Tumgik
#cerpenku
yemimahari · 4 months
Text
jadi relationship ku sm kurro tetsurou ini (ya pastinya di pikiranku aja) kayak pelarianku waktu susah", pemberhentianku kalo engga baik" aja. Tempat aku nyari support system. Bcs who in real life? Tempat aku nangis (soalnya kl lagi tertekan aku curahin semua di cerpenku sm dia) dan tempat aku (secara nyata) kabur dari dunia. Mencari kenyamanan(uhuk).
Setelah movie kemarin aku menemukan banyak fakta" aneh. Semacam kalo di dunia nyata kayaknya aku gabakal akur sm bentukan ky kuroo. Ato aku bakal betengkar terus. atau ended up pacaran. Tp engga samsek kaya di relationship sahabatan, pertemanan ato semacam itu. Formal relationship?
Yeh, terus dia lahir tahun 1994 ternyata. November. tanggal 14.
Jadi. Secara. Sekarang dia udah... 30 tahun. Tahun ini. dia udah, pantas nikah.
*menyadari beda umur belasan tahun*
*menyadari dia udah jadi cowo mateng*
*menyadari kalo dia udah orang kantoran* *menyadari kalo sebenernya di dunia nyata pun kita gabakal ketemu walo dia di Indo* *menyadari kalo aku manggil dia gak Kak Kuroo, Kak Tetsuro, tapi Mas ato Om* *mungkin setahun lalu dia udah nikah* *mungkin dia udah punya bayi*
dan mungkin kalo dia dateng kerumahku, aku adalah sma yg malu" in, gaberani keluar kamar karena kukira dia mas mas sales nyeremin yang biasa dihadepin nenek.
Dan kalo dia sebenernya engga satu tahun lebih tua dari aku. Dia gabisa kuanggep kakak deket yg aku bisa sharing banyak hal soal pertemanan dan aku gabisa nangis di pundak dia tentang temen" yang kutinggalin, temen temen yang ninggalin, deppresed isolation. Dia gabisa ngajak aku kabur dari rumah buat ninggalin tempat yg kadang" aga anj ini buat ngasih aku pemandangan luar yang masih luaass. Dia cowok 30 tahun yang ngurus uang kantor, punya gaji sendiri, udah dijodohin sama cewek mapan. sekretaris kantor paling keren sedunia. ugh. how???
Dan ternyata kenyataan paling nyakitin adalah dia ternyata gak nyata? Ugh. Dan dia cuma di pikiranku aja selama ini? Dan kita hidup tanpa bersentuhan sama sekali?
0 notes
lunabovethesky · 10 months
Text
Tumblr media
𝓑ingo madness; coming to a final of Vagebond’s journey at Antrasia.
1st, kesan pesan selama di tinil.
first of all, aku seneng banget bisa masuk disini. karena aku suka sama konsepnya! pas pdkt juga caretakersnya ramah banget, selalu balesin mentions dan dm-ku, padahal kadang enggak penting! setiap aku pdkt sama oa, aku pasti lihat dari caretakers dulu pertama. kalau aku enggak suka sama ct-nya, aku gak bakal lanjutin pdktnya. tapi kali ini aku suka banget sama semua caretakersnya tinil! that's why aku perjuangin banget untuk masuk tinil, walaupun saat itu kondisi akunku lagi geboy dan sibuk pindah pindah akun. walaupun aku banyak pindah akun, tapi ctsnya gak protes :") minta maaf banget karena sempet nyusahin pas itu... selama di tinil juga aku seneng banget sama semua membernya. kalian itu rame, selalu ada, tapi nggak yang over-crowded sampai bikin orang lain terasa left out dan overwhelmed juga. sukaaa banget. eventnya juga santai, WALAUPUN relay maze : D tapi gakpapa tim-ku selalu kompak. caretakersnya bener bener SE-care itu. peduli banget sama anak anaknya, kerasa banget sayang sama kita. pokonya aku sayang banget sama tinil. i'm so lucky to be here. <3
2nd, letters for vagebond.
hello, mates! terima kasih ya udah jadi teman aku selama sebulanan ini, aku seneng banget ketemu dan berteman sama kalian semua. kalian asik, baik, lucu, arrgggh semuanya. semoga habis ini kita bakal temenan yang lama yaaa? minat temenan selama-lamanya! see u on top semuanya, semoga enggak lost spark sama wintek <3
3rd, letters for the facters.
hi facters! ini dia para jagoanku. kalau disuruh bikin letter satu satu untuk masing masing kalian mungkin aku bakal kicep ya karena aku gaktau aku deketnya sama siapa aja karena SETIAP AKU DM-AN AKU GAKTAU WHO IS WHO... SO SOWRRY tapi so far, aku seneng banget jadi anak anak kalian! terutama mami dara dan kak rora yang nemenin kita dari awaaaal banget. aku juga berterimakasih banyak banyak buat kak joan dan kak ayang buat jadi caretakers terbaik buat para vagebonds. all of you did the best! bangga banget sama kalian karena udah bikinin wadah untuka ku dan para vagebond lainnya untuk saling mengenal satu sama lain <3 habis ini jangan lupa istirahat ya! makan dan minum yang cukup juga okaaay. love yew!
4th, appreciate myself.
aku gaktau harus ngomong apalagi disini karena aku emang bangga sama diriku setiap harinya. aku cantik, aku hebat, aku pinter! i did well and i did my best every single day. <3
5th, favorite event or mission.
my fav one is ... manito :3 aku seneng aja bisa support kakakku {kak emink} karena aku tau dia saat itu lagi enggak baik-baik aja. makasih banyak the facters udah izinin aku request buat manitoin beliau. T___T aku juga seneng dikirimin menfess penyemangat, that's why i love manito mission sooo much. oya aku juga seneng banget pas games relay maze karena HAHAHA seru aja! kelompokku ambis sekali {terutama odeh} MAKASIH BANYAK BANYAK buat odeh karena everything feels easier when he's on my team T_____T tapi pokonya semua misi dan event tinil gak ada yang membosankan! seru semuaaa.
6th, unforgettable moment.
mengacu ke pertanyaan ke 5 sih? aku seneng pas bisa manitoin kakakku. aku juga seneng pas sekelompok sama odeh khususnya saat main relay : D. apalagi yaaa. karena aku pelupa jadi aku inget itu aja HAHA, tapi ya i cherish every moment kok :3
terima kasih banyak udah baca cerpenku. this has been wintek!
1 note · View note
fitriaadl · 1 year
Text
Cerita Menulis
Part 1
Aku mulai tertarik dengan dunia literasi sejak SD, dulu suka sekali membaca majalah-majalah "Ummi" milik mama, di majalah itu ada cerpen anak, cerita kampung permata, puisi, dan sebagainya. Sejak SD kelas 3 aku menyadari kalo aku suka sekali dengan pelajaran bahasa Indonesia dan seni rupa. Menulis, membaca, menggambar adalah hobiku sedari kecil.
Setelah masuk SMP, ternyata aku semakin suka membaca. Jam-jam istirahat selalu menyempatkan waktu untuk meminjam buku ke perpustakaan, aku langsung jatuh hati dengan novel-novel remaja. Saat membaca novel aku seperti punya dunia sendiri, aku jadi bisa berimajinasi, aku mengenal banyak hal dari membaca, dan menambah kosa kata baru tentunya. Yang aku rasakan adalah aku sangat bahagia saat membacanya.
Saat itupun aku mamasang cita-cita menjadi seorang penulis. Aku sering membayangkan bisa menulis sebuah buku dan dibaca oleh banyak orang. Bisa menulis novel-novel keren seperti Tere Liye, Habiburrahman El-Shirazy dan penulis-penulis hebat lainnya.
Kala itu aku mulai mencoba menulis cerpen, ide-ide bermunculan di kepala. Aku mengetiknya di laptop, kata demi kata aku rangkai menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat menjadi sebuah paragraf. Hampir setiap hari aku lakukan, seru dan menyenangkan. Tapi ternyata melelahkan juga.
Menulis tidak semudah yang kubayangkan, ceritaku menggantung alias tidak ada endingnya. Semuanya berhenti di tengah jalan, entah kenapa baru menulis beberapa halaman aku sudah bosan lalu menulis cerita baru lagi, bosan lagi, menulis cerita baru lagi. Seperti itu saja alurnya. Intinya cerpenku tidak ada yang selesai.
0 notes
littlehighlittlelow · 2 years
Text
Kawana Tengo
"Aku merasa agak mirip dengan Kawana Tengo,"
Pernyataan itu membuatku tergelitik. Kemudian merenung. Bukan, bukan untuk mencari-cari ingatan tentang karakter Kawana Tengo dalam Novel Haruki Murakami, lalu membandingkan dengan kepribadian temanku.
Aku lebih tertarik untuk membuka laci bacaan di suatu sudut dalam otakku, menelusuri buku demi buku yang aku baca, tokoh demi tokoh yang pernah aku jumpai, dan karakter demi karakter yang pernah aku cerna. Tapi tidak ada hal-hal seperti itu. Maksudku, aku tidak pernah mengidentikan diriku dengan seorang tokoh di buku. Diriku terlalu biasa-biasa saja untuk dideskripsikan dalam sebuah paragraf yang cantik, kurasa. Terlalu biasa untuk diceritakan sebagai tokoh utama.
