Tumgik
#cerita santri
khoridohidayat · 1 year
Text
Menurutmu, apa makna sekufu? Apakah mereka yang berada di kondisi ekonomi yang sama? Atau mereka yang topik pembicaraannya bisa menyambung dan saling melengkapi?
Menurutmu siapakah yang pantas menikah? Apakah mereka yang berada di status ekonomi yang sama? Atau mereka yang mempunyai tingkat keilmuan yang sama?
---
Menurutmu pribadi, apakah aku termasuk orang yang tak tahu malu? Mengajak taaruf seorang putri istana yang cerdas, sopan, dan berpendidikan?
Berulang kali aku mempertanyakan itu kepada diriku sendiri. Prosesku mengajak hubungan yang lebih serius dengan Fathia banyak mendapatkan komentar yang beragam dari beberapa teman-temanku. Beberapa ada yang mendukung, namun beberapa justru mempertanyakan apakah aku sudah memikirkannya dengan matang.
Dua kontras jawaban yang berbeda dari teman lingkaranku membuat aku menjadi setengah-setengah. Ingin lanjut namun ragu, tapi juga ingin berhenti tapi sayang jika prosesnya harus berhenti di tahap ini.
Mungkin ini sebabnya beberapa seniorku selalu menasihati orang yang sedang bertaaruf. Bahwa, kita harus menyembunyikan prosesnya. Segala prosesnya. Dengan siapa, sudah sampai tahap mana, dan lain sebagainya. Jika semua sudah fiks, barulah teman-teman kita diberitahu kabar bahagianya melalui surat undangan pernikahan. 
Memang sesuatu yang diam-diam akan selalu memudahkan seseorang dalam bekerja. Namun nasi telah menjadi bubur. Beberapa temanku sudah tahu bahwa aku sedang menjalani proses taaruf dengan Fathia, entah dari mana kabar itu. Tiba-tiba saja mereka mengetahui kabar itu dan menanyakan kebenarannya kepadaku. 
**
“Lo serius ngajakin Fathia taaruf? Gila ya emang nyali lo.” Kata temanku lantang karena kaget mengetahui bahwa aku sedang berproses taaruf dengan Fathia. 
Kami sedang berada di cafe siang ini. Hanya berdua, aku dan sahabatku. Tempat nongkrong bergaya insustrial ini cukup terkenal buat orang-orang yang bekerja di daerah kami. Tempat yang cukup sepi, bersih, dan dilengkapi dengan gaya yang estetik menjadikan cafe ini pilihan bagi orang-orang melepas lelahnya setelah bekerja seharian di kantornya. Itulah alasanku disini sekarang bersama temanku.
“Ya serius lah. Emang aku pernah bercandaan ya soal perempuan? Dari dulu aku kan juga ga pernah tuh ngejalin hubungan asmara dengan siapapun. Ya itu karena aku emang nggak pernah bercanda soal perempuan.” Jawabku santai.
“Tapi maksudku tuh gini, kamu kan tau Fathia ini orang yang kaya raya. Dunia dia tuh udah yang kayak dunia berbeda gitu loh buat kita. Ya emang sih dia tuh orangnya emang humble banget. Tapi apa dia mau buat suatu hari nanti pergi naik motor bareng elu? Kan dia biasanya naik mobil. Terus, apa dia mau buat nyoba masakin di rice cooker terus makan tahu tempe yang kayak dulu pernah kita lakuin di pondok? Lu kira Fathia tuh kayak mbak-mbak santri yang serba bisa gitu?” Temanku menjawab lagi pertanyaanku dengan bertubi-tubi seperti seorang ibu yang ingin menyadarkan anaknya yang telah berbuat salah.
Iya, aku tahu bahwa Fathia memang orang yang berbeda status dengan kami berdua, tapi jika memang itu adalah orang yang cocok menurutku, mau bagaimana? 
Aku juga pernah membaca tulisan Habiburrahman di Ayat-Ayat Cinta, beliau mengatakan bahwa seharusnya para lelaki tak cepat minder dengan apa yang dimiliki oleh seorang perempuan, karena kita para lelaki mempunyai teladan yang sempurna yaitu Rasulullah yang juga menikah dengan seseorang yang cantik, baik perangainya, dan juga kaya. Ketika itu, Rasulullah hanyalah manusia biasa yang tak kaya ataupun mempunyai jabatan. Meskipun begitu, kejujuran beliau telah dikenal kemana-mana hingga beliau dijuluki al-amin, yang artinya seseorang yang jujur. Sehingga singkat cerita, melihat kejujuran Nabi Muhammad ketika itu, Khadijah bertekad untuk mengajukan diri untuk menjadi istri beliau.
“Akupun seperti itu Bro, aku yakin Fathia akan menghormatiku meskipun kami mempunyai latar belakang yang berbeda. Aku yakin Dia bisa memposisikan dirinya jika memang kami berjodoh. Toh aku juga ngga mau mikir jauh-jauh apakah berjodoh atau tidak. Aku hanya fokus ke satu per satu prosesnya, memastikan bahwa tidak ada satu step taaruf yang tercampur dengan ikhtilat.” Jawabku panjang lebar menjelaskan mengapa aku memilih Fathia dan satu bab sirah nabawiyah kepada temanku.
“Ya semoga ya. Turut seneng kalau nanti elu jadi sama si Fathia. Dia adalah salah satu orang baik yang pernah aku temui juga di BEM ketika itu.”
“Ting…” Suara notifikasi HP ku berdering, kulihat nama Fathia di notifikasi whatsapp ku. Ternyata dia baru saja mengirim pesan. Buru-buru aku langsung membuka isi pesan itu, barangkali ada hal urgen yang dia butuhkan.
“Mas, aku udah ngomong Abi, katanya dipersilahkan silaturahmi ke rumah hari Selasa sore, apa bisa?” 
Senang dan deg-degan rasanya mendapatkan balasan pesan itu dari Fathia. Akhirnya setelah sekian lama memendam rasa kepadanya, aku bisa menyampaikan maksudku dengan cara yang baik, yaitu kepada orangtuanya langsung. Walaupun ya disatu sisi aku agak khawatir, apakah niatan baikku ini bisa diterima keluarganya atau tidak.
Ahh mengapa aku melamun, aku harus segera menjawab pesan dia. 
“Okey, Insyaallah semoga Allah memudahkan.” Jawabku singkat
Buru-buru aku menyeruput secangkir kopi yang masih tersisa siang itu, kemudian memasukkan beberapa barang-barang kedalam tasku. Degup jantungku semakin kencang, sekarang hidupku seperti berjalan diatas harapan dan ketakutan.
“Aku pamit dulu ya Bro, mau kerjain yang belum beres dikosan.”
Bersambung (2/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 2
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
75 notes · View notes
hmuyassar · 1 year
Text
Siapa pula yang ngambil IELTS tiap kali expired dua tahun sekali? saya.
**
The first time I took the exam was around 4 years ago. Although I admit it was the longest test preparation, I never expected to get a 7 the first time.
Persiapan pertama kali mungkin sekitar 6 bulan sampe hampir setahun. Sejak baca blognya kiky edward, saya mulai nyusun jadwal belajar sendiri dan nyari-nyari resources yang direkomendasiin. Ketika gap year dan jadi santri di utrujah, I woke up for around one until two hours each night to practice. Karena akses pondok terbatas, latihan reading, listening, speaking dan writing hampir semua sendiri. I finished a box full of cambridge practice books, especially for the reading and listening part. Saya juga izin sama musyrifah biar dibolehin bawa HP untuk dengerin audio. Sementara untuk writing dan speaking kalau bisa minta review temen, atau ga rekam dan review sendiri. Jadwal tidur saya sepenuhnya terbalik dari jadwal santri yang lain, ketemu temen-temen pas kelas dan jam sholat aja. Definisi beneran jadi 'kalong'.
As I gradually needed feedback for my writing and speaking, I applied for the IELTS class di NEC. Although it was a Saturday weekly and wasn't intensive, it felt like a private one since I was the only student.
In the arabic classes, struktur nyusun kalimat saya mulai kecampur-campur. Studying English at night while studying Arabic during the day has made my brain jumbled.
However, the hardest part was enduring the boredom to be consistent with the routine. Bukan apa-apa, ketika itu fokus kerjaan saya cuma tiga: bahasa inggris, ujian murajaah dan bahasa arab, dimana masing-masing menuntut standar yang lumayan tinggi, dalam periode waktu yang lumayan lama, dengan sarana refreshing yang sangat minim.
There were times when I felt like I wanna puke.
Tumblr media
One note to myself from this period is; I was so focused on myself, that I forgot others. Ambisimu akan masa depan tidak sepantasnya membuatmu lupa akan kewajibanmu untuk memenuhi hak orang lain saat ini. Termasuk didalamnya hak orangtua, keluarga dan teman-temanmu akan waktu dan dirimu. Jangan sampai kamu menyesal karena tidak terlibat dalam momen berharga yang bisa membuatmu bersyukur di kemudian hari.
A certain dramatic experience: I was almost disqualified from the speaking test. Dengan bodohnya, rentang waktu antara tes sebelumnya dan tes speaking dipake buat balik dulu untuk sholat dan istirahat. Iya, waktu itu masih underestimate jalanan jakarta. Alhasil telatlah hampir satu jam. Di perjalanan udah sepenuhnya pasrah sama hasil dan bersiap dengan kemungkinan terburuk. Sampe tempat tes, entah panitianya mungkin ikut kasian sama muka saya yang berurai air mata dan akhirnya tetep dibolehin langsung masuk. Lucunya, pengalaman ini jadi bahan cerita saya di tes speaking yang ketiga.
