#gembil
Explore tagged Tumblr posts
fikarhma · 1 year ago
Text
Pesan untuk Zia
Hai Zia, ini Buna. Allah menitipkan kamu di perut Buna selama 9 bulan. MasyaAllah, betapa tenangnya kamu didalam sana nak. Setiap usg 4D, kamu suka malu-malu nutupin muka pake tanganmu, buna gak boleh ngintip ya nak ? 😂
Alhamdulillah 18 Maret 2024 lalu, kamu lahir ke dunia. Perjuangan kita berdua gaakan buna lupakan. Buna tau kok, kamu pasti kesusahan juga didalam sana untuk cari jalan buat keluar. Makasih untuk perjuanganmu. Buna juga berusaha untuk bantu kamu semaksimalnya buna, walaupun di satu jam sebelum kamu lahir rasanya buna terlalu egois maksa kamu supaya cepet keluar. Jadinya robekannya agak lumayan deh 😅 tapi gapapa yang penting sekarang kita berdua sehat ya nak.
Ziaku yang sholehah, setelah lahir ke dunia ini, kita sama-sama belajar dari nol. Walaupun buna udah hidup 26tahun lebih lama dari kamu, tapi buna berasa mulai hidup baru lagi, belajar lagi, susah lagi. Sama seperti kamu, semuanya terasa serba baru. Tapi gapapa nak, jangan pernah merasa sendirian karena dalam proses belajar di kehidupan ini masih ada Allah, ayah dan buna yang akan selalu mendampingi kamu sampai nanti kamu bisa hidup mandiri.
Alhamdulillah 2 minggu perjalanan hidupmu sudah terlewati, pipimu sekarang tambah gembil, sudah pintar menyusu, sudah bisa dengerin omongan buna dan ayah. Pasti nanti gak kerasa deh tiba-tiba kamu udah jadi wanita dewasa 😅. Buna dan ayah sangat senang melihat proses pertumbuhan dan perkembangan kamu. Gak sabar melihat hal-hal baru lainnya. Semoga Allah mengizinkan ayah dan buna untuk bisa selalu mendampingi kamu di dunia sampai kamu tumbuh dewasa ya nak.
Assyaima Marzia Izzati, nama yg ayah kasih adalah do’a ayah dan buna kepada Allah untuk kamu. Supaya kelak kamu tumbuh menjadi wanita yang memiliki akhlak baik (Assyaima), yang selalu diridhoi oleh Allah yang menciptakanmu (Marzia) dan memiliki hidup mulia (Izza). Jangan merasa terbebani dengan sebuah nama ya nak, karena jalan cerita ini sesungguhnya udah diatur sama Allah kok. Nanti buna ceritain ya tentang Allah Sang Penulis cerita terbaik.
Nak, mari kita arungi susah senangnya kehidupan ini bersama-sama. Bersama Allah, ayah dan buna 🫶🏻
You are not alone 🥰
Tumblr media
4 notes · View notes
aandlunaa · 8 months ago
Text
Rahasia-rahasia
“Kenapa hujan jatuh hanya dari langit, Bu?” tanya anak lelaki itu sambil menjilati lolipop berwarna hijau pupus. Liurnya melecit-lecit hingga pipi. Setiap yang melihatnya pastilah gemas ingin meremas pipi gembil yang meramu rona ungu-merah jambu miliknya. “Apakah langit sedang menangis, Bu?” tanyanya lagi sambil memonyongkan bibir membentuk huruf o. “Bu! Kenapa diam saja sih” ujarnya lagi kepada…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
dipsdiary · 1 year ago
Text
Dia kembali.
Tepat di depanku ia duduk dengan senyum terbaiknya.
Bahunya yang semula mungil berubah menjadi lebar dan kekar, terbalut indah oleh jas hitam yang membuatnya tampak lebih kokoh. Rahangnya yang semula gembil dipahat sempurna oleh waktu menjadi begitu tegas. Hidungnya yang mancung, dan senyum sabitnya. Matanya tetap berbinar indah bagaikan purnama, tak pernah berubah.
Sikap buruknya pun tetap tidak berubah.
Persetan dengan pesonanya, Jefta. Dia orang yang sama yang membuat kehidupan kelas dua belasmu menderita!
Iya, dia. Raynathan Gideon yang sekarang tumbuh dewasa menjadi keparat brengsek yang naasnya dikenalkan bunda sebagai juru masak di restoran terbaik asia.
1 note · View note
cupacuphie · 1 year ago
Text
HEALING TO PANGANDARAN BEACH.
Hahahah. Gatau seneng aja gitu kesannya meskipun keluar banyak duit karna laper mata, shock moment pas masuk jln sempit naik turun udah macem roller coaster, sampe² itu bus nabrak mang baso trus diem ditanjakan nagreg. Kenapa si aq bisa seneng? Karna ada si gembil, kenek busnya. Hahahah. Saking keponya gue, pas dia liat hp nya aq kepo tuh d wallpapernya kepasang foto bini ama anaknya apa ngga biar tau udh nikah apa blm. Pas diliat screensaver aman foto dia sndiri. Pas wallpapernya itu bukan foto anak bininya tp kaya emg wallpaper hp aja. Ah dasar aq sampe² kenek bus aja jdi hiburan. Tp seenggak.a ada yg bikin happy yah. Wkwkwk.
0 notes
stumfrey · 2 years ago
Text
BAGIAN IV: MELEPASKAN ATAU MENYERAH?
Band yang gue bangun, hancur berantakan. Ada konflik internal yang cukup besar untuk membuat semua anggota keluar, berpencar sambil memendam kemelut dendam. Dan lagi-lagi, sesuatu milik gue dirampas paksa oleh dunia.
Gue seperti ditarik kembali ke titik nol, kembali pada saat-saat di mana gue terpuruk sebelum mengenal Yuan. Bedanya, saat ini gue sudah kenal dengan Yuan dan cewek itu masih begitu setia menemani, meski gue juga paham betul betapa lelahnya dia dengan pekerjaan pertamanya di gedung tinggi di Ibu kota.
Lihat, kan, besarnya kesenjangan di antara gue dan dia? Gue yang masih harus berjuang buat lulus ditambah satu-satunya harapan, band, yang turut hancur lebur. Sementara dia, sudah jadi salah satu wanita karir dengan gaji tinggi.
Dia pantas dan sudah seharusnya dapat pendamping yang jauh lebih baik. Dia seharusnya bisa menikmati momen-momen kerja pertamanya, alih-alih sibuk menemani gue di dasar jurang yang gelap di bawah tanah. Tempatnya itu, di atas sana, di bawah siraman hangat mentari dan di antara hamparan bunga-bunga mewangi. Bukannya di sini.
Gue terlalu sayang untuk membiarkan dia terjebak lebih lama bersama gue. Di saat dia punya kesempatan untuk melanglang buana, bagai kupu-kupu indah yang berterbangan bebas.
Pada titik itu, gue memilih untuk melepaskan— dan bukan berati sepenuhnya menyerah. Tapi, gue butuh waktu. Waktu untuk memantaskan diri. Waktu untuk memperbaiki diri. Supaya gue mampu memberikan yang terbaik bagi Yuan, sebagaimana semestinya, sebagaimana yang selayaknya ia dapatkan.
“Aku nggak bisa lagi.”
