Dua malaikat yang gugur
Ayah gugur di tangan pasukan musuh karena menjalankan tugas negara. RI nomor satu, para petinggi pemerintah, dan masyarakat umum memberikan penghormatan terakhir di pemakaman kenegaraan untuk ayah. Tanda ucapan terima kasih, ungkapan rasa bangga, juga cara menunjukan kehormatan.
Disaat yang bersamaan, ada tiga pion ayah yang semangatnya ikut gugur setelah Gugur Bunga selesai dinyanyikan. Tidak ada air mata yang keluar, tanda ikhlas. Namun rasa sesak di dada belum mau pergi. Rasanya, separuh jiwa kami memilih untuk menemani ayah dalam peti mati berbalut bendera merah putih itu.
Tiga tahun setelahnya, Tuhan menugaskan ibu untuk menyusul ayah. Kanker otak yang sebelumnya berhasil ibu lawan, ternyata malah semakin kuat menyerang balik.
Penurunan nafsu makan hingga sulit untuk tidur menjadikan tubuh ibu lebih kurus. Semua itu karena efek samping dari kemoterapi yang ibu jalani.
Sampai akhirnya, ibu memilih untuk istirahat panjang.
Mungkin ibu sudah lelah melawan sendiri tanpa dukungan dari ayah, mungkin juga ibu terlalu rindu dengan guyonan ayah yang kadang hanya mereka berdua yang paham.
Kini, hanya aku dan Tegar, adikku. Kami memilih untuk terus melanjutkan hidup, sekuat apapun bisikan untuk menyerah.
Setelah menyelesaikan pendidikan, aku memutuskan untuk melamar kerja di Jakarta. Meninggalkan pulau Sulawesi yang penuh dengan suka duka. Sedangkan Tegar memilih mengikuti jejak ayah.
Setelah kelulusannya di Menengah Atas, Tegar memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Akademi Militer TNI AU. Kini, putra kebanggaan ayah sudah menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan pangkat Sersan Mayor.
Beberapa kali aku menanyakan keseriusan Tegar untuk mengambil keputusannya yang satu ini. Jawabannya selalu sama; ingin melanjutkan cita-cita ayah untuk terus menjaga negara, katanya.
Padahal, seharusnya aku yang harus dia jaga. Karena hanya tinggal aku yang dia punya. Seharusnya, jiwa nasionalis Tegar tidak perlu dituangkan di militer. Aku pernah memberikan saran untuk melanjutkan saja ke universitas, dan mengambil jurusan Ilmu Sosial dan Politik.
Namun dia menakutiku dengan “Nanti, kalau Tegar terjun ke politik terus nyeleweng dari tanggung jawab abis itu kerjaannya korupsi uang negara gimana kak? Belum lagi kalau Tegar mangkir dari dinas dan milih buat liburan. Hm… atau Tegar terima uang suap dari atasan Tegar? Habis itu Tegar di penjara. Iihhh sereem~.” Dengan humor receh yang aku tahu asalnya dari ayah.
Biasanya, aku dan ibu langsung lari ke dapur untuk melanjutkan masak atau kembali menonton drama kesukaan kami, saat ayah dan Tegar sudah mengeluarkan guyonan mereka.
Lagi pula, sudah banyak sekali yang akan memasang badan untuk melindungi negara. Toh, tidak akan berdampak apa-apa kalau satu orang warga negaranya memilih untuk tidak ikut berkontribusi.
Saat itu, setelah kepergian ayah, bela sungkawa dari orang-orang hanya bertahan paling lama dua minggu. Berita-berita untuk mengenang jasa ayah di media pun bertahan paling lama satu bulan.
Dunia tetap berjalan seperti biasa disaat ada satu penumpangnya yang pergi.
Ternyata, hanya aku yang merasa dunia berhenti.
Ternyata, hanya aku yang takut bagaimana suara ayah mulai sukar didengar saat itu.
Ketakutanku semakin besar ketika Tegar, yang saat itu sedang dinas di Aceh, mengabariku kalau dia positif tumor.
“Kak… ini cuma tumor jinak. Gak akan mengarah ke kanker. Lusa aku ke Jakarta, nanti temenin Tegar ke rumah sakit ya kak.” Suaranya yang berusaha tidak membuatku khawatir, tapi aku tahu betul kalau si bungsu sangat ketakutan.
