Tumgik
#Lihat Kondisinya
maitsafatharani · 1 year
Text
My INFJ
Untukku yang masih banyak malu kalau mau post yang arah-arahnya merah jambu di kanal sosial media lainnya, tumblr jadi salah satu tempat pelampiasan yang tepat. Hehe, terimakasih telah menjadi ruang amanku, tumblr :)
Malam-malam sembari nyicil berkas akreditasi klinik, tetiba pengen mencurahkan banyak hal dari lubuk hati.
Barusan, suami ngechat.
"Yang, nanti sabtu aku visite ya.."
"Oiya gpp, nanti dania aku bawa rapat."
"Dania nanti aku titipin mba bentar aja ya.."
"Ooh kamu berangkat visitenya mau abis subuh ya soalnya.."
"Soalnya jumat malam kan kamu dines ya"
"Iyaa"
"Plan B nya gpp dibawa rapat. Soalnya kamu abis malem, yang."
"Iyasih XD"
Nggak sekali ini aja, suami lebih holistik dalam merencanakan daripada aku. Aku malah seringkali lupa, kalau mau melaksanakan agenda berat berturut-turut. Atau lupa sama kebutuhan sendiri. Suami yang inget.
Inget banget momen-momen mau lahiran.
"Aku tuh pengennya ya Yang, kalo bisa seminggu pertama abis lahiran tuh udah nggak usah ada tamu." Kata Paksu.
"Yaa gpp sih ada tamu. Yang penting kan kitanya udah sefrekuensi."
"Tapii kadang mulut orang ngga bisa dikontrol. Ada aja komentarnya. Belum tentu lahiran nanti kondisinya ideal kan. Nggak tau lahirannya bisa pervaginam atau engga. ASI nya lancar atau engga."
"Iyasih..."
"Melahirkan udah berat buat ibu, Yang. Apalagi kalo harus dengerin macem-macem."
Pada akhirnya sih kami tetap terima tamu ya, wkwk. Qadarullah segalanya lancar dan hampir nggak ada omongan nyinyir. Cuman yaa banyak saran-saran aja gitu buat ibu dan bayinya wkwk. Tapi kalau inget suami pernah ngomong gitu berasa, makasih ya :")
Dan sekarang adalah momen menjelang Dania MPASI. Kira-kira begini isi percakapan kami.
"MPASI tuh.. berat ya. Aku pernah lihat di tiktok anaknya ngelepeh makanan sejak hari pertama." Paksu said.
"Iya, apalagi sampai umur 2 tahun. Ada aja cobaannya pasti." Aku menimpali.
"Aku lihat tuh ya.. ibu-ibu tuh fokusnya ke, apa masakanku kurang enak ya.. bukan fokus ke apakah cara masaknya udah bener, teksturnya sesuai." Paksu said lagi.
"Iya.. banyak overthinkingnya ibu-ibu tuh. Makanya aku banyak cari referensi, tentang feeding rules juga. Supaya lebih banyak tau jadi lebih..."
"Lebih strict?"
"Engga. Justru aku berharapnya lebih banyak tau tuh jadi lebih fleksibel. Kalo anaknya gamau A, oh solusinya boleh B. Gamau C, oke solusinya D. Selama ga menentang prinsip utama."
"Iya Yang, kita perlu banyak belajar. Pasti sedih kan, kamu yang masak. Kalo Dania sampai gamau pasti kamu juga kepikiran."
Kira-kira dari percakapan-percakapan kami bisa kebaca kan ya, siapa yang lebih overthinking? Wkwkwk.
Sejak kami serius untuk menikah, kami sering membicarakan hal-hal terkait kepribadian kami. Suami memang mengakui, dirinya sangat bisa overthinking dalam banyak hal. Juga selalu ingin perfeksionis dalam hal apa pun. Dulu, kupikir aku harus sangat menyesuaikan diri dengan semua ini. Di saat apa pun kubawa santai :") Tapi rupanya, perfeksionisme yang suami anut, tidak irritable menurutku. Justru sangat mempermudah segalanya.
Aku, si INFP bersuamikan INFJ. Sangaaat helpful dan fit me completely.
Kalau sebelum menikah, mungkin mendengarkan apa yang dibicarakan Paksu akan terdengar so sweeet. Tapi sekarang, mendengarnya tuh serasa ada embun menetes di hati.
Adem.
Sampai kadang aku cireumbay sendiri haha.
Kadang bingung, kebaikan apa yang pernah kuperbuat sampai Allah karuniai suami sebaik ini? Meski aku dan dia teman SMA, aku nggak pernah menyangka dia se-pengertian itu.
Makasih yaa, sudah menjadi sekeping puzzle yang melengkapi cerita hidupku. Aku nggak tau ke depannya akan bagaimana. Tapi, semoga Allah selalu memberkahi keluarga kecil kita.
Dan semoga kebersamaan kita bermuara di surga-Nya.
132 notes · View notes
herricahyadi · 8 months
Note
Bang Heri, minta pendapatnya.
Saya ingin memutuskan melanjutkan kuliah S2 di LN. Tapi mengingat ibu saya yang membutuhkan kehadiran saya rasanya sedih dan memikirkan ulang keputusan saya tersebut. Dan, teman-teman saya tidak henti-hentiny memberikan masukan untuk kuliah di LN. Jadi ada 2 opsi, tetap kuliah di LN dan kuliah di Indo. Menurut mas Heri pertimbangan yang bijak dan matang seperti apa kak?
IBU ATAU LANJUT KULIAH?
Ini berat sih, ya. Saya pernah berada di posisi ini. Saya ceritakan kisah saya sedikit ya.
Jadi, sewaktu kuliah di Turki untuk S3 saya kemarin itu, kurang lebih saya sudah tinggal selama 4 tahun dari 2014 ke 2017-2018. Memang setiap tahun saya pulang ke Indonesia. Tapi, ada satu momen di mana sekitar tahun 2017-2018, sewaktu pulang dan biasa bertemu dengan ibu saya, saya lihat uban di rambut ibu saya makin mendominasi. Itu momen yang tidak akan saya lupa di mana akhirnya saya merenung: saya ke mana saja selama ini baru sadar kalau ibu sudah setua itu?
Dulu, saya berpikir akan menghabiskan hidup saya setidaknya sampai 10-15 tahun lagi di Turki. Mungkin baru akan balik sekitar 2030an. Tapi, setelah perenungan itu, saya memutuskan untuk balik segera. Saya sudah terlalu lama melewatkan waktu bersama ibu. Awal 2020 kemarin saya balik dan berhenti dari kuliah.