Waktu itu, langit malam begitu cantik. Dengan kilau-kilau bintang yang tumben-tumbennya penuhi langit ibu kota. Dan andai aja, memori indah yang gue ukir saat itu. Bukannya malah memori menyakitkan, berupa terakhir kalinya gue mampu menggenggam tangan Yuan dan hilangnya senyum cerah dari paras gadis itu untuk yang pertama kalinya.
“Nggak bisa apa?”
Dia, yang kala itu lagi menyenderkan kepala di bahu gue jadi agak mendongak. Lemparkan senyum manis, seolah ia menanti hal baik. Biasanya gue akan ikut tersenyum bersamanya (percaya deh, senyum Yuan itu sangat menular). Tapi, rasa sesak yang mendominasi justru buat senyum gue beralih jadi sebuah ringisan.
“Nggak bisa sama kamu lagi.”
Dan satu pukulan mendarat di paha gue. Dia justru bergelayut makin manja, memeluk tubuh gue makin erat bagai sama sekali tak ingin berpisah, sambil berucap, “Ih apa sih, bercandanya jelek aaah. Jangan ngomong gitu.”
Tapi, sayangnya, gue nggak lagi bercanda. Pelan-pelan senyum miris mulai hadir di paras gue, menatap Yuan lekat-lekat, dan menyadari bahwa keputusan besar ini sama dengan menceburkan diri gue sendiri ke laut hitam. Tapi, apa bedanya dengan keadaan gue sekarang ‘kan?
Justru kalau bukan dengan begini, gue malah akan turut membawa Yuan bersama gue, ke dalam muara gelap yang entah akan gue temukan ujungnya suatu saat nanti atau tidak sama sekali. Gue sama sekali nggak mau Yuan kehilangan cahayanya. Bahkan lampu paling terang pun lama-kelamaan akan meredup tanpa sumber daya yang memadai ‘kan?
Maka, ini, satu-satunya jalan yang gue miliki. Demi kebaikan orang yang paling gue kasihi.
“Aku serius.” Gue usap puncak kepalanya, lalu ke pipinya yang tampak lebih gembil dari biasanya karena ranum yang mencebik.
Dan karena kalimat itu juga, Yuan menegakkan tubuh. Menatap gue dengan kilat yang saling bercampur padu di maniknya; bingung, kesal, kecewa, tak mengerti, dan masih banyak lagi. “Apa sih, maksudnya? Kamu kenapa?”
“Kamu layak dapat yang lebih baik dari aku.” Gue melanjutkan. Menelan sepah yang merajalela dengan kurang ajarnya.
“Demi Tuhan, Jericho. Aku nggak ngerti. Kamu tuh udah yang terbaik buat aku. Cuma kamu yang aku mau.” Dia menyanggah, bersungut-sungut. Dan gue nyaris mundur. Karena nyatanya, gue masih ingin mendengar lebih banyak ocehan Yuan.
“Aku nggak punya apa-apa selain kamu. Aku bukan siapa-siapa tanpa kamu. Aku nggak bisa kasih yang terbaik buat kamu.”
“Kenapa sih…” Dan suara Yuan melemah. Air mukanya begitu kental siratkan kebingungan dan kekecewaan. Maniknya bergerak cepat, bagai tengah menilik tiap sisi wajah gue, dan berusaha keras temukan barang setitik kebohongan di sana. Tapi, tampaknya ia gagal menemukan kebohongan. Karena selanjutnya, ia kembali buka suara, “Kamu selalu berhasil ngasih yang terbaik buat aku. Dan kalau pikirmu, kamu bukan siapa-siapa tanpa aku, kamu salah. Kamu selalu jadi Jericho, dengan atau tanpa aku, kamu gitaris paling keren yang pernah aku tau, kamu penulis lagu yang hebat. Dan kalau kamu masih kekeh, nganggap kamu bukan siapa-siapa tanpa aku, makanya ayo, tetap sama aku dan jadi siapa-siapa. Kita jalanin bareng-bareng ke depannya.”
Betapa gue nggak pernah salah menilai, bahwa Yuan adalah setepat-tepatnya manusia yang pernah Tuhan datangkan kepada gue. Andai waktu sedikit berbaik hati untuk mempertemukan gue dan Yuan di saat-saat yang lebih baik, di saat gue lebih layak dan mampu memberinya yang terbaik.
“Aku cuma takut ngehambat semua proses yang udah mati-matian kamu jalanin. Aku nggak mau jadi penghalang dari segala mimpi yang udah kamu rancang.”
“Sama sekali aku nggak pernah mikir gitu. Kamu kenapa, sih?” Ada keputusasaan yang terdengar dari suara Yuan. Pertama kalinya gue melihat dia sampai sebegitunya. Dan itu karena gue, cowok bodoh yang tega-teganya menghilangkan binar hangat dari perwujudan mentari di dunia.
“Aku cuma mau yang terbaik buat kamu.” Ada penyesalan yang makin kental menggerogoti. Tapi, di titik ini, sudah tak ada lagi akses bagi gua untuk mundur dan menganggap semua percakapan ini hanya angin lalu.
“Kamu udah jadi yang terbaik buat aku.”
“Aku … butuh waktu buat memantaskan diri biar bisa bersanding sama kamu.”
“Kita sama-sama manusia, apa yang bikin kamu ngerasa nggak pantas?”
“Enggak.” Gue menggeleng. Menggenggam erat tangannya, untuk yang terakhir kalinya. “Aku masih terlalu banyak kurangnya buat kamu. Setiap lihat kamu, aku selalu mikir, kalau kamu pantas dan seharusnya dapat yang lebih baik dari yang aku punya saat ini. Kasih aku waktu buat memperbaiki diri, ya?”
“Emang nggak bisa, memperbaiki diri sama-sama?” Gue selalu tahu bahwa Yuan memang gampang menangis; perkara melihat anjing yang dibuang oleh pemiliknya, melihat para tuna wisma yang kerap berjejer di bahu jalan, ataupun karena drama Korea yang kerap ia jadikan tontonan. Tapi, gue sama sekali nggak pernah mengira, bahwa akan datang saatnya gue yang jadi penyebab di balik air matanya. Betapa gue ingin memaki diri sendiri tanpa henti dan itu pun masih belum cukup untuk meluapkan amarah yang gue tanam pada diri sendiri.
Lagi-lagi gue menggeleng. “Kamu harus tetap maju sama apa yang udah kamu punya sekarang.”
Ia sempat memejamkan mata, mungkin menenangkan diri, karena selanjutnya terdengar hembusan napas dalam sebelum ia membuka mata dan kembali bertanya. “Sampai kapan?”
Dan gue nggak pernah memberikan jawaban pasti.
Sebagaimana gue nggak pernah tahu pasti apakah akan ada momen di dunia, di mana gue mampu memberikan yang terbaik.
0 notes
cottoncandytide · 3 years ago
Text
Seokjin yang dibantu Namjoon pelan-pelan melangkah memasuki mobil mewah yang sengaja Namjoon pesan khusus untuk membawa Seokjin dan baby (walaupun masih dalam perut papanya) karena Namjoon sangat ingin keduanya merasa nyaman senyaman nyamannya.
Namjoon melirik Seokjin yang sedang mengatur posisi bokong yang semakin berisi. Matanya sulit lepas dari bantalan kenyal yang membuat hatinya terus menerus berdesir nyeri.
