Selele Coret Jadi “Sepele”, bisa jadi se-hiu dan cara menjadikannya "ikan cupang hias" Bingung? Sama XD
Helo friends another side, apa kabar hati kalian? Semoga baik-baik saja sekalipun keadaan sedang memburuk sama si dia ya…Piss
Just info, ini hari pertama gue kembali menggeluti tulis menulis setelah lama kerja, kerja, kerja tapi ya gitu-gitu aja 😁
Pada kesempatan kali ini, ijin share tentang pandangan gue ke orang yang “suka menyepelekan hal-hal kecil” tapi ketika muncul masalah akibat menyepelekan hal-hal kecil tersebut dan membesar, barulah ngeh, terasa, tertampar, terenyuh ter.. apalagi ya? yang intinya tuh karena menyepelakan akan jadi trouble kemudian.
Terus, kira-kira, apa aja sih? hal sepele yang sewaktu-waktu bisa menjadi “sehiu” sekitar circle kamu ?
Klo untuk circle gue sendiri, ada beberapa sosok yang karena malas makan tapi banyak mikir dan gibah, mendapatkan pemberian illahi berupa penyakit maag akut, ada juga yang karena ceplas-ceplos malah menjebloskan sesosok teman yang malas nongkrong karena tidak terima dengan kata-kata yang terlontar dari beberapa (padahal temen gua ini cowok dan dia baper dan ngambek gak nongkrong lagi loh...Gokil sih 😁 ) , dan juga ada yang tidak memperhatikan cara komunikasi yang baik menyebakan sering suka miss komunikasi gitu di beberapa waktu. Aneka rupa bukan? kamu gitu juga? *Please jangan ada kamu nanya eaa, sini aku kasih tau*
Sebenarnya sih ada beberapa varian lainnya, namun yang sosoknya masuk ke 3 besar, ya kendalanya yang seperti diatas, dan telah kita sidangkan bersama untuk solusi terbaik dan hasilnya adalah berikut ya...
Untuk yang si paling maag, kita coba sampaikan hasil sidang bersama adalah kerja boleh dari pagi ampe pagi tapi harus tetep makan, karena udah terlanjur maag akut, ya minimal menggenggam sebongkah roti biar lambung aman di setiap waktu, dan klo lagi banyak pikiran bisa sharing biar ga stress yang buat asam lambung naik. Dan alhamdulilahnya biasanya seminggu ga masuk 2 hari bisa masuk full donk? yeeeee...haha
Untuk yang si paling baper, kita samperin dia kerumahnya dan buat dia malah malu donk 🤣 tapi dia merasa dihargai sih dan mencoba untuk tidak baper manakala gerombolan serigala sedang saling adu "lolongan" 🐺 kemudian hasilanya kita tetap keep kontak sampai today meski udah ga nongkrong bareng lagi...haha
Untuk yang sipaling miskom, kita coba diskusikan bahwa pentinganya memahami karakter lawan bicara adalah untuk menghndari paham salah, karena semua orang itu sebisa mungkin ingin dimengerti, namun kita mesti paham juga bahwa kita tidak bisa menyenangkan setiap orang, hasilnya adalah konflik akibat miskom bisa berkurang...haha
Gimana untuk di circle kalian man-teman? adakah buih-buih pemicu tampolan atau gunjingan seperti di circle saya ? 🙈
Apapun buih yang ada di circle kalian hari ini, mainkanlah peran kalian masing-masing dengan cara terbaik, karena masalah jika tanpa menemukan solusi maka harusnya tidak masalah, iya apa iya? 🐠
Sekian dari saya untuk tulisan hari ke 1 untuk 30DWC40, terima kasih telah menyimak, luv u full reader...haha
3 notes
·
View notes
Toji adalah akronim dari Toriyama Zinedine, pilihan nama Pak Kasman yang suka komik Jepang dan sepakbola. Toji pernah jatuh dan giginya bermasalah. Harus operasi karena bentuk giginya jadi tidak serata anak biasa.
Setelah operasi, Bu Sasni senang anaknya kembali berwajah wajar. Tapi nama panggilannya, ejekan maksudnya tetap saja anak-anak sebayanya. "Boneng! Mau kemana Boneng!"
Tapi Toji tumbuh dengan baik. Ia disekolahkan sampai universitas. Di Dubai, tapi sesekali untuk kuliahnya di Universitas Madinah takpernah bolos. Dia dipercaya jadi imam masjid universitas sebelum rampung dua perkuliahannya.
Di Qatar ia ambil program studi yang diminatinya. Tentang bahasan kriminalitas internasional. Menolak jadi dosen tapi sering didapuk untuk mengganti dosen jadi substitusi sementara di Dubai setelah rampung perkuliahan.
Toji menyadari ia harus pulang. Ia berhenti mengajar dan membantu ibunya mengurusi gudang olah padi hasil jerih payah ayahnya sejak lama. Latar belakang pendidikan pertanian ia pelajari dalam proses beradaptasi lagi di desa kelahirannya.
