Tumgik
#alat makan
hafizhcatering · 6 months
Text
PUSAT 0813-3563-2234 WA, Sewa Alat Pesta Pernikahan Tenda Catering Malang
Tumblr media
PUSAT 0813-3563-2234 WA, Sewa Alat Pesta Pernikahan Tenda Catering Malang
Nikmati kemudahan merencanakan acara Anda dengan alat catering berkualitas tinggi kami! Hubungi kami sekarang di 0813-3563-2234 untuk sewa alat catering murah dan profesional.
Sukseskan acara Anda bersama layanan terbaik kami!
0 notes
ibnufir · 1 year
Text
Jangan-jangan diri kita, memang tidak pantas?
Sekarang aku jadi tau kenapa dulu aku gampang nyerah, gampang kalah, dan mudah gagal. 
Ternyata jawabanya sederhana, karena aku memang banyak engga siapnya. Aku banyak engga pantasnya.
Salah satu alasan kenapa jadi punya tubuh yang lamban dan mudah tumbang alias sakit. 
Karena ya kurang gerak, engga pernah olahraga. Engga jaga dan pilih makanan yang pantas diterima oleh tubuh. 
Salah satu alasan juga kenapa malas ketika bangun pagi dan memulai hari. Karena buat bangun subuh aja emang susah. 
Apalagi buat bisa datang lebih awal menuju masjid sebelum adzan berkumandang. 
Dari situ aja udah engga pantas. Udah kalah duluan. Dan memang jauh dari kata pantas buat jadi pemenang. 
Gimana mau pantas punya duit banyak, kalau ngelolanya aja engga pernah belajar. Berapapun dapetnya, pasti habis. 
Gimana mau pantas jadi pemecah masalah, menjadi pemberi solusi. Kalau ilmunya aja engga punya. 
Nihil pengalaman, engga pernah baca buku.
Jadi ya wajar, kalau gampang kalah kan. Karena memang daya tahan buat berjuangnya engga ada. 
Udah daya tahan berjuangnya engga ada. Alat perang buat melawannyapun engga punya. 
Ya modyarrrr bosss
Ternyata memantaskan diri itu memang penting. 
Dan buat bisa menjadi pantas dalam segala hal, awalnya memang perlu banyak yang disiapin.
Banyak yang bikin engga nyamannya. 
Biasa makan enak, lalu tiba-tiba ngatur pola makan. Ngurangin konsumsi gula, ngurangin konsumsi minyak. Beuh...susah bro. 
Biasa rebahan, lalu tiba-tiba diajak lari. Ya jelas ngosngosan. 
Biasa tidur sampe siang, lalu tiba-tiba diajak bangun sepertiga malam. Ya merem melek. 
Tapi sebenarnya beratnya itu hanya ketika memulainya aja. Berat di langkah pertamanya. 
Berbulan-bulan berikutnya sudah menjadi kebiasaan yang kalau engga dikerjaain, seperti kaya ada yang kurang. 
Rebahan jadi aneh, makan junk food kok ya jadi eman-eman.  
Jadi kalau diri kitanya engga siap, mau sehebat dan sebanyak apapun kesempatan, ya percuma. 
Dan untuk bisa mengambil kesempatan, diri kitanya harus siap lebih dulu. 
Jangan nunggu sakit dulu baru mau olahraga. Jangan nunggu boncos dulu baru mau belajar mengelola uang. 
Jangan nunggu sulit jalan dulu, baru mikirin gimana caranya berangkat ke masjid. 
Atau jangan-jangan, diri kita memang tidak pernah pantas?
—ibnufir
411 notes · View notes
aledisini · 2 months
Text
Growing from zero
Buat gue, "mulai dari 0" banget itu Juli 2023.
Pindah unit, to something that completely new for me. Something that I've never touched because I knew I had completely zero knowledge about that. Takut? Oh iya jelas. Bertubi-tubi ditambah gue waktu itu sendirian.
But I think I've managed to pass the hardest start.
After all, kita manusia, yang bertumbuh dari hari ke hari. Menjadi lebih baik dari hari kemarin, supaya tidak jadi orang yang merugi bukan?
My journey to push those boundaries tuh kayak jungkir balik dikocok-kocok. Tapi bikin gue sadar, for the very first time, gue merasa punya tim yang bisa diajak bicara dan diskusi. Gue tau kapabilitas dan pengetahuan gue itu ga sampe seujung kuku kemampuan mereka. But they willing to teach me, and tutor me wkwk. Ofc, bayangin aja gue liat kabel warna warni udah gatau itu apaan. Kabel weh pokona kan. Ini sama peer sama manager gua kalo gua diem bingung dijelasin, nama-nama nya dan terus buat apa. Kalo gue gatau tentang alat-alat kerja kantor gue yang super banyak itu, nanti tuh pas jalan makan siang bakal sengaja dilewatin buat nunjukin ke gue wujud nya kaya apa.
Being with them for the past year ngajarin gue, that it's okay not to know everything, there will always be time and opportunity to learn. They may not the perfect team that everyone had in mind, but those two are the best team I've ever had.
Walaupun ya gue tau, sekarang juga gue masih banyak gatau nya, masih banyak salah nya juga. At least I've tried, hehehe.
With this tumblr notes, I would like to thank myself first for surviving this far, and everyone who has accompanied me growing over the past year. Eak biar agak mellow sedikit kan.
Selamat menyambut hari esok, selamat menyeka khawatir, selamat menyembuhkan duka. Semoga selalu Allah iringi langkah kaki kita semua🤗
13 notes · View notes
ruang-bising · 1 year
Text
Sepenggal Tulisan Bising Diri Sendiri [ Bag. 2]
***
Bising, bising sekali omongan orang lain tentang keluargaku. Aku sudah bias, mana peduli mana yang hanya gosip. Ayah yang menafkahi kami dengan harta yang haram, ibu yang jarang dirumah, kami yang tercabik-cabik nama baiknya. Aku malu sekali. Aku hanya bisa berdo'a semoga suatu saat nanti mereka diberi hidayah oleh Tuhan.
Saat aku Kelas 3 SMA, Ayah jatuh sakit, parah sekali. Habis fasilitas yang kami punya, mulai dari rumah, transportasi, alat komunikasi. Mobilitas hidup kami benar benar hancur. Mungkin ini cara Tuhan membersihkan dosa masa lampau keluarga ini. Kakakku mengungsi di rumah kerabat, dekat dengan kampusnya. Aku terpaksa diasuh oleh yayasan tempatku bersekolah, aku yang setiap hari mencicipi masakan yang entah seperti apa rasanya. Tapi bagiku itu lebih enak kebanding memakan harta haram ayah.
Hampir setahun ayah sakit, akhirnya menemukan titik terang. Apa ayah bertaubat dari pekerjaannya? Tidak. Dan aku terpaksa masih betah diasuh yayasan lagi.
