dan berpikir, "Bukankah hidup atau matiku ada di tangan Tuhan? Tanpa seizin Tuhan, Iblis tidak bisa berhasil membunuhku apa pun yang diusahakannya. Aku telah melihat perbuatan Tuhan yang luar biasa di masa lalu, jadi bagaimana aku bisa lupa? Bagaimana aku bisa begitu tidak percaya?" Pada saat itu, aku melihat bahwa tingkat pertumbuhanku masih belum terlalu matang—ketika diperhadapkan dengan ujian di ambang kematian, aku masih tidak mampu berada di pihak Tuhan. Aku tak bisa tidak teringat dengan salah satu ucapan Tuhan: "Tetapi jika engkau hidup dalam pikiranmu, itu berarti engkau diambil oleh Iblis dan ini adalah jalan buntu. Sangat sederhana sekarang: Pandanglah diri-Ku dengan hatimu dan rohmu akan segera menjadi kuat, engkau akan mendapatkan jalan untuk menerapkannya dan Aku akan memandu setiap langkahmu. Firman-Ku akan diungkapkan kepadamu sepanjang waktu dan di semua tempat. Tidak peduli di mana atau kapan, atau seberapa buruk lingkungannya, Aku akan menunjukkannya kepadamu dengan jelas dan hati-Ku akan diungkapkan kepadamu jika engkau memandang-Ku dengan hatimu. Dengan cara ini engkau akan menempuh jalan ke depan dan tidak pernah kehilangan arah" ("Bab 13, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Firman Tuhan adalah sebuah rambu yang memimpin jalan, membuat pikiranku semakin jernih. Aku menyadari bahwa Tuhan ingin menggunakan lingkungan yang sulit ini untuk menyucikanku, sehingga pada masa krisis aku akan meninggalkan gagasan dan imajinasiku dan kekhawatiranku tentang tubuhku, dan terus maju dengan hanya mengandalkan Tuhan dan bergantung pada firman Tuhan. Ini adalah momen yang sangat penting di mana Tuhan sedang memimpinku untuk mengalami pekerjaan-Nya, dan aku tahu bahwa aku sama sekali tidak boleh mundur. Aku harus menaruh hidup dan matiku sepenuhnya di tangan Tuhan dan mengandalkan Tuhan sambil berjuang melawan Iblis sampai akhir!
Ketika kami sampai di BKU, para polisi itu kembali memisahkan kami dan menginterogasi kami secara terpisah. Ketika mereka terus-menerus berusaha memaksaku untuk memberi tahu mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaanku kepada Tuhan, salah seorang polisi jahat melihat bahwa aku bersikeras tutup mulut, yang membuatnya sangat marah, "Kau kira bisa lolos dari kami dengan berpura-pura bodoh. Aku tak ada waktu untuk itu!" Sembari berkata demikian, dia merenggut kerah bajuku dengan kedua tangan dan membantingku ke lantai seperti karung pasir. Kemudian polisi jahat lainnya maju dan mulai menendangi dan menginjak-injakku, sampai aku berguling-guling kesakitan. Setelah itu, mereka menginjak kepalaku dan menekan dengan keras dan menggiling kepalaku…. Aku masih belum sepenuhnya pulih dari siksaan biadab yang kualami setahun sebelumnya, jadi setelah kembali dipukuli dengan kejam, tiba-tiba aku merasa pusing dan mual. Dengan sangat kesakitan dari kepala sampai ujung kaki, aku meringkukkan tubuhku. Selanjutnya, polisi jahat menanggalkan sepatu dan kaus kakiku, kemudian memaksaku untuk berdiri bertelanjang kaki di lantai. Udaranya begitu dingin sampai gigiku bergemeletuk tak terkendali, dan kedua kakiku sama sekali mati rasa. Aku merasa tidak tahan lagi, dan aku bisa rebah ke lantai sewaktu-waktu. Menghadapi siksaan jahat para polisi yang kejam ini, aku tidak bisa menahan amarah dan kegeraman yang membara. Aku membenci antek-antek setan yang benar-benar jahat ini, dan membenci pemerintah Tiongkok yang keji dan reaksioner. Mereka menentang Surga dan merupakan musuh Tuhan, dan demi memaksaku mengkhianati Tuhan dan menolak Dia, mereka menghancurkan dan menyiksaku, bertekad untuk membunuhku. Diperhadapkan dengan kekejaman dan kebengisan Iblis, aku malah semakin merenungkan kasih Tuhan. Aku memikirkan fakta bahwa demi membawa keselamatan bagi umat manusia, dan demi keberadaan kami di masa depan, Dia telah menanggung penghinaan yang luar biasa sementara berjalan di antara kami untuk melakukan pekerjaan-Nya. Dia telah memberikan hidup-Nya bagi kami, dan sekarang dengan sabar dan sungguh-sungguh mengungkapkan firman-Nya untuk menuntun kami di sepanjang jalan dalam mengejar kebenaran untuk memperoleh keselamatan…. Menghitung semua harga penderitaan yang telah Tuhan bayarkan demi keselamatan umat manusia, aku merasa bahwa tak seorang pun mengasihiku lebih daripada Tuhan mengasihiku; Tuhan menghargai hidupku lebih dari siapa pun. Iblis hanya bisa melukaiku, atau menelan dan membunuhku. Pada saat itu, aku malah merasakan lebih banyak kasih sayang dan pemujaan kepada Tuhan yang bertumbuh di hatiku dan tidak bisa menahan diri untuk berdoa dalam hati kepada-Nya: "Tuhan, terima kasih telah membimbing dan menyelamatkanku seperti ini. Bagaimanapun Iblis menyiksaku hari ini, aku pasti akan berusaha keras untuk bekerja sama dengan-Mu. Aku bersumpah, aku tidak akan menyerah atau tunduk kepada iblis!" Dengan dorongan kasih Tuhan, meskipun tubuh fisikku lemah dan tak berdaya akibat siksaan, hatiku teguh dan kuat, dan aku tidak pernah sekali pun menyerah kepada para polisi jahat itu. Mereka terus menyiksaku sampai pukul satu keesokan harinya ketika, melihat bahwa mereka benar-benar tidak akan mendapatkan jawaban dariku, mereka tidak punya pilihan selain mengembalikanku ke rumah tahanan.
Setelah sampai di rumah tahanan, para polisi jahat itu kembali menghasut para penindas di penjara untuk memikirkan cara apa pun yang mereka bisa untuk menghukumku. Saat itu aku telah disiksa sedemikian rupa hingga tubuhku dipenuhi luka dan memar; aku benar-benar lemas, dan tak lama setelah aku masuk ke sel penjaraku, aku langsung rebah ke lantai yang dingin membeku. Melihatku seperti ini, tanpa berkata apa pun, para penindas penjara menarikku berdiri dan memukuli kepalaku dengan tinju mereka. Mereka memukuliku sampai kepalaku pusing, dan aku rebah lagi ke lantai. Setelah itu, semua narapidana datang untuk mengejekku, memaksaku menekan satu tangan ke lantai dan menaruh tangan satu lagi ke atas telingaku, dan kemudian berputar-putar di lantai seperti kompas. Setelah melihatku rebah ke lantai karena pusing sebelum melakukan lebih dari dua putaran, mereka kembali menendang dan memukuliku. Salah seorang narapidana bahkan menonjok perutku dengan keras, membuatku tak sadarkan diri saat itu juga. Setelah itu, para narapidana diberi perintah oleh para petugas lapas untuk menganiaya dan menyiksaku dengan cara yang berbeda setiap hari, dan membuatku mengerjakan semua pekerjaan kotor sehari-hari seperti mencuci semua piring, membersihkan toilet, dan sebagainya. Aku bahkan dipaksa mandi air dingin pada hari-hari bersalju. Selain itu, setiap kali aku mandi, mereka semua memaksaku untuk menyabuni tubuh dari kepala sampai ujung kaki dan kemudian membiarkan air dingin mengalir perlahan-lahan ke seluruh tubuhku. Setelah mandi selama hampir setengah jam, aku sangat kedinginan sampai tubuhku berwarna keunguan dan menggigil kedinginan. Diperhadapkan dengan penyiksaan dan kekejaman yang tak berperikemanusiaan ini, aku terus-menerus berdoa kepada Tuhan, takut jika aku meninggalkan Tuhan, aku sepenuhnya akan menjadi tawanan Iblis. Melalui doa, firman Tuhan secara terus-menerus bergema dalam diriku dan membimbingku: "Mereka yang disebut oleh Tuhan sebagai pemenang adalah mereka yang tetap mampu bersaksi, mempertahankan keyakinan, dan pengabdian mereka kepada Tuhan saat dipengaruhi dan diserang oleh Iblis, yaitu, saat berada dalam kekuatan kegelapan. Jika engkau tetap mampu menjaga kemurnian hati dan kasih tulusmu terhadap Tuhan apa pun yang terjadi, engkau memberikan kesaksian di hadapan Tuhan, dan inilah yang disebut oleh Tuhan sebagai pemenang" ("Engkau Harus Mempertahankan Pengabdianmu kepada Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan adalah terang, menerangi dan menenangkan pikiranku. Aku tahu bahwa dikepung oleh Iblis justru adalah saat aku perlu memiliki kesetiaan dan kasih kepada Tuhan. Meskipun lingkungan yang menyedihkan ini telah membawa penderitaan dan siksaan pada tubuh fisikku, di balik semua itu tersembunyi kasih dan berkat Tuhan yang sangat besar. Tuhanlah yang telah memberiku kesempatan untuk menjadi kesaksian bagi-Nya di depan Iblis dan untuk sepenuhnya mempermalukan dan mengalahkan Iblis. Karena itu, sementara menjalani penderitaan ini, aku mengingatkan diriku berulang-ulang bahwa aku harus sabar sampai akhir, menjadi kesaksian bagi Tuhan dengan mengandalkan bimbingan-Nya di sarang setan yang gelap ini, dan berjuang untuk menjadi pemenang. Dibimbing oleh firman Tuhan, hatiku semakin teguh dan kuat. Apa pun kelemahan dan siksaan yang menggerogoti tubuh fisikku, aku memiliki keyakinan bahwa aku dapat menanggung semuanya untuk memulai peperangan hidup atau mati melawan Iblis dan menjadi kesaksian bagi Tuhan dengan nyawaku yang sekarat.
Setelah dipenjara selama lebih dari dua puluh hari, tiba-tiba aku masuk angin parah. Kedua tangan dan kakiku menjadi sakit dan lemas, aku benar-benar kehabisan tenaga, dan pikiranku semakin kacau. Seiring dengan memburuknya keadaanku dan pemukulan tanpa henti serta penyiksaan dari tahanan lainnya, aku merasa tidak tahan lagi. Dalam hatiku, aku merasa sangat lemah dan tertekan, dan berpikir dalam hatiku, "Kapan siksaan dan kekejaman setiap hari ini akan berakhir? Tampaknya kali ini aku akan divonis, jadi tidak ada banyak harapan aku akan keluar dari sini hidup-hidup …." Begitu aku berpikir seperti itu, hatiku tiba-tiba terasa seakan-akan telah jatuh ke jurang maut yang tak berdasar, dan aku tenggelam dalam keputusasaan dan penderitaan yang begitu dalam sehingga aku tidak mampu menemukan jalan keluar. Di saat-saat yang paling sulit, aku teringat sebuah lagu pujian dari firman Tuhan: "Aku tidak ingin engkau dapat mengucapkan banyak kata menyentuh, atau menceritakan banyak kisah menarik; namun, Aku meminta agar engkau dapat memberikan kesaksian baik untuk-Ku, dan bahwa engkau dapat sepenuhnya dan secara mendalam masuk ke dalam kenyataan. … Jangan lagi memikirkan masa depanmu, dan bertindaklah sebagaimana engkau sekalian bertekad di hadapan-Ku untuk menyerahkan diri pada pengaturan Tuhan dalam semua hal. Semua yang berada dalam rumah-Ku harus melakukan sebanyak mungkin yang mereka bisa lakukan; engkau harus mempersembahkan dirimu yang terbaik pada bagian terakhir dari pekerjaan-Ku di bumi. Apakah engkau sungguh-sungguh bersedia melakukan hal tersebut?" ("Dapatkah Engkau Benar-benar Tunduk Pada Pengaturan Tuhan?" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Baris demi baris, firman Tuhan berdetak di hatiku, membuatku merasa sangat malu. Aku teringat tentang berapa kali aku telah menangis tersedu-sedu, dan semakin bertekad untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dalam segala hal dan tunduk pada pengaturan dan rencana-Nya. Aku juga teringat tentang bagaimana, ketika firman Tuhan telah membimbingku sementara aku menanggung penderitaan dan siksaan, aku telah bersumpah demi hidupku di hadapan Tuhan bahwa aku akan menjadi kesaksian bagi-Nya, tetapi ketika Tuhan benar-benar membutuhkanku untuk membayar harga yang sesungguhnya demi memuaskan Dia, aku malah berpegang erat pada kehidupan dan takut pada kematian, hanya peduli pada apa yang akan menimpa tubuh fisikku. Aku telah sama sekali mengabaikan kehendak Tuhan, dan hanya berpikir untuk melarikan diri dari keadaan sulitku dan sampai ke tempat yang aman sesegera mungkin. Aku melihat betapa rendah dan tak berharganya diriku; aku tidak punya cukup iman kepada Tuhan, dan aku terlalu penuh tipu daya. Aku tidak mampu memberikan pengabdian yang sejati kepada Tuhan, dan aku tidak memiliki natur ketaatan di tubuhku. Pada saat itu aku mengerti bahwa dalam pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, yang Dia inginkan adalah kasih sejati dan kesetiaan manusia; ini adalah permintaan terakhir Tuhan, dan tugas terakhir yang Dia percayakan kepada umat manusia. "Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan," pikirku. "Aku harus sepenuhnya menyerahkan diriku ke tangan-Nya. Karena hidupku telah diberikan kepadaku oleh Tuhan, Dia memiliki keputusan akhir tentang apakah aku harus hidup atau mati. Mengingat bahwa aku telah memilih Tuhan, aku harus mempersembahkan hidupku bagi-Nya dan tunduk pada pengaturan-Nya; apa pun penderitaan dan penghinaan yang mungkin kualami, aku harus mempersembahkan diriku kepada Tuhan dengan tindakanku. Aku seharusnya tidak memiliki pilihan atau tuntutanku sendiri; ini adalah tugasku, serta jalan berpikir yang harus kumiliki. Fakta bahwa aku masih bisa bernapas dan hidup adalah semata-mata karena perlindungan dan pemeliharaan Tuhan; ini adalah penyediaan hidup dari-Nya—kalau tidak, bukankah sejak lama aku telah dihancurkan sampai mati oleh setan? Ketika aku pertama kali mengalami penderitaan dan kesukaran yang begitu dalam, Tuhan telah menuntunku untuk mengalahkannya. Apa lagi alasanku sekarang untuk kehilangan iman kepada Tuhan? Bagaimana aku bisa bersikap negatif dan lemah, mundur dan ingin melarikan diri?" Ketika pemikiran ini muncul, dalam hatiku, aku mengakui kesalahanku kepada Tuhan: "Tuhan Yang Mahakuasa! Aku sangat egois dan serakah; aku hanya ingin menikmati kasih dan berkat-Mu, tetapi tidak mau dengan tulus mempersembahkan diriku kepada-Mu. Ketika aku berpikir harus menanggung penderitaan penjara jangka panjang, aku hanya ingin bebas dan menghindarinya. Aku benar-benar telah sangat menyakiti perasaan-Mu. Ya Tuhan! Aku tidak ingin terus tenggelam lebih dalam; aku hanya ingin tunduk pada pengaturan dan rencana-Mu dan menerima bimbingan-Mu. Bahkan jika aku mati di penjara, aku tetap ingin menjadi kesaksian bagi-Mu. Meskipun aku akan disiksa sampai mati, aku akan tetap setia kepada-Mu sampai akhir!" Setelah berdoa, aku merasa sangat tersentuh. Meskipun aku masih kesakitan seperti sebelumnya, dalam hati aku merasakan iman dan tekad untuk tidak menyerah selama aku belum memenuhi janjiku untuk memuaskan Tuhan. Segera setelah aku menjadi teguh dan yakin bahwa aku akan menjadi kesaksian bagi Tuhan sampai mati, sesuatu yang ajaib terjadi. Dini hari di suatu pagi, aku bangun dari tempat tidur, dan mendapati aku tidak bisa merasakan kedua kakiku. Aku sama sekali tidak mampu berdiri, apalagi berjalan. Awalnya para polisi jahat itu tidak percaya kepadaku; menganggapku berpura-pura, mereka berusaha memaksaku berdiri. Namun, sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak mampu berdiri. Mereka kembali lagi keesokan harinya untuk memeriksaku. Melihat kedua kakiku sedingin es dan sama sekali tidak ada sirkulasi darah, mereka menjadi yakin bahwa aku benar-benar lumpuh. Setelah itu, mereka memberi tahu keluargaku bahwa mereka bisa membawaku pulang. Pada hari aku pulang ke rumah, secara ajaib kakiku kembali bisa merasakan, dan aku tidak mengalami kesulitan berjalan sama sekali! Aku tahu dalam lubuk hatiku bahwa ini semua berkat Tuhan Yang Mahakuasa yang menunjukkan belas kasihan atas kelemahanku. Dia sendiri yang telah membuka jalan keluar bagiku, memungkinkanku untuk bebas dari sarang Iblis tanpa hambatan setelah aku ditahan secara ilegal selama sebulan oleh pemerintah Tiongkok.
Setelah dua kali ditahan dan menjadi sasaran penyiksaan kejam pemerintah Tiongkok yang tak berperikemanusiaan, meskipun aku menderita secara fisik dan bahkan hampir mati, kedua pengalaman luar biasa ini sebenarnya membentuk landasan yang kuat dalam perjalanan imanku kepada Tuhan. Di tengah penderitaan dan kesengsaraanku, Tuhan Yang Mahakuasa telah memberiku penyiraman kebenaran dan penyediaan kehidupan yang paling nyata, tak hanya memungkinkanku untuk melihat yang sebenarnya mengenai pemerintah Tiongkok, kebenciannya akan kebenaran, permusuhannya terhadap Tuhan, dan sifat setannya, dan tak hanya diperkenalkan dengan kejahatan keji pemerintahan Tiongkok yang dengan gila-gilaan menentang Tuhan dan menganiaya umat-Nya, tetapi Tuhan juga menganugerahkan penghargaan dalam diriku akan kuasa dan otoritas firman Tuhan. Dapat lolosnya aku dari cengkeraman jahat Partai Komunis Tiongkok, dua kali, semata-mata adalah hasil dari pemeliharaan dan belas kasihan Tuhan. Selain itu, ini adalah perwujudan dan penegasan akan semangat hidup dari Tuhan yang luar biasa. Aku sekarang sangat menyadari bahwa kapan dan di mana saja, Tuhan Yang Mahakuasa selalu adalah satu-satunya penopang dan keselamatanku! Dalam kehidupan ini, bahaya atau kesulitan apa pun yang mungkin kujumpai, aku bertekad untuk tetap berkomitmen mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, secara aktif menyebarkan firman-Nya dan menjadi kesaksian bagi nama Tuhan, dan membalas kasih Tuhan dengan pengabdianku yang sejati!
5 notes · View notes
Text
Kasih Tuhan Menyertaiku di Dalam Penjara Setan yang Gelap
Tumblr media
 Kasih Tuhan Menyertaiku di Dalam Penjara Setan yang Gelap
                            Oleh Saudari Yang Yi, Provinsi Jiangsu
Aku adalah seorang Kristen dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dan aku telah menjadi pengikut Tuhan Yang Mahakuasa selama lebih dari sepuluh tahun. Selama waktu ini, satu hal yang tidak akan pernah kulupakan adalah kesengsaraan yang mengerikan ketika aku ditangkap oleh polisi PKT (Partai Komunis Tiongkok) sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu,
 meskipun aku disiksa dan diinjak-injak oleh para setan jahat, dan hampir mati beberapa kali, Tuhan Yang Mahakuasa menggunakan tangan-Nya yang perkasa untuk membimbing dan melindungiku, menghidupkanku kembali, dan menyelamatkanku .... Melalui ini, aku benar-benar mengalami ketidakterbatasan dan kehebatan kekuatan hidup Tuhan, dan mendapatkan kekayaan hidup yang berharga yang diberikan kepadaku oleh Tuhan.
Suatu hari pada 23 Januari 2004 (hari kedua Tahun Baru Tiongkok). Aku harus pergi dan mengunjungi seorang saudari dari gereja, karena dia berada dalam kesulitan dan sangat membutuhkan bantuan. Karena dia tinggal jauh sekali, aku harus bangun pagi-pagi untuk mendapatkan taksi, jadi aku akan pulang pada hari itu juga. Aku meninggalkan rumah saat hari mulai terang. Nyaris tidak ada orang di jalan, hanya para pekerja yang membersihkan sampah. Dengan cemas aku mencari taksi, tetapi tidak ada yang lewat. Aku pergi ke pangkalan taksi untuk menunggu dan melangkah ke jalan untuk melambaikan tanganku menghentikan taksi ketika aku melihatnya datang—tetapi ternyata itu adalah kendaraan milik Biro Perlindungan Lingkungan. Mereka bertanya mengapa aku menghentikan mereka. "Maaf, aku keliru, kukira Anda taksi," kataku. "Kami rasa kau sedang memasang poster ilegal," jawab mereka. "Apakah kau melihatku melakukan itu? Di mana poster-poster yang aku pasang?" kataku. Tanpa memberiku kesempatan untuk membela diri, mereka bertiga bergegas maju dan secara paksa memeriksa tasku. Mereka mengobrak-abrik semua barang di dalam tasku—salinan khotbah, buku catatan, dompet, ponsel, dan pager yang sudah tidak lagi kugunakan, dan lain-lain. Kemudian mereka melihat lebih teliti pada salinan khotbah dan buku catatan itu. Melihat tidak ada poster di tasku, mereka mengangkat salinan khotbah itu dan berkata: "Kau mungkin tidak memasang poster ilegal, tetapi kau percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa." Selanjutnya, mereka menelepon Divisi Agama Brigade Keamanan Nasional. Segera setelah itu, empat orang dari Brigade Keamanan Nasional tiba. Mereka tahu aku adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa begitu mereka melihat barang-barang di tasku. Tanpa mengizinkanku mengatakan apa pun, mereka memasukkanku ke dalam kendaraan mereka, lalu mengunci pintu untuk menghalangiku melarikan diri.
Ketika kami sampai di Biro Keamanan Umum (BKU), polisi membawaku ke sebuah ruangan. Salah seorang dari mereka mengutak-atik pager dan ponselku, mencari petunjuk. Dia menyalakan ponselku tetapi terlihat baterainya lemah, kemudian baterai itu benar-benar mati. Sekalipun berusaha, dia tidak bisa menyalakannya. Sambil memegang ponsel tersebut, dia tampak khawatir. Aku juga bingung—aku baru mengisi baterai ponsel pagi itu. Bagaimana mungkin daya baterainya tidak ada? Tiba-tiba aku menyadari bahwa Tuhan secara ajaib mengatur ini untuk menghentikan polisi sehingga tidak menemukan informasi apa pun tentang saudara-saudari lainnya. Aku juga memahami firman yang diucapkan oleh Tuhan: "Setiap dan segala hal, baik yang hidup maupun mati, akan berganti, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Demikianlah cara Tuhan memerintah atas segala sesuatu" ("Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Sungguh, segala sesuatu dan semua peristiwa berada di tangan Tuhan. Entah hidup atau mati, semua hal mengalami perubahan sesuai dengan pemikiran Tuhan. Pada saat ini, aku mendapatkan pemahaman yang benar tentang cara Tuhan memegang kedaulatan dan mengatur segala sesuatu. Selain itu, aku mendapatkan keyakinan yang kubutuhkan untuk mengandalkan Tuhan dalam menghadapi interogasi selanjutnya. Menunjuk ke arah barang-barang di dalam tas, petugas polisi itu menuduh, "Ini menunjukkan bahwa kau jelas bukan jemaat gereja biasa. Kau pasti salah seorang dari kepemimpinan senior, seseorang yang penting, karena para pemimpin junior tidak memiliki pager atau ponsel. Apa aku benar?" "Aku tidak mengerti apa yang sedang kau katakan," jawabku. "Kau berpura-pura bukan pemimpin!" teriaknya, lalu memerintahkanku untuk berjongkok dan mulai berbicara. Melihatku tidak akan mau bekerja sama, mereka mengepungku dan mulai meninju dan menendangku—seakan-akan mereka ingin membunuhku. Dengan wajahku yang berdarah dan bengkak, seluruh tubuhku sakit tak tertahankan, aku rebah ke lantai. Aku sangat marah. Aku ingin bernalar dengan mereka, untuk memperdebatkan kasusku: kesalahan apa yang telah kulakukan? Mengapa kalian memukuliku seperti itu? Namun aku tidak mungkin bernalar dengan mereka, karena pemerintah PKT tidak berbicara dengan akal sehat. Aku bingung, tetapi aku tidak mau menyerah dengan pemukulan mereka. Saat aku kebingungan, tiba-tiba aku memikirkan tentang cara, karena para petugas jahat dari pemerintahan PKT ini bersikap sangat tidak masuk akal, karena mereka tidak mengizinkanku menjelaskan apa pun, aku tidak perlu mengatakan apa pun kepada mereka. Lebih baik aku diam saja—dengan begitu aku tidak akan berguna bagi mereka. Ketika aku memikirkan hal ini, aku berhenti memperhatikan apa yang mereka katakan.
Melihat bahwa pendekatan ini tidak berpengaruh padaku, para polisi jahat itu menjadi marah dan menjadi semakin biadab: mereka beralih ke penyiksaan untuk mendapatkan pengakuan. Mereka memborgolku ke sebuah kursi besi yang disekrup ke lantai dengan posisi sedemikian rupa sehingga aku tidak bisa berjongkok, juga tidak bisa berdiri. Salah seorang dari mereka meletakkan tanganku yang tidak diborgol di atas kursi itu dan memukulnya dengan sepatu, hanya berhenti setelah punggung tanganku menjadi lebam dan membiru, sementara yang lainnya menginjak kakiku dengan sepatu kulitnya, menggulirkan sepatunya ke sekeliling jari-jari kakiku untuk meremukkannya, sehingga saat itu juga aku mengalami rasa sakit luar biasa yang terasa langsung ke jantungku. Setelah itu, enam atau tujuh polisi bergiliran menyiksaku. Salah seorang dari mereka berkonsentrasi pada persendianku, dan menjepitnya sangat keras sehingga sebulan kemudian aku masih tidak bisa menekuk lenganku. Yang lainnya menjambak rambutku dan menggoyang-goyangkan kepalaku dari kiri ke kanan, lalu merenggutnya ke belakang sehingga aku mendongak ke atas. "Lihat ke langit dan lihat apa ada Tuhan di sana!" katanya dengan kejam. Mereka terus menyiksaku sampai malam. Melihat bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa pun dariku, dan karena itu adalah Tahun Baru Imlek, mereka membawaku langsung ke rumah tahanan.