Kehidupannya yang sangat sarat cerita itu menjadi alat lengkap proses belajar menjadi observer kawakan. Ia tidak mengidolakan siapapun tapi rasa hormatnya pada para investigator dunia tidak terbendung jika bertemu dengan orang-orangnya.
Suatu hari di desanya, seperti hal-hal yang pernah ia lihat di banyak tempat. Bahwa hal sederhana tidak bisa tidak jadi bahan pelajaran baginya. Pekerjaan sebagai investigator sudah hal biasa yang dilakukannya. Pembelajaran mandiri mengenai membuat keterangan dari pertanyaan-pertanyaan dan membuat pula kesimpulannya sebagai pernyataan akhir. Dari hasil pengamatan, diskusi tapi tanpa berusaha membuat konflik. Hal itu ia biasa lakukan.
Kepolisian kebingungan pada satu kasus. Yakni seorang anak di masjid desanya beberapa kali dilaporkan oleh marbot masjid karena selalu pulang menangis dan orang tuanya tidak bisa lagi banyak berbuat karena seringnya anak itu pulang tantrum.
Orang tuanya lapor pada polisi karena hal ini. Tapi polisi tidak bisa berbuat apapun. Polisi itu kakak angkat Toji, ia berpikir ini bisa diselesaikan tanpa harus berbelit-belit di birokrasi aparat.
"Bagaimana Ji, kakak selalu melihat ayah anak itu datang ke kantor. Katanya ada salah satu anak yang selalu mengejek anaknya. Berkali-kali dan banyak yang berpikir, hanya hal biasa di dunia anak-anak. Nanti juga ga akan terjadi lagi. Tapi buktinya ayah anak itu masih datang ke kantor dan masih dengan laporannya."
"Saya telusuri dulu ya kang, memang susah juga. Kita tidak pernah bisa mengetahui sesuatu jika hanya melihat dari satu sudut pandang. Insya Alloh saya laporkan apapun itu yang mungkin ada manfaat." Sahut Toji di telpon.
Kang Dadang selalu perhatian pada siapapun. Kakak angkatnya itu peduli pada siapapun di balik wajah garangnya. Apalagi pada orang berkesusahan. Khusus pada yang datang melakukan pengaduan pada polisi tapi polisi terpaku pada standar prosedur operasional.
Toji sedang rehat dari peristiwa Kristin Sandra. Ia memerlukan hal seperti ini. Sesuai informasi, ia pergi ke perumahan yang dimaksudkan kakak angkatnya. Maghrib tepat datang ia ke satu pusat biasa orang-orang berada di sana. Masjid yang kakak angkatnya sebutkan di mana anak dari pria yang mengajukan pengaduan selalu diperlakukan tidak pantas oleh anak lainnya.
Tidak ada yang khusus, seorang anak saling cemooh. Setidaknya begitu awalnya, lalu terdengar di akhir peristiwa sederhana itu. Toji teringat bagaimana ia dulu sempat jadi bahan cemoohan. Ayahnya kemudian berusaha melakukan sesuatu dengan wajah dan mentalnya.
Nama anak itu Kian Abyadhu, Toji melihat hal yang pasti belum dipahami masyarakat. "Barangkali sampai sekarang kak. Sejak peristiwa saat Toji masih belum operasi gigi dan beberapa hal yang terjadi sepanjang itu."
Dadang mengangguk. "Ya, aku termasuk salah satunya dulu sebelum Bu Sasni dan Pak Kasman kemudian mengadopsi kami berdua."
Dari hari ke hari, Toji di perumahan itu mengamati. Ada Boy, Keilan, Rezan dan Ekram di tempat itu. Boy Ahsan yang sangat dikhawatirkan Toji, anak berusia lebih tua dari Keilan, Rezan dan Ekram serta melihat usia mereka dengan Kian juga ada perbedaan mencolok. Hal itu terlalu berbahaya untuk dianggap bahwa ini sikap layaknya seorang anak dalam bergaul bersama anak lainnya. Sikap Boy saat bercanda terlalu ekstrim dan Toji sering memergokinya meludahi sandal Kian dan mengembosi ban sepeda Kian.
Toji juga mempertimbangkan sisi religius dalam berpandangan mengenai bahasan ini dengan kakak angkatnya. Boy seperti ingin akrab dengan Kian yang ayahnya bekerja di sebuah toko permainan digital. Ayah Kian, seorang ahli komputer yang bisa membuat game digital sendiri. Hanya cara ingin dekatnya itu tidak bisa dipandang aman.
Toji menelusuri siapa anak-anak itu. Kian sebenarnya juga perlu diperhatikan, ayahnya memeriksakan Kian ke psikiater yang juga sahabat ayahnya karena kebiasaan tantrum yang masih diderita Kian sampai usianya saat ini.
Kian adalah anak SD kelas dua yang ditinggalkan kakek dan neneknya sementara anak-anak lain seusianya masih memiliki waktu bersama orangtua dari ayah mereka. Toji jadi punya pikiran dan bertanya-tanya apa ini sangat berpengaruh pada anak-anak. Kehadiran orangtua selain ayah dan ibu.