Satu bulan kemudian, pandemi menyerang. Itu tidak berpengaruh terhadap pekerjaan ayah. Aku berjanji tidak ingin lagi memakan harta haram. Aku kembali bertahan di asrama yang berukuran 3x5 m ini. Aku menghidupi mimpi-mimpiku sendiri sejak tahun itu. Masa kejayaan orang tua yang telah habis, kata orang. Aku menarik diri dari keramaian satu tahun itu, lebih dari puasa sosmed yang anak muda sekarang katakan. Aku harus segera menuntaskan perjuangan ini, hingga lulus bersekolah. Aku mengajar di surau seberang sekolah dan berdagang untuk sampingan.
"Nanti kalau udah lulus SMA, langsung kerja!!! Bales budi orang tua!!!" Ujar salah satu bibi dari ayah saat lebaran. Berat sekali bertemu keluarga besar ayah yang berpikiran kolot, dan setolol itu. seolah anak lahir, diasuh kedua orang tua berarti sama dengan berhutang. Bukankah itu kewajiban orang tua membesarkan anak? siapa pula yang menginginkan dilahirkan? "nasib tersial adalah dilahirkan" celoteh filsuf yunani seolah memenuhi kepalaku.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Aku bisa saja mengambil beasiswa prestasi di perkuliahan, berkat sertifikat lomba yang sering kujuarai. tapi reguler, yang berarti akan hidup dengan harta haram keluargaku lagi. Dan itu juga berarti aku harus hidup berdesakkan di kontrakkan petak, karena rumah ludes terjual. Akhirnya aku memilih jalan dengan mencoba berbagai beasiswa keagamaan, dan berakhir di asuh oleh salah satu yayasan pesantren terkemuka di kota ini. Seratus persen!!! Tentunya setelah mengikuti panjangnya seleksi. Persetan! Aku hanya ingin keluar dari lingkaran iblis ini.
Sesekali ibu menelponku dan ingin mengirimiku uang, tapi aku tak pernah mau lagi.
Berat sekali rasanya, kamu bisa membayangkan?
Memasuki tahun ke dua menjadi santri yayasan, Ayah mendapat hidayah, berhenti dari pekerjaannya, do'aku terkabul, terimakasih Tuhan. Ia berdagang, Ibu masih bergelut menjadi ART semenjak badai melanda keluarga kami. Pembersihan dosa, ujarku dalam hati.
Tahun kedua merupakan tahun terberatku di tempat ini, tuntutan dari yayasan semakin banyak, maklum, beasiswa seratus persen. "Kalian harus bener belajar di sini, setoran 2 lembar perhari, hadist juga, kitab pun jangan terlewat. Makanan yang hari ini kalian makan ga gratis, donatur, UMMAT yang membiayai kalian! Malu kalian kalau makan tapi gasampe target!!!" Bentak salah seorang ustadz kami. Semenjak itulah lidahku mati rasa memakan makanan yang di sungguhkan di sana.
Ajaib, aku berhasil lulus lebih cepat dari kalender pendidikan. Berbagai target di sana telah kucapai. Alhamdulillah. Aku bisa pulang ke rumah. Aku berjanji tidak ingin pulang sebelum pendidikan selesai di sana. Sisanya hanya persiapan mengabdi.
Liburan semester 4 dari total 6 semester, aku kembali ke rumah. Aku tersenyum melihat kontrakkan petakan. Tak apa, ujarku, Aku ikhlas, Tuhan. Kebanding menempati harta haram yang mendarah daging di setiap sudut tembok. Satu hal yang baru kusadari, ibu jarang di rumah, Terlibat hutang selepas badai keluarga kami.
Ayah? yang ayah lakukan hanyalah duduk di teras, tatkala di rumah, lebih sering makan dan tidur di rumah saudaranya yang kolot dan bodoh itu. aku dan kakakku (yang satu tahun kedepan akan menikah) terpaksa berkecimpung melunasi hutang mereka. kami menyisihkan uang dari keringat kami sendiri. Adikku? Adik kecilku bahkan masih kelas 2 SMP, ia masih terlalu lugu untuk memahami kondisi keluarga kami, yang ada dipikirannya mungkin masih bermain dan mencari jati diri.
Akhir semester 6, hutang mereka habis dan lunas, begitu pula tabunganku dan tabungan menikah kakak. Kakakku terpaksa menikah sederhana. habis sudah dream wedding dia, "gapapa, yang penting halal dulu." Ujarnya. Ya Tuhan, aku melihat wajah paling ikhlas di wajah kakakku. Bahkan aku menangis saat menuliskan ini.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Saat ini aku sudah bisa menabung diam-diam, aku ingin melanjutkan sekolah, aku juga ingin mempersiapkan masa depan. Tidak banyak, tapi aku ingin memulai rumah tangga lebih siap nantinya.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana. Aku ingin sekali saja tidur, nyenyak, tenang, tanpa memikirkan apa yang akan datang, hari esok, tuntutan. Tanpa memikirkan keluargaku yang begitu berkecamuk. Aku ingin sekali beranjak. Meninggalkan semua ini. Keluarga... yang membuat hidupku segetir seperti ini.
Kamu bisa bayangkan? Kontrakkan ini, tepatnya keluarga ini, bising sekali, sehingga aku tidak bisa mendengar diriku sendiri.
Aku hanya perlu terus berlayar, mengembara, jika besok pun kalian tidak lagi mendengar kabarku, mungkin aku tersesat di samudera atau di suatu pulau, atau bisa juga kapalku karam, sebab perjalanan ini kususuri sendiri.
*****
Satu jam aku menceritakan detail kejadian menyakitkan itu kepada seseorang yang kupanggil "umi". Pandanganku kosong, aku ingin menangis tapi tak memiliki tenaga. Sudah terkuras, aku tak memiliki kalimat sedih untuk menggambarkan itu semua.
Tiba tiba pelukan menghantamku. Umi memelukku sembari terharu.
"De, kamu sekarang udah umi anggap anak umi. Jangan pernah ngerasa sendiri ya de. Umi bangga sama kamu, kamu hebat."
Tangisku baru pecah. Saat aku menyadari bahwa ada orang lain, bukan dari keluargaku, yang memiliki sebongkah hati sehangat itu. Aku tak lagi mampu menahan hebatnya kesedihanku. Aku tak mampu lagi membohongi perasaan sedihku. Aku menangis. Aku benar-benar merasa ditemani. Kebisingan ini sedikit mereda. Penerimaan. Kepercayaan diri yang lama hilang seolah hadir kembali. Kekhawatiranku, mereda. Aku menangis. Aku merasa lemah ketika menangis, tapi bolehkah aku menangis kali ini saja? Karena besok aku harus kembali berjuang untuk mimpi-mimpi, aku harus kembali berlayar, aku tak boleh berhenti sekarang.