Maksudku, aku bisa bermain musik, tapi hanya sekedar hobi dan tidak begitu jago. Aku bisa menggambar, tapi tidak sampai bisa memenangkan lomba. Aku bisa menulis, tiga cerpenku pernah masuk 30 besar dari sekian cerpen yang mendaftar, tetapi ketiganya tidak berhasil dibukukan karena hanya terpilih 15 saja. Artinya, tiga cerpenku tidak layak cetak, satupun. Aku ingin mengamini bahwa itu prestasi yang lumayan. Tapi tidak terpilih untuk menerbitkan cerpen atau menjadi juara satu, artinya tidak ada material tokoh utama dalam diriku, kan?
Fisik? Fisikku tidak terlalu menarik dan tidak terlalu buruk rupa juga. Tidak seperti Ushikawa yang digambarkan begitu jeleknya, rupa, maupun fisikku biasa saja. Tidak terlalu mencolok. Tidak terlalu cakep atau terlalu jelek, sehingga kehadiranku tidak membuat nyaman maupun tidak nyaman. Cocok untuk dijadikan pemain figuran.
Figuran = figur + an. Sosok yang tidak diberi nama, kepribadian, atau dialog.
Kalau aku casting, sutradara mungkin hanya membutuhkan waktu 5 detik untuk langsung memberikan tanggung jawab kepadaku sebagai seorang warga biasa. Mungkin ibu rumah tangga, mungkin siswa SMA yang berjalan cepet melewati tokoh utama, sehingga tidak perlu terlalu fokus disorot. Hanya bayanganku yang dibutuhkan untuk membantu menggambarkan kondisi "natural" pada latar cerita.
Tokoh antagonis? Hmm... tentu aku tidak terlalu buruk juga, sehingga tidak ada sosok antagonis yang aku banget. Paling hanya beberapa sifatnya yang bisa melekat padaku, pencemburu, misalnya.
Ah, mungkin karena terlalu banyak buku yang aku baca, sehingga lupa pernah mengidentikan diri dengan siapa. Tapi aku ingat, aku pernah ngepas-pasin diri dengan Lizzy (Elizabeth Bennet), tokoh utama dalam Pride and Prejudice, novel karya Jane Austen. Karena aku ingin merasa keren, tentunya. Hey, tapi setidaknya kami sama-sama suka membaca buku. Pembelaanku. Itu aja sih yang sama. Karakternya (Lizzy) yang lain, jelas tidak.
Benar. Tentu saja maksud temanku itu tidak mirip dengan suatu tokoh secara seratus persen. Mungkin fisiknya saja, kepribadian saja, atau mungkin vibesnya saja. Semacam, tiba-tiba saja seperti berkaca.
Oh oh! Aku teringat aku mirip seseorang. Bukan tokoh di buku sih, tapi tokoh Disney. Namanya Luisa, anak sulung keluarga Madrigal. Itu lho... Encanto yang dirilis pada bulan November 2021, menceritakan keluarga yang tinggal di pegunungan Kolombia yang setiap anaknya diberi hadiah unik seperti kekuatan mengubah cuaca, menyembuhkan, menumbuhkan, berbicara dengan hewan, dan lain-lain - setiap anak kecuali satu, Mirabel (si tokoh utama). Luisa sendiri kakak tertua Mirabel dan dia diberkati kekuatan super. Tentunya, aku tidak merasa mirip dalam hal kekuatan super, karena aku tidak bisa mengangkat satu kompi keledai dengan kedua tanganku. Lebih tepatnya, kami mirip dalam hal psikologis. Biasalah, permasalahan anak sulung. Inner child kami mirip. Dan aku teringat, aku menangis hebat (sampai mataku bengkak dan kepalaku pusing keesokan harinya) saat menonton scene dimana Luisa menyanyi. Liriknya ngena banget.
Rasanya seperti ada yang membantu membuat visualisasi terkait apa-apa yang aku rasakan. Rasanya seperti dipeluk. Dan orang sepertiku dan Luisa cenderung enggan dipeluk. Karena kami tau sebenarnya kami sangat rapuh, sedikit saja dipeluk kami bisa roboh. Tapi kami tidak suka mengakui kalau kami sebenernya rapuh. Lagipula, kami tidak tau caranya roboh dan tidak tahu apa jadinya jika kami roboh. Tidak familiar. Tidak cocok dengan peran yang ditugaskan kepada kami. Tidak sesuai dengan ekspektasi lingkaran terdekat. Makanya lebih mudah kami tambal-tembel saja sana sini supaya terlihat masih kokoh berdiri. Toh masih beneran kokoh berdiri. Jadi tak usahlah peluk-peluk. Kami baik-baik saja.
Tapi ketika menonton film itu, seperti tidak bisa menghindar dan akhirnya aku pasrah dipeluk. Pasrah dipeluk artinya kami mengaku lemah. Mengaku lemah artinya, sudah mencapai batas kekuatan untuk menahan tembok pertahanan diri. Dan siap roboh. Siap roboh artinya, aku ingin menangis. Untuk bisa menangis aku benar-benar ingin dipeluk, ditepuk pundaknya dan dibisiki kata terima kasih.
Terima kasih, kamu sudah bekerja keras. Tugasmu sudah selesai... Kamu boleh pulang.
Aku ingin pulang.
Wah. Aku harus berterima kasih pada Disney untuk itu!
0 notes
childloveslife · 14 years
Text
Tampilanku Tidak Sempurna
Suatu waktu adikku yang saat ini sudah berusia 20 tahun sedang mengomel dan mengoceh untuk menceramahiku, mungkin boleh dibilang adikku lebih pandai dibandingku sejak kecil. Bahkan sejujurnya aku selalu kagum loh. Kadang omelannya penuh emosi karena mungkin ia hanya butuh melampiaskan amarah dan kelelahannya ke orang terdekatnya, ya kakaknya. Apakah aku marah? Kadang kadang yaa.. Terus kalo ikut terbawa emosi juga jadi teringat sebuah cuplikan kenangan manis sewaktu aku dan adikku masih kecil. Mungkin sekitar 14 tahun lalu. Adikku umur 6 tahun aku umur 10 tahun.
Perbandingan penampilan aku dan adikku saat ini bisa dibilang 95% mirip, serius. Aku pun dapat membuka kunci hp nya menggunakan wajahku. Hahaha kembar beda 4 tahun. Namun, ketika 14 tahun lalu, penampilan kami benar-benar berbeda. Adikku boleh dikata anak bergizi baik pada masanya karena memiliki rambut berkilau, wajah bersih mulus, putih, dan gemesin bgt deh pokoknya! Kalo ada fotonya kapan-kapan bisa aku share ya. Lain halnya dengan diriku yang.. Bisa dibilang terlalu kurus, kulit hitam legam, rambut kriting kribo, dan gigi yang maju ke depan. Dulu pernah minder? Yeah pasti. Tidak percaya diri dan merasa rendah diri. Aku orang yang sangat amat pemalu dan takut orang lain. Adikku sebaliknya, Ia pede luar biasa dan selalu disenangi orang-orang. Pernah suatu waktu iri, sampai kubuat cerpen dan menang tingkat SMP se-kota madya Jakarta Timur, hanya untuk berkeluh kesah saja. Judul cerpenku kala itu adalah "Persembahan untuk Eyang". Digambarkan sebagai sosok kembar yang mendapatkan perlakuan berbeda dari sang eyang. Testimoni dari beberapa kawanku yang membaca katanya mereka sampai menangis membacanya, padahal ya itu curahan hatiku yang dilebih-lebihkan saja hahah. Namun banyak sisi lain adikku yang baru kusadari sekarang ternyata efeknya sangat besar bagi diriku.
Panggilanku semasa itu sudah tidak asing lagi menjadi "udah item kribo, kriting kribo, dll" dr teman SD. Ketika itu satu satunya yang bisa membuat mereka segan kepada aku ya cuman prestasi. Lalu aku yang masih kecil itu dulu suka banget menari. Orangnya pemalu tapi suka hal menantang. Kebetulan dulu ada ekskul tari, dan aku langsung suka dan berlatih keras untuk lomba.. Seriusan seru bgt menari tuh, tp sekarang sepertinya badan sudah cukup kaku tidak pernah saya latih kembali karena malu-malu nya menjadi malu-maluin.
Siswa yang suka ekskul tari kadang menarik perhatian seantero lingkungan SD buat ditonton kan.. Terus pada saat itu terdapat pelajaran fashion show untuk meningkatkan kepercayaan diri kita kalo tidak salah sekaligus berlatih tarian modern saat itu. Pelatih kami yang uniknya juga bernama Bu Tari memilih lagu lagu yang mengundang banyak orang. Ketika itu, giliranku tiba, ya meski malu malu, harus kuberanikan kan.. Karena itu adalah penampilan solo sehingga kami mengantri untuk mendapat giliran dan setiap orang mendapat pusat perhatian untuk dilihat keahliannya dalam menampilkan diri. Lalu, diantara banyaknya orang yang menonton kami ada adikku yang satu sekolah saat itu (sebenarnya ga banyak kok paling cuman beberapa orang, kan ini bayangan dari bocah SD kala itu). Saat aku selesai tampil sambil tertawa cengengesan, di kejauhan aku melihat keributan, seorang siswa dijewer sampai telinganya tampak hampir lepas hingga berwarna merah legam. Siswa itu langsung menciut menahan nangis dan hanya terdiam. Tapi semua orang tertuju pada sosok mungil disampingnya yang sedang menjewer, tingginya bahkan hanya sebahu siswa sebelahnya. Dengan amarah yg terlihat dari raut mukanya ia geram dan melepas jewerannya yang terlihat menyakitkan.. Lalu aku berjalan ke arahnya dan berkata "Angga udah cukupp, kamu ngapain??!" Terus adikku yang sadar langsung kembali mengalihkan pandangan dari siswa tersebut dan menampakkan raut mukanya yang hampir menangis.. Loh kok yang hampir menangis malah adikku yang menjewer.
