Text
Chapter 08
Setelah kelas dibubarkan, lelaki dengan jaket denim—tersampir di bahu tegapnya—berlari menuju parkiran. Ia tersenyum saat dapati pemuda yang tengah duduk di bangku yang tak jauh dari parkiran.
“Fin,” panggilnya.
Yang dipanggil pun lantas menoleh, balas tersenyum tak kala lebar. “Cepet juga, kirain bakal sampe sore gue duduk di sini.” Ucapnya yang dibalas tawa ringan oleh Jordan.
“Ayo ke mobil,”
Kedua lelaki itu pun masuk ke dalam sebuah sedan merah yang terparkir di sana. Memasang sabuk pengaman sebelum akhirnya mobil itu melaju keluar dari parkiran.
“Pilih, mau nyalain lagu atau radio?" Tanya Jordan. Kedua tangan lelaki itu berpegang pada setir, sedangkan pandangannya menatap lurus ke jalan.
“Lagu aja, nggak suka dengerin radio.”
Jordan pun mengangguk, tangannya bergerak sentuh layar kecil di hadapan mereka. Hingga beberapa detik setelahnya, sebuah lagu milik Ciggarettes After Sex terputar dari sana. Lagu indie dengan judul Pistol itu kini menggema dalam mobil yang hanya diisi oleh dua anak adam itu.
“Kalo gini mah lu ngajak galau,”
“Ya, maaf, playlist gua lagu galau semua.”
Griffin terkekeh. Sebenarnya playlist milik lelaki itu juga kebanyakan lagu-lagu ber-genre ballad ataupun indie, jadi bisa dibilang selera musik keduanya sama. Bahkan Griffin juga tak asing dengan lagu yang kini tengah terputar.
“Entar mampir beli kopi, ya, Dan.” Pinta Griffin sambil tangannya bergerak buka jaket abunya. Mendengar itu Jordan pun menoleh, “Beli di—anjir! leher lu kenapa, Fin?!” Tanya Jordan dengan nada panik saat ia lihat bercak merah pada leher Griffin—terpampang jelas setelah lelaki itu buka jaketnya.
“Bekas di—”
“Di cupang?!”
Griffin mengangguk, sedikit malu. Ia benar-benar lupa bercak merah pada lehernya itu akan terlihat jika ia buka jaketnya. Namun mau bagaimana lagi, Jordan sudah terlanjur melihatnya.
“Pacar lu kasar, ya, sampe merah gitu?” Tanya Jordan yang menatap jalan dan leher lelaki di sampingnya secara bergantian.
“Kemaren dia marah, makanya sampe gini.”
“Marah kenapa?”
Griffin terdiam, entah harus jawab bagaimana. “Ada lah, pokoknya,” finalnya.
Mendengar itu buat Jordan hela napas, tak puas dengan jawaban lelaki itu. “Lain kali kalo dia kasar tonjok aja,” ucap Jordan santai. “Leher lu sakit, nggak?” Kini ia bertanya. Matanya masih tatap lurus ke depan, tampak fokus sebab jalanan yang cukup ramai.
Beberapa detik telah berlalu setelah pertanyaan itu ia lemparkan, namun ia belum juga dengar jawaban dari lawan bicaranya. “Fin?” Jordan menoleh. Maniknya dapati Griffin yang kini sandarkan kepalanya, menghadap jendela dengan bahu yang bergetar.
“Fin, lu okay, kan?”
“Iya,” Jawab Griffin dengan suara yang gemetar.
Dari suara yang gemetar itu, Jordan tahu lelaki di sampingnya tengah menangis. Segera ia pinggirkan mobilnya, berhenti di dekat pagar jalan.
“What's wrong, Fin?” Tanya Jordan lembut. Tangannya bergerak usap bahu Griffin dengan pelan, coba menenangkan.
“Kenapa tiba-tiba nangis? Gua ada salah ngomong, ya?”
Griffin menggeleng. Ia tatap wajah Jordan yang tengah tatapnya dengan raut khawatir. “Lanjut jalan aja, gue nggak apa-apa.”
“Kalo nggak apa-apa kenapa nangis?"
“Sorry,”
“Gua nggak nyuruh minta maaf,” Ucap Jordan dengan hela napas panjang setelahnya.
“Udahan nangisnya,” perintahnya lembut namun terdengar memaksa. Kini ia ambil beberapa lembar tisu, menyodorkannya pada Griffin untuk lelaki itu usap air matanya. Griffin pun lantas raih tisu itu, menyeka air matanya dengan bahu yang masih gemetar.
“Kita mampir ke cafe, abis itu cerita lu kenapa.”
“Beli kopi aja, abis itu anterin gue pulang.”