Setelah Seokjin duduk dengan nyaman ia mulai merasakan hangat lewat genggaman tangan yang lebih tua. Waktu itu Namjoon tersenyum sangat manis hingga lesung pipinya melengkung terlalu dalam.
Ya Tuhan... Kalau begini Seokjin lebih baik pingsan daripada harus berhadapan dengan senyum paling manis yang pernah hyungnimnya berikan.
Perlahan Namjoon mulai mendekatkan wajahnya ke permukaan kenyal dan lembab milik Seokjin. Pucuk hidungnya yang bangir mulai menyusuri kulit pipi yang terasa halus dan harum, kemudian perasaan gemas itu mulai muncul yang coba Namjoon ekspresikan dengan menekan-nekan lembut pipi gembil yang sewarna dengan buah persik.
Lalu Namjoon beralih menubruk hidung kekasih hatinya pelan, ia ingin menghirup hembusan nafas laki-laki yang ia cintai itu dalam-dalam.
Benaknya berujar, tidak ada kata kehilangan untuk kedua kalinya, kecuali maut yang memisahkan kami bertiga.
"Wangi.." ucap Namjoo dalam hati.
Mari kita bayangkan, wangi nafas yang Seokjin hembuskan seperti wangi nafas seorang bayi. Nafas hangat itu segera merambat menyapa, menggelitik hati untuk segera mengulum ranum lelakinya.
Sekali lagi.. Namjoon ingin menyerah pada egonya. Hari ini, menit ini, dan detik ini juga Namjoon ingin mendeklarasikan isi hatinya bahwa Seokjin memang secantik dan seistimewa itu di hidupnya.
Mamanya benar, Namjoon telah terjatuh sangat dalam pada pesona kekasih adiknya. Kim Seokjin.
—Sanding.
10 notes · View notes
ohdaisysworld · 3 years ago
Text
077 — SWEET CREATURE
Tumblr media
Mada melihatnya. Melihat bagaimana wajah rupawan itu benar-benar menghipnotisnya. Renyah tawanya, manis senyumnya, binar matanya—benar-benar mengunci mata Mada untuk terus memandang dengan lekat.
Setelah asik bercengkrama yang tentunya diisi oleh sang ibunda yang mengupas habis kenangan masa lalu mereka, kini semuanya asik dengan urusan masing-masing. Abi dan Javas tentu saja masih asik berbincang dengan sang ibunda di ruang keluarga. Sementara Arsa dengan tak tahu malunya merebahkan diri di sofa, beralasan jika ia hanya tidur dua jam tadi malam dan ingin terlelap sebentar lagi saja.
Mada melirik Kayana yang asik berbincang dengan Kafin tak jauh dari tempat duduknya. Jika ditelisik lebih jauh, memang kelihatan sekali jika laki-laki yang seumuran dengannya itu melakukan ini dengan sengaja. Iya, Kafin sengaja tidak memberikan celah bagi Kayana untuk bisa Mada dekati.
Huft, sabar.
Mada harus tenang. Ia tidak boleh bertindak gegabah agar tak semakin menyulitkan dirinya sendiri nanti di masa depan. Bermain dengan Kafin itu butuh otak yang cerdik agar ia bisa menang.
Ya, walau ia tak bisa bohongi kalau sedari tadi ia berusaha sekuat tenaga menahan diri. Jika tidak, mungkin saja ia sudah mendorong kafin untuk menjauh pergi.
Baru saja Mada mendumel dalam hati. Tapi rupanya Tuhan mendengar doanya saat Kafin bangkit dan bergegas ke belakang rumah—mungkin ke kamar mandi. Dan tak ada alasan bagi Mada untuk tak langsung menghampiri Kayana yang sedang sendiri saat ini.
"Nana…" Suara Mada kejutkan Kayana yang asik menunduk memandang ponsel. Membuat mata bulat itu melebar disertai semburat merah pada pipinya. Ya ampun, gemas sekali, pekik Mada dalam hati. 
Kayana mengerjapkan matanya lucu saat Mada duduk di sebelahnya. Laki-laki manis itu salah tingkah, "Eh, Mas Mada?"
Kenapa setelah sekian lama mereka tak bertemu—Kayana malah semakin menggemaskan? Tolong tahan Mada untuk tak menguyel-uyel pipi gembil laki-laki di sampingnya itu. Jangan sampai Mada mempermalukan dirinya sendiri di depan gebetan manisnya.
"Perasaan dulu waktu kamu kecil manggilnya Mada aja deh tanpa embel-embel mas." Tangan lancang Mada bergerak menyingkirkan helai rambut Kayana yang menutupi sebagian wajahnya. Mengabaikan tubuh Kayana yang memaku sebab jarak keduanya yang begitu dekat.
Kayana memalingkan wajah—mencoba menyembunyikan semburat merah pada kedua pipinya. “M—mas Mada gak suka sama panggilannya?"
Mada terkekeh kecil melihat Kayana yang kini memilin ujung kaos yang ia kenakan. "Siapa bilang Mas gak suka?" tanya Mada seraya mengapit dagu Kayana untuk ia bawa menatap matanya. Sebab sedari tadi Kayana sibuk menunduk ke bawah dan menghindari tatapannya. "Mas suka kok—asal adek yang manggil Mas begitu."
Sebab kalau boleh berbicara fakta, Mada ini sebenarnya kurang suka dengan panggilan 'Mas' saat beberapa kali orang memangilnya dengan sebutan itu. Tak enak didengar, menurutnya. Tentu saja ini berbeda saat Kayana yang melakukannya.
Kayana mengangguk pelan. Mencoba menyembunyikan debaran jantungnya. "Iya, Mas."
Nyatanya, Mada tak dapat menahan tangannya untuk tak menyentuh pipi gembil Kayana. Mengelusnya pelan dan sibuk memuji betapa indahnya hasil karya Tuhan yang satu ini. "Mas gak nyangka adek kecil Mas udah sebesar ini. Enam belas tahun gak ketemu—ternyata kamu gak banyak berubah."
Pikiran Kayana mendadak kosong saat ibu jari Mada bergerak mengelus permukaan bibirnya. Membuat Kayana melirik abang-abangnya yang lain dengan takut—yang untung saja sibuk dengan urusan masing-masing dan tak memperhatikan mereka.
"Eung, masa sih, mas?”
Mada mengangguk pelan saat pandangannya yang semula tertuju pada bibir Kayana kini naik, mengunci netra laki-laki manis itu. "Kamu tetap adek Mas yang gemesin. Gimana caranya abang-abang kamu yang lain tahan gak uyel-uyel kamu gini? Mas aja dari tadi tahan diri buat gak ngunyah pipi gembil kamu." Kayana bersemu. Kembali memalingkan wajahnya, Kayana kembali menghindar dari tatapan Mada. "Mas jangan gitu—jantung adek gak kuat. Kalau jantung adek kenapa-napa awas loh, ya!"
Mada tergelak mendengar penuturan Kayana yang kelewat polos. Kalau begini caranya, bisa-bisa dia khilaf nyulik Kayana saat ini juga. "Iya, gak apa-apa, nanti Mas tanggung jawab kalau jantung nana kenapa-napa."