Please bear with the long post ya, ini baru tentang tes pertama :))
The second test was actually a sudden test. The previous one annoyingly exactly expired before I applied for IISMA, hence the need for a new one.
It was a computer-based test, jadi materi belajar semua diganti online buat ngebiasain pake komputer. Latihan cenderung lebih mudah karena ga perlu belajar banget dari '0'. I'm also glad to find www.ieltsonlinetests.com for practices. Waktu itu ga sempet nyari partner buat writing dan speaking, jadi sepenuhnya semua review sendiri. Karena yang penting skornya jangan sampe turun, strateginya juga masih sama kayak tes yang pertama; utamain maksimalin skor dari yang dianggap kuat (reading dan listening), lainnya bismillah aja deh. Makanya nilainya pun masih sangat jomplang, apalagi sama writing.
I didn't have other particular responsibilities, so I could focus on studying quite well. I was able to do other things and paid attention to the house since it was during the online lecture period. The challenge was adapting to the online format while having a relatively short preparation time. Still, Allah kindly gave me a higher score than before and I'm grateful for that.
Tumblr media
The last one (hopefully). Motivasi terbesar buat rajin untuk tes ketiga adalah duit. I wanna make sure it's worth the money, you see. Seenggaknya jangan sampe turun lah, sayang tiga juta (wth the price got higher each time:").
But the higher you set the previous bar, the higher you should aim for the next one.
It still seems difficult to aim for 8.
Persiapan agak intensif sekitar tiga bulanan, 'agak' karena harus nyambi kerja. The challenge was to maintain the balance; berusaha sebisanya buat dapet hasil terbaik, jangan sampe ganggu kerjaan -yang mana harus berangkat pagi dan pulang malem-, jangan sampe lupa rumah, dan jangan lupa buat 'hidup'. 'Hidup' dalam artian terpenuhi ruh, jiwa, diri dan sosial.
Akhirnya luangin waktu belajar seenggaknya sejam sebelum shubuh atau sebelum pulang kerja. Selain juga konsisten nongkrong tiap jumat sore di luar buat belajar, buka buku atau apa gitu. Sampe-sampe kalo pulang cepet orang-orang pada heran, 'tumben pulang cepet' haha. I feel bad for bapak-bapak yang biasa nungguin buat ngunci ruangan sih.
Reading dan listening masih latihan cuma dari www.ieltsonlinetest.com aja. Strategi untuk kali ini berubah, I wanna focus more on the writing part. Saya sadar kalo skornya masih kurang aman, dan sadar juga kalau academic writing emang masih payah padahal paling dibutuhin buat jangka panjang. Akhirnya dibantu pake ikut academic writing course-nya LBI buat nunjang skill writing secara umum, sementara latihan intensif pribadinya dibantu tektokan sama chatgpt (wkwk what an experience being trained by an AI). Sementara untuk speaking, saya buat appointment sekitar seminggu sekali selama sebulan terakhir sama beberapa native di Italki. Plusnya via Italki bisa lebih fleksible dan variatif ketemu orang, dengan partner yang mayan profesional karena ada fee, tapi dengan fee yang bisa menyesuaikan dengan dompet pribadi.
Well, the results show my writing and speaking were still the lowest. It passed the minimum at least. However, not even in my dream would I expect to get a 9 on one of my results. It feels like all those paper readings, intentionally or not, were actually worth the time.
Tumblr media
During the last period, I often questioned myself; Why should I do this hard? Haven't I done enough for English? Isn't it okay to do it modestly? Isn't it better to do other languages instead? While I meet strangers online and pour my thoughts into writing, I renew my motivation.
An international test is a way to validate your capacity based on an internationally recognized standard. However, language is beyond a test.
Jika fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, maka bukankah tidak ada batasan untuk berkomunikasi? Semakin baik kamu bisa berkomunikasi, semakin baik pula pesan disampaikan dan dipahami antara kamu dan lawan bicara. Semakin tinggi penguasaanmu akan bahasa, semakin luas juga range caramu dalam berkomunikasi dengan berbagai lawan bicara. Meskipun selalu ada kemungkinan salah paham dan miskomunikasi yang berujung konflik, tidak ada salahnya terus mengasah kemampuan. Harapannya yang tercipta adalah kesepahaman bersama, baik dengan cara menyampaikan (active) ataupun memahami (passive), baik secara lisan (speaking and listening) dan tulisan (writing and reading).
Dengan kata lain, akan selalu ada alasan dan ruang untuk berkembang, meskipun skor mu sudah mencapai band 9.
Ya, meskipun kita pahami pula kalau komunikasi tidak hanya tentang bahasa, sebagaimana bahasa tidak hanya tentang komunikasi.
***
Early days when I was in the UK, I lost my confidence.
I repeatedly apologized for my English. I repeatedly asked people to repeat their talks.
The language barrier is real. However, the fear of being embarrassed and humiliated is worse. It is especially worsened when it hinders you from interacting and connecting with others.
No matter how many people reassured me that my English was good, even if I knew my IELTS score was sufficiently high already, I couldn't shake the negative thinking off my head. Consequently, I frequently shut myself in the room. Defense mechanism, they said.
At the end of the day, a score might mean nothing when it does not help you brace yourselves outside the room. On the other side, bravery means everything when it comes to using everything in your hand to survive.
.
.
I take pride in preparing for the exam mainly by myself. Because then I know that I am able to count on myself to achieve my own purpose. Then, I recognized the blessings I have; that I was able to navigate through the help of others. Hopefully, all of these will help me being responsible and adapting to any situation in the future.
15 notes · View notes
oncahazellnut · 2 months
Text
Satu Menit Membaca Satu Halaman Al-Qur'an
Dalam satu hari kadang kita menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membuka social media dari timeline yang paling atas hingga membuka profile orang sampai mengetahui riwayatnya. Namun, untuk meluangkan waktu satu menit membaca satu halaman Al-Qur'an masih terasa sangat berat.
Beberapa bulan lalu aku membeli buku Qur'anic Law of Attraction. Setelah membaca, aku banyak menyadari kita di zaman yang sangat canggih ini yang seharusnya tidak ada alasan untuk tidak membuka Al-Qur'an di manapun tempatnya justru lupa, jarang membuka dan membacanya. Kenapa bisa? Mungkin, karena kita terpapar banyak konten pemicu dopamin, yang bertebaran di social media. Kita mendapatkan hiburan, kebutuhan nafsu, termasuk informasi yang tidak pentingpun kita mendapatkannya.
Lalu bukannya dengan membaca Al-Qur'an juga kita mendapatkan kebahagiaan? Justru itu, harusnya dengan membaca Al-Qur'an kita mendapatkan kebahagiaan hakiki yang valid adanya, namun semua itu akan terasa jika kita bisa mencintai Al-Qur'an dan bukan hanya di mulut saja.
Penghafal Al-Qur'an yang Hanya Menghafal
Suatu hari ketika aku duduk di seat kapal menuju Merak, aku bertemu dengan mahasiswa Jogja. Ia bercerita bahwa dulu dirinya merupakan santri di salah satu boarding school di Kota Bandar Lampung. Panjang kita berbincang seputar Jogja hingga Lampung Timur, juga riwayat dia bersekolah.
Dia adalah seorang yang pernah menghafal Al-Qur'an. Tentu aku sempat kagum karena anak usia sekolah menghafal Qur'an.
Mengapa aku bilang "pernah", karena saat saya tanya sudah berapa banyak juz dia menjawab, "Saya sudah lupa sekarang". Aku tentu kaget, mengapa bisa menghafalkan Al-Qur'an lalu melupakannya? Apakah sekarang trendnya adalah "yang penting pernah menghapalkan?" Sedih tentunya ketika ada hal seperti ini.
55 Detik Nembaca 1 Juz
Berbeda cerita saat minggu lalu saya sowan ke ndalem seorang kiai di Lampung Timur. Beliau menceritakan pengalamannya saat menyimak kiainya murojaah dengan sangat cepat, jelas dan tidak perlu ditanyakan makhorijul hurufnya.
Dalam waktu 55 detik, beliau bisa murojaah 1 juz. Saat ditanya, "Yai njenengan murojaahnya bagaimana metodenya?" Beliau menjawab, "Yo saben dino pas kerjo gawe boto yo karo nderes" (ya setiap hari saat kerja membuat bata, sambil ngaji). Tentu beliau levelnya bukan "yang penting pernah hafal" tapi "sangat mencintai Al-Qur'an".
Meluangkan waktu satu menit untuk membaca satu halaman per hari sebenarnya sangat mudah, ketika hati kita sudah jatuh cinta kepada Al-Qur'an.
2 notes · View notes
kalakata-kalacerita · 6 months
Text
kita yang tak temu
berawal dari masa SMA yang penuh bullying, aku mengembara di kota santri. Dengan mempunyai kepribadian yang terlalu takut untuk mengungkapkan, takut untuk tak di anggap dan di hargai, dan selalu sendiri. Beberapa hal ini membuatku menjadi bahan bully an teman-teman di kelas atau di organisasi.
Sebenarnya bukan seorang introvert, tapi keadaan yang membuatku introvert. Hampir setiap hari konsultasi semenjak sekolah mempunyai guru BK baru yaitu pak Ahmad. Beliau mengungkapkan bahwa aku bukan seorang introvert juga bukan ekstrovert hingga ia bingung.
Dalam satu kelas, aku mempunyai seseorang yang amat dekat dan hanya dia yang mampu memahamiku. "Aisyah Nurhasanah". Kita mempunyai beberapa kesamaan sebelum kita saling memahami, yaitu :
Sama sama belajar tazwid untuk pelajaran inti pesantren
Sama sama punya keluarga di gunung Tanjung
Dan sama sama punya hobi ke perpus untuk baca buku atau sekedar menenangkan pikiran.