44 notes · View notes
yonarida · 3 months
Text
Sadar Penuh / Mindfulness
Ciri Khas Orang yang Menerapkan Mindfulness Orang yang menerapkan mindfulness dalam kehidupan mereka cenderung menunjukkan beberapa ciri khas yang mencerminkan kesadaran dan perhatian penuh terhadap pengalaman saat ini. Beberapa ciri orang yang mindful:
1. Kehadiran di Saat Ini
Mereka fokus pada apa yang terjadi saat ini, bukan pada masa lalu atau masa depan.
Mereka cenderung lebih terlibat dalam aktivitas yang sedang dilakukan, baik itu bekerja, berbicara dengan orang lain, atau menikmati waktu sendiri.
2. Kesadaran Diri yang Tinggi
Mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pikiran, emosi, dan reaksi mereka.
Mereka mampu mengenali perasaan dan pikiran tanpa terjebak dalam reaktivitas yang berlebihan.
3. Tidak Menghakimi
Mereka menerima pengalaman dan keadaan diri sendiri tanpa menghakimi.
4. Responsif, Bukan Reaktif
Mereka mampu merespons situasi dengan tenang dan bijaksana daripada bereaksi secara impulsif.
Mereka cenderung lebih sabar dan tenang dalam menghadapi stres atau konflik.
5. Kemampuan Fokus yang Baik
Mereka memiliki kemampuan untuk fokus pada satu hal pada satu waktu, mengurangi gangguan dan meningkatkan produktivitas.
Mereka cenderung lebih konsentrasi dalam tugas-tugas mereka.
6. Empati dan Keterbukaan
Mereka lebih empatik dan mampu mendengarkan dengan penuh perhatian kepada orang lain.
Mereka lebih terbuka terhadap perspektif dan pengalaman orang lain.
7. Kesadaran Tubuh
Mereka lebih sadar akan sinyal-sinyal dari tubuh mereka, seperti rasa sakit, ketegangan, atau kenyamanan.
Mereka cenderung lebih memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan fisik mereka.
8. Pengelolaan Stres yang Baik
Mereka memiliki kemampuan untuk mengelola stres dengan lebih baik melalui teknik-teknik mindfulness seperti meditasi atau pernapasan.
Mereka cenderung lebih tenang dan stabil dalam menghadapi tekanan.
9. Keseimbangan Emosional
Mereka memiliki keseimbangan emosional yang lebih baik dan tidak mudah terombang-ambing oleh emosi negatif.
Mereka lebih mampu menghadapi emosi negatif dengan cara yang sehat dan konstruktif.
10. Kebahagiaan dan Kepuasan Hidup
Mereka cenderung merasa lebih bahagia dan puas dengan hidup mereka.
Mereka menikmati momen-momen kecil dan sederhana dalam hidup dengan lebih penuh.
Orang yang mindful biasanya menunjukkan kombinasi dari ciri-ciri di atas, yang mencerminkan sikap hidup yang lebih sadar, tenang, dan seimbang.
Praktik Mindfulness Beberapa cara untuk mempraktikkan mindfulness:
Meditasi Mindfulness: Duduk diam dan fokus pada napas atau sensasi tubuh.
Body Scan: Memindai tubuh secara sistematis dari ujung kaki hingga kepala, memperhatikan sensasi yang ada.
Mindful Eating: Makan dengan penuh kesadaran, menikmati setiap gigitan dan memperhatikan rasa, tekstur, dan aroma makanan.
Mindful Walking: Berjalan dengan penuh kesadaran, memperhatikan setiap langkah dan sensasi di tubuh.
Mindfulness dapat dipraktikkan oleh siapa saja, di mana saja, dan tidak memerlukan peralatan khusus. Ini adalah alat yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan lebih lanjut mengenai praktik mindfulness:
1. Perhatikan Napas Anda
Luangkan beberapa menit setiap hari untuk fokus pada napas Anda.
Duduk atau berdiri dengan nyaman, lalu tarik napas dalam-dalam, dan hembuskan perlahan.
Perhatikan sensasi udara masuk dan keluar dari tubuh Anda.
2. Mindful Eating
Saat makan, fokus pada setiap gigitan.
Nikmati rasa, tekstur, dan aroma makanan Anda.
Hindari gangguan seperti TV atau ponsel selama makan.
3. Mindful Walking
Saat berjalan, perhatikan setiap langkah yang Anda ambil.
Rasakan kontak kaki dengan tanah dan gerakan tubuh Anda.
Lakukan ini selama berjalan-jalan singkat atau bahkan saat berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
4. Mindful Listening
Saat berbicara dengan seseorang, beri mereka perhatian penuh.
Dengarkan tanpa menghakimi atau merencanakan respon Anda.
Perhatikan nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh mereka.
5. Mengamati Pikiran dan Perasaan
Sediakan waktu setiap hari untuk mengamati pikiran dan perasaan Anda tanpa menghakimi.
Jika pikiran negatif muncul, sadari mereka tanpa membiarkannya menguasai Anda.
6. Body Scan
Luangkan beberapa menit sebelum tidur atau kapan saja untuk melakukan body scan.
Mulai dari ujung kaki, rasakan setiap bagian tubuh Anda secara perlahan hingga ke kepala.
Perhatikan sensasi seperti ketegangan atau relaksasi di setiap bagian tubuh.
7. Rutinitas Harian dengan Mindfulness
Lakukan aktivitas harian seperti mandi, mencuci piring, atau menyapu dengan penuh kesadaran.
Fokus pada sensasi fisik dan pengalaman saat melakukannya.
8. Mindfulness di Tempat Kerja
Saat bekerja, berikan perhatian penuh pada tugas yang ada di depan Anda.
Ambil istirahat singkat untuk bernafas dan meregangkan tubuh.
Perhatikan bagaimana Anda duduk dan berdiri, serta interaksi dengan rekan kerja.
9. Mengatur Waktu untuk Meditasi
Luangkan waktu beberapa menit setiap hari untuk meditasi mindfulness.
Duduk dalam posisi nyaman, tutup mata, dan fokus pada napas atau "mantra" sederhana.
10. Menggunakan Aplikasi atau Sumber Daya Online
Ada banyak aplikasi dan sumber daya online yang menawarkan panduan meditasi dan latihan mindfulness.
Beberapa aplikasi populer termasuk Headspace, Calm, dan Insight Timer.
Dengan mengintegrasikan praktik-praktik mindfulness ini ke dalam rutinitas harian, kita dapat meningkatkan kesadaran diri, mengurangi stres, dan menikmati momen-momen kecil dalam hidup dengan lebih penuh.