Ketika aku sampai di rumah tahanan, seorang penjaga memerintahkan seorang tahanan wanita untuk menanggalkan semua pakaianku dan membuangnya ke tempat sampah. Kemudian mereka memaksaku mengenakan seragam penjara yang kotor dan berbau busuk. Para penjaga memasukkanku ke sel dan kemudian membohongi tahanan lainnya, dengan mengatakan: "Dia berkeliaran ke mana-mana untuk memecah belah keluarga orang lain. Banyak keluarga telah dihancurkan olehnya. Dia seorang pembohong, dia menipu orang jujur, dan mengganggu ketertiban umum...." "Mengapa dia terlihat seperti orang bodoh?" tanya salah seorang tahanan. Yang dijawab oleh penjaga: "Dia sedang berpura-pura untuk menghindari hukuman. Tak seorang pun dari kalian yang akan cukup pintar untuk berpikir melakukan itu. Siapa pun yang mengira dia bodoh adalah orang paling idiot dari semuanya." Dengan demikian, karena ditipu oleh para penjaga itu, semua tahanan lainnya mengatakan hukumanku kurang berat, dan bahwa satu-satunya hal yang baik bagi orang seburuk diriku adalah regu tembak! Mendengar ini membuatku sangat marah—tetapi tidak ada yang dapat kulakukan. Upayaku untuk melawan tidak berhasil, mereka hanya membawa lebih banyak siksaan dan kebiadaban. Di rumah tahanan, para penjaga membuat para tahanan membacakan peraturan setiap hari: "Akui kejahatanmu dan tunduk pada hukum. Dilarang menghasut orang lain untuk melakukan kejahatan. Membentuk geng tidak diizinkan. Perkelahian tidak diperbolehkan. Mengintimidasi atau menghina orang lain tidak diperbolehkan. Membuat tuduhan palsu terhadap orang lain tidak diperbolehkan. Mengambil makanan atau harta milik orang lain tidak diperbolehkan. Mempermainkan orang lain tidak diperbolehkan. Orang yang menindas di penjara akan ditindak. Setiap pelanggaran terhadap peraturan harus segera dilaporkan ke petugas lapas atau petugas jaga. Kau tidak boleh menyembunyikan fakta atau mencoba melindungi tahanan yang telah melanggar peraturan, dan peraturan penjara harus diterapkan secara manusiawi. ..." Pada kenyataannya, para penjaga mendorong para tahanan lain untuk menyiksaku, membiarkan mereka mempermainkan aku setiap hari: ketika suhu ada di posisi 8 atau 9 derajat di bawah nol, mereka merendam sepatuku; mereka diam-diam menuangkan air ke dalam makananku; di malam hari, ketika aku tidur, mereka membasahi jaketku yang berlapis kapas; mereka membuatku tidur di sebelah toilet, dan mereka sering mengambil selimutku di malam hari dan menarik rambutku agar aku tidak bisa tidur; mereka merampas roti kukusku; mereka memaksaku membersihkan toilet, dan memasukkan sisa obat mereka ke mulutku dengan paksa, mereka tidak membiarkan aku buang air kecil…. Jika aku tidak melakukan apa pun yang mereka katakan, mereka akan bersekongkol dan memukuliku—dan sering kali pada waktu-waktu seperti itu para petugas lapas atau petugas jaga akan bergegas keluar agar tidak terlihat atau berpura-pura tidak melihat apa pun; terkadang mereka bahkan bersembunyi agak jauh dan menonton. Jika selama beberapa hari para tahanan tidak menyiksaku, para petugas lapas dan petugas jaga akan bertanya kepada mereka, "Wanita jalang bodoh itu telah bertambah cerdas ya beberapa hari terakhir ini? Sementara itu, kalian sudah jadi bodoh. Siapa pun yang dapat membujuk pelacur bodoh itu akan dikurangi hukumannya." Penyiksaan kejam para penjaga itu membuatku sangat membenci mereka. Jika aku tidak menyaksikan ini dengan mata kepalaku sendiri dan mengalaminya secara pribadi, aku tidak akan pernah percaya bahwa pemerintah PKT, yang seharusnya penuh dengan kebajikan dan moralitas, dapat menjadi begitu kelam, menakutkan, dan mengerikan—aku tidak akan pernah melihat sifat mereka yang sesungguhnya, sifat yang penuh tipu daya dan bermuka dua. Semua slogannya tentang "melayani rakyat, menciptakan masyarakat yang beradab dan harmonis"—semua ini adalah kebohongan yang dirancang untuk menipu dan memperdaya orang, semua ini adalah sarana, tipuan untuk memperindah diri mereka dan mendapatkan pujian yang tidak layak mereka terima. Pada saat itu, aku teringat firman Tuhan: "Sehingga tidak mengherankan bagaimana inkarnasi Tuhan tetap tersembunyi bagi mereka: Di tengah masyarakat yang gelap seperti ini, di mana Iblis begitu kejam dan tidak manusiawi, bagaimana mungkin raja Iblis, yang menghabisi orang-orang dalam sekejap mata, menoleransi keberadaan Tuhan yang baik, penuh kasih, dan kudus? Bagaimana mungkin ia akan menyambut kedatangan Tuhan dengan gembira? Para penjilat! Mereka membayar kebaikan dengan kebencian, mereka sudah lama membenci Tuhan, mereka memperalat Tuhan, mereka berlaku kasar sekasar-kasarnya, mereka sama sekali tidak menghargai Tuhan, mereka merampas dan merampok, mereka sudah kehilangan hati nurani, dan tidak ada kebaikan yang tersisa, dan mereka menggoda orang tidak bersalah agar kehilangan hati nuraninya. Nenek moyang? Pemimpin yang dikasihi? Mereka semua melawan Tuhan! Tindakan ikut campur mereka membuat semua yang tinggal di kolong langit menjadi gelap dan kacau! Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipuan untuk menutupi dosa!" ("Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Membandingkan firman Tuhan dengan kenyataan, aku melihat hakikat setan yang jahat dan kelam dari pemerintahan PKT dengan sangat jelas. Untuk mempertahankan kekuasaannya yang gelap, mereka terus mencengkeram erat rakyatnya, dan tidak berhenti untuk memperdaya dan menipu mereka. Di permukaan, mereka tampaknya memberikan kebebasan beragama—tetapi secara diam-diam, mereka menangkap, menindas, menganiaya, dan membunuh orang-orang di seluruh negeri yang percaya kepada Tuhan, bahkan berusaha membunuh mereka semua. Sungguh setan itu jahat, kejam, dan reaksioner! Di mana kebebasannya? Di mana hak asasi manusia? Tidakkah ini semua tipu muslihat untuk memperdaya orang? Dapatkah orang melihat sekilas ada pengharapan atau terang di balik pemerintahannya yang kelam? Bagaimana mereka bisa bebas untuk percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran? Baru pada saat itulah aku menyadari bahwa Tuhan telah mengizinkan penganiayaan dan kesengsaraan ini menimpaku, bahwa Dia telah menggunakannya untuk menunjukkan kepadaku keganasan dan kekejaman pemerintah PKT, untuk menunjukkan kepadaku hakikat jahatnya yang membenci kebenaran dan memusuhi Tuhan, dan untuk menunjukkan kepadaku bahwa polisi rakyat, yang dengan gencar dipromosikan dan digembar-gemborkan pemerintah sebagai lembaga yang menghukum kejahatan, membela kebaikan, dan mempromosikan keadilan, adalah kaki tangan dan antek-antek yang telah dipelihara dengan cermat, sekelompok algojo yang berwajah manusia tetapi berhati binatang, dan yang akan membunuh seseorang tanpa mengedipkan mata. Demi memaksaku menolak dan mengkhianati Tuhan dan menyerah pada kekuasaannya yang sewenang-wenang, pemerintah PKT tidak akan pernah berhenti menyiksa dan menghancurkanku—namun mereka tidak tahu bahwa semakin mereka menyiksaku, semakin jelas aku melihat sifat setannya, dan semakin aku membenci dan menolaknya dari lubuk hatiku, membuatku benar-benar merindukan Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Selain itu, justru karena penyiksaan para penjaga itulah tanpa kusadari aku jadi mengerti apa arti sesungguhnya mengasihi apa yang Tuhan kasihi, dan membenci apa yang Tuhan benci, apa artinya meninggalkan Iblis dan berpaling kepada Tuhan, apa artinya biadab, apa artinya kuasa kegelapan, dan, selain itu, apa artinya jahat dan berbahaya, palsu dan curang. Aku bersyukur kepada Tuhan karena mengizinkanku mengalami lingkungan ini, karena membuatku dapat membedakan mana yang benar dan yang salah dan terlebih lagi, menentukan jalan hidup yang benar untuk ditempuh. Hatiku—yang telah ditipu Iblis sedemikian lamanya—akhirnya disadarkan oleh kasih Tuhan. Aku merasa bahwa ada makna besar dalam nasibku mengalami kesengsaraan dan ujian ini, dan di mana kepadaku telah benar-benar diperlihatkan kemurahan-Nya yang khusus.
Setelah mencoba segala cara lainnya, para polisi jahat itu menemukan rencana lain: mereka menemukan seorang Yudas yang telah mengkhianati gerejaku. Orang itu mengatakan bahwa aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan dia juga berusaha membuatku menjauhkan diri dari Tuhan. Melihat hamba yang jahat ini yang telah melaporkan banyak saudara-saudari yang menyebarkan Injil, dan mendengar semua perkataan jahat yang keluar dari mulutnya—perkataan yang menghina, memfitnah, dan menghujat Tuhan—hatiku dipenuhi dengan amarah. Aku ingin menghardiknya, bertanya mengapa dia begitu memusuhi Tuhan. Mengapa dia yang telah menikmati begitu banyak kasih karunia Tuhan, malah bergabung dengan setan-setan jahat untuk menganiaya umat pilihan Tuhan? Dalam hatiku, ada kesedihan dan rasa sakit yang tak terkatakan. Aku juga merasakan penyesalan dan perasaan berutang; aku benar-benar membenci diriku sendiri karena, di masa lalu, aku tidak berusaha mengejar kebenaran, dan tidak pernah mengetahui apa pun selain menikmati kasih karunia dan berkat Tuhan seperti anak yang naif, tidak memikirkan penderitaan dan penghinaan yang telah Tuhan tanggung demi keselamatan kami. Baru sekarang, saat aku berada di dalam sarang iblis ini, aku merasakan betapa sulitnya bagi Tuhan untuk bekerja di negara yang kotor dan rusak ini, dan betapa besar penderitaan yang dipikul-Nya! Sesungguhnya, kasih Tuhan kepada manusia membuat-Nya mengalami penderitaan yang luar biasa. Dia melakukan pekerjaan menyelamatkan umat manusia sambil menanggung pengkhianatan manusia. Pengkhianatan manusia hanya menghasilkan penderitaan dan luka. Tidak heran Tuhan pernah berkata: "Bahkan hanya dalam waktu semalam, mereka bisa berubah dari sosok manusia yang penuh senyum dan 'baik hati' menjadi pembunuh berwajah buruk yang kejam, yang tiba-tiba memperlakukan orang yang memberi kebaikan kepada mereka kemarin sebagai musuh bebuyutan, tanpa sebab atau alasan" ("Pekerjaan Tuhan dan Penerapan Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Hari ini, meskipun aku telah jatuh ke dalam cengkeraman iblis, aku tidak akan mengkhianati Tuhan apa pun yang terjadi. Sebesar apa pun kesukaran yang kupikul, aku tidak akan menjadi Yudas demi menyelamatkan diriku sendiri, dan aku tidak akan menyebabkan penderitaan dan kesedihan bagi Tuhan. Sebagai akibat aku difitnah oleh Yudas tersebut, para polisi jahat itu meningkatkan penyiksaan mereka. Sementara itu, orang yang berkhianat itu berdiri di sebelahku dan berkata: "Kau tidak bisa membedakan yang baik dari yang buruk. Kau layak menerimanya! Kau tidak menghargai kebaikanku. Kau layak disiksa sampai mati!" Mendengar perkataan jahat dan kejam ini membuatku marah—tetapi aku juga merasakan kesedihan yang tak dapat dijelaskan. Aku ingin menangis, tetapi aku tahu aku tidak boleh menangis; aku tidak ingin membiarkan Iblis melihat kelemahanku. Dalam hatiku, aku diam-diam berdoa: "Ya Tuhan! Aku berharap Engkau mendapatkan hatiku. Meskipun aku tidak mampu melakukan apa pun untuk-Mu saat ini, aku ingin menjadi kesaksian kemenangan bagi-Mu di hadapan Iblis dan orang jahat ini, sepenuhnya mempermalukan mereka, sehingga melalui ini, aku membawa penghiburan bagi hati-Mu. Ya Tuhan! Kiranya Engkau melindungi hatiku, dan membuatku lebih kuat. Jika aku menangis, biarlah air mataku mengalir hanya di dalam hatiku—aku tidak boleh membiarkan mereka melihat air mataku. Aku seharusnya bahagia karena aku mengerti kebenaran, karena Engkau telah menyingkirkan selubung yang menutupi mataku, memberiku kemampuan untuk membedakan, dan dengan jelas melihat natur dan hakikat Iblis, yaitu untuk menentang dan mengkhianati-Mu. Di tengah pemurnian, aku juga telah melihat bagaimana tangan-Mu yang bijaksana mengatur segalanya. Aku ingin mengandalkan-Mu untuk menghadapi interogasi berikutnya dan mengalahkan Iblis, agar Engkau dapat dimuliakan di dalam diri-Ku." Setelah berdoa, dalam hatiku ada kekuatan untuk tidak menyerah sampai aku menyelesaikan kesaksianku bagi Tuhan. Aku tahu ini telah diberikan kepadaku oleh Tuhan, bahwa Tuhan telah memberiku perlindungan besar dan telah sangat menggerakkan diriku. Para polisi jahat itu ingin menggunakan wanita jahat ini untuk membuatku mengkhianati Tuhan, tetapi Tuhan adalah Tuhan yang bijaksana, dan Dia memakai wanita jahat ini sebagai sebuah kontras untuk menunjukkan kepadaku natur pemberontak dari manusia yang rusak, sehingga mendorong tekad dan imanku untuk memuaskan Tuhan. Selain itu, aku memiliki pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan yang bijak, dan aku melihat bahwa Tuhan mengatur dan menggerakkan semua yang ada dengan tujuan untuk menyempurnakan umat Tuhan. Ini adalah fakta tak terbantahkan tentang bagaimana Tuhan menggunakan hikmat untuk mengalahkan Iblis.
Melihat bahwa mereka tidak akan berhasil membuatku mengatakan apa pun yang mereka inginkan, mereka tidak peduli berapa pun biaya yang harus dikeluarkan—baik itu tenaga kerja, ataupun sumber daya materi dan finansial—untuk melakukan berbagai macam cara demi mencari bukti bahwa aku adalah orang yang percaya kepada Tuhan. Tiga bulan kemudian, semua upaya yang mereka lakukan sia-sia. Akhirnya, mereka memakai cara terakhir: mereka menemukan seorang ahli interogasi Dikatakan bahwa setiap orang yang dibawa kepadanya mengalami tiga macam penyiksaan, dan tidak pernah ada yang tidak mengaku. Suatu hari, empat petugas polisi datang dan berkata kepadaku, "Hari ini kami akan membawamu ke rumah baru." Selanjutnya, mereka mendorongku masuk ke dalam mobil gerbong tahanan, memborgol tanganku ke belakang, dan mengenakan kain penutup kepala di kepalaku. Situasi itu membuatku berpikir mereka sedang membawaku keluar untuk secara diam-diam mengeksekusiku. Dalam hatiku, mau tak mau aku merasa panik. Namun setelah itu, aku teringat lagu pujian yang biasa kunyanyikan ketika aku percaya kepada Yesus: "Sejak masa-masa awal bergereja, mereka yang mengikuti Tuhan harus membayar mahal. Puluhan ribu saudara seiman telah mengorbankan diri mereka demi Injil, dan dengan demikian mereka memperoleh hidup yang kekal. Jadilah martir bagi Tuhan, jadilah martir bagi Tuhan, aku siap menjadi martir bagi Tuhan." Hari itu, akhirnya aku memahami lirik dalam lagu pujian itu: mereka yang mengikuti Tuhan harus membayar mahal. Aku juga siap mati bagi Tuhan. Yang mengejutkanku, setelah masuk ke dalam mobil gerbong itu, aku secara tidak sengaja mendengar percakapan antara para polisi jahat itu. Sepertinya mereka membawaku ke tempat lain untuk diinterogasi. Ah! Mereka tidak membawaku untuk dieksekusi—dan aku sedang bersiap untuk mati sebagai martir bagi Tuhan! Tepat saat aku memikirkan ini, tanpa alasan yang jelas, salah seorang polisi itu mengencangkan tali kain penutup kepala di kepalaku. Segera setelah itu, aku mulai merasa tidak nyaman—aku merasa seperti tercekik. Aku mendapati diriku bertanya-tanya apakah mereka benar-benar akan menyiksaku sampai mati. Pada saat itu, aku teringat bagaimana para murid Yesus telah mengorbankan diri mereka untuk menyebarkan Injil. Aku tidak akan menjadi pengecut. Bahkan jika aku harus mati, aku tidak akan memohon kepada mereka untuk melonggarkannya, apalagi aku mengakui kekalahan. Namun aku tidak bisa mengendalikan diriku: aku pingsan dan ambruk menimpa tubuh mereka. Melihat apa yang terjadi, polisi itu dengan cepat melonggarkan kain penutup tersebut. Mulutku mulai mengeluarkan busa, kemudian tidak bisa berhenti muntah. Rasanya seperti aku akan memuntahkan isi perutku. Aku merasa pusing, pikiranku kosong, dan aku tidak bisa membuka mataku. Seluruh tubuhku lemas tak bertenaga, seakan-akan aku lumpuh. Rasanya seperti ada sesuatu yang lengket di mulutku yang tidak bisa kukeluarkan. Tubuhku sejak dahulu memang rapuh, dan setelah disiksa seperti ini aku merasa tubuhku bermasalah, dan bahwa aku mungkin akan berhenti bernapas kapan saja. Di tengah rasa sakit ini, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Apakah aku hidup atau mati, aku mau menaati-Mu. Aku percaya bahwa apa pun yang Engkau lakukan, itu adalah kebenaran, dan aku mohon Engkau melindungi hatiku, sehingga aku dapat tunduk pada semua yang Engkau rancang dan atur." Beberapa waktu kemudian, mobil gerbong itu tiba di sebuah hotel. Pada saat itu, seluruh tubuhku terasa lemah dan aku tidak mampu membuka mataku. Mereka membawaku ke ruangan tertutup. Yang bisa kudengar hanyalah suara-suara kaki tangan pemerintah PKT yang berdiri untuk membahasku, mengatakan bahwa melihatku seperti melihat sikap Liu Hulan. "Sungguh mengesankan!" kata mereka. "Dia bahkan lebih tangguh daripada Liu Hulan!" Mendengar ini, hatiku melonjak dengan kegembiraan. Aku melihat bahwa dengan bersandar pada iman dan mengandalkan Tuhan pasti akan ada kemenangan atas Iblis, bahwa Iblis berada di bawah kaki Tuhan! Aku bersyukur dan memuji Tuhan. Pada saat ini, aku lupa dengan penderitaan ini. Aku merasa sangat bersyukur karena dapat memuliakan Tuhan.
Segera setelah itu, "pakar interogasi" yang dibicarakan para polisi itu tiba. Begitu dia masuk, dia berteriak: "Di mana perempuan jalang itu? Biar aku melihatnya!" Dia berjalan sampai ke depanku dan merenggutku. Setelah menampar aku berkali-kali di wajah, dia memberiku beberapa pukulan keras ke dada dan punggung, lalu melepas salah satu sepatu kulitnya dan memukul wajahku dengan itu. Setelah dipukuli olehnya seperti ini, aku kehilangan rasa bahwa ada sesuatu yang tidak bisa kukeluarkan dari mulut atau perutku. Aku tidak lagi merasa bingung dan aku bisa membuka mataku. Kemampuan merasaku berangsur-angsur kembali ke anggota tubuhku, dan kekuatan mulai kembali ke tubuhku. Selanjutnya, dia dengan kasar merenggut pundakku dan mendorongku ke dinding, memerintahkanku untuk menatapnya dan menjawab pertanyaannya. Melihatku tidak memberi perhatian membuatnya sangat marah, dan dia mencoba mendapatkan reaksi dariku dengan menghina, memfitnah, dan menghujat Tuhan. Dia menggunakan cara yang paling hina dan tercela untuk memancingku, dan berkata dengan nada mengancam, "Aku dengan sengaja menyiksamu dengan apa yang tak tertahankan bagi jiwa dan ragamu, untuk membuatmu menanggung penderitaan yang tidak mampu ditanggung manusia normal—kau akan berharap kau lebih baik mati. Pada akhirnya, kau akan memohon kepadaku untuk melepaskanmu, dan saat itulah kau akan berbicara masuk akal, dan mengatakan bahwa nasibmu bukan berada di tangan Tuhan—tetapi berada di tanganku. Jika aku ingin kau mati, itu akan langsung terjadi. Jika aku ingin kau hidup, kau akan hidup, dan kesukaran apa pun yang aku ingin kau derita, itulah yang akan kau derita. Tuhanmu Yang Mahakuasa tidak mampu menyelamatkanmu—kau hanya akan hidup jika kau memohon kami untuk menyelamatkanmu." Menghadapi para preman, hewan-hewan liar, para setan jahat yang tercela, tak tahu malu, dan hina ini, aku benar-benar ingin melawan mereka. "Segala sesuatu di surga dan di bumi diciptakan oleh Tuhan dan dikendalikan oleh-Nya," pikirku. "Nasibku juga tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Tuhan adalah Penentu hidup dan mati; apa kau pikir aku akan mati hanya karena kau menginginkannya?" Pada saat itu, hatiku dipenuhi amarah. Aku merasa tidak mampu menahannya; aku ingin berteriak, melawan, menyatakan kepada mereka: "Manusia tidak akan pernah memohon belas kasihan dari seekor anjing!" Aku percaya bahwa ini adalah diriku yang mengembangkan rasa keadilanku—tetapi yang mengejutkanku, semakin aku berpikir seperti ini, semakin gelap di dalam diriku. Aku mendapati diriku tanpa kata-kata doa, tidak dapat mengingat lagu pujian apa pun. Pikiranku semakin keruh, aku tidak tahu harus berbuat apa, dan pada saat itu aku mulai merasa sedikit takut. Aku dengan cepat menenangkan diri di hadapan Tuhan. Aku merenungkan diriku sendiri, dan mencoba mengenal diriku sendiri, dan pada saat itu firman penghakiman Tuhan datang kepadaku: "Apa yang engkau kagumi bukanlah kerendahan hati Kristus, ... Engkau tidak mengasihi keindahan ataupun hikmat Kristus..." ("Apakah Engkau Seorang Percaya Sejati?" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Ya—aku telah melihat Kristus sebagai sesuatu yang kurang berarti, dan aku telah mengagumi kuasa dan pengaruh, bukan kerendahhatian Kristus, apalagi mengagumi hikmat dari pekerjaan Tuhan yang tersembunyi. Tuhan menggunakan hikmat-Nya untuk mengalahkan Iblis, Dia menggunakan kerendahhatian dan ketersembunyian-Nya untuk menyingkapkan wajah Iblis yang sebenarnya, dan mengumpulkan bukti untuk menghukum orang jahat. Demikian juga, semua tindakan tercela yang telah dilakukan para polisi itu terhadapku dan semua hal yang menghujat dan menentang Tuhan yang mereka katakan hari ini dengan jelas menyingkapkan hakikat jahat mereka sebagai pembenci kebenaran dan penentang Tuhan, dan ini akan menjadi bukti yang diperlukan untuk menjamin kutukan, penghukuman dan pemusnahan Tuhan. Namun, aku gagal melihat hikmat dan kerendahhatian Kristus, dan, berpikir bahwa "orang yang baik hati dapat ditindas, sama seperti kuda menjadi jinak karena sering ditunggangi," aku tidak senang dihina dan ditindas. Aku bahkan percaya bahwa melawan balik adalah hal yang paling adil, bermartabat, dan berani yang bisa kulakukan. Aku tidak tahu bahwa Iblis ingin menghasutku untuk melawan mereka, memaksaku untuk mengakui fakta tentang kepercayaanku kepada Tuhan untuk menghukumku. Jika aku benar-benar melawan mereka dengan keberanian yang gegabah, bukankah aku akan menjadi korban rencana curang mereka? Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan atas hajaran dan penghakiman-Nya yang tepat waktu terhadapku, yang memberiku perlindungan di tengah pemberontakanku, sehingga aku melihat rencana curang Iblis, mengenali racun Iblis dalam diriku, dan memperoleh sedikit pengetahuan tentang siapa Tuhan dan esensi kehidupan Tuhan yang rendah hati dan tersembunyi. Aku merenungkan bagaimana Kristus menghadapi penganiayaan, perburuan, dan pembunuhan oleh setan PKT, dan bagaimana semua umat manusia menghakimi, mengutuk, memfitnah, dan meninggalkan Dia. Di sepanjang itu semua, Dia menanggung semua ini diam-diam, menanggung semua penderitaan ini untuk melakukan pekerjaan penyelamatan-Nya, dan tidak pernah mengeluh. Aku melihat betapa baik, indah, dan terhormatnya watak Tuhan! Sementara itu, aku—orang yang kotor dan rusak—ingin menggunakan keberanian gegabahku untuk menegakkan martabatku, untuk memperjuangkan keadilanku sendiri berdasarkan kehendakku sendiri ketika dianiaya oleh setan-setan jahat ini. Di manakah rasa keadilan dalam hal ini? Dan di manakah kekuatan karakter dan martabat? Dalam hal ini, bukankah aku sedang menunjukkan sifat jahatku yang buruk? Bukankah aku sedang menyingkapkan naturku yang congkak? Merenungkan ini, hatiku dipenuhi dengan penyesalan. Aku memutuskan untuk meneladani Kristus. Aku menjadi bersedia untuk tunduk pada lingkungan ini dan berusaha yang terbaik untuk bekerja sama dengan Tuhan, tanpa memberikan kesempatan kepada Iblis.
Hatiku menjadi tenang, dan aku diam-diam menunggu putaran selanjutnya dari pertempuranku melawan setan-setan ini. Penolakanku untuk mengaku telah mempermalukan orang yang dianggap ahli tersebut. Dia dengan marah memelintir salah satu lenganku ke punggung dan menarik yang satunya lagi ke belakang bahuku, lalu memborgol kedua tanganku dengan erat. Setelah kurang dari setengah jam, butiran besar keringat membanjiri wajah dan mataku, menghalangiku membukanya. Melihatku tetap tidak akan menjawab pertanyaannya, dia membantingku ke lantai, lalu mengangkatku dengan memegang borgol di punggungku. Aku langsung merasakan sakit di lenganku, seakan-akan lengan itu telah patah. Sangat sakit sampai aku sulit bernapas. Selanjutnya, dia menghempaskanku ke tembok dan membuatku berdiri menghadap tembok. Keringat mengaburkan pandanganku. Rasanya sangat menyakitkan sampai seluruh tubuhku dipenuhi keringat—bahkan sepatuku basah kuyup. Tubuhku sejak dahulu memang rapuh, dan pada saat ini aku pingsan. Yang bisa kulakukan hanyalah bernapas terengah-engah melalui mulutku. Setan itu berdiri di sebelahku, memperhatikanku. Aku tidak tahu apa yang dilihatnya—mungkin dia takut disalahkan jika aku mati—dia dengan cepat mengambil segenggam tisu untuk menyeka keringatku, lalu memberiku segelas air. Dia melakukan ini setiap setengah jam atau lebih. Aku tidak tahu seperti apa penampilanku saat itu. Kurasa pasti sangat menakutkan, karena aku hanya bisa terengah-engah dengan mulut terbuka; sepertinya aku telah kehilangan kemampuan bernapas melalui hidungku. Bibirku kering dan pecah-pecah dan membutuhkan segenap kekuatan yang kumiliki untuk bernapas. Aku merasakan kematian sekali lagi mendekat—mungkin kali ini aku benar-benar akan mati. Namun pada saat itu, Roh Kudus menerangiku. Aku teringat Lukas, salah satu murid Yesus, dan pengalamannya digantung sampai mati. Dalam hatiku, dengan serta-merta aku mendapatkan kekuatanku kembali, dan terus mengatakan hal yang sama berulang-ulang untuk mengingatkan diriku sendiri: "Lukas mati dengan digantung. Aku juga harus menjadi Lukas, aku harus menjadi Lukas, menjadi Lukas .... Aku dengan rela menaati pengaturan dan rencana Tuhan, dan aku berharap untuk setia kepada Tuhan sampai mati seperti Lukas." Ketika rasa sakit itu menjadi tak tertahankan dan aku berada di ambang kematian, tiba-tiba aku mendengar salah seorang polisi jahat itu mengatakan bahwa beberapa saudari-saudari yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa telah ditangkap. Dalam hati, aku terkejut: Beberapa saudara-saudari lainnya harus disiksa. Mereka pasti bertindak sangat keras terhadap saudara-saudari itu. Hatiku dipenuhi dengan kekhawatiran. Aku terus berdoa dalam hati untuk mereka, memohon Tuhan menjaga mereka dan membuat mereka menjadi kesaksian kemenangan di hadapan Iblis dan tidak pernah mengkhianati Tuhan, karena aku tidak ingin ada saudara atau saudari lainnya yang menderita seperti aku. Mungkin aku dijamah oleh Roh Kudus; aku berdoa tanpa henti, dan semakin aku berdoa, semakin aku terinspirasi. Tanpa sadar aku melupakan rasa sakitku. Aku tahu betul bahwa ini adalah pengaturan Tuhan yang bijaksana; Tuhan memperhatikan kelemahanku dan memimpinku melewati waktuku yang paling menyakitkan. Malam itu, aku tidak lagi peduli cara para polisi jahat itu memperlakukanku, dan tidak sedikit pun memperhatikan pertanyaan mereka. Melihat apa yang terjadi, para polisi jahat itu menggunakan tinju mereka untuk memukuli wajahku dengan kejam, kemudian melilitkan rambut di pelipisku di jari-jari mereka dan merenggutnya. Telingaku bengkak karena dipelintir, wajahku tidak bisa dikenali, pantat dan pahaku telah memar dan robek ketika mereka memukuliku dengan sepotong kayu tebal, dan jari-jari kakiku juga menjadi lebam setelah dipukul dengan sepotong kayu. Setelah menggantungku dengan borgol selama enam jam, ketika polisi jahat itu membuka borgol tersebut, daging di bawah ibu jari kiriku telah terkelupas—hanya tertinggal lapisan tipis yang tersisa menutupi tulang. Borgol itu juga membuat pergelangan tanganku penuh lepuh kekuningan, dan tidak mungkin dipakaikan borgol lagi. Pada saat itu, seorang perwira polisi wanita yang terlihat berkuasa berjalan masuk. Dia menatapku dari atas ke bawah, lalu berkata kepada mereka, "Aku tidak bisa lagi mengalahkan yang ini—dia sepertinya akan mati."
Polisi mengunciku di salah satu kamar hotel. Tirai-tirainya ditutup rapat dua puluh empat jam sehari. Seseorang ditugaskan untuk menjaga pintu, dan tidak ada petugas dinas yang diizinkan masuk, juga tidak ada yang diizinkan melihat adegan mereka menyiksa dan menganiayaku di dalam. Mereka bergiliran menginterogasiku tanpa jeda. Selama lima hari lima malam, mereka tidak mengizinkanku tidur, mereka tidak mengizinkanku duduk atau berjongkok, juga tidak mengizinkanku memakan makananku. Aku hanya diizinkan berdiri bersandar di dinding. Suatu hari, seorang pejabat datang untuk menginterogasiku. Melihat bahwa aku mengabaikannya, dia marah dan membuatku jatuh ke bawah meja dengan tendangannya. Selanjutnya, dia menarikku ke atas dan meninjuku, menyebabkan darah mengalir dari ujung mulutku. Untuk menutupi kebiadabannya, dia dengan cepat menutup pintu untuk menghentikan siapa pun masuk. Lalu dia menarik beberapa tisu dan menyeka darahku, membersihkan darah dari wajahku dengan air dan membersihkan darah dari lantai. Aku sengaja meninggalkan sebagian darah di sweter putihku. Namun, ketika aku kembali ke rumah tahanan, para polisi jahat itu memberi tahu tahanan lain bahwa darah pada pakaianku berasal dari saat aku disahkan di rumah sakit jiwa dan mengatakan di situlah aku berada selama beberapa hari terakhir. Luka dan darah di tubuhku disebabkan oleh para pasien—sedangkan mereka, para polisi itu, belum menyentuhku…. Fakta-fakta kejam ini menunjukkan kepadaku kekejaman, kelicikan yang jahat, dan ketidakmanusiawian polisi rakyat, dan aku merasakan ketidakberdayaan dan keputusasaan dari orang-orang yang jatuh ke tangan mereka. Pada saat yang sama, penghargaanku semakin mendalam akan kebenaran, kekudusan, kecemerlangan, dan kebaikan Tuhan, dan merasa bahwa segala sesuatu yang berasal dari Tuhan adalah kasih, perlindungan, pencerahan, penyediaan, penghiburan, dan dukungan. Setiap kali penderitaanku mencapai yang terberat, Tuhan akan selalu mencerahkan dan membimbingku, meningkatkan iman dan kekuatanku, memampukanku untuk meneladani semangat orang-orang kudus yang telah mati martir bagi Tuhan selama berabad-abad, sehingga memberiku keberanian memegang teguh kebenaran. Ketika kebiadaban para polisi jahat itu membuatku berada di ambang kematian, Tuhan mengijinkanku mendengar berita penangkapan saudara-saudari lainnya, menggunakan ini untuk lebih menggerakkanku untuk berdoa bagi mereka, sehingga aku melupakan penderitaanku sendiri dan tanpa disadari mengalahkan kekangan kematian. Berkat si Iblis, yang bertindak sebagai kontras yang jahat dan kejam, aku melihat bahwa hanya Tuhanlah jalan, kebenaran, dan hidup, dan hanya watak Tuhanlah yang merupakan lambang kebenaran dan kebaikan. Hanya Tuhan yang memerintah dan mengatur segalanya, dan Dia menggunakan kuasa dan hikmat-Nya yang besar untuk memimpin setiap langkahku dalam mengalahkan pengepungan pasukan setan, dalam mengalahkan kelemahan daging dan kekangan kematian, dengan demikian memampukanku untuk bertahan hidup dengan gigih di sarang kegelapan ini. Ketika aku merenungkan tentang kasih dan keselamatan Tuhan, aku merasa sangat terinspirasi, dan aku memutuskan untuk melawan Iblis sampai akhir. Bahkan jika aku harus membusuk di penjara, aku akan berdiri teguh dalam kesaksianku dan memuaskan Tuhan.