Ya sudah, kalau sudah begitu Jordan tak bisa memaksa. Ia hanya mengangguk lalu kembali lajukan mobilnya, menembus jalanan yang semakin sore semakin ramai. Langit yang sebelumnya biru kini berganti jingga, tampak cantik dengan semburat kemerahan.
Dan satu hal yang baru Jordan sadari. Lagu milik Ciggarettes After Sex itu telah terputar lebih dari satu kali. Lagu dengan durasi hampir empat menit itu masih menggema dalam ruang yang tak begitu luas itu.
Guess I really miss you,
and I don't know what else to do
Sekilas bayang seseorang muncul di kepala saat lirik itu Jordan tangkap. Seseorang yang sejak beberapa minggu lalu mulai hinggapi pikirannya hingga hari ini.
You've been on my mind
You've been on my mind
You've been on my mind so long,
I can't deal with it
Saat itu, rasa sesal kembali menyeruak. Banyak andai—seandainya tak begini, seandainya tak begitu—penuhi kepalanya. Namun tak ada yang berubah, semua andai itu hanya buatnya semakin menyesal. Yang bisa ia lakukan hanya teriakkan kata bodoh untuk dirinya sendiri. Entah sudah berapa kali sampai ia muak mendengarnya.
1 note
·
View note
Text
tanjakan setan
#SoundCloud#youtube#film cinta#music#playlist#laguhits#laguarimba2020#senjakala#senjaberaksara#senjaindonesia#love#audio#cute#jingga
0 notes
Text
BUT ONLY
LOVE
CAN BREAK
YOUR HEART
L
"Kita semua pernah menjadi kembang api di tahun baru seseorang. Terbang, melayang, menyala, meredup. Kemudian, selesai" rasa-rasanya, sepenggal kata dari Kharisma P. Lanang di atas cocok untuk menggambarkan suasana hati saya saat ini.
Sekilas tentang masa lalu yang dirasa terlalu menyebalkan, saya pernah terlalu ceroboh perihal menaruh hati untuk seseorang. Saya terbawa ke dalam dunianya, diajak terbang tinggi hanya untuk memastikan bahwa pelangi dan jingga tidak pernah merubah warna, kecuali ketika cakrawala sedang marah padanya.
Katanya sih malam-malam pada bulan April dan Juli adalah hari yang buruk untuk dikenang, termasuk kali ini, saya yang mengenangnya sendirian. Beberapa hari setelah ulang tahunnya dulu, saya putuskan untuk sedikit memberi jarak, berhenti bertukar cerita, playlist, kabar dan pandangan, bahkan hanya untuk mengatakan "bagaimana harimu?" saja rasanya sudah benar-benar canggung. Dan ya, setelahnya kami benar-benar berhenti untuk saling mengabari.
Ah, iya. Pada dasarnya, saya lah yang telah menjeda harapan saya sendiri. Dahulu di tengah pendakian, saya putuskan untuk terjun bebas melalui jurang keterasingan. Tidak apalah perasaan yang saya rakit sedari jauh-jauh hari itu harus tercerai-berai, asal nanti ia bisa sampai pada puncak yang ia inginkan, pendakian seluruh harapan semua orang.
Kita dipertemukan semesta dengan cara yang baik, maka saling melepaskan pun harus dengan cara yang baik pula, semoga semuanya akan tetap sama atau minimal semoga setelahnya saya baik-baik saja. Karena bagaimanapun juga, melihatmu menangisi kisah yang belum terjadi antara kita, bagaikan melihat jingga di malam hari, mustahil, ya? tentu saja.
Senang pernah jadi aduan untuk segala keluh kesahmu, senang pernah jadi pusat semestamu, senang pernah jadi rumah saat badai hampiri kedua matamu, ya, pada dasarnya saya selalu senang ketika menjadi alasan utama untuk segala lelahmu bersandar
Sekarang kita bukanlah siapa-siapa, bukan Lara ataupun Saka bukan pula cerita Mawar dan Tangkainya. Lara telah beranjak pergi, Mawar pun tak pernah berbunga lagi. Saya rasa, kita hanyalah dua buku yang tertata di rak yang berbeda.
Jadi, selamat menempuh pendakian baru, orang-orang baru dan tentunya harapan baru, dari kisah kita yang terlanjur jauh.