7 notes · View notes
senantiyasa · 4 months
Text
aku ingin menjadi rumah
aku ingin menjadi rumah. bagi diriku yang tidak sempurna (sebagaimana manusia lainnya) ini. aku ingin menjadi rumah, bagi baiknya diri yang sedang kuusahakan. aku ingin menjadi rumah, bagi buruknya diri yang sedang kuupayakan untuk tersisihkan. aku ingin menjadi rumah yang aman dan nyaman untuk diriku sendiri.
di rumahku, aku bisa memeluk segala yang ada pada diriku. berhasil-berhasilnya, juga gagal-gagalnya. di rumahku, aku bisa duduk dengan tenang dan tidak terburu-buru ke sana kemari. di rumahku, meskipun aku tahu tidak selalu aku punya waktu, aku bisa berbaring dengan ringan.
rumahku tidak akan besar. ukurannya kecil saja, perabotannya pun belum lengkap. pelan-pelan jumlahnya akan bertambah, tapi kalau hilang suatu saat nanti pun tidak masalah. ada tanaman-tanaman yang tanahnya rajin kusirami dengan air. ada sayur-sayuran yang butuh tenaga untuk merawatnya, tapi menjadi asupan harian yang sehat. tidak harus ada kucing karena aku tidak begitu suka hewan itu.
di rumahku, tenangnya menjelma hangat. di rumahku, riuhnya menjelma gembira. di rumahku, semua perasaan dirayakan. bahagia disambut dengan tangan terbuka, begitu pula sedih yang terkadang datang meminta secangkir teh tanpa gula. kecewa juga sesekali tiba, setelahnya giliran penerimaan yang berkeliling ruang keluarga.
aku ingin menjadi rumah.
suatu saat nanti, mungkin ada rumah lain yang bersedia kudatangi. makin lama, rumah itu mungkin berkenan kutambahi dekorasinya. pemilik rumah lain itu mungkin bersedia juga bila aku sering berkunjung dan memasakkannya sup makaroni jamur. sebaliknya, suatu saat nanti, mungkin rumahku bersedia didatangi pemilik rumah lain. makin lama, rumahku bertambah satu set alat makan dan alat mandinya. aku mungkin berkenan pula pemilik rumah itu sering bermain dan membaca di teras rumahku.
mungkin waktu itu akan tiba. tapi, selagi penghuni rumahku masih satu-satunya adalah aku, aku mau menikmati setiap inci rumahku. mengenali setiap sudutnya. menjaga dan merawat setiap permukaannya dengan hati.
aku ingin menjadi rumah untuk diriku sendiri. yang aman, nyaman, walau harus repot setiap saat kurawat dengan hati.
senantiyasa, 2024.
17 notes · View notes
palupiyuliyani · 6 months
Text
Jangan tutup mata atas perjuangan suamimu
Beberapa pekan ini qodarullah HP suami rusak dan posisi kami masih LDR.
Dan selama hampir sebulan terakhir ini kami sangat jarang berkomunikasi karena hal itu.
Jujur aku merasa kesepian, ada rasa sedih, dan tanpa komunikasi tentu saja rasa rindu jadi makin berlipat-lipat.
Di tengah berbagai perasaan menyebalkan yang berkecamuk di hati, yang juga berefek pada mood dan semangatku sehari-hari. Aku berusaha tetap tenang, tidak dramatis atau membesar-besarkan masalah.
Aku benar-benar sangat berusaha kuat sendiri. Tidak mengeluh di status, tidak di keluarga, apalagi di teman. Tetapi tidak juga menghindari perasaan-perasaan negatif yang berkecamuk, hanya memilih tempat dan waktu yang tepat untuk melepaskanya. Kadang aku menangis sedu biasa, sesekali menangis terisak saking lelahnya dengan keadaan, kadang aku membiarkan diriku tidur dan bermalas-malasan seharian di rumah. Aku tahu aku hanya butuh waktu, dan aku tahu berbagai ekspresi perasaan itu memang harus dikeluarkan agar bisa tetap "waras" dan segera lega.
Setelah lega, aku bisa kembali menjalani hari dengan biasa saja. Bisa kembali menyimpan rindu dalam diam dan ketenangan.
Beberapa hari terakhir suami menghubungiku dengan nomor temannya, beberapa kali mengirim foto-foto dokumentasi laporan agar bisa kusimpan. Bukan foto PAP spesial, benar-benar hanya foto dokumentasi kegiatan.
Kulihat badannya agak kurus, kulitnya semakin gelap, rambutnya sudah lebih panjang, nampak tak terurus karena memang sedan di pedalaman.
Ah, tidak tega rasanya. Mbrebes mili, melihat bagaimana perjuangannya disana. Aku hanya kesepian, tetapi segala fasilitas dia penuhi. Aku bisa makan, ada internet, TV, motor, dsb.
Bagaimana mungkin aku merengek dan mengeluh ditengah perjuangannya itu. :")
Kulihat lagi ada foto-foto dia bekerja memasang alat-alat kelistrikan, membantu tukang memperbaiki alat entah apa namanya sambil tersenyum, dia terlihat menikmati pekerjaannya. Sedikit menenangkanku.
Semoga Allah mengganti semua kebaikanmu dengan pahala berlimpah.
Lagi-lagi, episode LDR kali ini aku belajar sesuatu.
"Semoga Allah memudahkan rezeki pada suami yang sedang berjuang untuk keluarga, semoga Allah menjaganya dalam ketaatan, melindunginya dalam setiap aktifitas."
Merauke, 2 April 2024
H-8 lebaran, berusaha biasa saja di tengah siksaan rindu
14 notes · View notes
berwarnabiru · 5 months
Text
Mungkin ini halu, tapi ... Di tahun 2020, aku pernah bermimpi — bunga tidur — kalau seseorang yang aku kenal mengantarku ke stasiun dengan motornya. Kemudian di perjalanan, aku menanyakan sesuatu tentang bank. Yang mana saat itu, di dalam mimpi, aku khawatir soal uang kuliah tunggal yang belum dibayar.
Aku menceritakannya kepada rekanku di sebuah obrolan online, dan seperti biasa mereka hanya mengompori.
"Nggak, aku nggak dekat kok sama dia," dalihku.
"Ya siapa tau loh jadi kenyataan."
Aku mencoba menganalisisnya. Mungkin aku bermimpi demikian karena aku pernah minta tolong untuk mencetak gambar-gambar alat praktikum, sedangkan saat itu aku tidak bisa keluar dari asrama secara bebas karena kondisi pandemi yang sedang merebak. Dan mungkin faktor-faktor lain, seperti satu organisasi, satu kelompok diklat, dan salah satu temanku yang curhat kalau dia suka dengan laki-laki ini.
Tapi aku sendiri tidak pernah diantarnya ke manapun. Bahkan dulu aku selalu menolaknya jika dia kebetulan berpapasan denganku di jalan. Dia dengan motornya, dan aku berjalan kaki.
Waktu berlalu. Ya hubungan kami sebatas teman kuliah saja. Dia orang baik yang membantuku mengambil data skripsi — tentu saja bersama teman-teman yang lain, dan meminjamiku mikroskop. Dia datang saat aku ujian skripsi, dan ... tidak ada yang benar-benar spesial sebenarnya. Bahkan saat aku membawakan sekotak kroket dari rumah untuk kontrakan yang ia tinggali bersama beberapa teman yang lain, aku hanya berbaik hati.
Waktu berlalu, aku merasakan patah hati dan jatuh cinta, juga berbagai perasaan tertarik kepada lawan jenis yang lainnya.
