Tumgik
#KuliahBundaSayang
sheilakp · 4 years
Text
11.3 Peran Orang Tua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas
Jika ada pertanyaan berdasarkan judul di atas, pasti banyak orang yang bertanya "kenapa orang tua? Apakah yang lain juga tidak berperan?". Jawabannya tentu penting juga ya orang sekitar terhadap keberlangsungan fitrah seksual seorang anak, tapi, bukankah segala sesuatunya berawal dari rumah? Sumber pendidikan utama itu di rumah.
Nah, mari kita lihat sejenak realita yang ada saat ini, apakah ada yang salah setelah kita mengetahui beberapa kasus penyimpangan fitrah seksualitas? Yukkk kita cek bareng-bareng...
Tumblr media
Tumblr media Tumblr media
Nah... Nah... Nah...
Miris gak bacanya? Miris banget yah! Faktor lingkungan sangat mempengaruhi ketahanan fitrah seksualitas seorang anak. Anggota keluarga yang terdekat siapa lagi kalau bukan kedua orang tua sang anak. Kedua orang tuanya lah yang berkewajiban mendidik dan merawat fitrah seksualitas sang anak supaya dia bisa mempertahankan keimanannya sesuai dengan fitrah seksualitas yang Tuhan ciptakan, karena banyak kasus fitrah sesksualitas menyimpang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak sehat.
Maka dari itu masing-masing orang tua memiliki peran yang penting dalam mempertahankan fitrah seksualitas sang anak.
Tumblr media Tumblr media
Coba mariii kita renungkan, sudah sejauh mana kita sebagai orang tua bisa mendampingi anak-anak kita dalam menjaga keutuhan fitrah seksualitasnya?
Kalau sudah direnungkan pasti muncul pertanyaan di benak kita "ok, step selanjutnya saya harus gimana ya?" Atau.. "gimana caranya ya?". Ust. Harry Santosa yang merupakan salah satu pakar Fitrah Based Education dalam bukunya menerangkan tentang tahapan-tahapan mendidik fitrah seksualitas berdasarkan usianya, cekidot!
Tumblr media
Dari sini... Pasti semakin menimbulkan pertanyaan yahh masih dengan pertanyaan "teknisnya gimana sih?".
Ini jawabannya...
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sudah jelaskah buibu, pakbapak?
Sangat jelas ya teknisnya bagaimana?
Alhamdulillaaah 🥰
Nahhh yuk, mulai sekarang terapkan kepada anak² kita berdasarkan usianya supaya anak² kita bisa selamat dan tidak terjerumus kepada penyimpangan fitrah seksualitas, InsyaAllah.
Kemudian untuk menyuntik semangat kita sebagai orang tua untuk lebih mawas dan waspada juga terhadap semakin banyaknya penyimpangan seksual, berikut ada kasus nyata yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya
*Sudah mendapatkan izin share tulisan ini. Tolong tidak dishare lagi ya tetehs*
Perkenalkan saya Nur Hidayat (nama samaran)
Saya seorang SSA (Same Sex Attraction) yang sudah beristri dan mepunyai seorang putra. Saya mencoba mengingat kembali apa yang menjadikan saya seorang SSA. Semoga kisah ini bisa dijadikan pelajaran untuk member grup MM sekalian.
Kata orang tua saya, dulu saya adalah sosok anak yang pintar, lucu dan aktif. Saya mempunyai 3 orang kakak perempuan dan 1 orang kakak laki-laki (abang). Masa kecil saya adalah anak yang baik budi dan sangat dimanja. Berbeda dengan saya, abang adalah anak yang cukup nakal. Abang tidak dekat dengan saya.
Berdasarkan cerita dari ibu, dulu kakak perempuan saya sering mengajari saya tarian india. Dan saya sangat lihai menari (*kalau mama cerita ini saya merasa malu). Mungkin ini salah satu faktor penguat yang membuat saya menjadi SSA.
Ibu saya adalah sosok yang sangat saya banggakan. Ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Saya sangat sayang dan sangat dekat dengan ibu. Lalu, bagaimana dengan ayah? Ayah saya orangnya cuek. Orangnya juga keras, dan kalau marah sangat menyeramkan. Ingatan yang paling kuat soal ayah adalah : kepala saya pernah dipukul sampai bengkak gara-gara tidak mau diminta tolong membelikan korek api ke warung.