Suatu hari, banyak polisi jahat yang belum pernah kujumpai sebelumnya datang untuk melihatku dan membahas kasusku. Tanpa sengaja, aku mendengar orang yang dianggap ahli berkata, "Dari semua interogasi yang pernah kulakukan, aku tidak pernah sedemikian keras kepada siapa pun seperti kepada perempuan jalang itu. Aku membuatnya tergantung dengan borgol selama delapan jam (sebenarnya enam jam, tetapi dia ingin pamer, takut atasannya akan mengatakan dia tidak berguna) dan dia tetap tidak mengaku." Aku mendengar suara wanita berkata, "Bagaimana kau bisa memukuli wanita itu dengan sangat buruk? Kau kejam." Ternyata di antara semua orang yang telah ditangkap, akulah yang paling menderita. Mengapa aku sangat menderita? Apakah aku lebih bejat daripada orang lain? Apakah yang kuderita adalah hukuman Tuhan kepadaku? Mungkinkah ada terlalu banyak kerusakan dalam diriku, dan aku sudah mencapai titik hukuman? Memikirkan hal ini, aku tak bisa menahan air mataku. Aku tahu bahwa aku tidak boleh menangis. Aku tidak boleh membiarkan Iblis melihat air mataku—jika dia melihatnya, dia akan percaya aku telah dikalahkan. Namun aku tidak bisa menahan perasaan sedih di hatiku, dan air mata mengalir di luar kendaliku. Di tengah keputusasaanku, aku hanya bisa berseru kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Saat ini, aku merasa sangat sedih. Aku terus ingin menangis. Kumohon lindungilah aku, hentikan aku dari menundukkan kepalaku di hadapan Iblis—aku tidak boleh membiarkannya melihat air mataku. Aku tahu bahwa keadaanku sekarang adalah salah. Aku menuntut dari-Mu dan mengeluh. Dan aku tahu bahwa apa pun yang Engkau lakukan, itu adalah yang terbaik—tetapi tingkat pertumbuhanku terlalu kecil, watak pemberontakanku terlalu besar, dan aku tidak mampu dengan senang hati menerima fakta ini, aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk keluar dari kondisi yang salah ini. Aku mohon agar Engkau membimbingku, dan memampukanku untuk menaati pengaturan dan rencana-Mu, dan tidak pernah lagi salah paham atau menyalahkan-Mu." Saat aku berdoa, satu bagian dari firman Tuhan melintas di pikiranku: "Engkau juga harus minum dari cawan yang telah Aku minum (inilah yang Ia katakan setelah kebangkitan), engkau juga harus berjalan di jalan yang telah Aku tempuh, engkau harus memberikan nyawamu untuk-Ku" ("Cara Petrus Mengenal Yesus" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Air mataku langsung berhenti. Penderitaan Kristus tidak dapat dibandingkan dengan penderitaan makhluk ciptaan mana pun, juga tidak dapat ditanggung oleh makhluk ciptaan mana pun—sedangkan di sini aku merasa diperlakukan tidak adil dan mengeluh kepada Tuhan karena merasa diperlakukan tidak adil setelah menderita sedikit kesukaran. Di mana hati nurani dan akal sehatku dalam hal ini? Bagaimana aku bisa disebut manusia? Setelah itu, aku merenungkan apa yang Tuhan katakan: "Walaupun demikian, kerusakan di dalam natur manusia harus diselesaikan melalui ujian. Dalam aspek mana saja engkau tidak lulus, dalam aspek itulah engkau harus dimurnikan—ini adalah pengaturan Tuhan. Tuhan menciptakan sebuah lingkungan untukmu, yang memaksamu dimurnikan di sana untuk mengetahui kerusakanmu sendiri" ("Bagaimana Memuaskan Tuhan di Tengah Ujian" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Merenungkan firman Tuhan dan merenungkan diriku sendiri, aku mengerti bahwa apa yang diatur oleh Tuhan ditujukan pada kerusakan dan kekuranganku—dan inilah yang justru dibutuhkan oleh hidupku. Hanya melalui penderitaan dan penyiksaan yang tidak berperikemanusiaan inilah aku dapat menyadari bahwa aku terlalu memenuhi hawa nafsuku, bahwa aku egois, hina, menuntut Tuhan dan tidak puas menderita bagi Tuhan dan menjadi kesaksian yang bersinar bagi-Nya. Jika aku tidak mengalami penderitaan ini, aku akan terus berada di bawah kesan yang keliru bahwa aku telah memuaskan Tuhan; aku tidak akan pernah menyadari bahwa aku masih memiliki begitu banyak kerusakan dan pemberontakan di dalam diriku, apalagi mendapatkan pengalaman langsung tentang betapa sulitnya bagi Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya di antara umat manusia yang rusak demi menyelamatkan mereka. Aku juga tidak akan pernah benar-benar meninggalkan Iblis dan kembali ke hadapan Tuhan. Kesukaran ini adalah kasih Tuhan bagiku, itu adalah berkat istimewa bagiku. Setelah memahami kehendak Tuhan, hatiku tiba-tiba terasa jernih dan cerah. Kesalahpahamanku tentang Tuhan lenyap. Aku merasa ada nilai dan makna yang besar dalam kemampuanku untuk menderita kesukaran hari itu!
Setelah mencoba segala yang mereka bisa, para polisi jahat itu tidak mendapat apa pun dariku. Pada akhirnya, mereka berkata dengan keyakinan: "PKT terbuat dari baja, tetapi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa terbuat dari berlian—mereka lebih baik daripada PKT dalam segala hal." Setelah mendengar perkataan ini, dalam hatiku aku tak tahan untuk bersorak dan memuji Tuhan: "Ya Tuhan, aku bersyukur dan memuji-Mu! Dengan kemahakuasaan dan hikmat-Mu, Engkau telah mengalahkan Iblis dan mengalahkan musuh-musuh-Mu. Engkaulah otoritas tertinggi dan kemuliaan hanya bagi-Mu!" Baru pada saat inilah aku melihat bahwa sekejam apa pun PKT, mereka dikendalikan dan diatur oleh tangan Tuhan. Sebagaimana firman Tuhan katakan: "Semua benda di angkasa dan di atas tanah harus berada di bawah kekuasaan-Nya. Semua ciptaan itu tak bisa punya pilihan lain, dan harus tunduk pada pengaturan-Nya. Hal ini ditetapkan oleh Tuhan, dan merupakan otoritas Tuhan" ("Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Dijalani Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia").
Suatu hari, para polisi jahat itu datang untuk menginterogasiku sekali lagi. Kali ini mereka semua tampak agak aneh. Mereka menatapku saat mereka berbicara, tetapi sepertinya mereka tidak berbicara kepadaku. Mereka tampaknya sedang mendiskusikan sesuatu. Seperti sebelumnya, interogasi ini berakhir dengan kegagalan. Kemudian, para polisi jahat itu membawaku kembali ke selku. Dalam perjalanan, tiba-tiba aku mendengar mereka mengatakan bahwa sepertinya aku akan dibebaskan pada tanggal satu bulan depan. Mendengar ini, hatiku hampir meledak dengan kegembiraan: "Ini berarti aku akan bebas tiga hari lagi!" pikirku. "Akhirnya aku bisa meninggalkan neraka iblis ini!" Menyembunyikan kegembiraan di hatiku, aku berharap dan menunggu setiap detik berlalu. Tiga hari terasa seperti tiga tahun. Akhirnya, tanggal satu bulan itu tiba! Hari itu, aku terus menatap ke pintu, menunggu seseorang memanggil namaku. Pagi itu berlalu, dan tidak ada yang terjadi. Aku menaruh semua harapanku untuk bebas di sore harinya—tetapi sampai malam tiba, tetap saja tidak ada yang terjadi. Ketika tiba waktunya untuk makan malam, aku tidak merasa ingin makan. Dalam hatiku, aku merasa kehilangan sesuatu; pada saat itu, rasanya hatiku telah jatuh dari surga ke neraka. "Mengapa dia tidak makan?" tanya petugas lapas itu kepada para tahanan lainnya. "Dia tidak makan banyak sejak dia kembali dari diinterogasi hari itu," jawab salah seorang tahanan. "Pegang dahinya; apakah dia sakit?" kata petugas lapas itu. Seorang tahanan datang dan meraba dahiku. Dia mengatakan dahiku sangat panas, bahwa aku demam. Memang benar. Penyakit itu datang sangat tiba-tiba, dan sangat parah. Pada saat itu, aku pingsan. Selama dua jam, demam itu semakin memburuk. Aku menangis! Mereka semua, termasuk petugas lapas, memperhatikanku menangis. Mereka semua tercengang kebingungan: selama ini mereka memandangku sebagai orang yang tidak dapat dipikat oleh apa pun, juga tidak pernah menyerah meski dihajar, yang tidak meneteskan air mata setiap kali diperhadapkan dengan penyiksaan yang memilukan, dan yang telah digantung dengan borgol selama enam jam tanpa mengeluh. Namun hari ini, tanpa mengalami penyiksaan apa pun, aku menangis. Mereka tidak tahu dari mana datangnya air mataku—mereka hanya berpikir aku pasti sakit parah. Faktanya, hanya Tuhan dan aku yang tahu alasannya. Itu semua karena pemberontakan dan ketidaktaatanku. Air mata ini mengalir karena aku merasa putus asa ketika harapanku sia-sia dan pengharapanku telah pupus. Itu adalah air mata pemberontakan dan keluhan. Pada saat itu, aku tidak lagi ingin bertekad untuk menjadi kesaksian bagi Tuhan. Aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk diuji seperti ini lagi. Malam itu, aku meneteskan air mata kesedihan, karena aku tidak tahan lagi hidup di penjara dan aku membenci setan-setan ini—dan bahkan lebih dari itu, aku tidak suka berada di tempat yang mengerikan ini. Aku tidak ingin menghabiskan waktu sedetik pun lagi di sana. Semakin aku memikirkannya, semakin aku menjadi putus asa, dan semakin aku merasakan banyak keluhan, kesedihan, dan kesepian. Aku merasa seperti kapal yang kesepian di laut, kapal yang bisa ditelan air kapan saja; selain itu, aku merasa orang-orang di sekitarku begitu berbahaya dan mengerikan sehingga mereka bisa melampiaskan kemarahan mereka kepadaku kapan saja. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berseru: "Ya Tuhan! Aku mohon Engkau menyelamatkanku. Aku berada pada titik kehancuranku, aku bisa mengkhianati-Mu kapan saja dan di mana saja. Aku mohon agar Engkau menjaga hatiku dan memampukanku untuk kembali di hadapan-Mu sekali lagi, dan aku mohon agar Engkau mengasihaniku sekali lagi, dan memampukanku untuk menerima pengaturan dan rencana-Mu. Meskipun aku tidak dapat mengerti apa yang sedang Engkau lakukan sekarang, aku tahu bahwa semua yang Engkau lakukan adalah baik, dan aku meminta-Mu untuk menyelamatkanku sekali lagi, dan membuat hatiku berpaling kepada-Mu." Setelah berdoa, aku berhenti merasa takut. Aku mulai tenang dan merenungkan diriku, dan pada saat itu firman penghakiman dan pewahyuan Tuhan datang kepadaku: "Apakah engkau menginginkan daging, ataukah mendambakan kebenaran? Apakah engkau menghendaki penghakiman, ataukah kenyamanan? Setelah mengalami begitu banyak pekerjaan Tuhan, dan melihat kekudusan dan kebenaran-Nya, bagaimanakah seharusnya engkau mengejar? Bagaimana engkau harus menjalani jalan ini? Bagaimana seharusnya engkau melakukan kasihmu kepada Tuhan dalam tindakan nyata? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan berdampak apa pun dalam dirimu? Terlepas dari apakah engkau memiliki pengetahuan tentang hajaran dan penghakiman Tuhan itu tergantung pada apa yang engkau jalani, dan sampai sejauh mana engkau mengasihi Tuhan! Bibirmu mengatakan engkau mengasihi Tuhan, namun yang engkau hidupi adalah watak lamamu yang rusak; engkau tidak takut akan Tuhan, apalagi memiliki hati nurani. Apakah orang-orang seperti itu mengasihi Tuhan? Apakah orang-orang seperti itu setia pada Tuhan?... Mungkinkah seseorang seperti ini menjadi Petrus? Apakah mereka yang seperti Petrus hanya memiliki pengetahuan, tetapi tidak hidup di dalamnya?" ("Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Setiap kata penghakiman Tuhan seperti pedang bermata dua yang menyerang kelemahanku yang mematikan, menumpukkan hukuman kepadaku: ya, sering kali aku bersumpah di hadapan Tuhan, mengatakan bahwa aku akan meninggalkan segalanya dan menanggung setiap kesukaran demi kebenaran. Namun hari ini, ketika Tuhan menggunakan kenyataan untuk meminta sesuatu dariku, ketika Dia membutuhkanku untuk benar-benar menderita dan membayar harga untuk memuaskan Dia, aku tidak memilih kebenaran atau kehidupan, tetapi secara membabi buta ditunggangi dengan kecemasan, kesusahan dan kekhawatiran karena kepentingan dan masa depan daging. Aku bahkan tidak memiliki iman sedikit pun kepada Tuhan. Bagaimana aku bisa memenuhi kehendak Tuhan dengan melakukan ini? Tuhan ingin apa yang kuhidupi berbuah. Dia tidak menginginkan sumpah kosong yang indah. Namun di hadapan Tuhan aku memiliki pengetahuan tetapi tidak memiliki kenyataan, dan terhadap Tuhan, aku tidak memiliki kesetiaan ataupun kasih sejati, apalagi ketaatan; aku hidup hanya dengan kecurangan, pemberontakan, dan penentangan. Dalam hal ini, bukankah aku adalah orang yang mengkhianati Tuhan? Bukankah ada adalah orang yang menghancurkan hati Tuhan? Pada saat itu, aku teringat ketika Tuhan Yesus ditangkap dan dipakukan di kayu salib. Satu demi satu, mereka yang telah sering menikmati kasih karunia-Nya meninggalkan Dia. Dalam hatiku, aku dipenuhi dengan penyesalan. Aku membenci pemberontakanku, aku membenci kurangnya kemanusiaanku, aku ingin sekali lagi berdiri, menggunakan tindakan nyata untuk membuat janjiku kepada Tuhan menjadi kenyataan. Bahkan jika aku harus membusuk di penjara, aku tidak akan pernah lagi menyakiti hati Tuhan. Aku tidak akan pernah bisa lagi mengkhianati harga darah yang telah dibayarkan Tuhan bagiku. Aku berhenti menangis, dan dalam hati, aku diam-diam berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, terima kasih karena telah mencerahkan dan membimbingku, dan karena mengizinkanku untuk memahami kehendak-Mu. Aku melihat bahwa tingkat pertumbuhanku sangat kecil, dan aku tidak memiliki sedikit pun kasih atau ketaatan terhadap-Mu. Ya Tuhan, saat ini aku ingin menyerahkan hidupku sepenuhnya kepada-Mu. Bahkan jika aku harus menghabiskan seluruh hidupku di penjara, aku tidak akan pernah menyerah kepada Iblis. Aku hanya ingin menggunakan tindakan nyataku untuk memuaskan-Mu."
Setelah beberapa saat, ada lebih banyak desas-desus yang mengabarkan bahwa aku akan dibebaskan. Dikabarkan bahwa waktunya hanya tinggal beberapa hari saja. Karena pengalaman yang telah kupelajari sebelumnya, kali ini aku agak lebih rasional dan tenang. Meskipun aku merasa sangat bersemangat, aku ingin berdoa dan mencari Tuhan, tidak pernah lagi membuat pilihan untuk diriku sendiri. Aku hanya akan memohon kepada Tuhan agar melindungiku sehingga aku dapat menaati semua pengaturan dan rencana-Nya. Beberapa hari kemudian, desas-desus itu sekali lagi tidak terjadi. Selain itu, aku mendengar petugas lapas mengatakan bahwa bahkan kalau aku sampai meninggal di penjara, mereka tidak akan membebaskanku, alasannya adalah karena aku tidak mau memberi tahu mereka alamat rumah dan namaku—jadi aku akan dipenjara untuk selamanya. Mendengar ini sangat berat bagiku, tetapi aku tahu bahwa ini adalah penderitaan yang harus kutanggung. Tuhan ingin aku menjadi kesaksian bagi-Nya, dan aku bersedia untuk menaati Tuhan, dan tunduk pada kehendak Tuhan, serta aku percaya bahwa segala perkara dan segala sesuatu berada di tangan Tuhan. Ini adalah Tuhan yang sedang menunjukkan kepadaku kasih karunia-Nya yang khusus dan mengangkatku. Sebelumnya, meskipun aku berkata aku akan membusuk di penjara, itu hanyalah harapan dan keinginanku sendiri—aku tidak memiliki kenyataan ini. Sekarang, aku bersedia untuk memberikan kesaksian ini melalui kehidupan yang kujalani dalam kenyataan dan membuat Tuhan menemukan penghiburan dalam diriku. Pada saat aku menjadi penuh kebencian terhadap Iblis dan bertekad untuk bertempur melawan Iblis sampai akhir, untuk benar-benar menjadi kesaksian yang tulus dengan membusuk di penjara, aku melihat kemahakuasaan dan keajaiban perbuatan Tuhan. Pada 6 Desember 2005, mobil gerbong penjara membawaku dari rumah tahanan dan meninggalkanku di pinggir jalan. Dengan demikian, kehidupanku selama dua tahun di penjara berakhir.
Setelah mengalami kesengsaraan yang mengerikan ini, meskipun dagingku telah mengalami banyak kesukaran, aku telah memperoleh seratus—bahkan seribu—kali lebih banyak: aku tidak hanya mengembangkan wawasan dan ketajaman, dan benar-benar melihat bahwa pemerintah PKT adalah perwujudan Iblis si setan, segerombolan pembunuh yang akan membunuh orang tanpa mengedipkan mata, tetapi aku juga telah memahami kemahakuasaan dan hikmat Tuhan, serta kebenaran dan kekudusan-Nya; aku jadi semakin menghargai maksud baik Tuhan dalam menyelamatkanku, dan pemeliharaan serta perlindungan-Nya terhadapku, dengan demikian memampukanku, selama mengalami kebiadaban Iblis, untuk mengalahkan Iblis selangkah demi selangkah, dan berdiri teguh dalam kesaksianku. Mulai hari ini dan seterusnya, aku ingin menyerahkan seluruh keberadaanku sepenuhnya kepada Tuhan, dan aku akan dengan setia mengikuti Tuhan, agar aku bisa didapatkan oleh-Nya secepat mungkin.
1 note · View note
maxy-marthenl · 2 years
Photo
Tumblr media
Shalom! Perjuangan melawan kuasa kegelapan! . . Kuasa gelap, kuasa setan tidak tinggal diam biarkan orang benar hidup dalam kemenangan dan diberkati Tuhan. Setan selalu punya cara untuk menghancurkan kehidupan kita lewat setiap kelemahanmu. Biasanya setan pakai orang untuk menjatuhkanmu. Dan orang yang dipakai setan adalah orang di sekitar kita atau orang dekat dengan kita. Jadi hati-hatilah karena Iblis suka bermain-main dengan kelemahanmu dengan memakai orang disekitar kita. Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Jaga sikap hatimu, kalau sudah keterlaluan, mengganggu dan buatmu kesal tegurlah sesuai aturan yang berlaku. Jangan emosi dan meledak-ledak ya! Tetap sabar dan tenang, dan lawanlah dalam kuasa darah Yesus! Patahkan setiap gangguan yang ada dalam nama Yesus. . . So sahabatku apakah saat ini engkau sedang diprovokasi Iblis lewat orang terdekatmu? Memakai kelemahanmu untuk menghancurkanmu? Hati-hatilah! Proteksi diri dengan kebenaran firmanNya, dan berdoalah dalam nama Yesus. Jangan benci orangnya tetapi benci dan patahkan kuasa setan yang Iblis pakai lewat orang tersebut untuk mengganggu dan menfitnahmu. Roh zinah dan Roh profokator biasa Iblis pakai untuk membuatmu jatuh terikat olehnya. Minta Roh Kudus untuk beri hikmat dari Tuhan. Jusuf terus menerus digoda untuk jatuh kedalam dosa zinah tetapi ia melawan dan berlari menghindarinya. Lawanlah friends! Pakai perlengkapan senjata Allah untuk melindungi dirimu dari panah api zinah si jahat. Kuasa darah Yesus sanggup untuk membentengimu sehingga kuasa setan dihancurkan dalam nama Yesus. Lawanlah! Amin . . . #RenunganHarianTetemanisSungguhManisee #Efesus6:10-20 #Efesus6:12 #HappyFridayMorning #AwalipagiinidenganbersyukurberdoabersatememujisembahNya #TuhanYesusBaik #Bersukacitalah #ThankYouJesus #LordJesusYourSavior #TuhanYesusJuruSelamatHidupmu #GodBlessYou&YourFamilyAmin https://www.instagram.com/p/CgVL_ppBE0K/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
permadikdik · 8 years
Text
Belajar dari Perang Badar
Alhamdulillah, bisa berkesempatan lagi ikut majelis ilmu Ust. Hanan Attaki di Mesjid Trans Studio Bandung. (Acara ini diselenggarakan instansi/organisasi ibu-ibu gitu). Topik kajiannya adalah apa yang kita cari, yaitu pertanyaan paling mendasar atas apa yang kita pikirkan, pertimbangkan, dan putuskan. Saya coba buat tulisan singkatnya (termasuk pemahaman pribadi), semoga bermanfaat. Bismillah~
——
Tumblr media
Ust. Hanan berbagi contoh cerita dari apa yang kita cari melalui kisah Nabi dan para sahabat ketika Perang Badar, perang pertama Islam yang diceritakan dalam Q.S Al Anfaal/Surat Badar.  (Surat ini mengingatkan saya pada kenangan masa kecil, belajar tilawah bersama kaset Muammar ZA. Thanks to YouTube, ternyata ada)
Berikut cuplikan ayat di awal-awal surat:
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Jika diperhatikan, ayat-ayat di atas menceritakan tentang kronologi perang Badar. Namun, karena Al Qur’a bukanlah buku cerita naratif yang beralur, timeline ceritanya tidak mengurut. Kita perlu memahami atau membaca sirah nya dulu (cerita dibalik turunnya ayat, asbabun nuzul) untuk memahami ayat-ayat tersebut. Ust. Hanan menceritakan ringkasannya sbb:
Perang Badar terjadi ketika tahun 2 Hijriyah. Ketika itu, atas perintah Allah, Nabi SW memerintahkan kaum Muhajirin untuk mencegat rombongan Abu Sufyan yang akan berdagang ke Syam untuk mengambil hak-hak harta mereka yang dirampas di Mekah. Untuk sampai ke Syam memang perlu melewati Madinah.
Namun, kabar itu bocor dan diketahui oleh kaum Quraisy di Mekah. Abu Jahal mempersiapkan pasukan berjumlah 100 orang yang terlatih dan sebagian berkuda untuk mengawal rombongan dagang
Nabi bermunajat kepada Allah, lalu Allah memberikan dua pilihan yaitu: mencegat Abu Sufyan karena rombongan dagang biasanya tak bersenjata dan sedikit, dan mencegat dan melawan rombongan Abu Lahab yang sangat besar dan terlatih
Para sahabat tentu saja memilih mencegat Abu Sufyan karena lebih mungkin dilakukan dan apa yang mereka inginkan, yaitu hak-hak mereka dikembalikan, akan terwujud
Tetapi Allah melarang, malah memerintahkan kaum muslimin untuk merapatkan shaf untuk melawan pasukan Abu Lahab. Dengan sangat berat hati, Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk ‘berperang’ dengan Abu Lahab dengan kondisi minim senjata, tak terlatih, dan jumlah pasukan yang sedikit
Para sahabat, termasuk sahabat senior yang pertama masuk Islam, enggan melakukannya. Siapa yang mau bunuh diri? 300 orang melawan 1000 orang bersenjata lengkap. Lebih baik mencegat Abu Sufyan karena pasti menang.  (Penggambarannya seperti pada ayat 6 dan 7) Hal ini menunjukkan bahwa mental sahabat itu dibangun, bukan tiba-tiba langsung menjadi manusia yang sangat baik
Sungguh ini adalah ujian untuk para sahabat. Nabi pun sama, sangat berat hati karena ini adalah perintah Allah Karena kita kadang dipertemukan dengan pertanyaan, sebetulnya apa yang kita cari, harta atau ridho Allah? Kita juga kadang sering dipertemukan dengan realita yang tak sesuai dengan ekspektasi. Maka yang tidak bisa ber-tajdidun niyat (memperbaharui niat), hal ini sangat menyiksa. Karena Allah sebaik-baik perencana, maka sami’na wa atho’na. 
Abu Sufyan kembali ke Mekah dengan selamat. Para muslimin bersiap mendirikan kemah untuk berperang, dengan rasa ragu yang berkepanjangan.
Pada malam sebelum berperang, Nabi SAW dan Abu Bakar tidak bisa tidur dan terus bermunajat kepada Allah, ber-istighosah (ayat 9). Selain mereka, tertidur pulas. Setan memainkan peran sehingga pasukan tertidur sangat pulas, sampai-sampai bermimpi basah.
Ketika menjelang Subuh, keragu-raguan dan kewas-wasan para pasukan ditambah dengan sulitnya air untuk mandi junub.  Berjalan di jalan Allah memang tidak pernah mudah. Galau, was-was, takut akan mengambil keputusan pasti dialami oleh kita semua dalam menentukan sebuah pilihan dan langkah hidup. Maka libatkanlah Allah dalam setiap langkah kita, Insya Allah takkan mengecewakan. Sami’na wa atho’na.
(Ayat 11) Lalu pasukan dibuat mengantuk agar tenang hatinya, karena kantuk adalah rahmat dan ketenangan. Lalu Allah menurunkan hujan, sehingga para sahabat bisa mandi junub dan sholat.  Pertolongan Allah untuk mereka-mereka yang yakin atas ketentuannya
Nabi SAW selalu khawatir karena hanya segelintir saja yang mampu berperang. Tanpa persenjataan lengkap, perisai besi, dll, mereka harus melawan 3 kali lipat pasukan terlatih. Allah kembali menolong, bahkan mengajarkan cara berperang kepada yang belum pernah berperang, yaitu tebaslah di bagian leher karena baju perisai tak akan menutupi leher (Ayat 12). 
Keajaiban lain adalah ketika seribu malaikat turun membantu pasukan muslim, ibarat burung-burung yang menyambar di semua sisi. Seluruh pasukan dihabisi kecuali beberapa orang diselamatkan, untuk menjadi saksi sejarah atas pertolongan Allah Jika berkehendak, bisa saja Allah memberitahu bahwa kemenangan ada di tangan mereka sebelum berperang. Tapi Allah tidak melakukannya, agar dapat terlihat siapa-siapa saja yang paling yakin pada ketentuan Allah ketimbang perhitungan/prediksi matematis yang logis
Kemenangan besar tentu saja menyisakan harta rampasan perang yang banyak. Semua pasukan berebutan. Pasti tak terbagi rata sehingga terjadi percekcokan dan kericuhan. Nabi SAW kemudian mengatakan bahwa semua harta itu milik Allah dan Rasul-Nya (Ayat 1).  Ujian kembali datang, setelah lelah berperang, harta yang mereka kumpulkan adalah hak Allah dan Nabi SAW. Mereka tak punya kuasa atasnya. Mental kembali diuji untuk menjalankan perintah Allah
Adalah Rasul sebaik-baik pemimpin yang adil. Semua harta yang terkumpul dibagikan secara rata kepada kaum Muslimin. Atas ujian yang begitu berat, fisik dan mental, Allah menganugerahkan kepada veteran perang Badar ampunan dari dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang
Bahkan, suatu hari salah seorang veteran perang Badar membocorkan informasi Fathul Makkah, yang seharusnya ia dihukum mati, dimaafkan Nabi SAW secara santun karena Allah sudah menjanjikan ampunan untuknya. Begitu Allah sangat memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada orang-orang yang dia uji sangat berat
Dalam hidup, kita seringkali memaksakan sesuatu yang kita yakini adalah milik kita, menjadi hak kita, dan sangat percaya diri bahwa sesuatu tersebut akan menjadi milik kita. Tetapi, semuanya berjalan tidak sesuai ekspektasi. Padahal jalan Allah tidak seperti demikian. Yang bersusah-susah payah les sana sini, menyiapkan dokumen jauh-jauh hari, latihan wawancara setiap hari, tapi aplikasi beasiswa yang kita inginkan tak kunjung diterima Atau juga pernah kita dihadapkan pada pilihan harus meninggalkan sesuatu yang menurut kita baik, padahal tidak seperti yang Allah inginkan, kita galau. Saat itu kita perlu bertanya, apa yang kita inginkan? apa yang kita cari?Apakah kepentingan dunia atau ridho Allah? Memang berjalan di jalan Allah pastlah sulit, meninggalkan apa yang kita yakini tapi bukan untuk kita juga sulit.  Cukup dengan melibatkan Allah dalam setiap langkah hidup kita, percayalah, rencanaNya pasti lebih baik. Ketika dengan kita melibatkan Allah, pasti Allah nggak akan mengecewakan kita. Wallahu a’lam.
(Disclaimer: Kisah dan ayat dicatat langsung dari ceramah, jika ada istilah yang kurang tepat atau perlu dibetulkan, atau jika ada salah-ketik yang mengganggu silakan saling mengingatkan)
Bandung, 17 Februari 2016 Kajian Sore Mesjid Trans Studio Bandung, Topik: Apa yang Kita Cari? 