(Akbarissy)
#perspektifL
07 Juli 2021
#pemimpi#my words#aesthetic#writers on tumblr#blogger#folkart#short poem#akbarnrfdlh#akbarisay#perspektifl
15 notes
·
View notes
Quote
Mengapa kita ditakdirkan berjumpa Padahal kita takkan mungkin ke sana Ke tujuan sama bertemu di tengahnya Menunggu yang kutahu sia-sia
mawar jingga on playlist
2 notes
·
View notes
Photo
Ya jadi berikut akan menjadi post an pertamaku di blog ini, bersamaan dengan hasil roll film pertamaku. Aku juga entah apa hal yang membuat aku kembali ke per-tumblr an ini, tapi aku rasa mungkin akan menyenangkan seandainya aku bisa menceritakan kilas-kilas keseharian anehku disini, di tempat dimana aku tidak dikenali, dan juga tidak mengenali..
Menulis mulai menjadi hal yang sulit lagi bagiku, padahal dulu sering kali aku cap sebagai ‘hobi’, karena aku tidak tau lagi apa hobiku yang lain. Terlalu banyak kata-kata di otak, terlalu banyak juga perasaan di hati yang memaksa untuk diabadikan. Aku tidak tau. Aku tidak tau juga bagaimana mendeskripsikan suatu perasaan, aku sering kali hanya melihatnya sebagai warna; biru, jingga, merah .. Aku selalu takut aku tidak bisa mengabadikan tiap momen yang aku nikmati, maupun yang aku hindari. Aku harap dengan adanya blog ini aku tidak melulu diburu oleh rasa takut itu.
Ah omong-omong, selagi nulis ini aku sedang ngeplay playlist depresiku di spotify; judul playlistnya ‘...?’, sekarang lagi lagu New Order - Ceremony. Wah agak kacau ya aku memulai blog ini dengan lagu itu, ah tapi siapa peduli? Mari kita lihat kedepannya ya.
1 note
·
View note
Text
Dindarrel #3. Hari-hari
Sore menjelang malam. Senja di ufuk barat mulai berganti warna menjadi jingga. Selain kendaraan yang silih berganti menyapa, hiruk pikuk jalanan mulai dipadati oleh warung tempel pinggiran dan lampion yang mengitarinya.
Aku dan abang memang masih sekantor, meskipun sudah beda departemen. Kita selalu berangkat dan pulang bersama, begitu juga dengan sore ini, kita pulang menggunakan sepeda motor kesayangan. Namun, sedari tadi kita hanya saling diam disepanjang jalan. Kita sama-sama tahu sedang tidak berada di suasana hati yang "oke".
Sesampainya di rumah.
"Bisa gak sih bang taro barang-barang ke tempatnya lagi?! Gak bantuin beresin gapapa deh, tinggal balikin doang apa susahnya sih! Aku tuh cape."
"Ya sama aku juga lagi cape. Pulang ke rumah bukannya disambut hangat malah di cemberutin terus di omelin. Kalo perkara kerjaan kantor jadi bikin kamu dikit-dikit bete, udahlah resign aja. Aku masih mampu kok nafkahin. Daripada hal sepele gini jadi diributin terus gegara bad mood sama kerjaan. Bukan sekali loh ini ngeributin hal-hal receh. Kenapa lagi coba sok sini cerita."
"Maaf ya, maafin aku yang masih aja begini, jangan suruh aku resign dong nanti aku kesepian."
"Makanyaaaaa... huh... iya iya aku maafin, jadi kenapa hari ini?"
"Blablablablaa...."
Begitulah aku yang sedikit rada "cablak". Segala sesuatu yang tidak kusukai bisa langsung keluar dari mulutku. Meski seringkali langsung menyesal telah mengeluarkan kata-kata itu. Atau sesekali dengan tiba-tiba terdiam tanpa alasan dalam waktu yang cukup lama. "Moodian" kalau kata orang. Aku sendiri tak mengerti kenapa begitu, apa ini yang namanya perubahan mental pasca menikah karena sudah terlalu lama sendiri?
Begitulah juga keadaan abangku yang terkadang ikut tersulut api emosi, tapi ia tetap berusaha berfikir logis demi menjaga keutuhan hubungan kami. Tarik nafas dalam lalu hembuskan, "ayok cerita, lagi kenapa?" atau "kamu lagi suntuk ya? keluar yok" atau "ih ada yang lagi bete niiiiihhhhh, susan susan susan... besok gede mau jadi apa?" (Playlist lagunya keluar). Begitu senjata andalannya. Bagaimana bisa aku marah lama-lama?
0 notes
Text
Perjalanan menuju Puncak Guha, Masjid estetik pinggir jalan, sunset yang membuat jingga seisi langit Garut Selatan, menjadi pemandangan perjalanan kami sore itu. Pukul 18:01 WIB kami sampai di Puncak Guha. Tak banyak gerakan, tak banyak bicara, aku memisahkan diri dari pasukan, duduk ditebing pantai, menyaksikan Mentari tersenyum disinggasana emasnya menutup hari, deburan ombak, sebatang kretek dan botol Anggur menemani lamunan panjangku. Mataku jauh menatap langit, ada banyak harapan yang ku semogakan, berharap mampu berdamai dengan diri sendiri, berharap bisa menemukan kehidupan yang lebih layak untuk tubuh dan jiwaku, ada satu harapan agar mampu sehat seperti sediakala, mataku berkaca, ada air yang ingin mengalir deras dari kelopaknya. Kedatangan Bre dan duduk disebelahku membuat airmata gagal mengalir.