Dia sambil menahan air mata, karena jelas terlihat ingin menangis dan hanya memilih untuk cemberut, langsung bercerita. "Itu mbak dia nakal, dia ngatain mbak tita". Temannya lain menyaut "Dikatain gigi tonggos tuh kak". Aku yang mendengar sebenarnya merasa yaudah, karena sudah terlalu sering mendengarnya kan ya.. Tapi ini ternyata adikku sungguh amat kecewa bukan diriku, dia benar-benar tersinggung hebat, bahkan sampai berani geram dan menjewer untuk membuat siswa tersebut diam mengataiku.
Jika diingat kembali, semua tindakan adikku masih melekat diingatanku. Betapa badannya yang sangat mini kala itu, ia sangat berani membela kakaknya. Hahahha duh lucunya. Jadi semakin diingat, jadi semakin sayang sama adikku di masa lalu. Semisal sedang merasa sedih karena dibentak adikku saat ini atau diomeli karena sedang rungsing, aku berusaha untuk mengingat kejadian ini, karena dibalik sifatnya yang keras saat ini tersembunyi hati yang lembut yang dulu pernah ia perjuangkan untuk kakaknya.
hehehe luvv my brother <3
Salam,
mb tita
0 notes
fennimarriza · 5 years
Text
Masing-masing
Sabtu, 31 Agustus 2019 : waktunya pulang.
Mobil travel menjemput tepat pukul 15.30, di saat hati labil mau sholat Ashar atau tidak karena dzuhur tadi sudah dijama'.
Seperti biasa, minibus itu berisi seorang abang supir dan empat orang penumpang yang kali ini tidak seperti biasa. Perjalanan sebelumnya, mobil travel Duri-Pekanbaru ibarat ruang tidur berjalan yang penumpangnya langsung ngorok ketika baru saja duduk. Kali ini, berbeda 180°.
"Itulah Dinda, sekarang perekonomian payah kali rasanya. Pajak bertambah mahal. Mobil baru ibu tu pajaknya setahun enam juta. Di rumah itu ada empat mobil untuk anak-anak.", tiba-tiba seorang ibu nyeletuk dan entah mengapa nama abang travel jadi Dinda.
"Iya Bu. Perekonomian sekarang rasanya sulit. Anak-anak saya Alhamdulillah semuanya kuliah di bidang kesehatan. ini anak yang terakhir sedang kuliah kedokteran di Padang. Waktu pertama kali masuk kuliah dia dapat ketentuan Uang Kuliah Tunggal yang paling tinggi karena di KK semua pekerjaan abangnya dokter. Padahal anak kami yang nomor 2 sakit.", timpal Ibu yang lain.
"Sakit apa anak Ibu?.", sambar ibu yang tadi.
"Anak saya sakit kanker kelenjar getah bening, Bu. Dan sudah dua kali mendapat donor sum-sum tulang belakang. Untuk donor itu habis sekitar 4 M. Itupun dibantu-bantu dengan ibu saya", jelas Ibu itu.
"Itulah Bu. Ujian itu datangnya dari arah bermacam-macam. Anak ibu sakit, kalau saya, anak saya, entahlah Bu. Dari lima orang, dua orang anak saya ndak mau lanjut sekolah, kena tipu sama orang juga. yang dua terakhir sibuk aja main hp. Entah kenapa ada hp di dunia ini.", balas ibu yang sebelumnya.
Aku, abang supir yang sebenarnya namanya bukan Dinda, dan Bapak anggota Dewan yang duduk di bangku paling belakang cuma bisa menimpali sekenanya, kadang tertawa kecil, dan lebih sering diam.
Seketika aku menyimpulkan, ternyata benar : kita tidak bisa menilai apapun hanya dari apa yang terlihat. Dan, masing-masing kita punya ujian hidup yang beraneka ragam bentuknya. Kita cuma perlu menerima dan sabar menjalani sampai akhirnya terbiasa. Karena kata ustadz, sabar itu berat timbangan pahalanya.
Duri, 4 September 2019 [11.26 PM]
2 notes · View notes
afifahbudiono · 7 years
Text
Menulis yang paling susah di terjemahkan adalah tentang kamu. Dibaca tiap hari saja masih memerlukan bantuanNYA 😄
*Afifahbudiono*
2 notes · View notes
syaifulamin-blog · 7 years
Text
PETANG, KURCACI BERDIALOG
(Oleh: Syaiful Amin)
Kamis 16 Nopember 2017.
Hingga petang pukul 02.30 aku belum tertidur, menghabiskan malam dengan memainkan analog setik PS yang sudah dekil dan tak berbaju. Untung dia benda mati, coba dia benda hidup mungkin dia sudah masuk angin, bahkan dia akan merasa menjadi benda hidup yang harusnya paling dikasihani, gimana tidak, sudah dekil, bugil dimainkan lagi hahaha, sudahlah aku tak ingin berbincang tentang analog setik PS yang dekil dan bugil, nanti dia tambah sedih, sudah dekil, bugil, dimainkan, dibicarakan lagi hihihi.
Petang ini pukul 03.45 harusnya aku sudah ada di Stasiun Malang untuk menjemput teman, iya teman, temanya temanku yang juga ku kenal, Bibil namanya. Dia pulang liburan dari Jogja. Mungkin habis menyegarkan mata, atau mungkin menghilangkan kepenatan di Malang ini, atau mungkin melarikan diri dari kejaran polisi akibat kasus pencurian bolpoint temannya, hahaha aku hanya bercanda. Ah tak penting buatku. Seharusnya bukan aku yang menjemputnya, tapi Gendaga yang seharusnya menjemputnya karena janjinya setelah dia (Gendaga) tak jadi menyusul ke Jogja akibat tertidur pulas di kala gerimis tiba. Tapi tak mungkin kubiarkan seorang cewek berkeliaran sendiri di jalanan di petang seperti itu, takutnya dikira wanita apaan, atau mungkin di jahatin orang, jadi aku menawarkan diri untuk menjemputnya (Bibil). Sebelumnya aku sudah pernah bertemu denganya, walaupun hanya bertegur sapa, walaupun hanya terjadi sekali saja, sudah lama pula. Lewat chat Whatsapp sebelumya Bibil bilang sampai Stasiun Malang pukul 03.45, baiklah.
Pukul 03.15 aku cuci muka dan siap-siap menjemputnya. Ku ambil kunci Vespa, kunyalakan si Vespa, mengendarainya dengan jaket putih, celana jeans, dan sandal jepit di petang seperti ini rasanya tak biasa. Tapi tak apa, aku cukup menguasainya. Hingga tiba di stasiun buru-buru aku mencari toilet terdekat, udara yang begitu dingin mungkin yang membuatku pengen cepat-cepat kencing, akhirnya aku berhenti di sebuah pom bensin dan kencing. Kuintip jam di Hp jadul putih yang kubawa, masih pukul 03.35, sepertinya masih 10 menit lagi aku harus menunggu kereta, kuputuskan untuk menuju tempat kopian di depan stasiun, meskipun pas di kopian itu susu putih hangat yang ku pesan. Kutuang perlahan susu hangat dalam gelas ke lepek yang disediakan, sesekali aku meniupnya agar si susu cepat bisa kunikmati. Akhirnya setengah cangkir susu menari-nari di dalam perut ini, lumayanlah untuk menghangatkan tubuh dari rasa dingin yang benar-benar dingin ini. Kembali ku intip jam di handphone jadul putih, jam menunjukkan pukul 03.45, buru-buru aku cari nama Bibil di daftar kontak dengan nama “Nabilz” kemaren Gendaga menyimpanya, langsung ku televon dia tapi tak ada jawaban, mungkin dia masih sibuk turun dari kereta, pikirku. Tak lama setelah itu ada pesan masuk dari Nabilz.
“Aku belum sampe min”, ucapnya lewat text sms yang dia kirim ke HP jadul putihku
Oke aku nikmati saja dulu susu yang tersisa ini, hingga tetes terakhir. Memang favorite susu putih hangat di petang ini. Tiba-tiba terdengar terompet ketera api “Tooooooot, ting ting ting ting”, buru-buru ku telvon Bibil lagi “Tooot…toot…toot” (suara telpon menyambungakan).
“Hallo Assalamualaikum Bil”, ucapku mengawali obrolan petang itu lewat televon
“Waalaikumsalam Min”, jawabnya dengan nada pelan dan lelah sepertinya
“Kamu sudah sampek a Bil?”
“Belum Min, tapi ini sudah deket kok”
“O…ok Bil aku tunggu di kopian depan ya”
“O…iya min”
“Nanti kamu sms aja ya kalok udah sampek!”, seruku
“Iya Min, tadi smsku masuk kan?”
“Masuk kok Bil, yaudah tak tunggu sini ya Bil, Assalamualaikum”
“Hehe iya Min Waalaikumsalam”
Aku tersenyum sendiri pertama kali ngobrol dengan Bibil, mungkin karena dia habis tidur atau mungkin dia kecapean jadi suaranya lucu.
 ***
 Adzan subuh berkumandang dan waktu menunjukkan pukul 04.05, segera kuhabiskan susu putih yang masih tersisa, lalu kubayar dan segera ku bergegas ke depan stasiun menunggu Bibil. Tik tok tik tok, beberapa menit berlalu di depan setasiun di petang ku menunggu.