2 notes · View notes
ikawelldone · 7 years
Link
Mengusir Jin Pengganggu dari Rumah Pertanyaan: Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Ustadz saya mau bertanya beberapa mengenai hal gaib 1. Seandainya Ustadz diminta mengusir makhluk gaib yang mengganggu suatu rumah, apa yang dapat dilakukan? Selain memperbaiki keislaman di rumah tersebut, misal hal aneh yang dilakukan orang: menabur garam, memasang penangkal baik dari dukun ataupun menempelkan ayat di dinding, membakar kemenyan, memanggil dukun, dsb. 2. Kalau Menyetel Mp3 Alquran dengan sengaja bagaimana? 3. Apakah bisa setan membawa manusia ke alamnya? Karena pernah ada anak-anak bermain -yang satu orang mencari teman lain yang bersembunyi- pada malam dan salah satunya hilang, dan kata “orang pintar” dia dibawa setan ke alamnya, kemudian dengan bantuannya bisa diambil lagi orang tadi, cerita ini dari ibu saya yang mengetahui kejadian ini. 4. Jadi hal apa yang dibenarkan Islam untuk menyelamatkan orang itu? Sedangkan kalau orang yang agamanya benar tidak akan mengetahui tentang ilmu seperti itu. Sama saja kalau mau minta diurut karena salah urat, biasanya kebanyakan tukang urut memiliki ilmu -yang saya tahu mungkin berbau syirik-. Jadi apa yang seharusnya dilakukan. 5. Apakah pasti perbuatan syirik, jika orang Islam, mempunyai kemampuan yang aneh walaupun tujuannya baik dan tidak untuk berbuat kejahatan, seperti kebal atau bisa melihat, melawan, sampai memasukkan jin ke dalam botol -seperti acara “ustadz-ustadz” pemburu jin di TV-, atau menyembuhkan orang sakit dengan memindahkan penyakit ke ayam, kambing, atau hal-hal yang lainnya. Tetapi amalan mereka seperti orang Islam biasa, shalat, puasa, dsb. Sekian dulu Ustadz, Jazakallahu khairan Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Dari: Ahmad Jawaban: Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu Untuk kasus semacam ini, ada dua tindakan yang bisa Anda lakukan; Pertama, pengobatan Maksud kami adalah mengusir jin itu dengan segera. Cara yang paling efektif dalam hal ini adalah membacakan surat Al-Baqarah, satu surat penuh. Ini berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ﻻ ﺗﺠﻌﻠﻮا ﺑﻴﻮﺗﻜﻢ ﻣﻘﺎﺑﺮ، ﺇﻥ اﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻳﻨﻔﺮ ﻣﻦ اﻟﺒﻴﺖ اﻟﺬﻱ ﺗﻘﺮﺃ ﻓﻴﻪ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﺒﻘﺮﺓ “Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877) Sahabat Ibnu Mas’ud mengatakan: ﺇِﻥَّ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﺇِﺫَا ﺳَﻤِﻊَ ﺳُﻮﺭَﺓَ اﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ﺗُﻘْﺮَﺃُ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺖٍ، ﺧَﺮَﺝَ ﻣِﻨْﻪُ “Sesungguhnya setan, apabila mendengar surat Al-Baqarah dibacakan dalam rumah, maka dia akan keluar dari rumah itu.” (HR. Ad-Darimi 3422, At-thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 8642). Hanya 3 hari? Terdapat keterangan bahwa setan meninggalkan rumah itu selama 3 hari. Ini berdasarkan hadis dari Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺳُﻮﺭَﺓَ اﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﻟَﻴْﻼً ﻟَﻢْ ﻳَﺪْﺧُﻞِ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﺑَﻴْﺘَﻪُ ﺛَﻼَﺙَ ﻟَﻴَﺎﻝٍ “Siapa yang membaca surat Al-Baqarah di malam hari maka setan tidak akan memasuki rumahnya selama tiga hari..” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya 780). Hanya saja, keterangan tambahan tiga hari dalam riwayat tersebut dinilai lemah oleh al-Albani, sebagaimana keterangan beliau di Silsilah Ad-Dhaifah no. 1349. Hanya Setan yang Mengganggu Setan yang lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah adalah setan yang mengganggu secara zahir. Sebagaimana keterangan yang dinukil Ibnu Hibban, dari Imam Abu Hatim: ���َﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ ﺣَﺎﺗِﻢٍ: ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: «ﻟَﻢْ ﻳَﺪْﺧُﻞِ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﺑَﻴْﺘَﻪُ»، ﺃَﺭَاﺩَ ﺑِﻪِ ﻣَﺮَﺩَﺓَ اﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦِ ﺩُﻭﻥَ ﻏَﻴْﺮِﻫِﻢْ Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “setan tidak akan memasuki rumahnya” maksudnya adalah setan yang membangkang (mengganggu) bukan yang lainnya. (Shahih Ibnu Hibban, 3:59) Siapa yang Membaca? Siapa saja, tidak harus tuan rumah. Lebih-lebih, jika tuan rumah sendiri tidak bisa membaca Alquran. Karena lafal dalam hadis: “yang dibacakan surat Al-Baqarah” dengan bentuk kalimat pasif. Artinya siapapun yang membaca, selama dilakukan di dalam rumah, telah memenuhi syarat untuk mengusir setan. Hanya saja tidak boleh menggunakan rekaman Mp3 atau sejenisnya. Karena membaca butuh niat, dan audio player atau komputer tidak bisa berniat. Kedua, tindakan pencegahan Tindakan ini merupakan upaya berkelanjutan selama menempati rumah tersebut. Karena berkelanjutan, upaya ini hanya bisa dilakukan oleh tuan rumah atau orang yang menempatinya. Dia tidak lagi bisa bergantung atau meminta bantuan orang lain. Karena itu, upaya ini lebih menekankan pada mental keagamaan penghuni rumah. Ada beberapa rutinitas yang selayaknya dilakukan, agar rumah kita selalu dijauhi setan yang suka mengganggu: 1. Rajin baca Alquran dan ibadah apapun di dalam rumah. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ﻻ ﺗﺠﻌﻠﻮا ﺑﻴﻮﺗﻜﻢ ﻣﻘﺎﺑﺮ، ﺇﻥ اﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻳﻨﻔﺮ ﻣﻦ اﻟﺒﻴﺖ اﻟﺬﻱ ﺗﻘﺮﺃ ﻓﻴﻪ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﺒﻘﺮﺓ “Jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780, At-Turmudzi 2877) Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam men-kontras-kan antara rumah dengan kuburan. Beliau memerintahkan agar rumah kita tidak dijadikan seperti kuburan. Salah satu sifat yang mencolok dari kuburan adalah itu bukan tempat ibadah. Agar rumah kita tidak seperi kuburan yang bisa jadi banyak setan pengganggu, gunakan rumah kita untuk ibadah. Hadis ini sekaligus menuntut Anda yang belum bisa membaca Alquran agar segera dan serius dalam belajar Alquran. Untuk menjadikan rumah Anda sebagai taman bacaan Alquran, tidak mungkin setiap hari Anda harus mengundang orang lain. Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اﺟْﻌَﻠُﻮا ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺻَﻼَﺗِﻜُﻢْ ﻭَﻻَ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﻫَﺎ ﻗُﺒُﻮﺭًا “Jadikanlah bagian shalat kalian di rumah kalian. Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Bukhari 432, Muslim 777, dan yang lainnya). Maksud shalat di sini adalah shalat sunah yang dikerjakan sendiri dan tidak berjamaah. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis: ﺇِﻥَّ ﺃَﻓْﻀَﻞَ ﺻَﻼَﺓِ اﻟﻤَﺮْءِ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﺇِﻻَّ اﻟﺼَّﻼَﺓَ اﻟﻤَﻜْﺘُﻮﺑَﺔَ “Susungguhnya shalat seseorang yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari 7290 dan yang lainnya). 2. Jangan pedulikan segala bentuk gangguan. Sikap cuek, tidak peduli, ternyata menjadi cara ampuh untuk mengusir setan. Setan sebagaimana manusia, ketika dia mengganggu, kemudian tidak digubris, bisa jadi dia akan bosan untuk mengganggu Anda. Berbeda ketika Anda merasa ada yang mengganggu, kemudian Anda cari-cari di mana tempatnya, atau bahkan Anda ajak bicara, atau Anda siram dengan garam dan semacamnya, dia akan semakin menjadi-jadi dalam menggoda Anda. Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Aku pun mengatakan, “Celakalah setan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang, ﻻَ ﺗَﻘُﻞْ ﺗَﻌِﺲَ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﺇِﺫَا ﻗُﻠْﺖَ ﺫَﻟِﻚَ ﺗَﻌَﺎﻇَﻢَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻣِﺜْﻞَ اﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝَ ﺑِﻘُﻮَّﺗِﻰ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻗُﻞْ ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠَّﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﺇِﺫَا ﻗُﻠْﺖَ ﺫَﻟِﻚَ ﺗَﺼَﺎﻏَﺮَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻣِﺜْﻞَ اﻟﺬُّﺑَﺎﺏِ “Janganlah kamu ucapkan ‘celakalah setan”, karena jika kamu mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (HR. Ahmad 5:95 dan Abu Daud 4982 dan dishahihkan al-Albani) Ketika Anda mendengar atau melihat ada sesuatu yang mengganggu, jangan diajak bicara, tapi mintalah perlindungan kepada Allah dan berdoa kepada-Nya. 3. Baca doa ketika masuk rumah Hal kecil yang mungkin perlu dibiasakan adalah memulai segala yang penting dengan doa atau dzikir. Salah satunya, ketika kita masuk rumah. Meskipun kelihatanya remeh, namun hasilnya luar biasa. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ﺇِﺫَا ﺩَﺧَﻞَ اﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺑَﻴْﺘَﻪُ ﻓَﺬَﻛَﺮَ اﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨْﺪَ ﺩُﺧُﻮﻟِﻪِ، ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻃَﻌَﺎﻣِﻪِ، ﻗَﺎﻝَ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ: ﻻَ ﻣَﺒِﻴﺖَ ﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻻَ ﻋَﺸَﺎءَ، ﻭَﺇِﺫَا ﺩَﺧَﻞَ ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﺬْﻛَﺮِ اﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨْﺪَ ﺩُﺧُﻮﻟِﻪِ ﻗَﺎﻝَ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ: ﺃَﺩْﺭَﻛْﺘُﻢُ اﻟْﻤَﺒِﻴﺖَ “Apabila ada orang yang masuk rumah, kemudian dia mengingat Allah ketika masuk, dan ketika makan, maka setan akan mengatakan (kepada temannya): ‘Tidak ada tempat menginap dan tidak ada makan malam.’ Tapi apabila dia tidak mengingat Allah (bismillah dan jangan lupa ucapkan salam) ketika masuk, maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya) Ada doa khusus ketika masuk rumah, akan tetapi doa ini dinilai dhaif oleh al-Albani. Karena itu, makna dzikir kepada Allah adalah membaca basmalah. 4. Baca doa ketika hendak makan Membaca basmalah ketika hendak makan, menjadi penghalang setan untuk ikut makan bersama Anda. Hadis dari Jabir di atas menegaskan hal ini, ﻭَﺇِﺫَا ﺩَﺧَﻞَ ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﺬْﻛَﺮِ اﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨْﺪَ ﺩُﺧُﻮﻟِﻪِ ﻗَﺎﻝَ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ: ﺃَﺩْﺭَﻛْﺘُﻢُ اﻟْﻤَﺒِﻴﺖَ، ﻓَﺈِﺫَا ﻟَﻢْ ﻳَﺬْﻛُﺮِ اﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨْﺪَ ﻃَﻌَﺎﻣِﻪِ ﻗَﺎﻝَ: ﺃَﺩْﺭَﻛْﺘُﻢُ اﻟْﻤَﺒِﻴﺖَ ﻭَاﻟْﻌَﺸَﺎءَ Tapi apabila dia tidak mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap’. Dan jika dia tidak mengingat Allah ketika makan maka setan akan mengatakan: ‘Kalian mendapatkan tempat menginap dan makan malam’.” (HR. Muslim 2018, Abu Daud 3765 dan yang lainnya) 5. Baca doa ketika tutup pintu Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan banyak saran agar kita tidak terganggu setan. Salah satunya: ﻭَﺃَﻏْﻠِﻘُﻮا اﻷَﺑْﻮَاﺏَ ﻭَاﺫْﻛُﺮُﻭا اﺳْﻢَ اﻟﻠَّﻪِ، ﻓَﺈِﻥَّ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻻَ ﻳَﻔْﺘَﺢُ ﺑَﺎﺑًﺎ ﻣُﻐْﻠَﻘًﺎ “Tutuplah pintu, dan sebutlah nama Allah. Karena setan tidak akan membuka pintu yang tertutup (yang disebut nama Allah).” (HR. Bukhari 3304, Muslim 2012 dan yang lainnya) Sekali lagi, hanya dengan membaca: Bismillah.. 6. Berdoa ketika keluar rumah Satu doa ketika keluar rumah. Ringkas, mudah dihafal, tapi khasiatnya besar: ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮَﻛَّﻠْﺖُ ﻋَﻠَﻰ اﻟﻠَّﻪِ، ﻻَ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻻَ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAH, LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH Dengan nama Allah aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah. Dalam hadis dinyatakan, siapa yang keluar rumah kemudian dia membaca doa di atas, maka disampaikan kepadanya: Kamu diberi petunjuk, dicukupi dan dilindungi. Maka setan kemudian berteriak: ﻛَﻴْﻒَ ﻟَﻚَ ﺑِﺮَﺟُﻞٍ ﻗَﺪْ ﻫُﺪِﻱَ ﻭَﻛُﻔِﻲَ ﻭَﻭُﻗِﻲَ “Bagaimana kalian bisa mengganggu orang yang sudah diberi hidayah, dicukupi, dan dilindungi.” (HR. Abu Daud 5095, Turmudzi 3426 dan dishahihkan al-Albani) 7. Jauhkan rumah Anda dari gambar makhluk bernyawa Siapa sangka, ternyata gambar makhluk bernyawa bisa membuat jin dan setan nakal itu semakin betah di rumah kita. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ﺃَﻥَّ اﻟﻤَﻼَﺋِﻜَﺔَ ﻻَ ﺗَﺪْﺧُﻞُ ﺑَﻴْﺘًﺎ ﻓِﻴﻪِ ﺻُﻮﺭَﺓٌ “Sesungguhnya malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada gambar.” (HR. Bukhari 3224, Nasai 5348 dan yang lainnya). Ketika malaikat penebar rahmat tidak memasuki rumah Anda, di saat itulah makhluk lain, yang juga tidak kelihatan, akan menggantikan posisi mereka. Foto keluarga, gambar binatang dan seterusnya bisa jadi membuat rumah Anda makin indah bagi setan. 8. Jauhkan rumah Anda dari musik Banyak orang tidak sadar, ternyata suara ini berbahaya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya mizmarus syaithan (musik setan). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan salah satunya, lonceng. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ﻓِﻲ اﻟْﺠَﺮَﺱِ ﻣِﺰْﻣَﺎﺭُ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang lonceng: musik setan. (HR. Abu Daud 2556) Di kesempatan yang sama, malaikat penebar rahmat menghindari rumah yang dipenuhi denngan musik. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ﺇِﻥَّ اﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔَ ﻻَ ﺗَﺼْﺤَﺐُ ﺭُﻓْﻘَﺔً ﻓِﻴﻬَﺎ ﺟَﺮَﺱٌ “Sesungguhnya malaikat tidak akan menyertai rombongan yang di sana ada loncengnya.” (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, 1001). Kita telah memahami, terjadi sikap kontradiktif antara malaikat penebar rahmat dengan setan pembangkang. Ketika salah satunya menghindar, di saat itulah satunya menggantikan. Jadikan rumah Anda seperti taman-taman malaikat penebar rahmat, bukan tempat peristirahatan yang nyaman bagi setan. Hiasi rumah Anda dengan berbagai ketaatan dan amal shaleh. Agar yang menemani Anda juga makhluk yang sholeh. Hiasi rumah Anda dengan bacaan Alquran, shalat, kajian mengupas halal-haram, dan lantunan suara langit lainnya. Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com) sumber :
0 notes
perempuanbanyu · 7 years
Text
Tarian Lumba di Nadir Lovina
Tumblr media
Pagi masih pekat. Matahari belum menggeliat. Saya beranjak dari penginapan, dijemput oleh seorang pemandu, diantar ke sebuah pantai yang lain dari sebelumnya. Pantai yang, kali ini, masih lenggang, hanya perahu jukung yang terlihat berjajar. Beberapa melepas tali yang tertambat, siap mengantarkan orang-orang yang ingin melihat lumba-lumba menari. Enam pagi yang pekat.
Lovina memang terkenal dengan wisata lumba-lumba. Hampir semua tempat di Lovina menawarkan atraksi yang menjadi andalan ini. Pagi hari adalah waktu yang tepat, karena pada jam itulah lumba-lumba akan muncul ke permukaan air laut, melompat dan menari, mancari perhatian bagi khalayak ramai yang menantikannya.
Rasa takut akan laut itu bagai setan gentayangan. Ia mengganggu sampai titik nadir. Sama seperti Samihi yang juga takut pada laut karena kenangan yang buruk. Trauma. Tetapi, ketika memikirkan kesempatan melihat lumba-lumba di tengah lautan, saya harus menghadapi setan itu.
Dengan rasa yang konstan mengikuti itu, saya menaiki perahu ramping yang memiliki sayap di kanan dan kiri. Duduk di baris keempat dan berpegangan erat, dua paling depan, sepasang muda-mudi duduk santai tanpa rasa apa-apa; baris ketiga dan kelima kosong; paling belakang duduk pemandu sekaligus pemegang kemudi. Saya duduk dengan berpegangan erat pada bibir perahu sembari berdoa semoga selamat.
Banyak alasan saya ragu mengikuti wisata lumba-lumba ini. Selain karena rasa takut, juga karena pada dasarnya, saya tidak begitu menyukai segala macam sirkus, apalagi binatang. Tetapi saya berpikir, toh atraksi ini dilakukan di laut, tempat asal lumba-lumba. Jadilah saya sekarang berada di perahu ini dengan rasa takut akan laut. Rasa takut yang terus menggelayut seperti kanker akut. Bah! Tadi bagai setan, sekarang seperti kanker.
***
Tumblr media
Saya menghela nepas dalam-dalam ketika perahu melaju ke tengah laut dengan perlahan dan lalu semakin cepat. Matahari yang semula bersembunyi di balik cakrawala sudah mulai tampak geliatnya. Hantaman ombak pada punggung dan tangan perahu jungkung itu mengeluarkan bunyi kecipak air dan membuat perahu mengalun gempita, menari di atas riaknya. Semakin erat jemari saya berpegangan papda bibir perahu, sama eratnya dengan angin pagi yang menyapu wajah dengan malai-malainya. Malai angin yang sedikit membuat damai. Malai angin yang berusaha membuat saya tampak tanpa gentar.
Saya tidak yakin berapa jumlah perahu yang mengikuti wisata lumba-lumba pagi ini, mungkin duapuluh, atau tigapuluh, atau limapuluh, tidak menghitung. Siapa pula yang hendak menghitung perahu?
Matahari terus beranjak dan terus membulat ketika derik mesin perahu yang semakin banyak berada di tengah laut. Derik sembrebet yang beradu dengan siulan dari mulut para pemandu. Derik yang bersentuhan dengan ombak, mengeluarkan bunyi kecipak.
Tumblr media
Kemana lumba-lumba itu? Apakah mereka mendengar siulan? Apakah siulan dan bunyi kecipak air, siulan yang merambat pada angin laut yang membelai lembut wajah itu benar-benar memanggil lumba-lumba? Saya bertanya entah kepada siapa. Bertanya tanpa berharap sebuah jawaban. Pertanyaan yang tidak dipedulikan oleh perahu yang terus berputar tak tentu arah. Satu membalap lainnya, seolah ingin menjadi yang pertama atau paling depan melihat lumba-lumba, sama seperti sinar matahari yang berlomba dengan angin untuk menjadi siapa yang lebih dipilih manusia untuk mengadu nasip.
Lalu tiba-tiba terdengar sorak orang-orang dari kejauhan. Lumba-lumba muncul sepintas. Dengan sigap, perahu lain yang tidak berada di lokasi tempat lumba-lumba itu tadi muncul, bergegas menyusul. Termasuk perahu yang saya tumpangi ini. Lebih erat saya berpegangan. Tetapi si lumba dengan cepat menghilang ke dalam lautan kembali. Mereka malu-malu.
Tumblr media
Perahu terus berputar tak tentu arah. Berputar sembari berharap lumba-lumba keluar kembali. Siulan para pemandu pun terus dibunyikan, siulan panggilan. Siulan yang bunyinya seperti suara pekik lumba-lumba yang sedang berbicara dengan sesamanya. Siulan yang suaranya seperti lagu pantun Bali dalam geguritan.
Lalu riuh kembali menggelegar ke udara, lumba-lumba muncul lagi. Perahu-perahu berburu menuju pusat atraksi. Sadar sedang ditonton, lumba-lumba yang selalu hadir bergelombol itu, berenang timbul tenggelam memamerkan siripnya yang cantik. Lalu sekejap menghilang di dalam lautan. Saya menghembus napas lepas.
Di atas, perahu-perahu jungkung terus terombang-ambing oleh ombak dengan kecipak air. Terombang-ambing oleh nasip yang ditentukan oleh tarian lumba-lumba. Tarian yang menjadi nadir di Lovina. Tarian yang mengalahkan Matahari dalam hal mengadu nasip. Saya bergeming dalam hati, apakah ini sudah benar? Apakah wisata ini, puluhan perahu yang berburu mengeluarkan derik mesin sembrebet itu benar-benar tidak mengganggu habitat lumba-lumba? Ah, semoga saja benar. Toh dilakukan di lautan, di rumah lumba-lumba. Mereka, lumba-lumba itu, menari dengan kemauan sendiri. Muncul atas kehendak sendiri, bukan karena paksaan atau pancingan makanan atau apapun, saya menjawab pertanyaan sendiri.
Pegangan saya semakin erat ketika tiba-tiba perahu berbalik haluan seratusdelapanpuluh derajat menuju tempat lumba-lumba kembali muncul ke permukaan. Terasa sekali gelombang laut menggoyang perahu dengan seenaknya. Mengobrak-abrik rasa takut seperti hantaman keras ombak pada dinding perahu.
Tetapi kali ini, lumba-lumba itu membayar kegelisahan saya. Mereka melompat tinggi ke udara, menari memutarkan tubuhnya lalu kembali masuk ke dalam laut. Aih, cantik sekali. Gemuruh orang sorak-sorai yang terkesima, termasuk saya. Pandai sekali mereka mencari perhatian.
Lalu ada lagi. Kali ini tepat di depan mata. Mereka melompat dan menari singkat di udara. Memutarkan tubuh bulat panjangnya ke udara. Tampak jelas moncong, sirip, sayap, dan ekornya, berlomba ingin menjadi bagian tubuh yang paling cantik dilihat. Lalu mereka tenggelam lagi.
Laut hening lagi. Takut lagi.
Kemudian sekejab muncul tepat di samping, berenang mengiringi perahu. Lalu kembali hilang. Begitu saja terus. Saya tersenyum, mereka benar-benar pandai mencari perhatian dan mengalihkan ketakutan.
Perahu terus berputar seturut dengan mentari yang merambat naik. Angin laut semakin terasa menyapu wajah, menyapu dengan lembut, seperti malai ilalang yang tersentuh tangan. Malai angin yang, kali ini, berhasil membuat saya tampak tanpa gentar berada di lautan, membantu saya mengusir setan gentayangan.
Saya menebarkan pandang ke segala penjuru lautan; merasakan sapuan angin; menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya lepas; mendengarkan siulan-siulan yang suaranya bak geguritan, saya sebarkan pandangan ke laut lepas. Berharap melihat kembali lumba-lumba yang berhasil mengaburkan rasa takut akan laut. Rasa takut yang konstan menggurui. Entah sampai kapan takut itu hadir. Mungkin sampai saya bisa berenang. Dan menyelam, mungkin. Melihat keindahan dari dalam lautan.
Tumblr media
***
Satu jam berlalu, tidak ada tanda-tanda lumba-lumba muncul kembali. Mungkin Matahari sudah begitu tinggi dan lumba-lumba itu enggan beranjak menari. Punggung bukit di ujung Selatan sana yang sebelumnya remang-remang berkabut, kini tampak jelas oleh cahaya. Perahu pun akhirnya kembali ke peraduan, kembali ke bibir pantai. Wisata usai.
Saya diantar kembali oleh pemandu menuju penginapan. Pagi masih semarak. Suara ombak di balik pagar bambu terdengar ringan. Saya melirik arloji di lengan, setengahdelapan pagi. Menyeduh segelas kopi rasanya belum terlambat, batin saya kala itu.
Menikmati pagi seperti sedia kala. Duduk di kursi kayu, di samping tenda tidur, menyesap kopi yang masih panas, meletakkan kaki di atas meja; beberapa orang lalu lalang. Dalam lantunan kopi yang merasuk ke dalam tenggorokan, saya memikirkan tentang hal yang baru saja dialami, melawan rasa takut untuk melihat lumba-lumba menari. Saya teringat pepatah yang mengatakan, cara terbaik mengalahkan rasa takut adalah dengan cara melakukan yang ditakutkan itu. Saya kembali menyesap kopi sembari memikirkan tentang sebuah rasa takut yang dibayar lunas oleh gerombolan ikan penguasa lautan Lovina. Menyenangkan.
Masih dalam pagi yang biasa dengan secangkir kopi, saya menyesap sekali lagi, sembari tersenyum tipis, mengingat-ingat kembali tarian lumba-lumba, lucu sekali mereka. Pada mulanya, moncongnya keluar dari permukaan air, lalu sirip, dan kemudian ekornya. Lincah melompat tinggi ke udara, memperlihat gemulai tubuhnya, berputar di udara, lalu kembali masuk ke dalam laut. BYURR!!
Wisata yang menarik, geming saya dalam hati sembari kembali menyesap kopi. Tarian lumba-lumba yang diburu orang. Tarian yang pertama kali saya saksikan dan mungkin menjadi yang terakhir. Saya berharap, semoga wisata ini bergeliat pada tempatnya, secara benar. Para penggiat wisata tahu akan kadar batasnya, tidak berlebihan, sehingga habitan lumba-lumba selalu lestari di Lovina.
Sementara, Lovina adalah rumah mereka. Tempat di mana lumba-lumba hidup di bawah titik nadir ribuan ombak yang mengalun lembut.
Tumblr media
1 note · View note
mayobay · 7 years
Photo
Tumblr media
Mengusir Jin Pengganggu dari Rumah Pertanyaan: Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Ustadz saya mau bertanya beberapa mengenai hal gaib 1. Seandainya Ustadz diminta mengusir makhluk gaib yang mengganggu suatu rumah, apa yang dapat dilakukan? Selain memperbaiki keislaman di rumah tersebut, misal hal aneh yang dilakukan orang: menabur garam, memasang penangkal baik dari dukun ataupun menempelkan ayat di dinding, membakar kemenyan, memanggil dukun, dsb. 2. Kalau Menyetel Mp3 Alquran dengan sengaja bagaimana? 3. Apakah bisa setan membawa manusia ke alamnya? Karena pernah ada anak-anak bermain -yang satu orang mencari teman lain yang bersembunyi- pada malam dan salah satunya hilang, dan kata “orang pintar” dia dibawa setan ke alamnya, kemudian dengan bantuannya bisa diambil lagi orang tadi, cerita ini dari ibu saya yang mengetahui kejadian ini. 4. Jadi hal apa yang dibenarkan Islam untuk menyelamatkan orang itu? Sedangkan kalau orang yang agamanya benar tidak akan mengetahui tentang ilmu seperti itu. Sama saja kalau mau minta diurut karena salah urat, biasanya kebanyakan tukang urut memiliki ilmu -yang saya tahu mungkin berbau syirik-. Jadi apa yang seharusnya dilakukan. 5. Apakah pasti perbuatan syirik, jika orang Islam, mempunyai kemampuan yang aneh walaupun tujuannya baik dan tidak untuk berbuat kejahatan, seperti kebal atau bisa melihat, melawan, sampai memasukkan jin ke dalam botol -seperti acara “ustadz-ustadz” pemburu jin di TV-, atau menyembuhkan orang sakit dengan memindahkan penyakit ke ayam, kambing, atau hal-hal yang lainnya. Tetapi amalan mereka seperti orang Islam biasa, shalat, puasa, dsb. Sekian dulu Ustadz, Jazakallahu khairan Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Dari: Ahmad Jawaban: Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu Untuk kasus semacam ini, ada dua tindakan yang bisa Anda lakukan; Pertama, pengobatan Maksud kami adalah mengusir jin itu dengan segera. Cara yang paling efektif dalam hal ini adalah membacakan surat Al-Baqarah, satu surat penuh. Ini berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لا تجعلوا بيوتكم مقابر، إن الشيطان ينفر من البيت الذي
0 notes
Text
Penderitaan dan Ujian─Berkat-Berkat yang Tuhan Karuniakan
Wang Gang Provisi Shandong
Aku adalah seorang petani dan karena keluargaku miskin, aku selalu harus bepergian ke sana kemari untuk menemukan pekerjaan sementara guna mendapatkan uang; kupikir aku dapat mencari penghidupan yang baik bagi diriku sendiri melalui pekerjaan fisik.
Akan tetapi, pada kenyataannya, aku melihat bahwa tidak ada jaminan atas hak-hak hukum pekerja migran sepertiku; gajiku seringkali ditahan untuk alasan yang tidak jelas. Berkali-kali aku dicurangi dan dimanfaatkan oleh orang lain. Setelah setahun bekerja keras, aku tidak menerima jumlah yang semestinya kuterima. Aku merasa dunia ini begitu gelap! Manusia memperlakukan satu sama lain seperti binatang, di mana yang kuat memangsa yang lemah; mereka saling bersaing, saling memukul, dan aku semata-mata tidak mampu untuk terus hidup seperti ini. Dalam rasa sakit yang begitu hebat dan jiwa yang sangat tertekan, dan pada saat aku telah kehilangan keyakinan dalam hidupku, seorang teman membagikan kepadaku keselamatan Tuhan Yang Mahakuasa. Sejak saat itu, aku berkumpul, berdoa dan menyanyi dengan saudara-saudari secara berkala; kami membahas kebenaran dan menggunakan kelebihan kami untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Aku merasa sangat bahagia dan terbebaskan. Di Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, aku melihat bahwa saudara-saudariku tidak mencoba mengecoh satu sama lain atau menciptakan perbedaan sosial; mereka semua benar-benar terbuka dan rukun satu sama lain. Semua orang ada untuk mencari kebenaran dengan giat guna membuang watak mereka yang rusak dan hidup layaknya manusia serta memperoleh keselamatan. Ini memungkinkan aku untuk mengalami kebahagiaan dalam hidupku dan memahami arti penting dan nilai kehidupan. Oleh karena itu, aku memutuskan bahwa aku harus menyebarkan Injil dan memungkinkan lebih banyak orang yang hidup dalam kegelapan untuk datang ke hadapan Tuhan guna menerima keselamatan dari-Nya dan kembali melihat terang. Akibatnya, aku bergabung dengan jajaran orang-orang yang memberitakan Injil dan bersaksi bagi Tuhan. Namun, tanpa diduga-duga aku ditahan oleh pemerintah PKT (Partai Komunis Tiongkok) karena mengkhotbahkan Injil dan aku pun menderita penyiksaan yang sangat brutal, perlakuan kejam dan pemenjaraan.