Waktu berlalu, dia orang baik yang akan baik kepada siapa saja. Bahkan beberapa orang menjadi korban kebaikannya, alias jatuh cinta padanya. Sejauh ini, aku mengenal 3 orang yang sempat kepincut dengan kebaikan hatinya.
Bahkan teman karibku, yang pada akhirnya mengungkapkan perasaannya melalui surat yang ia selipkan melalui hadiah untuk ujian skripsinya — yang temanku titipkan melaluiku karena ia sudah bekerja di luar kota, pernah denial kalau ia adalah salah satu perempuan yang dibuat jatuh hati dengan kebaikan hati laki-laki ini.
"Ya, he's just being himself," katanya, mengkritisi perempuan lain yang juga dibuat jatuh hati.
He's just being himself.
Namun hari ini, setelah 4 tahun berlalu, bunga tidur itu menjadi sebuah skenario yang aku alami sendiri di kenyataan.
Hari ini, aku kembali mengunjungi kota tempatku berkuliah, hanya untuk mengambil buku yang dititpkan kepada laki-laki ini. Bukan buku TOEFL ya.
Karena sudah lama tidak mengunjungi warung makan yang sempat menjadi warung favorit di tahun terakhir kuliah, aku pun mengusulkan untuk mengajaknya makan siang di sana.
He agreed.
Dalam acara makan siang yang biasa-biasa saja itu, dia bertanya,
"Ke sini cuma mau ambil buku?"
"Iya," jawabku. Dia sedikit tertawa. "Oiya, nanti tolong antar ke kampus ya, mau nitip satu buku buat dosen."
"Sabtu emang buka?"
"Ya, dititip ke pos satpam."
"Oh oke," sahutnya. "Nggak mau sekalian aja aku antar ke stasiun?"
"Boleh." Ehekkk ditawarin duluan. "Tapi aku nggak bawa helm."
"Ya nanti aku ambil di kos dulu," ucapnya.
"Sebenarnya aku mau ke Mall juga, ada semacam bazaar buku di sana. Cuma karena udah dari lama, aku takut kecewa kalau buku-bukunya udah habis."
Kami makan, membicarakan cuaca yang panas, ke kasir, kemudian ke kosnya untuk mengambil helm. Setelahnya ia mengantarku ke kampus untuk menitip buku ke pos satpam.
Di perjalanan menuju stasiun, dia bertanya,
"Nggak mau ke Mall sekalian?" tanyanya.
"Hmmm ... gimana ya. Emang kamu mau nemenin?" aku balik bertanya.
"Nggak papa," jawabnya. "Lihat-lihat aja dulu bukunya."
"Oke deh, boleh. Ke Mall dulu." sahutku.
Di perempatan lampu merah, aku teringat sesuatu. Aku tidak membawa cukup uang cash jika nanti kepincut beli buku. "Eh, di Mall ada ATM gallery nggak?"
"Ada kayanya. Bank-nya apa?" Aku menyebut salah satu bank dan ia meyakinkanku bahwa ATM-nya pasti mudah ditemui di manapun. If you know, you know.
Kami sampai di Mall, menuju lantai 1, dan mengunjungi bazaar buku. Di sana tidak lama. Setelah aku mendapatkan dua buku, aku pun menyudahi kunjungan itu.
"Ada yang kamu mau beli nggak?" tanyaku.
"Enggak," jawabnya. Dia ternyata memang tidak begitu menyukai buku.
Ke tempat parkir, keluar Mall, dan menuju stasiun.
Sesampainya di stasiun, ia mengungkapkan perasaannya mengajak salaman untuk mengucapkan minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin.
Aku mengganti salaman dengan fist bump, kemudian menangkupkan tanganku. Minal adizin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin ya.
"Aku sekalian pamit ya," kataku. "Sukses selalu!"
Dan begitulah hari berakhir di depan stasiun.
Aku mengatakan pada diriku, ini bukan saatnya mengorbankan seseorang sebagai target move on. Aku banyak belajar.
He's just being himself. Semua yang dia lakukan adalah bare minimum, bukan sesuatu yang spesial.
Everything will be fine. We're not interact that much. It's impossible for us to develop advanced feelings.
Aku pun mengatakan pada diriku,
"Dear, jangan jatuh cinta pada orang yang mengantarmu ke stasiun."
8 notes · View notes
nuritawa · 7 months
Text
Akhir-akhir ini aku menyelesaikan bacaan dari buku terbaru Mba Urfa Qurrota Ainy, perihal menghadapi duka ditinggal kepergian orang tua. Awalnya aku seperti merasa punya trust issue soal kematian, perasaan tidak ingin membuka memori lama karena aku berpikir sudah saatnya berjalan lebih jauh.
Aku merasa sudah sembuh.
Tapi yang terjadi setelah melewati lembar demi lembar malah membawa ku pada cerita masa lalu yang masih hangat dalam ingatan. Hampir dua tahun ibu berpulang tapi kejadian itu terlihat begitu jelas dalam benak kepala ku.
Bukan salah dari buku ini, tetapi seperti inilah perasaan berduka yang kupahami. Kejadian itu tidak akan pernah lupa sampai kapan pun, akan menjadi pengalaman duka yang kadang sulit aku pahami, apakah aku benar-benar selesai dengan perasaan ini, atau tidak?
Yang jelas luka itu memudar seiring berjalannya waktu. Membawa pandangan ku terhadap kematian berubah, dan tentu saja rasa dukanya berubah rasa tak sesakit sejak awal kepergian beliau.
Hari ini adalah tahun ke tiga ramadhan tanpa ibu. Ada perasaan kosong, hilang, sepi, sunyi bahkan perasaan berjarak yang begitu jauh dengan pertemuan. Anehnya meski digempur dengan perasaan yang cukup familiar dari tahun sebelumnya, aku belum menangis sama sekali. Tidak ada reaksi yang menandakan aku sedih menghadapi kenyataan ini. Padahal postingan soal sepinya ramadhan tanpa ibu berseliweran disemua beranda akun sosmed ku.
Bahkan anehnya saat ziarah kubur, aku hanya memandang gundukan tanah itu tanpa ada perasaan mendayu-dayu cemas, ketakutan, atau perasaan khawatir yang sempat ku rasakan dulu. Dan sampai pada malam ke dua ramadhan ini, belum ada satu tetes air mata ku yang jatuh untuk menggambarkan sepinya ramadahan ini tanpa beliau. Kadang aku berpikir, apakah aku sudah sepenuhnya sembuh dari luka berduka? atau apa mungkin sebenarnya aku sudah mati rasa? meninggalkan cerita dimasa lalu karena terbiasa tanpa adanya beliau?
Mungkin aku sudah cukup selesai pada semua emosi berduka. Aku melihat bahwa perjalanan ini sudah saatnya dimulai dengan melihat banyak hikmah dari segala kehidupan yang ibu berikan padaku.