”Mas, di sini tempat menunggu penumpang kereta turun?”,
Tanya bapak-bapak paruh baya dengan jaket hijau badan kekar dan seluntung Koran yang sudah agak lecek digenggaman tangan kanannya, namun mukanya masih segar tak selecek Koran yang ia genggam, mungkin bapak itu sudah lama menunggu di sini, pikirku.
“Oh iya pak”, jawabku dengan menganggukkan kepdala dan nada sopan
“Mas juga lagi nunggu?”
“Iya pak ini juga lagi nunggu, jemput teman”
“Kereta apa mas temanya?”, tanyanya lagi padaku
“Saya nggak tau pak kereta apa”
Memang aku gatau Bibil naik kereta apa, karena sebelumnya juga aku nggak tanya dia banyak-banyak, yang penting aku tahu jemput jam berapa dan di stasiun mana beres deh.
“Jurusan mana mas?”, tanya lagi si bapak
“Maaf pak saya kurang tau”
Dengan rasa malu dan layaknya orang tergoblok saya menjawab pertanyaan bapak itu yang sebenarnya mudah pertanyaan yang ia suguhkan, tapi mau gimana aku memang tak tau Bibil naik kereta apa dan jurusan apa. Kemudian si bapak melangkahkan kakinya menuju orang lain yang mungkin lebih pintar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanya. Aku pun sebenarnya ragu apakah ini benar tempat menunggu penumpang turun dari kereta, karena ini memang pertama kalinya aku jemput teman di stasiun, biasanya aku jemput teman di terminal bus, dan ini pertama kalinya juga aku menginjakkan kaki di stasiun Malang, jadi maklumlah.
Jarum jam di stasiun menunjukkan pukul 04.15, “sampe mana ya Bibil?” gertak hatiku, kemudian kuberanikan menelvonya lagi, sebenarnya sih gaenak telvon terus, takut Bibil mikir kalau aku sudah capek nunggu dia, atau gimana yang pasti gaenak sebenernya, tapi tak apa, untuk memastikanya sudah sampek mana aku harus segera hubungi dia. “Toot…toot…toot…” (suara telvon menyambungkan).
“Hallo Bil, belum sampek a?”, tanyaku dengan rasa sungkan
“Belum Min, ini masih berhenti di stasiun kota lama, maaf ya lama”, jawabnya dengan nada sungkan juga, mungkin dia sudah mikir kalok aku lama nunggu, jadi dia sungkan juga
“O… iya bil santai, tak tunggu di depan stasiun ya”
“Hehe iya min”
Lima menit kemudian terdengar si operator layanan informasi menyuguhkan suara seraknya yang mungkin belum nimun wedang jahe petang ini ataupun karena si bapak operator kecapean makanya suaranya jadi serak.
“Perhatian-perhatian, kereta eksekutif jurusan Malioboro akan segera tiba di jalur perlintasan, harap yang berada di dekat jalur perlintasan untuk menjauh”, seperti itu kiranya yang di informasikan si operator layanan informasi, dan aku baru tau ternyata Bibil naik kereta eksekutif jurusan Malioboro, saat itu juga aku baru tau kalau aku salah tempat tunggu, ternyata ini pintu masuk penumpang kereta, dan pintu penumpang turun ada di sebelah kiri pintu masuk, ku kira tadi toilet, malulah aku dengan bapak-bapak paruh baya yang ku jawab iya tadi bahwa ini tempat menunggu penumpang kereta turun, mungkin kalok bapak-bapak tadi masih berada di depanku dan ngobrol denganku memerahlah mukaku karena merasa malu, mungkin merah juga muka si bapak karena kesal dengan peretanyaan-pertanyaanya yang tak bisa kujawab dengan baik dan bisa memuaskan hatinya. Bergegaslah aku ke pintu keluar menunggu Bibil, mungkin sekedar menawarkan barang bawaanya jika memang perlu. Ku lirik cewek yang berpapasan deganku, cewek bermasker dengan jaket parka coklat dan tas ransel yang sepertinya berat untuk cewek sekecil dia, segera kulepaskan pandangan darinya karena aku harus memperhatikan wajah demi wajah yang keluar dari stasiun, tapi tak kulihat si Bibil. Handphone jadul putih berdering dalam saku celana, kemudian kuraih dan ku angkat ternyata telvon dari si Nabilz.
“Halo Bil, kamu di mana?”, tanyaku dengan kepala clingak-clinguk memperhatikan orang-orang di sekelilingku
“Iya Min, kamu di mana?”, tanya balik si Bibil
“Ini aku nunggu kamu di depan Bil”
“Aku juga di depan ini Min”
“Kamu di depan mana Bil? Ko ga ada? Padahal aku dari tadi nunggu kamu di depan pintu keluar”
“Hehehe, aku di depan pintu masuk”, jawabnya dengan nada tertawa khasnya
“O… goblok, yaudah tunggu situ!”, seruku dengan bercanda
Kumatikan telvon dan segera aku menuju pintu masuk untuk nyamperin dia. Aku curiga dengan cewek pendek tadi itu si Bibil, lalu kupusatkan mata ini mencari cewek pendek tadi, di depan pintu masuk di tepi jalan kutemukan dia.
“Bil”, kupanggilnya dengan memberanikan diri dan melambaikan tangan kearahnya
“Hehe iya Min”, jawabnya dengan ketawa khasnya
Ternyata benar si cewek pendek bermasker dengan jaket parka warna coklat dan tas ransel penuh dan berat itu si Bibil, seruku dalam hati.
“Goblok, tadi tu aku liat kamu papasan sama aku pas aku mau ke depan pintu keluar, aku liat kamu tapi kamu maskeran jadi aku gatau kalok itu kamu, kamu gatau aku Bil?”, tanyaku percaya diri mungkin dia tau aku tapi malu mau manggil
“Gatau, kenapa kamu ga panggil aku?”
“Ya aku takut nanti salah orang, soalnya kamu pendek banget si sebenernya”, jawabku dengan bercanda
“Hehehe, ya gapapa nanti kamu sok-sokan gatau aja kalau salah orang”
“Yaudah ayo! di situ motornya”, seruku sambil menunjuk si Vespa yang terparkir di depan stasiun
Kuajak si Bibil menuju motor yang kuparkir tak jauh dari tempat kita berbincang, mungkin 5 meter dari situ, tapi tak berani kutawarkan membawakan ranselnya yang terlihat cukup berat itu, karena memang dekat dengan motor pikirku. Sampai motor kulihat dia mengekspresikan bahwa dia kedinginan.
“Brrrr”, ekspresinya dengan menggetarkan bibir dan tubuhnya
Bergegas ku ambilkan helm yang sudah kusediakan dari kontrakan untuk dia pakai, karena aku tau dia pasti ga bawa helm pergi ke Jogja.
“Ini pakek helm nya!”, seruku dengan menyodorkan helm kepadanya
“Ini helm siapa?”, tanyanya padaku
“Helm temenku, sini tasnya taruh depan”, seruku sambil kusodorkan tanganku biar aku bisa menaruh tasnyadi depan
Kutawarkan tasnya ditaruh depan agar dia gak keberatan, takutnya nanti dia susah juga naik motornya, tapi sebenernya hati ini gak enak menawarkan itu, takut dia berfikir aku modus, pas nanti di jalan tiba-tiba aku rem mendadak supaya payudaranyanya menempel di punggungku dan tanganya merangkul erat tubuhku, untungnya dia langsung mau memberikan tasnya untuk di taruh depan, mungkin karena dia memang benar-benar keberatan. Kulihat dia agak susah menaikkan tubuhnya ke atasa motor walaupun tas ransel besarnya sudah di taruh depan, mungkin karena dia tak berani memegang pundakku untuk memudahkan dia naik di atas motor, tapi alhasil berhasil sih meskipun agak susah dilihatnya.
“Udah Bil?”, tanyaku memastikanya sudah naik dan siap untuk jalan menuju kosnya
“Udah Min, brrr”
Kembali dia mengekspresikan rasa dinginnya, lalu kuberanikan menawarkan untuk ngopi dulu, mungkin dengan secangkir kopi bisa sedikit menghangatkan tubuhnya, pikirku.
“Kamu kedinginan Bil? Mau ngopi dulu a biar agak hangat?”
“Iya Min dingin banget, gausah aku udah ngantuk”, jawabnya dengan lemas dan menggigil
Segera kunyalakan si Vespa dan bergegas membawanya menuju kosnya yang mungkin sudah ia tunggu-tunggu untuk segera sampai dan berbaring membalut tubuhnya dengan selimut kesayanganya.
“Kan kamu tadi udah tidur 6 jam, eh 7 jam si Bil di kereta?”, seruku merespon jawabanya
“Hehe iya”, tetap dengan ketawa khasnya
“Tadi aku ngopi di sini Bil”
Sambil ku tunjukkan tempat kopian di depan stasiun yang sepertinya dia sudah bersahabat dengan tempat itu, karena aku pernah dengar dari Gendaga kalau Bibil dulu sering ngopi sama pacarnya di situ, gatau awalnya bahas apa sama Gendaga hingga akhirnya dia cerita Bibil pernah juga ngopi di situ sama pacarnya.
“Kamu nda tidur Min?”, tanyanya menjauh dari pembahasan tempat kopian tadi
“Engga Bil, tadi PSan sama anak-anak sampe jam setengah 3 habis itu siap-siap jemput kamu terus ngopi dulu di tempat tadi sambil nunggu keretamu tiba”
“Sama temen-temenmu?”, tanyanya
“Ya sendiri blok”, jawabku dengan sebut dia blok yang biasanya kusebut untuk temen-temen yang memang sudah akrab saja, tapi sepertinya Bibil tak masalah dengan sebutan itu, mungkin dia anaknya sepertiku, seperti Gendaga juga pikirku.