Kayana merengut, sebal dengan mulut manis pria itu yang kerap kali mengacaukan detak jantungnya. "Mas, ih!"
"Besok mau gak pergi sama Mas?”Mada mengutarakan niatnya. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Lagi pula sang Mama sudah berulang kali memintanya untuk segera menikah—jadi tak ada salahnya Jeongguk berusaha, kan?
"Besok?" Kayana mengingat kembali kegiatannya besok. Tapi mengingat Nevan yang pulang esok hari, Kayana mengurungkan niatnya. "Nanti adek kabarin, ya, Mas."
Mada mengangguk semangat. Ini termasuk awal yang baik saat Kayana membuka diri padanya. Mengeluarkan ponsel, Mada berniat untuk meminta nomor laki-laki manisnya itu. Sebelum sebuah suara menginterupsi aksinya.
"EKHEM!"
Kafin muncul di hadapan keduanya dengan tangan yang bersedekap di depan dada. Melirik Mada dengan tatapan mematikannya, Kafin mendelik saat pandangan mereka bertemu. "Ngapain lo deket-deket adek gue?! Minggir lo!"
Oh, Mada hampir saja melupakan Kafin—yang mungkin saja akan menjadi penghalang dirinya mendekati Kayana.
4 notes · View notes
dwsrkhns · 5 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media
Alghi 6 bulan vs Alghi 11 bulan..
Dulu kamu gembil gemas gitu lho dek..
3 notes · View notes
katahanoi · 5 years ago
Text
-DAY 20: My Celebrity Crush-
Nah kalo yang ini sih udah pasti ingat wkwkwk. Karena aku ngerasain gimana rasanya ngefans seorang idol untuk pertama kalinya dalam hidup.
Dia adalah ... Super Junior's Evil Maknae: CHO KYUHYUN! Actually romanisasi namanya itu: Jo Kyuhyeon.
Tumblr media
Emmm mungkin di foto ini dia kelihatan kalem dan karismatik. Tapi sejujurnya dia paling tengil paling evil paling iseng di grup wkwkwk.
Pertama kali aku kenal oppa ini tuh waktu kelas 4 atau 5 SD—lupa deh, pokoknya waktu ada Super Show 3 atau 4 di Indonesia—di saat teman-teman sebayaku mengenal dangdut, Armada Band, Yovie and Nuno, atau boygroup-girlgroup Indo kayak SM*SH, CJR, dll dan aku masih anak ingusan (nggak deng, aku jarang ingusan) yang burank gegara nggak mau posisi ranking 1-ku direbut lagi sama temenku yang nota bene anak baru waktu itu. Ambis kali aku waktu itu ahahahahah.
Lalu oppa ini dan kawan-kawan satu grupnya (read: Super Junior) datang "menyelamatkan" aku dari keambisanku waktu itu. Setelah aku kenal mereka dan dengerin lagu-lagu mereka sih, aku emang jadi lebih santuy belajarnya. Tapi ya ... tetep ada jiwa-jiwa keambisan dalam diri.
Terus apa sih yang bikin aku kesengsem sama oppa setuwir ini? Eheheh.
Pertama, nggak bisa dipungkiri kalau dia emang ganteng. Dan waktu itu aku masih cewek normal yang doyan cowok ganteng wkwk.
Kedua, suaranya beuhhh keren bangett. Inilah yang bikin aku kesengsem sama dia. Waktu itu kalau nggak salah aku lagi antara dengerin atau lihat Music Video dari lagu Bonamana. Nah terus waktu giliran Kyuhyun nyanyi, aku jadi kayak: "weh siapa ini? Bagus bener!" Dan itulah yang bikin aku ngefans sama diaa.
Oh iya, Kyuhyun emang ada di jajaran teratas idol Kpop pria dengan teknik vokal yang mengagumkan. Nggak heran juga sih, artis SM gitu lho wkwk. Oppa ini juga berada di vocal linenya Super Junior. Lebih tepatnya sih dia itu 1 dari 3 vokalis utama di Super Junior—dua lainnya Yesung sama Ryeowook, lalu mereka bertiga digabung dalam 1 sub-unit bernama SJ-KRY. Dan lagu-lagu mereka keren dan emosional semua 😭
Waktu di era Bonamana, entah kenapa dia tiba-tiba dapat dance break bareng sama dance line—Eunhyuk, Donghae, Shindong—yang nota bene lebih jago dong ketimbang Kyuhyun dari segi dance. Dan dance break itu juga salah satu faktor kenapa aku bisa ngefans sama oppa iniii. Terus dia dapat julukan DanceKyu sama SlideKyu deh gegara ini wkwk.
Tumblr media
^ yang ngesot dia itu 😂 makanya dapat julukan SlideKyu setelah penampilannya ini.
Tumblr media
^Garda depan dari kiri ke kanan: DanceKyu, Donghae, Eunhyuk, Shindong.
Ya itulah celebrity crushku. Sebenarnya ada lagi sih, karena idol crushku nggak cuma Kyuhyun. Ada Onew SHINee sama Changmin TVXQ juga—btw mereka juga termasuk vocal line di masing-masing grup dan mereka juga artis SM Entertainment. Tapi karena Kyuhyun adalah first crushku di dunia idol, yaa jadi aku cerita tentang dia ajaa wkwk.
Meskipun Kyuhyun sekarang kalah ganteng sama Donghae wkwk, udah gembil juga pipinya nggak setirus dulu, udah resmi jadi om-om yang punya ponakan kembar ululu. Aku masih ngefans sama Kyuhyun dan Suju jugak.
Cepet nikah dong oppadeul! Udah 30an mau 40 juga -_- tolong beri kami—ELFs—ponakan, para Juniornya Super Junior wkwk
-H-
2 Oktober 2020
10:02 WIB
Author's note:
막내 / Maknae (pronunciation: mak-ne—huruf "e" seperti dalam kata "ekor") adalah anggota termuda dari sebuah tim.
Bonus:
Tumblr media
This GIF is made by me.
5 notes · View notes
obrolanrandom · 5 years ago
Text
Soe, TTS
9 Oktober 2020
Nak, hari ini kita bertiga gembil, abi, umi pulang ke Pekalongan dianter abi. Tapi nanti abi balik lagi ke Kupang untuk kerja. Gembil gapapa ya sama umi dulu. Nanti insyaa Allah kalau gembil lahir, abi pulang buat ketemu gembil. Tumbuh sehat ya nak di kandungan umi.
Bismillah, gembil juga bantu umi dan doain buat ngelahirin gembil dengan sehat, selamat, Aamiin.
Insyaa Allah gembil jadi anak sholih yang bisa nguatin abi dan umi ya.
Abi umi sayang gembil karena Allah ❤
2 notes · View notes
theoutlierdjournal · 5 years ago
Text
Potongan memoar rasa 3 agustus 2020 (4)
Masih saja menangis, ketika mencium kain yang membungkus aqilla dari klinik menuju rumah sebelum dikafankan.. Di dalam mobil menuju rumah, saya tak henti-hentinya menciumi dia yang wangi bayi karena baru saja dimandikan oleh bidan.
Saya ciumi tanpa henti, saya mainkan pipinya. Saya berharap anak saya hanya tertidur, bukan tidak pernah pernah membuka matanya lagi untuk selama-lamanya.