Karena entah kenapa, aku seolah melihat ibu dijalan-jalan kampung, disudut rumahku, di dapur sederhana kami, di berbagai surau dekat rumah, dari berbagai alat masak atau alat makan, sederhananya rasa masakan, bahkan dari sisa alat sholat beliau yang tetap ku pertahankan sampai saat ini. Aku melihat beliau dalam bentuk pengajaran, ilmu, dan kasih sayang.
Mumpung Tuhan masih memberi ku ingatan pada setiap perjalanan bersama Ibu, selama ramadhan ini aku ingin mengabadikannya dalam tulisan. Kadangkala, pikiran ku tidak muat untuk memikirkan betapa luar biasa pengajaran beliau dalam merawatku selama ini.
semoga cerita sederhana ini bisa menjadi tabungan memori, sekaligus perjalanan healing terapi menerima perjalanan duka. Dan semoga, jika ada kebaikan didalamnya bisa menjadi amal jariyah yang panjang untuk beliau.
ps. ya, sebenarnya aku tidak bisa berjanji akan selalu tepat menulis cerita-cerita ini, tapi aku akan usahakan sebaik mungkin. Ohya, ternyata aku menangis juga ketika menulis ini. memang benar, aku perlu mengenal diriku lebih dalam lagi.
Banyuwangi, 12 Maret 2024 | nuritawa
8 notes · View notes
ramadaeosurabaya · 15 days
Text
Tumblr media Tumblr media
"Transformasikan Acara Anda dengan RAMADA EO"
Jasa event meeting adalah layanan profesional yang mengkhususkan diri dalam merancang, mengelola, dan menyelenggarakan pertemuan atau rapat bisnis dengan efisien. Layanan ini biasanya mencakup berbagai aspek, mulai dari perencanaan awal hingga pelaksanaan acara, termasuk pemilihan lokasi, penyediaan peralatan teknis seperti proyektor dan sistem suara, manajemen logistik, hingga kebutuhan katering.
Fokus dari jasa ini adalah memastikan bahwa semua aspek pertemuan berjalan lancar, sehingga peserta dapat fokus pada diskusi dan keputusan penting tanpa harus khawatir tentang detail teknis atau operasional. Beberapa elemen yang sering disediakan dalam jasa event meeting meliputi:
Pemilihan dan Penyewaan Venue: Memilih lokasi yang strategis dan sesuai dengan kebutuhan klien, baik itu ruang konferensi di hotel, gedung kantor, atau ruang pertemuan khusus.
Penyediaan Peralatan Teknis: Termasuk penyewaan alat presentasi, sistem suara, video conference, hingga perlengkapan lain yang diperlukan untuk mendukung jalannya meeting.
Pengelolaan Logistik dan Akomodasi: Mengatur kebutuhan transportasi dan akomodasi bagi peserta, terutama jika meeting melibatkan peserta dari berbagai kota atau negara.
Katering: Menyediakan layanan makanan dan minuman selama acara berlangsung, mulai dari coffee break hingga makan siang atau makan malam.
Manajemen Waktu dan Agenda: Membantu dalam penyusunan agenda rapat dan memastikan acara berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan jasa event meeting, perusahaan dapat lebih mudah mengatur pertemuan penting dengan efisien dan profesional, mengurangi risiko terjadinya masalah teknis atau logistik yang dapat mengganggu jalannya acara.
call : 0811-272-825
Location : Gunung Anyar Tambak IV N0.50 Surabaya
3 notes · View notes
hafizhcatering · 6 months
Text
PUSAT 0813-3563-2234 WA, Sewa Alat Pesta Pernikahan Tenda Catering Surabaya
Tumblr media
PUSAT 0813-3563-2234 WA, Sewa Alat Pesta Pernikahan Tenda Catering Surabaya
Nikmati kemudahan merencanakan acara Anda dengan alat catering berkualitas tinggi kami! Hubungi kami sekarang di 0813-3563-2234 untuk sewa alat catering murah dan profesional.
Sukseskan acara Anda bersama layanan terbaik kami!
0 notes
maitsafatharani · 1 year
Text
The First, a Letter to the Dearest You
Nak, nggak terasa waktu semakin dekat.
Sekarang usiamu sudah menjelang 35 minggu ada di rahim ummi. Tanpa sadar, kenangan berminggu-minggu lalu kembali berputar.
Bulan pertama, Allah belum hadirkan kamu. Abi dan ummi sama-sama mencoba menerima. Introspeksi dulu, mungkin Allah belum titipkan kamu, karena banyak hal yg harus abi dan ummi benahi sebelum hadirnya kamu.
Bulan kedua, setelah terlambat siklus bulanan selama berhari-hari, ummi memberanikan diri untuk mengecek. Siklus yang terbiasa mundur beberapa hari membuat ummi tidak langsung terburu membeli alat tes. Ummi menunggu sampai siklus itu benar-benar terlambat. Dan ternyata, Allah mengabulkan doa kami saat itu, positif. Kamu ada, sudah Allah titipkan, walau ummi belum bisa sepenuhnya merasakan adanya kamu.
Alhamdulillah, selama mengandungmu, Allah banyak berikan kemudahan Nak. Ummi nggak merasakan mual muntah yang parah, nafsu makan tetap normal, emosi pun masih terbilang stabil walau kadang sesekali ummi merasa sedikit sensitif. Perkembanganmu di rahim ummi pun baik. Setiap pemeriksaan, selalu ada kabar yg melegakan hati Abi dan Ummi. Kamu tumbuh dengan baik, terimakasih ya Nak.
Hari ini, kurang lebih satu bulan lagi dari hari kelahiranmu.
Senang sekali akhirnya dekat waktu perjumpaan kita, Nak. Meski Ummi tak lepas rasa khawatir, tentang diri ummi sendiri yang masih perlu banyak belajar ke depan. Ummi sering merasa kuatir, tidak bisa memenuhi hakmu, tidak bisa menjadi teladan yg baik, dan banyak lagi.
Tapi Nak, nggak apa ya, kita sama-sama belajar? Kita belajar bareng. Ummi belajar menjadi ibu, abi belajar menjadi ayah, dan kamu belajar menjadi seorang anak.
Nak, begitu banyak harapan, doa-doa baik yg kami panjatkan untuk kamu. Namun terlepas dari semua itu, yg paling kami harapkan adalah kamu tumbuh menjadi seorang perempuan yg sholihah, sehat. Sampai nanti ummi dan abi nggak bisa lagi membersamai, kamu punya bekal yg cukup untuk menjalani hidupmu sendiri.
Nak, semoga abi dan ummi juga bisa menjadi orangtua yg sholih. Yg bisa menjadi teladan buat kamu. Memperkenalkanmu dengan Allah dan segala kasih sayang-Nya. Menjadi rumah tempat kamu pulang. Menjadi tempat yg nyaman untuk kamu menjadi dirimu sendiri.
Semoga, abi dan ummi selalu ingat, dan memanfaatkan waktu-waktu terbaik bersamamu di kehidupan awalmu untuk memberikanmu sebaik-baik bekal. Supaya kamu menjadi perempuan yg sholihah. Baik budi pekerti, baik ibadah, baik dalam amal, dan selalu memperbaiki diri.