“O… kirain sama temen-temenmu hehe”, jawabnya dengan ketawa khasnya
“Eh tadi pas nunggu kamu aku ditanya bapak-bapak Bil, aku nunggu kamu naik kereta apa dan jurusan mana, tapi aku gatau jadi aku malu jawab gatau mulu”
“Kamu sih kenapa gatanya aku naik kereta apa jurusan mana”, ujarnya
“Yaudah yang penting udah ketemu kamu”, jawabku singkat
 ***
 Obrolan sejenak berhenti, sepertinya alam menawarkan suasanya yang begitu membuatku merasa nyaman, dengan udara sejuk, angin yang berhembus cukup nikmat, melintasi jalan aspal hitam bergaris tengah putih dengan perasaan yang tak sama dengan perasaan pas berangkat tadi, sepertinya kali ini lebih asyik, mungkin karena tak sendiri. Kembali si Bibil berceloteh.
“Kamu tau kosku Min?”
“Taulah Bil, kamu gausah tunjukin jalan ke kosmu ya”, jawabku dengan sombong karena sudah 2 kali sepertinya aku menjemput Gendaga di kos Bibil, walaupun tak pernah ketemu si Bibil waktu ke kosnya menjemput Gendaga
“Hehe iya, Min pasti Gendaga ga jadi berangkat ke Jogja gara-gara kamu”, ujarnya menyalahkanku dengan bercanda
“Loh, kok aku si Bil?”, jawabku kaget
“Iyalah, kenapa kamu nda bangunin dia?”
“Orang dia ngak sama aku kok, dia kan sama Ayub Bil di kontrakan Ayub, sebenernya kan aku di suruh nganter dia ke stasiun, aku udah mau terus aku bilang nanti kita berangkat jam 5 Gend ya biar kita lihat MTD (Malang Tempoe Doloe) habis itu baru kita ke stasiun, katanya iya, habis tu pulang kuliah dia minta anter ke kontrakan Ayub dulu, habis itu kata dia mau minta anter Ayub aja nanti, yaudah aku pulang dari kontrakan Ayub”
“O… berarti Ayub ni, biar nanti ku getok kepala Ayub”, jawabnya dengan nada bercandanya dan kurespon dengan tertawa.
“Maaf ya Min merepotkan kamu”, ucapnya lagi
“Santailah Bil, Gendaga kan temenku, jadi kamu temenku juga”
“Min, kenapa pintu angkotnya di tutup?”
Celotehnya ketika melihat angkot yang biasanya pintunya terbuka tapi petang itu tertutup padahal ada beberapa penumpang di dalamnya, mungkin kedinginan pikirku, tapi kujawab saja dengan bercanda.
“Iya soalnya ada orang berak di dalam angkotnya”
“Hehe tapi itu kan banyak penumpangnya Min?”, dengan tertawa khasnya bibil merespon bercandaku
“Iya berarti penumpangnya berak semua Bil” kujawab dengan tersenyum lebar, dan kutanya balik dia.
“Bil, kamu sudah berak?”, tanyaku dengan nada serius
“Belum hari ini, tapi kemaren sudah hehe”, jawabnya dengan ketawa khasnya
Terlihat di depan ada bapak-bapak di tepi jalan yang mungkin lagi jogging, tapi tak terlihat seperti orang jogging, atau mungkin si bapak sedang menikmati pagi yang sejuk ini, karena waktu menunjukkan pukul 04.58 yang memang waktu yang tepat untuk menikmati udara pagi bagi manusia-manusia yang mempunyai jiwa sehat layaknya bapak-bapak itu, dengan iseng aku klakson bapak-bapak di tepi jalan itu sambil menyapanya.
“Tiiiin”, Bunyi klakson Vespa
“Monggo pak”, sapaku dengan menundukkan kepala layaknya orang jawa yang sopan
“Itu siapa min?”, tanya Bibil yang mungkin dia kaget aku sapa bapak-bapak itu
“Itu pak Tarmin Bil tetanggaku”
Jawabku iseng, padahal aku tak tau bapak-bapak itu siapa, tertawalah Bibil dengan ketawa khasnya yang sepertinya sudah kuhafal dari pertama ia tertawa tadi. Tak jauh di depan ada bapak-bapak mendorong gerobak sampah warna kuning di seberang jalan, tapi aku tak menyapanya, seketika Bibil bertanaya.
“Kok kamu ngak sapa bapak itu Min?”, aku tau dia merespon bercandaku tadi
“Enggak Bil, soalnya bapak itu suka marah-marah, jadi aku takut sapa dia”, jawabku bercanda
Kulihat kanan jalan, di depan Alfamart itu biasanya jam 22.00-00.00 ada ibu-ibu jualan sayap setan mantab, kutanya si Bibil.
“Bil kamu pernah makan sayap setan di situ?”, tanyaku sambil mengarahkan telunjukku ke tempatnya
“Ga pernah Min”
“Kamu harus coba Bil itu enak banget!”, seruku
“Kenapa dia jualan di situ Min?”
“Aku gatau Bil”
“Mungkin karena ibuknya hanya jualan di situ Min hehehe”, jawabnya bercanda dengan ketawa khasnya
“Min di Jogja gerah”, celotehnya lagi
“Tapi kamu suka di Jogja?”, tanyaku penasaran
“Engga, hal yang paling nggak aku sukai di dunia ini itu gerah Min”
“Berarti kamu suka di Malang? Kan di Malang dingin”
“Iya suka, tapi di Malang aku pipis terus, karena dingin jadi aku pipis terus”
“Memang di Kalimantan gimana?”
“Di Kalimantan tu gerah juga Min”
“Jadi selama bertahun-tahun kamu hidup di Kalimantan kamu nda suka Bil?”, tanyaku memastikan
“Hehehe”, tertawalah dia dengar pertanyaanku
“Wih awannya bagus ya Bil, biru banget, cerah”
Kataku saat melihat awan di pagi hari yang sepertinya sudah lama aku tak menyaksikan pagi seperti sekarang ini.
“Emang kenapa?”, tanyanya cuek
“Aku sudah lama nggak tau suasana pagi Bil”, seruku
Akhirnya sampai juga di depan kos si Bibil yang mungkin 20-30 menit dari stasiun Malang.
“Sampe Bil”, kataku
“Hehehe iya Min”
Kemudian dengan lincah dia turun dari motor, mungkin karena dia begitu semangat agar cepat-cepat bisa berbaring di tempat tidurnya daan memakai selimut kesayanganya, atau mungkin dia sudah bosan duduk di atas motor ngobrolin hal yang tak penting dan tak jelas denganku selama perjalanan 20-30 menit tadi.
“Makasih ya Min, ini helmnya suruh nyuci temenmu”, ucapnya sambil menyodorkan helm kepadaku
“Emang helmnya bau?”, tanyaku dengan wajah malu
“Iya bau coba cium!”, serunya
“Goblok, gamauklah aku cium helm bauk”
“Hehehe”
Kemudian aku ambilakan tas ranselnya yang ku taruh di bawah jok yang sebenarnya tempat berpijaknya kaki saat mengendarai motor, kutarik tas ransel berat itu eh tiba-tiba peganganya patah.
“Ehhh…. Bil tasmu patah hehe”
Kulihat dia dengan tersenyum karena merasa nggak enak sudah mematahkan tasnya.
“Lho kamu, hayo”, jawabnya
“Maaf ya Bil hehe”
Dengan nada rendah dan malu kujawab, kemudian aku berpamitan pulang agar dia bisa cepat-cepat istirahat, dan aku pun bisa cepat-cepat istirahat mungkin 2-3 jam untuk tertidur lelap,  karena rencana hari ini aku pulang kampung ke Lamongan dan belum tidur malam tadi sampe saat ini.
“Ok Bil aku balik ya Assalamualaikum”
“Iya Min makasih ya Waalaikumsalam”
Beranjak dari kos si Bibil aku kembali memandangi awan yang biru cerah, aku suka pagi ini,aku suka pagi cerah, aku suka teman baru yang juga indah. Iya indah, indah aja rasanya hehehe.
 ***
1 note · View note
cancallmenurul · 3 years
Text
Suatu hari nanti, jika aku pergi
Suatu hari nanti, jika aku pergi jauh dan tak lagi ada di bumi ini, apakah orang-orang yang mengenalku sekarang akan menangis, benar-benar merasa sedih kehilanganku?
Suatu hari nanti, jika aku pergi jauh dan tak lagi ada di bumi ini, apakah orang-orang yang mengenalku sekarang akan mendoakanku?
Suatu hari nanti, jika aku pergi jauh dan tak lagi ada di bumi ini, apakah orang-orang yang mengenalku sekarang akan mengenangku? Jika iya, mereka akan mengenangku siapa dan bagaimana?
Pernah muncul pertanyaan itu dalam benakmu?
Aku pernah, dan pertanyaan itu kembali muncul hari ini saat pemberitaan seorang artis ibukota dan sang suami wafat tersebar ke seluruh penjuru Tanah Air.
Memang terkesan dunia sekali ya, tapi sungguh pertanyaan-pertanyaan perihal hidup, termasuk soal "pergi jauh" dari sisi dunia dan akhirat, sering muncul dalam benakku.
Perihal ini, aku jadi teringat kembali peristiwa wafatnya bunda yang terjadi hampir 8 tahun lalu. Setelah bunda tiada, aku begitu kehilangan, sekaligus banyak belajar dari beliau, kelebihan ataupun kekurangan, walaupun aku baru memahami pelajaran itu sekarang, saat menginjak usia dewasa awal.