Setelah saya ingat-ingat lagi, ayah tidak pernah mengajak saya shalat kemasjid, mangajarkan mengaji, mengajak main dsb. Semua diserahkan kepada guru ngaji. Padahal ayah saya adalah orang yang taat beribadah dan terkadang diminta menjadi imam di mesjid. Pernah saya merasa iri kepada teman sepermainan yang mereka sangat dimanja/disayangi oleh ayahnya.
Suatu hari dikampung saya sedang musim permainan gangsing dari kayu. Teman-teman saya mempunyai gangsing yang sangat keren. Mereka bilang mereka dibuatkan gangsing oleh ayah mereka. Saya pulang sambil mendatangi ayah.
Saya: "Yah, bikinin gangsing yah. "
Ayah: ''Ah males. Ayah capek. Bikin sendiri saja sana'' *Dengan nada yang tidak enak.
Betapa hancurnya hati ini saat itu. Akhirnya saya pun membuat gangsing sendiri yang alakadarnya dan tentunya tidak sekeren gangsing teman-teman yang dibuatkan oleh ayah mereka.
Semenjak itu, saya tidak pernah minta dibuatkan mainan apapun lagi.
Saya coba ingat-ingat lagi. Saya lupa kapan terakhir saya dipeluk ayah. Saya lupa pernah dicium ayah. Saya lupa pernah diajak main oleh ayah. Apakah ayah saya yang membuat saya seperti ini?
Tidak, bukan. Ayah saya adalah orang yang baik. Orang yang sayang keluarga, orang yang bertanggung jawab walaupun ia tidak banyak bicara. Saya sangat menyayangi ayah. Mungkin memang karakter beliau yang seperti itu. Mungkin beliau sangat lelah seharian bekerja dan lelah pulang pergi menggoes sepedanya yang sudah usang.
Ya Allah hamba memaafkan kesalahan ayah hamba. Semua ini terjadi semata-mata hanya karena ujian dari engkau.
Saya flasback lagi. Ternyata semasa kecil, saya banyak bergaul dengan perempuan. Alasanya karena anak laki-laki dikampung saya adalah anak yang kasar. Dan saya sering dikerjain/menjadi bahan bulian. Kalau main petak umpet semua anak laki-laki selalu bersekongkol untuk ngerjain saya. Saya bisa 20 kali jaga/kalah berturut-turut. Saya melihat mereka tersenyum bahagia setiap kali ngerjain/membuli saya. Sehingga saya lebih senang bergaul dengan anak perempuan yang tidak kasar. Walaupun sebenarnya saya masih tidak suka dengan permainan perempuan. Mungkin pembulian kepada saya terjadi karena saya terlalu dimanja dirumah. Sehingga tidak mampu beradaptasi/bersaing dengan dunia luar yang keras. Tapi syukurnya, semenjak SD kelas 4 saya tidak suka bergaul dengan perempuan lagi. Mungkin karena faktor sering dikatain banci karena main dengan perempuan terus.
Saya flash back lebih dalam lagi, ternyata saya pernah dilecehkan saudara sendiri. Pertama oleh tetangga yang masih saudara yang datang mampir kerumah memakai sarung. Kepala saya dimasukan kedalam sarung untuk dipaksa melakukan or*l s*x. Dan yang kedua kali, oleh abang yang tidur sekamar dengan saya.
Saat tengah malam, abang saya membuka celananya dan memaksa saya melakukan or*l s*x. Saya hanya diam mengikuti. Semenjak itu saya merasa ada yang aneh dengan diri saya, saya malah menikmatinya. Sebagai anak kecil, saya tidak berpikiran itu adalah hal yang salah. Ditambah lagi dilakukan oleh saudara sendiri. Kejadian itu dilakukan abang hingga 3 kali. Saat saya minta yang keempat kalinya, abang marah-marah kepada saya. Mungkin karena beliau memang sudah baligh dan paham hal itu adalah dosa. Lalu bagaimana dengan saya? Ingatan utu masih membekas sampai saat ini.
Aku maafkan semua orang yang pernah mendzolimiku dulu, termasuk abang. Mungkin dia saat itu baru memasuki usia puber dan hasrat nya sedang tinggi saat itu. Alhamdulillah abang saya stright dan saat ini dia sudah menikah. Saya tidak tahu apakah perbuatan masa kecil itu masih diingat oleh abang atau tidak. Yang jelas saya memilih untuk pura-pura lupa dihadapannya.
Kesalahan yang terjadi dulu cukup ku ambil hikmahnya. Sebagai seorang ayah Inysa Allah akan kuberikan kasih sayang kepada anak laki-lakiku saat ini. Akan ku ajak ia bermain dan kubuatkan mainan semampuku dan kubahagiakan dia. Tidak akan kubiarkan hal yang menimpaku terjadi padanya. Cukuplah ujian yang sangat berat ini menimpaku saja.