Tahun 2020-2021, ternyata saya baru tahu kalau ibu selama ini sakit. Ternyata kanker rahim dan sudah menyebar. Selama 2020 sampai 2022 itu saya menemani ibu operasi dua kali dan kemo dua kali. Bolak-balik RS Fatmawati hampir setiap minggu. Dulu saya tidak mau bertanya sudah stadium berapa, karena saya berpikiran positif saja itu kanker jinak yang bisa hilang dari operasi dan kemo. Di tengah tahun 2022 baru saya lihat dokumen RS, tertulis di situ Stadium 3C. Kesempatan hidup lama untuk pengidap kanker stadium ini hanya 25%.
Desember 2022 harusnya jadwal ibu operasi besar angkat kanker. Semua sudah siap, sudah anestesi, cek ini, cek itu. Hingga pas di pengecekan terakhir kondisi ibu ternyata makin parah. Sudah susah bangun dari tempat tidur. Dan, waktu dibawa ke RS, pas keluar rumah badannya kuning semua. Sampai RS untuk pengecekan persiapan operasi, tapi ibu minta dirawat UGD karena kondisinya sudah tidak kuat. Masuk IHC, hari ketiga jam 10 malam ibu menghembuskan nafas terakhir setelah 3 hari di IHC.
Sebelum ibu operasi ini, sebenarnya saya sudah mengajukan lanjut kuliah S3 dengan program AF dari pemerintah Turkiye, alhamdulillah diterima. Rencananya setelah selesai ibu operasi, tahun depannya saya bisa mulai kembali kuliah dengan bolak-balik Indo-Turki. Februari 2023 tahun lalu adalah momen keputusan besar saya ambil: saya tidak melanjutkan dan berhenti total S3. Padahal tinggal ujian sedikit dan masuk disertasi. Kondisi ini dampak dari kepergian ibu dan rasa yang sudah lagi tidak bergairah untuk lanjut kuliah.
Tapi, saya sama sekali tidak memiliki rasa penyesalan karena berhenti kuliah. Karena ternyata saya bisa menemani ibu sampai akhir hayatnya. Keputusan besar yang tepat yang saya ambil.
Itu pengalaman saya. Bagi kita masing-masing mungkin ada pertimbangnya sendiri. Tidak harus sama dengan orang lain.
Kamu bisa membaca masa depan di tiap keputusan yang kamu ambil. Jika kehadiranmu untuk ibumu jauh lebih bernilai, saranku pentingkan ibumu. Jika usiamu masih jauh di bawah 30, kamu masih banyak kesempatan. Namun, jika ibumu masih bisa berkompromi dengan ketidakhadiranmu, kamu masih bisa mengusahakan agar balik ke Indo serutin yang kamu bisa. Bisa jadi perkuliahanmu itu jadi kebahagiaan ibumu juga. Perbanyak komunikasi. Sekarang sepertinya sudah tidak sulit untuk komunikasi jarak jauh.
Apalagi jika ternyata perkuliahanmu karena beasiswa. Itu kesempatan emas yang tidak semua orang bisa menikmati. Jika tidak ada keringanan untuk penundaan keberangkatan, sebaiknya kamu bisa segera melihat kemungkinan-kemungkinan. Ini hanya bisa kamu lakukan sendiri, karena kamu yang lebih tahu situasinya. Orang-orang luar seperti saya ini hanya bisa memberikan insight dan pertimbangan yang mirip-mirip.
Semoga kamu mengambil keputusan yang tepat ya.
37 notes · View notes
shofiafsa · 3 months
Text
Mungkin memang butuh ketemu
Kemarin salah satu temanku datang ke Jogja. Dulu kami tumbuh di kampus dan asrama mahasiswi yang sama. Kami banyak menghabiskan waktu di malam-malam aku ingin kabur dari pesantren. Hingga akhirnya waktu juga yang memisahkan antara Bandung dan Yogyakarta.
Aku bercerita padanya, bahwa aku sempat menghapus semua kontak whatsapp saat kondisi kesehatanku tidak stabil. Pikirku saat itu terlalu banyak melihat strory whatsapp teman-teman sekalipun orang terdekat membuatku tidak membaik. Mendung beminggu-minggu itu akhirnya menyadarkan diriku untuk bertindak 'ini saatnya mencari bantuan'. Hingga potongan asumsi negatif terhadap teman-teman sama sekali tidak seperti apa yang aku pikirkan. Ternyata ketika kami mengagendakan makan barsama, mereka tetaplah seseorang yang sama.
Sebuah pengingat lagi untuk aku, media memang hanya menampilkan sebagian kecil sekali dari potongan hari-hari kita bahkan bisa juga tidak sama sekali. Teman-teman kita sering update tentang aktivitasnya bisa jadi memang ingin mengabarkan bahwa di tempat yang berbeda kondisinya alhamdulillah baik-baik saja. Aku sedang berusaha menanamkan pada diri, pasti ada banyak jalan untuk tetap perpikir positif terhadap teman-teman. Mungkin jawabannya memang butuh ketemu.
Namun, aku juga memahami ada kondisi-kondisi dimana kita memang perlu mengambil jeda. Tidak apa-apa, tapi yang perlu kita garis bawahi bisa jadi yang bermasalah bukan story teman-teman atau apa yang kita lihat. Bisa jadi intensitas dan frekuensi kita 'melihat' dan menghabiskan waktu bersama gadget kesayangan itulah yang perlu kita jeda, kurangi, dan fokus lagi pada apa-apa yang sedang kita upayakan.
Yogyakarta, 29 Juni 2024
7 notes · View notes
fahmarosyada · 6 months
Text
Ngomongin soal masak, jadi inget beberapa bulan lalu pas masih trimester pertama kehamilan; lagi mabok-maboknya, susah makan karena mual muntah lumayan parah tapi tetep masuk kerja kayak biasanya, gabisa lama-lama ke dapur karena mual kalau nyium bau masakan, posisi waktu itu masih tinggal bareng eh lebih tepatnya nebeng bernaung di rumah adik ipar, ya begitulah.. Masya Allah banget situasi kondisinya waktu itu, alhamdulillah dengan pertolongan Allah, semua itu sudah terlewati dengan baik.
Nah waktu itu, ibu mertua sempat bilang kurleb gini, "Kamu mulai belajar masak, mbak.. Pantesan suamimu kalau sarapan masih sering beli di mart. Mulai latihan masak, jangan mikirin buat (makan) diri sendiri aja. Sekarang kan udah ada suami, bentar lagi juga udah mau ada bayi kan.. Gimana itu dipikir coba, sekarang tanggung jawabnya bukan cuma buat diri sendiri aja, tapi juga ada suami dan anak nantinya.. Belajar masaknya lihat youtube aja, mbak. Itu si (sambil nyebutin nama adik iparku) yang sekarang di Mesir, jadi pinter masak dia, karena lihat resep-resep, tutorial masak di youtube.."