Banyak pertimbangan yang bisa ia ajukan pada kakak angkatnya sebagai solusi. Salah satunya ialah mengajak Boy dan tiga temannya yang lain untuk ikut ke kantor polisi serta memberi suluhan tentang bagaimana berinteraksi bersama sesamanya tanpa ada provokasi negatif.
Memberi saran ayah Kian supaya anaknya datang ke psikiater lain supaya anaknya diperiksakan terkait tantrumnya. Tapi hal ini sepertinya sangat sulit karena ayah Kian bukan orang yang sanggup membayar layanan penelaahan psikologi atau mental anak.
Ayah Kian pada Toji berharap kalau ada pihak tertentu dari kepolisian atau dinas sosial yang mau ke rumah-rumah atau setidaknya di tingkat rukun warga atau rukun tetangga memberi arahan pada orang tua anak mengenai bahaya teknologi dan penyiaran independen media sosial serta efeknya pada perilaku.
Tapi perjuangan untuk menjadikan hal yang baik itu diterima sangat sulit. Bahkan untuk si anak sendiri. Karena telah terlalu sering dihadapkan kondisi di mana ia menerima perlakuan anak-anak lain hanya karena tantrum itu. Kian kemudian lebih banyak menyendiri dan melakukan hal yang jauh berbeda. Berbeda dengan hal yang dilakukan anak biasa.
Kian jadi sering bercanda dan candaannya itu dirasa ayahnya sangat tidak menyenangkan. Di sekolah satu waktu ada peristiwa yang tidak pantas terjadi. Kian berusaha mengganggu anak perempuan. Cara yang takpantas itu lebih condong dinilai orang sebuah upaya sedikit cabul.
Kian menerima hukumannya, tapi anehnya sikap anak itu setelah menerima hukuman seolah tidak terjadi apapun. Ia malah sering tertawa-tawa bersama teman-temannya yang telah menganggapnya bukan orang yang harus dijauhi.
Pengamatan Toji, dengan kesempatan menelusuri apa yang terjadi pada anak yang kakak angkatnya maksudkan. Toji bisa lebih banyak menjelaskan apa yang terjadi pada Dadang. Ada keponakan Toji dari pihak ibunya, yang ternyata punya anak dan satu sekolah dengan Kian. Namanya Bian Alfar, Bian Alfar beda kelas. Bisa dibilang Bian itu kakak kelas Kian.
Bian sering dijemput Toji pulang sekolah. Ada banyak waktu sepulang sekolah itu. Toji berharap ia bisa membuat hal yang lebih untuk solusinya. Cara pandangnya dengan apa yang telah banyak terjadi. Efek-efek satu peristiwa yang mengalir menjadi peristiwa lain. Hal yang mempengaruhi perilaku seseorang akibat perlakuan sesamanya yang tidak pantas diterima.
Boy, Keilan, Ekram dan Rezan adalah pihak yang seharusnya menerima perlakuan balasan akibat apa yang telah ia perbuat pada Kian. Keempat anak itu kemudian Toji bawa melalui bantuan kakak angkatnya.
Toji ingin keempat anak itu, berbuat banyak supaya Kian kembali ke kondisi positif. Keempat anak itu punya kesamaan hobi, yakni merundung anak-a anak yang di mata mereka pantas menerima perlakuan negatif seperti cemooh atau gangguan di saat sholat berjamaah di masjid.
Toji berangkat bicara pada orang tua keempat anak itu. Ditemani Kang Dadang, polisi yang peduli dengan apapun kebiasaan buruk anak-anak. Sebagian orang tua memandang apa yang dilakukan Toji hal yang tidak perlu.
"Seorang anak adalah seorang anak dengan fitrahnya pasti ada di balik kejadian berlaku tidak sesuai harapan. Anak-anak kalian mungkin tidak mengerti perlunya ini diluruskan. Tapi harapan lebih baik harus diusahakan. Katakan pada anak anda semuanya. Apa yang menjadi awal dan akhirnya." Sahut Toji. Setelah ada berlangsung adegan adu mulut sengit penuh emosi. Toji berhasil meredakan apa yang kemudian memanas. Salah satunya ketika ayah Boy, pria pekerja serabutan yang bernama Didud, nama panggilan kecil, merasa anaknya memang sudah dianggapnya sulit diatur dan ia menyerah karenanya. Secara emosional berkata, "Boy, kamu ini mau jadi apa? Jadi preman? Sial kamu! Kupikir kejadian ini selesai. Pak, saya sudah tidak bisa lagi berpikir. Saya lelah dengan kerjaan dan kesibukan. Tolong, jika Boy mau dihukum hukum saja. Masukkan sana dia dan biar jera di sana."
Toji dengan tenang berkata,"hukuman itu sama seperti meminta Boy bunuh diri pak. Penjara anak atau penjara biasa hanya akan menambah si anak lebih beringas. Bapak sering bersama anak bapak atau tidak? Berinteraksi serius ayah dan anak?"
Didud terdiam. Ia menggeleng, habis ia dicecar Toji. "Lupakan pekerjaan bapak barang beberapa hari dan perlihatkan apa yang tepat untuk memperlakukan anak-anak sehingga dia merasa diperhatikan."
0 notes