Dan sungguh islam sangat sempurnya. Islam melarang anak tidur satu kasur dengan saudarnya meskipun satu jenis kelamin. Pisahkanlah anak-anak anda saat tidur dan saat mandi dengan saudaranya. Ajari anak kita tentang aurat dan bagian mana yang boleh disentuh.
Semoga kisahku bisa diambil pelajaran.
Terima kasih 😇
Hhhhhhhhhhhhhhhh.......
Subhanallah, segala puji hanya untuk Allah.swt. Sejujurnya aku yang membacabya pun langsung pusing 😌. Kisahnya sangat bisa diambik pelajaran apalagi bagi yang memiliki anak lelaki seperti aku..
Semoga kita semua bisa terlindung dari panasnya api neraka di akhirat kelak, aamiin yaa rabbal'alamiin 🤲🏻
6 notes · View notes
detinnitami · 4 years
Text
Diskusi
Berhubung hari ini hari Sabtu, Pak Ryan sedang di rumah, maka kami mendiskusikan tentang tumbuh kembang Bara, tertutama masalah keterlambatan bicaranya. Di usia 18 bulan, Bara belum mengucapkan satu kata pun. Setelah membaca teori dan mendengarkan video dokter anak tentang perkembangan bicara, Bara sudah masuk katagori redflag.
Seringkali orang tua membandingkan kondisi anaknya dengan anak yang lain. Apakah boleh? Ya boleh-boleh aja, tidak ada yang melarang. Yang perlu diingat adalah tumbuh kembang setiap anak berbeda, selama anak berada di RENTANG WAKTU yang normal, ibu tidak perlu khawatir. Ada anak yang sudah bisa berjalan di usia 11 bulan, bukan berarti dia lebih pintar di banding anak yang baru bisa berjalan usia 13 bulan, karena rentang waktu normalnya adalah 11-15 bulan. Di luar rentang normal, maka ibu harus segera konsultasikan pada tenaga ahli. Bara sendiri baru bisa berjalan di usia 15 bulan, sebab merangkaknya baru di usia 10 bulan. Tidak masalah, karena masih dalam rentang yang normal. Namun untuk bicara, awalnya saya berpikir Bara masih di rentang yang normal karena setahu saya rantang waktunya sampai 2 tahun. Minggu lalu pun saya membawa Bara ke DSAnya, sekalian vaksin, untuk konsul masalah bicaranya. Sayangnya tidak semua DSA punya jawaban yang sama. Itulah pentingnya kita menemui dokter yang sesuai kepakarannya. DSA Bara kemarin konsultan penyakit infeksi anak, pantas saja kalau jawabannya “ditambah stimulasi aja bu”. Sama seperti ketika Bara konstipasi di usia 6 bulan, saat beberapa minggu setelah MPASI pertamanya. Pantatnya sampai merah bahkan luka. Ke DSA yang konsultan emergensi dan rawat intensif anak (ERIA) -karena hari itu di jadwal itu yang praktik hanya sedikit pilihannya- berbeda ketika saya konsultasi minggu depannya (karena tidak ada perbaikan) ke DSA konsultan nutrisi dan metabolik. Cara penjelasan dan terapi yang diberikan dua dokter ini agak berbeda. 
Menurut DSA konsultan tumbuh kembang, rentang waktu normal anak mengucapkan satu kata yang jelas adalah 11-15 bulan. Artinya di usia 16 bulan sudah harus khawatir jika belum ada satupun kata bermakna yang keluar. Keterlambatan bicara pun ada berbagai macam jenisnya. Setelah saya runut satu persatu, Bara termasuk ke katagori gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif (GPBBE). Dia mengerti instruksi, mampu mengutarakan keinginan, tapi tidak bisa mengejawantahkan kata-kata. Maka Pak Ryan dan saya memutuskan untuk membawa Bara ke dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang untuk mendapat penjelasan tentang kondisi Bara.
Sekali lagi, pasti akan ada ibu-ibu lain ada yang menilai “anak yang lain juga banyak yang telat ngomongnya, nanti juga bisa sendiri”. Jujur, awalnya saya termasuk tim ini, tapi setelah membaca literatur, saya paham sendiri bahwa kemampuan bicara anak adalah salah satu milestone yang harus benar diperhatikan. Tidak ada yang menjamin Bara akan punya kosakata yang banyak di usianya dua tahun nanti, maka lebih cepat lebih baik, khawatir saya menyesal jika semakin terlambat. Siapa tahu ada tata cara pengasuhan saya yang salah selama ini sehingga Bara belum mampu bicara.