Waktu itu, karena aku lagi hamil awal-awal dan lagi sensitif parah, habis dibilangin gitu aku nangis bombay. Aku waktu itu ngangguk-ngangguk iya iya ke beliaunya, hehe.. Habis itu nanges sejadi-jadinya, eh enggak deng, inget bgt waktu itu aku paksain diriku buat masak (sambil ngempet nangis, ya Allah cengeng bgt ya klo diinget lagi, tapi waktu itu berasa nyesek bgt), setelah sekian lama ga masak. Tapi ujung-ujungnya juga berujung ga mood makan masakanku sendiri, dan pada akhirnya tetep ku makan walau akhirnya keluar lagi apa yang ku makan, wkwkw..
Jujur yang bikin nangis itu adalah, di posisi dan situasi kondisi kayak gitu, bukannya aku gamau masak, tapi bener-bener gabisa masak. Mau ke kamar mandi lewatin dapur aja aku cepet-cepet jalannya karena gabisa nyium bau dapur, berujung mual. Apalagi disuruh masak, ya Allah.. Oiya dan waktu itu juga ada fase dimana mual juga waktu nyium aroma nasi yang baru mateng, subhanallah bgt rasanya, pengen nangis. Tapi yang sangat disyukuri adalah, alhamdulillah suamiku memahami hal ini, jadilah beliau gak menuntut yang gimana-gimana. Ditambah lagi beliau paham pola makanku yang beda; yang kalau pagi gabisa langsung makan nasi, harus buah dulu sebelum nanti makan yang agak berat termasuk nasi. Yaa begitulah, jadilah setelah dibilangin begitu nangis bombay, dan aku inget banget sedihnya sampai berhari-hari. Karena setelah dibilangin itu, aku masih melewati fase mual muntah yang lumayan sampai beberapa waktu setelahnya. Masya Allah banget kalau diinget, ada banget mellownya, kayak yang "Alhamdulillah ya Allah, atas pertolongan dari-Mu, ternyata aku bisa ya melewati ini semua". Huhu terharu banget rasanya..
Setelah melewati masa-masa itu, masuk trimester kedua, alhamdulillah Allah beri rezeki dan kesempatan untuk pisah rumah dari adik ipar; tinggal di sebuah kontrakan kecil dekat dengan tempat suami bekerja. Alhamdulillah kondisi sudah mulai membaik, mual muntah sudah jauh berkurang, dan tentunya karena tinggal berdua mau tidak mau harus belajar masak dengan cepat, yaa jadinya belajar sambil langsung eksekusi lah ya..
Nasehat dari ibu mertua ku lakukan, aku coba recook beberapa resep di youtube yang sekiranya menurutku mudah dan aku bisa bikinnya, dan tentunya aku cari resep yang bahannya aku punya di rumah. Beberapa resep ku coba sesuai instruksi, tapi faktanya ada juga yang aku improve lagi, menyesuaikan dengan bahan makanan yang ada di rumah. Sejauh ini alhamdulillah Allah mudahkan, berhasil recook. Tapi ga memungkiri juga, ada satu dua yang gagal, tapi ga banyak sih, alhamdulillah lebih banyak berhasilnya.
Dan aku juga bisa sampai di tahap ini; mulai pede untuk recook resep masakan di youtube dan kadang juga improve.. Tidak lain dan tidak bukan salah satunya adalah karena support dari suami, yang hampir selalu menghabiskan apa yang ku hidangkan di meja makan. Support dari beliau benar-benar menguatkan dan bikin semangat sampai sejauh ini, masya Allah.. Kadang juga diberi masukan, kurang asin lah, atau keasinan, yaa biasalah itu masukan yang membangun dan bisa diperbaiki kedepannya. Masya Allah tabarakallah.. Secara ga langsung, nasehat dari ibu mertua bener-bener jadi pelecut semangat juga buat aku, biar belajar masak lebih giat, berguru lewat youtube hehe.. Terima kasih banyak ya umi..
Eh udah deh, kepanjangan kan jadinya. Gak kerasa nulis ini jadi panjang. Tapi jadi healing buat aku, setelah sekian lama gak nulis karena ruwet banget sampai bingung apa yang harus ditulis, alhamdulillah akhirnya bisa juga nulis walaupun random gini. Gapapa deh ya, boleh bgt di skip aja kalau semisal ga berkenan, karena ini sebenernya ga lebih dari 'curhat colongan' calon mamak yang masih newbie ini..
Gak kerasa bulan ini sudah 6 bulan pernikahan, sudah separuh perjalanan dari 365 hari yang pertama, dan juga sudah 6 bulan juga usia janin dalam rahimku. Masya Allah tabarakallah.. Semoga Allah senantiasa menjaga keluarga kita semuanya ya, pun juga memudahkan segala urusan kita semua. Aamiin Allahumma Aamiin..
Bogor, 25 Maret 2024 / 15 Ramadhan 1445 H
7 notes · View notes
diaryofthinker · 2 years
Text
Diantara banyak hal untuk jadi kriteria pasangan, aku menyukai seseorang yang bisa menyenangkan dan menenangkan.
Menyenangkan saat sama-sama apapun kondisinya. Menenangkan saat sendiri seberapa jauh pun jaraknya.
Untuk bisa menyenangkan banyak usaha yang bisa kita tempuh untuk jadi senang, sama-sama senang dalam hubungan. Tapi untuk tenang, sedikit sekali usaha yang kita perlukan. Salah satunya nggak mencari tahu hal yang kita nggak perlu tahu. Nggak mengorek atau menggali hal-hal yang udah terkubur dalam. Karena apa? Karena emang nggak perlu.
Gak perlu juga mengeluarkan pertanyaan: cantikkan mana aku sama dia? Aku sama mantanmu lebih baik mana? Dan pertanyaan pertanyaan yang kalau dijawab salah kamu jadi ngga tenang. Yaaaaa gak perlu. It just non sense.
Soal bohong dan dibohongi, kuncinya satu, kamu jujur. Dan kamu akan lihat bagaimana Tuhan menyayangi orang yang jujur. Dia nggak akan rela hambanya dibohongi hamba 'licik' yang lain.
Yaa pada akhirnya semoga kita dipertemukan dengan seorang yang menenangkan dan menyenangkan.
146 notes · View notes
rizalpramudiarta · 2 years
Text
Memahami
Adanya sosmed semakin banyak orang telan mentah berita, kajian, parenting, info kesehatan, atau opini-opini yang dibuat konten kreator. Banyak yang kemudian menjadikannya sebagai acuan, prinsip, dll. Belajar bisa dari banyak hal, bukan hanya dari satu hal. Mungkin benar secara tekstual, tapi kenyataan di lapangan kadang cuma jadi teori yang abstrak. Ketika ada kesalahan atau kenyataan yang tidak sesuai, jadinya sangat mudah menyalahkan orang lain. Padahal mungkin kita yang berkacamata kuda. Soal kajian misalnya, kalo kita melihat di medsos, kita mungkin hanya mendengarkan atau memilih apa yang mau didengarkan. Sedangkan ketika kita ngaji dengan guru maka tidak akan seperti itu.