Pelajaran dari beliau yang baru aku pahami sekarang ini menjadi caraku mengenang beliau, kekuatan, kelemahan, menghadapi hidup, dan pesan-pesan lainnya yang tak aku sangka menjadi pesan terakhir.
Masa-masa berduka atas wafatnya bunda juga memperlihatkan padaku bagaimana orang-orang yang mengenal bunda mengenang beliau. Masa itu juga memperlihatkan padaku orang-orang yang mengenal bunda begitu kehilangan.
Namun sekarang, setelah hampir 8 tahun, mungkin hanya segelintir orang yang begitu kehilangan mendalam, bahkan saat bertemu aku dan kakak, segelintir orang yang mengenal beliau tampak masih menatap aku dan kakak dengan tatapan seolah bunda ada di antara kami. Mereka juga menatap aku dan kakak dengan tatapan kehilangan, bahkan terkadang masih menyebut bunda saat berbincang dengan kami jika bertemu dalam durasi lama.
Bagaimana bunda dikenang, bagaimana orang-orang yang mengenal beliau merasa kehilangan, akan aku tulis Desember, bulan depan, in sya Allah, tentu di Tumblr ini. Soal bagaimana bunda memperlakukanku dan (mungkin, sebab aku juga lupa) bagaimana sosok bunda di mataku, sudah aku tulis di blog cerpenku dengan judul "Everything Still About You, Nda" (ya gitulah rasanya inti judulnya). Kalau ada yang mau baca, bisa ketik shortstoryandlongshortstory.blogspot.com dan langsung cari aja judul yang sudah aku ketik pada kalimat sebelumnya. Tampak mengungkap kisah pribadi memang, tapi tak apa, boleh dibaca.
Yah, jadi kemana-mana ceritanya. Oke, bagaimana orang yang mengenal bunda mengenang beliau, apakah orang-orang yang mengenal beliau merasa kehilangan, dan apakah beliau didoakan, sudah begitu jelas bagiku, sebab aku tahu hal-hal yang bunda lakukan semasa hidup, walaupun tidak semuanya.
Aku juga tahu yang aku lakukan dalam hidupku sejak kisah masa kecilku diceritakan bunda, dari yang bagus sampai yang enggak, lalu aku mulai memahami yang aku lakukan dalam hidup sejak aku perlahan-lahan tumbuh besar, sampai dewasa awal sekarang.
Dari sisi akhirat, tentu hanya Allah Swt yang tahu, tapi dari sisi dunia juga Allah Swt yang tahu, sebab apapun yang berkaitan dengan orang lain tentu bukan kuasaku.
Aku tahu ini mungkin tak valid, dan aku hanya ingin menyampaikan pendapatku dan apa yang ada dalam benakku. Dari perjalanan hidupku yang aku tahu sampai sekarang, suatu hari nanti jika aku pergi jauh dan tak lagi ada di bumi ini, sebagian orang punya kemungkinan akan mengenang keburukanku, karena itu yang mereka lihat, dan sebagian orang lagi mengenang kebaikanku, juga karena itu yang mereka lihat. Mungkin takkan banyak orang yang menangis dan merasa kehilanganku, juga mungkin tak banyak yang akan mendoakanku. Hal yang mereka tahu, aku hanya sosok pendiam dan cuek.
Namun kembali lagi, ini mungkin tak valid. Belum tahu ke depannya akan seperti apa, sebab masih ada dari Allah Swt bukan?
Suatu hari nanti, jika aku pergi jauh dan tak lagi di bumi ini, kamu boleh menangis, boleh merasa kehilanganku, boleh merasa kesepian, boleh ingin bertemu denganku, tapi kamu hanya bisa memandangi foto kita di sebuah tempat yang pernah kita kunjungi, kamu boleh merindukanku tapi tak bisa bertemu dan hanya lewat doa. Boleh. Do it.
Namun percayalah, semua itu memang bisa kamu rasakan dan lakukan hanya saat aku pergi jauh dan tak lagi di bumi ini. Ketika aku ada, bisa dikatakan hanya sedikit kamu merasakan dan melakukan itu.
Jika hari ini ada yang merasa kehilangan, apapun itu, selamat merasakannya. Suatu hari, rasa itu akan perlahan pulih, dan menjadi sebuah kenangan yang berada di tempat khusus dalam bagian tubuhmu.
Suatu hari, jika aku pergi jauh dan tak lagi ada di bumi ini, boleh baca lagi tulisan ini kalau ia masih tersimpan.
3 notes · View notes
sangpenulisid · 3 years
Photo
Tumblr media
Sebuah Cerpen: Halte Batas Kota. #part2 Bermula dari bus kota yg mereka tumpangi dan hingga pemberhentian di Batas antar kota dan desa, mereka berhenti yang sama dengan tujuang yg berbeda....yok simak.. . Lanjut??😯 Spesial September . Like dan share jika bermanfaat @sang_penulis.id @sang_penulis.id @sang_penulis.id . . . #loveyourself #katabijak #katakatabijak #penulis #penulisindonesia #motivasi #motivasihidup #katamotivasi #viral #viralpost #puisi #puisisenja #dakwah #cinta #katakatacinta #perasaan #asmanadia #katahati #hits #like4like #instagood #rasalkhaimah #bicararasa #tentangrasa #tulisan #kutipan #kutipancinta #kutipanislami #kutipankata (di Cerpenku) https://www.instagram.com/p/CTa8vlYJQSo/?utm_medium=tumblr
1 note · View note
ihsnfkri · 3 years
Text
Hai! Aku nerbitin buku nih!
Bukan buku karangan sendiri sih, tapi bikin buku bareng mahasiswa-mahasiswa kece @kampussastra_
Eunoia Rasa adalah kumpulan atau antologi puisi dan cerpen yang ditulis oleh orang-orang luar biasa dengan latar belakang berbeda.
Ada yang masih menjomblo hingga menjadi buaya, ada yang sudah menikah dan ada yang dipertemukan lalu akhirnya membahtera bersama. Pokoknya kalian orang-orang hebat. Bersyukur takdir membersamai kita lewat event @30haribercerita.
Btw, di dalam buku ini aku menulis sebuah cerpen yang berjudul Resep Membunuh. Jika kamu belum membeli bukunya dan mau meluangkan waktu membaca cerpenku. Aku menaruhnya di blogku. Semoga kamu suka. Link ada di bio ya!
***
p.s: fotonya aku colong dari @egidsy_ silahkan berkunjung ke Instagramnya ya, barangkali kamu menemukan inspirasi perihal buku di sana:)
1 note · View note
wearehunted · 4 years
Text
Tips Membuat Cerpen yang Baik bagi Pemula!
Banyak orang-orang pengin mulai menulis narasi pendek, tapi tidak jelas bagaimanakah caranya ringkas menganggitnya. Dikarenakan bukan orang cerpenis tingkat pakar, saya berani menulis tips yang duganya simpel dimengerti dan diaplikasikan penulis pemula.
Cerpen-cerpen yang saya tuliskan mayoritas saya kirim ke suatu majalah keagamaan ternama, sama renjana saya dan perhatian. Kemungkinan kurang lebih empat cerpen selanjutnya termuat di majalah itu dalam periode waktu beberapa tahun. Jadi, saya pula bukan cerpenis. Cuman perangkai ujaran saja.
Dapatkan Motivasi Menulis Untuk saya, tips pertama dan penting tidak soal tekhnis, tapi motivasi.
Tanya dalam diri Anda, kenapa saya menulis cerpen? Buat apa? Jawaban atas pertanyaan ini dapat bergayam. Tidak ada yang buruk. Termaksud motivasi buat mendapati biar tersohor atau honor.
Siapakah yang tidak senang waktu memandang cerpennya termuat majalah nasional? Nyata segera buat pemberitahuan di Facebook, I poskamling, dan nstagram.
"Yes...cerpenku termuat! Saya betul-betul bagus!"
Tapi, pastilah ada motivasi-motivasi lain. Kemungkinan motivasinya merupakan pengin share pengalaman hidup yang inspiratif. Kemungkinan buat mempersoalkan rutinitas yang gak sesuai kembali diimplementasikan di masa kiwari. Mungkin saja buat melampiaskan isi hati biar gak senyuman-senyum sendiri.
Motivasi ini penting sebab waktu kita mengenyam persoalan dalam menulis kelak, kita dapat ingat kembali lagi arah kita menulis cerpen. "Aduh, kok mentok ya ideku.
Namun, saya gak pengen menyerah. Saya menulis cerpen ini buat ucapkan terima kasih ke orang tuaku," begitu perumpamaan keutamaan motivasi dalam menulis cerpen.
Putuskan Objek yang Sama dengan Kebolehan dan Renjana
Objek yang cocok dapat kita putuskan dengan pertimbangkan berbagai perihal:
a. Saya kuasai objek itu. b. Saya tidak kuasai objek itu, namun pengen usaha mempelajarinya dengan cari data dan ajukan pertanyaan. c. Objek ini merupakan renjana saya. d. Objek ini sangat penting saya olah biar pembaca bisa menuai makna.
Penulis pemula mestinya menunjuk objek yang simpel dulu. Umpamanya objek yang sama dengan pengalaman hidup orang paling dekat dan diri. Bisa pula objek yang diambil dari budaya di tempat yang telah terkuasai.
Pokoknya, jangan menunjuk objek yang terlampau susah untuk diri sendiri. Ditanggung cerpen gak dapat usai atau usai namun remuk berantakan.