Saya mulai lebih intens berinteraksi dengan bara. Kontak mata, intonasi, dan jeda, dalam berkomunikasi. Hari ini mendongengnya digantikan dengan bermain flashcard. Sejauh ini Bara masih tunjuk-tunjuk gambar, atau ketika saya tanya “mana gambar bintang” dia akan menunjuk ke arah yang benar. Tapi ketika ditanya “ini apa?” “cau-cau-cau” lah bahasa yang keluar.
Bismillah, semoga Allah melindungi kita semua.
2 notes · View notes
kesacamelya · 4 years
Text
Keluarga Multimedia #6
Hari ini saya coba menginstal aplikasi Indonesia Investment punya BKPM. Cocok buat investor untuk mengetahui peluang-peluang bisnis di Indonesia. Bisa juga untuk memantau atau mencari data tentang realisasi penanaman modal.
Tumblr media
Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
welydya · 5 years
Text
Masakan Ibu
Setidak pandainya seorang Ibu memasak, tetapi masakannya akan tetap menjadi yang paling dirindukan oleh anak-anaknya. Begitu gak ya?
Semenjak Ibu tiada, saya menggantikan tugas Ibu memasak di rumah. Setahun terakhir sebelum kepergian Ibu, saya belajar memasak dari Ibu. Masakan Ibu juga terkenal enak di kalangan Ibu-Ibu di kampung kami. Namun, kalau nanya resep sama Ibu, seringkali yang ada bakalan bingung kalau tidak akan berkecil hati.
Bukan, bukan Ibu tidak mau berbagi resep. Akan tetapi, saya merasa kemampuan matematika logis Ibu dalam meracik bumbu sudah memasuki tahap yang "top". Biasanya kalau belajar suatu resep, ada takarannya bukan? Semisal 10 buah bawang merah, 5 siung bawang putih, 100 gram cabai. Bagi Ibu, tidak ada angka-angka seperti itu. Karena pengalamannya memasak hampir setiap hari selama 20-an tahun terakhir, meracik bumbu tak perlu lagi takaran-takaran pasti seperti itu.
Jadi, kalau mau belajar suatu resep dengan Ibu, ya harus ikutan bertempur di dapur secara langsung dengan Ibu. Mengamati dengan seksama, menghitung berapa buah bawang yang Ibu pakai, seberapa banyak garam yang Ibu tambahkan.
Meskipun punya catatan resep memasak bersama Ibu, setiap kali memasak ingatan ketika belajar bersama Ibu seperti menuntun tangan saya dalam meracik bumbu.
4 notes · View notes
azhimuthe · 4 years
Text
Hari 10 Think Creative
Malam ini aku pusing lagi. Apa aku harus benar-benar pergi ke dokter? :(
Tadi aku berbenah sedikit dan menemukan adaptor bawaan hp yang sudah tidak kugunakan lagi karena rusak.
Tumblr media
Hehe itu ada stiker JFF (Japanese Film Festival) tahun lalu.
Aku belakangan ini, tepatnya setahun ini sih, mulai sering menonton dari ponsel, tidak lagi dari laptop. Maaf ya Cer kamu kalah sama Oppo haha. Jadi lebih sering menyandarkan ponsel ke dinding, atau bantal, kardus, apapun itu yang seimbang agar ponsel bisa berdiri stabil dan enak ditonton. Tapi kadang ya ada yang meleset segala macamlah jadi melihat ini tidak berguna maka kugunakan untuk alas duduk si ponsel.
Kurang lebih begini tampilannya. Dan lumayan tegak plus stabil jadi nonton pun nggak terganggu ponsel jatuh deh haha.
Tumblr media
1 note · View note
indrinurulbadriyah · 5 years
Text
Pohon Literasi Keluarga
Membaca adalah jendela dunia. Itu yang selama ini saya pahami. Karena dengan membaca kita bisa memperluas wawasan kita. Ternyata lebih dari itu, membaca adalah salah satu cara untuk mengenal diri sendiri. Dan setelah mengenal diri sendiri, maka kita akan mengenal Tuhan. Sungguh besar urgensi membaca. Penting bagi kita sebagai orangtua untuk menanamkan kebiasaan gemar membaca pada anak-anak kita. Bukan sekedar bisa membaca, namun lebih dari itu, anak-anak "suka" dengan kegiatan membaca. Tentu saja disini sang ibu tetap harus jadi role model nya. Membiasakan anak suka membaca harus didahului dengan teladan dari sang ibu yang juga gemar membaca.