Saya ajak ia bicara, "aqilla, cantiknya, ini ambu nak.. Kita mau ke rumah. Ayo aqilla bangun." Berbisik-bisik saya bicara kepada bayi saya. Seperti segan membangunkan bayi yang ada dipelukan saya, padahal ia tidak pernah terbangun.
Maryam Aqilla Maysura. Saat itu, saat terpanjang ambu menggendong kamu. Saat terpuas ambu menciumi kamu tanpa terdistraksi. Pipimu yang gembil, hidungmu yang lebar, kulitmu yang putih, rambutmu yang tebal, bibirmu yang tebal, semua orang mengagumi. Jangankan mereka yang melihatmu secara langsung, sayang.. Beberapa teman ambu yang ambu kirimkan foto kamu, langsung mengucap dzikir atas keindahan dirimu yang Allah ciptakan sempurna secara fisik, Nak..
Doa ambu dan appa setiap harinya, " Ya Rabbi, jadikanlah anak kami anak yang sempurna fisik dan mental. Sempurna organ-organnya. Sehatkan fisik dan mentalnya."
Betapa... Ambu mengagumi juga jari-jari kecilmu.. Yang ambu sudah belikan perlengkapan menggunting kuku agar nanti appa bisa belajar untuk mengguntingkan kukumu yang baru tumbuh, Nak..
Maryam Aqilla Maysura.. Perjalanan kita selama 39 minggu 4 hari bersama. dan pertemuan kita selama 7 jam sudah banyak membuat cerita. Izinkan ambu terus berkisah tentang dirimu, Nak.. Karena sungguh ambu sedih dan terpukul atas cepatnya dirimu berpulang kepada Allah..
2 notes · View notes
dialogdiberanda · 6 years ago
Text
Kisah Dongeng Paling Nyata (1)
"Nak, sini duduk di samping Ibu. Akan Ibu ceritakan sebuah kisah ..."
Lalu makhluk berkaki mungil dan berpipi gembil itu beringsut mendekat, mengusakkan pipi pada lenganku.
"Kau tahu, ada seseorang yang menjadi manusia paling baik sejagat raya?"
Makhluk mungil itu menggeleng, menyangsikan bahwa ada sosok baik di tengah kehidupan yang semakin menggila ini.
"Ibu sangat suka cerita ini, Ibu harap kau menyukainya juga."
Aku menceritakannya dengan bangga, dengan binar mata yang cemerlang, dan suara yang terengah-engah saking semangatnya.
"Sosok ini ... Ibu ingin menceritakan tentang betapa baik hatinya. Betapa sabar dan luas kasihnya. Betapa lembut tutur katanya dan betapa teduh tatap matanya. Kita, kamu dan Ibu sangat beruntung bisa mengenal sosok ini sepanjang usia kita."
Aku juga tidak akan lupa mengatakan pada makhluk-makhluk mungil yang duduk di sebelahku bahwa sosok ini adalah orang paling kaya dalam semesta.
"Lebih dari uang, emas, ataupun berlian. Sosok ini memiliki segalanya. Kau mau tahu apa itu?"
Makhluk mungil di sebelahku menggangguk penuh semangat, aku pun tak kalah bersemangat. Karena menceritakan sosok ini menjadi bagian yang paling aku sukai sepanjang hidupku.
"Sosok ini memiliki doa-doa paling tulus dari semua makhluk Tuhan yang ditolong olehnya. Termasuk Ibu. Jadi, doa-doa untuk sosok ini langsung melesat jauh sampai di telinga Tuhan, sehingga Tuhan bisa berikan apa saja untuknya. Jadi, sosok ini sangat kaya 'kan? Dibantu oleh doamu juga, maka sosok ini akan menjadi yang tidak terkalahkan."
Kau mulai tak sabar untuk mengetahui sosok di dalam kisah dongeng paling nyata ini dengan menggoyang-goyangkan kakimu dan bertepuk tangan dengan sorot mata bercahaya.
"Sosok ini, adalah kisah dongeng paling nyata dalam hati dan pikiran-pikiran kita, Nak. Ia berada sangat dekat dengan kita."
Lalu, suara pintu yang berdecit mengagetkan kita yang sedang bercerita tentang kisah dongeng paling nyata dengan khidmat.
Kemudian, kau berteriak ... "Ayaaah!"
Dan terjawablah tentang sosok yang sedang Ibu ceritakan kepadamu sore ini.
Jakarta, Oktober 2019
Ibu
hingga waktunya tiba, dongeng ini akan menjadi dongeng pertama yang aku ceritakan nanti, terima kasih sudah menjadi sosok dalam kisah dongeng paling nyata @irawanyusuf
46 notes · View notes
aconkuliner · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Sensasi Liar Cah Tauge Seafood Ade Fani - Jakarta
Malem ini kita kembali lagi bahas kuliner Jakarta. Hmm Jakarta yang ntah kapan akhirnya aku akan kembali kesana, karna menurut data perhari ini, covid-19 di Indonesia udah menyentuh angka lebih dari 100ribu kasus, dah bahkan ada yang ngebuatin meme Indonesia dapet silver play button ala Youtube, tapi ini diganti icon covid, miris sih!
Sebenernya, selain nggak bisa balik ke Jakarta buat urusan kerja dan yang lainnya, juga karna nggak bisa hunting kulinernya lagi, walau bagaimanapun Jakarta menyimpan banyak kuliner yang enak, terutama kuliner pinggiran jalan. Mulai dari gorengan pinggir jalan depan kampus Univ. Sahid sampe dengan cah tauge di rumah makan deket kos ku.
Foto ini masih aku jadiin walpaper laptop sejak bulan Februari 2020 sampai dengan sekarang, akhir Juli 2020. Bukan karna aku nggak punya wallpaper lain, tapi karna aku penggemar cah tauge, dan ini adalah salah satu cah tauge terenak diantara tauge-tauge lain. Buat kamu yang nggak familiar dengan kata “cah”, boleh deh disebut tumis tauge, kurang lebih begitu gak jauh beda.
Cah tauge ini ada di rumah makan seafood Ade Fani - Jakarta, lokasinya di jalan Minangkabau dan available di Google maps. Kalo biasanya rumah makan atau lesehan cuma paling banter menyediakan cah kangkung doang, di rumah makan ini, cah taugenya tersedia dengan rasa yang enak dan bentuk tauge yang gendut nan gembil, jadi pas dimakan akan ada suara kres..kress.. seger! Dan kalo kamu suka cah/tumis tauge, berarti kita sama, he
Buat kamu yang ngerasa gembil atau gendut, tenang! Gembil dan gendut itu bukan aib kok, karna tauge gembil dan gendut yang nampak berisi dan kress..kress.. he
2 notes · View notes
eternaluckykive · 5 years ago
Photo
Tumblr media
A Daily Life of Kookie: Sore Kookie
“Hyungie… Hyungie” Jungkook masih menepuk-nepuk riang pundak kakaknya yang sedang menggendongnya.
“Sepertinya ada yang senang sekali. Kookie kenapa?” Seokjin tersenyum sambil terus mengelus punggung adik kecilnya.
“Kookie senang sekali kalau sudah digendong Hyungie seperti ini.” Pekiknya riang. Bagi Kookie, taman dan gendongan Seokjin kebahagiaan sederhananya setelah es krim dan coklat tentu saja.