Berawal dari bertemu di perpustakaan, lalu berlanjut jadi teman sebangku, dan akhirnya kita saling memahami satu sama lain. Kita tak mempunyai tanggal untuk persabahatan, apalagi nama! Kita sekedar bersama kala itu dengan takdir-Nya, dan mungkin Allah kasih aku dia untuk menemani segala kerisauan selama aku di kota orang.
Persabahatan kita cukup mendalam, tak segan untuk aku menginap di pesantren dia, meski hanya sekedar untuk curhat atau aku sedang tidak betah di pesantren, ya aku larinya ke dia.
Hp ku jadul, ga bisa untuk foto-foto bagus, apalagi untuk mempunyai WhatsApp. Sampe suatu saat aku pernah di beritahu olehnya, bahwa foto ku sedang tidur di kelas di share di grup. Aku tak terima, dan akhirnya pergi ke perpustakaan untuk menyendiri. Sejak itu aku merasa orang yang paling tersiksa di masa SMA. Boro boro disebut masa yang selalu dikenang, menurutku masa sekolah selama 12 tahun selalu tak menyenangkan.
Kerap banyak sekali agenda sekolah yang aku lewatkan dengan begitu aja, tetapi sejak bersama Aisyah, aku bisa mengabadikan moment itu dengan sedikit mengambil gambar di hp nya.
Beberapa orang kerap memanggil kita kembar, padahal menurutku kita beda jauh. Jelas dia lebih baik dariku, putih, hidung mancung, cantik, berbudi baik, ramah. Sedangkan aku kusam, tukang tidur di kelas, gampang terpancing emosi, tak berani mengungkapkan, dan si paling menyendiri.
Di sekolah aku ikut organisasi Pramuka, alasannya 1. Aku suka Pramuka, dan 2. Untuk melanjutkan organisasi SMP lalu. Kala itu aku mengajak Aisyah untuk gabung karena tak ada teman dekat lagi di Pramuka. Tapi, katanya dia sudah cukup di SMP mengenai organisasi Pramuka, dia mengajari aku untuk mandiri dan tak bergantung pada orang lain. Dia percaya aku bisa.
Hal apapun selalu dia support, termasuk bagaimana aku di pramuka. Banyak cerita yang tak bisa terhitung yang pernah aku lupakan di saat saat jam istirahat sekolah ataupun saat aku menginap di pesantrennya.
.........
Itu kenanganku 6-7 tahun yang lalu. Kini 2024 adalah ceritaku dengan dia mengapa judul cerita ini adalah "kita yang tak temu". Saat ini aku sadar, saat itu Allah titipkan kamu untuk menghibur dan menemani kesepianku selama di kota orang. Tapi aku bertanya tanya hingga hari ini, mengapa Allah tak takdirkan untuk kita saling bercerita tentang masa tua?. Aku masih berharap kamu ada Aisyah.
Di 36 hari sebelum kamu pergi, aku melihat postingan mu di Facebook mengenai anakmu yang tak lagi melihat dunia. Aku turut berduka dan sedih, aku harus menghubungimu untuk memberikan sedikit pesan semangat dan mendoakan anakmu. Ternyata WhatsApp mu sudah berganti no, lalu aku meminta no baru mu Aisyah. Kala itu kita membuat percakapan singkat yang intinya kita akan bertemu sebelum ramadhan karena aku ada agenda keluarga ke Tasik.
Namun satu hari sebelum aku pergi ke Tasik (Senin, 07 Maret 2024) beberapa orang mengabariku tentangmu. "Aisyah kelas MIA 2 telah berpulang".
Astaghfirullah... saat itu aku melamun beberapa saat. "Aisyah, besok aku ke Tasik untuk menunaikan apa yang kita katakan di percakapan WhatsApp. Aisyah, aku adalah teman yang buruk, aku tak bisa menunaikannya!". Kala itu yang tertinggal hanya perasaan sesak dan terpukul.
Beberapa jam berlalu aku tak bisa lagi memikirkan yang lain selain mu Aisyah, aku berharap kita masih bisa bertemu meski hanya di dalam mimpi. Tapi ternyata malam itu, kamu mampir di mimpiku untuk menyemangatiku, menghibur, dan mengajak untuk kembali menghafal. Luarbiasa singkat tapi banyak pelajaran dari mimpi itu. "Aisyah, kamu benar-benar menemuiku di mimpi. Kenapa kamu selalu menunaikan nya?kau temen yang baik Aisyah".
Esok adalah perjalanan ke Tasik yang penuh Ina-inu. Aku berharap bisa melaluinya.
Maafkan aku Aisyah!!
3 notes · View notes
jurnalweli · 8 months
Text
Doa Ibu Menembus Batas
"Kenapa sekarang aku nyaman menjadi guru, bukannya dulu aku betul-betul tidak ingin menjadi guru tapi kenapa pilihan, ketertarikan dan arah gerakku tertuju pada guru?", kataku kepada temanku saat itu.
Iya, sejak kecil ketika ditanya tentang cita-cita aku menjawab, guru. Tapi saat itu aku merasa belum paham maksud cita-cita dan belum banyak referensi tentang cita-cita. Beranjak remaja, masih tak jauh berbeda. Aku mulai mengerti tapi tetap belum memiliki pilihan sehingga ketika ada yang bertanya tentang cita-citaku aku belum mampu menjawab dengan tegas. Sampai suatu ketika aku mulai banyak referensi dan tidak memandang guru sebagai cita-cita. Aku juga tidak memiliki keinginan untuk kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.
Ibuku adalah mantan seorang mahasiswa fakultas keguruan. Ibu sempat mendaftar dan diterima namun karena ekonomi keluarga yang kurang dan belum mendapat restu kakek akhirnya keinginan itu perlahan sirna. Ibu tidak jadi melanjutkan pendidikan. Ibu tidak kuliah dan cukup sampai di SMK. Ketika aku akan memasuki gerbang kuliah, ibu memberi pilihan padaku untuk mendaftar fakultas keguruan dengan tanpa memaksa seolah aku harus melanjutkan impiannya yang terkubur. Ibu tetap menyerahkan keputusan pilihan jurusan padaku. Akhirnya, aku lulus sebagai sarjana psikologi.
Seperti sudah alurnya begitu, seusai kuliah aku mencari pekerjaan. Pekerjaan pertamaku adalah guru TK. Pekerjaan yang jauh dari diriku dan keinginanku. Sudah tentu aku tidak mau guru, ditambah aku tidak menyukai anak kecil untuk belajar dan dididik seperti ini. Beda cerita jika anak kecil hanya diajak bermain dan lucu-lucuan, aku akan menikmatinya. Anehnya, ketika ada lowongan tersebut aku bersegera mendaftar.
Jujur, kujalani pekerjaanku dengan cukup bahagia. Mengeluh sedikit, wajar. Tapi tidak menyesal. Lama-lama justru aku lebih bahagia karena bersama anak-anak yang mungkin beban hidupnya belum banyak, ya hehe. Lalu aku resign karena beberapa hal salah satunya aku harus pulang kampung. Di rumah, aku mencari lowongan pekerjaan lagi. Aku mencoba mendaftar di beberapa lowongan yang mendekati dengan latar belakangku sebagai sarjana psikologi dan potensi lain yang aku punya dan yakini. Lagi-lagi aku mendaftar sebagai pendidik. Kali ini di sebuah pondok pesantren usia anak SMA. Aku menyimak hafalan santri dan ikut serta tinggal di asrama. Karena beberapa faktor, aku melepasnya.
Aku kembali merantau di kota kuliahku dulu. Aku mengabdikan diri di pondok pesantren lagi. Sama seperti sebelumnya, aku tinggal di asrama dan menyimak hafalan santri. Kurang lebih 3 kali aku berganti tempat kerja yang ternyata semua sama-sama sebagai pendidik. Betapa dulu aku sangat menolak bercita-cita sebagai guru, tapi dewasa ini aku didekatkan dengan bidang pendidikan sebagai pendidik dan perlahan aku menikmatinya.
"Jangan-jangan ada doa ibuku di sini", begitu pikirku.
Saat itu, ibu memang tidak memaksaku tapi barangkali ada harap dari ibuku yang ia langitkan. Entah hanya sekedar ucapan atau serius dalam doa. Ibu tidak menaruh harap padaku, ia langsung menaruh harap padaNya. Setiap kali aku meminta ijin untuk daftar kerja, ibuku juga tidak pernah berkomentar. Setiap kali aku bercerita jika gaji guru yang terasa kecil, ibuku malah menenangkanku.
Terimakasih, ibu sudah ridho atas segala pilihanku. Terimakasih, ibu untuk doa-doa baikmu. Aku yakin kebaikan dan keberuntunganku saat ini adalah karena doamu.
4 notes · View notes
glyhndzkr · 11 months
Text
H+7
Karena habis nulis kisah pondok kemarin jadi makin tertarik nulis kisah kisah yang lain. Jadi okelah, sapa tau jadi negeri 5 menara yang lain kan yak wkwk, aamiin. Kita mulai dari H+sepekan kedatangan santri baru SMP-SMA tahun 2013/2014.
Eh kok +sepekan? ga kelewatan ta?
wkwk sabar dulu gan, ini baru mau cerita.