Tidak ada sepatah katapun yang kami lontarkan, kami bersebelahan, asik dengan kretek dan pandangan jauh menatap laut. Sesekali ku sodorkan gelas yang berisi anggur. Kalau dari lagu-lagu yang diputar di playlist Bre, sepertinya ada gemuruh yang lebih besar didadanya ketimbang gemuruh ombak dihadapan kami. Lagu "Anyer 10 Maret" milik Slank, membuat Bre begitu menikmati senja sore itu.
Langit semakin gelap, hujan mulai turun rintik-rintik tanpa tahu diri mengganggu dan membuat kami menutup botol anggur, dan mulai bergabung bersama pasukan ditenda. Selepas Isya, hujan reda. Setelah makan malam, kami mulai sibuk menikmati waktu masing-masing. Ada yang telponan, ada yang asik main game, ada yang sedang bercengkrama dengan sunyi nya masing-masing.
Aku, Riky dan Deyus yang masih saja ngobrol ngalor-ngidul . Bernyani lagu-lagu Iksan Sekuter sambil bersama-sama mengikuti bernyanyi dengan suara yang gak bagus-bagus amat.
Bathinku bicara, Ah kalau ada tempat se-khidmat ini untuk merayakan kesunyian, kenapa harus ke tempat yang riuh.
Pukul 21:00 WIB, ku rebahkan badan sejenak, ngantuk tidak bisa dihindari. Aku terlelap dengan kaki penuh pasir. Di mimpi, Bapak dan Ibuku Hadir, membawa segelas susu hangat, "tidur yang nyenyak, besok masih ada waktu" kata Bapakku dalam mimpi. Sentak aku terbangun, jam sudah menunjukan pukul 22:56 WIB.
Ku bakar kretek dikantong celanaku, Lagu "Pulang" milik Iksan Sekuter ku putar sambil duduk di tebing pantai. Kali ini perasaanku lebih rileks, meskipun otak masih perang dengan logika. Tak banyak yang aku fikirkan, hanya kalimat Bapak masih terus berulang-ulang hadir difikiran.
0 notes
Text
30 Days Writing Challenge
#Day8
The Power of Music
Musik atau mungkin aku khususkan ke lagu aja kali, ya. Setiap hari aku hampir selalu mendengarkan playlist lagu yang sama. Hampir ga pernah berubah. Dan jarang update playlist juga.
Gambar di atas adalah playlist laguku sekarang-sekarang. Setiap lagu kayaknya punya kenangan dan ceritanya tersendiri. Ada yang nadanya semangat, ada yang kalem, ada juga yang mellow. Random sih emang. Tapi ya namanya selera orang kan ya. Bebas-bebas aja.
Hmm.. jadi pengen nyeritain cerita di balik masing-masing lagu di atas. Biar aku coba.
BIO - Matahari Jingga Bandung Utara (MJBU)
Ini lagu yang kalem banget. Kebetulan karena vokalis BIO ini adalah salah satu staff prodi jadi ya kadang suka denger lagu ini diputer di Prodi sama beberapa dosen. Lama kelamaan jadi enak juga dan akhirnya masuk playlist. Bikin inget sama suasana FIP Lt. 10 jam 5 sore. Asli.
Ono Masahi - Departure!
Opening Hunter x Hunter. Lagu yang bikin semangat pagi-pagi karena ngebeat wkwk.. Apalagi versi live-nya. Paling mantap.
Burnout Syndromes - Phoenix
Opening Haikyuu season 4. Kalo denger lagu ini keingetan masa-masa skripsian, karena emang pas lagi skripsian singlenya keluar. Jadi ya gitu..
BIO - Cerah
Lagu ska paling favorit. Sering diputer di Prodi juga akhirnya jadi hapal. Nadanya bikin semangat. Hahaha..
Koji Wada - Butterfly!
Keinget waktu masih bocah. Suka nonton digimon. Pas denger lagu ini, kayak nostalgia.
Coldplay - Daddy
Kalo bukan karena 'diracun' sama salah satu dosen, aku ga akan tau lagu ini. Sering banget diputer di SKM dan pas pertama kali denger langsung baper karena relate. Lagu mellow banget ini mah.. kalo diplay sekarang-sekarang bikin keinget suasana SKM pas awal-awal diem di sana.