Pada sore hari di musim dingin tahun 2008, saat aku dan dua orang saudari sedang bersaksi mengenai pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepada seorang target penginjilan, kami dilaporkan oleh orang-orang jahat. Enam orang petugas kepolisian menggunakan alasan perlunya memeriksa izin tinggal kami untuk mendobrak masuk ke dalam rumah target penginjilan tersebut. Saat mereka memasuki pintu, mereka berteriak: "Jangan bergerak!" Dua orang polisi yang jahat itu terlihat tidak waras saat memukuli aku; salah satunya menarik baju di dadaku dan yang satunya lagi memegang lenganku dan mengerahkan segenap kekuatannya untuk mengunci tanganku di belakang, lalu ia bertanya dengan galak: "Apa yang sedang kau lakukan? Dari mana asalmu? Siapa namamu?" Aku pun balas bertanya "Apa yang kau lakukan? Untuk apa kau menahan aku?" Saat mereka mendengar aku berkata demikian, mereka menjadi sangat marah dan berkata dengan agresif: "Tidak penting apa alasannya, kaulah yang sedang kami cari dan kau harus ikut dengan kami!" Setelah itu, polisi yang jahat itu membawa aku dan kedua saudariku, memasukkan kami ke dalam mobil polisi dan membawa kami ke kantor polisi setempat.
Setelah kami sampai di kantor polisi, polisi jahat itu membawa aku dan mengunciku di dalam ruangan yang kecil; mereka memerintahkan kepadaku untuk meringkuk di lantai dan mengatur empat orang untuk mengawasiku. Karena aku jongkok untuk waktu yang lama, aku menjadi sangat lelah dan tidak tahan lagi. Saat aku mencoba berdiri, polisi jahat itu bergegas datang dan mendorong kepalaku ke bawah agar tidak dapat berdiri. Baru setelah malam tiba mereka datang untuk menggeledahku dan mengizinkan aku berdiri; ketika mereka tidak menemukan apa pun dalam penggeledahan itu, mereka semua pergi. Tak berapa lama kemudian, aku mendengar teriakan mengerikan dari seseorang yang sedang disiksa di ruangan sebelah, dan pada saat itu aku menjadi sangat takut: aku tidak tahu siksaan dan perlakuan kejam apa yang akan mereka lakukan terhadapku nanti! Aku mulai bergegas berdoa kepada Tuhan dalam hatiku: "Ya Tuhan Yang Mahakuasa, sekarang aku sangat takut, aku mohon agar Engkau memberikanku iman dan kekuatan, jadikan aku kokoh dan berani sehingga dapat menjadi saksi bagi-Mu. Jika aku tidak mampu menahan siksaan dan perlakuan kejam mereka, jika aku harus bunuh diri dengan menggigit lidahku sendiri, aku tidak akan pernah mengkhianati-Mu seperti Yudas!" Setelah berdoa, aku merenungkan firman Tuhan, "Jangan takut, Tuhan Semesta Alam Yang Mahakuasa pasti akan bersamamu; Dia menolongmu dan Dia adalah perisaimu" ("Bab 26, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Ya, Tuhan Yang Mahakuasa adalah penopangku dan Ia ada bersamaku; apa lagi yang perlu kutakutkan? Aku harus bergantung kepada Tuhan untuk melawan Iblis. Firman Tuhan menghilangkan perasaan takut dari dalam hatiku, dan hatiku pun dibebaskan.
Malam itu, empat orang polisi yang sangat jahat datang dan salah satunya menunjuk aku dan berteriak: "Kita tentunya sudah menangkap ikan besar! Kalian orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa mengganggu ketertiban masyarakat dan menghancurkan hukum nasional…" Ia berteriak sambil mendorongku ke ruang penyiksaan di lantai dua, dan memerintahkan kepadaku untuk jongkok. Ruang penyiksaan itu dilengkapi dengan segala jenis alat penyiksaan seperti tali, tongkat kayu, pentungan, cambuk, senapan, dll. Semuanya diletakkan dengan sembarangan. Dengan alis mengernyit dan mata yang bersinar-sinar, seorang polisi jahat menjambak rambutku dengan satu tangan, dan memegang pentungan listrik, yang mengeluarkan bunyi "kejutan listrik dan letupan" yang berisik di tangan satunya, dan menanyakan informasi dengan ancaman: "Berapa banyak orang di gerejamu? Di mana kalian bertemu? Siapa pemimpinnya? Berapa banyak orang di wilayah ini yang mengabarkan injil? Ayo bicara! Kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya!" Aku melihat ke arah bahaya pentungan listrik yang semakin dekat dan sekali lagi melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan alat-alat penyiksaan; aku tidak kuasa menahan perasaan gugup dan takut. Aku tidak tahu apakah aku akan sanggup menahan siksaan ini. Pada titik yang kritis inilah, aku teringat firman Tuhan Yang Mahakuasa, yang berkata: "Engkau juga harus minum dari cawan yang telah Aku minum (inilah yang Ia katakan setelah kebangkitan), engkau juga harus berjalan di jalan yang telah Aku tempuh … " ("Cara Petrus Mengenal Yesus" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Aku sadar bahwa ini adalah sesuatu yang Tuhan percayakan kepada kita dan inilah jalan hidup yang telah Tuhan tetapkan secara pribadi bagi kita. Dalam menjalani iman kepada Tuhan dan mencari kebenaran, kita tentunya harus melewati penderitaan dan perasaan frustrasi. Hal ini tak terhindarkan, dan pada akhirnya kesulitan-kesulitan ini mendatangkan berkat dari Tuhan. Hanya melalui penderitaanlah orang-orang dapat menerima jalan kebenaran yang dikaruniakan oleh Tuhan, dan kebenaran ini adalah hidup kekal, yang dikaruniakan oleh Tuhan. Aku harus berjalan mengikuti jejak langkah Tuhan dan menghadapi hal ini dengan berani; Aku tidak boleh takut atau gentar. Saat memikirkan hal ini, hatiku mengeluarkan semacam kekuatan dan aku berkata dengan lantang: "Aku hanya percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, aku tidak tahu apa-apa lagi selain itu!" Saat polisi jahat mendengar perkataanku, mukanya memerah dan dengan ganas ia menolok sebelah kiri dadaku dengan tongkat listrik. Ia menyetrumku selama hampir satu menit. Aku langsung merasa seakan-akan darah di dalam tubuhku mendidih; aku berada dalam kesakitan yang luar biasa dari ujung kepala hingga kaki dan aku pun berguling-guling di lantai sambil berteriak tanpa henti. Ia masih belum mau berhenti dan tiba-tiba menyeretku dan menggunakan tongkat untuk mengangkat daguku, sambil berteriak: "Ayo bicara! Kau tidak mau mengakui apa-apa?" Ia berteriak dan menekan bagian kanan dadaku dengan tongkat listrik. Aku tersengat dengan sangat parah hingga gemetar dari kepala hingga kaki. Selanjutnya aku merasa amat kesakitan hingga tergeletak pingsan tak bergerak di lantai. Aku tidak tahu berapa lama, tetapi aku bangun saat mendengar polisi jahat itu berkata: "Kau pura-pura mati ya? Kau pura-pura! Ayo terus saja pura-pura!" Mereka kembali menekan tubuhku dengan tongkat di bagian wajah dan menendang pahaku. Setelah itu mereka menyeretku dan bertanya dengan galak: "Kau mau beritahu apa tidak!?" Aku tetap tidak menjawab. Polisi jahat itu lalu dengan kejam memukuli wajahku dengan kepalan tangan mereka dan satu gigiku copot, sementara satu gigi lainnya hampir tanggal. Bibirku mulai berdarah. Dalam menghadapi siksaan luar biasa oleh setan-setan ini, aku hanya takut bahwa aku akan mengkhianati Tuhan karena tidak kuasa menahan siksaan mereka. Pada saat itu, aku kembali teringat akan firman Tuhan, "Mereka yang berkuasa mungkin tampak ganas dari luar, tetapi jangan takut, karena ini disebabkan engkau semua memiliki sedikit iman. Selama imanmu tumbuh, tidak akan ada yang terlalu sulit" ("Bab 75, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia").
Firman Tuhan kembali memberiku iman dan kekuatan, dan aku sadar bahwa meskipun polisi jahat di hadapanku membabi buta dan bertindak sembarangan, mereka sebenarnya diatur oleh tangan Tuhan. Pada saat itu, Tuhan sedang menggunakan mereka untuk menguji imanku. Selama aku bersandar pada iman dan mengandalkan Tuhan dan tidak menyerah kepada mereka, mereka pada akhirnya akan gagal dan merasa malu. Saat memikirkan hal ini, aku menghimpun segenap kekuatan di tubuhku dan menjawab dengan lantang: "Kenapa kau membawaku ke sini? Kenapa kau menyetrumku dengan tongkat listrik? Memang kejahatan apa yang telah aku lakukan?" Polisi jahat itu tiba-tiba tidak bisa berkata apa-apa dan hati nuraninya merasa bersalah. Ia mulai terbata-bata: "Aku … aku … Memang aku seharusnya tidak boleh membawamu ke sini?" Lalu ia pergi dengan menunduk malu. Saat melihat situasi memalukan akibat dilema si Iblis, hatiku tergerak dan aku pun menangis. Dalam keadaan yang berat ini, aku benar-benar mengalami kuasa dan otoritas firman Tuhan Yang Mahakuasa. Asalkan firman Tuhan diterapkan dan diikuti, Tuhan akan menjaga serta melindungimu dan kuasa Tuhan akan menyertaimu. Di saat yang sama, aku merasa begitu berutang kepada Tuhan karena sedemikian kecil iman yang kumiliki. Setelah itu, seorang polisi bertubuh tinggi masuk dan mendekatiku serta berkata: "Kau hanya perlu memberi tahu kami di mana keluargamu tinggal dan berapa banyak orang dalam keluargamu, dan kami akan membebaskanmu." Saat ia melihat bahwa aku tidak mau berkata apa-apa, mukanya menjadi merah dan ia memegang tanganku dan memaksakan cap tanganku di atas kesaksian lisan yang telah mereka tulis. Aku melihat bahwa kesaksian lisan itu bukanlah apa yang sudah kukatakan kepada mereka, melainkan bukti yang terang-terangan dipalsukan. Aku merasakan kemarahan besar yang pada tempatnya dan aku lalu mengambil kertas itu dan merobeknya. Polisi yang jahat itu langsung mengamuk dan meninju bagian kiri wajahku. Ia lalu menamparku dua kali begitu keras hingga aku merasa pusing. Setelah itu mereka kembali memasukkan aku ke ruangan kecil tadi.
Setelah kembali ke ruangan kecil, aku memar-memar dan remuk redam, dan rasa sakitnya tak tertahankan. Hatiku dipenuhi dengan perasaan sedih dan lemah: mengapa orang-orang percaya harus menderita seperti ini? Aku mengkhotbahkan Injil dengan maksud baik, agar orang-orang dapat mencari kebenaran dan diselamatkan, dan tak diduga-duga aku menderita penganiayaan ini. Saat memikirkannya, aku semakin merasa diperlakukan tidak adil. Di tengah-tengah kesakitanku, aku teringat akan firman Tuhan: "Karena engkau adalah manusia, engkau harus mengorbankan diri untuk Tuhan dan menanggung semua penderitaan! Engkau harus dengan senang hati dan pasti menerima penderitaan kecil yang engkau alami hari ini dan menjalani kehidupan yang bermakna, seperti Ayub, seperti Petrus. … Engkau semua adalah orang-orang yang mengejar jalan yang benar, yang mencari peningkatan. Engkau semua adalah orang-orang yang bangkit di negeri si naga merah besar, orang-orang yang Tuhan sebut sebagai orang benar. Bukankah itulah kehidupan yang paling berarti?" ("Penerapan (2)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan Yang Mahakuasa menyentuh hatiku. Ya, Tuhan telah menyiramiku dan memenuhiku dengan firman hidup-Nya yang berlimpah, Ia telah mengizinkan aku menikmati kasih karunia-Nya yang berlimpah secara gratis dan memungkinkan aku untuk mengetahui misteri dan kebenaran yang tidak diketahui oleh siapa pun sejak generasi-generasi di masa lampau. Ini adalah anugerah istimewa yang diberikan oleh Tuhan kepadaku. Aku harus bersaksi bagi-Nya dan menahan semua rasa sakit bagi-Nya. Kesakitan sebesar apa pun layak kutanggung, karena itu adalah hal yang paling berharga dan bermakna! Hari ini, aku dianiaya karena mengkhotbahkan Injil dan tidak bersedia menanggung rasa sakit secara fisik karenanya; aku merasa diperlakukan tidak adil dan tidak rela. Bukankah aku telah membuat Tuhan sedih dengan berlaku seperti ini? Bukankah aku tidak memiliki hati nurani? Bagaimana mungkin aku layak menerima anugerah Tuhan yang penuh pengampunan dan makanan kehidupan dari-Nya? Pelbagai generasi orang kudus telah memberi kesaksian yang kuat dan bergaung bagi Tuhan karena mereka mengikuti jalan Tuhan; mereka menjalani hidup dengan penuh makna. Hari ini aku telah memiliki semua firman Tuhan ini, jadi bukankah aku seharusnya mempersembahkan lebih banyak kesaksian yang indah bagi Tuhan? Saat merenungkan hal ini, rasa sakit di sekujur tubuhku terasa berkurang, dan aku tahu pasti bahwa firman Tuhan-lah yang memberikanku kekuatan hidup, sehingga aku dapat mengatasi kelemahan dagingku.
Keesokan harinya, polisi jahat itu kehabisan strategi untuk dicoba. Mereka mengancamku dan berkata: "Kau tidak mau bicara? Kalau begitu kami akan memenjarakanmu!" Setelah itu mereka mengirimku ke pusat tahanan. Di pusat tahanan, polisi jahat itu terus menggunakan segala jenis metode penyiksaan terhadapku dan sering menghasut narapidana lainnya untuk memukuli aku. Di tengah-tengah hawa musim dingin yang menusuk, mereka menyuruh para narapidana menyiramiku dengan air dingin dan memaksaku mandi dengan air dingin. Aku gemetar kedinginan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Di tempat ini, para narapidana adalah mesin pencari uang bagi pemerintah dan tidak memiliki hak hukum. Mereka tidak punya pilihan selain bertahan hidup di sel yang penuh sesak dan dimanfaatkan layaknya budak. Penjara itu memaksaku mencetak uang kertas yang digunakan sebagai sesajen bakaran untuk orang mati sepanjang hari dan aku diharuskan bekerja lembur di malam hari. Jika aku berhenti untuk istirahat, seseorang akan menghampiri dan memukuliku. Awalnya, mereka membuat aturan bahwa aku harus mencetak 2000 kertas setiap harinya, lalu mereka menaikkannya menjadi 2.800 kertas per hari, dan akhirnya 3.000. Jumlah ini mustahil bagi orang yang sudah berpengalaman, apalagi bagiku yang tidak punya pengalaman. Pada kenyataannya, mereka sengaja mengatur agar aku tidak bisa menyelesaikannya sehingga mereka punya alasan untuk menyiksa dan menghancurkan aku. Setiap kali aku tidak bisa memenuhi kuota, polisi jahat itu akan memasang belenggu seberat lebih dari 5 kg pada kakiku, dan mereka memborgol tangan dan kakiku. Aku hanya bisa duduk sambil menundukkan kepala dengan pinggang yang bengkok, kalau tidak aku tidak akan bisa bergerak. Selain itu, polisi yang tidak manusiawi dan tidak punya perasaan itu tidak pernah bertanya atau memedulikan kebutuhan dasarku. Meskipun ada toilet di dalam sel penjara, aku sama sekali tidak bisa menghampiri dan menggunakannya; aku hanya bisa memohon kepada teman satu sel untuk mengangkatku ke atas toilet. Kalau mereka narapidana yang agak baik, mereka akan menarikku berdiri; tetapi jika tidak ada yang membantuku, aku terpaksa buang air besar di celana. Waktu yang paling menyakitkan adalah saat makan, karena tangan dan kakiku diborgol jadi satu. Aku hanya bisa sekuat tenaga menundukkan kepalaku dan mengangkat tangan dan kakiku. Hanya inilah caraku bisa menaruh roti gulung ke dalam mulutku. Aku menghabiskan banyak energi untuk setiap gigitan. Borgol-borgol itu membuat tangan dan kakiku lecet dan sangat sakit. Setelah beberapa lama, kulit pergelangan tangan dan kakiku menjadi hitam mengilap dan kapalan. Seringkali aku tidak bisa makan saat diborgol, dan terkadang para narapidana akan memberiku dua roti gulung kecil. Mereka lebih sering memakan bagianku dan aku terpaksa bertahan dengan perut kosong. Jatah minumku bahkan lebih sedikit lagi; awalnya, setiap orang hanya diberi dua mangkuk air per hari, tetapi aku diborgol dan tidak dapat bergerak, jadi aku jarang bisa minum air. Siksaan yang tidak manusiawi itu sungguh tak terperi. Aku menderita seperti ini sebanyak total empat kali dan setiap kalinya aku diborgol selama minimal tiga hari hingga maksimal delapan hari. Setiap kali rasa lapar itu tak tertahankan, aku akan mengingat-ingat firman yang Tuhan ucapkan di masa lalu: "Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan" (Matius 4:1-4). Aku sedikit demi sedikit mulai menyadari bahwa Tuhan ingin firman-Nya "Tuhan lakukan adalah mengubah firman menjadi hidup" menjadi nyata dalam hidupku melalui penderitaan oleh Iblis. Saat memahami kehendak Tuhan, hatiku dibebaskan dan aku berdoa kepada Tuhan dalam damai dan mencoba memahami firman Tuhan. Tanpa disadari aku tidak lagi merasa begitu sakit atau lapar. Ini benar-benar membuatku merasa bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, jalan dan hidup dan tentunya fondasi tempatku bergantung untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, imanku kepada Tuhan tanpa disadari meningkat. Aku ingat suatu waktu ketika sipir penjara dengan sengaja menganiaya dan memborgolku. Selama tiga hari tiga malam aku tidak minum setetes air pun. Narapidana yang diborgol di sebelahku berkata: "Dulu ada pemuda yang diborgol dan dibiarkan kelaparan hingga mati seperti ini. Aku lihat kau belum makan apa pun selama beberapa hari tapi masih bersemangat." Saat mendengar kata-katanya, aku berpikir bahwa meskipun belum makan ataupun minum selama tiga hari tiga malam, aku tidak merasakan sakitnya rasa lapar. Aku sungguh merasa bahwa inilah kekuatan hidup dari firman Tuhan yang menopangku dan membuatku benar-benar melihat Tuhan yang menampakkan diri kepadaku di dalam firman-Nya. Hatiku terus bersemangat; dalam lingkungan kesengsaraan ini aku mampu benar-benar mengalami kenyataan kebenaran bahwa "Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan." Ini benar-benar harta kehidupan paling berharga yang telah Tuhan berikan kepadaku, dan merupakan karunia bagiku yang tak ada duanya. Selain itu, aku tidak akan mungkin bisa memperoleh karunia ini dalam lingkungan di mana aku tidak perlu khawatir tentang pakaian ataupun makanan. Sekarang ini, penderitaanku begitu bermakna dan berharga! Pada saat itu, aku langsung teringat firman Tuhan: "Apa yang engkau warisi saat ini melebihi apa yang diwarisi semua rasul dan nabi sebelumnya dan bahkan lebih besar dari apa yang diwarisi Musa dan Petrus. Berkat tidak dapat diterima dalam satu atau dua hari; tetapi harus didapatkan melalui banyak pengorbanan. Artinya, engkau harus memiliki kasih yang dimurnikan, iman yang besar, dan banyak kebenaran yang Tuhan mau engkau dapatkan; dan lagi, engkau harus sanggup mengarahkan wajahmu ke arah keadilan dan tidak pernah takut atau menyerah, dan engkau harus memiliki kasih yang terus-menerus dan tak kenal lelah bagi Tuhan. Darimu dituntut ketetapan hati, juga perubahan dalam watak hidupmu. Kerusakanmu harus diperbaiki, dan engkau harus menerima semua pengaturan Tuhan tanpa mengeluh, dan bahkan taat sampai mati. Inilah yang harus kau capai. Inilah tujuan akhir pekerjaan Tuhan, dan tuntutan yang Tuhan tuntut dari sekelompok orang ini" ("Apakah Pekerjaan Tuhan Begitu Sederhana Seperti yang Dibayangkan Manusia?" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Dalam upaya memahami firman Tuhan, aku menyadari bahwa setelah penderitaan dan ujian, datanglah berkat dari Tuhan, dan ini adalah makanan dan minuman kehidupan yang paling nyata dari Tuhan bagiku. Sekarang, meskipun firman yang Tuhan berikan kepadaku telah melewati pelbagai generasi orang kudus, aku masih perlu memiliki iman dan keteguhan hati agar mampu untuk tidak menyerah selama ujian dan kesengsaraanku, agar mampu tunduk pada pengaturan oleh Tuhan dan menerima keselamatan-Nya. Pada saat itulah, aku akan mampu masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan dan melihat perbuatan-perbuatan Tuhan yang mengagumkan. Jika bukan karena kesusahan ini, aku tidak akan layak menerima janji dan berkat Tuhan. Pencerahan firman Tuhan menuntunku menjadi orang yang lebih teguh dan kuat di dalam batinku; aku pun menetapkan tekad: dengan giat aku akan bekerja sama dengan Tuhan dan memuaskan tuntutan Tuhan di tengah lingkungan yang menyakitkan ini, serta bersaksi bagi Tuhan agar aku dapat menuai panen terbesar.
Satu bulan kemudian, polisi PKT mengajukan tuntutan terhadapku atas "dugaan mengganggu ketertiban masyarakat dan menghancurkan penerapan hukum"; Aku dihukum selama satu tahun kerja paksa. Saat aku memasuki kamp buruh, polisi jahat itu menyebarkan gosip dan hal-hal yang tak masuk akal di antara para narapidana, dan berkata bahwa aku adalah umat Tuhan Yang Mahakuasa, yang lebih bejat daripada pembunuhan dan perampokan, dan mereka mendorong para narapidana untuk menganiaya aku. Oleh karena itu aku sering dipukuli dan ditempatkan dalam situasi yang sulit oleh para narapidana tanpa alasan sama sekali. Ini membuat aku benar-benar menyadari bahwa Tiongkok adalah neraka hidup yang dikendalikan dengan ketat oleh Iblis, si setan, di mana setiap sudutnya gelap dan di mana terang tidak boleh ada; di sini benar-benar tidak ada tempat tinggal bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Di siang hari, polisi jahat memaksaku bekerja di bengkel. Jika aku tidak memenuhi kuota, mereka akan membiarkan narapidana lain memukuliku saat aku kembali ke dalam sel penjara dan berkata "bunuh ayam untuk menakut-nakuti monyet." Saat aku ada di bengkel menghitung karung, aku harus menghitung 100 karung dan mengikatnya jadi satu. Para narapidana dengan sengaja datang dan mengambil satu karung dari setiap ikat yang sudah aku hitung, lalu berkata bahwa aku salah menghitung dan menjadikannya kesempatan untuk memukul dan menendangku. Saat sipir penjara melihat aku dipukuli, ia akan menghampiri aku dan dengan munafik bertanya apa yang sedang terjadi, lalu para narapidana akan menunjukkan bukti palsu bahwa aku tidak menghitung cukup banyak karung. Lalu aku harus tahan dihujani kata-kata kritik yang tegas dari si sipir. Selain itu, mereka juga memerintahkan aku untuk menghapal "tata tertib" setiap pagi, dan jika aku tidak hapal, aku akan dipukuli; mereka juga memaksa aku menyanyikan lagu-lagu pujian bagi partai komunis. Jika mereka melihat aku tidak bernyanyi atau bibirku tidak bergerak, aku pasti akan dipukuli malam harinya. Mereka juga menghukum aku dengan memaksaku mengepel lantai, dan jika mereka tidak puas dengan hasil mengepelku, aku akan dipukuli dengan kejam. Suatu waktu, beberapa orang narapidana tiba-tiba mulai memukuli dan menendangku. Setelah selesai, mereka bertanya kepadaku: "Hei anak muda, kau tahu kenapa kau dipukuli? Itu karena kau tidak berdiri dan memberi salam kepada sipir saat ia datang!" Setiap kali sehabis dipukuli, aku menjadi marah tetapi tidak berani berkata apa-apa; aku hanya bisa menangis dan diam-diam berdoa kepada Tuhan, bercerita kepada-Nya mengenai kebencian dan kesedihan dalam hatiku karena tempat yang tidak taat hukum dan tidak masuk akal ini. Akal sehat tidak ada di sini, hanya ada kekerasan. Tidak ada manusia di sini, hanya ada setan-setan gila dan kalajengking! Aku merasa begitu kesakitan dan tertekan hidup dalam perjuangan ini; aku tidak mau tinggal semenit lebih lama. Setiap kali aku jatuh dalam kondisi yang lemah dan sakit, aku pun teringat akan firman Tuhan: "Pernahkah engkau menerima berkat-berkat yang diberikan kepadamu? Pernahkah engkau mencari janji-janji yang diberikan bagimu? Dalam tuntunan terang-Ku, engkau semua pasti akan menghancurkan kubu-kubu pertahanan kekuatan kegelapan. Engkau semua pasti tidak akan kehilangan cahaya yang membimbingmu, bahkan di tengah kegelapan. Engkau semua pasti akan menjadi penguasa atas seluruh ciptaan. Engkau pasti akan menjadi seorang pemenang di hadapan Iblis. Pada saat tumbangnya kerajaan naga merah yang sangat besar, engkau pasti akan berdiri di tengah kumpulan besar orang banyak untuk bersaksi tentang kemenangan-Ku. Engkau semua pasti akan teguh dan tidak goyah di tanah Sinim. Lewat penderitaan yang kautanggung, engkau semua akan mewarisi berkat-Ku dan pasti akan memancarkan kemuliaan-Ku ke seluruh alam semesta" ("Bab 19, Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan membangkitkan semangatku. Baik yang Tuhan lakukan terhadapku itu kasih karunia dan anugerah ataukah ujian dan pemurnian, semua itu ada untuk menyediakan kebutuhanku dan menyelamatkan aku, menempatkan kebenaran dalam diriku dan menjadikan kebenaran sebagai hidupku. Hari ini, Tuhan mengizinkan penganiayaan dan kesengsaraan ini datang kepadaku. Meskipun membuatku sangat menderita, hal tersebut memungkinkan aku untuk benar-benar mengalami bahwa Tuhan ada bersamaku, membuatku sungguh-sungguh menikmati firman Tuhan yang menjadi roti kehidupan dan pelita bagi kakiku serta terang bagi jalanku, yang membimbingku berjalan langkah demi langkah melalui lubang neraka yang gelap ini. Inilah kasih dan perlindungan Tuhan yang aku nikmati dan peroleh selama proses penderitaanku. Saat itu, aku mampu menyadari bahwa aku begitu buta dan egois dan terlalu serakah. Dalam kepercayaanku kepada Tuhan, aku hanya tahu bagaimana menikmati kasih karunia dan anugerah Tuhan, tetapi tidak sedikit pun mencari kebenaran dan hidup. Saat dagingku mengalami sedikit saja kesusahan, aku tidak henti-hentinya mengeluh; Aku sama sekali tidak memahami kehendak Tuhan dan tidak berupaya memahami pekerjaan Tuhan. Aku selalu menyebabkan Tuhan merasa sedih dan sakit karena diriku. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani! Saat merasa sesal dan menyalahkan diri sendiri, aku diam-diam berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan Yang Mahakuasa, aku dapat melihat bahwa segala sesuatu yang Engkau lakukan adalah untuk menyelamatkan dan memperoleh diriku. Aku hanya benci karena aku begitu memberontak, buta dan tidak memiliki kemanusiaan. Aku selalu salah memahami Engkau dan tidak mempedulikan kehendak-Mu. Ya Tuhan, hari ini firman-Mu telah membangkitkan hati dan semangatku yang sudah mati rasa dan menyebabkan aku memahami kehendak-Mu. Aku tidak lagi mau memiliki keinginan dan tuntutan pribadi; aku hanya akan tunduk pada pengaturan-Mu. Bahkan jika harus menderita segala kesusahan, aku akan tetap giat bekerja sama dengan-Mu dan mengumandangkan kesaksian bagi-Mu di sepanjang penganiayaan oleh si Iblis. Aku akan berupaya lepas dari pengaruh Iblis dan menjalani hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati untuk memuaskan Engkau." Setelah berdoa, aku pun memahami maksud baik Tuhan dan tahu bahwa setiap lingkungan yang Tuhan izinkan kualami adalah kasih dan keselamatan terbesar Tuhan bagiku. Oleh karena itu, aku tidak akan lagi berpikir untuk lari dari Tuhan atau salah memahami-Nya. Meskipun keadaan saat ini tetap sama, hatiku benar-benar dipenuhi kebahagiaan dan sukacita; Aku merasa terhormat dan bangga dapat mengalami kesusahan dan dianiaya oleh karena kepercayaanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Itu adalah hadiah yang tak ada duanya bagi orang yang rusak seperti diriku; ini adalah anugerah dan kasih karunia Tuhan yang istimewa bagiku.
Setelah mengalami setahun penuh kesengsaraan di penjara, aku melihat bahwa tingkat pertumbuhanku begitu kecil dan aku tidak banyak memiliki kebenaran. Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar menutupi kekuranganku melalui lingkungan yang unik ini dan telah memungkinkanku untuk bertumbuh. Dalam kesengsaraanku, Ia telah membuatku memperoleh harta paling berharga dalam hidup dan membuatku memahami banyak kebenaran yang sebelumnya tidak kupahami, dan membuatku dengan jelas melihat penampakan Iblis, si setan yang menjijikkan serta hakikat penentangannya yang reaksioner terhadap Tuhan. Aku mengenali kekejiannya dalam menganiaya Tuhan Yang Mahakuasa dan membantai umat Kristiani. Aku sungguh mengalami keselamatan yang agung dan belas kasih Tuhan Yang Mahakuasa bagiku, orang yang rusak ini, dan aku telah merasakan bahwa kekuatan dan kehidupan dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa dapat memberiku terang dan menjadi hidupku serta membimbingku untuk mengalahkan Iblis dan dengan gigih berjalan keluar dari lembah kekelaman. Demikian juga aku menyadari bahwa Tuhan Yang Mahakuasa menuntunku di jalan hidup yang benar, yaitu jalan terang untuk memperoleh kebenaran dan hidup! Mulai sekarang, tidak peduli apa pun penganiayaan, kesengsaraan ataupun pencobaan berbahaya yang aku hadapi, aku bersedia untuk giat mencari kebenaran dan memperoleh jalan hidup yang kekal yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Mahakuasa kepadaku.