Di tantangan ke-5 ini sesuai dengan instruksinya, ibu, ayah dan twin ingin melakukan sebuah kegiatan rutin keluarga, yaitu membaca buku setiap hari. Dimulai dengan membuat reading time. Untuk ibu dan ayah, kami lebih senang membaca ketika dini hari menjelang subuh. Sepertinya kebiasaan saat masih kuliah terbawa hingga sekarang. Karena saat malam hari begitu lelah dengan aktivitas seharian, lebih fokus rasanya untuk membaca buku dini hari saat otak masih fresh. Untuk twin, waktunya mungkin sebagian besar akan tentatif, namun diusahakan minimal 1x saat siang hari ditengah-tengah waktu mereka bermain dan 1x saat malam hari menjelang tidur.
Kemudian untuk reading tracker, ayah saat ini sedang fokus belajar untuk persiapan sekolah. Jadi list buku ayah mencakup segala materi ujian, text book urologi, latihan soal, buku toefl dan sebagainya 😅. Sementara ibu, ingin menyelesaikan buku-buku yang baru setengah selesai dibaca. Karena selama ini seringnya belum tamat satu buku sudah ingin melirik buku lain hingga akhirnya tidak tuntas terbaca. Berikut buku-buku yang ingin ibu baca:
Tumblr media
Hihi iyaaa ada buku pelajaran dan tes cpns juga. Do'akan yaa semoga bisa belajar dengan baik. Dan untuk buku-buku lainnya semoga bisa terbaca habis, diambil pelajarannya dan dapat diamalkan. Aamiin.
Kalau untuk twin, berikut buku-buku yang rencananya akan saya bacakan kepada mereka:
Tumblr media
Saat ini twin sedang suka serial cican, satu buku bisa kami bacakan beberapa kali dalam sehari. Semoga makin menempel pelajaran dibalik ceritanya yaa.
Dan kesemuanya ini akan kami dokumentasikan dalam sebuah Pohon Literasi Keluarga. Bismillaah. Semoga kami istiqomah untuk terus membaca setiap harinya yaa. Salam Literasi 🙋
Tumblr media
3 notes · View notes
hasnidireja · 5 years
Text
Aku dan bintangku #2
Hari iniii ku coba mengasah kemampuan bintang yg kupetik kemarin. Hihiii
3 hari ini ku sibuk membuat planning untuk feeds instagram satu bulan kedepan.
Merasa ingin membuat insight terbaru, akhirnya di beberapa post kupilih konten yg sedikit mengedukasi meski sekedar quotes.
Akhirnya kucoba membut bintangku sedikit menyala dikakinya untuk sekedar menguatkan dan memberikan sinar dengan mengasah kemampuannya.
Dan cara aku mengasahnya adalah membuat schedule board dgn konten2 edukasi didalamnya
1 note · View note
nonaatata · 5 years
Text
#02 : Cerita 3S
Sejak bekerja saya belajar untuk bisa menyisihkan rejeki berbentuk uang untuk saya share. Awal-awal bekerja saya hanya mempunyai dua pos saja untuk rejeki uang saya, pos Share dan pos Spend. Belum kepikiran untuk menyediakan pos Save. Ah, memang ya godaan nabung itu banyaknya minta ampun.
Seiiring jatuh bangunnya saya dalam belajar mengelola keuangan saya mulai punya pis Save. Alhamdulillah, ini…
View On WordPress
2 notes · View notes
inurulb · 5 years
Text
Spiritfully Day-1 💕
Welcome, tantangan hari pertama Bunda Sayang! 🤩🤩🤩
Di game perdana hari ini, saya menantang diri saya sendiri untuk komunikasi produktif sama twin Hakim & Hanif. Waaah rasanya semangat sekaligus sedih, kenapa yaaa baru sekarang tahu ilmunyaa, bahwa ternyata komunikasi bisa berjalan lebih baik lho dengan mengetahui poin-poin komprod bersama anak.
Hari ini saya berusaha untuk mengungkapkan keinginan, dibanding dengan mengatakan yang tidak boleh. Walaah. Disini saya banyak keceplosan nih..