Tentukan Jumlah, Nama, Karakter dan Peranan Figur Cerpen mestinya focus di satu hingga sampai tiga figur saja. Kalau kebanyakan figur, bukan cuma pembaca yang dapat bingung. Penulis cerpen juga bingung sendiri...hehehe...
Nama figur baiknya ditetapkan dulu biar lebih simpel merencanakan sesi selanjutnya nanti.
Karakter dan peranan figur umpamanya siapa yang menjadi figur penting dan figur figuran; siapa yang siapa dan jahat yang baik; siapakah yang mempunyai soal dan siapakah yang menolong pecahkan masalah.
Bikin Sistem Narasi yang Terang Penulis pemula duganya butuh bikin jalan cerita dahulu sebelumnya menulis. Sistem ada tiga type:
a. Sistem maju: kemarin-hari ini-besok ; momen A akibatkan B, B akibatkan C. b. Sistem mundur atau flashback: hari ini- kemarin-dahulu c. Sistem gabungan: gabungan dari sistem mundur dan maju. Saya anjurkan penulis pemula jangan pakai sistem ini sebab rada rumit.
Tulis pokok-pokok insiden yang menjadi rangka cerpen. Saya biasa membagi sistem jadi bagian-bagian atau episode kejadian:
Pertemuan beberapa tokoh: nama, umur, rutinitas, pekerjaan, beberapa ciri fisik. Pertemuan soal atau objek yang dijumpai beberapa tokoh Usaha banyak figur cari penuntasan atas soal atau objek cerpen Perumitan soal Perpecahan soal Penutup: dapat berbentuk simpulan atas pemecahan soal, penutup yang berencana didiamkan "menggantung", atau kejutan.
Menunjuk Pojok Pandang Sisi pandang rata-rata dipisah jadi dua.
a. Orang pertama: "saya" Segi positifnya: Lega mengungkap isi hati/hati batin figur "saya" Lega bercerita kembali lagi pengalaman personal sebagai ide cerpen Sertakan hati pembaca biar "masuk" ke dalam kejadian
Segi negatifnya: Kurang lega bercerita hati batin beberapa tokoh lain
b. Orang ke-3 (menjadi pemerhati/sutradara yang mendalang)
Segi positifnya: Lega bercerita hati dan masukan semuanya figur Sesuai buat bercerita kejadian yang dihadapi pihak lain (bukan penulis sendiri) Segi negatifnya:
Kurang lega bercerita hati/isi hati figur penting (lebih simpel pakai "saya ")
Harus putuskan sisi pandang mana yang? Terserah Anda. Pikir objek dan sistem kejadian yang Anda rancang.
Memperbagus Cerpen dengan Susatra Narasi pendek bukan kabar koran atau dakwah keagamaan yang "sah dan kaku ".Cerpen merupakan susastra. Menurut KBBI, susastra merupakan "kreasi sastra yang isi dan punyai bentuk sangatlah serius, berbentuk pernyataan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan lantas direka dan diatur dalam bahasa yang bagus menjadi saranya maka dari itu menggapai kriteria seni yang tinggi ".
Nah, apa bagian kemegahan bahasa yang "penting" ada dalam cerpen? Kemegahan bahasa bisa dicetak lewat bermacam bagian:
Permainan bunyi (seperti di puisi dan pantun) Pengulangan kata dengan kesamaannya biar gak menjengkelkan (biar gak monoton) Diskusi elok antartokoh Pertanyaan retoris Pemakaian ujaran yang jarang-jarang digunakan dalam omongan keseharian Pemakaian kata asing atau kata dari bahasa wilayah yang menimbulkan perhatian pembaca Pemakaian simbol-simbol dalam bercerita figur dan insiden Teknik terpilih buat menulis cerpen dalam bahasa susastra merupakan pertama kali dengan adanya banyak membaca cerpen-cerpen kreasi penulis ulung dunia dan Indonesia.
Studi baik beberapa unsur susastra yang tersua dalam cerpen-cerpen mereka. Lantas, coba menulis cerpen dalam kata, pernyataan, dan kalimat yang elok. Rajin-rajin membuka KBBI dan Tesaurus (telah ada versus daring gratis lho).
Tentukan Judul yang Oke Benar
Lho, mengapa judul anyar ditetapkan lantas? Mengapa tidak diawalnya waktu merencanakan kejadian? Jangan resah, ini masalah hasrat dan siasat penulis saja. Kadang judul telah terfikir ketika memulai menulis.
Tapi, kerap berlangsung kita terlampau menggunakan banyaknya waktu pikirkan judul. Dibanding demikian, sudahlah...tulis dahulu cerpennya, lalu judul dapat diputuskan kemudian.
Judul cerpen yang oke benar mestinya:
Pendek, gak lebih pada 4 kata. Ingat ini cerpen bukan skripsi atau laporan KKN di Kampung Penari :) Dapat satu kata saja tapi sangatlah menakjubkan. Umpamanya: "Monyet!" Dapat figur penting cerpen: "Mak Perot" atau "Cak Lonjong"
Buat memicu minat pembaca/redaktur, dapat pakai kata atau nama yang jarang-jarang digunakan dalam omongan keseharian (dapat kata bahasa asing atau kata bahasa wilayah) Tidak cuman tujuh tips menulis cerpen untuk pemula yang udah saya kupas, tiap-tiap penulis cerpen butuh mengamati berbagai perihal berikut ini:
Tulis cerpen dengan rapi, hindarkan saltik (salah tulis) yang membikin pembaca dan redaktur salfok dan salting. Kalau kirim ke mass media khusus, simak aturan semasing alat terkait panjang cerpen dll
Mestinya berani "keluar" dari objek cerpen yang telah terlampau umum. Keduk objek cerpen dari kekayaan narasi rakyat, pengalaman inspiratif dan antik yang Anda rasakan atau dihadapi pihak lain, kasus sosial-budaya yang detail, rumor berkebangsaan dan kemanusiaan, kejadian beberapa orang yang sebagianya, dan dipinggirkan. Mestinya berani mencipta jenis tulisan sendiri, jangan ikuti tepat jenis cerpenis idola. Telah dahulu ya, tulisan ini kalau saya lanjutkan akan menjadi novel yang gak jelas. Ini cuman guratan saya. Tidak sepakat pula tak pa pa.
2 notes · View notes
trishy · 4 years
Text
Langkah Menulis Cerpen Bagi Pemula!
Banyak orang-orang mau mulai menulis narasi pendek, akan tetapi tidak mengerti bagaimana caranya efektif menganggitnya. Dikarenakan bukan seseorang cerpenis tingkat ahli, saya berani menulis tips yang duganya ringan dimengerti serta dicoba penulis pemula.
Cerpen-cerpen yang saya tuliskan kebanyakan saya kirim ke suatu majalah keagamaan tenar, sama renjana saya dan perhatian. Barangkali lebih kurang empat cerpen selanjutnya termuat di majalah itu dalam tempo sejumlah tahun. Jadi, saya pun bukan cerpenis. Sekadar perangkai ujaran saja.
Dapatkan Motivasi Menulis Buat saya, tips pertama serta inti tidaklah perihal tekhnis, namun motivasi.
Tanya dalam diri Anda, kenapa saya menulis cerpen? Buat apa? Jawaban atas pertanyaan ini dapat bersikapm. Tak ada yang buruk. Tergolong motivasi buat mendapat biar termasyhur atau honor.
Siapakah yang tak senang waktu lihat cerpennya termuat majalah nasional? Jelas segera buat pemberitahuan di Facebook, I poskamling, dan nstagram.
"Yes...cerpenku termuat! Saya memanglah top!"
Akan tetapi, pastinya ada motivasi-motivasi lain. Barangkali motivasinya yaitu mau share pengalaman hidup yang inspiratif. Barangkali buat menilai kebiasaan yang gak sesuai kembali dipraktekkan di era kiwari. Mungkin saja buat mencucurkan isi hati biar gak senyuman-senyum sendiri.
Motivasi ini penting lantaran waktu kita merasakan kesukaran dalam menulis kelak, kita dapat ingat kembali lagi maksud kita menulis cerpen. "Aduh, kok mentok ya ideku.
Namun, saya gak pengin menyerah. Saya menulis cerpen ini buat ucapkan terima kasih ke orang tuaku," begitu gambaran utamanya motivasi dalam menulis cerpen.
Putuskan Obyek yang Sesuai sama Kapabilitas serta Renjana
Obyek yang pas dapat kita pastikan dengan memperhitungkan berbagai hal:
a. Saya kuasai obyek itu. b. Saya tidaklah terlalu kuasai obyek itu, namun pengin usaha mempelajarinya dengan cari data dan ajukan pertanyaan. c. Obyek ini yaitu renjana saya. d. Obyek ini benar-benar penting saya olah biar pembaca bisa menuai makna.
Penulis pemula harusnya memutuskan obyek yang ringan dulu. Contohnya obyek yang sesuai sama pengalaman hidup orang paling dekat dan diri. Dapat juga obyek yang diambil dari budaya di tempat yang udah terkuasai.
Utamanya, jangan memutuskan obyek yang sangat sukar buat diri sendiri. Ditanggung cerpen gak bakal tuntas atau tuntas namun remuk berantakan.
Memastikan Jumlah, Nama, Pembawaan serta Andil Profil Cerpen harusnya focus di satu hingga tiga profil saja. Apabila kebanyakan profil, tidak hanya pembaca yang bakal bingung. Penulis cerpen akan juga bingung sendiri...hehehe...
Nama profil semestinya ditetapkan dulu biar lebih ringan merencanakan babak seterusnya nanti.