Tumblr media
Tertulis di atas pintu salah satu kamar 'Muadz bin Jabal'. Kamarnya ga sempit, tapi juga ga luas. Ya, cukuplah buat 10 dipan atas bawah dan 10 lemari dua pintu untuk 20 santri yang besar badan dan jumlah barangnya variatif. Kalo ga cukup di lemari ya, taruh di bawah ranjang juga boleh, atau di atas lemari, atau di sampingnya sambil nggantung, atau di luar jendela njemur handuk? semua boleh, selama ga ketahuan bagian kebersihan dan ustadz yang cukup disiplin aja si.
Oiya, kebetulan saat itu, karena saya datang telat, dipan bagian atas sudah sold out semua dan terpaksa ngambil dipan yang bawah diiringi dengan bisikan, gapapa bawahhh, malah enak, gausah repot manjat tangga, iya kan? yang dibales sebagian hati yang lain, ya tapi tetep asik di atas. Mau gimana lagi, masi kelas 7. Harap maklum. Kalo sekarang mah, bismillah atas. aamiin.
Gapake lama, mulai nyusun isi lemari dan kasur biar nyaman dan rapi. Baju, celana, dan kawan kawannya dilipat begitu berhati hati. Seprai kasur dimasukkan tiap sudutnya. Bantal guling juga dipakaikan seprai, bersih, masih belum terlepas dan masih mengembang sempurna. Jelas berbeda dengan oknum warga lokal setempat yang sudah sekian tahun menetap dan beradaptasi sehingga segalanya tampak lebih efektif dan to the point. Seprai dan melipat? ahaha, apa itu? ahaha.
Setelah selesai menyusun home sweet home teladan daripada warga lokal setempat, kurang teladan kalau tidak bersosialisasi dan bergaul dengan mereka. Dan agar tidak terlalu cepat terinfeksi oleh ke efektif dan ke-to the point-an warga setempat, mari kita mulai bergaul dengan warga warga pindahan baru yang sudah sepekan lebih dulu merasakan kenyamanan di pondok ini.
Halo perkenalkan, namaku Galyh, senang berkenalan dengan mu, cuaca hari ini sangat cerah bukan?
Gak gak gak, gak gitu dulu, saya bukan barbie, juga bukan pein akatsuki ataupun lebah ganteng yang sedang menerjemahkan film. Gak. Tapi intinya adalah kami berkenalan
Ada Yasykur dan temannya Faruq sesama orang Madiun, ada Ismail dan Haidar orang Solo, dan Musa yang benar benar waga lokal Klaten. Ya percakapan kami saat itu yang pastinya belum disertai ungkapan rasa kedekatan kami yang yaa, bisa dibilang cenderung mengingatkan kita betapa uniknya ciptaan Allah yang satu ini 😇. Cuma ya emang seringkali disalahartikan negatif seperti, heh ngece o?! misalnya? padahal ya semua tergantung apa? yak benar, mainset. Mohon maaf nggih kawan.
Oke balik lagi, dan tentu, sebagai warga lokal yang telah menikmati nyamannya 7 hari lebih dulu, mereka penasaran,
Duhai kawan, kemana saja dikau pergi? mengapa dikau rela melewatkan 7 hari yang menyenangkan ini bersama kami kawan, menyalakan api unggun, meminum coklat panas dan bermain tiktaktoe bersama? (maaf, sengaja kami lebihkan bahasanya biar menghibur🤮)
Ya, mungkin sekalian mengakhiri sesi kisah kali ini juga. Sebagai muslim yang baik serta mengerti betapa banyaknya uang yang didapatkan dari penting dan sehatnya memotong preputium bagi seorang pria sejati. Bagi saya sekali tidaklah cukup, sehingga perlu untuk mengulang yang kedua kalinya, dan kebetulan membutuhkan waktu pemulihan yang cukup lama (kata mantrinya lho ya). Jadi ya, dengan berat hati yahh, saya baru datang H+7 melewatkan hari hari menyenangkan bersama mereka 😊. Itung itung, sekalian ngerasain bedanya pake laser sama gunting ya kan.
.
Yang gunting lebih rekomended si. hehe. sekian.
2 notes · View notes
ameliazahara · 11 months
Text
Adek Nangis Karena Qur’an-nya Hilang
Dan dia minta dibawain qur’an dari rumah, ga papa kalau bukan qur’an baru. Tapi yang penting qur’annya ada asmaul husnanya.
Dan gue paham kenapa dia bisa begitu sedih qur’annya hilang. Sebagai adek di rumah, dia sangat-sangat menjaga barang, apalagi jika itu adalah miliknya. Pun sejauh ini, belum pernah ada yang mengganggu wilayah teritori adek—dan selama ini ga ada juga yang ganggu barang-barangnya adek. Gue ngerasa adek itu punya kedekatan emosional sama apa yang jadi miliknya, sekalipun ‘benda’ itu mungkin biasa aja bagi yang lain.
Yaudah, hari ini gue bekerja keras untuk merevitalisasi qur’an yang ada, dan bikin qur’an lamanya dia jadi ada asmaul husnanya.
Sebenarnya gue ketawa pas emak cerita kalau dia sampe nangis gara-gara qur’annya hilang. Dan ini jadi nangis ke duanya dia sejak masuk pesantren wkwk. Bahkan ya, dia ga sadar kalau yang aneh itu adalah, ga pernah hilang qur’an selama jadi santri. Hilang itu biasa selama di sana. Aneh juga kenapa bisa hilang, yang padahal setiap anak harus punya qur’an masing-masing—dan entah apa motif hilangnya al-qur’an tersebut.
Gue juga dulu pernah hilang qur’an yang gue suka banget sama itu qur’an, mana gue belinya pake uang jajan sendiri:( Tapi yaudah, gue menghibur diri dengan afirmasi positif—gue meyakini diri sendiri bahwa qur’an itu ga hilang, benda nya aja yang udah ga ada, tapi siapapun yang baca qur’an itu pahalanya juga kecipratan ke gue.
Semoga adek selalu bisa memetik hikmah baik dari perjalan hidupnya—semoga selalu jadi adek sholeh yang semakin baik lagi dari sebelumnya.
Gue bangga banget sama dia.
4 notes · View notes
nurulkhaa2927 · 1 year
Text
Tumblr media
Aku duduk di pojok salah satu bangsal ruang rawat inap di daerah Tuban. Lucu memang hidup ini, bisa-bisanya aku tertinggal di Tuban karena menunggu salah satu santri yang sakit dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, beruntungnya aku bertemu orang-orang baik hari ini.
Sebenarnya anak ini bukan tanggung jawabku, tapi hatiku tergerak karna dia sebis dengan ipeh. Kasian ipeh udah ngurus anak MI dan walimurid masih harus dibebani ngurus anak sakit, meskipun dia ditemani hani tapi keduanya masih musyrifah baru. Untuk memutuskan keputusan cepat dan efektif mungkin belum terlatih.
Lagi-lagi aku melihat name tag ini, panitia. Ya, committee. Peranku tidak seberapa dalam lembaran cerita di PPFF ini, tapi aku tau, aku harus memaksimalkan apa yang aku punya dan miliki. Sebelum aku memulai petualangan baru.
2 notes · View notes
mamadkhalik · 2 years
Text
Mahasantri
Tumblr media
Teringat jelas pada pagi itu, menonton film Negeri 5 menara, mengenal Alif si tokoh utama, Para Shohibul Menara, dan juga kehidupan santri di Pondok Madani.
Bagi anak SD, visualisasi film seperti pastilah menjadi cita-cita sekaligus rasa iri. Punya banyak teman, agenda terjadwal, motivasi Para Ustadz, dan banyak hal seru lainya. Meski sampai dewasa, keinginan menjadi santri tak pernah tercapai.
Saat merantau, saya menyadari tentang realitas pendidikan, salah satunya adalah bahwa setiap orang dari kita memiliki latar belakang terbentuk yang berbeda, dari sekolah, lingkungan, keluarga, dan fasilitas yang menujang karir pendidikanya.
Ternyata, tak banyak dari saudara kita yang memiliki kesempatan belajar di pesantren atau Sekolah Islam Swasta, lainya. Tak banyak juga dari mereka yang lingkungan rumahnya punya TPA/TPQ muntijah. Dan yang paling sering saya temui, memiliki orang tua yang sabar, selalu meluangkan waktunya ditengah kesibukan untuk mengajari anaknya baca Al-Quran dan lain-lain.
Mengambil cerita dari 2 tokoh yang hebat, Buya Hamka dan H. Agus Salim, meski hidup dalam lingkungan yang memiliki kultur yang sama, Tanah Minang, mereka memiliki masa kecil yang berbeda. Belajar agama dan ilmu umum adalah sebuah keharusan dalam budaya Minang, siapa yang bodoh tak akan mampu menaklukan dunia. 
Buya Hamka meski anak dari Ulama besar, masa kecilnya dipenuhi dengan kemalasan dalam belajar terstruktur dalam instansi, menentang abahnya sampai minggat ke Mekah, sampai akhirnya kembali ke Indonesia, dan kita tahu akhir cerita Beliau yang menjadi Pujangga Besar, Ulama Hebat, dan Muslim Negarawan.
Beda dengan Haji Agus Salim, orang yang masa kecilnya tergolong rajin dan murid teladan di ELS, namun ketika pindah ke HBS Batavia, banyak sekali dinamika kehidupan yang membuat terombang-ambing, sampai menemukan kembali jati dirinya, bergabung ke SI, sampai dijuluki The Grand Old Man.
Intinya, setiap dari kita pasti memiliki titik balik, entah kapan, dimana, dan melalui siapa.
Kita tak menjamin akhir cerita hidup kita seperti Beliau-beliau diatas, toh ada juga ulama, orang-orang hebat di masa lalu ada yang murtad atau bahkan menjadi orang munafik.