Pahami kondisimu dan kondisi sekitar. Kita tidak bisa terus memikirkan hal yang tidak bisa kita lakukan atau hal yang sulit untuk diubah. Apa yang kita baca, kita dengar, kita lihat belum tentu sama dengan apa yang kita rasakan. Cobalah merubah pikiran bahwa yang terpenting adalah tujuannya, jika rencana tidak berjalan dengan baik dan kondisinya tidak ideal, kita bisa adaptasi bahkan improvisasi.
59 notes · View notes
monicaftr · 26 days
Text
Pohon yang Sekarat
"Lihat. Pohon itu seperti sedang sekarat. Saat musim gugur tiba, daun-daunnya berguguran. Dan sekarang kondisinya sangat mengenaskan, bukan. Siang malam diterpa hawa dingin luar biasa. Jika kondisi seperti ini terus berlangsung, artinya musim dingin tidak pernah berubah jadi musim semi lalu musim panas. Maka pepohonan itu benar-benar akan musnah. Dan tentu saja, kehidupan di bumi akan musnah. Allah Yang Maha Penyayang memberi kita karunia dalam segala musim. Dan pergantian musim itu sendiri adalah karunia tiada ternilai harganya dari Allah Azza wa Jalla."
Tertulis di atas adalah percakapan antara Emel kepada Aysel dalam novel sejarah Api Tauhid karya Habburrahman El Shirazy atau yang kerap disapa Kang Abik.
Aku menuliskannya di sini berharap di kemudian hari ketika hidup sedang berada di musim dingin aku bisa kuat bahkan lebih kuat dari sebatang pohon. Meyakini bahwa musim akan berganti dan Allah Maha Mengetahui. Allah tau takaran seberapa lama setiap musim harus berganti agar pohon-pohon dan kehidupan tidak mati. Allah pun juga tau takaran masalah dan ujian yang perlu dihadapi untuk setiap manusia di bumi.
"Aysel, jangan sekali-kali putus asa dari rahmat Allah."
Dan berkali-kali, tulisan-tulisan Kang Abik bersuara di kepala. Seakan-akan nasihat-nasihat Emel bukan hanya ditujukan kepada Aysel, tetapi juga kepadaku.
Rahmat dan kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu. Bukan hanya kasih-Nya, tapi aku juga berharap mendapat rahmat dan sayang-Nya. Dari sedikitnya ibadahku, dari sedikitnya amalanku, dari sedikitnya baikku, semoga Allah meridhoi dan menyertai.
Ada lagi yang lebih membuatku takut? Bukan hanya putus asa dari rahmat ketika diuji, tetapi juga melupakan rahmat ketika diberi. Yang selalu diulang walau kadang lulus kadang juga tidak, sabar dan syukur.
2 notes · View notes
piecesofmylife · 28 days
Text
Berdamai
Dua hari ini bersliweran foto-foto wisuda UI, temen-temen w banyak bener yang udah lulus S2 yak. ada yg fisip, ekonomi sampe lanjut FKM lagi. so proud of them. tetapi sungguh ada yang mengganggu perasaan saya.
yes, apalagi kalau bukan "harusnya aku juga disana.. mendampingi suamiku wisuda spesialisnya...."
ditambah lagi, lihat postingan kak silmi, sesama pejuang istri residen 4 tahun.. teman-teman suami saya.. mereka berpose bahagia. jujur dari hati yang terdalam, kok sedih ya rasanya?
awal tahun lalu, saya sudah berekspektasi, agustus ini bapak suami akan selesai. berasa bisa bernafas sebagai pencari nafkah utama di keluarga. saya sudah berandai bisa ikut foto di fk ui salemba pakai kebaya, lalu foto mendampingi beliau pake toga warna hijau dengan dua selempang. saya sampai mikir "lepas behel aja kali ya biar fotonya cantik?" diet lumayan, supaya bagus fotonya. wkwk. yah, mengkhayal dan berekspektasi memang menyenangkan saat itu. tapi saat melihat realitanya, kadang perlu mengambil nafas dalam.
kemarin malam saya sampai nangis, haha kenapa ya. sedih, perjuangan masih berlanjut sampai tahun depan. karena, walau mungkin beliau sudah bisa yudisium bulan oktober (aamiin) tetapi ijazah baru keluar bulan maret tahun depan. belum lagi menunggu STR dan SIP. kadang rasanya ingin teriak "sampai kapan aku harus menunggu~~"
Saya gatau harus menulis apa dan gimana, yg hari ini wisuda pun pasti perjuangannya luar biasa. S2 sambil kerja, sambil ngurus anak, sambil menunggu jodoh.. ya namanya postingan istagram, fana. tp tetep aja bikin iri hati. harusnya saya sih yang bersihin hati.
ambil napas, buang..
kemarin pagi saya juga telponan sama adik saya. dibalik sedihnya ga bisa foto wisuda tahun ini, sebenarnya ada kegusaran dalam hidup saya. iya, saat ini saya sedang hamil 15 minggu, dan arfa tahun depan masuk SD. wich is, harus siapin dana yang cukup lumayan.
sejujurnya aku yakin rezeki Allah yang sudah atur. insyaAllah juga ada tabungan. tapi yah, uang saku dari mama mertua di rekening suami sudah setipis tisu. bulan-bulan kedepan, harus spending lumayan besar plus kontrol hamil. aku yakin Allah cukupkan rezekiku.. tapi ya tetep aja ada rasa khawatir:")
kata adik saya, yang saya rasakan itu wajar. kembali, coba komunikasikan lagi ke suami. dan ya, sebenernya yang bikin saya lebih sedih karena saya sudah berekspektasi ini itu di awal, "andai aja elu ga berekspektasi sebentar lg laki lu lulus, dan lu ga harus kerja sendiri.. mungkin lo gaakan sesedih ini. yaudah give secukupnya aja. krn lo kasih banyak, lo juga berharap banyak. yg penting lo sudah sampaikan kegelisahan elo. dan ya mau gimana lagi, kondisinya kaya gini, bukan maunya dia juga ga lulus sekarang kan?
satu lagi, gue paham kegelisahan elo. kalo gue pernah nonton video, itu karena psichologycal elo about money. insyaAllah mah cukup-cukup aja. tp lo butuh ambang batas nilai yg cukup di rekening lo supaya lo merasa save. jadi, yg perlu diperbaiki ya psikologisnya, plus gue coba bantu untuk up ambang batas di rekening elo ya. yaudah, coba nonton video yg gue share. gapapa, semangat ya kak!"