1 note · View note
maxy-marthenl · 3 years
Photo
Tumblr media
Shalom! Perjuangan melawan kuasa kegelapan! . . Kuasa gelap, kuasa setan tidak tinggal diam biarkan orang benar hidup dalam kemenangan dan diberkati Tuhan. Setan selalu punya cara untuk menghancurkan kehidupan kita lewat setiap kelemahanmu. Biasanya setan pakai orang untuk menjatuhkanmu. Dan orang yang dipakai setan adalah orang di sekitar kita atau orang dekat dengan kita. Jadi hati-hatilah karena Iblis suka bermain-main dengan kelemahanmu dengan memakai orang disekitar kita. Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Jaga sikap hatimu, kalau sudah keterlaluan, mengganggu dan buatmu kesal tegurlah sesuai aturan yang berlaku. Jangan emosi dan meledak-ledak ya! Tetap sabar dan tenang, dan lawanlah dalam kuasa darah Yesus! Patahkan setiap gangguan yang ada dalam nama Yesus. . . So sahabatku apakah saat ini engkau sedang diprovokasi Iblis lewat orang terdekatmu? Memakai kelemahanmu untuk menghancurkanmu? Hati-hatilah! Proteksi diri dengan kebenaran firmanNya, dan berdoalah dalam nama Yesus. Jangan benci orangnya tetapi benci dan patahkan kuasa setan yang Iblis pakai lewat orang tersebut untuk mengganggu dan menfitnahmu. Roh zinah dan Roh profokator biasa Iblis pakai untuk membuatmu jatuh terikat olehnya. Minta Roh Kudus untuk beri hikmat dari Tuhan. Jusuf terus menerus digoda untuk jatuh kedalam dosa zinah tetapi ia melawan dan berlari menghindarinya. Lawanlah friends! Pakai perlengkapan senjata Allah untuk melindungi dirimu darah panah api zinah si jahat. Kuasa darah Yesus sanggup untuk membentengimu sehingga kuasa setan dihancurkan dalam nama Yesus. Lawanlah! Amin . . . #RenunganHarianTetemanisSungguhManisee #Efesus6:10-20 #Efesus6:12 #HappyTuesdayMorning #AwalipagiinidenganbersyukurberdoabersatememujisembahNya #TuhanYesusBaik #Bersukacitalah #ThankYouJesus #LordJesusYourSavior #TuhanYesusJuruSelamatHidupmu #GodBlessYou&YourFamilyAmin https://www.instagram.com/p/CTPoEPWhrme/?utm_medium=tumblr
0 notes
Text
5. Kedua Inkarnasi Menyempurnakan Makna dari Inkarnasi.
Tumblr media
Firman Tuhan yang Relevan:
Inkarnasi pertama adalah untuk menebus manusia dari dosa melalui daging Yesus, yang artinya Dia menyelamatkan manusia dari salib. Namun watak Iblis yang rusak tetap ada dalam diri manusia. Inkarnasi kedua tidak lagi berfungsi sebagai korban penghapus dosa, melainkan bertujuan untuk sepenuhnya menyelamatkan mereka yang telah ditebus dari dosa. Ini dilakukan agar orang-orang yang telah diampuni dapat dibebaskan dari dosa-dosa mereka dan ditahirkan sepenuhnya, serta mengalami perubahan dalam watak mereka, sehingga dengan demikian mereka terlepas dari pengaruh kegelapan si Iblis dan kembali ke hadapan takhta Tuhan. Hanya dengan cara ini-lah manusia dapat sepenuhnya disucikan. Tuhan memulai pekerjaan penyelamatan di Zaman Kasih Karunia setelah Zaman Hukum Taurat berakhir. Berlanjut hingga akhir zaman, dimana melalui pekerjaan penghakiman dan hajaran-Nya atas manusia karena pemberontakan mereka, Tuhan akan sepenuhnya menyucikan umat manusia. Baru setelah itu Tuhan akan menyimpulkan pekerjaan penyelamatan dan memasuki hari perhentian-Nya. … Manusia menerima keselamatan penuh dari Tuhan karena Tuhan yang berinkarnasi, bukan langsung menerimanya melalui doa-doa yang mereka naikkan ke surga. Karena manusia itu daging; mereka tidak mampu melihat Roh Tuhan, apalagi mendekati-Nya. Manusia hanya dapat berhubungan dengan Tuhan yang berinkarnasi dalam daging. Hanya melalui Dia, manusia dapat memahami seluruh firman dan kebenaran, serta menerima keselamatan penuh. Inkarnasi kedua memadai untuk menyingkirkan dosa manusia dan sepenuhnya menyucikan manusia. Oleh karena itu, inkarnasi kedua akan mengakhiri semua pekerjaan Tuhan dalam daging dan melengkapi makna inkarnasi Tuhan.
dari "Misteri Inkarnasi (4)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Tatkala Yesus melakukan pekerjaan-Nya, pengetahuan manusia tentang Dia masih samar dan tidak jelas. Manusia selalu percaya bahwa Dia adalah anak Daud dan memproklamirkan-Nya sebagai nabi besar dan Tuhan yang penuh belas kasih yang menebus dosa manusia. Ada orang yang karena imannya, disembuhkan hanya dengan menyentuh ujung jubah-Nya; orang buta dapat melihat, bahkan orang mati hidup kembali. Namun, manusia tidak dapat menemukan watak Iblis yang jahat yang sudah berurat-akar di dalam dirinya dan tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana mengenyahkan watak tersebut. Manusia menerima banyak kasih karunia, seperti kedamaian dan kesenangan daging, berkat bagi seluruh keluarga karena iman satu orang, kesembuhan atas penyakit, dan lain sebagainya. Sisanya adalah perbuatan baik manusia dan penampilan saleh mereka; jika manusia bisa hidup berdasarkan hal-hal itu, ia dianggap orang percaya yang baik. Hanya orang-orang percaya semacam itu yang dapat masuk ke surga setelah meninggal, yang artinya mereka telah diselamatkan. Namun, semasa hidup, mereka sama sekali tidak mengerti jalan kehidupan. Mereka sekadar melakukan dosa dan mengakui dosa, terus begitu dalam siklus yang terus menerus berputar tanpa jalan menuju watak yang diubahkan; seperti itulah keadaan manusia di Zaman Kasih Karunia. Apakah manusia sudah menerima keselamatan yang lengkap? Tidak! Karena itu, setelah tahap itu selesai, masih ada pekerjaan penghakiman dan penghajaran. Tahap ini akan menyucikan manusia melalui firman sehingga manusia akan memiliki jalan untuk mereka ikuti. Tahap ini tidak akan berbuah atau bermakna jika dilanjutkan dengan pengusiran roh-roh jahat, karena sifat manusia yang berdosa tidak bisa diusir dan manusia hanya akan sekadar berhenti pada pengampunan dosa mereka. Melalui korban penghapus dosa, manusia telah diampuni dosa-dosanya, karena pekerjaan penyaliban telah berakhir dan Tuhan telah mengalahkan Iblis. Namun, watak manusia yang rusak tetap ada dalam dirinya dan manusia masih tetap dapat berbuat dosa dan melawan Tuhan; Tuhan belum mendapatkan umat manusia. Itulah mengapa pada tahap pekerjaan ini, Tuhan memakai firman-Nya untuk menyingkapkan watak manusia yang rusak dan meminta dia untuk menjalani hidup menurut jalan yang benar. Tahap ini lebih bermakna dan lebih berbuah dibandingkan tahap sebelumnya, karena sekarang firman-lah yang secara langsung membekali hidup manusia dan memampukan watak manusia untuk sepenuhnya diperbarui. Ini adalah tahap pekerjaan yang lebih menyeluruh. Oleh karena itu, inkarnasi pada akhir zaman telah menyempurnakan arti penting dari inkarnasi Tuhan dan sepenuhnya menggenapi rencana pengelolaan Tuhan bagi keselamatan manusia.
dari "Misteri Inkarnasi (4)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Inkarnasi Tuhan yang pertama tidak menyelesaikan pekerjaan inkarnasi. Ia hanya menyelesaikan langkah pertama dari pekerjaan yang perlu Tuhan lakukan dalam daging. Jadi, untuk menyelesaikan pekerjaan inkarnasi, Tuhan telah kembali lagi menjadi daging sekali lagi, menjalani semua kenormalan dan kenyataan daging, yaitu menjadikan Firman Tuhan terwujud dalam daging yang sepenuhnya normal dan biasa, dan dengan demikian menyelesaikan pekerjaan yang belum Ia selesaikan dalam daging. Daging inkarnasi yang kedua serupa dengan yang pertama secara hakikat, namun jauh lebih nyata, jauh lebih normal daripada yang pertama. …Daging Yesus-lah yang dipakukan di kayu salib. Daging-Nya-lah yang Ia korbankan sebagai korban penghapus dosa. Melalui daging dengan kemanusiaan yang normal-lah Ia mengalahkan Iblis dan sepenuhnya menyelamatkan manusia dari salib. Dan, sebagai daging sepenuhnya, inkarnasi Tuhan yang kedua melakukan pekerjaan penaklukan dan mengalahkan Iblis. Hanya daging yang sepenuhnya normal dan nyata yang dapat melakukan pekerjaan penaklukan secara menyeluruh serta menghasilkan kesaksian yang kuat. Artinya, pekerjaan[a] menaklukkan manusia dijadikan efektif melalui kenyataan dan kenormalan Tuhan dalam daging, bukan melalui mukjizat dan penyingkapan yang supernatural. Pelayanan Tuhan yang berinkarnasi ini adalah berfirman, dan melaluinya, Ia menaklukkan dan menyempurnakan manusia. Dengan kata lain, pekerjaan Roh diwujudkan dalam daging, tugas daging adalah berfirman dan dengan demikian menaklukkan, menyatakan, menyempurnakan, dan menghapuskan manusia sepenuhnya. Jadi, melalui pekerjaan penaklukanlah pekerjaan Tuhan dalam daging akan diselesaikan sepenuhnya. Pekerjaan awal penebusan hanyalah permulaan dari pekerjaan inkarnasi. Daging yang melakukan pekerjaan penaklukan akan menyelesaikan seluruh pekerjaan inkarnasi. Secara gender, yang seorang adalah laki-laki dan yang lain adalah perempuan. Dalam hal ini, makna inkarnasi Tuhan telah lengkap. Ini menghalau gagasan manusia yang salah tentang Tuhan: Tuhan dapat menjadi laki-laki dan perempuan, dan Tuhan yang berinkarnasi pada hakikatnya tidak bergender. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, dan Ia tidak membedakan antara jenis kelamin. Pada tahap pekerjaan ini, Tuhan tidak melakukan tanda-tanda dan mukjizat, sehingga pekerjaan akan mencapai hasil dengan menggunakan sarana firman. Selain itu, kali ini pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi bukanlah untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, tetapi untuk menaklukkan manusia dengan cara berfirman, bisa dikatakan kemampuan asli daging inkarnasi Tuhan adalah mengucapkan firman dan menaklukkan manusia, bukan menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Pekerjaan-Nya dalam kemanusiaan-Nya yang normal bukan untuk melakukan mukjizat, bukan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat, tetapi untuk berfirman, dan dengan demikian, bagi orang-orang, daging inkarnasi yang kedua tampak jauh lebih normal daripada yang pertama. Orang melihat bahwa inkarnasi Tuhan bukan dusta. Namun, inkarnasi Tuhan ini berbeda dari Yesus yang berinkarnasi, dan meskipun Mereka keduanya adalah Tuhan yang berinkarnasi, Mereka tidak sepenuhnya sama. Yesus memiliki kemanusiaan yang normal, kemanusiaan biasa, tetapi Ia disertai dengan banyak tanda dan mukjizat. Dalam inkarnasi Tuhan ini, mata manusia tidak akan menyaksikan tanda-tanda atau mukjizat, penyembuhan orang sakit, pengusiran setan, berjalan di atas air, ataupun puasa selama empat puluh hari … Ia tidak melakukan pekerjaan yang sama dengan yang Yesus lakukan, bukan karena daging-Nya secara hakikat berbeda dengan daging Yesus, tetapi karena pelayanan-Nya bukanlah untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Ia tidak meruntuhkan pekerjaan-Nya sendiri, tidak mengganggu pekerjaan-Nya sendiri. Karena Ia menaklukkan manusia melalui firman-Nya yang nyata, tidak perlu menundukkannya dengan mukjizat, dan dengan demikian, tahap ini adalah untuk menyelesaikan pekerjaan inkarnasi. Inkarnasi Tuhan yang engkau lihat di masa sekarang adalah daging sepenuhnya, dan tidak ada yang supernatural mengenai diri-Nya. Ia bisa sakit seperti orang lain, membutuhkan makanan dan pakaian seperti orang lain, karena sepenuhnya daging. Jika kali ini, Tuhan yang berinkarnasi melakukan tanda-tanda dan mukjizat supernatural, jika Ia menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, atau dapat membunuh hanya dengan satu kata, bagaimana bisa pekerjaan penaklukan dilaksanakan? Bagaimana bisa pekerjaan itu disebarkan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi? … Di akhir zaman, Tuhan mewujudkan pekerjaan penaklukan dalam daging yang normal, yang biasa. Ia tidak menyembuhkan orang sakit, tidak akan disalibkan bagi manusia, tetapi hanya mengucapkan firman dalam daging, menaklukkan manusia dalam daging. Hanya daging seperti itu merupakan daging inkarnasi Tuhan. Hanya daging seperti itu yang dapat menyelesaikan pekerjaan Tuhan dalam daging.
dari "Hakikat Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Mengapa Aku katakan bahwa makna inkarnasi tidak diselesaikan dalam pekerjaan Yesus? Karena Firman tidak sepenuhnya menjadi daging. Apa yang Yesus lakukan hanyalah satu bagian dari pekerjaan Tuhan dalam daging. Ia hanya melakukan pekerjaan penebusan dan bukan pekerjaan untuk sepenuhnya mendapatkan manusia. Untuk alasan ini, Tuhan telah menjadi daging sekali lagi di akhir zaman. Tahap pekerjaan ini juga dilakukan dalam daging biasa, dilakukan oleh manusia yang benar-benar normal, yang kemanusiaannya sama sekali tidak transenden. Dengan kata lain, Tuhan telah menjadi manusia yang seutuhnya, menjadi seseorang yang identitasnya adalah Tuhan, seorang manusia yang utuh, daging yang utuh, yang melakukan pekerjaan. Di mata manusia, Ia hanyalah daging yang sama sekali tidak transenden, seseorang yang sangat biasa yang dapat berbicara bahasa surgawi, yang tidak menunjukkan tanda-tanda ajaib, tidak melakukan mukjizat, apalagi mengungkapkan kebenaran terdalam mengenai agama di ruang-ruang pertemuan besar. Pekerjaan dari daging inkarnasi kedua tampak bagi orang-orang sama sekali berbeda dengan yang pertama, sedemikian berbedanya sehingga keduanya tampak tidak memiliki kesamaan sama sekali, dan tidak ada apa pun dari pekerjaan pertama yang dapat terlihat saat ini. … Daging inkarnasi yang kedua tidak bertujuan untuk memperdalam atau memantapkan kesan daging yang pertama dalam pikiran manusia, tetapi untuk melengkapi dan menyempurnakannya, untuk memperdalam pengetahuan manusia akan Tuhan, mematahkan segala aturan yang ada dalam hati orang, dan menghapuskan gambaran Tuhan yang keliru dalam hati mereka. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu tahap pun dari pekerjaan Tuhan itu sendiri yang dapat memberi kepada manusia pengetahuan yang lengkap tentang Dia. Masing-masing hanya memberi sebagian, bukan keseluruhan. Meskipun Tuhan telah menyatakan watak-Nya secara penuh, oleh karena terbatasnya kemampuan pemahaman manusia, pengetahuannya akan Tuhan masih tetap tidak lengkap. Tidak mungkin, dengan menggunakan bahasa manusia, menyampaikan keseluruhan watak Tuhan; bagaimana mungkin satu tahap dari pekerjaan-Nya bisa menyatakan tentang Tuhan sepenuhnya? Ia bekerja dalam daging dalam kemanusiaan normal-Nya, dan orang hanya dapat mengenal-Nya melalui ekspresi keilahian-Nya, bukan melalui kulit luar tubuh-Nya. Tuhan datang ke dalam daging demi memungkinkan manusia mengenal-Nya melalui pekerjaan-Nya yang beragam, dan kedua tahap pekerjaan-Nya itu tidak serupa. Hanya dengan cara inilah, manusia dapat memiliki pengetahuan yang penuh tentang pekerjaan Tuhan dalam daging, tidak terbatas pada satu segi saja.
dari "Hakikat Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Di Zaman Kasih Karunia, Tuhan tidak melakukan pekerjaan firman, tetapi hanya menjelaskan penyaliban untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Alkitab hanya menjelaskan mengapa Yesus disalibkan, dan penderitaan yang Dia alami di kayu salib, dan bagaimana manusia harus disalibkan bagi Tuhan. Di zaman itu, semua pekerjaan yang dilakukan Tuhan berpusat pada penyaliban. Di Zaman Kerajaan, Tuhan yang berinkarnasi berfirman untuk menaklukkan semua yang percaya kepada-Nya. Inilah "Firman Menampakkan diri dalam rupa manusia." Tuhan telah datang di akhir zaman untuk melakukan firman ini, yaitu, Dia datang untuk menggenapi makna yang sebenarnya dari Firman Menampakkan diri dalam rupa manusia. Dia hanya menyampaikan firman, dan jarang menunjukkan fakta. Inilah hakikat dari penampakan firman dalam daging, dan ketika Tuhan yang berinkarnasi menyampaikan firman-Nya, inilah Firman Menampakkan diri dalam rupa manusia dan inilah firman yang menjadi daging. "Pada awalnya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Tuhan, dan Firman itu adalah Tuhan, dan Firman itu menjadi daging." Ini (Firman Menampakkan diri dalam rupa manusia) adalah pekerjaan yang Tuhan akan selesaikan di akhir zaman dan inilah bab terakhir dari seluruh rencana pengelolaan-Nya, jadi Tuhan telah datang ke bumi dan menyatakan firman-Nya dalam daging. Sehingga yang terjadi hari ini, yang akan terjadi di masa depan, yang akan dikerjakan oleh Tuhan, tempat tujuan akhir manusia, mereka yang akan diselamatkan, mereka yang akan dimusnahkan, dan seterusnya—pekerjaan yang harus dicapai ini pada akhirnya sudah dinyatakan dengan jelas dan semua dalam rangka menggenapi makna sebenarnya dari firman yang menampakkan diri dalam daging. Perintah administratif dan undang-undang yang sebelumnya disampaikan, mereka yang akan dihancurkan, mereka yang akan masuk ke dalam tempat peristirahatan—semuanya harus digenapi. Inilah pekerjaan yang terutama dikerjakan oleh Tuhan yang berinkarnasi di akhir zaman. Dia membuat manusia mengerti bahwa tempat yang menjadi milik orang-orang yang sudah ditentukan sejak semula bersama Tuhan dan tempat yang menjadi milik mereka yang tidak ditentukan dari semula bersama Tuhan, bagaimana umat-Nya dan anak-anak-Nya akan dikelompokkan, apa yang akan terjadi pada Israel dan Mesir—di masa depan, semua firman itu akan digenapi. Tahap pekerjaan Tuhan dipercepat. Tuhan menggunakan firman untuk menyatakan kepada manusia apa yang harus dilakukan dalam setiap zaman, apa yang harus dilakukan Tuhan yang berinkarnasi di akhir zaman dan pelayanan yang harus dilakukan-Nya, dan semua firman ini disampaikan untuk menggenapi makna sebenarnya dari firman yang menampakkan diri dalam rupa manusia.
dari "Segala Sesuatu Terlaksana oleh Firman Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Apakah pada tahap ini Tuhan yang berinkarnasi mengalami kesukaran, atau melakukan pelayanan-Nya, Ia melakukannya untuk melengkapi makna dari inkarnasi, karena ini merupakan inkarnasi Tuhan yang terakhir. Tuhan hanya dapat berinkarnasi dua kali. Tidak ada yang ketiga. Inkarnasi yang pertama adalah laki-laki, inkarnasi yang kedua adalah perempuan, dan dengan demikian citra daging Tuhan pun lengkap dalam pikiran manusia. Selain itu, kedua inkarnasi telah menyelesaikan pekerjaan Tuhan dalam daging. Pertama kalinya Tuhan berinkarnasi, Ia memiliki kemanusiaan yang normal, untuk melengkapi makna inkarnasi. Kali ini pun Ia memiliki kemanusiaan yang normal, namun makna dari inkarnasi ini berbeda: Maknanya lebih dalam, dan pekerjaan-Nya pun memiliki makna penting yang lebih mendalam. Alasan Tuhan kembali menjadi daging adalah untuk melengkapi makna inkarnasi. Ketika Tuhan telah sepenuhnya mengakhiri tahap pekerjaan-Nya ini, seluruh makna inkarnasi, yaitu, pekerjaan Tuhan dalam daging, akan menjadi lengkap, dan tidak akan ada lagi pekerjaan yang dilakukan dalam daging. Artinya, mulai dari sekarang Tuhan tidak akan pernah lagi datang ke dalam daging untuk melakukan pekerjaan-Nya.
dari "Hakikat Daging yang Didiami oleh Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
(Perikop Firman Tuhan Pilihan)
Kedua Inkarnasi Melengkapi Makna Penting Inkarnasi
Setiap tahap pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan memiliki makna praktisnya sendiri. Saat itu, ketika Yesus datang, Ia adalah laki-laki, tetapi kali ini Ia adalah perempuan. Dari ini, engkau bisa melihat bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan demi pekerjaan-Nya, dan bagi-Nya tidak ada perbedaan gender. Ketika Roh-Nya datang, Ia dapat mengenakan jenis daging apa pun sekehendak-Nya dan daging tersebut dapat merepresentasikan diri-Nya. Entah laki-laki atau perempuan, daging itu dapat merepresentasikan Tuhan sejauh itu adalah daging inkarnasi-Nya. Jika Yesus menampakkan diri sebagai perempuan ketika Ia datang, dengan kata lain, jika seorang bayi perempuan, dan bukan bayi laki-laki, yang dikandung dari Roh Kudus, maka tahap pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Jika kasusnya seperti demikian, maka pekerjaan di tahap sekarang akan diselesaikan oleh seorang laki-laki, tetapi pekerjaan itu sendiri akan sama saja diselesaikan. Pekerjaan yang dilakukan di setiap tahap sama-sama sangat penting. Tidak ada tahap pekerjaan yang diulangi, atau yang bertentangan satu dengan lainnya. Pada saat itu, Yesus dalam melakukan pekerjaan-Nya disebut "Putra tunggal," dan "Putra" menyiratkan gender laki-laki. Lalu, mengapa Putra tunggal tidak disebutkan di tahap ini? Ini karena persyaratan dari pekerjaan ini mengharuskan adanya perubahan dalam gender, yang berbeda dengan gender Yesus. Bagi Tuhan tidak ada perbedaan gender. Ia melakukan pekerjaan-Nya seperti yang Ia inginkan dan dalam melakukan pekerjaan-Nya, Ia tidak tunduk pada pembatasan apa pun, tetapi terutama bebas. Namun, setiap tahap pekerjaan memiliki makna praktisnya sendiri. Tuhan menjadi daging dua kali, dan tidak diragukan lagi bahwa inkarnasi-Nya di akhir zaman adalah untuk yang terakhir kalinya. Ia telah datang untuk mengungkapkan semua perbuatan-Nya. Jika di tahap ini Ia tidak menjadi daging agar secara pribadi melakukan pekerjaan untuk disaksikan manusia, manusia akan selamanya berpegang pada gagasan bahwa Tuhan itu hanya laki-laki, dan bukan perempuan. Sebelum ini, semua manusia percaya bahwa Tuhan hanya bisa laki-laki dan bahwa seorang perempuan tidak dapat disebut Tuhan, karena semua manusia menganggap laki-laki memiliki otoritas atas perempuan. Mereka percaya bahwa tidak ada perempuan yang dapat memegang otoritas, tetapi hanya laki-laki. Terlebih lagi, mereka bahkan mengatakan bahwa laki-laki adalah kepala atas perempuan dan perempuan harus menaati laki-laki dan tidak boleh mengunggulinya. Di masa lalu, ketika dikatakan bahwa laki-laki adalah kepala perempuan, ini ditujukan kepada Adam dan Hawa yang telah teperdaya oleh ular, dan bukan ditujukan kepada laki-laki dan perempuan yang diciptakan Yahweh pada mulanya. Tentu saja, seorang perempuan harus menaati dan mengasihi suaminya, sebagaimana suami harus belajar untuk memberi makan dan menyokong keluarganya. Ini adalah hukum dan ketetapan yang Yahweh tetapkan untuk ditaati umat manusia dalam kehidupan mereka di bumi. Yahweh berkata kepada perempuan itu, "Engkau akan berahi kepada suamimu, dan ia akan memerintah atasmu." Ia berkata demikian hanya agar umat manusia (yaitu, laki-laki dan perempuan) dapat menjalani kehidupan yang normal di bawah kekuasaan Yahweh, dan hanya agar kehidupan umat manusia memiliki sebuah struktur dan tidak melenceng dari tatanan yang semestinya. Oleh karena itulah, Yahweh membuat aturan yang tepat tentang bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya bertindak, tetapi ini hanya berkaitan dengan semua makhluk ciptaan yang hidup di bumi dan tidak ada kaitannya dengan daging inkarnasi Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan menjadi sama dengan ciptaan-Nya? Firman-Nya ditujukan hanya kepada umat manusia yang diciptakan-Nya. Agar umat manusia menjalani kehidupan yang normal, Ia menetapkan aturan untuk laki-laki dan perempuan. Pada mulanya, ketika Yahweh menciptakan umat manusia, Ia membuat dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan; dan dengan demikian daging inkarnasi-Nya juga dibedakan menjadi laki-laki atau perempuan. Ia tidak memutuskan tentang pekerjaan-Nya berdasarkan firman yang Ia ucapkan kepada Adam dan Hawa. Dua kali Ia menjadi daging ditentukan sepenuhnya menurut pemikiran-Nya pada saat Ia pertama kali menciptakan umat manusia, artinya, Ia menyelesaikan pekerjaan dua inkarnasi-Nya berdasarkan pada laki-laki dan perempuan sebelum mereka dirusak. Jika manusia menggunakan firman yang diucapkan Yahweh kepada Adam dan Hawa yang telah teperdaya oleh ular dan menerapkan firman itu pada pekerjaan inkarnasi Tuhan, tidakkah Yesus juga harus mengasihi istri-Nya sebagaimana seharusnya? Jika demikian, akankah Tuhan tetap adalah Tuhan? Dan dengan demikian, akankah Ia tetap dapat menyelesaikan pekerjaan-Nya? Jika adalah salah bahwa daging inkarnasi Tuhan perempuan, bukankah kesalahan yang paling besar bagi Tuhan adalah telah menciptakan perempuan? Jika manusia masih percaya bahwa adalah keliru bagi Tuhan untuk berinkarnasi sebagai seorang perempuan, maka bukankah Yesus, yang tidak menikah dan karenanya tidak dapat mengasihi istri-Nya, adalah juga kekeliruan yang sama besarnya dengan inkarnasi di masa sekarang? Karena engkau menggunakan firman yang Yahweh ucapkan kepada Hawa untuk mengukur kebenaran inkarnasi Tuhan di masa sekarang, maka engkau harus menggunakan firman Yahweh kepada Adam untuk menilai Tuhan Yesus yang menjadi daging di Zaman Kasih Karunia. Bukankah keduanya sama? Karena engkau mengukur Tuhan Yesus menurut laki-laki yang belum teperdaya oleh ular, maka engkau tidak dapat menilai kebenaran inkarnasi di zaman sekarang menurut perempuan yang telah teperdaya oleh ular. Ini tentu tidak adil! Jika engkau membuat penilaian seperti ini, itu membuktikan bahwa engkau telah kehilangan akal sehatmu. Ketika Yahweh dua kali menjadi daging, gender dari daging-Nya terkait dengan laki-laki dan perempuan yang belum teperdaya oleh ular. Menurut laki-laki dan perempuan yang belum teperdaya oleh ularlah Ia dua kali menjadi daging. Jangan berpikir bahwa kelelakian Yesus sama seperti kelelakian Adam yang telah teperdaya oleh ular. Ia dan Adam sepenuhnya tidak terkait, dan keduanya adalah dua laki-laki dengan sifat yang berbeda. Tentunya tidak mungkin bahwa kelelakian Yesus membuktikan bahwa Ia hanyalah kepala atas semua perempuan dan bukan kepala atas semua laki-laki, bukan? Bukankah Ia adalah Raja atas semua orang Yahudi (termasuk laki-laki dan perempuan)? Ia adalah Tuhan itu sendiri, bukan hanya kepala atas perempuan tetapi kepala atas laki-laki juga. Ia adalah Tuhan atas semua makhluk dan kepala atas semua makhluk. Bagaimana mungkin engkau menentukan kelelakian Yesus sebagai simbol kepala atas perempuan? Apakah ini bukan penghujatan? Yesus adalah laki-laki yang tidak rusak. Ia adalah Tuhan. Ia adalah Kristus. Bagaimana mungkin Ia menjadi laki-laki seperti Adam yang telah rusak? Yesus adalah daging yang dikenakan oleh Roh Tuhan yang mahakudus. Bagaimana mungkin engkau mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan yang memiliki kelelakian Adam? Jika demikian, bukankah semua pekerjaan Tuhan itu keliru? Apakah Yahweh bisa menyatukan ke dalam diri Yesus kelelakian Adam, yang telah teperdaya? Bukankah inkarnasi di masa sekarang merupakan contoh lain dari pekerjaan Tuhan yang berinkarnasi, yang berbeda secara gender dengan Yesus namun yang seperti Dia secara sifat? Masih beranikah engkau mengatakan bahwa Tuhan yang berinkarnasi tidak mungkin perempuan karena perempuan adalah orang pertama yang teperdaya oleh ular? Masih beranikah engkau mengatakan bahwa karena perempuan adalah yang paling najis dan merupakan sumber kerusakan umat manusia, maka Tuhan tidak mungkin menjadi daging sebagai seorang perempuan? Beranikah engkau bersikukuh mengatakan bahwa "perempuan harus selalu menaati laki-laki dan tidak akan pernah memanifestasikan atau merepresentasikan Tuhan secara langsung?" Engkau tidak mengerti di masa lalu, tetapi dapatkah engkau sekarang terus saja menghujat pekerjaan Tuhan, terutama daging inkarnasi Tuhan? Jika engkau tidak mampu sepenuhnya memahami hal ini, paling baik engkau menjaga lidahmu, jika tidak kebodohan dan ketidaktahuanmu akan diungkapkan dan keburukanmu akan dibeberkan. Jangan berpikir engkau memahami segalanya. Aku katakan kepadamu bahwa semua yang telah engkau lihat dan alami tidak cukup bagimu untuk memahami bahkan seperseribu bagian saja dari rencana pengelolaan-Ku. Jadi mengapa engkau bertindak sedemikian sombongnya? Secuil bakat dan pengetahuan minimal yang engkau miliki tidak cukup untuk Yesus pakai bahkan dalam satu detik pun dari pekerjaan-Nya! Sebanyak apakah pengalamanmu sebenarnya? Apa yang telah engkau lihat, semua yang telah engkau dengar di sepanjang hidupmu, dan apa yang telah engkau bayangkan jauh lebih sedikit dibandingkan pekerjaan yang Aku lakukan sebentar saja! Engkau sebaiknya jangan suka mengecam dan mencari-cari kesalahan. Searogan apa pun dirimu, engkau hanya makhluk yang tidak lebih daripada seekor semut! Semua yang bisa engkau tahan dalam perutmu kurang dari apa yang dimiliki seekor semut di dalam tubuhnya! Jangan berpikir, hanya karena engkau telah memperoleh beberapa pengalaman dan senioritas, itu memberimu hak untuk menggerak-gerakkan tanganmu dengan pongah dan berbicara yang muluk-muluk. Bukankah pengalaman dan senioritasmu adalah hasil dari firman yang telah Kuucapkan? Apakah engkau menganggap bahwa engkau telah membeli semua itu melalui kerja keras dan usahamu sendiri? Sekarang ini, engkau melihat bahwa Aku telah menjadi daging, dan mengenai hal ini saja, engkau dipenuhi dengan konsep yang sedemikian kayanya dan telah mengumpulkan gagasan yang tak terhitung jumlahnya daripadanya. Jika bukan karena inkarnasi-Ku, bahkan seandainya engkau memiliki bakat yang luar biasa, engkau tidak akan memiliki begitu banyak konsep; dan bukankah dari konsep-konsep ini semua gagasanmu berasal? Jika Yesus tidak menjadi daging untuk pertama kalinya, apakah engkau bahkan akan mengetahui tentang inkarnasi? Bukankah karena inkarnasi yang pertama telah memberimu pengetahuan, sehingga engkau memiliki kelancangan untuk menilai inkarnasi yang kedua? Mengapa, alih-alih menjadi pengikut yang setia, engkau malah menjadikannya bahan penelitian? Ketika engkau telah masuk ke dalam aliran ini dan datang menghadap Tuhan yang berinkarnasi, apakah Ia akan mengizinkanmu untuk menjadikan ini sebagai bahan penelitianmu? Tidak apa-apa bagimu untuk mempelajari sejarah keluargamu sendiri, tetapi jika engkau mencoba untuk mempelajari "sejarah keluarga" Tuhan, apakah Tuhan zaman sekarang akan mengizinkanmu untuk melakukan penelitian semacam itu? Bukankah engkau buta? Bukankah yang engkau lakukan itu tercela?