“Seberapa senang?”
“Senang sekali sampai Kookie bingung bilangnya.” Kekehan kecil Kookie kembali terdengar.
“Melebihi es krim dan cemilan-cemilan favorit Kookie tidak?”
Kookie menggeleng. Kini posisi Seokjin sudah duduk di tanah lapang dekat rumahnya yang di depannya ada sebuah sungai, sambil meletakkan Kookie dipangkuannya 
“Tidak. Kookie kan suka keduanya, masa harus memilih sih?” Rajuknya.
Seokjin tertawa pelan. “Yah… Tapi kan Hyungie lebih suka Kookie memilih Hyungie dibanding snack favorit Kookie.”
Bocah berpipi gembil dan bermata bulat itu memajukan bibirnya, kesal. Kalau tau akan seperti ini, mending tadi Kookie tidak usah bilang saja.
“Hyungie…” Kookie menghela napasnya sambil menatap kakaknya, mencoba bersikap seolah-olah ia sudah dewasa. “Hyungie itu ibarat minumannya Kookie kalau haus. Kalau snack-snack Kookie ya tetap seperti makanan Kookie. Kookie tidak bisa memilih keduanya, yang ada nanti Kookie bisa mati kehausan atau kelaparan.”
Astaga.
“Kok Hyungie minumannya Kookie sih?”
“Ya abis kan Hyungie yang suka bikinin Kookie susu, terus kalau Kookie nggak minum, nanti haus.” Kookie tertawa, jari telunjuknya kini sibuk menunjuk-nunjuk pipi Seokjin. “Pokoknya Kookie tidak bisa hidup tanpa Hyungie.”
Seokjin kembali tersenyum. Tatapan matanya melembut beribu kali. Adik 5 tahunnya ini sangat bisa dengan mudahnya meluluhkan hatinya.
“Kookie?” Kali ini nada Seokjin lebih dilembutkan lagi.
“Ya, Hyungie?”
“Nanti kalau Kookie sudah besar mau tidak gantian merawat Hyungie?”
“Mau!” Jawabnya cepat dan antusias membuat Seokjin terkekeh pelan.
“Beneran ya? Nanti Hyungie tagih loh janji Kookie kalau Kookie sudah besar nanti.” Ujar Seokjin sambil melutik hidung Kookie gemas.
Kookie mengangguk ringan, mata bulatnya kini sudah menjelajah sekitar. Kini tangannya memeluk leher Seokjin.
“Hyungie gendong Kookie ke sana dong. Kookie ingin lihat angsa.”
Pandangan Seokjin mengikuti arahan adiknya. Tempatnya cukup jauh, jujur saja tangan Seokjin sudah pegal dari tadi. Masalahnya adiknya ini cukup berat.
“Astaga, Hyungie capek. Kookie berat tau.”
Kookie merengek sambil melompat-lompat. “Aaaaa… Nanti Kookie bakal diet coklat deh.”
“Berapa lama?”
“Hanya sore ini saja.”
“Tidak selamanya?”
Kookie menggeleng, tangannya mencubit lengan Seokjin. “Kan sudah Kookie bilang Kookie juga tidak bisa hidup tanpa snack kesukaan Kookie.”
Kookie masih merengek. “Ayolah Hyungie, nanti Kookie janji akan memijat Hyungie.”
“Itu saja?”
“Hmm...” Kookie berpikir sejenak lengkap dengan gaya berpikirnya yang menggemaskan. Jari telunjuk di dagu dan bola mata menatap ke atas.
“Sama Kookie kasih cium biar cepat sembuh.”
Seokjin terkekeh pelan.
“Janji?”
“Janji.”
Seokjin mengangguk dan dibalas dengan pekikan riang adiknya. Memang dasar Seokjin, paling lemah kalau sudah dijanjikan bentuk fisik kasih sayang adiknya.
© NK.2020
Tumblr media
The babiest baby🥺🥺
6 notes · View notes
littlethingsaround · 6 years ago
Text
be very comfortable with your own skin
sejak kecil, saya di bully karena fisik.
when I was at school. people called me ‘ketek bulek padek’ yang artinya kecil bulat padat. Saya tahu saya datang dari kampung dan senang bernain panas panasan, meski badan saya gempal tapi keras. Anak gaul versi tetangga tetangga saya adalah yang jago lari, manjat pohon, jago ngebut naik sepeda, nangkep ikan di empang, dan ngga takut sama biawak. But still, at some point, untuk setiap kali melakukan salah dan diteriaki “dasar ketek bulek padek” dasar “hitam” dasar “cebol”.. rasanya sakit :) sampai kadang saya pernah nangis di kamar mandi sambil beberapa kali ngeliat ke cermin bilang “kau nda boleh lemah.” eh ujung ujungnya saya keluar dengan menunduk.
selama di pesantren saya ngga dapet cercaan karena fisik, sama sekali. semua diterima apa adanya, sebagai santri. Kepercayaan diri saya kembali lagi. 
Then that ‘pretty confident me” went to the college, where real world tortured her in a way social perspective does. Saya ngga nyangka banyak banget orang temenan karena orang lain cantik, ada aja yang nilainya bagus dan dibaikin dosen karena rupawan.. bahkan saya pernah jalan sama temen yang mereka malu jalan sama saya yang hitam gendut dan ga gaul ini. Dan gapunya hp BB ini, dan ga mainan twitter ini. And that calling came back to life. Dalam inner circle saya, saya biasa dipanggil “bantet” dan gembil. Bahkan beberapa bagian dari tubuh saya seringkali di highlight “kok lengannya kaya bogem, itu betis atau talas bogor?” .. sampai saya ingat teman saya (yang memang senang bercanda pakai hati dan nda sadar kalau panggilan2 begitu berimpact) sering bilang “ah.. kamu mah emang terbuat dari kesalahan ..” setiap kali saya bikin salah.
Awalnya saya berkaca kaca, sedih, sakit. tapi dibilang baperan, dibilang cengeng. Akhirnya untuk meredakan itu semua, sebelum saya diejek, saya yang duluan ngejek diri saya sendiri. “iyaa emang gue jelek.” “iyaa emang lengan gue bogem” begitu. Setiap hari. Selama 3 tahun :)
Pada tahun akhir kuliah, saya memisahkan diri dari teman teman saya yang itu dikosan baru. Tapi bahkan ejekan saya ke diri sendiri gabisa dihentikan. I was trained to do that. Disana saya terkena depresi. Ngga mau keluar kamar. Sampai pernah coba bunuh diri karena ngerasa worthless dan ngapain hidup kalau aku lahir dari segala kesalahan di muka bumi. Kedengeran lebay, ya. Tapi entah kenapa itu yang dirasakan. Bermalam malam cuma bisa nangis yang ga berasa sambil melukai diri. Saya gigitin bagian dari diri yang saya benci sampai lengan saya biru biru. Melukai diri terasa menyenangkan. Terasa kembali ke hakikatnya, kalau saya berhak dapet yang buruk buruk dari hidup. Saya berhak disakiti .. Bahkan saat itu saya turun 12 kg, sudah putih dan langsing tapi tetap merasa itik buruk rupa. luar biasa. Luar biasa nyeri hati bila ingat ingat. 