RAM - Diver #2100
Ini lagu paling ter-epic sih. Dari anime Dennou Boukenki Webdiver. Sejak awal denger di 2004, 16 tahun berlalu masih sukaaaaaa sama lagu ini wkwk.. Selalu bikin semangat dan nostalgia parah sih.
Well.. musik memberikan semangat, musik memberikan perasaan, dan musik adalah hidup. Tanpa musik kayaknya bakal sepi. Itulah alasan kenapa aku suka dengerin musik kayanya.
Ya gitu lah pokoknya. Semoga seneng.
-Hap, 2020
1 note
·
View note
Text
Wishlist araing.
Aku mau makan popcorn manis rasa marsmellow, gak peduli tenggorokan selalu gak enak dan batuk-batuk karena kebanyakan dan terlalu manis.
Aku mau nonton film-film seru
seharian dikasur,selimutan,sampe lupa matahari udah pulang apa belum.
Aku mau jalan-jalan pake kaki di tempat-tempat beku di Bandung,nyari spot-spot lucu di Braga yang sebenernya udah lebih dari seribu kali diinjek.
Aku mau seharian di rumah,males-malesan,lupa mandi,cerita-cerita dari hal paling penting sampe gak penting,ketawa-ketawa sampe bego,bikin kopi atau susu anget,sampe cape ketiduran.
Aku mau naik gunung,kucel-kucelan,bagi-bagi alam,ngeluhin kaki yang udah nyaris copot sampe berasa ngelayang.
Aku mau baca novel,buku-buku favorit tanpa ngerasa cape.
Aku mau jalan-jalan ke kebun binatang,ngetawain ejekan basi;monyet mirip kamu,terus sedih liat harimau yang udah kurus,jerapah yang udah gak ada,sama ngulang-ngulang cerita gimana aku pengen melihara penguin sama beruang di rumah.
Aku mau diem berjam-jam di cafe bersofa paling empuk,ngeluh soal wifi yang super lambat,ditemenin hot chocolate yang masih kemanisan meski pesennya less sugar.
Aku mau nyetir pas sore berawan,pasang headset full volume,puter playlist favorit yang lirik lagunya udah ada diluar otak.
Aku mau main ke panti asuhan,ngobrol-ngobrol sama ade-ade lucu yang kadang nyebelin,terus liat ekspresi mereka yang beda-beda setiap aku kasih permen paling enak sedunia.
Sampe akhirnya harus sedih pisah, janji bakal main lagi minggu depannya tapi baru bisa dateng lagi sebulan-dua bulan kemudian.
Aku mau hujan-hujanan satu sore penuh,tanpa ngeluh bete karna rambut yang baru aja di blow jadi basah.
Aku mau makan junkfood sama indomie satu minggu full berturut-turut tanpa harus takut ngerasa dosa.
Aku mau ke bukit,pasang tenda,nyalain api unggun,masak,nyanyi-nyanyi sama main gitar sampe pagi.
Aku mau makan di warung tenda pinggir jalan,denger suara lalu-lalang kendaraan yang mendadak jadi backsound paling merdu buat nemenin makanan yang juga mendadak jadi makanan rasa hotel bintang lima.
Aku mau jingga sore durasinya lebih dari sekedar 30menit.
Aku mau ngundang pelangi bisa segampang menjentik jari.
Aku mau kunang-kunang tampak di hari matahari.
Aku mau ngobrol sama Alien.
Aku mau naik ufo.
1 note
·
View note
Text
Perayaan 10 tahun Album Efek Rumah Kaca
Hanya butuh waktu dua hari bagi Efek Rumah Kaca untuk mengabarkan gelaran Tiba-tiba Suddenly Konser Again. Again. Yha, untuk kedua kalinya acara tersebut kembali diadakan setelah yang pertama bertempat di Gudang Sarinah tahun lalu. Dalam rangka kepulangan Cholil ke kampung halaman, ERK kembali bermain di beberapa kota tapi tak satupun yang berada di Jakarta. Hingga suatu sore saya mendapati berita Tiba-tiba Suddenly Konser Again, tanpa pikir panjang saya meniatkan diri untuk datang. Kalau tidak salah, ini adalah kali ketiga saya menonton Efek Rumah Kaca secara langsung setelah yang perdana saat Konser Sinestesia dan Synchronize Fest tahun lalu.
Penjualan tiket telah dibuka sejak pukul 4, tapi saya masih berada dijalan. Takut kehabisan tiket sempat menghantui begitu melihat antrian tiket yang ramai melalui social media. Tapi untungnya sepupu saya yang datang lebih dahulu sudah mengamankan tiket.