Seandainya saja pekerjaan Yesus telah dilakukan tanpa dilengkapi dengan pekerjaan pada tahap akhir zaman ini, maka manusia akan selamanya berpegang pada gagasan bahwa hanya Yesus saja merupakan Putra tunggal Tuhan, artinya, bahwa Tuhan memiliki hanya satu putra dan bahwa siapa pun yang datang setelahnya dengan memakai nama lain tidak mungkin merupakan Putra tunggal Tuhan, apalagi Tuhan itu sendiri. Manusia memiliki gagasan bahwa siapa pun yang melayani sebagai korban penghapus dosa atau yang mengambil alih kekuasaan atas nama Tuhan dan menebus semua umat manusia, adalah Putra tunggal Tuhan. Ada beberapa yang percaya bahwa selama Ia yang datang adalah laki-laki, Ia bisa dianggap sebagai Putra Tunggal Tuhan dan perwakilan Tuhan, dan bahkan ada orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah Putra Yahweh, Putra tunggal-Nya. Bukankah ini gagasan manusia yang sangat berlebihan? Jika tahap pekerjaan ini tidak dilakukan di akhir zaman, seluruh umat manusia akan diselubungi oleh bayangan gelap ketika membahas tentang Tuhan. Jika seperti ini kasusnya, laki-laki akan menganggap dirinya lebih tinggi dari perempuan dan perempuan tidak akan pernah mampu mengangkat kepala mereka, dan bahkan tidak akan ada satu perempuan pun yang bisa diselamatkan. Orang-orang selalu menganggap bahwa Tuhan adalah laki-laki, dan terlebih lagi, bahwa Ia selalu memandang rendah perempuan, dan tidak akan menganugerahkan keselamatan kepadanya. Jika seperti ini kasusnya, bukankah benar bahwa semua perempuan, yang diciptakan Yahweh, dan yang juga telah dirusak, tidak akan pernah punya kesempatan untuk diselamatkan? Maka bukankah tidak ada gunanya bagi Yahweh untuk menciptakan perempuan, yaitu, untuk menciptakan Hawa? Bukankah wanita akan binasa untuk selamanya? Untuk alasan ini, tahap pekerjaan di akhir zaman harus dilakukan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, bukan hanya perempuan, tetapi seluruh umat manusia. Pekerjaan yang dilakukan demi seluruh umat manusia ini tidak dilakukan hanya demi perempuan. Jika ada yang berpikir sebaliknya, betapa lebih bodohnya mereka!
Pekerjaan yang dilakukan pada masa sekarang telah mendorong maju pekerjaan Zaman Kasih Karunia. Artinya, pekerjaan di bawah rencana pengelolaan enam ribu tahun telah bergerak maju. Meskipun Zaman Kasih Karunia telah berakhir, pekerjaan Tuhan telah mengalami kemajuan. Mengapa Aku mengatakan berulang kali bahwa tahap pekerjaan ini dibangun di atas Zaman Kasih Karunia dan Zaman Hukum Taurat? Ini berarti bahwa pekerjaan di masa sekarang merupakan kelanjutan dari pekerjaan yang dilakukan di Zaman Kasih Karunia dan merupakan kemajuan atas apa yang telah dilakukan di Zaman Hukum Taurat. Ketiga tahap saling terkait erat dan setiap mata rantai terpaut erat dengan yang berikutnya. Mengapa Aku juga mengatakan bahwa tahap pekerjaan ini dibangun di atas pekerjaan yang telah Yesus lakukan? Seandainya tahap ini tidak dibangun di atas pekerjaan yang Yesus lakukan, Ia harus disalibkan lagi di tahap ini, dan pekerjaan penebusan dari tahap sebelumnya harus dilakukan kembali. Semua ini akan menjadi tidak berarti. Jadi, bukan berarti bahwa pekerjaan itu sudah sepenuhnya selesai, tetapi bahwa zaman telah bergerak maju dan tingkat pekerjaan telah ditingkatkan bahkan lebih tinggi dari sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa tahap pekerjaan ini dibangun di atas landasan Zaman Hukum Taurat dan di atas batu karang pekerjaan Yesus. Pekerjaan dibangun tahap demi tahap dan tahap ini bukan sebuah awal yang baru. Hanya gabungan ketiga tahaplah yang dapat dianggap sebagai rencana pengelolaan enam ribu tahun. Pekerjaan pada tahap ini dilakukan di atas landasan pekerjaan Zaman Kasih Karunia. Jika kedua tahap pekerjaan ini tidak terkait, lalu mengapa penyaliban tidak diulangi pada tahap ini? Mengapa Aku tidak menanggung dosa manusia? Aku tidak datang dengan dikandung dari Roh Kudus, Aku juga tidak menanggung dosa manusia melalui penyaliban; sebaliknya, Aku di sini untuk menghajar manusia secara langsung. Jika hajaran-Ku atas manusia dan kedatangan-Ku sekarang yang bukan dikandung dari Roh Kudus tidak mengikuti penyaliban, maka Aku tidak memenuhi syarat untuk menghajar manusia. Justru karena Aku dan Yesus adalah satu, maka Aku datang untuk secara langsung menghajar dan menghakimi manusia. Pekerjaan pada tahap ini dibangun sepenuhnya di atas pekerjaan tahap sebelumnya. Itulah sebabnya hanya pekerjaan semacam ini yang dapat membawa manusia, selangkah demi selangkah, ke dalam keselamatan. Yesus dan Aku datang dari satu Roh. Walaupun Kami tidak terkait di dalam daging Kami, Roh Kami adalah satu. Meskipun muatan dari tindakan yang Kami lakukan dan pekerjaan yang Kami lakukan tidak sama, Kami sama dalam hakikat. Daging Kami mengambil bentuk yang berbeda, tetapi ini karena perubahan zaman dan persyaratan yang berbeda dari pekerjaan Kami. Pelayanan Kami tidak sama, jadi pekerjaan yang Kami hasilkan dan watak yang Kami ungkapkan kepada manusia pun berbeda. Itulah sebabnya hal yang manusia lihat dan pahami pada hari ini tidak sama dengan hal yang mereka lihat dan pahami di masa lalu. Ini karena perubahan zaman. Bahwa Mereka berbeda dalam gender dan bentuk daging Mereka, dan bahwa Mereka tidak lahir di keluarga yang sama, apalagi di periode waktu yang sama, Roh Mereka bagaimanapun adalah satu. Bahwa daging Mereka tidak sedarah dan tidak ada kaitan kekerabatan sama sekali, tidak dapat disangkal bahwa Mereka adalah inkarnasi Tuhan di dua periode waktu yang berbeda. Bahwa Mereka adalah daging inkarnasi Tuhan merupakan kebenaran yang tidak terbantahkan, walaupun Mereka tidak memiliki garis keturunan yang sama, dan tidak berbicara bahasa manusia yang sama (yang satu adalah seorang laki-laki yang berbicara bahasa orang Yahudi dan yang lain adalah seorang perempuan yang semata-mata berbicara bahasa Mandarin). Karena alasan-alasan inilah Mereka hidup di negara yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang harus dilakukan oleh masing-masing dari Mereka, dan di periode waktu yang berbeda pula. Terlepas dari fakta bahwa Mereka adalah Roh yang sama, memiliki hakikat yang sama, tidak ada kesamaan yang mutlak sama sekali di antara kulit luar daging Mereka. Yang sama-sama mereka miliki adalah kemanusiaan yang sama, tetapi sejauh penampilan luar daging Mereka dan keadaan ketika Mereka dilahirkan, Mereka tidak sama. Hal-hal ini tidak berdampak pada pekerjaan Mereka masing-masing atau pada pengetahuan yang manusia miliki tentang Mereka, karena dalam analisis terakhir, Mereka adalah Roh yang sama dan tidak seorang pun dapat memisahkan Mereka. Meskipun mereka tidak ada hubungan darah, seluruh keberadaan Mereka bertanggung jawab atas Roh Mereka, yang mengalokasikan kepada Mereka pekerjaan yang berbeda di periode waktu yang berbeda, dan kepada daging Mereka garis keturunan yang berbeda. Demikian juga, Roh Yahweh bukanlah ayah dari Roh Yesus, dan Roh Yesus bukanlah anak dari Roh Yahweh: Mereka adalah satu dan Roh yang sama. Sama halnya dengan Tuhan yang berinkarnasi di zaman sekarang dan Yesus. Walaupun Mereka tidak berhubungan darah, Mereka adalah satu. Ini karena Roh Mereka adalah satu. Tuhan dapat melakukan pekerjaan belas kasih dan kasih setia, juga pekerjaan penghakiman yang adil dan hajaran terhadap manusia, serta pekerjaan mendatangkan kutuk atas manusia. Dan pada akhirnya, Ia dapat melakukan pekerjaan menghancurkan dunia dan menghukum orang yang jahat. Bukankah Ia sendiri melakukan semuanya ini? Bukankah ini adalah kemahakuasaan Tuhan? Ia mampu menyebarluaskan hukum bagi manusia dan mengeluarkan perintah baginya, dan Ia juga mampu memimpin orang Israel mula-mula untuk menjalani kehidupan mereka di bumi dan membimbing mereka untuk membangun bait suci dan mezbah, memegang semua orang Israel di bawah kekuasaan-Nya. Mengandalkan otoritas-Nya, Ia hidup di bumi bersama dengan orang Israel selama dua ribu tahun. Orang Israel tidak berani memberontak terhadap-Nya. Semua orang menghormati Yahweh dan mematuhi perintah-Nya. Ini adalah pekerjaan yang dilakukan dengan mengandalkan otoritas-Nya dan kemahakuasaan-Nya. Kemudian, selama Zaman Kasih Karunia, Yesus datang untuk menebus seluruh umat manusia yang telah jatuh (dan bukan hanya orang Israel). Ia memperlihatkan belas kasih dan kasih setia kepada manusia. Yesus yang manusia lihat di Zaman Kasih Karunia dipenuhi dengan kasih setia dan selalu penuh kasih terhadap manusia, karena Ia telah datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Ia mampu mengampuni dosa-dosa manusia hingga penyaliban-Nya sepenuhnya menebus umat manusia dari dosa. Selama periode ini, Tuhan muncul di hadapan manusia dengan belas kasih dan kasih setia. Artinya, Ia menjadi korban penghapus dosa bagi manusia dan disalibkan karena dosa-dosa manusia agar mereka selamanya diampuni. Ia pengampun, welas asih, sabar, dan penuh kasih. Mereka semua yang mengikuti Yesus di Zaman Kasih Karunia juga berusaha untuk sabar dan mengasihi dalam segala hal. Mereka tahan menderita dan tidak pernah melawan bahkan ketika dipukul, dikutuk, atau dirajam. Namun selama tahap terakhir, tidak bisa lagi seperti itu. Demikian juga, meskipun Roh Mereka adalah satu, pekerjaan Yesus dan Yahweh tidak sepenuhnya sama. Pekerjaan Yahweh bukan untuk mengakhiri sebuah zaman, melainkan untuk membimbing zaman, mengantar dalam kehidupan manusia di bumi. Namun, pekerjaan yang sekarang sedang dilakukan adalah menaklukkan mereka yang berada di negara-negara non-Yahudi yang telah dirusak sedemikian dalamnya, dan memimpin tidak hanya keluarga Tiongkok, tetapi juga seluruh alam semesta. Mungkin tampak bagimu bahwa pekerjaan ini hanya dilakukan di Tiongkok, tetapi sebenarnya pekerjaan ini sudah mulai meluas ke luar negeri. Mengapa orang asing dari waktu ke waktu mencari jalan yang benar? Itu karena Roh sudah mulai bekerja, dan firman yang sedang disampaikan sekarang ini ditujukan kepada orang-orang di seluruh alam semesta. Dengan ini, separuh pekerjaan sudah berjalan. Dari penciptaan dunia hingga saat ini, Roh Tuhan telah mengatur bergeraknya pekerjaan yang besar ini, dan terlebih lagi, telah melakukan pekerjaan berbeda di zaman yang berbeda dan di negara yang berbeda. Orang-orang di setiap zaman melihat watak-Nya yang berbeda, yang secara alami diungkapkan melalui pekerjaan berbeda yang Ia lakukan. Ia adalah Tuhan, penuh dengan belas kasih dan kasih setia. Ia adalah korban penghapus dosa bagi manusia dan gembala manusia; tetapi Ia juga penghakiman, hajaran, dan kutuk bagi manusia. Ia dapat memimpin manusia untuk hidup di bumi selama dua ribu tahun, dan Ia juga dapat menebus umat manusia yang rusak dari dosa. Pada zaman sekarang, Ia juga dapat menaklukkan umat manusia, yang tidak mengenal-Nya, dan membuat mereka sujud di bawah kekuasaan-Nya, sehingga semua orang akan tunduk kepada-Nya sepenuhnya. Pada akhirnya, Ia akan membakar semua yang najis dan tidak benar dalam diri manusia di seluruh alam semesta, untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa Ia bukan hanya Tuhan yang pengampun dan penuh kasih, bukan hanya Tuhan yang penuh hikmat dan keajaiban, bukan hanya Tuhan yang kudus, tetapi terlebih lagi, Ia adalah Tuhan yang menghakimi manusia. Bagi orang-orang jahat di antara umat manusia, Ia adalah api yang membakar, penghakiman, dan hukuman. Bagi mereka yang akan disempurnakan, Ia adalah kesukaran, pemurnian, dan ujian, juga penghiburan, penghidupan, penyediaan firman, penanganan, dan pemangkasan. Bagi mereka yang akan dilenyapkan, Ia adalah hukuman dan juga ganjaran. Katakan kepada-Ku, bukankah Tuhan itu mahakuasa? Ia mampu melakukan apa pun dan melakukan semua pekerjaan, bukan hanya penyaliban seperti yang engkau bayangkan. Engkau terlalu menganggap rendah Tuhan! Apakah engkau percaya bahwa semua yang dapat Ia lakukan hanyalah menebus seluruh umat manusia melalui penyaliban-Nya, dan hanya itu saja? Dan setelah itu, engkau akan mengikuti-Nya ke surga untuk makan buah dari pohon kehidupan dan minum dari sungai kehidupan? … Mungkinkah sesederhana itu? Katakan kepada-Ku, apa yang telah engkau capai? Apakah engkau memiliki kehidupan Yesus? Engkau memang telah ditebus-Nya, tetapi penyaliban adalah pekerjaan Yesus sendiri. Tugas apakah yang telah engkau penuhi sebagai manusia? Engkau hanya memiliki kesalehan lahiriah, tetapi engkau tidak memahami jalan-Nya. Apakah seperti itu caramu memanifestasikan diri-Nya? Jika engkau belum mencapai kehidupan Tuhan atau melihat keseluruhan watak-Nya yang benar, maka engkau tidak dapat mengklaim sebagai orang yang telah memiliki kehidupan dan engkau tidak layak untuk melewati gerbang kerajaan surga.
Tuhan bukan saja Roh, Ia juga bisa menjadi daging; Ia, terlebih dari itu, adalah tubuh kemuliaan. Yesus, meskipun engkau semua belum pernah melihat-Nya, telah disaksikan oleh orang-orang Israel, yaitu orang-orang Yahudi pada waktu itu. Ia pada mulanya adalah tubuh daging, tetapi setelah disalibkan, Ia menjadi tubuh kemuliaan. Ia adalah Roh yang mencakup segalanya dan dapat melakukan pekerjaan di segala tempat. Ia dapat menjadi Yahweh, atau Yesus, atau Mesias. Pada akhirnya, Ia juga dapat menjadi Tuhan Yang Mahakuasa. Ia adalah kebenaran, penghakiman, dan hajaran. Ia adalah kutukan dan murka; tetapi Ia juga belas kasih dan kasih setia. Semua pekerjaan yang telah Ia lakukan mampu merepresentasikan diri-Nya. Seperti apakah Tuhan itu menurutmu? Engkau tidak akan mampu menjelaskannya. Yang dapat engkau katakan hanyalah: "Mengenai seperti apakah Tuhan itu, aku tidak mampu menjelaskannya." Jangan menarik kesimpulan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang selamanya penuh belas kasih dan kasih setia, hanya karena Ia telah melakukan pekerjaan penebusan di satu tahap. Dapatkah engkau merasa yakin bahwa Ia adalah Tuhan yang hanya pengampun dan penuh kasih? Jika Ia Tuhan yang pengampun dan penuh kasih, mengapa Ia akan mengakhiri sebuah zaman di akhir zaman ini? Mengapa Ia mengirimkan begitu banyak bencana? Jika seperti yang engkau pikirkan, bahwa Ia pengampun dan penuh kasih terhadap manusia sampai pada akhirnya, bahkan sampai zaman yang terakhir, lalu mengapa Ia akan mengirimkan bencana dari langit? Jika Ia mengasihi manusia seperti diri-Nya sendiri dan Anak tunggal-Nya, lalu mengapa Ia akan mengirimkan malapetaka dan hujan es besar dari surga? Mengapa Ia membiarkan manusia menderita kelaparan dan penyakit sampar? Mengapa Ia mengizinkan manusia mengalami bencana-bencana ini? Mengenai seperti apakah Tuhan, tidak seorang pun di antaramu berani mengatakannya, dan tidak seorang pun mampu menjelaskannya. Dapatkah engkau merasa yakin bahwa Ia adalah Roh? Beranikah engkau mengatakan bahwa Ia tidak lain tidak bukan adalah daging Yesus? Beranikah engkau mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan yang akan selamanya disalibkan demi manusia?
dari "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
0 notes
Text
2. Mengapa dunia keagamaan selalu menyangkal Kristus, menolak Dia dan mengutuk Dia, dan dengan demikian menderita kutukan dari Tuhan?
Tumblr media
Ayat Alkitab untuk Referensi:
"Sama seperti yang dikatakan Alkitab: 'Lalu berkumpullah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi dalam sebuah sidang dan berkata, Apakah yang kita lakukan? Orang ini membuat banyak mukjizat. Jika kita biarkan Dia, semua orang akan percaya kepada-Nya: dan orang-orang Roma akan datang dan merebut tempat dan bangsa kita ... maka sejak dari itu mereka bersekongkol berusaha membunuh Dia'" (Yohanes 11:47, 48, 53).
Firman Tuhan yang Relevan:
Apakah engkau sekalian ingin tahu apa akar masalahnya mengapa orang Farisi menentang Yesus? Apakah engkau sekalian ingin tahu substansi orang-orang Farisi? Mereka penuh dengan khayalan tentang Mesias. Terlebih lagi, mereka hanya percaya bahwa Mesias akan datang, tetapi mereka tidak mencari kebenaran tentang hidup. Jadi, sampai hari ini mereka masih menunggu Mesias, karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang jalan kehidupan, dan tidak tahu apa itu jalan kebenaran. Menurut engkau sekalian, bagaimana orang-orang bodoh, keras kepala, dan bebal bisa mendapatkan berkat Tuhan? Bagaimana mereka bisa melihat Mesias? Mereka menentang Yesus, karena mereka tidak mengetahui arah pekerjaan Roh Kudus, karena mereka tidak mengetahui jalan kebenaran yang diucapkan Yesus, dan terlebih lagi, karena mereka tidak memahami Mesias. Karena mereka tidak pernah melihat Mesias, dan tidak pernah bersama-Nya, mereka membuat kesalahan dengan memberikan penghormatan kosong kepada nama Mesias sambil menentang substansi Mesias dengan segala cara. Orang-orang Farisi ini pada hakikatnya keras kepala, sombong, dan tidak mematuhi kebenaran. Prinsip kepercayaan mereka kepada Tuhan adalah: Tidak peduli sedalam apa khotbahmu, tidak peduli setinggi apa otoritasmu, Engkau bukan Kristus kecuali jika Engkau disebut Mesias. Bukankah pandangan ini tidak masuk akal dan konyol? Aku bertanya lagi kepada kalian: Tidakkah sangat mudah untuk melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang Farisi mula-mula, mengingat engkau sekalian tidak memahami Yesus sama sekali? Dapatkah engkau membedakan jalan kebenaran? Dapatkah engkau benar-benar menjamin bahwa engkau tidak akan menentang Kristus? Dapatkah engkau mengikuti pekerjaan Roh Kudus? Jika engkau tidak tahu apakah engkau akan menentang Kristus, Aku katakan bahwa engkau sudah hidup di ambang kematian. Semua orang yang tidak mengenal Mesias mampu menentang, menolak, atau memfitnah Yesus. Semua orang yang tidak memahami Yesus mampu menyangkal dan mencerca-Nya. Selain itu, mereka mampu melihat kedatangan kembali Yesus sebagai tipu muslihat Iblis, dan semakin banyak orang akan mengutuk Yesus yang sudah kembali menjadi daging. Tidakkah semua ini membuat engkau sekalian takut? Yang akan engkau sekalian hadapi adalah penghujatan terhadap Roh Kudus, penghancuran terhadap perkataan Roh Kudus kepada gereja-gereja, dan penolakan atas semua yang dinyatakan oleh Yesus. Apa yang bisa engkau sekalian dapatkan dari Yesus jika engkau sekalian sangat bingung?
dari "Ketika Engkau Melihat Tubuh Rohani Yesus Adalah Saat Tuhan Menciptakan Langit dan Bumi yang Baru" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Orang-orang yang membaca Alkitab di gereja-gereja besar mengutip Alkitab setiap hari, tetapi tidak satu pun yang memahami tujuan pekerjaan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Tuhan; bahkan, tidak ada seorang pun yang dapat selaras dengan hati Tuhan. Mereka semua tidak berharga, manusia hina, masing-masing meninggikan diri ingin mengajar Tuhan. Walaupun mereka mengelu-elukan nama Tuhan, mereka dengan sengaja menentang-Nya. Walaupun mereka menyebut diri mereka orang yang percaya kepada Tuhan, merekalah orang-orang yang makan daging manusia dan minum darah manusia. Semua manusia seperti ini adalah setan-setan yang menelan jiwa manusia, setan-setan yang sengaja mengganggu orang-orang yang berusaha melangkah ke jalan yang benar, dan batu sandungan yang menghalangi jalan orang-orang yang mencari Tuhan. Meskipun mereka memiliki "raga yang kuat", bagaimana pengikut mereka bisa mengetahui bahwa merekalah antikristus yang memimpin manusia menentang Tuhan? Bagaimana mereka bisa tahu merekalah setan-setan hidup yang mencari jiwa-jiwa untuk ditelan?
dari "Semua Orang yang Tidak Mengenal Tuhan adalah Orang-Orang yang Menentang Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Berapa banyak yang mencari kebenaran dan mengikuti kebenaran? Mereka semua binatang seperti babi dan anjing, memimpin sekelompok lalat bau di tumpukan sampah, menggerak-gerakkan kepalanya dan menyebabkan kekacauan.[1]Mereka percaya bahwa raja neraka adalah raja yang paling berkuasa, tanpa menyadari bahwa mereka tidak lebih dari lalat di tumpukan sampah. Tidak hanya itu, mereka membuat pernyataan yang salah melawan keberadaan Tuhan dengan bergantung pada anjing dan babi sebagai induk mereka. Sekelompok kecil lalat berpikir orangtua mereka sama besarnya dengan ikan paus bergigi.[2] Apakah mereka tidak menyadari bahwa mereka sangat kecil, dan induk mereka hanyalah anjing dan babi jorok yang miliaran kali lebih besar dari mereka? Tidak sadar akan posisi mereka yang rendah, mereka mengamuk oleh karena bau anjing dan babi dan berkhayal bisa melahirkan generasi yang akan datang. Sungguh tidak tahu malu! Dengan sayap hijau di punggungnya (ini merujuk kepada mereka yang mengaku percaya kepada Tuhan), mereka mulai tertipu dan menyombongkan kecantikan dan daya tarik mereka di mana-mana, diam-diam menyebarkan ketidakmurnian mereka kepada manusia. Dan mereka begitu percaya diri, seakan sepasang sayap berwarna pelangi bisa menyembunyikan ketidakmurnian mereka dan dengan demikian mereka menganiaya keberadaan Tuhan yang sejati (ini merujuk kepada kisah-kisah yang tersembunyi di dunia agamawi). Tidak banyak yang tahu bahwa walaupun lalat memiliki sayap yang indah dan menarik, ia tidak lebih dari lalat kecil yang penuh kotoran dan kuman. Dalam kekuatan sebesar kekuatan anjing dan babi sebagai induk mereka, mereka mengamuk ke seluruh negeri (ini merujuk kepada pemuka agama yang menganiaya Tuhan dengan dukungan dari negara yang menyangkali Tuhan yang sejati dan kebenaran) dengan kemarahan yang meledak-ledak. Seakan hantu orang Farisi Yahudi kembali bersama dengan Tuhan kepada bangsa si naga besar merah, kembali ke sarang lama mereka. Mereka mulai lagi melakukan pekerjaan penganiayaan mereka, melanjutkan kembali pekerjaan yang mereka lakukan ribuan tahun yang lalu. Sekelompok makhluk hina seperti ini pasti akan binasa di bumi pada akhirnya! Sepertinya setelah beberapa ribu tahun, roh najis menjadi semakin licik dan licin. Mereka terus-menerus memikirkan cara untuk diam-diam menghancurkan pekerjaan Tuhan. Mereka lihai dan licik dan ingin mengulangi tragedi yang terjadi beberapa ribu tahun lalu itu di kampung halamannya. Hal ini hampir membuat Tuhan meneriakkan murka-Nya dan Dia hampir tidak bisa menahan diri untuk kembali ke surga tingkat ketiga untuk menghabisi mereka.
dari "Pekerjaan dan Jalan Masuk (7)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Catatan kaki:
1. "Menggerak-gerakkan kepalanya dan menyebabkan kekacauan" merujuk kepada bagaimana manusia yang dikuasai Iblis membuat kekacauan, menghancurkan dan melawan pekerjaan Tuhan.
2. "Ikan paus bergigi" digunakan untuk mengejek. Ini adalah metafora di mana lalat begitu kecil sehingga babi dan anjing tampak sebesar paus bagi mereka.
0 notes
Text
Penderitaan dan Ujian─Berkat-Berkat yang Tuhan Karuniakan
Tumblr media
Gereja Tuhan Yang Mahakuasa - Artikel Kristen - Penderitaan dan Ujian─Berkat-Berkat yang Tuhan Karuniakan
                                Wang Gang Provisi Shandong
Aku adalah seorang petani dan karena keluargaku miskin, aku selalu harus bepergian ke sana kemari untuk menemukan pekerjaan sementara guna mendapatkan uang; kupikir aku dapat mencari penghidupan yang baik bagi diriku sendiri melalui pekerjaan fisik. 
Akan tetapi, pada kenyataannya, aku melihat bahwa tidak ada jaminan atas hak-hak hukum pekerja migran sepertiku; gajiku seringkali ditahan untuk alasan yang tidak jelas. Berkali-kali aku dicurangi dan dimanfaatkan oleh orang lain. Setelah setahun bekerja keras, aku tidak menerima jumlah yang semestinya kuterima. Aku merasa dunia ini begitu gelap! Manusia memperlakukan satu sama lain seperti binatang, di mana yang kuat memangsa yang lemah; mereka saling bersaing, saling memukul, dan aku semata-mata tidak mampu untuk terus hidup seperti ini. Dalam rasa sakit yang begitu hebat dan jiwa yang sangat tertekan, dan pada saat aku telah kehilangan keyakinan dalam hidupku, seorang teman membagikan kepadaku keselamatan Tuhan Yang Mahakuasa. Sejak saat itu, aku berkumpul, berdoa dan menyanyi dengan saudara-saudari secara berkala; kami membahas kebenaran dan menggunakan kelebihan kami untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Aku merasa sangat bahagia dan terbebaskan. Di Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, aku melihat bahwa saudara-saudariku tidak mencoba mengecoh satu sama lain atau menciptakan perbedaan sosial; mereka semua benar-benar terbuka dan rukun satu sama lain. Semua orang ada untuk mencari kebenaran dengan giat guna membuang watak mereka yang rusak dan hidup layaknya manusia serta memperoleh keselamatan. Ini memungkinkan aku untuk mengalami kebahagiaan dalam hidupku dan memahami arti penting dan nilai kehidupan. Oleh karena itu, aku memutuskan bahwa aku harus menyebarkan Injil dan memungkinkan lebih banyak orang yang hidup dalam kegelapan untuk datang ke hadapan Tuhan guna menerima keselamatan dari-Nya dan kembali melihat terang. Akibatnya, aku bergabung dengan jajaran orang-orang yang memberitakan Injil dan bersaksi bagi Tuhan. Namun, tanpa diduga-duga aku ditahan oleh pemerintah PKT (Partai Komunis Tiongkok) karena mengkhotbahkan Injil dan aku pun menderita penyiksaan yang sangat brutal, perlakuan kejam dan pemenjaraan.