Sudah sepatutnya kita bersyukur lebih, masih diberi banyak nikmat salah satunya adalah dipertemukan dengan orang-orang baik.
Sudah hampir 1 bulan mendapat amanah menjadi musyrif di salah satu pesma kota ini. Nggak punya riwayat nyantri, tapi harus ngemong orang-orang sholeh yang jauh lebih suhu. Banyak pelajaran, pengingat, dan jalan-jalan kebaikan lainya.
Semoga ini jadi titik balikdan juga selalu dikuatkan.
ihdinaa shirotol mustaqiim.
Tumblr media
17 notes · View notes
hmuyassar · 2 years
Text
ini draft sebenernya udh disusun dari tahun lalu ya, sebulan sebelum wisuda. Tapi beginilah akhirnya baru dirapikan lagi pas momennya tahun baru. Mumpung ada momen, pikir saya. Semakin ketunda hanya akan semakin berdebu. 
---
I’m not one that gives meaning to milestones -kinda. Being the last child, I observe the milestones of my siblings, thus for me those moments are things that will eventually arrive for everyone. Birthdays, graduations, works, new families, end and new years, meeting and parting. Not even when I finally spent time studying abroad, a dream I once had. I think of it as just another passing day. 
I wonder though whether it's really because I don’t care or it’s just not special enough. Then I turned 23, graduated and started my first work on the same day, the 1st of November of 2022. It's supposed to be a bit special, isn’t it? 
I started thinking that I never had a proper appreciation for my younger self. Although the phase I’m currently in is not actually colourful, I just painted the past with dark by leaving it and not looking at it properly. 
So here it is, small gestures of appreciation buat himmah-himmah muda.
Congrats buat Himmah SD yang sudah beradaptasi dengan rumah dan lingkungan baru. Bertahan di rumah besar yang kosong ketika kakak-kakak sibuk dengan tugas belajar dan kerja memang ga mudah. Mengulang berkali-kali buku dan cerita yang sasarannya bukan untuk usiamu di goa perpus itu mungkin satu satunya caramu untuk melupakan gelap dan sepinya ruangan lain. Kamu bahkan bisa sesekali membantu bapak ketika sedang gaptek dengan laptop, dan melihat langsung bagaimana konsistennya bapak untuk belajar dan beribadah memasuki masa tuanya. Semua itu menjadi bekal wawasanmu untuk berpikir dan melihat dunia saat ini.
Selamat juga untuk Himmah SMP, 17 Juz hafalan Quran dengan konsisten juara umum maupun harapan di hampir setiap MHQ semesteran sangat butuh perjuangan. Begadang untuk ujian tahfidz, bangun ketika orang tidur dan tidur ketika orang bangun, nangis ketika entah ujian hafalan atau MHQ kebanyakan salah, keeping up the good-girl behavior since banyak nama yang ada di punggungmu haha, serta ga berpuas diri dengan akademikmu sampe nutup telinga dari apa kata orang dan struggle buat jadi satu-satunya yang lulus IC dari sekolahmu ketika itu. Well, I think you’ve done great, seriously. 
Err, should I talk about high school too? why do am I getting traumatized instead wkwk. Sepertinya aku dan kamu belum sepenuhnya berdamai haha. Good job on being called to the graduation stage twice. A long headpat juga buat liburan-liburan yang kamu korbanin sampe selesai hafalan di rumah tahfidz. Bisa nambah satu halaman baru setiap setengah jam, ujian kenaikan juz tiap tiga hari sekali dan dapet empat juz selama dua minggu adalah suatu kebanggaan yang ga bisa lagi dilakukan dengan kapasitas dirimu yang sekarang:”. You know we’re gonna have a loong writing for what happened each year in the school, and for that I’m gonna give you a big hug. The least I should say is, maintaining the mindset of ‘finishing an educational level as it should be’ is an excellent job. You actually had the choice (or the risk? wkwk) of moving out, but you've never actually seen it despite the fear, reality, as well as the social and academical drama you met.
You should be proud of your gap year. I honestly think it’s the most productive year of your life. Kamu dihargai sebagai santri kelas bahasa arab terbaik, bisa ujian murajaah 15 juz, got higher IELTS score than your brother (yeah, lol), accepted in some universities abroad, and even diligently stimulating your brain by attending those seminars almost every Saturday. Bertahan dengan kejenuhan, konsistensi dan komitmen terhadap tujuan selama setahun ketika kamu sebenernya cenderung buat melenceng kemana-mana is a great work indeed. You even found some precious answer on your own while facing your great fear. I wonder, are we really the same person? You make me believe that I actually have those sides and that I can maximize my potential if I really want to. 
Buat Himmah yang udah lulus kuliah? belum ada haha. Kayaknya belum bisa lebih objektif untuk mengucapkan selamat dengan tulus. Mungkin nanti, 5 atau 10 tahun lagi, kalau masih dikasih kesempatan hidup. So, keep struggling until then.
Each milestone surely taught me something, but If I want to talk about it then I will get the spotlight instead of you guys. So, no. Here is another message for you;
Engga, krisis eksistensial kita ga kelar-kelar. Ha. Berubah situasi dan kondisi, sebab dan akibat, mungkin iya. But basically you still like to brood over it and sink into your own world. Hal yang mungkin berubah adalah, you now accept it as part of your journey. Mungkin ga akan pernah selesai, mungkin ga akan ketemu suatu kesimpulan. Satu titik kamu merasa sudah dapat jawaban bukan berarti kamu ga mengalami atau menanyakannya lagi di kemudian hari.  
And that’s okay, we live on with it.
Sincerely,  
your 23-y.o.-self.
Tumblr media
13 notes · View notes
hanimuthiahh · 1 year
Text
Ayah, banyak sekali yg sayang sama ayah, banyak yg mendoakan ayah, banyak yg bersedih ketika ayah pergi, banyak yg menangis saat ayah di makamkan, orang-orang jauh pun banyak yg berdatangan maa syaa Allah
Ayah, hani saksi sebagai seorang anak, ayah sosok ayah yg sangat baik, baik sekali masya Allah.
Ayah yg slalu menanyakan "udah murojaah mba hani?", tp hari ini ga ada lagi yg menanyakan seperti ini.
Ayah yg setiap mau makan manggil semua anak-anaknya, supaya bisa makan bersama.
Ayah sering sekali cerita tentang bagaimana dulu pondok di bangun, mengukur pondok hanya berdua bersama alm buya Masrur, dan kami tau ayah, kalau sejarah pondok tidak sama dgn apa yg tertulis di buku sejarah pondok, tapi ayah tidak mempermasalahkan itu.
Dengan sangat ikhlas ayah bilang "untuk apa terkenal di bumi"
Ayah, akhir2 ini ayah ceria sekali, banyak meluangkan waktu untuk bercerita kpd kami.
Ayah, wajah manis ayah masih terbayang sampai saat ini.
Ayah, hani slalu berdoa supaya ayah menjadi wali nikah hani, tpi takdir berkata lain, anak perempuan ayah satu2 nya yg insya Allah ketika menikah bukan ayah lagi yg menjadi wali.
Ayah, seribu katapun tak mampu hani tulis untuk mengungkapkan betapa rindunya hati ini.
Ayah, kemaren ketika ayah di makamkan, suasanya adem sekali, mendung tipis-tipis, dan malemnya hujan deras.
Ayah, kemaren ayah minta cucikan baju putih ayah, kata ayah "di gosok-gosok aja" karna masih baru.
Ayah, lelaki terhebat dalam hidup hani, hebat sekali ayah masya Allah.
Ayah, yg slalu berusaha keras untuk selalu menjaga anak perempuannya, kami tidak di izinkan untuk upload poto selfi atau poto dengan jarak dekat, karna ketika di pandang lelaki, dosa yg akan mengalir.
Ayah, kmren pagi kita masih duduk bersama di teras rumah sambil makan getas, masih bercerita bersama, tpi pagi ini tak seperti biasanya yg duduk bersama, yang ada kami berziarah ke makam ayah.
Masih ga nyangka ayah, ayah kemaren sehat sekali, tanpa sakit apapun, qodarullah wa maa sya' fa'al.
Ayah, kami juga akan nyusul ayah insya Allah.
Terimakasih ayah, udah menemani hani selama 22 tahun, singkat sekali ayah 😭
Seneng sekali ketika liat status alumni dan para santri bahwa mereka bersaksi ayah guru yg baik masya Allah, bahkan ayah tau gaa, banyak sekali kawan-kawan di mesir pun merasa kehilangan juga, padahal mereka ga kenal ayah sama sekali.
Ayah, banyaak sekali ayah yg menguatkan hani, terima kasih ya Allah sudah dikelilingin orang-orang baik ❤️🥺
Alhamdulillah 'ala kulli haal
Ayah, sekali lagi, hani kangen yah 😭
3 notes · View notes
litnoodle · 2 years
Text
Teman Perjalanan
Jaman SMA dulu aku pernah meminta untuk dipertemukan dengan teman yang sama dalam perjalanan, ga perlu banyak, walau hanya segelintir tapi ia selalu menasihati dalam kebaikan juga keburukan. Hal ini karena, aku tau, sendiri dalam mempertahankan suatu prinsip atau keyakinan itu sangan sulit, apalagi bagiku, seorang yang sangat labil.
Singkat cerita, setelah 2 tahun menetap di jogja untuk kuliah, aku memutuskan untuk kembali nyantri, dengan banyaaak pertimbangan. Salah satunya, merasa diri ini sudah sangat jauh dari diri yang dulu. Ntah bagaimana Ia membolak-balikkan hati hambaNya, sampai saya mau untuk kembali menjadi santri.