iyes, satu poin itu bikin saya ngerasa lebih rileks. intinya:
Ekspektasi
Psikologis terkait money
duaduanya harusnya bisa pelan-pelan diperbaiki. insyaAllah selama ini Allah cukupkan. setiap anak pasti sudah diatur rezekinya sama Allah. kalau sekarang harus lebih sabar dulu, lebih irit dulu, yasudah jalani saja.
ga perlu membandingkan diri dengan temen-temen yang sudah lulus S2, punya rumah, punya mobil, punya ART, bisa lebih santai hidupnya. saat ini mungkin Allah lagi kepengen saya lebih banyak bekerja keras. mudah-mudahan ada masanya nanti lebih baik.
dear adik bayi, kita berjuang bersama ya sayang. semoga bunda dan adik bayi sehat, bisa bertumbuh dengan baik. lahir dengan kondisi yang sehat, baik, sempurna dan Allah mampukan bunda mendidik adik bayi menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah. aamiin.
walau hati kadang masih sedih, tp semoga Allah lapangkan, Allah luaskan ya.
terima kasih ya Allah atas segala nikmat yang Engkau beri. ampuni hamba jika masih banyak kesalahan yang hamba buat. semoga hamba bisa mendekatkan diri lebih dekat lagi kepada Engkau.
4 notes · View notes
pergimelaut · 5 months
Text
"Uang Uang Uang Uang," Dibaca Pakai Suaranya Tuan Krab
Kenapa aku bikin post tentang uang? Jawabannya karena, alhamdulillah, tidak terasa, sudah satu tahun berlalu sejak aku bikin catatan keuangan dalam hidupku! :D
Aku sudah pernah bikin tiga post tentang uang. Pertama, R-Est-O, ketika aku pertama kali mau rajin nulis keuangan lagi. Sebelumnya sudah pernah bikin di aplikasi gitu, tapi ternyata aku nggak cocok pakai aplikasi. Awalnya aku kira aku cuma alasan aja, tapi ternyata terbukti, aku nyatat sendiri manual di Spreadsheet bisa betah sampai sekarang. Post itu kubuat setahun yang lalu, akhir April 2023.
Kedua, Perkara Mengelola Uang yang kubuat dua bulan sejak kuputuskan buat rajin lagi. Waktu itu, aku nulisnya masih di buku tulis (hahaha, semanual itu!) terus kusalin ke Notion di akhir bulan. Dengan Notion, aku bisa tahu tuh, persentase antara pemasukan dan pengeluaran. Tapi, karena baru kusalin akhir bulan, jadi nggak ada cukup waktu buat mengamati dan berefleksi gitu.
Ketiga, Perkara Mengelola Uang 2.0 yang kubuat setelah hampir setengah tahun mencatat. Aku di sini laporan kalau sudah berpindah ke Spreadsheet, dan metode yang kugunakan sama persis kayak yang masih berlanjut sekarang, cuma jadi lebih rapi karena lebih banyak datanya. Alhamdulillah juga, pekerjaanku sehari-hari berkutat sama Excel dan sebagainya yang di depan laptop, jadi mudah buat mengakses (hampir setiap hari malah XD) dan mempelajari apa yang bisa dipelajari.
Jadi, apa yang kupetik dari pengalaman ini? Ya, ini sangat personal sih, tapi ada beberapa yang kuambil. :D
Aku jadi bisa nabung lebih berani. Pada waktu setahun terakhir ini, aku bikin rekening baru yang khusus untuk nabung. Jadi, uang tabungan dipindah ke situ. Nah, karena aku juga mulai belajar untuk bikin proyeksi, aku jadi bisa berani untuk mindahin sejumlah uang ke rekening tabungan, yang melebihi target nabung di bulan itu. Karena ada keyakinan kalau perkiraan pengeluarannya masih aman dengan jumlah uang yang tersisa.
Aku bisa terdorong untuk cari pemasukan baru. Ini karena aku suka pelit ke diriku sendiri sih ... Ini berlaku kalau ada pengeluaran yang "aneh" dari bulan-bulan sebelumnya. Misalnya, ada kesempatan ketika aku pesen ojek online, ya. Padahal, aku hampir nggak pernah pesen ojek online. Nah, walaupun kondisinya tetap aman karena uangnya ada, tapi aku jadi terdorong buat nyari-nyari tambahan kecil-kecil untuk "nambal" pengeluaran yang biasanya memang nggak ada. Ini nggak selalu kulakukan, tapi kurasa dorongan ini baru lebih kuat setelah aku mencatat keuanganku.
Aku jadi relatif lebih tenang. Sebagai produk overthinking, di antara berbagai topik untuk dipikirkan-dengan-berlebihan lainnya, mikirin soal uang itu menyita energi banget. Apalagi kalau sudah dipenuhi dengan ketakutan ala-ala Gen Z, bisakah beli rumah? Bisakah beli tanah? Bisakah menghajikan orang tua? Dan lain-lain, banyak pokoknya, kayak nggak ada habisnya. Tapi, setelah kucatat pengeluaranku, pemasukanku, persentase tabungan/investasi, pembagian pengeluaran per kategori, dll, aku jadi lebih tenang. Bukan "tenang" dalam artian masalahnya selesai ya hahaha, tapi, jadi ada kayak yang nepuk-nepuk, "Sedang berproses kok, ini prosesnya, pelan-pelan, satu-satu." Dan kita bisa lihat sendiri jalannya proses itu, dibandingkan sebelum aku nyatat keuangan, yang waktu itu rasanya lebih "ngambang/ngawang-awang".
Kurang lebih itulah pelajaran yang kuambil, selain rasa syukur tentunya. Aku bersyukur BANGET ada di titik ini dalam hidupku, bersyukur karena bisa menghadapi dan menikmatinya.
Terus, apa data yang kuperoleh tentang catatan keuanganku, sepanjang setahun terakhir? Ini makin nggak relevan untuk dibandingkan, tapi ini yang kutemui.
Pengeluaran paling sedikit terjadi di bulan Februari. Apakah ini karena jumlah hari paling sedikit? XD Entahlah. Tapi, menyusul tipis di belakangnya (udah kayak balapan aja nih) itu bulan Mei.