Ketika saya tiba, lokasi penjualan tiket tidak begitu antri tapi keramaiannya belum juga surut. Beberapa orang juga tidak mau ketinggalan dengan menggunakan jasa kurir online untuk membeli tiketnya. Menjelang pukul 7, saya dan sepupu bergegas menuju lantai 7 dimana Ballroom berada. Semakin gelap, semakin ramai. Ada yang terlibat percakapan dengan temannya, ada yang asik dengan rokoknya, ada pula yang mengabadikan hamparan gedung gedung sekitar melalui kamera ponsel. Berada di ketinggian, angin sore, dan deretan bangunan khas ibu kota menjadi kombinasi yang sulit dilewatkan begitu saja.
Antrian menuju pintu masuk perlahan semakin mengular, namun begitu masuk para penonton diharuskan kembali menunggu pintu menuju ballroom untuk dibuka. Kemudian terjadilah saat saat dimana saya terpisah dengan sepupu saya. Penonton yang tadinya menunggu sambil duduk langsung bergerombol, berlomba lomba mendapati barisan paling depan dengan panggung yang tak begitu tinggi. Saat menerobos masuk ballroom dan begitu padatnya, kaki saya seperti menginjak sesuatu tapi tidak tahu apa (?) mungkin sapu tangan atau sandal orang lain yang terlepas (Duh, Mohon maap nih). Saya ikut berlari guna mengamankan posisi menonton, kira kira sekitar 4-5 m dari tengah panggung. Orang orang di depan saya sudah lebih dulu mengunci ‘lapak’ dengan duduk. Sepupu saya telah berada lebih depan, tepat disamping panggung dan dekat sekali dengan speaker. Saya enggan untuk menyusul dan sudah begitu pas dengan posisi di tengah ini.
Merah didaulat jadi lagu pertama, dilanjut dengan lagu favorit saya: Kau dan Aku menuju Ruang Hampa. Baru saja dimulai, mc tiba tiba memberhentikan dengan alasan ada teknis yang harus diperbaiki. Tapi itu bukan alasan yang sebenarnya, tiba tiba Iga Massardi muncul ke atas panggung mengagetkan penonton yang langsung riuh dan tentu saja bagi Efek Rumah Kaca sendiri. Tanpa ulur waktu lebih lama lagi, lagu Kau dan Aku dihajar bersama Iga. Hingga menjelang lagu keempat, beberapa penonton berujar “duduk, duduk….” meminta agar menonton sambil duduk, panggung yang kurang tinggi membuat penonton dibelakang tidak dapat melihat apa-apa kecuali kepala orang orang yang berada didepannya. Perlahan dari depan, penonton berangsur mengambil posisi duduk. Konser kembali dilanjutkan dengan sing along yang tak pernah putus. Sebagian besar penonton telah mendapat posisi duduknya, beberapa memilih bertahan berdiri di paling belakang, juga disamping kanan-kiri panggung. Kerinduan saya perlahan menguap begitu mendapati ERK membawakan lagu lagu yang jarang dimainkan, seperti Lagu Kesepian, Kamar Gelap, Mosi tidak percaya.
Kekalutan saat lagu Jingga kian berganti riang begitu Balerina dikumandangkan. Kenakalan Remaja di era informatika membawa saya mengingat kembali masa masa SMP selagi masih sering menyambangi warnet. Saat billing masih bergambar lumba-lumba dan membuka laman wajib seperti Youtube, Twitter, dan tentunya yang berjaya saat itu, Myspace. Mendengar Kenakalan Remaja untuk pertama kalinya dibawakan secara langsung juga mengingatkan saya dengan suatu video jenaka yang juga menggunakan lagu Kenakalan Remaja, kalau tidak salah terdapat di laman milik Hai Magazine yang videonya merupakan buatan pelajar SMA. Beberapa hari setelah konser, saya mencari kembali video tersebut yang sayangnya tidak lagi ditemukan. Sementara itu, Balerina adalah lagu yang selalu ada dalam playlist saya saat pertama kali memiliki hp dengan fitur mp3 hingga saat ini menggunakan ipod. Putih merupakan lagu yang tidak saya duga untuk dibawakan malam itu, tapi kembali di netralisir oleh Laki laki Pemalu dan sesi satu pun diakhiri dengan lagu Kuning.