Lulus kuliah, saya kursus ke pare dan berat badan saya naik, lagi. Dan disana pertamakali saya bulimia. saya belajar memuntahkan semua makanan yang saya makan. Dan saya terus menerus memuntahkan makanan selama dua tahun. Dari yang tadinya sulit harus dikorek, sampai ke yang loss aja. Gendut sedikit perutnya, saya muntahin. Sampai ingat buang air hanya beberapa hari sekali sangking gaada yang masuk nya. Saya baru masuk kerja dan selalu ingin terlihat bagus memakai baju apapun. Jadilah muntah memuntahkan menjadi makanan saya sehari hari.
Saya pindah kantor dan memutuskan untuk puasa daud. Dan disana, semua nya jadi membaik. Alhamdulillah sudah berhenti dan sembuh dari bulimia. apalagi ada motivasi internal kalau ternyata bulimia itu haram. 
Tapi apakah insekuritas saya dengan diri saya sendiri makin membaik?
nyatanya tidak. jauh di dalam hati, diri masih meringis merasa kalau saya tetaplah si itik buruk rupa,  yang tidak peduli sebanyak apapun achievement yang saya dapatkan, tidak akan menaikkan level ketidakberhargaan menjadi berharga :)
Saya jarang banget post muka sendiri, karena malu. kalau ada pipi sedikit, saya bisa mengutuki foto itu berhari hari. Saya masih sering menghindari cermin, menghindari pantulan diri. kamera depan ngga pernah dibuka. sama sekali ngga pernah. kalau ada yang manggil saya ‘ibu’, hati saya ngilu. kalau ada yang nyebut bagian dari diri saya atau bilang ’gendutan’, saya murung berhari hari. kalau ada yang bilang cantik dan lucu, adalah pernyataan yang paling ngga bisa saya percaya di muka bumi. 
bayangkan betapa hari saya seringkali menjengkelkan. saya jalan sama temen temen ke pameran lukis, eh mas masnya manggil saya ‘bu’.. hati bisa kemerungsung sampe makan rasanya ga napsu. separah itu? iya, separah itu. sampai saya pernah nge hide semua tagged post saya karena malu sama fisik sendiri.
ya Allah (peluk diri dengan erat)
hal hal itu, masuk ke alam bawah sadar saya. Saya baru ngeh dulu saya senang pakai sepatu lusuh dan totebag lusuh. Saya pikir yaa emang itu saya banget. sekarang sekarang baru nyadar kalau dulu saya ngerasa diri emang harganya segitu, jadi cocoknya disandingkan sama tas dan sepatu yang udah usang. dulu saya gasuka make up an. kerudung ga disetrika. pakai baju ga match, bukan karena saya memang begitu, saya merasa yaa emang segitu aja harga saya. siapalah harus pake yang rapi rapi. 
saya ngga tau saya sukanya baju apa. karena selama ini beli baju tergantung lingkungan sosial saya. saya sering milih hal yang ngga saya sukai.. entah kenapa saya jadi orang nomer satu yang jahat sama diri sendiri, meski saat itu banyak teman teman saya sudah menyayangi saya. Kan ada yang dia paling sayang sama dirinya sendiri, meskipun dunia jahat padanya. Kalau saya kebalikan. And no matter how the world loves you so much, you can’t really accept it if you dont love yourself. ini truth. karena saya punya perbandingan keduanya :)
saya punya beberapa teman yang saya percaya mereka menyayangi saya apa adanya. memang mereka jadi nampak seberharga itu di mata saya, ketika saya merasa dengan sudut pandang saya waktu itu, dunia jahat sama saya karena sayangnya sama yang rupawan dan ‘ideal’ aja. Tapi hal ini juga merupakan bumerang buat saya. Sekalinya ada salah satu diantara mereka yang menyinggung2 fisik saya, rasanya kaya di betray sama orang yang paling kita trust. rasanya satu orang itu sama dengan seribu orang yang meneriaki jelek ke wajah saya. kaya dikecewakan sama orang yang paling kita percayai. wkwkwk
mohon maaf banyak yang ngga masuk akal. tapi kalau ada yang mental health nya keganggu, itu bener bener rasanya selebay itu. padahal kita tau kalau pake logika yaa ngga gitu. dia ngga salah, orang lain ngga salah bilang ibu. kan wajar aja toh ngga tau toh aku emang jelek dan emang pakai gamis gitu. tapi entah mengapa sekalinya insekuritas tersentil. tuiiiing rasanya ingin kabur ke pluto saja. That’s why it matters, that mental health. that children inside. dan rasanya hidup dengan hal itu nemplok di kita tuh gaenak bangeeet :((
wahaha panjang ya. tapi saya ingin berbagi. sekarang semua sudah tertangani, alhamdulillah.. ketika saya memutuskan pergi ke ahli untuk konsultasi masalah lain, tp atas izin Allah hal ini terselesaikan :)
saya ingin memberitahu kalau gestur dan kalimat negatif itu powernya kuat sekali. kalau rasa benci itu dampaknya jauh sekali. kalau dendam dan amarah yang disalurkan dengan cara tidak baik itu bisa menyakiti sampai menyakiti jariyah. saya ingin memberitahu, kalau kalimat negatif itu bukan ringan timbangannya. kalau mau ngeluarin dari bibir, tolong berfikir berulang ulang ulang kali. karena kita ngga tahu jenis luka apa yang akan muncul. karena kita ngga akan tahu sedalam apa jatuhnya batu yang kita lempar ke lautan.
nanti akan menulis tentang apa yang saya rasakan setelah recovery.. alhamdulillah rasanya ngga berat lagi nulis salah satu dari banyak hal yang mengganggu di masa remaja saya. biar ada disini agar suatu hari nanti bisa dibaca sebagai pelajaran untuk diri maupun orang lain. 
wahai diri, semoga gak telat ya. setelah 25 tahun, aku baru bisa sayang kamu dan nerima kamu seutuhnya sebagai manusia. maaf selama ini aku perlakukan kaya monster yang tampak membahayakan. maaf selama ini aku baik ke seisi dunia tapi ke kamu aku keji banget. maaf selama ini fokus memperhatikan, membantu, menghangatkan, memeluk, menyayangi banyak orang diuar sana tapi kamu kutelantarkan dengan bengis.
ayo kita jalan bersama sebagai aku, dengan penuh cinta pada diri, semoga dari kebahagiaan batin lahir banyak padang bunga yang jariyah. kebahagiaan yang lebih longlast untuk diri dan banyak orang. makasih ya, kamu selama ini kuat banget. I LOVE YOU SO MUCHIE <3
10 notes · View notes
ohdaisysworld · 3 years ago
Text
043 — SWEET CREATURE
Tumblr media
Kayana lagi asik tiduran di ranjangnya. Rumah kosong sore ini—abang-abangnya belum ada yang pulang. Biasanya semua akan kembali kumpul sekitar jam delapan malam. Dan ini masih jam empat sore.
Mau menyusul Abi ke kafenya, tapi Kayana ragu. Beberapa pelayan di sana suka sekali menyuruh Kayana makan ini dan itu. Ya strawberry cheesecake lah, dutch truffle lah, chocolate silk pie—banyak pokoknya. Kayana sih suka-suka aja sebenarnya, tapi kan kalau kebanyakan bisa-bisa pipinya tambah gembil. Takutnya malah meledak. Ini saja ia sudah merasa begitu chubby. 