Pengeluaran paling banyak ada di bulan September. Ini ada barang spesial yang kubeli pada bulan itu, waktu itu. Nggak akan kuulangi lagi karena barangnya masih ada dan akan dirawat sebaik-baiknya. XD
Investasi/tabungan terbanyak yang kulakukan terjadi di bulan Maret dan April! (Dua-duanya punya besaran yang sama.) Mungkin karena ada THR? Alhamdulillah cair huhu. Atau, semoga ini karena aku jadi lebih melek soal finansial. :P
Investasi/tabungan tersedikit ada di bulan Agustus dan Oktober (lagi, besarannya sama). Dan ini pun nggak mencapai target menabung di bulan itu. Semoga ke depannya lebih cermat lagi.
Pemasukan terbanyak ada di bulan November. Ini ... aku tahu sih kenapa hahaha. Alhamdulillah untuk bulan itu. XD
Kategori pengeluaran terbanyak dalam setahun terakhir itu, tentu saja, adalah untuk keluarga. :D Ini kusyukuri dan semoga berikutnya pun aku masih bisa melakukan hal yang sama. Menyusul di urutan kedua itu kategori investasi/tabungan.
Kategori pengeluaan tersedikit itu adalah parkir ... yang sebenernya ini termasuk besaaar untuk kategori itu. Rata-rata pengeluaran untuk parkir dalam sebulan sampai 48K lho T_T Hampir 50K. Kalau parkir itu anggaplah 2K, berarti aku bisa pergi ke 24 tempat yang ditarik uang parkir dalam satu bulan ... ini nggak valid karena kadang parkirku dibayarin hahaha (dan sebaliknya), tapi ya, cukup untuk bikin KAGET. XD
Kategori yang perlu diwaspadai oleh seluruh jiwa ragaku adalah snack. Snack. Iya. Es krim, wafer, es krim, cokelat, es krim, camilan di kafe, es krim, es krim, es krim .... Masa ya, ditemukan data pada suatu bulan bahwa pengeluaran untuk snack lebih BANYAK daripada pengeluaran untuk makan. Hah. Parah. Evaluasi ini, wajib.
Untuk kategori bensin ... ah, udah ikhlas ini. No comment. XD Sebagai pekerja kantoran yang bolak-balik 18km (artinya total 36km, minimal) setiap harinya, pengeluaran bensin itu jadi hal yang nggak bisa dikompromi ...
Sepertinya itu refleksi yang kutemukan setelah mencatat keuangan selama setahun. Di antara kerepotan yang ada, lebih banyak manfaatnya, jadi akan kuteruskan ini. Bismillah istikomah. :D
Selamat Hari Buruh! Aku merayakan hari ini dengan family time bersama ibuku, friend time dengan kawan-kawan baikku, dan quality time dengan seseorang yang kusayangi. Besok kembali bekerja, tapi Mei akan banyak long weekend. Apabila bulan ini berjalan lancar, semoga jadi bulan yang baik. <3
3 notes · View notes
tulisanditaputri · 3 months
Text
SADARI untuk Menyadari
"Sebuah cerita nyata, dari salah seorang pasien wanita. Usianya 39 tahun, masih usia kepala tiga dan terbilang muda. Pasien tersebut memiliki anak tiga, dengan anak terkecil berusia setahun, masih balita dan memerlukan ibunya. Kali terakhir bertemu, saat pasien tersebut meminta rujukan ke poli penyakit dalam bagian onkologi atau kanker, masih cukup stabil saat itu kondisinya. Walaupun selalu ada perasaan seperti tertahan yang terlihat dari semburat raut wajahnya tiap kali aku bertemu dengannya. Dorongan semangat yang diberi untuk rutin menjalani kemoterapi, selalu dibalas oleh senyum kecil yang menyimpan rahasia."
Bayangkan jika pasien itu adalah anda duhai wanita. Bagaimana rasanya saat divonis menderita kanker payudara stadium tiga. Bagaimana rasanya saat dijelaskan bahwa sel-sel ganas tersebut sudah menjalar ke mana-mana. Bagaimana rasanya saat harus menjalani kemoterapi setiap minggu, saat kehidupan sudah cukup dan tenang di desa. Bagaimana rasanya harus bolak-balik kontrol ke rumah sakit dan menempuh waktu perjalanan yang cukup lama. Bagaimana rasanya meninggalkan anak yang masih kecil merengek-rengek memanggil mama. Pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Dan bagaimana rasanya, seandainya mengetahui bahwa harapan hidup tak lagi lama.
Kanker masih merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negeri kita. Kanker leher rahim dan kanker payudara masih bersaing sengit untuk menempati urutan teratas dalam merenggut nyawa wanita. Padahal, kanker payudara dapat dicegah dengan deteksi dini yang dilakukan sendiri oleh tiap wanita. Caranya sangat mudah dan sederhana. Tidak ada alat dan bahan yang diperlukan untuk memeriksa. Lantas, bagaimana caranya?
Tumblr media
SADARI artinya pemeriksaan payudara sendiri. Pemeriksaan dilakukan oleh diri kita sendiri, dengan melihat dan meraba payudara sendiri. SADARI dilakukan semenjak seorang wanita mendapat haid pertama kali. Untuk mengetahui perubahan payudara dari waktu ke waktu, SADARI perlu dilakukan setiap 1 bulan sekali. Waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah seminggu setelah periode menstruasi. SADARI bisa dilakukan saat berada di depan kaca, saat berbaring, atau saat mandi.
Pertama, lihat terlebih dulu, apakah ada yang tampak berbeda di payudara. Apakah ada payudara yang terlihat lebih besar dibandingkan yang satunya. Apakah ada kulit yang mengerut di puting dan area sekitarnya.
Setelah melihat, barulah meraba. Boleh lumuri tangan dengan pelembab atau minyak agar lebih memudahkan saat meraba. Angkat tangan pada sisi payudara yang ingin diperiksa, sementara tangan lain akan meraba. Lakukan pemeriksaan dengan meraba secara melingkar searah jarum jam, lakukan bergantian untuk keduanya. Sentuh dan rasakan apakah kira-kira terdapat benjolan di payudara. Selanjutnya, pencet perlahan puting untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Jangan buru-buru, lakukanlah dengan saksama.
Jika setelah SADARI ditemukan benjolan atau ada sesuatu yang dirasa mengganjal, maka jangan langsung panik dan cemas. Cukup datanglah ke puskesmas. Tenaga kesehatan akan melakukan SADANIS atau pemeriksaan payudara secara klinis. Jika ditemukan benjolan, pasien akan dilakukan rujukan ke dokter ahli untuk pemeriksaan lanjutan. Harapannya, deteksi dini dapat menemukan kasus kanker yang masih stadium dini. Peluang pengobatan dan kesembuhan sangat tinggi apabila kasus ditemukan lebih awal dan dini. Jadi, tunggu apa lagi? Segera lakukan SADARI untuk menyadari.