Jadi, beberapa hari ini twin lagi suka manjat-manjat. Apa aja yang kejangkau sama mereka, dipanjatnya-lah.. Terus manjatnya rebutan gitu kan, tarik-tarikan, sama-sama pengen cepet nyampe ke atas. Memang lagi fasenya juga kali yaa manjat-manjat. Tapi kalo manjat sesuatu yang berbahaya ditambah lagi saling rebutan kan bahaya yaa. Kalo dibilang jangan, mereka sepertinya lebih semangat untuk terus manjat. Alhasil, setelah dibilang "Kaka, Dede, sini mainnya disini dulu yuuk. Main sama ibu". Dan mereka pun lebih mudah dibuat turun dengan ajakan seperti itu.
Ternyata selama ini saya lebih sering spontan bilang "jangan" atau "ga boleh" ini itu daripada mengungkapkan apa yg saya maksud. Terus berusaha, dan ternyata mereka juga lebih ngeh kalo kita ngga bilang "jangan" atau "ngga boleh". Kalo bilang gaboleh malah ngahajakeun deh dipikir-pikir. Disini saya banyak belajar untuk mengungkapkan apa yang saya inginkan kepada mereka instead of ngelarang-larang apa yg mereka lakukan.
Tantangan berlanjut dengan membuat kalimat-kalimat pendek dan sederhana pada mereka (KISS). Dan ternyata memang benar adanya yaa. Mereka lebih merespon dengan cepat dan tanggap. Mungkin karena jadi ngga bingung juga kali yaa 'ni si ibu ngomong apa sih?' kalo kalimantnya panjang-panjang. 😂
Walaupun mereka belum bisa ngomong dengan kalimat panjang juga, baru bisa menanggapi dengan kata-kata yang pendek. Tapi komunikasi jadi lebih efisien dengan kita memberi instruksi/informasi yang sederhana. Mereka jadi lebih mudah paham 😊
Yosshhh! Semangaaaat! Hari pertama sangat menyenangkan. Semoga seterusnya sampai akhir dan semoga ibu twin sukses berproses menjadi lebih baik setiap harinya. Aamiin.. InsyaAllah.
Tumblr media Tumblr media
2 notes · View notes
nonabila · 5 years
Text
skills unlock #7 wardrobe
Baju yang saya bawa sebagai perantau sebenernya cukup banyak. Dibandingkan teman-teman saya, ada sekitar 30 atasan dan 15 bawah yang saya bawa. Belum kerudung berjumlah 20, 2 shoulder bag, pakaian dalam. Semata-mata karena saya tau saya tidak akan pulang ke rumah sampai lebaran dan karena ukuran baju saya tidak mudah dicari.
Problematika muncul ketika ternyata lemari yang disediakan adalah lemari olympic ukuran tanggung dengan 3 kompartemen dan 1 hanger. Itu pun saya harus berbagi dengan teman saya yang juga punya baju. Awal-awal baju saya sebagian diletakkan di koper. Setelah sebulan rupanya ia dipindahkan ke Jakarta. Sehingga otomatis lemari menjadi milik saya.
Kami cukup beruntung karena ada fasilitas laundry. Sehingga kami hanya perlu menata ulang baju ke lemari. Tetapi magernya minta ampun. Apalagi weekend kemarin orang laundry sengaja menumpuk baju cucian.
Practically tiap minggu saya selalu
1. Menata blus/atasan kerja sesuai urutan warna dan urutan warna hanger. Saya benar-benar terganggu kalau hangernya selang-seling warnanya atau bajunya.
2. Melipat Kerudung menjadi 3 bagian di kotak sepatu. Lalu dimasukkan ke kompartemen. Ini sih nyontek marie kondo biar rapi.
3. Melipat pakaian dalam ke bagain atas dan bawah kompartemen sesuai dengan kegunaannya.
4. Menata pakaian tidur/kaos berdasarkan warna dan pasangannya di kompartemen 2.
5. Menata bawahan dimulai dari bahan kain, rok, hingga celana karena celana paling sering digunakan di kompartemen 3.
voila......
baju saya tinggal diambil dari hanger dan tinggal pilih kerudung tanpa merusak susunan
Tips buat orang yang mager kayak saya, menata pakaian di lemari ini bisa dilakukan selama 2 kali seminggu. Jadi pastikan anda punya stock baju banyak sehingga tidak perlu merusak susunan baju yang akan ditata.