Warmest hug,
Ummi.
NB: ditulis pada 6 April 2023
48 notes · View notes
lamyaasfaraini · 5 months
Text
Morning routine~
Tumblr media
Kalo di rumah uber udah jadi rutinitas pagi lah yaa ngetreadmill, tapi ttp 2 hari sekali aja deh kek biasa karena terakhir hari senin jadi hari rabu ini jadwalnya lari dan InsyaAllah nanti lanjut jumat.
Nemo masih sakit, pagi2 jg udah muntah lg kepancing dr batuknya. Lemes gamau makan apa2, maunya goleran tidur, khawatir bgt kaaaaan huhuuuuu. Minum susu dikit bgt pula. Maunya tidur di sofa sambil nonton tv ketiduran. Ibu sambil lari kalo gt yah..
Tumblr media
Udah lama ngga 7k dari sejak bulan puasa, mentok di 6k. Wlpn tadi dah bosen yaudah gpp nambah 1k lg eeh berhasil jg indoor run sampe 7k, baru pertama kali nih haha. Pace jg kek biasa di 7 aja cukup, ngga ngos2an HR msh sama aman ko avg 149 ya pokonyamah alhamdulillah nakeun easy run tanpa beban. Pegel di tulang kiri deket selangkangan jg ngga, soalnya senin pegel cuy sampe minta dipijetin sama suami tp alhamdulillah besoknya dah normal lg..
Jadi pgn outdoor run, tp kudu balik dulu ke rumah krn ngga bawa alat tempurnya nih. Alhamdulillah jadwal lari teratur lg 2 hari sekali, soalnya kalo skip terus nanti "lupa form" kata mama runner mah dahlah mama runner mah keknya tiap hari olahraga, ngga tanggung2 HM trail running ke dataran tinggi, dah next level jam terbangnya jg.
Oiya kemarin ica bestie runnerku dan mama runner ktemu di event LebaRUN yumaju x asics yg wkt itu mama runner ngajakin aku tp kan yaa mudik oguttt. Trus mreka berdua foto bareng hahaha. Kata mama runner "hayu nih mama nemo belom ikut event ah" wkwkwk iyaa mam santuy, kadang belom pede nih. Event hotel elroyale running 7k aja yg di share ica bestie aku ngga daftar2 huft kata ica kabarin kalo mau daftar laaah akunya kaga daftar2 maaf ya caa, kawanmu ini belom pede dan banyak pertimbangan huhu.. Mudah2an suatu saat nanti ada waktunya ikut event yaa penasaran aja vibenya sama pgn punya atuh medali kek org2 wkwk, ngga ambis jg sik..
4 notes · View notes
hongibi · 3 months
Text
Manifesto 18 September
Di satu sore yang murung, yang senjanya berwarna merah, bukan oranye. Seorang bapak tua sedang duduk di beranda sambil membaca warta berita. Saking serunya membaca warta, huruf-hurufnya ngos-ngosan kelelahan. Dia sedang seru membacakan berita-berita hari ini. 
Bapak tua itu tinggal di tengah hutan. Hutan yang kaya, flora fauna bermacaman. Duit tak ada harganya di sana. Butuh apa, mau apa, cari apa, semua tersedia. Namun sayang, sebab begitu kaya, hutannya didatangi modal-modal dari luar pulau. Hidupnya sudah tidak tenteram seperti saat modal-modal itu belum berdatangan. Mereka datang sepaket dengan serdadu yang berwajah garang. Bapak tua bingung, “Kalau niat baik, kenapa harus datang dengan seperangkat alat perang?” 
Hobinya memang membaca, terutama setelah datangnya modal-modal dari luar pulau. Tiap hari selalu membaca warta, “Ada berita apa hari ini?” pikirnya tiap melihat warta yang selalu dikirim burung cendrawasih pada waktu pagi. Di sana berita perampasan lahan, di sana lagi tembak-tembakan sampai renggut nyawa, di mana lagi berita kurang gizi, di mana lagi pembabatan hutan. “Setelah kedatangan modal-modal itu, kenapa di tanah ini beritanya selalu berita duka? Apa tanah ini tak berhak bahagia?” tanyanya dalam hati. Bapak tua khawatir, ia takut tempat tinggalnya akan dirampas, tanah ulayat yang sudah dijaga selama ribuan tahun secara turun temurun diambil paksa oleh kekuatan kapital. 
“Mau makan apa saya? Mau tinggal di mana? Di sini semuanya ada, saya tidak akan bisa hidup kalau tidak di sini. Ini tanah air saya, tanah nenek moyang, saya mau tetap di sini sampai Tuhan datang.” renung bapak tua dalam sekali. Air matanya hampir jatuh, air mata yang warnanya emas. Konon katanya, air mata emasnya disebabkan karena tanah tempat si bapak tua tinggal penuh sekali dengan emas, air yang ia minum dari tanah itu mengandung emas, maka dari itu air matanya jadi berwarna emas. 
Suatu waktu, bapak tua heran, kenapa hari itu tidak ada warta yang tergeletak di beranda rumahnya. Burung cendrawasih yang biasa kirim warta waktu pagi entah ke mana, “Mungkin sedang cuti, sedang mudik ke kampung.” pikir bapak tua. Berhari-hari, berminggu-minggu, ditunggunya burung cendrawasih itu, namun tak kunjung nampak si pembawa warta tersebut. Untuk memutus rasa penasaran, bergegas ia menuju agen warta berita yang berada di distrik sebelah. Berjalan kaki ia melewati pohon-pohon besar dan sungai-sungai yang arusnya tenang, sungguh indah tempat ia tinggal. Sesampainya ia di distrik sebelah, ia sungguh kaget, distrik itu sudah porak poranda, penghuninya kabur masuk ke hutan belantara, takut dikejar-kejar oleh serdadu berwajah garang. Semakin terkejutnya ia ketika melihat agen warta berita yang selalu mengiriminya warta sudah hangus oleh api, agen itu nampak diamuk api sampai jadi abu. Hancur hatinya, remuk redam, sedu sedan. Terduduk ia di depan agen warta berita, “Sebab ini burung itu tidak pernah lagi berkunjung ke rumahku, ia kehilangan tempatnya, bahkan mungkin ia sudah mati sekarang. Di mana engkau wahai burung berbulu cantik?” katanya dalam hati dengan penuh renungan. Berdiri dan berjalan lagi ia mengelilingi distrik yang porak poranda itu, dilihatnya banyak nyawa-nyawa tak berdosa tewas, perempuan muda, ibu-ibu, anak-anak. Tewas mengenaskan. “Sekarang aku tahu, kenapa akhir-akhir ini senja di tanahku sinarnya berwarna merah. Senja di tanah ini telah terciprat darah dari nyawa-nyawa tak berdosa, alam mengisyaratkan murung dan kelam.” pikirnya sambil termenung. 