Pembawaan serta andil profil contohnya siapa yang menjadi profil inti serta profil figuran; siapa yang siapa dan jahat yang baik; siapakah yang miliki persoalan serta siapakah yang menolong pecahkan masalah.
Membikin Aliran Narasi yang Terang Penulis pemula duganya penting membikin jalan cerita dahulu sebelumnya menulis. Aliran ada tiga macam:
a. Aliran maju: kemarin-hari ini-besok ; insiden A akibatkan B, B akibatkan C. b. Aliran mundur atau flashback: hari ini- kemarin-dahulu c. Aliran paduan: paduan dari aliran mundur dan maju. Saya rekomendasikan penulis pemula jangan memanfaatkan aliran ini lantaran lumayan rumit.
Tulis pokok-pokok momen yang menjadi rangka cerpen. Saya biasa membagi aliran jadi bagian bagian atau adegan peristiwa:
Pertemuan beberapa tokoh: nama, umur, tradisi, pekerjaan, tanda-tanda fisik. Pertemuan persoalan atau obyek yang dijumpai beberapa tokoh Usaha banyak profil cari penuntasan atas persoalan atau obyek cerpen Perumitan persoalan Perpecahan persoalan Penutup: dapat berwujud simpulan atas pemecahan persoalan, penutup yang berniat didiamkan "menggantung", atau kejutan.
Memutuskan Pojok Pandang Sisi pandang kebanyakan dipisah jadi dua.
a. Orang pertama: "saya" Segi positifnya: Lepas mengatakan isi hati/hati batin profil "saya" Lepas berkisah kembali lagi pengalaman personal sebagai buah pikiran cerpen Libatkan hati pembaca biar "masuk" ke dalam peristiwa
Segi negatifnya: Kurang lepas berkisah hati batin beberapa tokoh lain
b. Orang ke-3 (menjadi peneliti/sutradara yang mendalang)
Segi positifnya: Lepas berkisah hati serta saran semuanya profil Sesuai buat berkisah peristiwa yang dihadapi pihak lain (bukan penulis sendiri) Segi negatifnya:
Kurang lepas berkisah hati/isi hati profil inti (lebih ringan memanfaatkan "saya ")
Mesti putuskan sisi pandang mana yang? Terserah Anda. Pikir obyek serta aliran peristiwa yang Anda rancang.
Memperbagus Cerpen dengan Susatra Narasi pendek bukan info koran atau dakwah keagamaan yang "sah serta kaku ".Cerpen yaitu susastra. Menurut KBBI, susastra yaitu "kreasi sastra yang isi serta mempunyai bentuk begitu serius, berwujud pernyataan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan setelah itu direka serta diatur dalam bahasa yang elok menjadi saranya maka sampai prasyarat seni yang tinggi ".
Nah, apa faktor kecantikan bahasa yang "mesti" ada di cerpen? Kecantikan bahasa bisa dicetak lewat beragam faktor:
Permainan bunyi (seperti di dalam puisi serta pantun) Diulangi kata dengan kemiripannya biar gak menjenuhkan (biar gak monoton) Diskusi elok antartokoh Pertanyaan retoris Pemanfaatan ujaran yang jarang-jarang difungsikan dalam perbincangan tiap hari Pemanfaatan kata asing atau kata dari bahasa wilayah yang mencuri perhatian pembaca Pemanfaatan simbol-simbol dalam berkisah profil serta momen Trik terunggul buat menulis cerpen dalam bahasa susastra yaitu pertama kali dengan sejumlah membaca cerpen-cerpen kreasi penulis ulung dunia serta Indonesia.
Tekuni baik beberapa unsur susastra yang tersua dalam cerpen-cerpen mereka. Setelah itu, coba menulis cerpen lewat kata, pernyataan, serta kalimat yang elok. Rajin-rajin membuka KBBI serta Tesaurus (udah ada vs daring gratis lho).
Memastikan Judul yang Baik Benar
Lho, mengapa judul anyar ditetapkan setelah itu? Mengapa tak diawalnya waktu merencanakan peristiwa? Jangan risau, ini bab hasrat serta kiat penulis saja. Kadangkala judul udah terpikiran waktu mulai menulis.
Akan tetapi, kerap berlangsung kita sangat memakan banyak sekali waktu memikir judul. Ketimbang demikian, sudahlah...tulis dahulu cerpennya, lalu judul dapat diputuskan kemudian.
Judul cerpen yang baik benar harusnya:
Pendek, gak lebih dari pada 4 kata. Ingat ini cerpen bukan skripsi atau laporan KKN di Kampung Penari :) Dapat satu kata saja akan tetapi begitu mengagumkan. Contohnya: "Monyet!" Dapat profil inti cerpen: "Mak Perot" atau "Cak Lonjong"
Buat memancing minat pembaca/redaktur, dapat pakai kata atau nama yang jarang-jarang difungsikan dalam perbincangan tiap hari (dapat kata bahasa asing atau kata bahasa wilayah) Tidak hanya tujuh tips menulis cerpen buat pemula yang udah saya kaji, tiap-tiap penulis cerpen penting melihat berbagai hal berikut ini:
Tulis cerpen dengan rapi, hindarkan saltik (salah tulis) yang buat pembaca serta redaktur salfok dan salting. Apabila berkirim ke media pers tersendiri, cermati keputusan semasing tempat tentang panjang cerpen dan seterusnya
Harusnya berani "keluar" dari obyek cerpen yang udah sangat umum. Keduk obyek cerpen dari kekayaan narasi rakyat, pengalaman inspiratif serta antik yang Anda rasakan atau dihadapi pihak lain, masalah sosial-budaya yang rinci, gosip berkebangsaan serta kemanusiaan, peristiwa beberapa orang yang sejumlahya, dan dipinggirkan. Harusnya berani mencipta type tulisan sendiri, jangan ikuti tepat type cerpenis idola. Udah dahulu ya, tulisan ini apabila saya lanjutkan bakal jadi novel yang gak jelas. Ini sekadar guratan saya. Tak sepakat pun tidak pa pa.
2 notes · View notes
azmi-azizah · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
TULISKAN MIMPIMU
Sedikit cuplikan cerpenku ini sebenarnya terinspirasi dari aku yang dulu juga tidak menuliskan apa-apa saja yang kuimpikan. Pokoknya pengen di masa depan tuh jadi orang sukses. Udah.
Tapi, ternyata setelah mendapat tugas menuliskan 100 mimpi dari DR.Probosuseno dahulu saat masih semester 1, aku tersadar akan banyak hal. Terutama tentang masih minimnya kemampuanku dalam berbagai bidang.
Semangatku pun terpacu untuk belajar ini dan itu. Sebab begitu banyak hal yang ingin untuk kugapai dalam kesempatan hidupku, agar jadi pribadi yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Selamat membaca ya! Boleh banget temen-temen tulis juga mimpi-mimpinya dan biarkan tulisan itu kita baca tiap hari. Lebih bagus lagi nih kalau mulai dari menentukan goal besar apa yang ingin kita capai dalam hidup ini, lalu susun deh step-step menuju ke sana itu butuh apa saja yang harus kita kuasai atau lakukan.
Yok semangaat sama2 mengejar mimpi kita! Semoga Allah ridhoi ya setiap ikhtiar kita. Dan kita semua diberi kebaikan dunia - akhirat oleh-Nya ;")
Ps. Tunggu yak antologi cerpennya terbit! Ini cerpennya aku buat pas join projek nubar (nulis bareng) antologi cerpen bulan Juni dari @omerapustaka
#TerusMenulis #MenulisTerus #BerbagiHikmah #SelfReminder #Cerpen #AntologiCerpen #Buku #Penulis #Mimpi #Harapan #Inspirasi #Motivasi #Nasihat #MaknaHidup #Taat #Bekal #Taqwa #Leadership #Hope #Family
5 notes · View notes
wedangrondehangat · 4 years
Text
Notes (16)
Notes ke-15 sebelumnya, membawaku pada cerpen yang pernah kutulis dulu. Sebuah cerpen dengan pembahasan cukup panjang dan berat, lika-liku bertemu jodoh. Padahal itu aku nulisnya waktu masih muda hahahaha lha emang udah tua sekarang? Kayaknya iya.
Ini salah satu paragraf yang ngena lagi,
Dan dari segala jenis pelajaran yang saya dapatkan tentang perasaan, juga dari segala kebingungan akan buramnya untuk membedakan antara kekaguman dan jatuh hati yang sungguhan, saya belajar dari suatu quote bahwa jatuh cinta sama orang lain itu sudah biasa karena orang itu masih kelihatan baru, yang luarbiasa itu ketika kita bisa jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama.
Wow. Sepertinya aku perlu membaca ulang seluruh cerpen-cerpenku, untuk minta tamparan.
#buangtulisan
#bersihbersihnotes
Bdg, Juli 2020
2 notes · View notes
pena-tumpul · 5 years
Text
Jangan pernah sakiti hati seorang penulis jika kau tak ingin abadi dalam karyanya. Sayangnya, kau telah abadi dalam semua karyaku. Dan kau melakukannya berulang kali. Bodohnya, aku anggap itu sebagai konsekuensi mencintai, bukan ketololanku yang terlarut-larut.
Kau selalu menjadi ide baru di setiap puisiku. Menjadi tokoh utama di semua cerpenku. Dan kau menjadi tujuan akhir dari setiap perjalananku. Kulalui jalan terjal hidup ini agar bisa menggapaimu. Namun, kau tak ada.
Kehilanganmu, artinya kehilangan setengah jiwaku.
Dan ini, harus dirayakan..
7 notes · View notes