Pada sore hari di musim dingin tahun 2008, saat aku dan dua orang saudari sedang bersaksi mengenai pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepada seorang target penginjilan, kami dilaporkan oleh orang-orang jahat. Enam orang petugas kepolisian menggunakan alasan perlunya memeriksa izin tinggal kami untuk mendobrak masuk ke dalam rumah target penginjilan tersebut. Saat mereka memasuki pintu, mereka berteriak: "Jangan bergerak!" Dua orang polisi yang jahat itu terlihat tidak waras saat memukuli aku; salah satunya menarik baju di dadaku dan yang satunya lagi memegang lenganku dan mengerahkan segenap kekuatannya untuk mengunci tanganku di belakang, lalu ia bertanya dengan galak: "Apa yang sedang kau lakukan? Dari mana asalmu? Siapa namamu?" Aku pun balas bertanya "Apa yang kau lakukan? Untuk apa kau menahan aku?" Saat mereka mendengar aku berkata demikian, mereka menjadi sangat marah dan berkata dengan agresif: "Tidak penting apa alasannya, kaulah yang sedang kami cari dan kau harus ikut dengan kami!" Setelah itu, polisi yang jahat itu membawa aku dan kedua saudariku, memasukkan kami ke dalam mobil polisi dan membawa kami ke kantor polisi setempat.
Setelah kami sampai di kantor polisi, polisi jahat itu membawa aku dan mengunciku di dalam ruangan yang kecil; mereka memerintahkan kepadaku untuk meringkuk di lantai dan mengatur empat orang untuk mengawasiku. Karena aku jongkok untuk waktu yang lama, aku menjadi sangat lelah dan tidak tahan lagi. Saat aku mencoba berdiri, polisi jahat itu bergegas datang dan mendorong kepalaku ke bawah agar tidak dapat berdiri. Baru setelah malam tiba mereka datang untuk menggeledahku dan mengizinkan aku berdiri; ketika mereka tidak menemukan apa pun dalam penggeledahan itu, mereka semua pergi. Tak berapa lama kemudian, aku mendengar teriakan mengerikan dari seseorang yang sedang disiksa di ruangan sebelah, dan pada saat itu aku menjadi sangat takut: aku tidak tahu siksaan dan perlakuan kejam apa yang akan mereka lakukan terhadapku nanti! Aku mulai bergegas berdoa kepada Tuhan dalam hatiku: "Ya Tuhan Yang Mahakuasa, sekarang aku sangat takut, aku mohon agar Engkau memberikanku iman dan kekuatan, jadikan aku kokoh dan berani sehingga dapat menjadi saksi bagi-Mu. Jika aku tidak mampu menahan siksaan dan perlakuan kejam mereka, jika aku harus bunuh diri dengan menggigit lidahku sendiri, aku tidak akan pernah mengkhianati-Mu seperti Yudas!" Setelah berdoa, aku merenungkan firman Tuhan, "Jangan takut, Tuhan Semesta Alam Yang Mahakuasa pasti akan bersamamu; Dia menolongmu dan Dia adalah perisaimu" ("Bab 26, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Ya, Tuhan Yang Mahakuasa adalah penopangku dan Ia ada bersamaku; apa lagi yang perlu kutakutkan? Aku harus bergantung kepada Tuhan untuk melawan Iblis. Firman Tuhan menghilangkan perasaan takut dari dalam hatiku, dan hatiku pun dibebaskan.
Malam itu, empat orang polisi yang sangat jahat datang dan salah satunya menunjuk aku dan berteriak: "Kita tentunya sudah menangkap ikan besar! Kalian orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa mengganggu ketertiban masyarakat dan menghancurkan hukum nasional…" Ia berteriak sambil mendorongku ke ruang penyiksaan di lantai dua, dan memerintahkan kepadaku untuk jongkok. Ruang penyiksaan itu dilengkapi dengan segala jenis alat penyiksaan seperti tali, tongkat kayu, pentungan, cambuk, senapan, dll. Semuanya diletakkan dengan sembarangan. Dengan alis mengernyit dan mata yang bersinar-sinar, seorang polisi jahat menjambak rambutku dengan satu tangan, dan memegang pentungan listrik, yang mengeluarkan bunyi "kejutan listrik dan letupan" yang berisik di tangan satunya, dan menanyakan informasi dengan ancaman: "Berapa banyak orang di gerejamu? Di mana kalian bertemu? Siapa pemimpinnya? Berapa banyak orang di wilayah ini yang mengabarkan injil? Ayo bicara! Kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya!" Aku melihat ke arah bahaya pentungan listrik yang semakin dekat dan sekali lagi melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan alat-alat penyiksaan; aku tidak kuasa menahan perasaan gugup dan takut. Aku tidak tahu apakah aku akan sanggup menahan siksaan ini. Pada titik yang kritis inilah, aku teringat firman Tuhan Yang Mahakuasa, yang berkata: "Engkau juga harus minum dari cawan yang telah Aku minum (inilah yang Ia katakan setelah kebangkitan), engkau juga harus berjalan di jalan yang telah Aku tempuh … " ("Cara Petrus Mengenal Yesus" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Aku sadar bahwa ini adalah sesuatu yang Tuhan percayakan kepada kita dan inilah jalan hidup yang telah Tuhan tetapkan secara pribadi bagi kita. Dalam menjalani iman kepada Tuhan dan mencari kebenaran, kita tentunya harus melewati penderitaan dan perasaan frustrasi. Hal ini tak terhindarkan, dan pada akhirnya kesulitan-kesulitan ini mendatangkan berkat dari Tuhan. Hanya melalui penderitaanlah orang-orang dapat menerima jalan kebenaran yang dikaruniakan oleh Tuhan, dan kebenaran ini adalah hidup kekal, yang dikaruniakan oleh Tuhan. Aku harus berjalan mengikuti jejak langkah Tuhan dan menghadapi hal ini dengan berani; Aku tidak boleh takut atau gentar. Saat memikirkan hal ini, hatiku mengeluarkan semacam kekuatan dan aku berkata dengan lantang: "Aku hanya percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, aku tidak tahu apa-apa lagi selain itu!" Saat polisi jahat mendengar perkataanku, mukanya memerah dan dengan ganas ia menolok sebelah kiri dadaku dengan tongkat listrik. Ia menyetrumku selama hampir satu menit. Aku langsung merasa seakan-akan darah di dalam tubuhku mendidih; aku berada dalam kesakitan yang luar biasa dari ujung kepala hingga kaki dan aku pun berguling-guling di lantai sambil berteriak tanpa henti. Ia masih belum mau berhenti dan tiba-tiba menyeretku dan menggunakan tongkat untuk mengangkat daguku, sambil berteriak: "Ayo bicara! Kau tidak mau mengakui apa-apa?" Ia berteriak dan menekan bagian kanan dadaku dengan tongkat listrik. Aku tersengat dengan sangat parah hingga gemetar dari kepala hingga kaki. Selanjutnya aku merasa amat kesakitan hingga tergeletak pingsan tak bergerak di lantai. Aku tidak tahu berapa lama, tetapi aku bangun saat mendengar polisi jahat itu berkata: "Kau pura-pura mati ya? Kau pura-pura! Ayo terus saja pura-pura!" Mereka kembali menekan tubuhku dengan tongkat di bagian wajah dan menendang pahaku. Setelah itu mereka menyeretku dan bertanya dengan galak: "Kau mau beritahu apa tidak!?" Aku tetap tidak menjawab. Polisi jahat itu lalu dengan kejam memukuli wajahku dengan kepalan tangan mereka dan satu gigiku copot, sementara satu gigi lainnya hampir tanggal. Bibirku mulai berdarah. Dalam menghadapi siksaan luar biasa oleh setan-setan ini, aku hanya takut bahwa aku akan mengkhianati Tuhan karena tidak kuasa menahan siksaan mereka. Pada saat itu, aku kembali teringat akan firman Tuhan, "Mereka yang berkuasa mungkin tampak ganas dari luar, tetapi jangan takut, karena ini disebabkan engkau semua memiliki sedikit iman. Selama imanmu tumbuh, tidak akan ada yang terlalu sulit" ("Bab 75, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia").
Firman Tuhan kembali memberiku iman dan kekuatan, dan aku sadar bahwa meskipun polisi jahat di hadapanku membabi buta dan bertindak sembarangan, mereka sebenarnya diatur oleh tangan Tuhan. Pada saat itu, Tuhan sedang menggunakan mereka untuk menguji imanku. Selama aku bersandar pada iman dan mengandalkan Tuhan dan tidak menyerah kepada mereka, mereka pada akhirnya akan gagal dan merasa malu. Saat memikirkan hal ini, aku menghimpun segenap kekuatan di tubuhku dan menjawab dengan lantang: "Kenapa kau membawaku ke sini? Kenapa kau menyetrumku dengan tongkat listrik? Memang kejahatan apa yang telah aku lakukan?" Polisi jahat itu tiba-tiba tidak bisa berkata apa-apa dan hati nuraninya merasa bersalah. Ia mulai terbata-bata: "Aku … aku … Memang aku seharusnya tidak boleh membawamu ke sini?" Lalu ia pergi dengan menunduk malu. Saat melihat situasi memalukan akibat dilema si Iblis, hatiku tergerak dan aku pun menangis. Dalam keadaan yang berat ini, aku benar-benar mengalami kuasa dan otoritas firman Tuhan Yang Mahakuasa. Asalkan firman Tuhan diterapkan dan diikuti, Tuhan akan menjaga serta melindungimu dan kuasa Tuhan akan menyertaimu. Di saat yang sama, aku merasa begitu berutang kepada Tuhan karena sedemikian kecil iman yang kumiliki. Setelah itu, seorang polisi bertubuh tinggi masuk dan mendekatiku serta berkata: "Kau hanya perlu memberi tahu kami di mana keluargamu tinggal dan berapa banyak orang dalam keluargamu, dan kami akan membebaskanmu." Saat ia melihat bahwa aku tidak mau berkata apa-apa, mukanya menjadi merah dan ia memegang tanganku dan memaksakan cap tanganku di atas kesaksian lisan yang telah mereka tulis. Aku melihat bahwa kesaksian lisan itu bukanlah apa yang sudah kukatakan kepada mereka, melainkan bukti yang terang-terangan dipalsukan. Aku merasakan kemarahan besar yang pada tempatnya dan aku lalu mengambil kertas itu dan merobeknya. Polisi yang jahat itu langsung mengamuk dan meninju bagian kiri wajahku. Ia lalu menamparku dua kali begitu keras hingga aku merasa pusing. Setelah itu mereka kembali memasukkan aku ke ruangan kecil tadi.
Setelah kembali ke ruangan kecil, aku memar-memar dan remuk redam, dan rasa sakitnya tak tertahankan. Hatiku dipenuhi dengan perasaan sedih dan lemah: mengapa orang-orang percaya harus menderita seperti ini? Aku mengkhotbahkan Injil dengan maksud baik, agar orang-orang dapat mencari kebenaran dan diselamatkan, dan tak diduga-duga aku menderita penganiayaan ini. Saat memikirkannya, aku semakin merasa diperlakukan tidak adil. Di tengah-tengah kesakitanku, aku teringat akan firman Tuhan: "Karena engkau adalah manusia, engkau harus mengorbankan diri untuk Tuhan dan menanggung semua penderitaan! Engkau harus dengan senang hati dan pasti menerima penderitaan kecil yang engkau alami hari ini dan menjalani kehidupan yang bermakna, seperti Ayub, seperti Petrus. … Engkau semua adalah orang-orang yang mengejar jalan yang benar, yang mencari peningkatan. Engkau semua adalah orang-orang yang bangkit di negeri si naga merah besar, orang-orang yang Tuhan sebut sebagai orang benar. Bukankah itulah kehidupan yang paling berarti?" ("Penerapan (2)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan Yang Mahakuasa menyentuh hatiku. Ya, Tuhan telah menyiramiku dan memenuhiku dengan firman hidup-Nya yang berlimpah, Ia telah mengizinkan aku menikmati kasih karunia-Nya yang berlimpah secara gratis dan memungkinkan aku untuk mengetahui misteri dan kebenaran yang tidak diketahui oleh siapa pun sejak generasi-generasi di masa lampau. Ini adalah anugerah istimewa yang diberikan oleh Tuhan kepadaku. Aku harus bersaksi bagi-Nya dan menahan semua rasa sakit bagi-Nya. Kesakitan sebesar apa pun layak kutanggung, karena itu adalah hal yang paling berharga dan bermakna! Hari ini, aku dianiaya karena mengkhotbahkan Injil dan tidak bersedia menanggung rasa sakit secara fisik karenanya; aku merasa diperlakukan tidak adil dan tidak rela. Bukankah aku telah membuat Tuhan sedih dengan berlaku seperti ini? Bukankah aku tidak memiliki hati nurani? Bagaimana mungkin aku layak menerima anugerah Tuhan yang penuh pengampunan dan makanan kehidupan dari-Nya? Pelbagai generasi orang kudus telah memberi kesaksian yang kuat dan bergaung bagi Tuhan karena mereka mengikuti jalan Tuhan; mereka menjalani hidup dengan penuh makna. Hari ini aku telah memiliki semua firman Tuhan ini, jadi bukankah aku seharusnya mempersembahkan lebih banyak kesaksian yang indah bagi Tuhan? Saat merenungkan hal ini, rasa sakit di sekujur tubuhku terasa berkurang, dan aku tahu pasti bahwa firman Tuhan-lah yang memberikanku kekuatan hidup, sehingga aku dapat mengatasi kelemahan dagingku.
Keesokan harinya, polisi jahat itu kehabisan strategi untuk dicoba. Mereka mengancamku dan berkata: "Kau tidak mau bicara? Kalau begitu kami akan memenjarakanmu!" Setelah itu mereka mengirimku ke pusat tahanan. Di pusat tahanan, polisi jahat itu terus menggunakan segala jenis metode penyiksaan terhadapku dan sering menghasut narapidana lainnya untuk memukuli aku. Di tengah-tengah hawa musim dingin yang menusuk, mereka menyuruh para narapidana menyiramiku dengan air dingin dan memaksaku mandi dengan air dingin. Aku gemetar kedinginan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Di tempat ini, para narapidana adalah mesin pencari uang bagi pemerintah dan tidak memiliki hak hukum. Mereka tidak punya pilihan selain bertahan hidup di sel yang penuh sesak dan dimanfaatkan layaknya budak. Penjara itu memaksaku mencetak uang kertas yang digunakan sebagai sesajen bakaran untuk orang mati sepanjang hari dan aku diharuskan bekerja lembur di malam hari. Jika aku berhenti untuk istirahat, seseorang akan menghampiri dan memukuliku. Awalnya, mereka membuat aturan bahwa aku harus mencetak 2000 kertas setiap harinya, lalu mereka menaikkannya menjadi 2.800 kertas per hari, dan akhirnya 3.000. Jumlah ini mustahil bagi orang yang sudah berpengalaman, apalagi bagiku yang tidak punya pengalaman. Pada kenyataannya, mereka sengaja mengatur agar aku tidak bisa menyelesaikannya sehingga mereka punya alasan untuk menyiksa dan menghancurkan aku. Setiap kali aku tidak bisa memenuhi kuota, polisi jahat itu akan memasang belenggu seberat lebih dari 5 kg pada kakiku, dan mereka memborgol tangan dan kakiku. Aku hanya bisa duduk sambil menundukkan kepala dengan pinggang yang bengkok, kalau tidak aku tidak akan bisa bergerak. Selain itu, polisi yang tidak manusiawi dan tidak punya perasaan itu tidak pernah bertanya atau memedulikan kebutuhan dasarku. Meskipun ada toilet di dalam sel penjara, aku sama sekali tidak bisa menghampiri dan menggunakannya; aku hanya bisa memohon kepada teman satu sel untuk mengangkatku ke atas toilet. Kalau mereka narapidana yang agak baik, mereka akan menarikku berdiri; tetapi jika tidak ada yang membantuku, aku terpaksa buang air besar di celana. Waktu yang paling menyakitkan adalah saat makan, karena tangan dan kakiku diborgol jadi satu. Aku hanya bisa sekuat tenaga menundukkan kepalaku dan mengangkat tangan dan kakiku. Hanya inilah caraku bisa menaruh roti gulung ke dalam mulutku. Aku menghabiskan banyak energi untuk setiap gigitan. Borgol-borgol itu membuat tangan dan kakiku lecet dan sangat sakit. Setelah beberapa lama, kulit pergelangan tangan dan kakiku menjadi hitam mengilap dan kapalan. Seringkali aku tidak bisa makan saat diborgol, dan terkadang para narapidana akan memberiku dua roti gulung kecil. Mereka lebih sering memakan bagianku dan aku terpaksa bertahan dengan perut kosong. Jatah minumku bahkan lebih sedikit lagi; awalnya, setiap orang hanya diberi dua mangkuk air per hari, tetapi aku diborgol dan tidak dapat bergerak, jadi aku jarang bisa minum air. Siksaan yang tidak manusiawi itu sungguh tak terperi. Aku menderita seperti ini sebanyak total empat kali dan setiap kalinya aku diborgol selama minimal tiga hari hingga maksimal delapan hari. Setiap kali rasa lapar itu tak tertahankan, aku akan mengingat-ingat firman yang Tuhan ucapkan di masa lalu: "Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan" (Matius 4:1-4). Aku sedikit demi sedikit mulai menyadari bahwa Tuhan ingin firman-Nya "Tuhan lakukan adalah mengubah firman menjadi hidup" menjadi nyata dalam hidupku melalui penderitaan oleh Iblis. Saat memahami kehendak Tuhan, hatiku dibebaskan dan aku berdoa kepada Tuhan dalam damai dan mencoba memahami firman Tuhan. Tanpa disadari aku tidak lagi merasa begitu sakit atau lapar. Ini benar-benar membuatku merasa bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, jalan dan hidup dan tentunya fondasi tempatku bergantung untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, imanku kepada Tuhan tanpa disadari meningkat. Aku ingat suatu waktu ketika sipir penjara dengan sengaja menganiaya dan memborgolku. Selama tiga hari tiga malam aku tidak minum setetes air pun. Narapidana yang diborgol di sebelahku berkata: "Dulu ada pemuda yang diborgol dan dibiarkan kelaparan hingga mati seperti ini. Aku lihat kau belum makan apa pun selama beberapa hari tapi masih bersemangat." Saat mendengar kata-katanya, aku berpikir bahwa meskipun belum makan ataupun minum selama tiga hari tiga malam, aku tidak merasakan sakitnya rasa lapar. Aku sungguh merasa bahwa inilah kekuatan hidup dari firman Tuhan yang menopangku dan membuatku benar-benar melihat Tuhan yang menampakkan diri kepadaku di dalam firman-Nya. Hatiku terus bersemangat; dalam lingkungan kesengsaraan ini aku mampu benar-benar mengalami kenyataan kebenaran bahwa "Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan." Ini benar-benar harta kehidupan paling berharga yang telah Tuhan berikan kepadaku, dan merupakan karunia bagiku yang tak ada duanya. Selain itu, aku tidak akan mungkin bisa memperoleh karunia ini dalam lingkungan di mana aku tidak perlu khawatir tentang pakaian ataupun makanan. Sekarang ini, penderitaanku begitu bermakna dan berharga! Pada saat itu, aku langsung teringat firman Tuhan: "Apa yang engkau warisi saat ini melebihi apa yang diwarisi semua rasul dan nabi sebelumnya dan bahkan lebih besar dari apa yang diwarisi Musa dan Petrus. Berkat tidak dapat diterima dalam satu atau dua hari; tetapi harus didapatkan melalui banyak pengorbanan. Artinya, engkau harus memiliki kasih yang dimurnikan, iman yang besar, dan banyak kebenaran yang Tuhan mau engkau dapatkan; dan lagi, engkau harus sanggup mengarahkan wajahmu ke arah keadilan dan tidak pernah takut atau menyerah, dan engkau harus memiliki kasih yang terus-menerus dan tak kenal lelah bagi Tuhan. Darimu dituntut ketetapan hati, juga perubahan dalam watak hidupmu. Kerusakanmu harus diperbaiki, dan engkau harus menerima semua pengaturan Tuhan tanpa mengeluh, dan bahkan taat sampai mati. Inilah yang harus kau capai. Inilah tujuan akhir pekerjaan Tuhan, dan tuntutan yang Tuhan tuntut dari sekelompok orang ini" ("Apakah Pekerjaan Tuhan Begitu Sederhana Seperti yang Dibayangkan Manusia?" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Dalam upaya memahami firman Tuhan, aku menyadari bahwa setelah penderitaan dan ujian, datanglah berkat dari Tuhan, dan ini adalah makanan dan minuman kehidupan yang paling nyata dari Tuhan bagiku. Sekarang, meskipun firman yang Tuhan berikan kepadaku telah melewati pelbagai generasi orang kudus, aku masih perlu memiliki iman dan keteguhan hati agar mampu untuk tidak menyerah selama ujian dan kesengsaraanku, agar mampu tunduk pada pengaturan oleh Tuhan dan menerima keselamatan-Nya. Pada saat itulah, aku akan mampu masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan dan melihat perbuatan-perbuatan Tuhan yang mengagumkan. Jika bukan karena kesusahan ini, aku tidak akan layak menerima janji dan berkat Tuhan. Pencerahan firman Tuhan menuntunku menjadi orang yang lebih teguh dan kuat di dalam batinku; aku pun menetapkan tekad: dengan giat aku akan bekerja sama dengan Tuhan dan memuaskan tuntutan Tuhan di tengah lingkungan yang menyakitkan ini, serta bersaksi bagi Tuhan agar aku dapat menuai panen terbesar.
Satu bulan kemudian, polisi PKT mengajukan tuntutan terhadapku atas "dugaan mengganggu ketertiban masyarakat dan menghancurkan penerapan hukum"; Aku dihukum selama satu tahun kerja paksa. Saat aku memasuki kamp buruh, polisi jahat itu menyebarkan gosip dan hal-hal yang tak masuk akal di antara para narapidana, dan berkata bahwa aku adalah umat Tuhan Yang Mahakuasa, yang lebih bejat daripada pembunuhan dan perampokan, dan mereka mendorong para narapidana untuk menganiaya aku. Oleh karena itu aku sering dipukuli dan ditempatkan dalam situasi yang sulit oleh para narapidana tanpa alasan sama sekali. Ini membuat aku benar-benar menyadari bahwa Tiongkok adalah neraka hidup yang dikendalikan dengan ketat oleh Iblis, si setan, di mana setiap sudutnya gelap dan di mana terang tidak boleh ada; di sini benar-benar tidak ada tempat tinggal bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Di siang hari, polisi jahat memaksaku bekerja di bengkel. Jika aku tidak memenuhi kuota, mereka akan membiarkan narapidana lain memukuliku saat aku kembali ke dalam sel penjara dan berkata "bunuh ayam untuk menakut-nakuti monyet." Saat aku ada di bengkel menghitung karung, aku harus menghitung 100 karung dan mengikatnya jadi satu. Para narapidana dengan sengaja datang dan mengambil satu karung dari setiap ikat yang sudah aku hitung, lalu berkata bahwa aku salah menghitung dan menjadikannya kesempatan untuk memukul dan menendangku. Saat sipir penjara melihat aku dipukuli, ia akan menghampiri aku dan dengan munafik bertanya apa yang sedang terjadi, lalu para narapidana akan menunjukkan bukti palsu bahwa aku tidak menghitung cukup banyak karung. Lalu aku harus tahan dihujani kata-kata kritik yang tegas dari si sipir. Selain itu, mereka juga memerintahkan aku untuk menghapal "tata tertib" setiap pagi, dan jika aku tidak hapal, aku akan dipukuli; mereka juga memaksa aku menyanyikan lagu-lagu pujian bagi partai komunis. Jika mereka melihat aku tidak bernyanyi atau bibirku tidak bergerak, aku pasti akan dipukuli malam harinya. Mereka juga menghukum aku dengan memaksaku mengepel lantai, dan jika mereka tidak puas dengan hasil mengepelku, aku akan dipukuli dengan kejam. Suatu waktu, beberapa orang narapidana tiba-tiba mulai memukuli dan menendangku. Setelah selesai, mereka bertanya kepadaku: "Hei anak muda, kau tahu kenapa kau dipukuli? Itu karena kau tidak berdiri dan memberi salam kepada sipir saat ia datang!" Setiap kali sehabis dipukuli, aku menjadi marah tetapi tidak berani berkata apa-apa; aku hanya bisa menangis dan diam-diam berdoa kepada Tuhan, bercerita kepada-Nya mengenai kebencian dan kesedihan dalam hatiku karena tempat yang tidak taat hukum dan tidak masuk akal ini. Akal sehat tidak ada di sini, hanya ada kekerasan. Tidak ada manusia di sini, hanya ada setan-setan gila dan kalajengking! Aku merasa begitu kesakitan dan tertekan hidup dalam perjuangan ini; aku tidak mau tinggal semenit lebih lama. Setiap kali aku jatuh dalam kondisi yang lemah dan sakit, aku pun teringat akan firman Tuhan: "Pernahkah engkau menerima berkat-berkat yang diberikan kepadamu? Pernahkah engkau mencari janji-janji yang diberikan bagimu? Dalam tuntunan terang-Ku, engkau semua pasti akan menghancurkan kubu-kubu pertahanan kekuatan kegelapan. Engkau semua pasti tidak akan kehilangan cahaya yang membimbingmu, bahkan di tengah kegelapan. Engkau semua pasti akan menjadi penguasa atas seluruh ciptaan. Engkau pasti akan menjadi seorang pemenang di hadapan Iblis. Pada saat tumbangnya kerajaan naga merah yang sangat besar, engkau pasti akan berdiri di tengah kumpulan besar orang banyak untuk bersaksi tentang kemenangan-Ku. Engkau semua pasti akan teguh dan tidak goyah di tanah Sinim. Lewat penderitaan yang kautanggung, engkau semua akan mewarisi berkat-Ku dan pasti akan memancarkan kemuliaan-Ku ke seluruh alam semesta" ("Bab 19, Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Firman Tuhan membangkitkan semangatku. Baik yang Tuhan lakukan terhadapku itu kasih karunia dan anugerah ataukah ujian dan pemurnian, semua itu ada untuk menyediakan kebutuhanku dan menyelamatkan aku, menempatkan kebenaran dalam diriku dan menjadikan kebenaran sebagai hidupku. Hari ini, Tuhan mengizinkan penganiayaan dan kesengsaraan ini datang kepadaku. Meskipun membuatku sangat menderita, hal tersebut memungkinkan aku untuk benar-benar mengalami bahwa Tuhan ada bersamaku, membuatku sungguh-sungguh menikmati firman Tuhan yang menjadi roti kehidupan dan pelita bagi kakiku serta terang bagi jalanku, yang membimbingku berjalan langkah demi langkah melalui lubang neraka yang gelap ini. Inilah kasih dan perlindungan Tuhan yang aku nikmati dan peroleh selama proses penderitaanku. Saat itu, aku mampu menyadari bahwa aku begitu buta dan egois dan terlalu serakah. Dalam kepercayaanku kepada Tuhan, aku hanya tahu bagaimana menikmati kasih karunia dan anugerah Tuhan, tetapi tidak sedikit pun mencari kebenaran dan hidup. Saat dagingku mengalami sedikit saja kesusahan, aku tidak henti-hentinya mengeluh; Aku sama sekali tidak memahami kehendak Tuhan dan tidak berupaya memahami pekerjaan Tuhan. Aku selalu menyebabkan Tuhan merasa sedih dan sakit karena diriku. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani! Saat merasa sesal dan menyalahkan diri sendiri, aku diam-diam berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan Yang Mahakuasa, aku dapat melihat bahwa segala sesuatu yang Engkau lakukan adalah untuk menyelamatkan dan memperoleh diriku. Aku hanya benci karena aku begitu memberontak, buta dan tidak memiliki kemanusiaan. Aku selalu salah memahami Engkau dan tidak mempedulikan kehendak-Mu. Ya Tuhan, hari ini firman-Mu telah membangkitkan hati dan semangatku yang sudah mati rasa dan menyebabkan aku memahami kehendak-Mu. Aku tidak lagi mau memiliki keinginan dan tuntutan pribadi; aku hanya akan tunduk pada pengaturan-Mu. Bahkan jika harus menderita segala kesusahan, aku akan tetap giat bekerja sama dengan-Mu dan mengumandangkan kesaksian bagi-Mu di sepanjang penganiayaan oleh si Iblis. Aku akan berupaya lepas dari pengaruh Iblis dan menjalani hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati untuk memuaskan Engkau." Setelah berdoa, aku pun memahami maksud baik Tuhan dan tahu bahwa setiap lingkungan yang Tuhan izinkan kualami adalah kasih dan keselamatan terbesar Tuhan bagiku. Oleh karena itu, aku tidak akan lagi berpikir untuk lari dari Tuhan atau salah memahami-Nya. Meskipun keadaan saat ini tetap sama, hatiku benar-benar dipenuhi kebahagiaan dan sukacita; Aku merasa terhormat dan bangga dapat mengalami kesusahan dan dianiaya oleh karena kepercayaanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Itu adalah hadiah yang tak ada duanya bagi orang yang rusak seperti diriku; ini adalah anugerah dan kasih karunia Tuhan yang istimewa bagiku.
Setelah mengalami setahun penuh kesengsaraan di penjara, aku melihat bahwa tingkat pertumbuhanku begitu kecil dan aku tidak banyak memiliki kebenaran. Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar menutupi kekuranganku melalui lingkungan yang unik ini dan telah memungkinkanku untuk bertumbuh. Dalam kesengsaraanku, Ia telah membuatku memperoleh harta paling berharga dalam hidup dan membuatku memahami banyak kebenaran yang sebelumnya tidak kupahami, dan membuatku dengan jelas melihat penampakan Iblis, si setan yang menjijikkan serta hakikat penentangannya yang reaksioner terhadap Tuhan. Aku mengenali kekejiannya dalam menganiaya Tuhan Yang Mahakuasa dan membantai umat Kristiani. Aku sungguh mengalami keselamatan yang agung dan belas kasih Tuhan Yang Mahakuasa bagiku, orang yang rusak ini, dan aku telah merasakan bahwa kekuatan dan kehidupan dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa dapat memberiku terang dan menjadi hidupku serta membimbingku untuk mengalahkan Iblis dan dengan gigih berjalan keluar dari lembah kekelaman. Demikian juga aku menyadari bahwa Tuhan Yang Mahakuasa menuntunku di jalan hidup yang benar, yaitu jalan terang untuk memperoleh kebenaran dan hidup! Mulai sekarang, tidak peduli apa pun penganiayaan, kesengsaraan ataupun pencobaan berbahaya yang aku hadapi, aku bersedia untuk giat mencari kebenaran dan memperoleh jalan hidup yang kekal yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Mahakuasa kepadaku.
0 notes