@institut.ibu.professional
1 note · View note
sheilakp · 4 years
Text
11.10 Q&A
4 notes · View notes
detinnitami · 4 years
Text
Cashless Euphoria
Budgeting penting untuk dilakukan. Sebenarnya saya tidak suka mencatat pengeluaran, tapi rasanya saya seperti seonggok kotoran yang nyelip di kuku jempol ketika melihat Pak Ryan selalu rajin mencatat struk-struk belanja SETIAP HARI. Apalah saya yang sok-sok-an sibuk dibanding dia yang beneran sibuk. Jadi demi kehormatan dan harga diri (?) saya memaksakan diri untuk disiplin dengan kantong belanja saya sendiri. 
Sebelumnya, saya yang mentalnya tidak mau ribet, selalu menjunjung tinggi pembayaran tanpa fisik uang. Ya halooo milenials, ini sudah industri 4.0, masa masih ribet soal pembayaran, padahal tinggal gesek, tap, dan pindai barcode. Saya mengunduh semua jenis dompet digital, dan mengisi sejumlah uang di masing-masing akun. Ovo, Gopay, Dana, Link Aja. Yang mana yang saya pakai untuk pembayaran? Yang memberikan cashback paling besar. Jika disertai malas mencatat pengeluaran, fenomena ini sesungguhnya adalah malapetaka.
Mbak Prita menjelaskan istilah Cashless Euphoria. Secara psikologis, manusia tertarik dengan iming-iming diskon dan atau cashback, yang secara kasat mata mungkin memang menguntungkan. Tapi dompet digital menggiring manusia untuk bersifat konsumtif yang berlebihan. Jika saya sedang jalan-jalan, sebenarnya tidak ada rencana dan tidak terlalu ingin beli Chatime, tapi ketika lihat poster cashback 30% maksimum potongan Rp12.500, saya pun kemudian ikut mengantri. Saya membayar dengan dompet digital seharga Rp28.000, merasa beruntung dapat cashback Rp8.400, tapi sesungguhnya saya telah kehilangan Rp19.600 alih-alih untung. Saya jadi terbawa euphoria diskon, padahal saya sedang tidak butuh asupan minuman gula berkalori super tinggi.
Untuk para pemula dengan pemasukan yang biasa-biasa saja, cashless euphoria ini harus diawasi. Pencatatan pengeluaran penting dilakukan, terutama untuk pembayaran-pembayaran yang menggunakan dompet digital. Kita harus bijak dalam menggunakan akun-akun digital, boleh digunakan tapi dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Misal untuk belanja bulanan di Griya, sedang ada promo Gopay 10%, maka boleh digunakan. Kita harus memutuskan akan digunakan untuk apa saja dompet-dompet digital itu. 
Karena sebelumnya saya telah membuat pos-pos pengeluaran, maka saya membagi apa yang harus dibayar dengan dompet digital, transfer bank, dan mana yang harus dengan uang tunai. Sebagian besar untuk belanja bulanan, bensin, asisten rumah tangga, saya menggunakan uang tunai yang sudah saya bagi-bagi jumlahnya lalu dimasukkan ke dalam “amplop”. Ini sebagai pendisiplinan diri saya, kalau sebelumnya sekali ke Superindo bisa habis Rp600.000 padahal saya merasa tidak beli apa-apa (?) dengan membatasi jumlah uang yang dibawa, menentukan apa saja yang mau dibeli, akan menghemat apa-apa yang tidak perlu. Balik lagi ke keinginan vs kebutuhan.
Tumblr media
Setelah pendisiplinan terhadap uang meningkat, saya bisa mulai menggunakan dompet digital sepenuhnya. Jika saya sudah keluar dari lingkaran cashless society, yang tergiur membeli sesuatu karena cashback bukan karena butuh, maka saya bisa dengan tenang kembali menggunakan dompet-dompet digital.
Tumblr media
4 notes · View notes
kesacamelya · 4 years
Text
Keluarga Multimedia #5
Kali ini saya akan mereviu aplikasi untuk meningkatkan fokus pada kerjaan alias supaya ga liat hape mulu hahaha. Aplikasi ini bernama Forest. Cara mainnya sederhana, yaitu menumbuhkan tanaman dengan mengatur waktu untuk tidak membuka aplikasi apapun di handphone mulai dari 10 sampai dengan 120 menit. Kalau berhasil, tanaman juga akan berhasil tumbuh. Jika tidak, maka tanaman akan mati.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
welydya · 5 years
Text
Mencuci Piring
Kamu tipe nyuci piring setelah numpuk atau setiap selesai memakainya langsung mencucinya?
Kali ini menemukan AHA momen mengasah matematika logis ketika mencuci piring. Mencuci piring bukan berarti hanya piring loh ya yang dicuci.