"Rupanya, kali terakhir bertemu dengan pasien tersebut benar-benar menjadi pertemuan terakhir kami. Tiba-tiba aku dikabari bahwa pasien tersebut telah menutup mata untuk yang terakhir kali. Mata berkaca, bergetar rasanya hati. Hanya doa dan harapan yang mampu diberi. Terima kasih, karena kisah ini akan selalu menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagi kami."
***
2 notes · View notes
kayyishwr · 6 months
Note
Permisi mas, saya mau izin tanya. Menurut mas bagaimana pandangan terhadap laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom berboncengan motor berdua? Dalam hal ini kondisi mendesak harus menyusul ke suatu tempat (di organisasi) yang cukup jauh sekitar 2 jam. Apakah hal tersebut termasuk haram atau tidak?
saran saya, ikut majelis yang pematerinya beneran ustadz, kemudian tanyakan soal ini
tapi klo dari saya gini :
inget, pertama hukum itu tidak cuma halal dan haram saja, kedua ini itu masalah fiqh yang tentu banyak ikhtilaf di kalangan para ulama (bukan seperti syariat sholat, puasa, zakat, haji yang sudah disepakati), ketiga diperlukan pemahaman konteks di saat itu (kejadiannya seperti apa, kondisinya bagaimana, orangnya siapa), sehingga tidak bisa menghukumi tepat atau kurang tepat
satu kasus ini, tergantung kita mau lihat pake kacamata yg mana; kacamatan organisasi, kacamata fiqh prioritas, kacamata fiqh dakwah, kacamata fiqh secara umum, atau kacamata yang lainnya
begitu
6 notes · View notes
metanamei · 7 months
Text
Semangat cantik 🔥
Aku tau, kamu pasti bisa, lihat sekarang kamu udah diposisi ini bukan?
Sudah banyak usaha dan perjuangan mu untuk mencapai titik ini. Lelah, istirahat dulu ya, tapi jangan menyerah, Okayy
Untuk diriku tetap semangat ya, gak papa proses mu sedikit lambat dari teman teman mu, toh masih banyak juga yang sedang berkecamuk dan kondisinya sama dengan mu bukan? Yang terpenting kamu udah berusaha semampu mu.
Menurut ku, proses mu gak terlambat kok dibandingkan dengan yang lain, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki ritmenya masing-masing sayang, memiliki lintasannya masing-masing, jangan lelah terus berusaha ya
Cicil setiap hari, meskipun hanya satu lembar
Aku sangat menyayangimu, tetap waras okay 🫂
4 notes · View notes
diaryanaa · 11 months
Text
Seseorang bertanya padaku, "apa yang membuatmu bertahan sampai sejauh ini?"
Aku tersenyum. "Perihal cinta, aku tak pernah main-main. Bahkan walau berada di titik nadir, kata menyerah tak sedetikpun mampir dalam pikir."
Ia menimpali, "Pantas saja, yang aku lihat di matamu adalah api semangat yang senantiasa berkobar dan seolah tak kan pernah padam."
"Ya, bagiku, sesulit apapun kondisinya, selalu ada cara untuk membuktikan cinta," tandasku.
4 notes · View notes
nadiku · 2 years
Text
Memelihara Rindu
Akhir-akhir ini setiap sebelum pulang dari kantor, aku sering tiba-tiba kangen pada suami. Harusnya memang begitu ya..Tapi ada satu periode masa, setelah euforia menikah mereda, aku mulai merasa biasa saja melihat dia setiap hari. Seperti melihat matahari saja, tidak ada yang spesial karena kita tinggal di negara tropis.
Lalu kenapa tiba-tiba, ya?
Sepertinya akhir-akhir ini aku mulai meningkatkan intensitas word of affirmation, saying love yang ga cuma formalitas aja, lalu mengatakan rindu ketika memang sedang merasa rindu. Akhirnya ketika diucap, perasaan itu menjadi berlipat. Aku jadi semakin happy juga.
Dalam perjalanan 2 jam menuju rumah, aku bernostalgia. Mengingat kembali “why” nya aku. Kenapa aku waktu itu keukeuh banget maunya nikah sama dia. Aku dulu pernah membuat 100 wishlist setelah lulus kuliah, nomor 1 nya adalah “menikah”, list nomor 2 nya aku menyebut namanya. Padahal aku tau, kalau sama dia, mau ga mau harus menunggu. Dan benar, akhirnya 4 tahun kemudian kita baru bisa menikah.
Kenapa dia? Karena dia keren, deep down dia sekeren itu. Aku sering bercanda, “Kamu itu investasi terbaik aku”, tanpa maksud jahat atau apa-apa. Karena mungkin kalau hanya dilihat di masa sekarang, kita berdua itu masih banyak banget kurangnya. Tapi aku selalu percaya, good material will always be good.  Ibarat kata sekarang kondisinya masih karbon, tapi aku tau karbon itu bisa jadi intan jika ditempa dengan benar. 
Yang aku lihat, dia punya pondasi yang bagus secara ilmu agama, ketaatan ibadah, good akhlak sebagai cowok yang selalu respect cewek. Kompas agamanya dah bener, tinggal dipoles aja. World view kita searah, terutama dari segi agama sih. Karena dalam ber-Islam pun, akan ada semacam pola kecondongan tertentu, dan kita punya cara pandang yang sama: “Ummatan wasathan”. Cerdas, itu poin gede banget karena dari dulu aku ingin suami yang lebih cerdas. Tapi cerdas harus dengan akhlak yang baik ya. Kalau nggak, hanya akan jadi orang sombong yang suka merendahkan orang lain. Selalu ingin menjadi lebih baik, selalu ada target dan sesuatu yang ingin dicapai. Walaupun aku akui, kita berdua sama-sama punya dua potensi: potensi hidup mengalir apa adanya dan potensi hidup ingin berpetualang. Di sini peranku adalah menyemangatinya untuk menaklukan setiap puncak gunung yang ia inginkan, sambil aku juga mengikuti langkahnya dan membawakan semua bekal-bekalnya.
Aku ingin tumbuh bersama, menyaksikan bagaimana dia bisa mendewasa dengan aku di sampingnya. 
Harus aku yang di sampingnya.
17 notes · View notes
maswalloooo · 1 year
Text
Pagi Biro 🌝
Dipikir pikir,udah berlalu menuju 4 tahun dari kejadian waktu itu yaaa Han / MasWall 🫠
Dari pribadi yang suka mudah marah,ucapan nya kasar + kotor,suka kesana kesini main dan pulang malem banget wkwk,bergadang 😭,Pola makanan yang Jueleeeeeeek banget,sampe pernah berharap dan menanyakan " Kenapa " pada seseorang yang bukan Muhram nya saat itu
Kalau ngeliat dan mengingat diri yang dulu,selalu ngucapin Syukur ^^ Alhamdullilah
Coba kalau ga dibuat begitu yaa sama Allah 🫠
Mungkin masih suka bergadang ga jelas,ngomong nya masih begitu 😭 dan mungkin hal" buruk lain nya yang ga diketahui ?