Bertemulah saya dengan seorang teman yang ternyata kenal karena kami seasrama padahal kami satu kampus. Namanya Sopia, teteh dari Bandung ceunah. Pertama kali ngobrol, wah keknya orangnya asikk, udah mana instagramnya estetik, tulisan-tulisannya ajibbb wkwk. Berlanjutlah kami sering ngobrol, masak, dan jajan bareng, juga dengan teman yang lainnya.
Sekarang doi jadi teman terbaik saya. Baik, buruk, jeleknya saya doi tau kali ya hmz. Sampai kita sering bertanya, "kenapa Allah mempertemukan kita di 2 tahun terakhir masa kuliah ya??" wkwk kyk "kenapa ga dari awal tahun ajaa woey". Yaah mungkin itu itu salah satu dari skenarioNya kali ya bund. Kita kan sebagai hamba hanya bisa doa dan ikhtiar.
Btw, dari doi aku belajarr banyaaakkk hal. Tentang makna kesabaran, tulus, keikhlasan, bahkan sampai perjuangan. Yaa ga di sampaikan secara langsung sih, tapi dari dia aku sadar, bahwa aku masih harus banyak belajar untuk menjadi baik, masih harus banyak belajar untuk menjadi manusia yang dewasa menghadapi berbagai hal.
Dia yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, tidak dengan menjauhi, memarahi atau bahkan memaki. Tapi dari tulisan atau bahkan kata-katanya, sering membuatku tersadar akan makna hidup, kalau hidup cuma sementara, dan apa-apa yang terjadi pasti Allah punya alasannya.
Pokoknya aku ga nyesel deh ketemu orang kayak doi, aslii cuyyyy..
Tapii yaa gitu, semua ada masanya kan. Aku yang telah menyelesaikan studi di jogja harus kembali pulang untuk menuntaskan kewajiban lainnya. Jujur sedihhhh bgttt!! , tapi saya jaim nangis depan doi wkwk. YaAllah semoga bisa bertemu orang setulus doi lagi yaa :"))
Oiya, hari ini adalah hari-nya. Kali ini ia sedang bertambah usianya. Semoga hal-hal baik selalu meliputinya, memberikan manfaat yang lebih luas bagi orang-orang sekitarnya, tetap sabar ikhlas dan tulus dalam menjalani hidup, diberikan kekuatan ketegaran dan ketangguhan untuk menjadi hamba terbaikNya.
Semoga kamu sehat selalu ya Sop, doa baik selalu menyertaimu dari sini. Aku senang dan bersyukur banget telah Allah pertemukan dengamu. Semoga kita bisa bertemu di lain waktu dan kesempatan dengan keadaan yang tetap dan lebihh baik lagii :)))
Allah tau ko yang terbaik untuk hambaNya :)
Tetap jadi sopiaa yang teruss semangatt belajarr dimanapun dan kapanpunn :)))
Tumblr media
Pict: doi nemenin saya pengujian ampe malem brodii
7 notes · View notes
sazzadiyatan · 2 years
Text
Tumblr media
I posted 34 times in 2022
That's 10 more posts than 2021!
28 posts created (82%)
6 posts reblogged (18%)
Blogs I reblogged the most:
@ariqyraihan
@azdinawawi
@hellopersimmonpie
@allahaljalil
I tagged 14 of my posts in 2022
#0 - 2 posts
#sazzadiyatan - 11 posts
#hadiyah - 9 posts
#sazza - 7 posts
#guru - 4 posts
#prosa - 3 posts
#gresik - 3 posts
#murid - 2 posts
#youtube - 2 posts
#harapan - 2 posts
Longest Tag: 14 characters
#cintadalamdiam
My Top Posts in 2022:
#5
Upaya menguatkan diri
Hampir satu tahun membersamai anak anak di sekolah berbasis boarding membuatku ingin menulis ini sebagai bentuk penguat diri saat aku merasa benar benar lelah dengan semuanya.
Pagi ini 1 ramadhan di tahun 2022....
Sebenarnya perasaaan lelah dalam membersamai anak anak di boarding hadir sudah lama bahkan sudah berkali kali mencoba mengajukan risign tapi selalu ditolak dengan alasan belum ada pengganti dan sekolah akan selalu mendukung dibelakangku.
Tapi akhir akhir ini pemikiranku berkecamuk melihat kondisi anak anak yang tak kunjung membuat hatiku tenang dan juga akibat cerita anak spesialku dengan apa yg dikatakan salah satu guru di sekolah terkait kami para pendamping boarding yang membuat hatiku sedikit banyak terluka.
Mbak wanwin gpp loh pas liburan gak pulang di pondok saja, kalian loh meskipun di pondok aja pasti ada ustadzah yang menjaga
Tapi kan ustadzah juga waktunya libur bu, usth perlu istirahat
Ya kan memang tugasnya, mau gak mau
Aku lantas bertanya siapa yang mengatakan itu, tapi mereka diam tak menjawab, ingin marah namun seperti biasanya aku hanya memendam. Namun seperti yang lainya terlalu banyak yang kupendam maka suatu saat akan meledak.
Mungkin mereka mengira tugasku hanya mengarahkan anak anak sholat dan membatasi pemakaian hp mereka. Mereka tidak tahu ada begitu banyak hal yang diurus sampai bukan hanya fisik saja yang lelah namun juga batin.
Pagi ini aku berkontemplasi dengan flashback beberapa tahun lalu saat aku masih berstatus santri dan juga sempat menjadi pengajar. Disana bagaimana kami sangat menjunjung tinggi adab dan akhlaq kepada ustadz dan ustadzah, akhlaq kami didik dengan disiplin dan pembiasaan, siraman siraman rohani dari asatidz senior yang meneduhkan jiwa, juga perjuangan penuh saat kami berjuang menaiki step step kenaikan kelas sampai berstatus alumni.
Benar takkan terlupa, tak sadar aku menagis sesengukan saat melihat vidio clip diatas, rasa rindu berkecamuk dalam dada, ingin bercerita kepada para asatidz dan tentu dilengkapi dengan wejangan wejangan beliau.
Satu hal yang aku sadari orang orang akan mudah menjudge sesuatu apapun tanpa pernah merasakan, halah mondok aja kok gampang, halah ngurus anak anak di boarding itu mudah, halah gitu aja kok ngeluh, namun tidak pernah merasakan terjun langsung.
Semoga Allah menguatkan bahuku untuk tetap tegak membersamai anak anak, meski tak mudah semoga dapat membersamai sampai akhir tahun nanti dengan lapang dada.
Catatan akhir kerja semoga, dan juga dapat mendapatkan lahan untuk berbagi ilmu di tempat lain :)
Gresik, 2 April 2022
youtube
7 notes - Posted April 2, 2022
#4
BUAT AKU YANG SUKA BUAT GARA GARA
mohon maaf buat diriku yang suka gak sadar kalau kerjaanya sudah bejibun namun tetep aja mencari gara gara dengan nambah nambah pekerjaan lain karena pengen nambah pengalaman dan nambah portofolio.
coba dilihat fisik dan matanya yang sudah berkantung dan cepat ngantuk padahal masih jam delapan malam, tapi tetap menguatkan diri karena deadline banyak berkat mengambil semua hal yang kadang kamu sadar, jika mengambilnya hasilnya tidak maksimal.
yuk bisa yuk memperioritaskan pekerjaan mana yang harus diambil, tidak semuanya bisa kamu handle meski katamu bisa, dan merasa tak apa jika mengurangi jam tidur malam mu setiap hari.
ada hak tubuh yang perlu kamu perhatikan, ada hak hak orang orang di sekitar yang perlu akan kehadiranmu. jadi kerjakan sesuai kemampuan ya, tidak perlu meng-iyakan semua permintaan karena merasa segan untuk menolak. bismillah
Gresik, 17 Mei 2022
Untuk Sazzadiyatan
10 notes - Posted May 17, 2022
#3
Ada gak yang punya keinginan, ingin keluar dari kota tempat tinggal, Ingin menjadi warga kota lain tersebab banyaknya memori menyakitkan di kota tersebut. Itu yang aku inginkan sejak lama entah karena pekerjaan, pasangan atau takdir lain. Tidak banyak berinteraksi dengan warganya, mungkin hanya say hello, menanyakan kabar dan berpamitan.
Untuk yang ini semoga Allah mengabulkan, karena setiap sisi yang ada di kota ini menjadi luka yang bekasanya masih begitu terlihat.
Gresik, 3 Januari 2022
11 notes - Posted January 3, 2022
#2
memahami pemikiran Ayah
Banyak yang bertanya kepadaku kira kira bagaimana laki laki yang masuk tipeku untuk menjadi suami, dan selalu aku katakan yang Ayah setujui.
Beberapa orang berniat mengenalkanku kepada beberapa laki laki tentu sudah dijelaskan apa pekerjaannya. Ada yg menjadi PNS dari beberapa bidang: nakes, bea cukai, pegawai pemerintahan, namun selalu ditolak oleh ayah.
Dan aku pun tidak pernah secara langsung mengatakannya namun lewat ibuk yang menjadi perantara kami berdua. Ibuk selalu menjelaskan kepada ayah terkait niat niat baik yang datang kepadaku namun beliau hanya diam tidak berkata apapun, kata ibuk artinya ayah menolak atau tidak setuju.