Setelah lelah hati dengan apa yang ia lihat, bapak tua memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya. Berjalan ia ke rumah dengan  hati yang berduka. Saudara-saudaranya pergi dengan merana, tak sempat anak-anak kecil itu merasakan nikmatnya hidup di tanah surga. Ia kembali berjalan melewati sunga-sungai dan pohon-pohon besar, pemandangannya yang indah tidak dapat menghibur hatinya yang nelangsa. Tanah seindah itu akan terus terasa penuh luka dan air mata ketika kebebasan untuk hidup masih dibelenggu. Kebebasan adalah keindahan yang sejati, ia membawa keindahan bagi yang merasakannya, bagi yang mendambakannya. Sampai juga akhirnya ia di rumah, hal pertama yang ia lakukan ketika sampai adalah membersihkan badan yang penuh debu dan luka, perih rasanya luka-luka itu ketika terkena guyuran air. Sambil terus mengguyur lukanya ia berseru dengan lantang, “Pada hari ini secara tegas, kami masyarakat adat Papua menolak deforestasi yang merusak tanah, hutan, dan air kami masyarakat adat Papua. Karena di situ tempat kami hidup, kami makan, bahkan generasi kami turun temurun sampai Tuhan datang.”
Leo Naldi
Jakarta 13 Juni 2024
3 notes · View notes
audadzaki · 3 months
Text
Kedekatan yang Menghalangi Kita
Imam Az-Zarkasyi, penulis Al-Burhan yang fenomenal itu, pernah tidak memiliki buku. Beliau datang ke toko buku membaca bait-bait ilmu yang bisa ia baca lalu berlari pulang untuk menulis apapun sebelum lupa.
Cerita itu ada di Shafahat Syaikh Abdul Fattah.
Imam As-Syafii, pencetus madzhab, pemilik gelar Faqiihul Millah, dalam proses belajarnya pernah menulis apa yang didengar di atas kulit lengannya, beliau sedang tidak memiliki buku untuk mencatat.
"Siapa yang hari ini masih menulis di tangan?" Syaikh Hisyam Kamil bertanya kepada kami di sela mengisi materi daurah hari ini. Kita dengan mudah bisa lari ke toko alat tulis mengambil notebook bergaris, sebilah pulpen, dan harganya bisa lebih murah dari seporsi kusyari.
Hari ini ada internet, ada buku digital, versi cetak pun harganya murah, mendapat ilmu mudah. Tapi faktanya dibanding mereka kita bak seupil tanah liat di antara gugusan bintang yang berkilat-kilat.
Ainats tsaraa minats tsurayya?
Ada ironi dalam hidup bahwa sesuatu yang dekat seringkali bisa menjadi penghalang. "Syiddatul qurbi hijaab" Begitu bunyi pepatah Arab yang dinukil Syaikh Hisyam.
Terlalu berdekatan kadang jadi penghalang.
Tukang jagal tidak memakan daging, ia mungkin memakan kusyari. Tapi tukang kusyari tidak memakan kusyari, ia berharap bisa makan daging.
"Kita sih berharap makan dua-duanya," kelakar Syaikh.
Orang yang punya banyak buku tidak membaca, orang yang meminjam justru membacanya. Orang yang hidup di sekeliling Al-Azhar tidak mengikuti kajian, mereka berjualan jus dan pernak-pernik. Tapi orang dari ujung dunia rela membeli tiket pesawat puluhan ribu pound, mereka datang ke kajian dan rajin menyimak.
Sayangnya, mungkin juga orang yang sudah di Mesir justru malas, tapi yang jauh di kampung halaman mati-matian belajar dari apapun yang bisa dijangkaunya.
Menangis.
@audadzaki
Jannah, 23 Juni 2024.
3 notes · View notes
tulisanditaputri · 4 months
Text
Rokok adalah Maut
Tumblr media
Senja kini berganti malam. Entah sudah berapa gelas kopi yang kamu teguk, serta berapa puluh batang rokok yang kamu bakar.
"Uhuk. Uhuk. Uhuk." Kamu terbatuk-batuk.
Semakin sering batuk, semakin banyak pula batang rokok yang kamu hisap.
"Mas, makanannya sudah siap," istrimu memanggil.
"Sebentar, kuhabiskan dulu batang terakhir."
"Iya. Terserah," istrimu melenguh pasrah.
"Mama, ayok makan! Boy sudah lapar," rengek seorang anak laki-laki.
"Tunggu Papa sebentar ya Nak," pinta istrimu.
"Gak mau makan sama Papa, bau, bau asap rokok."
Mendengar ucapan anakmu, kamu diam saja, pura-pura seolah tidak mendengar apa-apa.
"Uhuk. Uhuk. Uhuk." Rupanya anak laki-lakimu tengah batuk juga.
Pada akhirnya, perut lapar tak bisa tertahankan, batang rokok akhirnya kamu matikan. Kamu beranjak pergi dari pelataran menuju ke ruang makan.
"Ayo makan!" ajakmu kepada anak dan istri.
Lahap sekali kamu makan. Rupanya puluhan batang rokok tak bisa juga membuatmu kenyang. Usai makan, kamu pergi ke kamar dan tertidur dengan tenang.
"Mas, bangun Mas!" Istri tiba-tiba berteriak membangunkanmu.
"Kenapa sih?" gerutumu.
"Boy Mas. Anak kita sesak nafas begitu hebat."
Sontak kamu terkejut dan langsung bangkit dari tempat tidur. Tanpa pikir panjang, kamu mengambil kunci motor, dan langsung menyalakannya. Kamu dan istri bergegas membawa Boy menuju UGD rumah sakit terdekat.
Sesampai di UGD rumah sakit.
Anakmu langsung disambut oleh tim medis bagian depan, kemudian ditempatkan di ruangan label merah.
Kamu berdiri menunggu kabar, sambil merogoh kantong depan, mencari rokok kesayangan.
"Mas, jangan merokok disini! Itu ada bacaannya," tutur istrimu.
"Asma boy kambuh karena tak tahan asap rokokmu, Mas!" istrimu menimpali.
Kamu mengurut kepala dan memasukkan kembali rokok itu ke dalam kantong celana.
"Maaf Pak, Bu. Bisa saya bicara sebentar?" ucap salah seorang dokter.
"Ada apa Dok?" sahutmu bersamaan dengan istri.
"Anak Bapak dan Ibu sedang mengalami asma serangan berat yang mengancam nyawanya. Kami meminta izin cepat untuk melakukan tindakan intubasi atau pemasangan alat bantu napas sebagai usaha menyelamatkan. Peluangnya kecil, tetapi kita tetap harus mencoba dan berusaha," jelas dokter kepadamu.
Mendadak tubuhmu lunglai. Gemetar dan keringat dingin membasahi tubuhmu. Sontak, kamu terjatuh pingsan.
Kamu hanya pingsan, sementara anakmu sudah tidak sadarkan.
***
3 notes · View notes