Ke studio milik Arsa juga gak mungkin. Abangnya yang satu itu tengah pergi dengan kawan-kawannya. Terakhir kali ia ikut dengan Arsa, ia hanya bisa diam sebab tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Dan itu sangat amat membosankan.
Nah, kalau Kayana pergi ke studio tari milik Javas, sudah pasti abangnya yang satu itu akan super sibuk. Javas akan sibuk berkeliling. Mengontrol masing-masing ruang kelas lengkap dengan tutor dan pesertanya. Kayana suka pegel sendiri kalau ikut Javas berkeliling.
Nevan jangan ditanya. Abangnya yang satu itu masih betah di Jepang. Kabar dari sekertarisnya, sih, masih butuh dua hari lagi sebelum Nevan pulang kembali ke Jakarta.
Kafin juga gak bisa diharap. Walau sebenarnya Kafin adalah abang yang paling enak diajak kemana-mana. Tapi, mengingat kejadian terakhir saat mereka pergi ke Mall, Kayana jadi trauma sendiri. Ia gak mau kembali menunggu Kafin yang asik meladeni para penggemarnya.
Kembali menggulung badannya dengan selimut—Kayana sibuk melamun. Tiga film sudah ia habiskan. Sudah pula mengotak-atik ponselnya. Buka instagram, twitter, youtube, gitu-gitu terus. Dan sekarang ia bosan.
Pengen pacaran, tapi Kayana ingat kalau gak punya pacar. Huh.
OH!
Seketika ide cemerlang muncul dalam benaknya. Kayana baru saja ingat. Mumpung abang-abangnya masih lama, Kayana jadi pengen kabur sebentar ke tempat rahasia.
Bergerak dengan cepat untuk ambil cardigan dan keluar dari kamarnya, Kayana singgah sebentar ke dapur. Dia butuh bekal sesuatu. Usai mempersiapkan semuanya, Kayana segera bergegas. Tak perlu pakai mobil, sebab tempat rahasia ini begitu dekat dengan rumahnya. Cuma butuh lima menit untuk sampai ke tempat itu. 
Kayana berlari kecil saat melihat makhluk imut yang tak jauh berada di hadapannya—yang menjadi tujuan Kayana sampai ia nekat keluar tanpa memberi tahu siapapun; bahkan mbak-mbak di rumah. Mahkluk kecil berbulu yang juga melihat ke arah Kayana itu ikut berlari mendekat untuk kemudian mendusel pada kakinya. Ikut senang saat Kayana kembali menemuinya.
"Kitty…" Begitu panggil Kayana membawa makhluk berbulu itu pada pelukannya. Menguyel-uyel makhluk menggemaskan itu dan memberinya kecupan kecil. "Uuuuuh… Kamu kok makin gembul, sih!" ujarnya pada kucing kecil di hadapannya.
Iya, tujuan Kayana pergi ke taman perumahannya adalah demi kucing kecil ini. Kayana sudah jatuh hati sejak pertama kali saat tak sengaja melintasi taman dan berjumpa dengan makhluk berbulu itu. 
Awalnya ia berniat untuk memelihara. Biar sekiranya Kayana memiliki teman di rumah. Tapi kelima abang-abangnya kompak menolak mentah-mentah ide Kayana. Masalahnya adalah Abi yang alergi bulu kucing dan Javas yang takut akan kucing. Huft. 
Tapi karena Kayana itu bandel—juga nakal. Ia kerap kabur-kaburan dari rumah demi menemui kucing kesayangannya. Memastikan kucing itu tak kelaparan hingga Kayana selalu membawa makanan khusus lengkap dengan susunya. 
"Makan yang banyak ya, Kitty,” ujar Kayana sembari menuangkan makanan serta susu kucing itu pada tempatnya. Kayana juga diam-diam membelikan rumah kucing berukuran kecil yang sengaja ia taruh di pojok Taman. Jaga-jaga agar Kitty tidak kehujanan.
Seperti sekarang—hari tampak begitu gelap. Angin juga berembus semakin kencang. Kayana tahu sebentar lagi akan turun hujan. Buru-buru ia memindahkan mangkuk makanan serta susu kucing tersebut ke dalam kandang. Tak lupa juga menaruh kucing kecil itu agar tak kehujanan.
Si Kitty, kucing kecil berwarna oren itu sudah duduk nyaman di dalam rumah kecilnya lengkap dengan makanan. Berbanding terbalik dengan keadaan Kayana yang kini kalang kabut sebab hujan yang turun tiba-tiba. Begitu deras hingga membuat kaki kecilnya berlari untuk kembali ke rumah.
Tapi, saat kemudian sebuah payung besar melindunginya—Kayana tertegun. Melirik sebentar ke sisi kiri untuk temui seorang pria, ia semakin terkejut. Ya tuhan—Kayana tidak sedang mengkhayal kan?
Kenapa tiba-tiba ada orang seganteng ini jadi tukang ojek payung? Mana pakai jas rapi pula. Wangi banget. Kayana bisa pingsan di tempat kalau begini ceritanya. Apalagi mata sehitam jelaga itu yang menatapnya kian dalam. Tak peduli dengan guyuran hujan di sekeliling mereka.
Aduh, Kayana jadi berasa artis india.
"Ayo, saya antar pulang,” ujar laki-laki tampan itu lengkap dengan senyum memikatnya. 
Kayana mengangguk. Shock juga sebenarnya. Jadilah ia hanya bisa diam sepanjang jalan. Hanya mampu menatap kakinya yang kini berjalan sejajar dengan laki-laki di sampingnya itu.
"Ma—makasih, Mas,” ucap Kayana saat sudah berada di depan teras rumahnya. Sedikit berterima kasih atas tumpangan payung yang telah diberikan walaupun rambut Kayana sudah terlanjur basah. "Ehm—Mas mau mampir ke rumah dulu gak? Biar Kayana buatin coklat panas."
Laki-laki itu kembali tersenyum. Membuat jantung Kayana melompat ke sana kemari tak karuan. Aduh, mas, jangan senyum gini dong. Hati Kayana jadi ambyar ini.
"Gak usah. Lain kali aja saya mampir,” ujar laki-laki itu sembari mengacak pelan rambut basah milik Kayana. Membuat rona merah itu menghiasi pipi gembilnya. "Kayaknya kamu yang harus cepat-cepat masuk rumah. Kamu kedinginan.”
Sadar jika tubuhnya memang sedikit mengigil, Kayana meringis malu. “Eung—beneran gak mau mampir? Sebagai ucapan terima kasih aja kok karena mas udah nganterin Kayana sampe ikut basah-basahan juga.”
“Kayana?”
Kayana mengerjap, “Ya?”
“Jadi nama kamu Kayana, ya?” Laki-laki itu tersenyum simpul. Begitu manis hingga ciptakan garis senyum di bawah kelopak matanya yang bulat. “Oh—iya, kenalin, nama saya Mada Ganendra Sadajiwa."
Kayana mengerjap pelan, "Hah?"
Hujan yang begitu deras meredam suara laki-laki di hadapannya. Membuat Kayana kini sedikit condong untuk kembali mendengar suara pria itu.
"Nama saya Mada Ganendra Sadajiwa."
Loh? Kok kayak tidak asing, ya?
5 notes · View notes