Anehnya ayah tidak pernah menjelaskan kriteria laki laki yang direstui olehnya untuk menikah denganku, kami tidak pernah membicarakanya, dan akupun tidak pernah berani menanyakanya. Ahh memang aku ini mirip sekali dengan ayah yang kurang memperhatikan manusia manusia sekitarnya, cukup memenuhi kebutuhan dan kewajiban menurut kami itu sudah dilaksanakan. Perbedaanya aku sedikit bisa menahan emosi daripada ayah mungkin karena efek pendidikan di pesantren dulu yang harus sami'na waatho'na [kami patuh dan kami taat]
Sebenarnya aku ingin menanyakan tentang hal ini mengingat usiaku sudah tidak muda, namun rasa canggung selalu mengantui dan membersami saat mengobrol bersama ayah, bahkan ibuk juga tidak tahu bagaimana tipe laki laki yg akan disetujui untuk menikah denganku.
Ibu hanya bilang:
Mungkin ayah ingin menantu yg menjauhkan kamu dari dosa, pekerjaanya jauh dari hal hal yang meragukan dan tidak dihantui godaan godaan dunia.
entahlah, sebenarnya ingin sekali menyelami pikiran ayah untuk tahu bagaimana tipe tipe laki laki yg baik untukku. Aku hanya berdoa siapapun dia semoga bisa mengambil hati ayahku dan tentu sifat sifat yang kudoakan kepada Allah sejak lama.
Ayah semoga cepat dibuka hatinya ya :)
Gresik, 4 Maret 2022
Dari anak bungsumu
13 notes - Posted March 4, 2022
My #1 post of 2022
Tumblr media
Untuk buah hati ummah di masa depan
Hai entah surat ini akan sampai kepadamu di masa depan atau tidak, jika iya maka ummah harap kamu dapat membaca goresan jemari ini dengan buncah bahagia.
Hai dek (ghaitsa, tsaqib, raihan) atau siapapun nama kamu nanti, saat kamu menginjak dewasa nanti ummah akan mengizinkanmu berpetualang berkeliling Negeri kita atau diluarnya, adek boleh naik kereta, kapal, pesawat dan transportasi umum lainya, berkenalan dengan orang baru di perjalanan, dan mengexplore kebesaran Allah yg Dia sajikan di alam semesta yg kita hidup diatasnya.
Adek boleh mendaki gunung, berenang di laut, mencicipi kuliner kaki lima, bahkan mengabdi di pedalaman dan boleh juga jika ingin berkuliah di luar negeri, ummah akan sepenuhnya mendukung dan tentunya ummah akan membantu bernegoisasi dengan buyamu juga.
Anak ummah boleh kemana saja, namun ingat jadikan perjalanan yg kamu tapaki sebagai upaya syukur atas segala apa yang diberikan Rabb-mu tentu dengan segala pengetahuan perintah dan larangan-Nya yang kamu ikuti.
Jangan khawatir ummah adalah orang pertama yg mendukung bahkan menjadi rekan pertama di perjalananmu akan ummah upayakan. Jadi jangan khawatir yaa.
Lalu kembalilah dan bermanfaatlah untuk banyak manusia, agungkan nama-Nya di setiap tempat yg kamu lalui dan panjangkan sujudmu di atas tanahnya, ummah akan selalu mendukungmu dimanapun kamu berada.
Ummahmu hadiyah, semoga kita segera bertemu ya, doakan ummah segera bertemu buyamu :)
Gresik, 26 Juli 2022
19 notes - Posted July 26, 2022
Get your Tumblr 2022 Year in Review →
5 notes · View notes
nhadiyati · 2 years
Text
Pernikahan
Tumblr media
Alhamdulillah, 25 Desember 2022 bertepat di Ballroom C Golden Prawn Batam jam 09.00, saya dan Ma'ruf resmi diikatkan oleh ikatan pernikahan. Masih inget melownya ketika dengar kata wali hakim, deg-deg dari balik bilah kayu dengerin fasihnya ijab kabul yang di lafalkan Ma'ruf, ucapan sah dari saksi, dan ternyata nangis pas sungkem sama mama, pegalnya kepala saat resepsi pakai sunting melayu, semua salam dan doa yang diucapkan saat acara berlangsung
Awalnya tulisan ini mau throwback semua persiapan menikah, jungkir balik emosi yang ku pikir tidak akan ku alami karena aku sudah melakukan planning jauh-jauh bulan (kulitku sampai iritasi dan memar-memar, omelan dan tangis jangan ditanya) tapi dirasakan juga dengan bumbu overthinking dan rindu kayak ngebayangin kalau ada Bapak mungkin gak riweh gini, pengen ngobrol sharing sama Bapak.
Kemudian mau kasih tips ala-ala untuk mempertemukan rancangan dari versi kece-kece di sosial media, versi yang affordable bagi catin, dan versi keluarga besar 🤣, tapi aku juga menyadari sudah banyak tips serupa, kalau mau ayo ngobrol aja hhe siapa tau beneran bisa kasih tips dari aku yang juga belajar banyak.
Tapi akhirnya saya kemudian menghapus 3 paragfraf dan menganti dengan penutup "semua pasti punya cerita sendiri dalam mempersiapkan pernikahan, dan kesemuanya akan menjadi kenangan yang penuh makna" dan mungkin untuk orang lain yang diluar prosesi gak perlu lah koment semacam "dekornya hmmm.. makanannnya hmm.. kok si A gak diundang". Karena tanpa komentar itu catin udah ambyar sendiri dan sangat berusaha mempersiapkan pernikahan yang bukan hanya untuk berdua tapi semua bahagia. Jadilah beri doa terbaik, kalau ga bsa ngado minimal amplop tapi jangan dipaksa apalahi sampai ngasih amplop kosong hehe
No such thing as a perfect wedding, something will go wrong, but it is the marriage that matters. Our relationships are imperfectly wonderful.
Demikian juga dengan prosesi pernikahan kami, bakal banyak kalau bahas kurang dan jungkir baliknya. Tapi paragfraf ini adalah ucapan terimakasih kepada Mama yang sibuk masak-masak dan membesarkan hatiku ketika ada masalah perwalian, Kak Rani yang sampai demam karena mengurusi pernikahan, Kak Dhana yang mobilisasi sambil gendong Adel, Pak Anjang yang jadi pilar terdepan dalam penyelenggaraan Acara, Paman dan Tante yang terlibat dan turut hadir, Elsa yang mendadak jadi pedamping dan pemegang kipas, Sheisa untuk sumbangan lagunya, dan teruntum Sanak Saudara jauh yang menyempatkan hadir. Serta Keluarga Ma'ruf yang amat sangat lapang dada terhadap acara. Banyak dan tak habis ucapan terimakasih untuk keluarga serta orang sekitar yang mencurahkan cinta kasih kepasa kami yang amat terlihat di prosesi pernikahan kami.
Untuk perangkat acara, terimakasih utama ke tim Ebony yang sudah membantu persiapan dan pelaksanaan dengan maksimal padahal mungkin aku nawar harga gak pakai perasaan. Sampai sekarang aku masih takjub ama cantiknya dekorasi (yang aku cmn bilang mau warna biru dan melayu) dan gimana aku bisa di make up jadi cantik banget (agak pede, tapi asli banyak yang bilang terlepas dari aku pengantinnya). Makasih banyak tante unik, santri, mela, sarah, dan tim cowo yang aku gak tau siapa namanya .
Untuk mas leo dan mas dedi serta tim dari El Pictura, makasih banyak sudah mengdokumentasikan prosesi pernikahan kami juga dengan sangat cantik (padahal yang aku baru terima itu masih file mentahan). Maafkan aku yang ogah2an diphoto terakhir karena kepala sakit dan sekarang nyesel kekurangan photo hahaha.
Makasih untuk tim penghibur bupala dancer yang dihubungi h-4 kegiatan tapi tampil dengan sangat baik. Makasih juga untuk grandiose musik, mbak indah yang selalu fast response dan nyanyinya bagus banget, terlepas aku kasih list musik kebanyakan haha.
Makasih juga untuk Pak Kasmuri, Pak Zen, Pak Syamsudin Jafar yang sudah memandu penikahan kami sesuai prosedur adat. Terimakasih Pak Ust Soni dan Ust. Syafriadi yang sudah mengiringi pernikahan kami dengan doa dan lantunan ayat suci alquran. Terimakasih Pak Mulyadi selalu KUA Bengkong untuk pendampingan yang diberikan dan sudah menikahkan saya sebagai wali hakim.