Usai memasak, akan ada beberapa peralatan yang kotor tentunya. Nah, sebenarnya bisa mengasah matematika logis dari kegiatan mencuci piring. Ada piring kecil, piring besar, mangkuk kecil, mangkuk besar, ada gelas, ada cangkir, ada wajan untuk menggoreng, spatula, sendok makan, spatula. Ada banyak sekali jenis barang yang berkaitan dengan cuci piring.
Jadi, sembari mencuci piring dapat mengajarkan anak tentang bentuk-bentuk benda, mengelompokkannya berdasarkan fungsinya, dan banyak hal lainnya.
3 notes · View notes
azhimuthe · 4 years
Text
Hari 13 Kecerdasan Finansial
Menghitung hari. TInggal 2 hari lagi :( Emak Bapak akan berangkat tanggal 5 Desember nanti. Aku sudah mulai mencari-cari daftar menu pilihan untuk dimasak nanti. Rasanya memang beda ya memasak saat ada orang di rumah dan memasak saat sendirian di rumah. Di asrama ya aku pernah masak sendiri tapi kan aku nggak pernah tinggal sendirian di asrama, selalu bertiga haha. 
Uang alhamdulillah lancar meski masih suka lupa mencatat di aplikasi Wallet. Huft padahal aku udah install aplikasi itu sejak sekian bulan lalu tapi masih saja. Mungkin karena kebanyakan transaksi kulakukan via hp, jarang yang tunai, jadi rekapnya lebih mudah. Tapi ya tetap aja sih harusnya nggak ditunda-tunda ya mencatatnya. 
1 note · View note
cindytaseptiana · 5 years
Photo
Tumblr media
•Game Level #1 Tantangan Hari #4• Kudengar lagi, Albarra (21 bulan) berteriak krn sesuatu yg Althaf (5 tahun) perbuat. Akhirnya, mereka berdua kudekati, ternyata Althaf merebut paksa mainan sapi berisi gas yg bisa ditunggangi. Itu memang mainannya s kecil, tp kan harusnya sekarang sudah tak cukup utk digunakan. Albarra pun akhirnya merasa memiliki, tp Althaf seperti belum bisa merelakan sepenuhnya. Akhirnya drama berebut sapi pun seringkali terjadi. Sesungguhnya kondisi ini tak hanya berkaitan dengan sapi yg kumaksud sejak tadi, tp banyak hal. Ya mobil-mobilan, robot, bola, buku, hampir semua mainan rasanya selalu berebut. Aku terus mengajari mereka berdua utk meminjam dengan cara yg baik, baik Althaf maupun Albarra yg memang sebenarnya belum bisa mengerti. Dengan perlahan kusampaikan, “Mas Althaf kalau meminjam mainan yg sedang dipakai Adik Barra, caranya yang baik ya!” Lalu demi kesetaraan kukatakan jg pada Albarra, “Adik juga begitu, kalau mau pinjam mainan Mamas, izin dulu. Mamas… Pinjam… Begitu ya!” Walaupun berulang kali sudah dijelaskan dgn kalimat yang sesederhana mungkin, masih saja terjadi. “Astaghfirullah Mas Althaf kenapa kok rebut sapi?” “Ini mau Aku perbaiki Bun, ekornya ini rusak.” “Iya boleh. Nanti ya, kan adek sedang pakai dulu.” “Tapi ini ini rusak ekornya. Tuh, lihat! Mau Aku perbaiki.” “Oke sebentar. Coba berikan dulu ke adek deh sapinya. Sini Mamas duduk dekat Bunda. Mas, kalau adek pegang benda yang berbahaya, Mamas boleh rebut. Langsung dekati Adek, bilangin atau gendong atau tarik.” “Iya.” “Misalnya apa coba, Mamas tau ga yang bahaya? Benda yang berbahaya” “Hm.. Misal adek dekat kompor atau setrika. Pisau atau listrik.” “Nah, itu Mamas pinter. Kalau berbahaya seperti itu, Mamas boleh rebut, tarik adeknya, teriak minta tolong. Kalau seperti ini, ingin mainan gimana?” “Bilang pinjam, izin dulu yang baik” Alhamdulillah, udah semakin mengerti sih dengan penyampaian informasi yg singkat & sederhana. Hanya saja memang perlu waktu mengulang-ulang agar setiap sikap baik terinternalisasi dalam diri & bisa ditampilkan dengan respon yang sesuai. Bismillah. . #hari4 #gamelevel1 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbundasayang @institut.ib https://www.instagram.com/p/Bvp_YDOhTdA/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=t9tj1mjkyu9j
1 note · View note