Istirahat sekitar 15 menit. Perkiraan saya bahwa konser berakhir pukul 10 atau paling telat sekitar 11 malam nyatanya meleset setelah menonton video singkat perjalan ERK pada album perdana. Ya, malam tersebut juga merupakan tanda bahwa album debut tersebut sudah memasuki usia 10 tahun. Sebagai perayaannya, ERK akan membawakan seluruh setlist dalam album perdana pada sesi kedua. Saat itu juga saya menjerit kegirangan dalam hati. Pada setiap pergantian lagu, ERK juga mempersilahkan orang-orang yang turut andil dalam proses album pertama untuk memberi pengantar melalui cerita singkat. Seluruh lagu dibawakan urut seperti yang terdapat dalam album. Selepas Jalang, giliran lagu favorit saya: Jatuh Cinta itu Biasa saja. Lagu sederhana yang jauh dari gegap gempita seperti yang orang orang alami saat jatuh cinta. Selanjutnya merupakan lagu yang jarang sekali dibawakan dan selalu saya tunggu tunggu.Terlepas dari liriknya, Bukan Lawan Jenis merupakan lagu yang asik untuk dilantunkan. Belanja terus Sampai mati, lagu yang juga jarang dibawakan dan jarang saya dengarkan dilanjutkan dengan Insomnia. Hingga setelahnya, Debu-Debu Beterbangan menjadi klimaks untuk saya. Ini adalah kali pertama saya menonton Debu Debu Beterbangan versi asli, setelah selama ini yang ada di kepala saya selalu gubahan Pandai Besi. Lagu Debu-Debu beterbangan kala itu seolah mengajak saya untuk larut memutar kembali apa apa saja yang telah saya lalui. Melihat kembali setiap keputusan yang saya ambil dan selalu menyebalkan untuk mengakui bahwa hasilnya berantakan, tak ada yang beres. Berangsur kesal yang kemudian menyulut marah dalam diri dalam beberapa bulan ini. Malam itu saya seperti tertangkap basah karena banyak berkelit membuang waktu dan sibuk menghidupi hari hari yang hina. Tapi setidaknya Debu-Debu Beterbangan juga membakar energi saya untuk segera merampungkan tahapan genting perkuliahan saat ini: skripsi. Semakin larut, ERK terus menggempur memori saya, menyambangi ingatan yang telah lalu dengan lagu Efek Rumah Kaca, Di Udara, dan Melankolia. Hingga giliran Cinta melulu, lagu perkenalan saya dengan ERK pertama kalinya kali itu diambil alih oleh OM PMR sambil berjoget ria dan para penonton sudah meninggalkan posisi duduknya. Merasa kurang puas, penonton bersorak kembali hingga akhirnya OM PMR mendendangkan lagu Judul Judulan. ERK mengambil komando kembali, sing along penonton semakin lantang begitu Sebelah Mata dimainkan dan semakin riuh sejadi-jadinya saat Desember dijadikan lagu penutup malam itu.
Hampir pukul tengah malam, penonton membubarkan diri. Satpam mall setempat bahkan sampai menghampiri orang orang yang sedang asyik bercakap ria sambil melihat pemandangan khas ibukota untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Acara memang sederhana, panggung tak begitu luas dan tidak banyak lampu yang digunakan selama konser berlangsung. Tapi menyaksikan ERK merayakan 10 tahun album debutnya membuat saya ‘menang banyak’ malam itu. Tumbuh mendengarkan ERK sedari remaja hingga memulai fase yang tak terelakkan menuju dewasa setidaknya turut membukakan mata saya dengan berbagai keadaan yang terjadi di sekitar yang kemudian juga membentuk saya seperti saat ini. Perayaan 10 tahun album debut Efek Rumah Kaca, juga menjadi perayaan perkembangan diri bagi saya.
yeah, welcome adulthood.
*Malam itu tidak lagi memungkin untuk mengejar kereta pulang. sempat bingung, tapi akhirnya cukup lega karena masih ada Transjakarta Harmoni-Ragunan :))
*tulisan ini dibuat selang seminggu setelah Suddenly Konser Again, tapi karena beberapa alasan jadinya baru publish eheh
0 notes
Text
teruntuk dia yang jauh dari pandang, juga terhalang jarak yang membentang.