Untuk Ma'ruf terimakasih sudah menerimaku sebagai istri, terimakasih sudah menjemputku di altar dan mengamit tanganku terutama ketika kita diuji kamu tetap tenang seperti saat aku berduka kehilangan bapak kamu juga menemani. Terus bersama dan bersabar penuh cinta kedepannya berbahagia. Seminggu kita bersama sebelum kembali dipisahkan jarak dan realita adalah hari-hari yang membahagiakan. Semoga aku bisa jadi istri dan kamu jadi suami sebagaimana diajarkan oleh agama, memiliki keturunan shaleh/shalihah, keluarga sakinah, mawadah, warahmah
Terimakasih untuk semua yang mendoakan kami dalam kebaikan dan keberkahan
P.S : Selesai ditulis 3/1/2022 dan masih sangat berbahagia serta rindu suami
4 notes · View notes
nasihoheng · 2 years
Text
day 10
cerita kelas 1 KMI (setara 1 SMP)
kehidupan menjadi santri gontor yang sebenarnya dimulai dari sini. 
mari kita cerita mulai dari asrama. sistem asrama di gontor atau bahkan mungkin di kebanyakan pondok adalah satu kamar berisikan berbagai macam usia atau tingkatan kelas di sekolah, biasanya dalam satu kamar tersebut berisikan anak kelas 2 sampai kelas 6 KMI. namun khusus asrama untuk santri kelas 1 tidak digabung dengan kakak kelas, karena konon katanya santri kelas 1 masih polos, belum tercampur dengan “perilaku ajaib” santri pondok pada umumnya. santri kelas 1 ini masih meraba gontor itu seperti apa, masih beradaptasi dengan kehidupan pondok yang serba mandiri, masih menyesuaikan dengan sistem peraturan pondok yang lebih ketat dari kemarin saat capel, dan sebagainya. intinya kelas 1 ini adalah masa pengenalan untuk para santri baru. kegiatan intiku ketika masuk kelas 1 tidak berubah, aku masih rajin mendatangi wartel untuk menanyakan kabar mama dan papa setiap hari. kami mulai dibiasakan untuk bangun jam 3 pagi lalu tidur jam 10 malam. oiyaa kami juga mempunyai kakak pembimbing dari santri kelas 5 yang tinggal satu kamar dengan kami. kakak pembimbing inilah yang membantu mengenalkan sistem di gontor kepada kami secara perlahan. mengajarkan kosakata bahasa arab dan inggris setiap hari setiap waktu, karena kami sudah resmi menjadi santri gontor, maka diwajibkan berbicara menggunakan bahasa arab atau inggris (tergantung minggunya). mengajarkan kami bagaimana cara untuk survive di pondok, memberikan arahan saat kami bingung, menghibur saat kami rindu orangtua dan sebagainya. kakak-kakak kelas 5 ini bisa dibilang sebagai tangan kanannya ustadzah dalam mengurus para santri. semua santri saat naik kelas 5 nantinya sudah otomatis menjadi pembimbing asrama, sehingga setiap kamar yang ada di gontor sudah pasti ada pembimbing kamarnya. 
mari ku beritahu tentang sistem hukuman di gontor yang mungkin kurang bisa diterima bagi sebagian orang. gontor menerapkan hukuman dhorbul jami’ atau pukul rata, ibaratnya satu kena maka semua kena. mungkin untuk mengajarkan kita agar lebih peduli terhadap sekitar dalam hal mengingatkan peraturan-peraturan pondok. tapi terkadang sistem ini juga dirasa kurang adil, karena seolah-olah santri yang tidak bersalah pun ikut dihukum. seperti aku contohnya (wkwk). begini ceritanya, aku termasuk tipe orang yang tidak suka neko-neko atau mencoba hal-hal aneh yang kelak akan merugikan diri sendiri wkwk. melanggar peraturan adalah hal yang sangat ku hindari, karena aku tidak suka dihukum. malam itu saat aku sedang belajar di depan koperasi pelajar, tiba-tiba aku dipanggil oleh bagian bahasa pusat yang sedang lewat di situ, aku kena marah karena dituduh tidak menegur santri yang berbicara tidak menggunakan bahasa. betapa kagetnya aku saat itu, karena pertama posisi dudukku saat belajar adalah menghadap ke tembok, di mana tentu saja aku tidak memperhatikan orang-orang di belakangku, kedua, santri yang berbicara tanpa menggunakan bahasa itupun bahkan aku tidak kenal siapa mereka, dan kalau tidak salah mereka kakak kelas (jika kalian tahu, senioritas di gontor tinggi sekali, apalagi untuk anak kelas 1 seperti kami yang masih sangat baru di pondok. kami hanya duduk dan tidak mengganggu mereka saja bisa disindir. apalagi berperilaku tidak sopan dengan kakak kelas tentu saja akan disindir habis-habisan. maka dari itu kami sangat tidak berani untuk hanya sekedar menyapa kakak kelas apalagi menegur mereka saat berbuat salah, lah siapa kita gitu kan?). saat itu dengan kondisi ku yang belum begitu paham dengan bahasa arab dan inggris pun harus terima disidang menggunakan bahasa arab. selesai sidang pastinya aku mendapatkan hukuman untuk kesalahan yang bahkan aku sendiri tidak melakukannya (hehe masi ngga terima aja bambang). hukuman yang paling aku ingat saat itu adalah membuat surat pengakuan dosa berbahasa arab ditanda tangani oleh ketua asrama dan ustadzah wali kelas, lalu dibacakan di depan seluruh santri kelas satu di asramaku. ada hukuman lain tentunya, tapi aku sudah lupa apa itu. 
sistem kelas di gontor juga dibagi berdasarkan nilai akademiknya. kelas paling tinggi adalah kelas B, yang diisi santri pemilik nilai akademik paling tinggi sementara kelas paling rendah tergantung dari jumlah satu angkatan, ada yang dalam satu angkatan berisi 500 santri, maka kelas biasanya akan sampai abjad O atau P. alhamdulillah saat itu aku duduk di kelas 1E, kalau tidak salah dulu angkatanku kelas paling akhir adalah kelas M. ngga banyak yang bisa ku ceritakan di kelas 1 karena separuh kehidupan kelas 1 ku habiskan untuk menangis karena rindu orangtua di rumah wkwk. yang jelas kelas 1 meskipun banyak nangisnya tapi banyak juga serunya. kelas 1 adalah kelas dimana semua masih serba baru, segala hal baru jadi kami semangat untuk mencoba. setiap weekend pun kami selalu ada kegiatan, jadi tidak ada kata bosan meskipun kami hanya hidup di dalam pondok.
bersambung..
1 note · View note
syifa-world · 2 years
Text
Serial Kehidupan Pesantren #2
Ternyata sudah lebih dari satu tahun dari SKP episode 1. Tak masalah, mari kita coba lagi dan lagi!
Eps 2: Lemari
Asramaku memberi banyak fasilitas untuk penghuninya, salah satunya adalah lemari. Bukan lemari dua pintu per orang, tentu saja bukan pula walk in closet per orang haha. Pengasuh kami biasanya memesan lemari susun yang panjangnya beberapa meter dan tingginya kira-kira dua meter, mungkin lebih. Lemari setinggi itu, dibagi dua, jadi ada lemari atas dan lemari bawah. Lebar lemari per anak kira-kira .. dua kali buku tulis. Berapa tuh? Setengah meter ya mungkin. Nah, satu lemari yang setinggi hampir satu meter itu masih dibagi 3 bagian secara horizontal. Begitu gambaran lemari yang kami miliki.
Kecil sih, tapi lumayan untuk menyimpan baju sekolah, baju mengaji, baju tidur, buku, kitab, dan peralatan sehari-hari. Mirip-mirip seperti menyimpan semua yang kita miliki dalam satu koper hihi. Keren juga ya, ternyata selama ini kami benar-benar menerapkan gaya hidup minimalis. Berarti bajunya cuci kering pakai dong? Oh tenang saja, kami punya seragam putih biru/abu, seragam pdh, seragam pramuka, seragam olahraga, beberapa stel baju muslim, gamis, beberapa stel piama, bahkan terkadang kami pun menyimpan baju kelas, baju organisasi, dan berbagai atribut tambahan lain. Kadang kalau bosan atau kehabisan baju karena musim hujan, kami saling meminjamkan baju satu sama lain. Makin beragam deh pilihannya.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana memasukkan kostum-kostum itu ke lemari kami, padahal masih ada peralatan sekolah dan perlengkapan lain? Ini dia yang baru ku pelajari di pesantren haha. Menata baju sepresisi mungkin, salah satu caranya dengan menjadikan buku tulis sebagai cetakan. Jadi nanti hasil akhirnya 1 baju = 1 buku tulis. Ini memang definisi "ada aja idenya" sih. Oh iya, satu tips lagi, bawalah baju-baju yang tidak bervolume alias tipis saat dilipat. Ini juga salah satu lifehack menata baju ala santri.
Wah, panjang juga ya padahal baru bahas baju
Next, buku dan kitab. Seperti anak 90'an akhir lainnya, buku-buku sekolah kita jumlahnya sudah mulai bejibun. Bagaimana menyiasati agar tumpukan kertas-kertas itu muat di lemari? Tipsnya, tinggalkan beberapa buku tebal di loker sekolah. Tips tersebut bisa mengurangi sepersekian isi lemarimu. Plus, tas jadi tidak berat saat berangkat dan pulang sekolah, maklum kita kan jalan kaki ya.
Baju sudah, buku sudah, perlengkapan lain biasanya kami simpan di sebuah tempat. Macam-macam tempatnya, ada yang sampai beli kotak plastik lucu-lucu, ada juga yang pakai kardus bekas sepatu. Tergantung apa yang kami punya saja.
Oke terakhir, yang paling menarik dari cerita lemari ini adalah bungkus kado dan kunci. Kami biasanya pindah kamar tiap setahun sekali, otomatis lemarinya bekas dipakai santri lain. Nah, agar kami semakin semangat menata lemari dan punya "rasa memiliki" lemari baru ini, kami biasanya melapisinya dengan kertas kado. Bisa kertas kado polos jika ingin temanya warna tertentu, bisa juga kertas kado motif jika ingin lebih meriah. Seru sekali awal-awal perpindahan kamar, karena kami akan saling menengok lemari berikut temanya, Sedihnya, karena sebelumnya dipakai santri lain, terkadang kunci lemari kami rusak. Akan memakan waktu berhari-hari menunggu antrian membetulkan pintu. Tapi tak masalah untukku, karena lemariku sudah seperti lemari umum, siapa saja boleh menaruh apa saja atau meminjam apa saja. Barang hilang, ya tinggal tanya aja siapa yang bawa, case closed. Orang di asrama tuh itu-itu saja, ntar juga ketahuan siapa yang bawa. Waw, agaknya emang lagi kangen curhat ya jadinya sepanjang jalan kenangan begini. Terima kasih untukmu yang sudah membacanya hingga akhir. Nanti aku cerita lagi, ya!
6 notes · View notes