Bersyukur dimasa masa hancur itu,masa harus berpisah sebentar sama Almh Bunda itu bener" tenang banget rasanya dan lapang ^^
Kondisi nya bener" berbeda,dipaksa pisah dan melihat kenyataan tentang Ex,terus mencoba untuk belajar sedikit,praktekin
Dan inget banget kata kata yang kuingat dari Gurunda Ustad Adi 🫠
Kata Allah :
" Hei,Kamu selama ini kemana Hambaku ? "
Itu langsung masuk banget wkwk dan diinget" terus waktu itu,mulai tambah Intensitas Ibadah,bangun dan paksa sholat Malam
Dan Qadarullah Bunda sakit waktu itu,Covid dan selang 2 minggu,ada satu titik Kondisinya Drop di waktu sebelum Dzuhur
Sholat,Doa dan minta Ridha akan semua ketetapan Allah,yang terjadi biarkan terjadi karena itu diluar kendaliku
Jam 1 dikasih kabar Almh Bunda sudah berpisah ^^ Uniknya,waktu itu tenang,ga ngerasain kecewa,ga mudah marah lagi,dan bener bener hanya Nangis aja sewajarnya
Karena mungkin juga udah belajar arti dari Qada dan Qadar,Hak Progreratif Allah,dan sebagainya jadi merasa " Yaa Rabb,terimakasih atas semuanya " udaah begitu ☺️
Tarik yang agak jauh sampai sekarang,merasa bersyukur,sekarang ngambil keputusan punya dasar yang kuat,niat yang kuat karena Allah,dulu tuh masih bingung mana yang bener mana yang engga wkwk
Sekarang sedikit" udah mulai bisa memfilter penghasilan dari yang buruk ke yang lebih baik ^^ pengeluaran juga lebih teratur,lebih tau kemana Uang nya dikeluarkan
Bahkan dulu,jaman" nya Trading Forex itu lagi marak,dan Doni salmanan sama Indra Kenz lagi buka kelas sempet mikir,masa sih orang" bisa kaya se instant itu
Dari situ Belajarlah Fiqh Muamalah sedikit,ternyata Forex hukum nya begini,Investasi seorang muslim itu harus jelas kemana Harta nya pergi,dan banyak juga yang gapercaya ke aku waktu itu wkwk
Alhasil apa coba ? Wkwk selang 6 bulan
Berita menyatakan " Doni Salmanan dan Indra Kenz ditangkap karena Investasi Bodong & Money Game " wkwk
Lihat ? Apa yang sudah ditakdirkan untukmu akan datang kepadamu dengan caranya,gaperlu Dzolim ambil hak orang dan lakuin aja dengan cara baik yang Allah Ridhai ^^.Pasti sampe kok ke kita apa yang udah ditetapkan oleh Allah SWT
Sampai akhir" ini ngegambarin Rizki itu kaya gini :
" Coba liat di lautan,yang mancing ikan,Nangkep kepiting,nelayan" itu yang pake kapal besar maupun kecil,mereka pernah sadar ga ? Kalo yang memelihara seluruh ikan,dan yang mengandalkan rizki ikan" tersebut cuma Allah.Manusia hanya perlu mengambil nya dengan cara tidak merusaknya,tapi apa manusia pernah ngasih makanan ke ikan di laut ? Wkwk apa mereka selalu nebar bibit" ikan tuna di laut untuk budidaya Tuna ? Engga !
Mereka ambil hari itu,1 bulan lagi Tuna baru sudah tersedia di lautan 🥰 mereka ambil,dan disajikan sangat mewah dan segar di restoran"
Pertanyaan nya
" Siapa yang memelihara Ikan" dan Makhluk lautan itu ? Siapa yang mengantarkan Rizki untuk mereka ? Siapa yang membuat Tuna" itu berukuran besar,dan bener" Fresh terjaga daging nya dari laut yang kadar keasianan nya tinggi ? "
Allahuakbar 🥲🥹😭 tiap kali ngomong begini tuu nangis,seakan ragu dan kurang yakin gitu,Naudzubillah
Padahal kalau kita mau berpikir,Allah yang mencangkupi semuanya dan tidak pernah merasa berat sedikitpun
~ MasWall
2 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Pencarian Jati Diri
Episode 1
“Udah gede yo gendok, kuliahe wes semester piro?” 
Tiba-tiba pertanyaan budhe nya beberapa hari lalu terlintas di pikiran perempuan mungil yang sedang duduk termenung menikmati indahnya langit malam dari teras belakang kamarnya. Bulan sabit yang elok semakin menambah keindahan langit malam, namun keindahan itu tak menenangkan pikirannya yang berisik di kepala. 
Angin kencang malam itu memutuskan dia beranjak dari duduknya dan masuk ke kamarnya. Suasana kamar yang sepi semakin mendukung dia meratapi umurnya yang sudah di angka 23. Bukan umur yang muda lagi, sudah berkepala dua yang akan ditanya berbagai pertanyaan, dimana pertanyaannya tidak bisa dia jawab saat itu juga. Air mata tanpa izin menetes begitu saja, dia mengingat percakapan singkat bersama budhe nya di Bandara kala itu, dimana isinya kebanyakan nasihat. Rasa cemas, takut, sedih bercampur menjadi satu tak karuan. 
“Ternyata aku sedang di tahap mendewasakan diri ya, berat juga ya, tak seindah yang dibayangkan” Dia bermonolog sambil menatap dinding langit kamarnya.
“Ya Allah beri hamba kekuatan menjalankan fase ini, hanya kepadamu aku bebas bercerita dan berkeluh kesah tanpa malu” Dia berdoa kepada penciptanya.
Semakin mengingat keluarganya di rumah, tangisnya semakin keras. Ada orang tua yang menunggu kesuksesannya, dia harus semangat memperjuangkan masa depan yang tak jelas akan kemana bermuara.
Drrttt suara dering handphone berbunyi, dia lihat siapa yang meneleponnya selarut ini. Kaget, ekspresi pertama pada raut wajahnya terlihat. Seketika bingung haruskah diangkat atau tidak. Karena dia tidak mau si penelepon tau kondisinya saat ini.
"Aduhh gimana ini?" Dia mondar-mandir dalam kamarnya seperti setrikaan. Dia hapus air matanya, dia kondisikan suasana hatinya.
"Aaaaaaa iiiiiii uuuuuuu eeeeeee oooooo" Dia sedang tes suara, tapi masih kentara kalau dia habis nangis.
"Aaaarrrgghh apa yang harus aku lakukan?"
bersambung
6 notes · View notes