Bayang-bayang ibu yang sakitnya berawal dari tumor mulai menyerangku setelah telepon terputus. Kepercayaan diri dan bagaimana Tegar ahli dalam menenangkan orang lain didapatkan dari ibu. Ibu juga berkata kalau akan segara sembuh, dan semuanya akan baik-baik saja.
“Mana mungkin ibu ninggalin kakak sama Tegar… nanti kalau kakak mau makan cumi asam manis buatan ibu gimana? Ibu juga mau ngeliat Tegar berhasil jadi Sersan Mayor. Masih banyak yang mau ibu lakuin bareng kakak sama Tegar.” Ucap Ibu dua hari sebelum kematiannya.
Aku sudah muak dengan kalimat penenang.
Bagaiman bisa aku mencoba untuk tenang dan berpikir positif disaat pahlawan dan malaikatku dipanggil Tuhan lebih dulu, dan kini tumor sialan itu ada di tubuh Tegar.
Setelah telepon terputus, otakku memberikan sinyal kepada sendi-sendiku untuk melemaskan diri. Pikiranku kosong, dan itu kesempatan untuk memori-memori otakku untuk memutarkan kenangan manis menjadi menyedihkan.
Tidak mau kalah, rasa takut dan kemungkinan-kemungkinan buruk juga datang semakin besar yang didukung oleh pikiran-pikiran jelek, mereka bergantian untuk menyerang.
Sampai akhirnya sisa iman yang kumiliki menyadarkanku, dan aku mulai mengobrol dengan Tuhan. Mungkin, lebih tepatnya aku memaksa Tuhan untuk ikut mendengarkan obrolanku dengan diriku sendiri, yang ada Dia di dalamnya.
Tuhan…
Saat Tuhan memanggil ayah dulu, aku mencoba tegar dan melanjutkan hidupku kembali. Karena ayah akan memarahiku kalau aku menangis. Itu juga karena mendapatkan dukungan dari ibu dan Tegar.
Beberapa tahun setelah Engkau memanggil ayah, ternyata gilirannya Ibu. Mungkin ayah yang memohon kepada-Mu untuk memanggil ibu agar ayah tidak sendirian. Walaupun berpangkat Letnan Jendral, kalau tidak ada ibu, ayah suka sedih dan manja sekali saat bersama ibu.
Aku juga masih memilih untuk melanjutkan hidupku, karena masih ada Tegar yang sebisa mungkin harus aku jaga. Tegar menjadi satu-satunya alasanku untuk terus hidup, untuk terus menyusun mimpi yang saat ini pelan-pelan kuraih.
Entah sesayang dan sepercaya apa Engkau kepadaku, sampai terus-terusan Engkau beri cobaan. Kini, Engkau membuat Tegar sakit.
Tuhan…
Ibadahku belum sempurna,
Aku hanya mengingatmu ketika putus asa,
Permintaanku buru-buru ingin dikabulkan,
Dengan kata lain, aku bukan hamba-Mu yang taat.
Namun, jangan biarkan aku hidup di dunia ini seorang diri. Aku terlalu takut bahkan sudah ditahap benci dengan yang namanya kehilangan dan diditinggalkan.
Hukum aku dengan cara lain, tapi jangan dengan kepergian seseorang yang aku sayang sekaligus alasanku untuk terus tetap hidup.
Kepergian ayah dan ibu sudah cukup.
Jangan Tegar, Tuhan.
||-Sukmawati
4 notes
·
View notes
DESAIN BEBAS !! WA/CALL 0812-8388-0354 , Produsen Jersey Olahraga Melayani AKMIL TNI AL MEDA
KLIK https://crm.albapparelkediri.com/tanya-layanan/, olahraga jepang tts Untuk AKMIL TNI AU MAGELANG,baju olahraga tts Melayani AKMIL TNI AL MEDAN,jersey fashion Untuk AKADEMI KEPOLISIAN SURABAYA,fashion olahraga Melayani AKPOL MALANG,desain jersey lari Untuk AAL SEMARANG
DESAIN BEBAS
SUKA-SUKA KAMU
BANYAK PILIHAN MODEL KERAH
BAHAN KUALITAS PREMIUM
MELAYANI SELURUH INDONESIA DAN MANCA NEGARA
Tempat Buat Jersey Olahraga Bola dan Futsal Printing Melayani AKADEMI MILITER “ PT. ALB Apparel Indonesia “
Jl Warungin RT. 02 RW. 02
Dusun Kresek
Kecamatan Pesantren
Kota Kediri
( Dekat Pondok Kresek LDII )
Hubungi
FAHALA : 0812-1625-7234
INSTAGRAM = https://www.instagram.com/alb_apparel/
TIK-TOK = https://www.tiktok.com/@albapparel.marketing
FACEBOOK = https://www.facebook.com/albapparel.albapparel
0 notes
Pisah Sambut Pangdam II Sriwijaya
Pangdam II Sriwijaya berganti dari Mayjend TNI Hilman Hadi, S.I.P,.M.BA., M.HAN kepada Mayjend TNI Yanuar Adil, acara pisah sambut berlangsung di Griya Agung, Palembang pada, Rabu (23/08/2023) malam.
Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fahrizal Darminto, mewakili Gubernur Lampung Arinal Djunaidi turut menghadiri acara pisah sambut Pangdam II Sriwijaya tersebut.
Pisah sambut penuh haru tersebut dihadiri juga Gubernur Sumsel Herman Deru dan Forkompinda Se-Sumbagsel. Sekdaprov Fahrizal didampingi Kasat Pol PP Pemprov Lampung Drs. M. Zulkarnain.,SSos.,M.S.i.
Sebelumnya Pangdam II Sriwijaya yang baru telah dilaksanakan sertijab, oleh Kasad Jend. TNI Dudung Abdurahman. Jabatan sebelumnya Mayjend TNI Yanuar Adil adalah Danpussenkav TNI AD. Yanuar menggantikan Mayjen TNI Hilman Hadi sekarang bertugas sebagai Pa Sahli Tingkat III Kasad Bidang Komunikasi Sosial.
"Atas nama Pemerintah Provinsi Lampung, mengucapkan selamat bertugas kepada Pangdam yang baru semoga sukses dan senantiasa bersinergi bersama provinsi lampung dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketahanan di wilayah teritorial sumatera bagian selatan. Dan selamat bertugas ditempat yang baru, pada Bapak Mayjend TNI Hilman Hadi, S.I.P,.M.BA., M.HAN semoga senantiasa diberikan kemudahan, kekuatan dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa disetiap tugas pengabdian bagi bangsa dan negara," ujar Sekdaprov Fahrizal Darminto.
Melansir dari laman resmi TNI AD, Yanuar menjabat Pangdam II Sriwijaya sejak 17 Juli 2023. Adapun profil Mayjen TNI Yanuar Adil, antara lain, lahir di Bandung, 31 Januari 1967.
Perwira tinggi ini merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1988 dari kecabangan Kavaleri. Selain Akmil, juga mengenyam sejumah pendidikan militer lainnya seperti Sussarcab KAV (1988), Suslapa- I/Kav (1996), Diklapa- II/Kav (1998), Seskoad (2001), Sesko TNI (2013), serta Lemhannas (2018).
(Adpim)
Read the full article
0 notes
Penginapan nyaman di Magelang | Umah Karet Homestay
Rekomendasi homestay nyaman dan lengkap di tengah Kota Magelang🌤️🍃
1 menit dari Akademi Militer
5 menit dari Taman Kyai Langgeng
6 menit dari Alun - Alun Kota Magelang
8 menit dari SMA Taruna Nusantara
8 menit dari Armada Townsquare (ARTOS)
32 menit dari Candi Borobudur
Fasilitas lengkap ada 4 kamar tidur yang nyaman include dengan AC dan TV serta kamar mandi yang sudah dilengkapi peralatan mandi dan water heater di masing masing kamar, ruang tamu yang asik dan 2 ruang keluarga yang nyaman untuk bersantai dan berkumpul. Dapur kami sudah dilengkapi dengan peralatan memasak dari kompor, magicom, hingga kulkas. Tersedia juga balkon untuk bersantai, mesin cuci dan tempat jemur, serta 2 garasi mobil. Harganya sangat terjangkau, bisa menyewa per kamar atau satu rumah, baik untuk harian maupun bulanan.
📌 Jl. Sunan Kalijaga IV No 15 Kota Magelang (Maps: Umah Karet Homestay)
📞 Info Reservasi : 085228613543
Penginapan Magelang Murah, Homestay Magelang Kota, Guest House Magelang
1 note
·
View note