#bumi dan bulan#jingga's playlist#jingga#tentang jingga#dari jingga yang sering gamang#untuk kamu#jakarta sedang merindu
2 notes
·
View notes
Text
#TerimakasihBandaNeira
Dipenghujung tahun 2016 saya dikejutkan oleh berita bubarnya duo folk asal Bandung, Banda Neira. Saya teringat kembali pada saat - saat pertama menyukai duo ini, dimulai dari lagunya Ke Entah Berantah yang membuat ingin diajak tersesat tersaru antara nikmat atau lara, dan teringat terhadap sosok seseorang yang pernah dekat setahun yang lalu, ehem. Lalu teringat pula pada konser kita sama - sama suka hujan yang membantu saya untuk keluar dari lara. Dengan munculnya album kedua dari mereka , memberi kesegaran tersendiri dalam playlist musik yang hanya itu - itu saja, jujur saya sangat menantikan kapan dapat menonton mereka live lagi. Namun, harapan itu kini telah pudar. Terimakasih kepada Banda Neira atas karya - karyanya, yang telah menemani dalam setiap keseharian saya. Berjalan Lebih jauh untuk menemani saya ketika dalam pendakian, di beranda yang selalu mengingatkan saya untuk pulang kerumah , senja di jakarta untuk mengiringi saya menanti sang jingga muncul dari atas balkon, hujan di mimpi yang membuat saya percaya bahwa sepi itu indah, lagu yang maharomantis yang selalu saya impikan dapat saya nyanyikan bersama teman hidup saya kelak " sampai jadi debu " , dan yang terakhir saya percaya bahwa yang patah akan tumbuh, yang hilang berganti, yang hancur lebur akan terobati, dan yang sia - sia akan jadi makna. Semoga.
0 notes
Text
Walau hati ini tak sanggup lupakan dirimu, ku sadari aku yang harus pergi~
#jingga's playlist#kahitna#aku punya hati#pergi#cinta#pada senja yang membawamu pergi#jingga#senja#tentang dia#tentangrasa
4 notes
·
View notes
Text
Menemukanmu tak pernah ku sangka akan se-mendebarkan ini. Sebab ku yakin hatiku telah mati karena luka sebelumnya.
Ternyata hati ini masih hidup atau kembali hidup karenamu, kehadiranmu.
Menemukanmu merupakan hadiah yang mampu membuatku bungkam, antara bersyukur atau tak mampu lagi berkata-kata untuk mengungkapkan rasa.
Debarannya masih hidup meskipun kamu kembali menghilang seperti awan kelabu menghalangi matahari senja itu, meskipun terkadang detaknya hampir tak terasa, ia masih tetap berdetak.
Entah mengapa, aku merasa apa yang kurasakan saat menemukanmu tak pernah mampu bibirku ucapkan, hanya bisa ku simpan. Namun rasa bahagianya saat menemukanmu, rasanya sama seperti aku menemukan kata-kata ini untuk setidaknya mengungkapkan bagaimana tak terhingganya bahagiaku menemukanmu dan dipertemukan denganmu.
-
Jingga.
Depok, 12 Mar 2019
#tulisan#kata cinta#kata#jingga#jingga's playlist#menunggu#cinta#menjaga hati#sajak cinta#puisi cinta#cintadalamdiam#dariku#untuk kamu#untuk dia#untuk kita#penantian#kata-kata#quotes#kutipan#catatan#tentang kamu#tentang kisah sebelum 'kita'
2 notes
·
View notes
Text
Selama ini teman-temanku bilang bahwa aku adalah perempuan yang mudah menaruh rasa suka pada seseorang. Aku tidak mengelak itu.
Sekali dua kali aku pernah menjalin hubungan dengan salah satunya. Karena saat itu aku berfikir aku telah benar-benar jatuh cinta pada seseorang yang ku sukai.
Akupun pernah mengakhiri hubungan itu karena tahu ternyata aku dan orang itu sama-sama tidak cocok bersama, atau terkadang kecewa karena ternyata salah satu dari kami tidak sesuai apa yang dibayangkan setelah saling mengenal.
Intinya, aku lebih sering menjalani hubungan yang tidak serius, malah bisa dibilang hanya main-main. Sampai aku dipertemukan lagi dengan dia.
Walaupun tidak dipertemukan secara langsung, namun kehadirannya saja mampu membuatku bungkam dengan detak jantung yang berpacu cepat juga perutku yang seolah diisi ribuan kupu-kupu. Hanya dengan kehadiran dia rasa aneh itu muncul.
Rasa aneh seperti kembali bertemu cinta pertama. Tidak seperti yang terdahulu aku mengira aku jatuh cinta padahal tidak, kini aku merasa benar-benar jatuh cinta, berbeda dengan yang sebelumnya.
Hanya dia.
Mungkin terlihat gila karena aku dan dia pun belum kembali bertemu langsung. Aku tak pernah seserius ini, hanya dengan dia aku bisa melihat hubungan kami kedepannya. Memang tidak selalu bahagia, namun aku terus berkeinginan untuk tetap dengan dia.
Meskipun aku harus menunggunya. Tak apa. Karena aku tahu, walau tidak selalu bahagia aku yakin dengan bersamanya akan membawaku pada banyak hal baik di dunia ini.
-
Jingga.
Depok, 12 Mar 2019.
#tulisan#jingga#jingga's playlist#kata kata#kata cinta#kata#dariku#untuk kamu#untuk dia#untuk kita#catatan#tentang kamu#tentang kisah sebelum 'kita'
2 notes
·
View notes